• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

OPTIMASI BIAYA PROYEK PENGASPALAN JALAN DENGAN PENGATURAN JUMLAH ASPHALT MIXING PLANT

Widyawati Budikusuma

Program Pascasarjana Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Malang

ABSTRAKSI

Pengaspalan jalan dengan aspal hot mix memerlukan peralatan Asphalt Mixing Plant (AMP). Terbatasnya jumlah peralatan ini akan menyebabkan waktu pelaksanaan proyek menjadi panjang. Namun, semakin banyak jumlah peralatan yang digunakan, maka makin bertambah biaya proyek. Untuk mendapatkan durasi proyek yang memenuhi ketentuan dengan biaya yang paling rendah, diperlukan upaya dalam menentukan jumlah, lokasi, dan kapasitas AMP yang dibutuhkan.

Metode Pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Method / VAM) digunakan dalam kasus proyek pengaspalan jalan di 33 kecamatan di Kabupaten Malang tahun anggaran 2011 dengan empat alternatif jumlah AMP, yaitu 1, 2, 3 dan 4, untuk mendapatkan alokasi aspal dari masing-masing AMP, sehingga biaya masing-masing alternatif paling rendah dan waktu pelaksanaan proyek paling efektif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan 1 AMP diperoleh durasi pelaksanaan proyek selama 192 hari, dengan 2 AMP 126 hari, dengan 3 AMP 82 hari, dan dengan 4 AMP 53 hari. Dengan batas waktu pelaksanaan proyek selama 120 hari, maka alternatif yang memenuhi syarat adalah alternatif dengan 3 AMP dan 4 AMP. Tetapi alternatif terpilih adalah alternatif dengan 3 AMP karena biayanya lebih rendah daripada alternatif dengan 4 AMP.

Kata kunci: Waktu, Biaya, Alokasi AMP.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jalan merupakan prasarana pendukung dalam pengembangan daerah, baik pengembangan ekonomi maupun sosial. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan kualitas prasarana jalan untuk pengembangan wilayah, Pemerintah Kabupaten Malang setiap tahunnya memrogramkan pelaksanaan perbaikan maupun pemeliharaan jalan dengan perkerasan hot- mix di berbagai tempat. Sesuai dengan ketersediaan anggaran setiap tahunnya, maka pelaksanaan pengaspalan hot-mix tahun anggaran 2011 diprogramkan di 33 kecamatan yang ada di seluruh Kabupaten Malang, dimana pada setiap kecamatan terdapat beberapa lokasi.

(2)

Pelaksanaan pengaspalan hot mix membutuhkan aspal hot mix yang ditebar dengan Asphalt Mixing Plant (AMP). Selama ini pelaksanaan proyek pengaspalan jalan masih mengalami kendala dalam jumlah, kapasitas, maupun lokasi AMP yang tersedia, sehingga penyelesaian proyek secara keseluruhan mengalami keterlambatan.

Proyek yang baik adalah proyek yang biayanya efisien, waktunya tidak melampaui ketentuan, dan mutunya sesuai dengan yang disyaratkan (Kerzner, 2006). Untuk dapat memenuhi persyaratan ini telah tersedia cara- cara perencanaan penjadwalan proyek, misalnya dengan menggunakan metode Jalur Kritis (Critical Path Method / CPM) (Antil and Woodhead, 1990;

Soeharto, 1999). Sedangkan untuk meminimalkan biaya maupun waktu pelaksanaan proyek tersedia juga bermacam-macam metode optimasi (Bronson, 1982; Taha, 1996).

Khusus untuk proyek jalan yang membutuhkan transportasi material yang cukup jauh (Suwandira dkk, 2006) telah menerapkan metode Penugasan (Assignment Method) untuk mengoptimasi biaya proyek dalam distribusi aspal dari beberapa AMP ke lokasi-lokasi proyek, sedangkan metode pendekatan Vogel dan Transshipment digunakan oleh Wardhani (2006) untuk mengoptimasi pendistribusian material beton Ready Mix dari beberapa gudang ke lokasi-lokasi proyek. Permasalahan yang dihadapi dalam melaksanakan proyek jalan hot mix di Kabupaten Malang adalah transportasi aspal ke lokasi-lokasi proyek yang dapat dioptimalkan dengan menerapkan salah satu metode Operations Research seperti yang dilakukan oleh Suwandira dkk (2006). Dalam hal ini metode pendekatan Vogel (Vogel’s Approximation Method / VAM) dicoba untuk mendapatkan penyelesaiannya.

Maksud dan Tujuan

Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu memberikan cara penyelesaian yang baik kepada Pemerintah Kabupaten Malang dalam masalah pelaksanaan proyek pengaspalan jalan dengan menggunakan aspal hot-mix yang tersebar di banyak lokasi dalam 33 kecamatan agar waktu pelaksanaannya tidak melebihi waktu yang ditentukan dengan biaya yang serendah mungkin.

METODOLOGI

Permasalahan yang dihadapi adalah berapa jumlah dan kapasitas AMP yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek pengaspalan jalan yang lokasinya tersebar di 33 kecamatan agar waktu pelaksanaannya tidak melebihi waktu yang ditentukan dengan biaya yang serendah mungkin.

Untuk menyelesaikan masalah ini digunakan metode optimasi, khususnya metode transportasi. Metode ini digunakan karena masalah yang dihadapi adalah pengalokasian aspal dari beberapa AMP ke beberapa lokasi proyek.

(3)

Metode transportasi merupakan bagian dari metode Linear Programming, khususnya Integer Programming yang mengatur distribusi material dari sumber-sumber penyedia (supply) ke tempat-tempat yang membutuhkan (demand) secara optimal (Bronson, 1982; Subagyo, dkk, 1986). Dalam hal ini material yang dimaksud adalah aspal hot-mix, sumber penyedia adalah AMP, dan tempat-tempat yang membutuhkan adalah lokasi-lokasi proyek. Fungsi tujuan dari metode ini dinyatakan sebagai berikut (Subagyo, dkk, 1986):

dengan batasan-batasan:

dan

1. Apabila demand = supply:

2. Apabila demand < supply:

3. Apabila demand > supply:

(4)

Dimana:

: banyaknya aspal yang dikirim dari AMP i ke lokasi proyek j : biaya pengiriman setiap satuan aspal dari AMP i ke lokasi proyek j : aspal yang tersedia di AMP i (i = 1, 2, 3, …………., m)

: aspal yang dibutuhkan di lokasi proyek j (j = 1, 2, 3, …………., n)

Walaupun persoalan transportasi material ini dapat dipecahkan melalui metode Linear Programming, namun metode pendekatan Vogel (VAM) juga dapat diterapkan dengan menggunakan tabel seperti terlihat pada Tabel 1 (Bronson, 1982; Taha, 1996).

Tabel 1.

Transportasi Material Ke

Dari Proyek 1 Proyek 2 Proyek 3 …. Proyek n

Kapasitas (Suplai)

AMP

AMP 1 c11 c12 c13 …. c1n

a1

x11 x12 x13 x1n

AMP 2 c21 c22 c23 …. c2n

a2

x21 x22 x23 x2n

AMP 3 c31 c32 c33 …. c3n

a3

x31 x32 x33 x3n

…. …. …. …. …. …. ….

AMP m cm1 cm2 cm3 …. cmn

am

xm1 xm2 xm3 xmn

Kebutuhan

proyek b1 b2 b3 …. bn

Perhitungan dengan menggunakan VAM didasarkan atas pengalokasian material sebanyak-banyaknya ke tempat yang membutuhkan dengan harga satuan (cij) yang termurah dari sumber yang mempunyai perbedaan harga satuan terkecil dan terkecil kedua paling besar. Hal ini dimaksudkan untuk menekan pengalokasian material yang berlebihan dari sumber ke tempat yang biaya satuannya lebih besar.

Dengan menerapkan langkah-langkah dalam VAM (Subagyo, dkk, 1986; Taha, 1996) akan didapat alokasi aspal (xij) untuk masing-masing lokasi proyek dari masing-masing AMP yang akan menimbulkan biaya total (z) paling rendah.

Biaya langsung proyek adalah biaya mobilisasi AMP ditambah dengan biaya-biaya bahan, alat dan tenaga kerja. Namun, didalam perhitungan dengan VAM ini biaya yang diminimumkan adalah biaya mobilisasi AMP saja, karena biaya bahan, alat dan tenaga kerja tidak mempengaruhi alokasi aspal dari AMP ke proyek.

Berhubung biaya yang akan diminimumkan adalah biaya mobilisasi AMP dan biaya ini ke semua proyek dalam satu kecamatan adalah sama

(5)

sehingga cij untuk semua proyek dalam satu kecamatan adalah sama, maka untuk meminimumkan biaya ini pengalokasian aspal untuk proyek-proyek dalam satu kecamatan dilakukan sebanyak-banyaknya dari AMP yang biaya mobilisasinya ke kecamatan itu termurah. Dan karena cij untuk semua proyek dalam satu kecamatan adalah sama, maka pengalokasian yang efektif akan diperoleh apabila dilakukan dengan urutan dari proyek yang mempunyai kebutuhan dari yang terbesar ke yang terkecil.

Apabila di dalam masalah transportasi pada umumnya suplai material dibatasi oleh kapasitas sumber, maka di dalam masalah alokasi aspal ini berhubungan dengan waktu, karena kapasitas AMP adalah banyaknya aspal yang dapat diproduksi per hari. Oleh karena itu dalam menyelesaikan masalah ini langkah-langkah VAM diterapkan lebih dahulu secara harian, yaitu sampai kapasitas harian semua AMP terpenuhi. Jadi ai (i = 1, 2, 3, … m) dalam Tabel 1 adalah kapasitas harian masing-masing AMP. Apabila aspal yang diperlukan oleh semua proyek melebihi kapasitas harian semua AMP, maka pengalokasian selanjutnya dilakukan lagi dengan cara yang sama untuk sisa kebutuhan yang belum terpenuhi. Dengan cara ini maka akan diperoleh pengalokasian aspal pada masing-masing lokasi proyek dengan biaya yang terendah dan waktu yang efektif.

Berdasarkan kapasitas suplai masing-masing AMP per hari, maka waktu yang diperlukan oleh masing-masing AMP untuk menyelesaikan seluruh proyek akan bisa dihitung dari jumlah aspal yang harus disediakan oleh masing-masing AMP dibagi dengan kapasitas AMP per hari, sehingga waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proyek adalah waktu terlama yang diperlukan oleh salah satu dari AMP-AMP itu.

Cara perhitungan dengan VAM diterapkan untuk masing-masing kecamatan, yang mana pada masing-masing kecamatan terdapat beberapa lokasi proyek. Setiap perhitungan dilakukan dengan alternatif jumlah AMP = 1, 2, 3, dan 4, sehingga untuk masing-masing kecamatan diperoleh jumlah aspal yang sebaiknya dialokasikan oleh masing-masing AMP.

Dari jumlah aspal yang harus dilayani oleh masing-masing AMP biaya total pengaspalan pada masing-masing kecamatan bisa didapat. Biaya bahan, alat dan tenaga kerja juga diperhitungkan berdasarkan volume aspal yang dibutuhkan dan harga satuannya masing-masing yang ditunjukkan dalam Tabel 4.

Biaya total seluruh proyek di semua kecamatan adalah jumlah dari biaya masing-masing kecamatan, dan waktu yang diperlukan adalah jumlah dari waktu yang diperlukan pada masing-masing kecamatan. Dari keempat alternatif jumlah AMP itu dipilih alternatif yang mempunyai waktu yang memenuhi ketentuan dengan biaya yang paling rendah.

Sebagai kasus contoh digunakan proyek jalan yang dianggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Malang tahun 2011, yaitu sebanyak 410 paket proyek yang tersebar di 33 kecamatan dengan waktu yang disediakan selama 120 hari kerja dan AMP yang tersedia hanya 1, yaitu di Kecamatan

(6)

Bululawang; dalam pelaksanaannya ternyata seluruh proyek ini mengalami keterlambatan.

Kebutuhan aspal hot-mix dan estimasi durasi pelaksanaannya apabila hanya dilayani oleh 1 AMP saja seperti terlihat pada Tabel 2, sedangkan lokasi dan kapasitas AMP yang digunakan seperti pada Tabel 3. Biaya mobilisasi AMP diasumsi sesuai dengan jaraknya dan dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu: untuk jarak dekat Rp 5 juta, untuk jarak sedang Rp 6 juta, dan untuk jarak jauh Rp 7 juta, sehingga biaya mobilisasi masing-masing AMP ke masing-masing kecamatan menjadi seperti terlihat dalam Tabel 4.

HASIL DAN ANALISANYA

Sebagai contoh perhitungan per kecamatan diambil Kecamatan Bululawang. Apabila digunakan 1 AMP saja yang berada di Kecamatan Bululawang, maka seluruh kebutuhan aspal akan disuplai dari AMP ini seperti terlihat dalam Tabel 2. Tabel 5, 6 dan 7 menunjukkan alokasi aspal dari 2, 3 dan 4 AMP untuk masing-masing proyeknya.

Perhitungan biaya proyek dan waktu yang diperlukan di Kecamatan Bululawang ini dengan 1, 2, 3, dan 4 AMP ditunjukkan masing-masing dalam Tabel 8. Cara yang sama diterapkan untuk kecamatan-kecamatan yang lain dan hasilnya diringkas dalam Tabel 9 untuk biaya proyek dan waktu yang diperlukan.

Dari Tabel 9 terlihat bahwa:

1. Makin banyak AMP yang digunakan, makin pendek waktu yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya. Waktu tersingkat adalah dengan menggunakan 4 AMP.

2. Sebaliknya dengan biaya, makin banyak AMP yang digunakan, makin tinggi biayanya. Biaya yang diperlukan paling rendah terdapat pada alternatif dengan 1 AMP.

3. Dilihat dari aspek waktu dari keempat alternatif itu yang memenuhi ketentuan (maksimum 120 hari) adalah alternatif dengan 3 dan 4 AMP, namun dari aspek biaya alternatif dengan 3 AMP lebih baik dari pada alternatif dengan 4 AMP, sehingga alternatif terbaik dari keempat alternatif ini adalah alternatif dengan 3 AMP.

Dengan cara ini Pemerintah Kabupaten Malang dapat memperkirakan waktu dan biaya proyek pengaspalan jalan. Namun demikian perhitungan di atas perlu diteliti lebih lanjut apabila alternatif penggunaan AMPnya diubah, karena makin dekat lokasi AMP dengan proyek, makin rendah biayanya.

Jadi apabila pemilihan AMP dapat dilakukan secara acak, sebaiknya AMP yang dipilih adalah AMP yang dekat dengan lokasi proyek.

Menerapkan cara ini dengan membatasi per kecamatan adalah untuk mempermudah perhitungan. Namun efektifitas AMP kadang-kadang akan terabaikan. Waktu yang diperlukan untuk satu kecamatan dihitung dari waktu terlama yang diperlukan oleh salah satu dari AMP-AMP yang digunakan (lihat Tabel 5, 6 atau 7). Jadi untuk AMP yang sudah bisa

(7)

menyelesaikan tugasnya kurang dari waktu ini seakan-akan tidak termanfaatkan karena untuk penugasan ke kecamatan yang lain menunggu AMP-AMP yang lain. Oleh karena itu perlu dipikirkan lebih lanjut cara perhitungan yang lebih baik lagi untuk mengefektifkan semua AMP.

Juga apabila kebutuhan aspal di proyek-proyek dalam satu kecamatan kecil sekali sehingga dapat dilayani oleh 1 AMP saja dalam waktu 1 hari, seperti yang terjadi di Kecamatan Sumberpucung di mana kebutuhan aspal hanya 270,95 ton, maka pada hari tersebut AMP-AMP yang lain diperhitungkan tidak beroperasi, sehingga dari segi waktu tidak efektif, walaupun dari segi biaya akan minimum. Apabila dalam hal ini kebutuhan aspal tersebut akan dibebankan secara merata kepada AMP-AMP yang lain untuk mengefektfkan waktunya, maka biayanya akan meningkat. Oleh karena itu hal ini juga masih perlu diteliti kembali untuk mendapatkan jalan keluar yang terbaik.

Pengalokasian aspal ke masing-masing lokasi proyek dari masing- masing AMP tergantung dari harga satuan alokasi materialnya (cij). Apabila harga satuan ini sama besarnya untuk semua proyek di satu kecamatan dari satu AMP, maka pengalokasiannya memprioritaskan proyek dengan volume kebutuhan aspal yang lebih besar pada AMP dengan biaya mobilisasi yang lebih murah. Perhitungan ini dilakukan hanya dengan menyederhanakan biaya mobilisasi dari lokasi AMP ke kecamatan-kecamatan menjadi tiga kategori saja. Apabila diinginkan hasil yang lebih akurat, maka perhitungan dapat dilakukan dengan biaya mobilisasi AMP yang lebih akurat, misalnya berdasarkan biaya mobilisasi per kilometer. Namun seberapa perlunya perhitungan semacam ini dilakukan masih perlu diteliti lebih lanjut.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil perhitungan yang diperoleh adalah: proyek pengaspalan jalan hot mix di Kabupaten Malang tahun anggaran 2011 sebaiknya dilaksanakan dengan 3 AMP yang berlokasi di Bululawang- Kabupaten Malang, Pandaan-Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto, sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu 82 hari dengan biaya Rp 87,308 milyar.

Walaupun cara ini sudah dapat diterapkan untuk proyek-proyek yang akan datang, namun disarankan sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya untuk: (1) mengefektifkan waktu perpindahan peralatan dari satu kecamatan ke kecamatan yang lain, (2) mengefektifkan waktu dan mengefisienkan biaya untuk kecamatan dengan kebutuhan proyek yang kecil, dan (3) melihat pengaruh penggunaan biaya mobilisasi AMP yang lebih akurat.

(8)

Tabel 2.

Paket Proyek Aspal Hot-mix

No. Kecamatan Jumlah

paket

Kebutuhan aspal (ton)

Estimasi waktu *) (hari)

1 Ampelgading 13 1.246,18 4,15

2 Bantur 28 2.247,71 7,49

3 Bululawang 7 911,68 3,04

4 Dampit 14 2.148,89 7,16

5 Dau 10 1.343,52 4,48

6 Donomulyo 13 1.005,44 6,56

7 Gedangan 32 3.068.85 10,23

8 Gondanglegi 24 3.243,31 10,81

9 Jabung 7 1.021.90 3,41

10 Kalipare 6 827,32 2,76

11 Karangploso 15 2.379,63 7,93

12 Kasembon 10 601,30 2,00

13 Kepanjen 15 5.492,76 18,31

14 Kromengan 4 433,51 1,45

15 Lawang 19 1.920,36 6,40

16 Ngajum 7 1.517.79 5,06

17 Ngantang 10 836,37 2,79

18 Pagak 13 1.733,61 5,78

19 Pagelaran 10 2.145,15 7,15

20 Pakis 18 3.820,02 12,73

21 Pakisaji 5 800,79 2,67

22 Poncokusumo 6 1.164,73 3,88

23 Pujon 9 820,13 2,73

24 Singosari 19 2.408,77 8,03

25 Sumbermanjing Wetan 17 1.841,05 6,14

26 Sumberpucung 2 270,95 0,90

27 Tajinan 11 1.595,63 5,32

28 Tirtoyudo 11 876,39 2,92

29 Tumpang 18 2.932,31 9,77

30 Turen 17 3.244,52 10,82

31 Wagir 7 1.048,66 3,50

32 Wajak 7 935,26 3,12

33 Wonosari 6 523,49 1,74

Total 410 56.407,98 191,24

Keterangan: *) Estimasi waktu pelayanan oleh AMP 1 saja (kapasitas 300 t/hari).

Tabel 3.

Lokasi dan Kapasitas AMP

AMP Lokasi Kapasitas (t/hari)

AMP 1 Bululawang Kab. Malang 300

AMP 2 Pandaan Kab. Pasuruan 200

AMP 3 Kab. Mojokerto 300

AMP 4 Kab. Blitar 300

(9)

Tabel 4.

Biaya mobilisasi AMP

No Ke Kecamatan Biaya Mobilisasi (Rp juta)

AMP-1 AMP-2 AMP-3 AMP-4

1 Ampelgading 6 7 7 7

2 Bantur 6 7 7 6

3 Bululawang 5 6 7 5

4 Dampit 6 6 7 6

5 Dau 6 5 6 6

6 Donomulyo 6 7 7 6

7 Gedangan 6 6 7 6

8 Gondanglegi 5 6 7 5

9 Jabung 6 5 6 6

10 Kalipare 5 6 7 5

11 Karangploso 7 5 7 7

12 Kasembon 6 7 7 7

13 Kepanjen 5 6 7 5

14 Kromengan 6 6 7 5

15 Lawang 7 5 6 7

16 Ngajum 5 6 7 5

17 Ngantang 6 6 7 6

18 Pagak 5 6 7 5

19 Pagelaran 5 6 7 5

20 Pakis 6 6 7 6

21 Pakisaji 5 6 7 5

22 Poncokusumo 5 6 7 6

23 Pujon 6 6 7 7

24 Singosari 6 5 6 7

25 Sumbermanjing Wetan 5 6 7 6

26 Sumberpucung 5 6 7 5

27 Tajinan 5 6 7 6

28 Tirtoyudo 5 6 7 6

29 Tumpang 5 6 7 6

30 Turen 5 6 7 6

31 Wagir 5 7 7 6

32 Wajak 5 6 7 6

33 Wonosari 5 6 7 5

(10)

Tabel 5.

Alokasi Aspal di Kecamatan Bululawang dengan 2 AMP

No Dari

Ke

AMP-1 Ci1 = Rp 5

juta

AMP-2 Ci2 = Rp

6 juta

Kebutuhan

Aspal (ton) Urutan 1 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Bakalan –Urek Urek 220,770 220,770 1

2 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Bululawang – Jambearjo 18,806 88,234 107,040 4,6 3 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Gading – Sukonolo 60,210 60,210 8

4 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Krebet Senggrong – Kasembon 155,543 155,543 3

5 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Lumbangsari – Gading 74,928 7

6 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Pringu – Sudimoro 88,308 88,308 5

7 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Sempalwadak – Wadanpuro 204,881 204,881 2

Suplai / Total 600,000 311,680 911,680 Keterangan:

Kapasitas AMP-1 = 300 t/hr, kapasitas AMP-2 = 200 t/hr; kapasitas 2 AMP = 500 t/hr

Sisa kebutuhan setelah 1 hari = 911,680 t – 500 t = 411,680 t dibebankan ke AMP-1 300 t dan ke AMP-2 111,680 t pada hari kedua

Tabel 6.

Alokasi Aspal di Kecamatan Bululawang dengan 3 AMP No

Dari Ke

AMP-1 Ci1 = Rp

5 jt

AMP-2 Ci2 = Rp

6 jt

AMP-3 Ci3 = Rp

7 jt

Kebutuh.

Aspal (ton)

Urutan 1 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Bakalan –Urek Urek 220,770 220,770 1

2 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Bululawang – Jambearjo 44,557 62,583 107,040 4, 7 3 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Gading – Sukonolo 60,210 60,210 8

4 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Krebet Senggrong – Kasembon 155,543 155,543 3 5 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Lumbangsari – Gading 74,928 74,928 6

6 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Pringu – Sudimoro 88,308 88,308 5

7 Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

Sempalwadak – Wadanpuro 190,910 13,971 204,881 2, 9 Suplai / Total 411,680 200,000 300,000 911,680 Keterangan:

Kapasitas AMP-1 = 300 t/hr, kapasitas AMP-2 = 200 t/hr, kapasitas AMP 3 = 300 t/hr; kapasitas 3 AMP = 800 t/hr

Sisa kebutuhan setelah 1 hari = 911,680 t – 800 t = 111,680 t dibebankan ke AMP-1.

(11)

Tabel 7.

Alokasi Aspal di Kecamatan Bululawang dengan 4 AMP

No

Dari Ke

AMP-1 Ci1 = Rp 5 jt

AMP-2 Ci2 = Rp 6 jt

AMP-3 Ci3 = Rp 7 jt

AMP-4 Ci4 = Rp 5 jt

Kebutuh Aspal

(ton)

Urut- an 1 Rehabilitasi/Pe-

meliharaan Jalan

Bakalan –Urek Urek 220,770 220,770 1

2 Rehabilitasi/Pe- meliharaan Jalan

Bululawang – Jambearjo

88,234 18,806 107,040 5, 7

3 Rehabilitasi/Pe- meliharaan Jalan Gading – Sukonolo

60,210 60,210 9

4 Rehabilitasi/Pe- meliharaan Jalan Krebet

Senggrong – Kasembon 155,543 155,543 3

5 Rehabilitasi/Pe- meliharaan Jalan Lumbangsari – Gading

23,458 51,470 74,928 8, 10 6 Rehabilitasi/Pe-

meliharaan Jalan Pringu – Sudimoro

88,308 88,308 6

7 Rehabilitasi/Pe- meliharaan Jalan

Sempalwadak – Wadanpuro

79,230 125.651 204,881 2, 4

Suplai / Total 300,000 200,000 111,680 300,000 911,680 Keterangan:

Kapasitas AMP-1 = 300 t/hr, kapasitas AMP-2 = 200 t/hr, kapasitas AMP-3 = 300 t/hr, kapasitas AMP-4 = 300 t/hr; kapasitas 4 AMP = 1100 t/hr

Kebutuhan seluruhnya dapat dilayani 4 AMP dalam 1 hari.

Tabel 8.

Biaya dan Waktu Pelaksanaan Proyek di Kecamatan Bululawang sesuai Jumlah AMP Satuan biaya: Rp

Uraian 1 AMP 2 AMP 3 AMP 4 AMP

Biaya mobilisasi 5.000.000 11.000.000 18.000.000 23.000.000 Biaya bahan, alat,

tenaga kerja

1.397.129.233,07 1.397.129.233,07 1.397.129.233,07 1.397.129.233,07

Biaya Total 1.402.129.233,07 1.408.129.233,07 1.415.129.233,07 1.420.129.233,07

Waktu (hari) 3,04 2 1,37 1

Keterangan:

Volume pekerjaan = 911,680 ton

Harga satuan bahan, alat dan tenaga kerja = Rp 1.532.477,66 /ton

(12)

Tabel 9.

Biaya dan Waktu Pelaksanaan Proyek di Kabupaten Malang sesuai Jumlah AMP Satuan biaya: Rp juta

Satuan waktu: hari

No Kecamatan 1 AMP 2 AMP 3 AMP 4 AMP

Biaya Waktu Biaya Waktu Biaya Waktu Biaya Waktu 1 Ampelgading 1.915,74 4,15 1.922,74 2,15 1.929,74 2,00 1.936,74 1,13 2 Bantur 3.450,57 7,49 3.457,57 5,24 3.464,57 3,00 3.470,57 2,04 3 Bululawang 1.402,13 3,04 1.408,13 2,00 1.415,13 1,37 1.420,13 1,00 4 Dampit 3.299,12 7,16 3.305,12 4,74 3.312,12 3,00 3.318,12 1,95

5 Dau 2.064,91 4,48 2.069,91 3,72 2.075,91 3,00 2.081,91 1,22

6 Donomulyo 1.546,82 6,56 1.533,82 4,00 1.560,82 3,00 1.566,82 0,91 7 Gedangan 4.708,95 10,23 4.714,95 6,23 4.721,95 4,00 4.727,95 2,79 8 Gondanglegi 4.975,30 10,81 4.981,30 6,81 4.988,30 4,14 4.993,30 2,95 9 Jabung 1.572,04 3,41 1.577,04 2,11 1.583,04 2,00 1.589,04 0,93 10 Kalipare 1.272,85 2,76 1.278,85 2,00 1.285,85 1,09 1.290,85 0,75 11 Karangploso 3.653,73 7,93 3.658,73 5,90 3.665,73 3,00 3.672,73 2,16

12 Kasembon 927,47 2,00 934,47 1,34 941,47 1,00 948,47 0,55

13 Kepanjen 8.422,53 18,31 8.428,53 11,00 8.435,53 7,00 8.440,53 4,99

14 Kromengan 670,35 1,45 676,35 1,00 683,35 1,00 688,35 0,39

15 Lawang 2.949,92 6,40 2.954,92 5,60 2.960,92 3,00 2.967,92 1,75 16 Ngajum 2.330,99 5,06 2.336,99 3,06 2.343,99 2,00 2.348,99 1,38 17 Ngantang 1.287,71 2,79 1.293,71 2,00 1.300,71 1,12 1.306,71 0,76 18 Pagak 2.661,72 5,78 2.667,72 3,67 2.674,72 2,45 2.679,72 1,58 19 Pagelaran 3.292,39 7,15 3.298,39 4,48 3.305,39 3,00 3.310,39 1,95 20 Pakis 5.860,10 12,73 5.866,10 8,00 5.873,10 5,00 5.879,10 3,47 21 Pakisaji 1.232,20 2,67 1.238,20 2,00 1.245,20 1,00 1.250,20 0,73 22 Poncokusumo 1.789,92 3,88 1.795,92 2,55 1.802,92 2,00 1.808,92 1,22 23 Pujon 1.262,83 2,73 1.268,83 2,00 1.275,83 1,07 1.282,83 0,75 24 Singosari 3.697,38 8,03 3.702,38 7,04 3,708,38 3,04 3.715,38 2,19 25 Smbrmanjing

Wetan 2.826,37 6,14 2.832,37 4,00 2.839,37 2,80 2.845,37 2,00

26 Sumberpucung 420,22 0,90 420,22 0,90 420,22 0,90 420,22 0,90

27 Tajinan 2.450,27 5,32 2.456,27 3,32 2.463,27 2,65 2.469,27 1.45 28 Tirtoyudo 1.348,05 2,92 1.354,05 2.25 1.361,05 2,00 1.367,05 0,8 29 Tumpang 4.498,70 9,77 4.504,70 6,00 4.511,70 4,00 4.517,70 2,67 30 Turen 4.977,15 10,82 4.983,15 6,82 4.990,15 4,15 4.996,15 2,95 31 Wagir 1.612,04 3,50 1.619,04 2,16 1.626,04 1,83 1.632,04 0,95 32 Wajak 1.438,27 3,12 1.444,27 2,00 1.451,27 1,45 1.457,27 0,85

33 Wonosari 807,24 1,74 813,24 1,08 820,24 1,00 825,24 0,48

Total 86.625,99 191,24 86.817,99 125,20 87.037,99 81,74 87.225,99 52,60

DAFTAR PUSTAKA

Antil, James M. and Ronald W. Woodhead. 1990. Critical Path Method. Fourth Ed.

USA: John Wiley & Sons, Inc.

Kerzner, Harold. 2006. Project Management: A Systems Approach to Planning, Scheduling and Controlling. Ninth Ed. USA: John Wiley & Sons, Inc.

Subagyo, Pangestu, Marwan Asri dan T. Hani Handoko. 1986. Dasar-Dasar Operations Research. Edisi Kedua Cetakan Kedua. Yogyakarta: BPFE.

Suwandira, G.N.P., R. Indrayani dan Ida Ayu Rai Widhiawati. 2006. Optimasi Biaya Pekerjaan Aspal Hot Mix dengan Model Penugasan (Assignment) pada Proyek Jalan di Bali. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil ITS Vol. 10 No. 1 Januari 2006.

Wardhani, K. 1996. Optimasi Distribusi Material dengan Model Transportasi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Simpang Susun Waru – Bandara Juanda Surabaya. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Peraturan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ini, Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi melaksanakan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit tuberkulosis dengan menggunakan media leaflet

Hasil skenario hasil investasi yang negatif untuk komoditas perak, Euro, dan AUD mengindikasikan bila emas bukan menjadi pilihan, tidak berarti bahwa investasi harus dilakukan

Dari tabel 1.2 terlihat bahwa tingkat keinginan untuk berpindah (turnover intention) cukup tinggi, dengan hasil dari 77 karyawan yang menyatakan ada niat

Selain dari cara tersebut pemasaran yang dilakukan dengan melalui media sosial seperti instagram atau facebook Menurut hasil wawancara dengan Bapak Don sebagai

Perintah untuk menampilkan data siswa dari tabel siswa yang terdiri dari field NIS, nama_siswa dan tanggal lahir dengan urutan dari siswa yang termuda adalah

Kemudian terdapat korelasi positif antara skor PASI dengan kadar NO•, sehingga NO• dianggap menjadi bagian yang penting pada proses inflamasi psoriasis.. (USA, 1996)

E kowisata memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang