• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS ARTIKEL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Disusun Oleh : NANDRI YENNI

0910012111341

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG 2013  

 

 

(2)

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

Nandri Yenni

1,

As Suhaiti Arief

1

, Yansalzisatry

1

1

Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta E-mail : nandree_18@yahoo.com

Abstract

Notary is a public official who has authority not just limited to making authentic act but also to register and certify the letters under the hand. As provided for in Article 15 paragraph (2) of Law Number 30 Year 2004 concerning Notary. This study aims to determine the probative force under the deed notarized hand as evidence in court proceedings.

Based on the results, it can know that: 1) The procedure of legalization under the deed in the hands of the notary's office is the parties providing the certificate files have been first made and have not previously signed. Notary then read and explained the purpose of the contents of the deed under hand and then the parties affix their signatures, and signing should be done at that time; 2) Practice legalization notary deed under hand by an endorsement on the date of signature and guarantee agreements made, so the deed under the hand legalization has gained some additional strength in terms of evidence, 3) power of proof under the deed notarized hand in a civil case number: 42/Pdt.G/2010.PN.PDG is perfect proof as well as proof of the power of an authentic deed.

Key words : Legalization, Authentication Strength Pendahuluan

Peran notaris sangat penting dalam ranah hukum perdata, karena profesi notaris mempunyai peranan yang paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan hukum khususnya dalam lapangan hukum perdata. Saat ini masyarakat yang kenyataannya merupakan subjek dari setiap perbuatan hukum akan sangat terbebani dengan urusan-urusan administrasi hukum. Dokumen yang berhubungan dengan perbuatan hukum

yang akan dilakukan sehingga tersusun secara benar dan sesuai dengan prosedur hukum maka haruslah dibuat oleh orang yang benar-benar menguasai bidang tersebut.

Notaris adalah salah satu profesi

yang merupakan pejabat umum yang

mempunyai tugas dan kewajiban dalam

memberikan pelayanan dan kebutuhan

hukum kepada masyarakat. Bantuan

hukum yang dapat diberikan dari seorang

notaris adalah dalam bentuk pembuat akta

(3)

otentik ataupun kewenangan lainnya dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN).

UUJN merupakan pengganti Peraturan Jabatan Notariat (Stb. 1860-3) dan Reglement op Het Notaris Ambt in Indonesie (Stb 1860: 3) yang merupakan peraturan Pemerintah Kolonial Belanda.

Dalam Pasal 1 angka 1 UUJN, dinyatakan bahwa: ″Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang- undang ini.”

Tugas dan pekerjaan notaris sebagai pejabat umum tidak terbatas pada membuat akta otentik tetapi juga ditugaskan melakukan pendaftaran dan mengesahkan surat-surat dibawah tangan.

Pada dasarnya akta dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu akta otentik dan akta dibawah tangan. Akta dibawah tangan bisa dibuat sedemikian rupa atas dasar kesepakatan,

sedangkan akta otentik harus dibuat oleh pejabat yang berwenang untuk itu.

Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), yang mengatakan bahwa: “akta otentik adalah akta yang (dibuat) dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya.”

Otentik artinya karena dibuat dihadapan seorang pejabat umum yang ditunjuk untuk itu yang dalam hal ini biasanya adalah seorang Notaris.

Sedangkan istilah surat dibawah tangan adalah istilah yang dipergunakan untuk pembuatan suatu perjanjian antara para pihak tanpa dihadiri atau bukan dihadapan seorang Notaris sebagaimana yang disebutkan pada akta otentik di atas.

Perjanjian yang dibuat dibawah

tangan adalah perjanjian yang dibuat

sendiri oleh para pihak yang berjanji, tanpa

suatu standar baku tertentu dan hanya

disesuaikan dengan kebutuhan para pihak

(4)

tersebut. Sedangkan kekuatan pembuktiannya hanya antara para pihak tersebut apabila para pihak tersebut tidak menyangkal dan mengakui adanya perjanjian tersebut (mengakui tanda tangannya di dalam perjanjian yang dibuat). Artinya salah satu pihak dapat menyangkal akan kebenaran tanda tangannya yang ada dalam perjanjian tersebut. Lain halnya dengan akta otentik, akta otentik atau biasa disebut juga akta notaris memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna. Sedangkan akta dibawah tangan sebagai alat bukti untuk mendapatkan tambahan kekuatan pembuktian dalam sidang pengadilan harus di legalisasi oleh notaris terlebih dahulu.

Pada praktiknya akta dibawah tangan yang telah dibuat oleh para pihak dapat didaftarkan (waarmerking) di kantor notaris, namun ada juga akta dibawah tangan itu ditandatangani oleh para pihak di hadapan notaris yang tanggal pembuatannya sama dengan tanggal menghadapnya para pihak di kantor

notaris, inilah yang disebut dengan legalisasi. Seperti yang tercantum dalam Pasal 15 ayat (2) UUJN bahwa notaris berwenang:

a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus,

b. membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus,

c. membuat kopi dari surat-surat dibawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan,

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya,

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta, f. membuat akta yang berkaitan dengan

pertanahan, atau

g. membuat akta risalah lelang.

Akta dibawah tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian di pengadilan apabila akta tersebut disertai dengan alat bukti lainnya. Namun akta dibawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris maka dia akan mempunyai tambahan kekuatan pembuktian.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1874,

1874 (a), dan 1880 KUHPerdata terhadap

bukti surat tersebut harus ada legalisasi

(5)

dari pejabat yang berwenang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan pembuktian akta dibawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris sebagai alat bukti di pengadilan. Karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dalam sebuah penelitian dengan judul

“KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS”

Metodologi

Guna memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan dalam penulisan ini maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis Penelitian

Untuk menjawab permasalahan- permasalahan yang ada penulis melakukan pendekatan masalah yang bersifat yuridis sosiologis yaitu penelitian yang dilakukan langsung ke lapangan untuk memperoleh data primer

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian yang

bersifat deskriptif analitis yaitu penelitian yang hasilnya menggambarkan secara menyeluruh dan

sistematis mengenai kekuatan pembuktian akta dibawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris.

3. Bahan Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti di lapangan melalui wawancara dengan responden yaitu Notaris/PPAT Rismadona, Pengacara Desman Ramadhan sebagai kuasa hukum yang berperkara dan informan yaitu Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Padang.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan

hukum. Adapun data sekunder tersebut

terdiri dari:

(6)

1) Bahan hukum primer

Bahan hukum primer adalah bahan yang diperoleh dari hasil penelitian terhadap bahan- bahan kepustakaan. Bahan hukum primer dalam penulisan skripsi ini terdiri dari:

a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

b. Het Herziene Indonesisch Reglement.

c. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.

d. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai.

2) Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer

diantaranya: buku-buku yang

berhubungan dengan kenotariatan, makalah-makalah

dan karya tulis, Internet, dan data-data pada Kantor Notaris di Kota Padang dan Pengadilan Negeri Kelas IA Padang.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Dengan demikian ada dua teknik yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian lapangan untuk memperoleh data primer, yang di dapat dari penelitian di lapangan dengan cara menanyakan langsung mengenai masalah yang diteliti dengan suatu pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan sebagai alat pengumpul data.

b. Studi Dokumen

Studi dokumen adalah teknik

pengumpulan data yang dipakai

untuk mempelajari bahan

(7)

kepustakaan yang terdiri dari undang-undang, buku-buku dan hasil penelitian yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti.

5. Analisis Data

Terhadap semua bahan dan data yang diperoleh dari hasil penelitian baik data primer maupun data sekunder disusun dan dianalisis dengan metode analisis kualitatif yaitu dimana data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang diteliti kemudian diambil kesimpulan dan diuraikan dalam bentuk kalimat.

Hasil dan Pembahasan

1. Prosedur Legalisasi Terhadap Akta Dibawah Tangan Di Kantor Notaris

Menurut Pasal 15 UUJN, selain membuat akta otentik notaris juga berwenang untuk mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat dibawah tangan dengan

mendaftarkan dalam buku khusus (legalisasi). Kepastian di sini mempunyai arti bahwa para pihak telah sepakat untuk menuangkan kehendak mereka ke dalam bentuk surat dan kata-kata yang tertulis di dalam surat tersebut merupakan isi dari kehendak para pihak. Karena tulisan tersebut tidak dibuat oleh notaris. Maka para pihak menginginkan agar akta dibawah tangan itu ditandatangani di hadapan notaris dan dicap oleh notaris.

Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Rismadona Notaris/PPAT di Kota Padang tanggal 10 Juli 2013, berikut ini adalah tahap-tahap dari proses legalisasi akta dibawah tangan:

1. Para penghadap yang telah

memenuhi syarat (minimal berusia 18

tahun atau telah menikah dan cakap

melakukan perbuatan hukum)

menghadap notaris di wilayah kerja

notaris yang bersangkutan.

(8)

2. Para penghadap tersebut harus dikenal notaris atau diperkenalkan padanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang berumur paling sedikit 18 tahun atau telah menikah dan cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya. Pengertian kenal yang di syaratkan UUJN berbeda dengan pengertian kenal sehari-hari, yakni notaris harus mengerti benar sesuai dengan kartu tanda pengenal, bahwa orangnya yang datang itu memang sama dengan kartu tanda pengenalnya, bahwa bertempat tinggal di alamat kartu itu dan cocok dengan foto yang tertera dalam kartu tanda pengenal tersebut.

3. Para penghadap mengutarakan maksudnya dan memberikan berkas akta yang telah terlebih dahulu dibuat oleh para pihak.

4. Notaris membacakan, menjelaskan isi, dan maksud akta dibawah tangan itu. Jika akta itu bertentangan dengan

undang-undang, maka akta itu harus diubah, akan tetapi bila yang bersangkutan tidak bersedia merubahnya, maka akta tersebut tidak boleh dilegalisasi. Setelah menjelaskan isi dan maksud dari akta tersebut, notaris berkewajiban untuk menanyakan pendapat para pihak, apakah para pihak mengerti maksud dari akta tersebut dan menyetujui apa yang diperjanjikan di dalam akta tersebut. Apabila salah satu pihak tidak menyetujui maka akta tersebut harus dirobah sampai kedua belah pihak menyetujui perjanjian yang tertera dalam surat tersebut.

5. Setelah akta dibacakan, para penghadap, saksi dan notaris kemudian membubuhkan tandatangannya, yang berarti membenarkan apa yang termuat dalam akta tersebut, dan penandatanganan tersebut harus dilakukan pada saat tersebut.

6. Kemudian akta dibawah tangan

tersebut diberi materai 6000 karena

(9)

terhadap akta atau surat perjanjian dan surat-surat lainnya, dalam hal ini termasuk yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian di pengadilan nantinya mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata maka dikenakan atas dokumen tersebut bea materai.

7. Selanjutnya notaris mendaftarkan akta tersebut kedalam buku khusus tentang legalisasi.

2. Praktek Legalisasi akta Dibawah Tangan Oleh Notaris

Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Rismadona Notaris/PPAT di Kota Padang bahwa legalisasi itu dilaksanakan pada saat penandatanganan surat dibawah tangan tersebut, dan nomor legalisasi itu harus sesuai dengan hari dan tanggal ditandatanganinya surat di bawah tangan tersebut. Sedangkan dalam praktek sering ditemukan surat di bawah tangan yang dilegalisasi itu tidak sesuai dengan yang ditetapkan oleh

undang-undang, bahkan sering juga oleh pejabat tertentu dilegalisir surat dibawah tangan yang tanggal penandatangannya oleh yang bersangkutan jauh sebelum tanggal dilakukan legalisasi, hal ini jelas tidak sesuai dengan maksud dan tujuan dari legalisasi karena legalisasi ditandatangani sesuai hari pembuatan surat tersebut, dihadapan notaris.

Kewenangan notaris dalam melegalisasi suatu akta dibawah tangan tentunya

diikuti dengan adanya pertanggunganjawaban atas tindakan tersebut.

Adapun surat yang biasa dilegalisasi oleh notaris tanpa di hadiri kedua belah pihak yaitu surat kuasa pengacara. Karena surat tersebut di anggap tidak akan membawa kerugian terhadap notaris sendiri dikemudian hari.

Sejauh ini tidak ada masalah mengenai

legalisasi surat tersebut. Jikapun ada akta

dibawah tangan yang dilegalisasi notaris

bermasalah, notaris secara garis besar

tidak bertanggung jawab terhadap isi

(10)

akta tersebut karena bukan notaris yang membuatnya.

Tujuan dari legalisasi atas penandatanganan akta dibawah tangan adalah agar terdapat kepastian atas kebenaran tanda tangan yang terdapat dalam akta, dan juga kepastian atas kebenaran bahwa tanda tangan itu adalah benar sebagai tanda tangan para pihak.

Dengan demikian, para pihak pada dasarnya tidak leluasa lagi untuk merubah akta tersebut.

3. Kekuatan Pembuktian Akta Dibawah Tangan Yang Telah Memperoleh Legalisasi Oleh Notaris

Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu Herlina Rayes selaku Hakim Pengadilan Negeri Kelas IA Padang pada tanggal 29 Juli 2013, khusus dalam perkara perdata yang telah ditentukan, bahwa tidak semua peristiwa atau kejadian harus dibuktikan melainkan hal-hal yang menjadi perselisihan saja yang harus dibuktikan. Segala peristiwa yang

menimbulkan sesuatu hak harus dibuktikan oleh yang menuntut hak tersebut, sedangkan peristiwa yang menghapuskan hak harus dibuktikan oleh pihak yang menyangkal hak tersebut.

Maka dengan sendirinya apabila tidak ada bukti-bukti yang diajukan atau tidak cukup diajukan bukti di persidangan, maka tuntutan hak atau gugatan dari penggugat akan ditolak atau tidak dikabulkan.

Akta dibawah tangan hanya

mempunyai kekuatan pembuktian formal,

yaitu bila tanda tangan pada akta itu diakui

(dan ini sebenarnya sudah merupakan

bukti pengakuan) yang berarti pernyataan

yang tercantum dalam akta itu diakui dan

dibenarkan. Berdasarkan hal tersebut maka

isi akta yang diakui, adalah sungguh-

sungguh pernyataan pihak-pihak yang

bersangkutan, apa yang masih dapat

disangkal ialah bahwa pernyataan itu

diberikan pada tanggal yang tertulis

didalam akta itu, sebab tanggal tidak

termasuk isi pernyataan pihak-pihak yang

bersangkutan.

(11)

Seperti pada kasus perkara perdata Nomor:42/Pdt.G/2010.PN.PDG antara PT.Suriatama Minang Lestari (Penggugat) melawan PT.Basko Minang Plaza (Tergugat) tertanggal 22 April 2010. Yang pada saat pembuktian tergugat mengajukan bukti T.4 (Fotocopy Perjanjian Sewa Menyewa Nomor: 067/BMP/SP/Pdg/II/00 tanggal 18 Februari 2000, yang dilegalisasi oleh Yuyu Tristanti SH, Notaris/PPAT di Padang). Bukti tersebut telah diakui kebenarannya oleh penggugat dihadapan Majelis Hakim. Dengan diakuinya bukti T4 oleh penggugat, maka kekuatan pembuktian terhadap akta dibawah tangan yang telah dilegalisasi oleh notaris merupakan alat bukti yang sah dan berkekuatan hukum. Dimana perkara perdata tersebut di putuskan oleh Pengadilan Negeri Padang dan Pengadilan Tinggi Padang dimenangkan oleh PT.Basko Minang Plaza.

Berdasarkan hal tersebut maka akta dibawah tangan yang telah memperoleh legalisasi dari notaris membantu hakim

dalam hal pembuktian karena memberikan kepastian mengenai tanggal, identitas, maupun tandatangan dari para pihak yang bersangkutan dan terkait dalam perjanjian tersebut.   Mengenai kekuatan pembuktian akta dibawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris yaitu akta No.067/BMP/SP/PDG

dalam perkara perdata No.42/Pdt.G/2010.PN.PDG merupakan bukti yang sempurna seperti akta otentik dan telah diakui para pihak.

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas maka Penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur legalisasi terhadap akta dibawah tangan yang dilegaisasi di kantor notaris:

a Para penghadap yang telah

memenuhi syarat, minimal

berusia 18 tahun atau telah

menikah dan cakap

melakukan perbuatan

hukum.

(12)

b Para penghadap tersebut harus dikenal notaris dan cakap melakukan perbuatan hukum.

c Para penghadap mengutarakan maksudnya

dan memberikan berkas akta yang telah terlebih dahulu dibuat oleh para pihak.

d Notaris membacakan, menjelaskan isi, dan maksud akta di bawah tangan itu.

e Setelah akta dibacakan, para penghadap,saksi dan

notaris kemudian membubuhkan

tandatangannya,yang berarti membenarkan apa yang termuat dalam akta tersebut, dan penandatanganan tersebut harus dilakukan pada saat tersebut.

f Mencantumkan materai terhadap akta atau surat perjanjian dan surat-surat lainnya, dalam hal ini termasuk yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.

g Selanjutnya notaris mendaftarkan akta tersebut

kedalam buku khusus tentang legalisasi.

2. Praktek legalisasi oleh Notaris

bahwa legalisasi merupakan

pengakuan mengenai tanggal

dibuatnya perjanjian, sehingga akta

dibawah tangan yang telah

memperoleh legalisasi mempunyai

tambahan kekuatan dalam hal

pembuktian. Dalam hal ini para

pihak yang namanya tercantum

dalam surat itu dan membubuhkan

(13)

tandatangannya dibawah surat itu tidak lagi dapat mengatakan bahwa para pihak atau salah satu pihak tidak mengetahui apa isi surat itu, karena isinya telah dibacakan dan dijelaskan terlebih dahulu sebelum para pihak membubuhkan tandatangannya dihadapan pejabat umum yang bersangkutan dan dihadapan saksi-saksi.

3. Kekuatan pembuktian akta dibawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris dalam perkara perdata No:42/Pdt.G/2010.PN.PDG

dimana akta dibawah tangan tersebut dijadikan alat bukti dalam persidangan yang merupakan alat bukti yang sah dan berkekuatan hukum. Berdasarkan hal tersebut maka akta dibawah tangan yang telah memperoleh legalisasi dari notaris membantu hakim dalam hal pembuktian karena memberikan kepastian mengenai tanggal, identitas, maupun tandatangan dari

para pihak yang bersangkutan dan terkait dalam perjanjian. Mengenai kekuatan pembuktian akta dibawah tangan yang dilegalisasi oleh notaris yaitu akta No.067/BMP/SP/PDG dalam

perkara perdata No.42/Pdt.G/2010.PN.PDG

merupakan bukti yang sempurna seperti akta otentik dan telah diakui para pihak.

Saran

Untuk memberikan kepastian bagi hakim sebaiknya setiap perjanjian yang memerlukan sebuah akta dibuat dalam bentuk akta otentik sehingga mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna Daftar Pustaka

A. Buku-buku

Abdul Ghofur Anshori, 2009, “Lembaga Kenotariatan Indonesia”, UII Press, Jakarta.

Ananto Widiatmoko dan Kelik Pramudya, 2010, “Etika Profesi Aparat Hukum”, Pustaka Yustisia, Yogyakarta.

Daeng H,R Naja, 2012, “ Teknik

Pembuatan Akta” , Pustaka

Yustisia, Yogyakarta

(14)

G.H.S. Lumban Tobing, 1991, “Peraturan Jabatan Notaris”, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Habib Adjie, 2009, “Hukum Notaris Indonesia”, Refika Aditama, Jakarta.

Habib Adjie dan Sjaifurrachman, 2011,

“Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta”, Mandar Maju, Jakarta.

Peter Mahmud Marzuki, 2007, “Metode Penelitian Hukum” , Kencana, Jakarta

R. Soeroso, 2010, ”Perjanjian Dibawah Tangan”, Sinar Grafika, Jakarta.

R. Subekti, 2008, “Hukum Pembuktian”, PT Pradnya Paramita, Jakarta.

---, 2004, “Hukum Perjanjian”, PT Intermasa, Jakarta.

---, 1986, ”Pembuktian dan Daluwarsa”, PT Intermasa, Jakarta

Sudikno Mertokusumo, 2009, “Hukum Acara Perdata Indonesia”, ed. 8, Liberty, Yogyakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Het Herziene Indonesisch Reglement Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai

C. Sumber Lain

http://irmadevita.com, diakses 16 September 2012.

http://herman-notary.blogspot.com, diakses

  

01 Januari 2013.

http://wikipedia.org/wiki/Notaris,

diakses 16 September 2012

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu pada bulan September-Nopember pemerintah desa bisa melakukan perubahan atas APBDes tahun anggaran bersangkutan apabila terjadi keadaan yang menyebabkan

Dari penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Afandi (2016) berfikir kritis dalam menyelesaikan soal cerita berdasarkan kemamapuan siswa SMP pada mata pelajaran

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Orientasi pasar yang terdiri dari orientasi pelanggan dan orientasi pesaing serta koordinasi antar fungsi, sedangkan

melalui penerapan metode pengeringan menggunakan bambu, mengembangkan diversifikasi produk olahan serta memanfaatkan limbah rumput laut sebagai pupuk organik cair

The study attempted to analyse the relationship between total per-student school funding, parental contributions, and student learning outcomes as represented by

Pertumbuhan berat gurami terendah terdapat pada perlakuan P1 (tanpa perendaman hormone tiroksin) dengan berat mutlak 0,81 g, hal ini diduga karena media yang

Hasil uji F, pengaruh transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan terhadap kepercayaan donatur, diperoleh nilai F sebesar 17.512 dengan nilai sig sebesar 0.000,

Saham yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah perusahaan yang memiliki nilai saham konsisten dan tidak keluar masuk dalam indeks LQ45 dalam periode Februari