• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. Nur. Devi and Meria. Octavianti, Komunikasi Dakwah Pemuda Hijrah, Jurnal Manajemen Komunikasi, 3.2 (2019),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. Nur. Devi and Meria. Octavianti, Komunikasi Dakwah Pemuda Hijrah, Jurnal Manajemen Komunikasi, 3.2 (2019),"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian yang membahas tentang Dakwah di Media Sosial yang dapat digunakan sebagai rujukan oleh peneliti. Beberapa diantaranya yang relevan dengan judul penelitian yang disusun oleh Nur Ratih dan Meria Octavianti Tahun 2019 yang berjudul “Komunikasi Dakwah Pemuda Hijrah”.

Metode penelitian menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus deskriptif. Hasil penelitian yang didapati oleh peneliti menunjukkan komunikasi dakwah di era digital saat ini sangat menarik perhatian bagi pemuda, di mana informasi didapatkan dengan sangat mudah, ada baiknya pemerintah dan akademisi ikut berpartisipasi dalam menyebarkan virus kebaikan ini.1

Persamaan dari penelitian Nur Ratih dan Meria dengan peneliti yaitu sama- sama menggunakan metode penelitian kualitatif, objek yang diteliti sama yaitu komunitas shift pemuda hijrah, dan juga membahas perihal dakwah media sosial.

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan Nur Ratih dan Meria dengan peneliti yaitu objek yang diteliti komunitas shift pemuda hijrah hanya berfokus pada media sosial di Youtube. Kemudian, yang diangkat peneliti tentang konten kreatif berbasis Pendidikan Islam.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Ghassani Nur dan Puji Hariyanti Tahun 2018 yang berjudul “Kreativitas Komunikasi Dakwah Partisipatif Komunitass Shift Bandung”. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan metode fenomenologi. Kesimpulan yang didapati yaitu kreativitas Pemuda Hijrah (SHIFT) dalam melakukan strategi komunikasi dakwah partisipatif menunjukkan model dakwah yang berhasil dalam menarik

1 Nur. Devi and Meria. Octavianti, ‘Komunikasi Dakwah Pemuda Hijrah’, Jurnal Manajemen Komunikasi, 3.2 (2019), 173–84.

(2)

jamaah untuk ikut berperan aktif mulai dari perencanaan sampai evaluasi program dakwah SHIFT.2

Persamaan dalam penelitian Ghassani Nur dan Puji Hariyanti dengan peneliti yaitu metode penelitian yang digunakan sama yakni pendekatan kualitatif, objek yang digunakan sama-sama menggunakan komunitas Shift Pemuda Hijrah. Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan metode penelitian fenomenologi sedangkan peneliti menggunakan analisis konten, kemudian fokus penelitian terdahulu di semua media sosial Shift Pemuda Hijrah sedangkan peneliti hanya di Youtube saja. Kajian yang dibahas peneliti seputar konten kreatif berbasis pendidikan Islam.

Penelitian lainnya dilakukan Ulil Azmil Umroh tahun 2019 dengan judul

“Desain Dakwah di Media Sosial Ustadz Teuku Hanan Attaki melalui Shift Pemuda Hijrah (Dalam Tinjauan Teori Integrasi Informasi Martin Feishbein)”.

Metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan etnografi media.

Kesimpulan yang didapati oleh peneliti yaitu mengintergrasikan antara pemikirannya dengan shift sehingga memiliki kekuatan potensial untuk mempengaruhi seseorang agar memiliki sikap tertentu. Informasi dakwah yang dibagikan di desain sesuai dengan karakter anak-anak muda ini, sehingga menarik untuk di follow. Kepercayaan ini diberikan agar dapat mengubah sikap mereka dari yang sebelumnya tidak tertarik dan tidak tau tentang Islam sehingga menjadi tertarik dalam mempelajari Islam.3

Persamaan dengan penelitian terdahulu yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif, objek yang di teliti sama-sama menggunakan komunitas shift pemuda hijrah, dan juga membahas tentang media sosial.

Perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu objek yang diteliti di semua media sosial Shift Pemuda Hijrah sedangkan peneliti hanya berfokus pada Youtube.

2 Ghassani Nur Sabrina and Puji Hariyanti, ‘Kreativitas Komunikasi Dakwah Partisipatif Komunitas Shift Bandung’, September, 2018, 250–64.

3 Ulil Umroh, ‘Desain Dakwah Di Media Sosial Ustadz Teuku Hanan Attaki Melalui “Shift” Pemuda Hijrah (Dalam Tinjauan Teori Integrasi Informasi Martin Feshbein)’, 2019.

(3)

Pembahasan yang dikaji seputar desain dakwah di media sosial sedangkan peneliti membahas seputar konten kreatif berbasis pendidikan Islam.

Penelitian lainnya dilakukan oleh M. Sufyan Abdurrahman dengan judul

“Generasi Muda, Agama Islam, dan Media: Perilaku Keagamaan Gerakan Shift Pemuda Hijrah Bandung”. Metode penelitian yang digunakan ialah pendekatan kualitatif melalui studi deskriptif dan analisis pustaka. Kesimpulan yang didapati ialah terjadinya motif hijrah karena adanya dorongan orang dan juga dorongan untuk masa depan. Bagi anggotanya bagaimana usaha untuk memperbaiki diri serta lebih berhati-hati dalam menjalani hidup. Memiliki pemikiran baru dan kecintaan dengan agama Islam.4

Persamaan dalam penelitian M. Sufyan Abdurrahman dengan peneliti terletak pada objeknya yakni komunitas shift pemuda hijrah serta menggunakan pendekatan kualitatif. Perbedaan dalam penelitian M. Sufyan Abdurrahman dengan peneliti yaitu sasaran yang diteliti berfokus pada media Youtube. Dan objek kajian yang dibahas oleh peneliti yaitu konteni kreatif yang berbasiskan pendidikan Islam.

Penelitian yang lainnya oleh Noviana Rahmawati dengan judul “Retorika Dakwah Ustadz Hanan Attaki dalam Media Sosial Youtube tentang “Iman” pada channel one minute booster” tahun 2020. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan teori Retorika dari Aristoteles. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya retorika dan gaya bahasa ustadz Hanan Attaki yang berjudul “Iman” sangat beragam, misalnya gaya bahasa yang digunakan diantaranya bahasa tidak resmi, bahasa percakapan, bahasa sederhana, gaya mulia bertenaga, gaya bahasa menengah. Agar mengimbangi kondisi mad’u yang

4 Muhammad Sufyan Abdurrahman, ‘Generasi Muda , Agama Islam , Dan Media Baru : Perilaku Keagamaan Gerakan Shift Pemuda Hijrah Bandung’, Anida (Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah), 20.1 (2020), 46–63.

(4)

kebanyakan dari kalangan pemuda maka pakaian yang digunakan terkesan sederhana dan kekinian tapi terlihat sopan.5

Persamaan dalam penelitian Noviana Rahmawati dengan peneliti sama- sama menggunakan metode kualitatif dan objek yang diteliti berfokus pada channel Youtube. Perbedaan yang ditemukan dalam penelitian Noviana Rahmawati yaitu pembahasan yang diangkat terkait Retorika, sedangkan peneliti tentang konten kreatif berbasis pendidikan Islam.

Dari hasil penelitian tersebut sangatlah tidak sesuai dengan apa yang akan diteliti oleh peneliti, karena beberapa hal, yakni: sasaran penelitiaan hanya berfokus pada Youtube dan obyek kajian yang tidak mengarah pada aspek konten kreatif berbasis pendidikan Islam sebagaimana yang tertera pada judul skripsi ini.

B. Kerangka Teori 1. Konten Kreatif

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) konten adalah sajian informasi yang dapat disampaikan secara langsung atau tidak langsung melalui berbagai cara, termasuk internet, televisi, CD audio, dan, baru-baru ini, ponsel.

Kata kreatif dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti sesuatu yang mempunyai sebuah kemampuan untuk menciptakan; menciptakan daya cipta atau bersifat daya cipta. Kreatif memiliki makna terampil yang berkaitan dengan keahlian, subjek dilihat dari sudut pandang yang berbeda, menyatukan konsep yang dirubah menjadi suatu konsep yang berbeda dan menjadi sesuatu yang lebih menarik.6 Menurut Creative Education Foundation, kreatif merupakan sebuah penemuan atau terobosan baru dengan kondisi yang mencerminkan pemecahan masalah dengan cara yang unik.7 Hadirnya sebuah

5 Novia, Rahmawati. Retorika Dakwah Ustadz Hanan Attaki Dalam Media Sosial Youtube Video tentang "Iman" Pada Channel One Minute Booster. 2020

6 Zarkani, ‘Membangun Komunikasi Kreatif Dalam Dakwah Islamiyah’, 8.1 (2017), 124.

7 Sri Cahyani, “Strategi Kreatif Produser Program Acara Wedang Ronde Sebagai Program Unggulan Di AdiTv Yogyakarta”,Institut Seni Indonesia 10 (2018): 10.

(5)

kreativitas pada diri seseorang merupakan suatu hal yang bisa menjadi cara terbaik dalam menyelesaikan masalah.

Kreatif pada definisi lainnya diharapkan visual yang disajikan unik dan belum pernah digunakan. Elemen desain grafis yang dirancang sedemikian rupa secara original/baru dalam segi objek, warna, huruf, layout. Penyampaian pesan disusun secara sistematik untuk kemudahan penerima pesan/informasi yang tidak meninggalkan kaidah komunikasi dan keindahan.8

Kata Kreativitas dalam bahasa Inggris disebut Creativity yang memiliki arti daya cipta. Kemampuan untuk menciptakan suatu hal yang baru.

Kemampuan disini dimaksud kemampuan imaginatif yang dapat menghasilkan sebuah infornasi yang didapat dari pengalaman sebelumnya yang dikombinasikan menjadi hal baru dan bermanfaat.9

Dalam pandangan David Campbell, kreativitas adalah sebuah ide atau pemikiran seseorang yang memiliki daya guna, inovatif, dan mudah difahami.

Pemikiran lainnya masih dari David Campbell, berupa kemampuan seseorang yang menciptakan sebuah ide dan gagasan baru, berupa pemikiran yang memiliki maksud serta tujuan yang ditentukan. Sedangkan, makna kreatif berpusat pada persoalan menghasilkan sesuatu yang baru. 10

Sebuah kreativitas dapat dibangun dengan memperhatikan hal berikut, yakni:

1. Kreativitas dapat dipelajari oleh setiap orang, tidak harus memiliki bakat bawaan.

2. Kreativitas merupakan proses dari usaha seseorang untuk mengembangkan kemampuannya dan berupaya dalam mencari sesuatu hal yang baru.

3. Kegagalan sebuah pintu menuju keberhasilan

8 U A Umroh, ‘Desain Dakwah Di Media Sosial Ustadz Teuku Hanan Attaki Melalui Shift Pemuda Hijrah: Dalam Tinjauan Teori Integrasi Informasi Martin Feishbein’, 2019.

9 Ummi Kulsum, ‘Pengembangan Kreativitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MTs Najah Matanair Rubaru Sumenep’, Keislaman Dan Kemasyarakatan, 4.1 (2020), 184–85.

10 Beni S. Ambarjaya. Psikologi Pendidikan & Pengajaran, (Yogyakarta: CAPS, 2012), hal. 35.

(6)

4. Terciptanya diri yang kuat dalam mengembangkan kreativitasnya.

5. Memiliki berbagai macam misteri yang tersembunyi

6. Karya yang kreatif harus dapat menerima terhadap subjektid perbedaan serta toleransi terhadap perbedaan.

7. Pemikiran kreatif dapat membuahkan harapan dalam meraih hasil dan tujuan yang baik.11

Dapat ditarik kesimpulan dari pengertian diatas bahwa konten kreatif adalah cara penyampaian informasi secara inovatif melalui media baru, baik berupa hiburan, berita, maupun informasi lainnya. Artikel, film, musik, dan multimedia semuanya dapat digunakan untuk membuat materi kreatif yang dapat dibagikan di internet. Ketersediaan media baru memungkinkan siapa saja untuk membuat berbagai materi secara mandiri dan dengan jumlah uang yang sederhana. Misalnya, media audio-video, yang sebelumnya dikuasai oleh bisnis televisi, yang menginvestasikan banyak uang dalam produksi dan pengirimannya, kini jauh lebih terjangkau. File audio-video dapat diedit secara online dan diunggah ke situs web berbagi video oleh pembuat konten.

2. Media Sosial

a. Pengertian Media Sosial

Kata media dalam bahasa latin ialah mediare yang artinya alat, penghubung, alat, wadah yang digunakan. Media juga dikenal sebutan sebagai “Media is the extensions of man” yang artinya media sebuah perluasan ide, gagasan, dan pikiran terhadap pandangan sosial. Secara terminologi media dikatakan sebagai medius yang berarti perantara, tengah, pengantar. Dalam Bahasa arab, yakni pengantar pesan. Media dapat

11 Ummi Kulsum, “Pengembangan Kreativitas Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di MTs Najah Matanair Rubaru Sumenep,” Keislaman Dan Kemasyarakatan 4, no. 1 (2020): Hal 185-186

(7)

simpulkan segala sesuatu yang memiliki sebuah pengantar atau perantara yang tujuannya agar pesan dapat disampaikan dan diterima dengan baik.12

Media secara umum terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

1) Audio Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) arti kata dari Audio bersifat dapat didengar, alat peraga yang bersifat dapat didengar (misalnya radio). Media audio yaitu media dakwah yang bertujuan menyampaikan pesan dakwah melalui pendengaran seperti televisi, radio, dan podcast).

2) Visual, arti dari kata visual menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) yaitu dapat dilihat dengan indra penglihat (mata), berdasarkan penglihatan. Media dakwah yang bertujuan menyampaikan pesan dakwah melalui penglihatan seperti poster, bulletin, dan sebagainya disebut media visual.

3) Audio-Visual, arti kata dari Audio visual menurut KBBI ialah bersifat dapat didengar dan dilihat, alat peraga bersifat dapat didengar dan dilihat seperti film.Media audio visual yaitu media dakwah yang bertujuan menyampaikan pesan dakwah melalui rangsangan penglihatan dan pendengaran, seperti televisi, sandiwara, dan sebagainya.13 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “sosial ialah berkenaan dengan khalayak, berkenaan dengan masyarakat, berkenaan dengan umum, suka menolong dan memperhatikan orang lain.

Pengertian sosial, menurut Kamus Sosiologi dan Kependudukan, ialah hubungan seorang individu dengan yang lainnya dari jenisyang sama; atau pada sejumlah individu yang membentuk lebih banyak atau lebih sedikit kelompok- kelompok yang terorganisir, juga tentang kecenderungan kecenderungan dan

12 Aulya Sofiyanti and Mada Kusuma, ‘Pemanfaatan Media Dakwah Yang Efektif Di Tengah Pandemi Covid 19’, 269.

13 Nilnan Ni’mah, Dakwah Komunikasi Visual, Islamic Communication Journal 1, no.1 (2016): 108.

(8)

impuls-impuls yang berhubungan dengan yang lainnya.14 Pengertian sosial, yakni pemahaman individu tentang dunia sosial, bagaimana dunia sosial tersebut bekerja. Pemahaman ini akan memudahkan bagi individu dalam berinteraksi dengan orang lain.15

Menurut beberapa ahli pengertian media sosial dalam definisi sosial berarti seorang individu yang masuk kedalam lingkungan komunitas, yang tertuju untuk berkolaborasi sehingga menciptakan karakter dan kerjasama dari sosial. Pengertian lain, media sosial dapat diartikan sebagai sarana atau media yang menggunakan jaringan internet, penggunanya dapat berinteraksi, berkomunikasi dengan pengguna lainnya sehingga terbentuklah sosial secara virtual. 16

Dr. Rulli Nasrullah, M.Si, dalam buku media sosial, menyimpulkan bahwa media sosial merupakan sarana dan fasilitator agar penggunanya dapat mempresentasikan dirinya dalam berinteraksi, beraktifitas, berkomunikasi, saling berbagi, dan terbentuklah sebuah ikatan sosial secara virtual.17

Media sosial adalah media berbasis online yang memungkinkan penggunanya untuk berpartisipasi secara aktif dan mudah, bertukar informasi, dan berinteraksi satu sama lain melalui jejaring sosial, wiki, dan dunia maya.

Tools berupa media sosial adalah yang paling dasar dan paling banyak digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia.18

Media sosial adalah fitur interaksi sosial berbasis online yang terhubung langsung dengan internet, memungkinkan pengguna untuk berbagi informasi

14 Saihu, “Pendidikan Sosial Yang Terkandung salam Surat At Taubah Ayat 71-72” 09, no.01 (2020):

131.

15 Maryam Rahim, Irvan Usman, and Meiske Puluhulawa, “Kecerdasan Sosial Dan Prestasi Belajar Siswa (Tinjauan Dari Perspektif Bimbingan Dan Konseling Belajar),” Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Revitalisasi Laboratorium dan Jurnal Ilmiah dalam Implementasi Kurikulum Bimbingan dan Konseling Berbasis KKNI (2017): 4.

16 Dinda Marta Almas Zakirah, “Pengaruh Hoax Di Media Sosial Terhadap Preferensi Sosial Politik Remaja Di Surabaya,” Mediakita4, no. 1 (2020):3.

17Rulli, Nasrullah. Media Sosial (Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi). Bandung:

Simbiosa Rektama Media), 2017

18 Almas Zakirah., “Pengaruh Hoax di Media Sosial terhadap prefensi Sosial politik Remaja Surabaya”, 2020.

(9)

dan cerita, berpartisipasi, mengirim pesan untuk berkomunikasi, membangun hubungan, dan jaringan.19

Beberapa diantaranya termasuk dalam jenis-jenis media sosial menurut Kaplan dan Haenlein yakni jejaring sosial (Facebook dan Instagram), komunitas konten (Youtube), proyek kolaborasi (Wikipedia, Blog, Microblog), virtual social (Second life), dan virtual game (World of warcraft).20

Dapat disimpulkan dari pengertian di atas bahwa media sosial adalah sebuah media atau alat bantu, agar seseorang pengguna media dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungan dan orang orang baru secara virtual (tidak secara langsung).

b. Jenis-jenis Media Sosial

Media sosial hadir dalam berbagai jenis tergantung dari fungsi dan konten yang disampaikan, ada yang berupa teks pribadi, foto, video, dll.

Namun, Kaplan dan Haenlein membagi jenis media sosial menjadi 6, yaitu:21

1) Proyek kolaboratif

Proyek kolaboratif adalah jenis media sosial yang memungkinkan pengguna untuk membuat konten bersama.

Contoh: Wikipedia, di mana setiap pengguna dapat membuat konten atau dapat mengedit dan menghapus konten yang ada.

2) Blog

Blog adalah jenis media sosial di mana pengguna dapat mengunggah artikel pribadi mereka. Blog ini berbentuk halaman pribadi yang berisi kumpulan konten yang dianggap menarik, seperti posting pengguna harian.

3) Komunitas Konten

19 Ratu. Dewi, Sri. Mutialela, “Perilaku Generasi X Dan Generasi Millenial Dalam Penggunaan Media Sosial” 53, no. 9 (2015): 2,

20 U A Umroh.

21 Rizky Hakiki, Dakwah di Media Sosial (Etnografi Virtual Pada Fanpage Facebook KH. Abdullah Gyimnastiar), ( Skripsi Program Sarjana UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta 2016), h.63-64

(10)

Komunitas konten adalah jenis media sosial yang memungkinkan pengguna untuk berbagi konten dalam bentuk teks, gambar, atau video. Misalnya, Youtube memungkinkan pengguna untuk berbagi konten dalam bentuk video.

4) Situs jejaring sosial

Situs jejaring sosial adalah jenis jejaring sosial yang memungkinkan pengguna untuk terhubung dengan pengguna lain dengan berinteraksi satu sama lain, seperti mengirim pesan, gambar, atau video. Misalnya: Facebook, Instagram, Path, dll.

5) Dunia game virtual

Dunia game virtual adalah jenis media sosial yang memungkinkan pengguna berinteraksi satu sama lain menggunakan avatar pribadi. Setiap pengguna dapat muncul sebagai avatar dan berinteraksi satu sama lain seperti di dunia nyata. Misalnya, game online.

6) Dunia sosial virtual

Dunia sosial virtual adalah jenis media sosial di mana pengguna dapat mensimulasikan kehidupan nyata melalui Internet, dan pengguna merasa seperti mereka hidup di dunia virtual dan mengalami nuansa tiga dimensi.

c. Peran dan Fungsi Media Sosial

Peran media sosial disini ialah bagaimana ia diciptakan agar sesuatu hal yang dikerjakan bisa lebih mudah dan efisiensi. Yang pasti bermanfaat dan dapat memberikan dampak positif bagi khalayak. Sehingga peran media sosial ini bisa digunakan banyak orang dengan tujuan berbagi kebaikan dan mengajak untuk kebaikan.

Fungsi media sosial dapat digunakan sebagai ajang berdakwah, mensyiarkan sebuah pengetahuan, mengedukasi para penikmat dan pengguna media sosial. Dengan adanya platform yang dihasilkan media sosial, dalam berdakwah bisa didesain sedemikian rupa, agar dapat

(11)

bermanfaat oleh khalayak banyak. Dengan adanya media sosial dalam berdakwah bisa menjangkau secara luas dan global dalam mengkomunikasikan informasi dalam sekejap. Selain itu juga dapat membentuk dan membangun sebuah hubungan dengan orang orang di media sosial secara virtual.

3. Pengertian Dakwah

Dakwah secara terminologi yang berasal dari bahasa arab, yakni da’a, yad’u, da’watan yang berarti seruan, ajakan, dan panggilan. Definisi dakwah menurut Syakhul Islam Ibnu Taimiyah ialah mengajak agar seseorang beriman kepada Allah, dengan cara mengikuti apa yang diperintahkan dan membenarkan apa yang dibawa oleh para rasul-Nya.22

Dakwah merupakan suatu kegiatan untuk mengajak, menyeru dan memanggil orang untuk beriman dan bertaat atau berbuat kebaikan. Dakwah juga merupakan suatu profesi dimana harus mempunyai skill, planning dan manajemen waktu yang baik. Dakwah merupakan aktivitas yang sangat penting dalam Islam. Dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh manusia.

Dakwah yang berfungsi menata kehidupan masyarakat yang agamis menuju terwujudnya masyarakat yang harmonis dan bahagia. Tanpa dakwah, masyarakat yang Islami akan lenyap dari permukaan bumi.23

Dakwah merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penyebaran Islam di dunia. Setiap muslim wajib untuk berdakwah, apalagi sebagai mahasiswa Fakultas Agama Islam yang mana harus mampu menyeru kepada kebajikan dan mencegah dalam kemungkaran, sebagaimana firman Allah swt:

“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh(berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar.

Dan mereka itulah orang-orang Yang beruntung”.(Q.S Ali Imran:104)

Pentingnya aktivitas dakwah, maka dakwah haruslah dilakukan dengan baik dan tepat sasaran. Hal tersebut harus diperhatikan oleh seorang da’i agar

22 Fatimatu Zahro, “Retorika Dakwah KH. Faturrohman” (2017), hal 11.

23 Rahmawati.

(12)

penyampaian dakwah benar-benar sampai ke mad’u. Maka dari pada dasarnya dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan oleh umat Islam untuk menyiarkan dan menyebarkan Islam baik berupa lisan maupun tulisan.24

Menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab dakwah dapat diartikan sebagai seruan atau ajakan kepada keinsyafan dalam usaha untuk mengubah kondisi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

Dakwah bukan sekedar penyampaian dengan ucapan semata, namun aspek pembinaan serta pembentukan yang menyentuh dan mendalam.25

Dalam literatur Islam, kata komunikasi dalam segi bahasa bisa disebut dakwah, kata dakwah berasal dari kata Arab yang merupakan bentuk mashdar dari kata do’a, yad’u, yang memiliki arti ajakan, seruan, atau panggilan.

Dakwah dalam arti lain juga berarti doa yakni harapan atau permohonan kepada Allah Swt. Komunikasi dakwah ialah proses penyampaian informasi atau proses penyampaian sebuah informasi dengan prinsip dan kaidah komunikasi dalam Al Qur’an yang mampu merubah pola dan perilaku seseorang.

Da’i, mad’u, pesan dakwah konten, serta media sarana yang merupakan unsur-unsur komunikasi dakwah dengan adanya unsur-unsur tersebut dapat dikatakan sebagai komunikasi dakwah, karena unsur-unsur yang telah disebutkan diatas termasuk dalam prasyarat komunikasi dakwah.26

4. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) pendidikan diartikan sebagai usaha yang secara sadar dan terencana dalam mewujudkan belajar dan pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dalam memiliki pengendalian diri, kepribadian akhlak

24 Leiza Sixmansyah, “Retorika Dakwa K.H. Muchammad Syarif Hidayat Skripsi” (2014): 14.

25 Aris Risdiana, “Transforasi Peran Dai dalam Menjawab Peluang dan Tantangan (Studi Terhadap Manajemen SDM),” Jurnal Dakwah XV, no. 2 (2014): 437,

26 Teddy Khumaedi and Siti Diniyati, ‘Komunikasi Islam Dalam Perspektif Mahasiswa Islam’, Islamic Scientific Journal, 3.2 (2020), 14.

(13)

mulia, spiritual keagamaan, pengendalian diri, dan keterampilan yang diperlukan untuk memajukan masyarakat, bangsa, negara, serta dirinya.27

Kata pendidikan dalam bahasa Inggris disebut education berasal dari kata to educate yang memiliki arti mengasuh, mendidik. Dalam kamus pendidikan (Education) ialah proses yang dimana seseorang memungkinkan untuk mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku yang bernilai baik dimata masyarakat.28

Pendidikan Islami menurut pandangan Islam ialah pendidikan yang dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang kemudian memiliki kandungan dengan sumber dasar dari Al Qur’an dan Hadis. Pemikiran dan teori pendidikan yang membangun dan mengembangkan sumber-sumber dasar tersebut.

Pendidikan Islam menurut Zakiah Darajat ialah perubahan atau pembentukan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dimaksud dalam pengamalannya selalu melibatkan ajaran Allah SWT dan RasulNya, tanpa adanya pengajaran atau pendidikan maka pribadi muslim tersebut tidak bisa tercapai. Dalam pandangan Islam membina seseorang menjadi pribadi muslim yang baik adalah sebuah kewajiban tanpa terkecuali.29

Nurcholish Madjid hadir dengan gagasan barunya mengenai konsep pembaharuan pendidikan Islam yang secara garis besar meliputi sekularisasi, kebebasan intelektual, serta sikap terbuka dengan ide yang baru. Istilah sekularisasi menurut pandangan Nurcholish Madjid pemahasan secara rasional untuk mendominasi nilai-nilai yang bersifat duniawi. Ukuran untuk melakukan ijtihad dalam pembaharuan langkah-langkah metodologis disebut kebebasan intelektual.30

27 Lahmuddin Lubis and Wina Asry, Ilmu Pendidikan Islam, 2020

<https://doi.org/10.31219/osf.io/cnga2>. Hal 17

28 Lubis and Asry. Hal 16

29 Lubis and Asry. Hal 22

30 Zaen Musyrifin, ‘Pemikiran Nurcholis Madjid Tentang Pembaharuan Pendidikan Islam’, Madaniyah, 2.XI (2016), 338.

(14)

Muhammad Athiyah Al-Abrasyi mengungkapkan bahwa tujuan umum dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia.Selain itu juga mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara yang baik dan buruk, mampu menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingat Tuhan dan mengetahui setiap pekerjaan yang dilakukan.Secara singkat karakteristik pendidikan Islam, di antaranya adalah:

a. Pendidikan Islam adalah penekanan pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan, dan mengembangkan atas dasar ibadah kepada Allah Swt.

b. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang, berkembang dalam suatu kepribadian.

c. Pengalaman ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat.31

Proses pendidikan karakter atau pendidikan akhlak dipandang sebagai upaya sadar dan terencana, bukan usaha yang terjadi secara kebetulan. Atas dasar ini, pendidikan karakter dapat menjadi upaya yang sungguh-sungguh untuk mengetahui, membentuk, menumbuhkan nilai-nilai etika, baik bagi diri sendiri maupun bagi seluruh warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. Berkenaan dengan pendidikan ini, kita diingatkan bahwa

“Education comes from within; you catch on by struggle, effort, and thought”

oleh Napoleon Hill, yang menyarankan pendidikan berasal dari dalam diri kita sendiri, Anda menangkap dengan perjuangan, usaha, dan pemikiran.32

31 Abdah Munfaridatus Sholihah and Windy Zakiya Maulida, ‘Pendidikan Islam Sebagai Fondasi Pendidikan Karakter’, QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 12.01 (2020), 52

32 Ibid hal 54

Referensi

Dokumen terkait

Variabel kepatuhan wajib pajak diukur dengan Sembilan item pertanyaan berdasarkan model Wenzel (2002) dalam Verboon dan van Dijke (2010) : “Saya pasti melaporkan

Segmen yang paling menarik adalah segmen yang memiliki hambatan untuk masuk yang tinggi dan hambatan untuk keluar yang rendah, di mana hanya terdapat sedikit perusahaan baru

Menjadi Lembaga Independen di Bidang Informasi Keuangan yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme.. 1)

1.3 Batasan dan Rumusan Masalah 1.3.1 Batasan Masalah Luasnya permasalahan yang terkait dengan penerapan higiene sanitasi dan penyelanggaran makanan di tempat kerja, serta

Perubahan dapat dilihat dari tingkat pendapatan kusir, jam kerja kusir dalam beroperasi menggunakan delman, serta manajemen pemeliharaan kuda yang diterapkan meliputi

a) Besarnya penganggaran untuk gaji pokok dan tunjangan PNSD disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan serta memperhitungkan rencana kenaikan gaji pokok

Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model Borg and Gall yang terdiri dari tujuh tahapan yaitu analisis kebutuhan, pembuatan rancangan produk awal, evaluasi para ahli, uji

Jika dilihat pada Tabel 2, nilai rata-rata error cukup kecil yaitu 2,71 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa sensor resistansi dan Arduino Uno sudah bekerja