• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI KAYU DENGAN METODE EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI KAYU DENGAN METODE EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar) SKRIPSI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI KAYU

DENGAN METODE EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar)

SKRIPSI

LARECHA ERENA MALAU 120803073

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI KAYU

DENGAN METODE EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

LARECHA ERENA MALAU 120803073

DEPARTEMEN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)

i

PERSETUJUAN

Judul : Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Kayu dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar)

Kategori : Skripsi

Nama : Larecha Erena Malau

Nomor Induk Mahasiswa : 120803073

Program Studi : Sarjana (S1) Matematika

Departemen : Matematika

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juni 2016

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Elly Rosmaini, M.Si. Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si.

NIP. 19600520 198503 2 002 NIP. 19460404 197107 1 001

Disetujui Oleh

Departemen Matematika FMIPA USU Ketua,

Prof. Drs. Tulus, M.Si, Ph.D NIP. 196209011988031002

(4)

PERNYATAAN

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI KAYU

DENGAN METODE EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2016

Larecha Erena Malau 120803073

(5)

iii

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Penyayang, dengan limpahan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ubi Kayu dengan Metode EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar).

Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Drs. Iryanto, M.Si dan Ibu Dr. Elly Rosmaini, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih kepada Bapak Drs. Rosman Siregar, M.Si dan Bapak Dr.

Syahriol Sitorus, M.IT selaku dosen pembanding yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, Bapak Prof. Drs. Tulus, Vordipl.

Math, M.Si, Ph.D. dan Ibu Dr. Mardiningsih, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Matematika, serta seluruh dosen di Departemen Matematika, dan semua pegawai yang ada di FMIPA USU. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak PT. Bumi Sari Pematangsiantar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan memberikan pelayanan yang baik.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada kedua orang tua penulis Bapak L. Malau dan Ibu K. Sinaga yang selalu mendoakan, memberi semangat dan bantuan baik secara moril maupun material kepada penulis sejak awal perkuliahan hingga selesai skripsi ini. Kepada saudara-saudari penulis, Brian, Aprilia dan Adelia dan seluruh keluarga besar yang terus mendukung dan mendoakan penulis.

Terima kasih kepada teman-teman penulis, Arsita, Putri, Natalia, Octavia, Erlin, Yosafat, Santa dan teman-teman seperjuangan “Anak Jendral 2012” yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada abang, kakak, dan adik-adik di Matematika FMIPA USU atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

Medan, Juni 2016 Penulis,

Larecha Erena Malau NIM. 120803073

(6)

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UBI KAYU

DENGAN METODE EOQ (Economic Order Quantity) (Studi Kasus: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar)

ABSTRAK

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini (20%

sampai 60%). Metode EOQ (Economic Order Quantity) adalah salah satu metode pengendalian persediaan yang digunakan untuk menentukan jumlah pesanan ekonomis, yaitu jumlah pesanan yang memenuhi total biaya persediaan minimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan jumlah persediaan bahan baku ubi kayu yang optimal pada PT. Bumi Sari Prima dengan metode EOQ dan perbandingan biaya total persediaan bahan baku antara biaya menurut perusahaan dan biaya menurut metode EOQ. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan metode EOQ diperoleh jumlah pemesanan bahan baku ubi kayu yang optimal pada tahun 2015 adalah 201.752 kg. Biaya total persediaan bahan baku menggunakan metode EOQ sebesar Rp 10.087.616 sedangkan menurut perusahaan yaitu sebesar Rp 353.477.333. Perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp 343.389.717.

Kata kunci: EOQ (Economic Order Quantity)

(7)

v

INVENTORY CONTROL OF CASSAVA RAW MATERIAL WITH EOQ (Economic Order Quantity) METHOD

(Case Study: PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar)

ABSTRACT

Inventory control is a very important managerial functions, because the majority of the company involves a big investment in this aspect (20% to 60%). EOQ (Economic Order Quantity) method is one of inventory control method used to determine the amount of economic order, that is the number of orders that fill the minimum total inventory cost. The purpose of this study was to determine the optimal inventory amount of cassava raw material in PT. Bumi Sari Prima with EOQ method and the comparison of total inventory cost between the cost according to the company and according to EOQ method. Based on calculations using EOQ method is obtained that optimal inventory amount of cassava raw material in 2105 is 201.752 kg. Total cost of the raw material inventory using EOQ method is Rp 10.087.616 while according to the company is Rp 353.477.333. The company can save on inventory cost amounted to Rp 343.389.717.

Keywords: EOQ (Economic Order Quantity)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

Bab 1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Kontribusi Penelitian 3

1.6 Metodologi Penelitian 3

Bab 2. Landasan Teori

2.1 Uji Normalitas Lilliefors 5

2.2. Persediaan 7

2.2.1 Definisi Persediaan 7

2.2.2 Masalah Persediaan 7

2.2.3 Fungsi Persediaan 8

2.2.4 Biaya Persediaan 9

2.3 Pengendalian Persediaan 10

2.4 EOQ (Economic Order Quantity) 11

2.5 Menghitung Q Optimal 15

2.6 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) 17

2.7 Penelitian Terkait 17

Bab 3. Hasil dan Pembahasan

3.1 Gambaran Umum Perusahaan 19

3.2 Pengumpulan Data 19

3.2.1 Jumlah Permintaan Bahan Baku Ubi Kayu 20 3.2.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Ubi Kayu 21 3.2.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Ubi Kayu 21

3.3. Pengolahan Data 22

3.3.1 Uji Normalitas Lilliefors 22

3.3.2 Economic Order Quantity (EOQ) 25

3.3.3 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) 25 3.3.4 Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost) 26

(9)

vii Bab 4. Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan 28

4.2 Saran 28

Daftar Pustaka 29

Lampiran 30

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel

Tabel 3.1 Permintaan Bahan Baku Ubi Kayu Tahun 2015 20 Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Ubi Kayu Tahun 2015 21 Tabel 3.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Ubi Kayu Tahun 2015 21

Tabel 3.4 Deviasi Permintaan Bahan Baku 22

Tabel 3.5 Uji Kenormalan Lilliefors Data Permintaan Bahan Baku 24 Tabel 3.6 Perhitungan TIC Bahan Baku Menurut Metode EOQ Tahun 2015 26

Tabel 3.7. Perbedaan TIC Tahun 2015 27

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar

Gambar 2.1 Model Persediaan EOQ Sederhana 12

Gambar 2.2 Kurva TC Minimum 16

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lamp

1. Tabel Distribusi Normal

2. Tabel Nilai Kritis untuk Uji Kenormalan Lilliefors

3. Surat Tanda Terima Riset PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi bisnis yang disimpan untuk mengantisipasi permintaan. Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual atau diproduksi dalam suatu periode tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi (Freddy Rangkuti, 1995). Dalam suatu proses produksi, bahan baku merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting.

Setiap perusahaan baik jasa, dagang, maupun manufaktur, besar atau kecil, selalu menghadapi masalah yang berhubungan dengan persediaan bahan baku.

Persediaan bahan baku yang terlalu besar dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah biaya pemeliharaan dan penyimpanan dalam gudang sehingga akan mengurangi keuntungan yang akan diperoleh perusahaan. Begitu juga dengan persediaan bahan baku yang terlalu kecil dalam perusahaan akan mengganggu jalannya proses produksi.

PT. Bumi Sari Prima merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan baku dalam pembuatan tepung tapioka. Pengendalian persediaan bahan baku ubi kayu yang dilakukan perusahaan ini masih belum maksimal, dimana masih terjadi kekurangan dan kelebihan persediaan bahan baku. Kekurangan persediaan bahan baku pada perusahaan ini terjadi karena adanya perusahaan industri lain yang menggunakan ubi kayu sebagai bahan baku produksi perusahaan tersebut sehingga permintaan bahan baku oleh perusahaan tidak selalu terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Kelebihan bahan baku pada perusahaan ini juga masih terjadi seperti penumpukan bahan baku yang mengakibatkan bahan baku busuk atau rusak sehingga bahan baku tersebut dibuang. Kelebihan persediaan ini menambah biaya

(14)

2

penyimpanan, biaya kerusakan bahan dan biaya modal investasi. Kekurangan dan kelebihan bahan baku tersebut akan merugikan perusahaan dan perlu dihindari dengan mengendalikan persediaan.

Pengendalian persediaan bahan baku akan berpengaruh pada keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan. Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini (20% sampai 60%) (Baroto, 2002). Berdasarkan persoalan tersebut, penulis menggunakan salah satu metode dalam pengendalian persediaan yaitu metode EOQ (Economic Order Quantity). Metode ini dikembangkan atas fakta adanya biaya variabel dan biaya tetap dari proses produksi atau pemesanan barang.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana menentukan persediaan bahan baku ubi kayu yang optimal pada PT. Bumi Sari Prima dengan metode EOQ (Economic Order Quantity).

1.3 Batasan Masalah

Permasalahan pada tulisan ini dibatasi dengan batasan sebagai berikut:

a. Bahan baku yang digunakan adalah ubi kayu.

b. Data atau informasi yang diperoleh dari PT. Bumi Sari Prima pada tahun 2015 meliputi:

1.Jumlah permintaan bahan baku ubi kayu.

2.Biaya pemesanan bahan baku ubi kayu.

3.Biaya penyimpanan bahan baku ubi kayu.

4.Harga bahan baku ubi kayu.

5.Waktu tunggu (lead time) pemesanan bahan baku ubi kayu.

(15)

3

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jumlah persediaan bahan baku ubi kayu yang optimal pada PT. Bumi Sari Prima dan perbandingan biaya total persediaan bahan baku antara biaya yang dikeluarkan perusahaan dan biaya menurut metode EOQ (Economic Order Quantity).

1.5 Kontribusi Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengambil keputusan yang lebih akurat dalam mengendalikan persediaan bahan baku.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang sama di masa yang akan datang dan juga sebagai tambahan ilmu pengetahuan untuk mahasiswa Matematika.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Studi literatur tentang model pengendalian persediaan yang digunakan. Studi literatur dimaksudkan dengan cara mempelajari, mengkaji dan menelaah beberapa rumus yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, maupun makalah yang berkaitan dengan penelitian.

2. Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data yang dibutuhkan dari perusahaan.

Adapun data yang diperoleh dari perusahaan tersebut adalah:

(16)

4

a. Jumlah permintaan bahan baku ubi kayu.

b.Biaya pemesanan bahan baku ubi kayu.

c. Biaya penyimpanan bahan baku ubi kayu.

d. Harga bahan baku ubi kayu.

e. Waktu tunggu (lead time) pemesanan bahan baku ubi kayu.

3. Pengolahan Data

Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut:

a. Menghitung kuantitas pesanan ekonomis menggunakan metode EOQ.

b.Mencari titik pemesanan bahan baku kembali (Reorder Point).

c. Menghitung total biaya persediaan (Total Cost) dengan metode EOQ dan membandingkan dengan biaya total persediaan menurut perusahaan.

4. Menarik kesimpulan dan saran serta menyusun laporan penelitian dalam bentuk skripsi.

(17)

5

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Uji Normalitas Lilliefors

Di dalam pengendalian persediaan, perumusan ilmu statistik digunakan untuk menentukan pola distribusi, dimana pola distribusi tersebut dapat dihitung dengan menguji kenormalan terhadap data hasil pengamatan. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan Uji Normalitas Lilliefors (Sudjana, 2005).

Andaikan terdapat sampel berukuran “n” dengan nilai data x1, x2, x3,…,xn. Berdasarkan sampel ini diuji hipotesis nol (H0) bahwa sampel tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal melawan hipotesis tandingan (H1) bahwa distribusi tidak normal.

Untuk pengujian hipotesis tersebut dilakukan prosedur sebagai berikut:

a. Nilai data x1, x2, x3,…,xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3,…,zn dengan menggunakan rumus:

zi = x− x

s (1)

Dimana:

x = rata-rata sampel x

s = simpangan baku dari sampel

(18)

6

Untuk menghitung rata-rata sampel pengamatan digunakan rumus sebagai berikut:

x = ni=1 𝑥𝑖

n (2)

Untuk menghitung simpangan baku (s) dari sampel digunakan rumus:

s = √ni=1(x− x)2

n−1 (3)

b. Dihitung peluang F(𝑧𝑖) = P(𝑧 ≤ 𝑧𝑖) dengan menggunakan daftar distribusi normal standard.

c. Hitung proporsi 𝑧1, 𝑧2, 𝑧3, … , 𝑧𝑛 yang lebih kecil atau sama dengan 𝑧𝑖. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka:

S(𝑧𝑖) = banyaknya 𝑧1,𝑧2,𝑧3,…,𝑧𝑛≤ 𝑧𝑖

n (4)

d. Dihitung selisih antara F(𝑧𝑖) dengan S(𝑧𝑖), yaitu:

|F(𝑧𝑖) − S(𝑧𝑖)| (5) e. Dihitung harga maksimum diantara |F(𝑧𝑖) − S(𝑧𝑖)| yaitu:

Lhitung = max {|F(𝑧𝑖) − S(𝑧𝑖)|} (6)

Untuk : i = 1,2,3,…,n

(19)

7

f. Pengujian hipotesis:

Hipotesa:

H0 : Data permintaan bahan baku ubi kayu memenuhi distribusi normal.

H1 : Data permintaan bahan baku ubi kayu tidak memenuhi distribusi normal.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika L = {≤ L𝛼(𝑛) : maka H0 diterima

> L𝛼(𝑛): maka H0 ditolak

Dimana L𝛼(𝑛) adalah nilai kritis untuk uji kenormalan Lilliefors dengan taraf nyata α dan banyak data n.

2.2 Persediaan

2.2.1 Definisi Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada periode mendatang. Persediaan dapat berbentuk bahan baku yang disimpan untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada proses manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual. Persediaan memegang peran penting agar perusahaan dapat berjalan dengan baik (Hendra Kusuma, 1999).

Persediaan adalah merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, yang kemudian dijual kembali (Freddy Rangkuti, 1995). Secara umum, persediaan adalah segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan.

Persediaan adalah komponen, material, atau produk jadi yang tersedia, menunggu untuk digunakan atau dijual (Groebner, 1992).

(20)

8

2.2.2 Masalah Persediaan

Masalah utama persediaan bahan baku adalah penetapan jumlah pesanan ekonomis (economic order quantity). Model jumlah pesanan ekonomis berusaha menjawab pertanyaan: berapa jumlah dan kapan bahan baku dipesan agar ongkos simpan dan ongkos pesan dapat minimal. Dalam hal produksi massal suatu jenis komponen, masalah yang harus dipecahkan mirip dengan jumlah pesanan ekonomis. Dalam hal ini komponen harus dibuat lebih dahulu dengan kecepatan pembuatan yang tetap untuk digunakan dalam proses produksi lebih lanjut.

Persediaan menyebabkan ongkos dan perputaran modal terhambat, walaupun persediaan memungkinkan produksi dapat dijalankan secara ekonomis. Karena itulah maka persediaan harus direncanakan dan dikendalikan dengan sebaik-baiknya (Hendra Kusuma, 1999).

2.2.3 Fungsi Persediaan

Fungsi utama persediaan yaitu sebagai penyangga, penghubung antar proses produksi dan distribusi untuk memperoleh efisiensi. Fungsi lain persediaan yaitu sebagai stabilisator harga terhadap fluktuasi permintaan. Lebih spesifik, persediaan dapat dikategorikan berdasarkan fungsinya sebagai berikut (Aulia Ishak, 2010):

a. Persediaan dalam Lot Size

Persediaan muncul karena ada persyaratan ekonomis untuk penyediaan (replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu persyaratan ekonomis antara lain biaya set up, biaya persiapan produksi atau pembelian dan biaya transportasi.

b. Persediaan Cadangan

Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian peramalan.

Peramalan permintaan konsumen biasanya disertai kesalahan peramalan.

Waktu siklus produksi (lead time) mungkin lebih dalam dari yang diprediksi.

(21)

9

Jumlah produksi yang ditolak (reject) hanya bisa diprediksi dalam proses.

Persediaan cadangan mengamankan kegagalan mencapai permintaan konsumen atau memenuhi kebutuhan manufaktur tepat pada waktunya.

c. Persediaan Antisipasi

Persediaan dapat timbul mengantisipasi terjadinya penurunan persediaan (supply) dan kenaikan permintaan (demand) atau kenaikan harga. Untuk menjaga kontinuitas pengiriman produk ke konsumen, suatu perusahaan dapat memelihara persediaan dalam rangka liburan tenaga kerja atau antisipasi terjadinya pemogokan tenaga kerja.

d. Persediaan Pipeline

Jumlah dari persediaan setengah jadi dan persediaan transportasi disebut persediaan pipeline. Persediaan pipeline merupakan total investasi perubahan dan harus dikendalikan.

2.2.4 Biaya Persediaan

Menurut Sri Mulyono (2004), biaya yang terkait dengan persediaan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Carrying costs

Carrying costs adalah biaya untuk memiliki dan menyimpan persediaan selama periode tertentu. Biaya ini berhubungan positif dengan jumlah persediaan dan terkadang dengan waktu penyimpanan. Termasuk dalam kelompok ini adalah bunga atas dana yang ditanamkan dalam persediaan, sewa gudang, penyusutan dan lain-lain. Carrying costs dapat dinyatakan dalam dua cara. Pertama, yang paling sering, adalah menyatakannya dalam rupiah per unit persediaan per periode waktu. Kedua, dinyatakan sebagai persentase tertentu dari nilai persediaan, biasanya antara 10-40 persen.

(22)

10

2. Ordering costs

Ordering costs adalah biaya yang berhubungan dengan penambahan persediaan yang dimiliki. Biaya ini biasanya dinyatakan dalam rupiah per pesanan dan tidak terkait dengan volume pesanan. Termasuk kelompok ini adalah biaya pengiriman, pesanan beli, inspeksi penerimaan dan pencatatan. Ordering costs biasanya berhubungan terbalik dengan carrying costs. Jika volume pesanan bertambah, ordering costs berkurang tapi carrying costs bertambah.

3. Shortage or stockout costs

Shortage or stockout cost tercipta jika permintaan tak dapat dipenuhi karena kekosongan persediaan. Termasuk dalam kelompok ini adalah ketidakpuasan konsumen dan potensi keuntungan yang tak terealisasi. Shortage costs berhubungan terbalik dengan carrying costs. Jika persediaan bertambah, carrying costs bertambah sementara shortage costs berkurang.

2.3 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada aspek ini (20% sampai 60%).

Bila persediaan dilebihkan, biaya penyimpanan dan modal yang diperlukan akan bertambah. Sebaliknya, bila persediaan dikurangi, suatu ketika bisa mengalami stock out (kehabisan barang). Bila perusahaan tidak memiliki persediaan yang mencukupi, biaya pengadaan darurat akan lebih mahal. Dampak lain, mungkin kosongnya barang di pasaran dapat membuat konsumen kecewa dan lari ke merek lain.

Mengingat konsekuensi logis yang dilematis (kekurangan atau kelebihan) dari persediaan, perusahaan harus merencanakan dan mengendalikan persediaan ini pada tingkat yang optimal. Kriteria optimal adalah minimasi keseluruhan biaya yang terkait dengan semua konsekuensi kebijakan persediaan (Baroto, 2002).

(23)

11

2.4 EOQ (Economic Order Quantity)

Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh Ford Harris dari Westinghouse pada tahun 1915. Metode ini merupakan inspirasi bagi pakar persediaan untuk mengembangkan metode-metode pengendalian persediaan lainnya. Model yang dikembangkan oleh Ford Harris tersebut adalah:

𝑄 =2A. D I. C

Keterangan:

A = order cost

D = permintaan per periode I = holding cost (dalam desimal) C = harga per unit

Model ini dapat diterapkan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Permintaan diketahui dengan pasti dan konstan selama periode persediaan.

2. Semua item yang dipesan diterima seketika, tidak bertahap.

3. Jarak waktu sejak pesan sampai pesanan dating (lead time) pasti.

4. Semua biaya diketahui dan bersifat pasti.

5. Kekurangan persediaan (stock out) tidak diizinkan.

6. Tidak ada diskon dalam tingkat kuantitas pesanan.

Menurut Arman Nasution (2003), tujuan model ini adalah untuk menentukan jumlah ekonomis setiap kali pemesanan (EOQ) sehingga meminimasi biaya total persediaan dimana:

Biaya Total Persediaan = Ordering cost + Holding cost + Purchasing cost

(24)

12

Parameter-parameter yang dipakai dalam model ini adalah:

D = jumlah kebutuhan barang selama satu periode (misalnya 1 tahun) k = ordering cost setiap kali pesan

h = holding cost per satuan nilai persediaan per satuan waktu c = purchasing cost per satuan barang yang dipesan

t = waktu antara satu pemesanan ke pemesanan berikutnya

Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat persediaan Titik saat pesanan diterima (order point) Q Q - Dt

Rata-rata persediaan = Q

2

t = Q

D Waktu

Gambar 2.1 Model Persediaan EOQ Sederhana

Gambar 2.1 di atas dapat digunakan untuk penyusunan model matematisnya.

Sejumlah Q unit barang dipesan secara periodik. Order point merupakan saat siklus persediaan (inventory cycle) yang baru dimulai dan yang lama berakhir karena

(25)

13

pesanan diterima. Setiap siklus persediaan berlangsung selama siklus waktu t, artinya setiap t hari (atau mingguan, bulanan, dan sebagainya) dilakukan pemesanan kembali.

Lamanya t sama dengan proporsi kebutuhan satu periode (D) yang dapat dipenuhi oleh Q, sehingga dapat ditulis t = Q

D. Gradien negatif Dt (-Dt) dapat dipakai untuk menunjukkan jumlah persediaan dari waktu ke waktu. Barang yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia (instaneously), maka setiap siklus persediaan dapat dilukiskan dalam bentuk segitiga dengan alas t dan tinggi Q.

Dalam menyajikan tujuan model ini secara matematis, dimulai dari tiga komponen biaya persediaan berikut:

1. Ordering cost

Ordering cost bergantung pada jumlah (frekuensi) pemesanan dalam 1 periode, dimana frekuensi pemesanan tergantung pada:

i. Jumlah kebutuhan barang selama 1 periode (D) ii. Jumlah setiap kali pemesanan (Q)

Dari keterangan di atas, dapat dituliskan bahwa frekuensi pemesanan = D

Q (7) Ordering cost setiap periode diperoleh dengan mengalikan D

Q dengan biaya setiap kali pesan (k), sehingga:

Ordering cost per periode = (DQ )k (8)

2. Holding cost

Setiap hari jumlah barang yang disimpan akan berkurang karena dipakai/terjual, sehingga lama penyimpanan antara satu unit barang yang lain juga berbeda. Yang perlu diperhatikan adalah tingkat persediaan rata-rata.

(26)

14

Persediaan bergerak dari Q unit ke nol unit dengan tingkat pengurangan konstan (gradien-D), selama waktu - t, maka persediaan rata-rata untuk setiap siklus adalah:

Persediaan rata-rata = Q+0

2 = Q

2 (9) Sehingga,

Holding cost per periode = h ( Q2 ) (10)

Holding cost dapat juga dicari dengan menggunakan Gambar 2.1 sebagai berikut (Subagyo et al. 1985):

Luas segitiga = ½ alas x tinggi = ½ t x Q

= ½ tQ Dimana t = Q

D, maka:

Luas segitiga = ½ (Q

D )Q

= ½ (Q2

D )

= (2DQ2 )

Bila holding cost per unit barang = h, maka:

Holding cost (per siklus) = h ( Q2D2 )

Jika (DQ )adalah jumlah siklus persediaan dalam 1 periode, maka:

Holding cost per periode = h ( 2DQ2 )x DQ = h ( Q2 )

3. Purchasing cost

Purchasing cost merupakan antara kebutuhan barang selama periode (D) dengan harga barang per unit (c) sehingga:

(27)

15

Purchasing cost per periode = Dc (11)

Dengan menggabungkan ketiga komponen biaya persediaan di atas, maka:

Biaya Total Persediaan (TC) = (DQ )k +h ( Q2 )+ Dc (12)

Tujuan model EOQ ini adalah nilai Q sehingga meminimumkan biaya total persediaan. Yang perlu diperhitungkan dalam penentuan nilai Q adalah biaya-biaya relevan (biaya Incremental). Komponen biaya ketiga, yaitu purchasing cost dapat diabaikan karena biaya tersebut akan timbul tanpa tergantung pada frekuensi pemesanan, sehingga tujuan model EOQ ini adalah meminimasi biaya total persediaan dengan komponen biaya ordering cost dan holding cost saja, atau biaya persediaan:

Incremental (TIC) = (D

Q )k +h ( Q

2 ) (13)

2.5 Menghitung Q Optimal

Jumlah pemesanan yang optimal (EOQ) secara matematis dihitung dengan mendiferensialkan persamaan (7) terhadap Q dan persamaan diferensial diberi harga nol, sehingga:

(TIC) = (DQ )k +h ( Q2 )

dTIC

dDQ = − QD2 k + h2 = 0

D

Q2 k = h2 Q2 = 2Dk

h

Maka:

Q* = √2𝐷𝑘

(14)

(28)

16

Bila (Q optimal = EOQ) telah diperoleh, maka t optimal diperoleh sebagai berikut:

t* = QD (15)

Besarnya TIC optimal dapat diperoleh dengan memasukkan harga Q* pada persamaan (7) sehingga diperoleh persamaan:

(TIC) = ( D

2𝐷𝑘 )k + h(

2𝐷𝑘 2 )

= Dk√h

√2Dk + h√2Dk

2√h

= √Dkh

√2 + √Dkh

√2

= 2√Dkh

√2 = √2Dkh (16)

(29)

17

Gambar 2.2 di bawah ini menunjukkan posisi titik EOQ yang membentuk kurva TC minimum.

kurva TC Biaya

kurva holding cost TC minimum

kurva ordering cost

EOQ Jumlah persediaan (Q) Gambar 2.2 Kurva TC Minimum

Biaya total relevan (TC) merupakan penjumlahan 2 komponen biaya ordering cost dan holding cost, sehingga tinggi (jarak) kurva TC pada setiap titik Q merupakan hasil penjumlahan tinggi (jarak) kedua kurva komponen biaya tersebut secara tegak lurus.

Ordering cost mempunyai bentuk geometris hiperbola dimana makin kecil Q, berarti makin sering pemesanan dilakukan dan makin besar biaya pemesanan yang dikeluarkan begitu juga sebaliknya. Bila digambarkan secara grafis, semakin besar Q maka kurva ordering cost semakin menurun.

Holding cost mempunyai bentuk garis lurus karena komponen biaya ini tergantung pada tingkat persediaan rata-rata. Garis ini dimulai dari titik Q = 0, dimana tingkat persediaan rata-rata semakin membesar secara proporsional dengan gradien yang sama.

(30)

18

2.6 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Menurut Yamit (1999), titik pemesanan kembali (Reorder Point = ROP) ditentukan berdasarkan kebutuhan selama tenggang waktu pemesanan. Jika posisi persediaan cukup untuk memenuhi permintaan selama tenggang waktu pemesanan, maka pemesanan kembali harus dilakukan sebanyak Q* unit atau EOQ. Formulasi berikut ini dapat digunakan untuk menentukan kapan melakukan pemesanan kembali apabila tenggang waktu pemesanan atau lead time (L) ditentukan dalam bulan maupun minggu.

ROP = RL

12 (17)

ROP = RL

52 (18) Keterangan:

ROP = jumlah pemesanan kembali R = jumlah kebutuhan dalam unit

L = lead time (tenggang waktu pemesanan)

Jika jumlah pemesanan kembali (B) lebih kecil dari jumlah pemesanan (Q) atau ROP < Q, maka tidak akan pernah terjadi kekurangan persediaan. Jika jumlah pemesanan kembali (B) lebih besar dari jumlah pemesanan (Q) atau ROP > Q, maka akan terjadi kekurangan persediaan dalam setiap pemesanan.

2.7 Penelitian Terkait

Penelitian yang terkait dengan penulisan ini adalah penelitian yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang pengendalian persediaan bahan baku ubi dengan metode EOQ.

Jurnal dari Irma Dwi Lestari et al. (2015) yang berjudul “Kajian Persediaan Bahan Baku dan Keberlanjutan Agroindustri Tape di Kabupaten Jember”

memaparkan pengendalian persediaan bahan baku tape yaitu ubi kayu dengan metode

(31)

19

EOQ. Dalam jurnal tersebut, dipaparkan perhitungan jumlah pemesanan ekonomis ubi kayu dan titik pemesanan kembali ubi kayu. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh titik pemesanan kembali lebih kecil dari jumlah pemesanan bahan baku sehingga tidak terjadi kekurangan persediaan.

Jurnal dari Jamaludin et al. (2015) yang berjudul “Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Ubi Jalar Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus pada UKM Novita)” memaparkan pengendalian persediaan bahan baku ubi jalar dengan metode EOQ. Dalam jurnal tersebut, dipaparkan perhitungan jumlah pemesanan ekonomis ubi jalar, persediaan pengaman (safety stock), titik pemesanan kembali, perbandingan antara total biaya persediaan menurut metode EOQ dan menurut perusahaan. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh total biaya persediaan menurut metode EOQ lebih kecil dari total biaya persediaan menurut perusahaan.

Selisih hasil antara total biaya persediaan menurut metode EOQ lebih kecil dari total biaya persediaan menurut perusahaan menyebabkan biaya total EOQ lebih efisien dari biaya total perusahaan.

(32)

20

BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar didirikan pada tahun 1977 terletak di Jl. Medan Km. 7, Desa Tambun Nabolon, Pematangsiantar. Pada tahun 1978, perusahaan ini beroperasi dalam pengolahan bahan baku ubi kayu menjadi tepung tapioka halus.

PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar telah beroperasi selama 39 tahun dalam mengolah ubi kayu (singkong) menjadi tepung tapioka dengan menggunakan mesin- mesin modern dan dilakukan secara otomatis. Kapasitas pengolahan ubi kayu berkisar 500 ton per hari. Perusahaan membeli bahan baku ubi kayu dari petani-petani ubi kayu yang telah menjadi mitra perusahaan.

3.2 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari perusahaan adalah sebagai berikut:

a. Jumlah permintaan bahan baku ubi kayu tiap bulan pada tahun 2015.

b. Biaya pemesanan bahan baku ubi kayu.

c. Biaya penyimpanan bahan baku ubi kayu.

d. Harga bahan baku ubi kayu.

e. Waktu tunggu (lead time) pemesanan bahan baku ubi kayu.

(33)

21

3.2.1 Jumlah Permintaan Bahan Baku Ubi Kayu

Jumlah permintaan bahan baku ubi kayu pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Permintaan Bahan Baku Ubi Kayu Tahun 2015

Sumber: PT. Bumi Sari Prima

No Bulan Permintaan (Ton)

1 Januari 5.800

2 Februari 6.250

3 Maret 9.000

4 April 8.700

5 Mei 8.400

6 Juni 8.700

7 Juli 3.800

8 Agustus 9.000

9 September 7.250

10 Oktober 7.500

11 12

November Desember

6.000 4.400 Jumlah

Rata-rata

84.400 7.066,667

(34)

22

3.2.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Ubi Kayu

Biaya pemesanan bahan baku ubi kayu pada perusahaan yaitu biaya telepon. Untuk biaya pengangkutan, biaya bongkar dan biaya-biaya yang berkaitan dengan biaya pemesanan tidak ada dikarenakan perusahaan bermitra dengan petani ubi kayu. Biaya pemesanan ubi kayu dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Biaya Pemesanan Bahan Baku Ubi Kayu Tahun 2015

Jenis Biaya Biaya (Rp)

Biaya Telepon 12.000

Sumber: PT. Bumi Sari Prima

3.2.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Ubi Kayu

Biaya penyimpanan merupakan biaya yang terkait dengan penyimpanan bahan baku di gudang. Biaya penyimpanan meningkat jika jumlah persediaan ubi kayu yang disimpan meningkat. Biaya penyimpanan pada PT. Bumi Sari Prima adalah sebesar 5% dari harga ubi kayu per kilogram. Biaya penyimpanan ubi kayu pada PT. Bumi Sari Prima dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Biaya Penyimpanan Bahan Baku Ubi Kayu Tahun 2015

Persentase Biaya Penyimpanan (%)

Harga Bahan Baku per kg (Rp)

Biaya Penyimpanan per

kg (Rp)

5 1.000,- 50,-

Sumber: PT. Bumi Sari Prima

(35)

23

3.3 Pengolahan Data

3.3.1 Uji Normalitas Lilliefors

Uji normalitas Lilliefors digunakan untuk mengetahui data permintaan bahan baku di PT. Bumi Sari Prima layak untuk dipakai. Adapun langkah-langkah pegujiannya sebagai berikut:

a. Rata-rata permintaan bahan baku ( x ) adalah:

x = ni=1 𝑥𝑖 n = 84.800

12

= 7.066,667

b. Standard deviasi permintaan bahan baku (s) adalah:

Tabel 3.4 Deviasi Permintaan Bahan Baku

No. 𝐱 𝐱 (𝐱 − 𝐱) (𝐱 − 𝐱)𝟐

1 5.800 7.066,667 -1.266,667 1.604.445,2889

2 6.250 7.066,667 -816,667 666.944,9889

3 9.000 7.066,667 1.933,333 3.737.776,4889 4 8.700 7.066,667 1.633,333 2.667.776,6889 5 8.400 7.066,667 1.333,333 1.777.776,8889

6 8.700 7.066,667 1.633,333 2.667.776,6889

7 3.800 7.066,667 -3.266,667 10.671.113,2890

(36)

24

8 9.000 7.066,667 1.933.333 3.737.776,4889

9 7.250 7.066,667 183,333 33.610,9889

10 7.500 7.066,667 433,333 187.777,4889

11

12

6.000 4.400

7.066,667 7.066,667

-1.066,667 -2.666,667

1.137.778,4889 7.111.112,8889

Jumlah 84.800 36.001.666,666

s = √ni=1n−1(x− x)2

= √(5.800−7.066,667)2+⋯+(4.400−7.066,667)2 11

s = √36.001.666,666 11

= 1.809,1099

c. Hitung zi dengan rumus:

zi = x− xs

z1 = 5.800−7.066,667

1.809,1099 = -0,70

z2 = 6.250−7.066,667

1.809,1099 = -0,45

z3 = 9.000−7.066,667

1.809,1099 = 1,07

z4 = 8.700−7.066,667

1.809,1099 = 0,90

z5 = 8.400−7.066,667

1.809,1099 = 0,74

z6 = 8.700−7.066,667

1.809,1099 = 0,90

z7 = 3.800−7.066,667

1.809,1099 = -1,80

(37)

25

z8 = 9.000−7.066,667

1.809,1099 = 1,07

z9 = 7.250−7.066,667

1.809,1099 = 0,10

z10 = 7.500−7.066,667

1.809,1099 = 0,24

z11 = 6.000−7.066,667

1.809,1099 = -0,59

z12 = 4.400−7.066,667

1.809,1099 = -1,47

dari hasil zi, dengan menggunakan tabel distribusi normal (lampiran 1) diperoleh F(zi). Kemudian dicari nilai S(zi), lalu dihitung nilai mutlak

|F(zi)− S(zi)|. Diperoleh tabel kumulatif berikut.

Tabel 3.5 Uji Kenormalan Lilliefors Data Permintaan Bahan Baku

No. 𝐱 𝐳𝐢 F(𝐳𝐢). S(𝐳𝐢) |𝐅(𝐳𝐢)− 𝐒(𝐳𝐢)|

1 5.800 -0,70 0,2420 0,25 0,0080

2 6.250 -0,45 0,3264 0,41 0,0836

3 9.000 1,07 0,8577 1,00 0,1423

4 8.700 0,90 0,8159 0,83 0,0141

5 8.400 0,74 0,7704 0,67 0,1004

6 8.700 0,90 0,8159 0,83 0,0141

7 3.800 -1,80 0,0359 0,08 0,0441

8 9.000 1,07 0,8577 1,00 0,1423

9 7.250 0,10 0,5398 0,50 0,0398

10 7.500 0,24 0,5948 0,58 0,0148

(38)

26

11 12

6.000 4.400

-0,59 -1,47

0,2776 0,0708

0,33 0,16

0,0524 0,0892

Jumlah 84.800

Dengan α = 5%, nilai Wtabel = 0,242 (lampiran 2). Nilai Whitung yang terbesar adalah 0,1423 diperoleh Whitung < Wtabel, sehingga H0 diterima. Dari uji kenormalan Lilliefors dapat disimpulkan bahwa data permintaan bahan baku pada PT. Bumi Sari Prima mengikuti distribusi normal.

3.3.2 Economic Order Quantity (EOQ)

Perhitungan EOQ tahun 2015 pada PT. Bumi Sari Prima adalah sebagai berikut:

Data yang diketahui:

1. Permintaan bahan baku (D) = 84.800 ton = 84.800.000 kg 2. Biaya pesan (k) = Rp 12.000

3. Biaya simpan (h) = Rp 50

EOQ = 2𝐷𝑘

= √2𝑥84.800.000𝑥12.000 50

= √40.704.000.000

= 201.752,32341 kg

Jumlah pembelian bahan baku yang optimal pada tahun 2015 sebesar 201.752 kg.

(39)

27

3.3.3 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)

Perusahaan melakukan pemesanan ulang yaitu saat sebelum persediaaan yang ada di gudang habis. Hal ini diperlukan karena tidak selamanya pesanan bahan baku dapat segera dikirim oleh pihak pemasok. Data yang diperoleh dari perusahaan menunjukkan bahwa data lead time adalah ½ hari maka pemesanan kembali ditentukan dalam hari. Perhitungan untuk Reorder Point adalah sebagai berikut:

ROP = 365RL

ROP = 84.800.000 x 0,5 365

ROP = 116.164,38 kg = 116.164 kg

Dari perhitungan ROP diperoleh bahwa jumlah pemesanan kembali (ROP) lebih kecil dari jumlah pemesanan (Q), maka tidak akan terjadi kekurangan persediaan. Nilai ROP sebesar 116.164 kg artinya pemesanan harus dilakukan saat bahan baku yang terdapat di gudang mencapai 116.164 kg.

3.3.4 Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost)

Perhitungan Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost = TIC) menurut metode EOQ pada PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar tahun 2015 adalah sebagai berikut:

TIC = √2Dkh

TIC = √2 x 84.800.000 x 12.000 x 50 TIC = √101.760.000.000.000

TIC = Rp 10.087.616,17

Hasil perhitungan TIC di atas sama dengan perhitungan untuk:

TIC = (D

Q )k +h ( Q

2 )

(40)

28

TIC = (84.800.000201.752 )12.000 + 50 (201.7522 ) TIC = 5.043.816,1704 + 5.043.800 TIC = Rp 10.087.616,17

Perhitungan TIC menurut metode EOQ pada PT. Bumi Sari Prima Pematangsiantar tahun 2015 dapat disajikan dalam Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Perhitungan TIC Bahan Baku Menurut Metode EOQ Tahun 2015

EOQ Biaya Pesan (Rp)

Biaya Simpan (Rp)

Biaya Total Pemesanan (Rp)

Biaya Total Penyimpanan (Rp)

Biaya Total Persediaan (Rp) Q* k H (DQ )k h ( Q2 ) (DQ )k +h ( Q2 )

201.752 12.000 50 5.043.816,1704 5.043.800 10.087.616,17

Sebagai perbandingan, Biaya Total Persediaan (Total Inventory Cost = TIC) menurut perusahaan adalah sebagai berikut:

TICPT = (x𝑥h) + (n 𝑥 k)

TICPT = (7.066.666,667 𝑥 50) + (12 𝑥 12.000) TICPT = 353.333.333,35 + 144.000

TICPT = Rp 353.477.333,35

Dari hasil perhitungan TIC menurut metode EOQ dan TIC menurut perusahaan, terdapat perbedaan biaya total persediaan menurut metode EOQ dengan biaya total

(41)

29

persediaan menurut perusahaan. Perhitungan TIC menurut metode EOQ lebih kecil dibandingkan TIC menurut perusahaan. Perbedaan TIC EOQ dengan TIC perusahaan dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Perbedaan TIC Tahun 2015

TIC Perusahaan (Rp) TIC EOQ (Rp) Selisih (Rp)

353.477.333 10.087.616 343.389.717

Berdasarkan Tabel 3.7 di atas dapat dijelaskan bahwa perusahaan dapat menghemat total biaya persediaan sebesar Rp 343.389.717 diperoleh dari selisih biaya total persediaan menurut perusahaan dengan biaya total menurut metode EOQ tahun 2015.

(42)

BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil perhitungan data, maka didapat kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Uji Normalitas Lilliefors, diketahui bahwa data permintaan bahan baku ubi kayu pada tahun 2015 berdistribusi normal.

2. Dari perhitungan data dengan metode EOQ (Economic Order Quantity), diperoleh jumlah pemesanan bahan baku ubi kayu yang optimal pada tahun 2015 adalah 201.752 kg. Titik pemesanan kembali (reorder point) dilakukan pada saat bahan baku ubi kayu yang terdapat di gudang mencapai 116.164 kg.

3. Biaya total persediaan menurut metode EOQ pada tahun 2015 yaitu sebesar Rp 10.087.616 sedangkan menurut perusahaan yaitu sebesar Rp 353.477.333.

Perusahaan dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp 343.389.717 diperoleh dari selisih biaya total persediaan menurut perusahaan dengan biaya total menurut metode EOQ tahun 2015.

4.2 Saran

PT. Bumi Sari Prima dapat menjadikan metode EOQ sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam mengendalikan persediaan bahan baku ubi kayu dan memperluas kemitraan dengan petani ubi kayu untuk mencukupi kebutuhan bahan baku ubi kayu.

(43)

31

DAFTAR PUSTAKA

Baroto, T. 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Penerbit Gahlia Indonesia.

Groebner, D. F. 1992. Introduction to Management Science. Maxwell.

Ishak, A. 2010. Manajemen Operasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kusuma, H. 1999.Manajemen Produksi, Perencanaan Dan Pengendalian Produksi.

Yogyakarta: ANDI.

Jamaludin, Santoso, I. dan Asmaul, S. 2015. Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Ubi Jalar Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus pada UKM Novita). Universitas Brawijaya.

(skripsitipftp.staff.ub.ac.id/files/2015/05/2.-JURNAL-Jamaludin.pdf)

Lestari, I.D., Hapsari, T.D. dan Ridjal, J.A. 2015. Kajian Persediaan Bahan Baku dan Keberlanjutan Agroindustri Tape di Kabupaten Jember. Universitas Jember.

(repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/70994/IRMA%20DWI%2 0LESTARI.pdf?sequence=1)

Mulyono, S. 2004. Riset Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nasution, A. H. 2003. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Surabaya: Penerbit Guna Widya.

Rangkuti, F. 1995. Manajemen Persediaan, Aplikasi di Bidang Bisnis. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Prasada.

Subagyo, P., Asri, M. dan Handoko, T. H. 1985. Dasar-dasar Operations Research.

Yogyakarta: BPFE.

Sudjana. 2005. Metoda Statitika. Bandung: PT. Tarsito Bandung.

Yamit, Z. 1999. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII.

Referensi

Dokumen terkait

berapa total biaya persediaan bahan baku bila perusahaan menetapkan kebijakan EOQ berapa batas atau titik pemesanan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan selama masa tenggang

Analisis pengendalian persediaan dengan metode EOQ menghasilkan kuantitas pemesanan yang optimal untuk rorasol sebesar 20.287,78 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak satu kali

Dalam penelitian ini digunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang bertujuan membantu perusahaan dalam menentukan pemesanan atau pembelian bahan baku

Berdasarkan perhitungan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukan bahwa kuantitas pemesanan bahan baku optimal yang harus diterapkan oleh

Berdasarkan penelitian, dengan menggunakan metode EOQ model Q untuk manajemen persediaan bahan baku kayu pada industri furnitur dapat mengefisiensikan total biaya

Perusahaan hendaknya mempertimbangkan penggunaan EOQ dalam kebijakan pengadaan bahan baku karena dengan menggunakan metode EOQ, perusahaan dapat melakukan pembelian bahan baku yang

Dari perhitungan persediaan dengan menggunakan metode Economic Order Quantity EOQ, maka dapat diperoleh jumlah pemesanan optimum, jumlah persediaan pengaman safety stock, titik

110 4.3.3 Titik Pemesanan Kembali Reorder Point ...112 4.4 Perbandingan Antara Biaya Persediaan Perusahaan Dengan Menggunakan Metode EOQ Economic Order Quantity .... 118 DAFTAR