• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Pengendalian Persediaan Produk Rosasol Pada PT ASABI dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Pengendalian Persediaan Produk Rosasol Pada PT ASABI dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK

ROSASOL PADA PT ASABI DENGAN METODE ECONOMIC

ORDER QUANTITY (EOQ)

Oleh

Muhammad Subki Rifa’i

H24070095

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

RINGKASAN

Muhammad Subki Rifa’i. H24070095. Kajian Pengendalian Persediaan Produk Rosasol Pada PT ASABI Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ). Di bawah bimbingan Abdul Basith.

Pemupukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Pupuk Rosasol merupakan salah satu pupuk NPK yang dijual PT ASABI. Persaingan penjualan pupuk NPK menjadi tantangan besar yang harus dihadapi PT ASABI. Peningkatan daya saing sangat diperlukan perusahaan dengan melakukan efisiensi biaya persediaan.. Metode EOQ merupakan salah satu metode pengendalian persediaan yang dapat menentukan kuantitas pemesanan dan frekuensi pemesanan optimal agar biaya persediaan total minimal. Perusahaan dapat mempertimbangkan metode EOQ sebagai salah satu alternatif metode pengendalian persediaan rosasol.

Penelitian memiliki bertujuan untuk (1) mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan rosasol yang dilakukan PT ASABI selama tahun 2010, (2) menganalisis sistem pengendalian persediaan rosasol dengan menggunakan metode EOQ, (3) menganalisis perbandingan biaya persediaan antara sistem pengendalian persediaan rosasol yang dilakukan perusahaan dengan metode EOQ. Penelitian dilakukan pada PT ASABI, Bogor pada bulan Maret-Mei 2011. Data primer diperoleh dari wawancara dengan manajer pemasaran dan manajer supply chain, serta data sekunder yang diperoleh dari studi pustaka, internet, serta dokumen perusahaan (data penjualan, laporan keuangan, dan data gudang) yang relevan dengan topik penelitian

Perusahaan melakukan pemesanan rosasol kepada Rosier selama tahun 2010 sebesar 42.000 kg. Pemesanan dilakukan bagian pemasaran dengan mengirimkan dokumen purchase order ke pemasok. Waktu tunggu pemesanan yang terjadi pada tahun 2010 yaitu 6 bulan dengan kedatangan rosasol sampai ke gudang perusahaan pada bulan agustus. Bagian supply chain bertanggung jawab melakukan penyimpanan rosasol dengan melakukan pencatatan barang yang keluar-masuk gudang dan menjaga kelembapan dan kadar air rosasol selama di gudang.

Analisis pengendalian persediaan dengan metode EOQ menghasilkan kuantitas pemesanan yang optimal untuk rorasol sebesar 20.287,78 kg dengan frekuensi pemesanan sebanyak satu kali dalam setahun. Perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (ROP) saat tingkat persediaan rosasol di gudang sebesar 22.701 kg dengan persediaan pengaman (SS) sebesar 3.243 kg. Jarak waktu antar pesanan yang dilakukan antara pemesanan yang satu dengan pemesanan berikutnya yaitu 9 bulan.

(3)

KAJIAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK

ROSASOL PADA PT ASABI DENGAN METODE ECONOMIC

ORDER QUANTITY (EOQ)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian tugas akhir

untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

Muhammad Subki Rifa’i

H24070095

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Kajian Pengendalian Persediaan Produk Rosasol Pada PT ASABI dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Nama : Muhammad Subki Rifa’i NIM : H24070095

Menyetuji:

Dosen Pembimbing

Ir Abdul Basith, MS

NIP 1957 07091985 03 1006

Mengetahui: Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc NIP 19610123 198601 1 002

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 10 Januari 1990. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara pasangan Endang Ismail dan Siti Marya,. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Aisyah Jakarta pada tahun 1994 lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 11 Pagi Jakarta. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 67 Jakarta dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Jakarta dan masuk dalam program IPA pada tahun 2005. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengikuti dan mengorganisasi berbagai kegiatan. Penulis menjadi peserta dalam acara Bank Goes to Campus pada tahun 2008 dan menghadiri seminar-seminar yang diadakan oleh berbagai pihak di dalam maupun luar IPB. Pada tahun 2010, penulis menjadi Direktur Keuangan di Himpunan Mahasiswa Departemen Manajemen (COM@). Penulis juga melakukan kegiatan magang dibeberapa perusahaan, yaitu: PT Kompas Gramedia dan Bank Syariah Mandiri.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Persaingan antara penjualan pupuk NPK mendorong setiap perusahaan yang untuk meningkatkan daya saing dalam semua bidang, termasuk produksi dan operasi. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal. Pengendalian persediaan yang optimal diperlukan agar perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumennya dengan jumlah persediaan yang menghasilkan biaya persediaan yang minimal. Perusahaan harus menentukan kuantitas pemesanan yang optimal agar biaya persediaan tersebut minimal. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul skripsi “Kajian Pengendalian Persediaan Produk Rosasol Pada PT ASABI dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mengandung kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk bahan perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Juli 2011

(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, terutama dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir Abdul Basith, MS. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi dan pengarahan dengan penuh kesabaran kepada penulis.

2. Bapak Drs. Edward H. Siregar, SE, MM dan Ibu Heti Mulyati S.TP, MT. Selaku dosen penguji skripsi yang bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji dalam ujian skripsi dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc selaku Ketua Departemen Manajemen, FEM IPB.

4. Bapak Yusuf, Ibu Yani, dan seluruh pihak manajemen PT ASABI yang telah memberikan kemudahan dalam penelitian.

5. Kedua orang tua tercinta (Bapak dan Mamah), kakak-kakak tersayang (Teteh Fifi, Aa Ipan, Teteh Lely, Aa Kamal), keluarga kecil My Home (Om Yamin, Tante Inay, Putra) serta keluarga besar Abdul Somad yang selalu mendoakan, memberikan motivasi, bantuan moril dan materiil selama penyusunan skripsi. 6. Bapak R Dikky Indrawan, SP, MM. dan Bapak Alim Setiawan S, STP, MSi

selaku dosen yang selalu memberikan masukan-masukan berharga baik tentang kehidupan maupun penelitian.

7. Seluruh dosen dan staf tata usaha Departemen Manajemen FEM IPB yang sangat membantu terlaksananya perolehan ilmu dan penelitian penulis.

8. My Qisthy N Fathia atas kasih sayang dan kesabarannya memberikan semangat dan dukungan bagi penulis selama penelitian.

(8)

mengajarkan pengalaman kebersamaan dan saling membantu dalam suka dan duka.

10. Sahabat asrama (Imo, Zaky, Danar, dan teman-teman lorong X) yang memberikan kenangan indah di asrama putra.

11. Sahabat-sahabat Abol 3 FC yang memberikan kesenangan serta kebersamaan yang tidak pernah hilang.

12. Teman sebimbingan (Una, Assyifa, Anisa, Edo, Badoq) yang telah bersama-sama menghadapi semua rintangan dan saling menguatkan.

13. Seluruh teman-teman Manajemen 44 dan Mahasiswa IPB lain yang selalu memberikan kebahagiaan dan memberikan semangat.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak baik yang tersebutkan maupun yang tidak tersebut hingga penyusunan skripsi ini selesai pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan skripsi ini, semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2011

(9)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMAKASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Persediaan ... 5

2.2 Pengendalian Persediaan ... 8

2.3 Economic Order Quantity (EOQ) ... 8

2.4 Waktu Tunggu (Lead Time) ... 11

2.5 Reorder Point (ROP) dan Safety Stock ... 11

2.6 Jarak Antar Waktu ... 12

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Kerangka Pemikiran ... 15

3.2 Jadwal Penelitian ... 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 17

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1 Gambaran Umum PT ASABI ... 21

4.2 Rosasol ... 22

4.3 Pengadaan dan Penanganan Produk ... 24

4.3.1 Prosedur Pembelian dan Penerimaan Rosasol ... 24

4.3.2 Penyimpanan Rosasol ... 26

4.4 Penjualan Produk Rosasol ... 27

4.5 Pengendalian Persediaan Berdasarkan Kondisi Aktual ... 28

4.6 Waktu Tunggu Pemesanan (Lead Time) ... 29

4.7 Total Biaya Persediaan ... 30

4.7.1 Biaya Pemesanan ... 30

4.7.2 Biaya Penyimpanan ... 31

4.8 Analisis Biaya Persediaan Pada Pengendalian Persediaan Yang Dilakukan Perusahaan ... 33

4.9 Analisis Pengendalian Persediaan dengan Metode EOQ 34

4.10 Perbandingan Biaya Persediaan ... 37

4.11 ROP dan Safety Stock ... 38

4.12 Jarak Waktu Antar Pesanan ... 39

4.12 Implikasi Manajerial ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

1. Kesimpulan ... 42

2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Hasil run test data penjualan rosasol tahun 2010 ... 18

2. Penjualan Rosasol tahun 2010 ... 28

3. Jumlah pemesanan produk rosasol tahun 2010 ... 28

4. Biaya Pemesanan Rosasol ... 31

5. Biaya Pemesanan Setiap Varian Rosasol ... 31

6. Biaya Total Penyimpanan pada Gudang Rosasol ... 33

7. Total Biaya Penyimpanan Tahun 2010 ... 34

8. Total Biaya Persediaan Kondisi Aktual Tahun 2010 ... 34

9. Tingkat Pemesanan Optimal dengan EOQ ... 35

10. Jumlah Pemesanan Optimal Setiap Varian ... 35

11. Frekuensi Pemesanan Optimal ... 35

12. Biaya Persediaan Berdasarkan Metode EOQ... 36

13. Analisis Perbandingan Total Biaya ... 37

14. ROP Keseluruhan Varian Rosasol Tahun 2010 ... 38

15. ROP Setiap Varian Rosasol Tahun 2010 ... 39

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman 1. Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu Untuk Metode EOQ 9

2. Grafik Biaya Persediaan... 10

3. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 16

4. Prosedur Pembelian Rosasol PT ASABI ... 26

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Pertanyaan Wawancara ... 46

2. Data Penjualan 2010 ... 47

3. Hasil Runs Test: N; P; K; E ... 48

4. Perhitungan Biaya Pemesanan ... 49

5. Perhitungan Biaya Penyimpanan ... 49

(14)

 

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemupukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya

meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Secara umum, pemupukan diartikan

sebagai pemberian bahan kepada tanah dengan maksud memperbaiki atau

miningkatkan kesuburan tanah. Kesuburan tanah ditentukan dengan unsur-unsur

hara yang terkandung di dalam tanah. Tanah yang kaya unsur hara akan

membantu pertumbuhan tanaman dan akar dengan baik. Pupuk NPK merupakan

salah satu jenis pupuk majemuk yang banyak beredar dipasaran. Pupuk NPK

mengandung banyak unsur hara makro (Nitrogen, Posfor, Kalium) dan mikro

sehingga banyak digunakan oleh konsumen.

Berbagai merk pupuk NPK beredar dipasaran. Hal ini menjadikan pelaku

bisnis yang melakukan penjualan pupuk NPK menghadapi tantangan persaingan

yang tinggi. Rosasol merupakan salah satu merk pupuk NPK yang dijual oleh PT

ASABI. Pupuk rosasol memiliki empat jenis varian, yaitu rosasol N, rosasol P,

rosasol K, dan rosasol Even. PT ASABI harus merespon persaingan yang ada

dengan meningkatkan daya saing perusahaan. Peningkatan daya saing dapat

dilakukan apabila perusahaan dapat melakukan kinerja operasi secara efisien.

Kegiatan operasi dikatakan efisien apabila perusahaan dapat meminimalkan

biaya yang terkait biaya operasi. Kegiatan operasi yang dilakukan PT ASABI,

yang merupakan distributor tunggal produk rosasol di Indonesia, diawali dengan

melakukan pemesanan rosasol pada supplier, melakukan penyimpanan rosasol,

dan melakukan penjualan produk rosasol. Upaya efisiensi yang dapat dilakukan

oleh perusahaan yaitu dengan melakukan efesiensi pada biaya persediaan. Biaya

persediaan yang muncul oleh kegiatan operasi perusahaan yaitu biaya pemesanan

dan biaya penyimpanan. PT ASABI melakukan pemesanan produk rosasol ke

Rosier, pemasok dari Belgia.

Pemesanan yang dilakukan perusahaan menimbulkan biaya tinggi karena

perusahaan melakukan transaksi perdagangan internasional dengan pemasok.

Biaya pemesanan yang tinggi ini akibat adanya biaya opening L/C dan biaya

(15)

  letter of credit yang digunakan perusahaan untuk mempermudah serta memberikan jaminan keamanan saat melakukan transaksi perdagangan

internasional. Biaya EMKL terjadi saat perusahaan melakukan pengurusan

dokumen-dokumen impor di pelabuhan.

Penyimpanan produk rosasol menjadi sesuatu hal yang penting karena

penyimpanan pada produk dapat memisahkan ketergantungan perusahaan dengan

pemasok. Hal ini dimaksudkan apabila terjadi penjualan pada rosasol, perusahaan

dapat memenuhi permintaan konsumennya dengan mengambil rosasol yang

tersedia di gudang penyimpanan tanpa harus menunggu rosasol datang dari

pemasok.

Biaya pemesanan akan semakin menurun dengan meningkatnya kuantitas

pemesanan produk ke pemasok, sedangkan biaya penyimpanan akan semakin

meningkat dengan meningkatnya kuantitas produk yang disimpan. Berdasarkan ke

dua hal tersebut, perusahaan harus mengetahui berapa jumlah kuantitas

pemesanaan dan persediaan yang tepat agar biaya persediaan total menjadi

optimal serta sesuai dengan jumlah permintaan yang ada. Aktivitas tersebut dapat

dilakukan dengan melakukan pengendalian persediaan yang optimal.

Pengendalian persediaan juga penting dilakukan karena persediaan mewakili 50%

dari keseluruhan modal yang diinvestasikan (Heizer dan Render, 2006).

Economic order quantity (EOQ) merupakan metode pengendalian persediaan yang dapat dilakukan perusahaan. Metode EOQ dapat menentukan

kuantitas pemesanan dan frekuensi pesanan optimal yang harus dilakukan

perusahaan agar biaya total persediaan minimal. Metode EOQ dapat digunakan

apabila keadaan umum yang dialami perusahaan memenuhi asumsi-asumsi

penggunaan metode EOQ. Salah satunya biaya persediaan yang muncul yaitu

biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat pentingnya perusahaan melakukan pengendalian persediaan rosasol

secara optimal serta metode EOQ dapat dijadikan alternatif pengendaliaan

persediaan, maka dalam penelitian ini perumusan masalah yang akan dibahas

(16)

  1. Bagaimana sistem pengendalian persediaan produk rosasol yang dilakukan

PT ASABI?

2. Bagaimana sistem pengendalian persediaan produk rosasol dengan

menggunakan metode EOQ?

3. Bagaimana perbandingan biaya persediaan antara sistem pengendalian

persediaan produk rosasol yang dilakukan perusahaan dengan pengendalian

persediaan menggunakan metode EOQ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, penelitian memiliki beberapa

tujuan, yaitu:

1. Mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan produk rosasol yang

dilakukan PT ASABI.

2. Menganalisis sistem pengendalian persediaan produk rosasol dengan

menggunakan metode EOQ.

3. Menganalisis perbandingan biaya persediaan antara sistem pengendalian

persediaan rosasol yang dilakukan perusahaan dengan pengendalian

persediaan menggunakan metode EOQ.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti,

perusahaan, dan perguruan tinggi. Adapun manfaat yang di dapat masing-masing

pihak, yaitu:

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menjadi tempat pembelajaran bagi

peneliti untuk melihat aplikasi keilmuan dengan teori keilmuan yang ada

serta sebagai syarat peneliti untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di

Departemen Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan menjadi alternatifpertimbangan

perusahaan untuk melakukan kebijakan pengendalian persediaan yang

optimal.

3. Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian dapat meningkatkan kualitas dan

(17)

 

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT ASABI (Agricon Sentra Agribisnis

Indonesia) yang beralamat di Jl. Siliwangi 68 Bogor 16134. Penelitian berfokus

untuk mempelajari kondisi pengendalian persediaan produk rosasol yang

dilakukan oleh perusahaan dan menganalisis model pengendalian persediaan EOQ

sebagai alternatif model yang memberikan hasil optimal. Data yang digunakan

merupakan data penjualan produk rosasol pada tahun 2010 dan pengendalian

persediaan yang dilakukan perusahaan pada tahun 2010. Persediaan rosasol yang

langsung dari pemasok dan belum dilakukan proses pengemasan ulang juga

(18)

 

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

Persediaan adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut

aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan

ditatausahakan dalam buku perusahaan (Eko dan Djokoprannato, 2003). Kusuma

(2004) mendefinisikan persediaan sebagai barang yang disimpan atau digunakan

atau dijual pada periode mendatang, dapat berupa bahan baku yang disimpan

untuk diproses, komponen yang diproses, barang dalam proses pada produk

manufaktur, dan barang jadi yang disimpan untuk dijual. Persediaan merupakan

material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi dan jalur

distribusi (Render dan Heizer, 2006).

Rangkuti (2004) mendefinisikan bahwa persediaan memiliki tiga fungsi,

yaitu :

1. Fungsi Decoupling

Fungsi decoupling adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung kepada

pemasok. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan

sepenuhnya tergantung pada pengadaan dalam hal kuantitas dan waktu

pengiriman. Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi permintaan

produk yang tidak pasti dari para pelanggan.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Fungsi Economic Lot Sizing adalah fungsi persediaan yang perlu mempertimbangkan penghematan atau potongan pembelian, biaya

pengangkutan per unit menjadi lebih murah dan sebagainya.

3. Fungsi Antisipasi

Fungsi antisipasi adalah fungsi persediaan dalam menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan

pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal

(19)

  tertentu. Dalam hal ini, perusahaan memerlukan persediaan ekstra yang

disebut persediaan pengaman atau safety stock.

Berdasarkan jenisnya, barang persediaan dapat dibedakan atas beberapa

jenis atau klasifikasi (Eko dan Djokopranoto, 2003), yaitu:

1. Bahan baku (raw material), yaitu bahan mentah yang belum diolah dan akan

diolah menjadi barang jadi.

2. Barang setengah jadi (semi finished products), yaitu hasil olahan bahan

mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian akan diolah lebih lanjut

menjadi barang jadi, dan sebagian kadang dijual kepada perusahaan lain.

3. Barang jadi (finished products), yaitu barang yang sudah selesai diproduksi

atau diolah, dan siap untuk dijual.

4. Barang umum dan suku cadang (general materials and spare parts), yaitu

segala jenis barang atau suku cadang yang digunakan untuk operasi

menjalankan perusahaan/pabrik dan untuk memelihara peralatan yang

digunakan. Sering kali barang ini disebut sebagai barang pemeliharaan,

perbaikan dan operasi pada pabrik/perusahaan.

5. Barang proyek (work in progress), yaitu barang-barang yang ditumpu untuk

menunggu pemasangan suatu proyek baru.

6. Barang dagangan (commodities), yaitu barang yang dibeli, sudah

merupakan barang jadi dan disimpan di gudang menunggu penjualan

kembali dengan keuntungan tertentu.

Menurut Yamit (2003), terdapat empat faktor yang mempengaruhi

persediaan, diantaranya :

1. Faktor waktu

Faktor yang menyangkut lamanya proses produksi dan distribusi sebelum

barang jadi sampai kepada konsumen. Waktu diperlukan untuk membuat

jadwal produksi, memotong bahan baku, pengiriman bahan baku,

pengawasan bahan baku, produksi dan pengiriman barang jadi ke pedagang

besar atau konsumen.

2. Faktor ketidakpastian waktu datang dari pemasok

Faktor ini menyebabkan perusahaan memerlukan persediaan, agar tidak

(20)

  konsumen. Ketidakpastian ini dapat diredam dengan mengadakan

persediaan.

3. Faktor ketidakpastian penggunaan dari dalam perusahaan

Faktor ini disebabkan oleh kesalahan dalam peramalan permintaan,

kerusakan mesin, keterlambatan operasi, bahan cacat dan berbagai kondisi

lainnya.

4. Faktor ekonomis

Adanya keinginan perusahaan untuk mendapatkan alternatif biaya rendah

dalam memproduksi atau membeli item dengan menentukan jumlah yang

paling ekonomis. Pembelian dalam jumlah besar memungkinkan perusahaan

mendapatkan potongan harga yang dapat menurunkan biaya.

Rangkuti (2004) menentukan besarnya biaya persediaan dengan

mempertimbangan variable-variabel berikut:

1. Biaya penyimpanan (holding costs)

Biaya penyimpanan merupakan biaya-biaya yang bervariasi secara langsung

dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin

besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak atau rata-rata

persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang termasuk biaya penyimpanan

yaitu: biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal (alternatif pendapatan atas

dana yang diinvestasikan dalam persediaan), biaya keusangan, biaya

perhitungan fisik, biaya asuransi persediaan, biaya pajak persediaan, biaya

pencurian, biaya penanganan, dan sebagainya.

2. Biaya pemesanan (ordering costs)

Biaya-biaya pemesanan terdiri dari: biaya pemrosesan pesanan, ekspedisi,

upah, biaya telepon, pengeluaran surat menyurat, biaya pengepakan dan

penimbangan, biaya pemeriksaan, biaya pengiriman ke gudang, biaya utang

lancar, dan sebagainya.

3. Biaya penyiapan (set up costs)

Biaya penyiapan terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi

sendiri perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk

(21)

  4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)

Biaya ini timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya permintaan

bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan, yaitu: biaya

kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, pemesanan khusus, biaya

ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, tambahan pengeluaran

kegiatan manajerial dan sebagainya. Dalam praktiknya biaya ini sering

disebut sebagai opportunity cost.

2.2. Pengendalian Persediaan

Pengendalian dan pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan

apa yang direncanakan. Apabila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan

tersebut dapat dikoreksi, sehingga apa yang diharapkan dapat tercapai (Assauri,

2004). Menurut Rangkuti (2004), sistem persediaan diartikan sebagai serangkaian

kebijakan dan pengendalian yang memonitor tingkat persediaan dan menentukan

tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan persediaan harus disediakan dan

berapa besar pesanan yang harus dilakukan. Sistem ini bertujuan menetapkan dan

menjamin tersedianya sumber daya yang tepat, dalam kuantitas yang tepat, dan

pada waktu yang tepat. Sistem dan model persediaan bertujuan untuk

meminimalkan biaya total melalui penentuan apa, berapa, dan kapan pesanan

dilakukan secara optimal.

2.3. Economic Order Quantity (EOQ)

Model Economic Order Quantity atau Economic Lot Size (ELS) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang paling tua dan yang paling dikenal

secara luas. Model ini dapat digunakan baik untuk barang-barang yang dibeli

maupun yang diproduksi sendiri. Model EOQ adalah nama yang digunakan untuk

barang-barang yang dibeli, sedangkan ELS digunakan untuk barang-barang yang

diproduksi sendiri (Handoko, 2008).

Model ini mudah digunakan namun harus dapat memenuhi beberapa asumsi

seperti (Heizer dan Render, 2006):

1. Pemintaan diketahui, tetap dan bebas.

2. Waktu tunggu yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan

(22)

  3. Penerimaan persediaan bersifat instan dan selesai seluruhnya. Dalam kata

lain, persediaan dari sebuah pesanan datang dalam satu kelompok pada

suatu waktu.

4. Tidak tersedia diskon kuantitas.

5. Biaya variabel hanya biaya untuk menyiapkan atau melakukan pemesanan

(biaya penyetelan) dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu

(biaya penyimpanan atau membawa).

6. Kehabisan persediaan (kekurangan persediaan) dapat sepenuhnya dihindari

jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat.

Dengan asumsi-asumsi diatas, grafik penggunaan sepanjang waktu dapat

dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu Untuk Model EOQ

Gambar 1 menunjukan Q* yang merupakan kuantitas produk yang dipesan.

Secara umum tingkat persediaan meningkat dari 0 ke Q* pada saat pesanan tiba.

Karena tingkat permintaan konstan sepanjang waktu, persediaan menurun dengan

tingkat yang sama sepanjang waktu. Ketika tingkat persediaan mencapai 0,

pesanan baru dibuat dan diterima, dan tingkat persediaan meningkat lagi ke Q*

unit. Proses ini terjadi sepanjang waktu.

Kuantitas optimal pemesanan dihitung dengan menganalisis total biaya.

Total biaya (TC) pada suatu periode merupakan jumlah dari biaya pemesanan

ditambah biaya penyimpanan selama periode tertentu.

Waktu Persediaan Rata-rata

(Q/2) Q*

Kuantitas

(23)

 

Biaya (Rp) 

Kuantitas  Pesanan  

 Total Kurva untuk Biaya Total 

Kuantitas Pesanan  Optimal  Biaya Total 

Minimum 

Kurva Biaya  Pemesanan  Kurva Biaya  Penyimpanan 

=

Cc

Q

2

*

Biaya penyimpanan per tahun

=

Cs

Q

D

*

Biaya pemesanan per tahun Dengan demikian total biaya per tahun (TC) :

Cs Q D Cc Q TC * 2 * + =

Sehingga biaya tersebut merupakan fungsi dari kuantitas pemesanan. Total

biaya minumum terjadi apabila dua komponen biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan berpotongan yang terlihat pada Gambar 2. Berdasarkan perhitungan

diatas, selanjutnya dapat kita ketahui bahwa kuantitas pemesanan optimal Q*

adalah sebagai berikut

Cs

Q

D

Cc

Q

*

2

*

=

Dengan demikian, rumus EOQ yang biasa digunakan adalah :

Cc

DCs

Q

*

=

2

Dimana :

D = permintaan yang diperkirakan per periode

Cs = biaya pemesanan per pesanan

Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun

Q* = kuantitas pemesanan optimal

D/Q = jumlah pemesanan selama setahun

Q*/2 = rata-rata persediaan

(24)

  Biaya pemesanan per tahun akan semakin menurun apabila kuantitas

pesanan semakin meningkat, namun biaya penyimpanan akan semakin meningkat

apabila kuantitas pesanan semakin meningkat karena jumlah persediaan rata-rata

yang harus disimpan lebih banyak. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 yang

menyatakan hubungan antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.

2.4. Waktu Tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu atau lead time menurut Assauri (2004) adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan

bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima di gudang persediaan. Waktu

tunggu diartikan sebagai selisih waktu antara penempatan pesanan dan

penerimaannya. Waktu tunggu dapat terjadi hanya beberapa jam atau dapat juga

dapat mencapai beberapa bulan (Heizer dan Render, 2006).

2.5. Reorder Point (ROP) dan Safety Stock

Reorder point atau titik pemesanan kembali menjawab pertanyaan kapan perusahaan harus melakukan pesanan. ROP yaitu tingkat persediaan di mana

ketika persediaan telah mencapai tingkat tertentu, pemesanan harus dilakukan.

ROP biasa disebut dengan batas/titik jumlah pemesanan kembali termasuk

permintaan yang diinginkan atau dibutuhkan selama masa tenggang, misalnya

suatu tambahan/ekstra stok. ROP terjadi apabila jumlah persediaan yang terdapat

di dalam stok berkurang terus. ROP menentukan berapa banyak batas minimal

tingkat persediaan yang harus dipertimbangkan sehingga tidak terjadi kekurangan

persediaan (Rangkuti, 2004). Jumlah yang diharapkan tersebut dihitung selama

masa tenggang. ROP dapat ditambahkan dengan safety stock yang biasanya mengacu kepada probabilitas atau kemungkinan terjadinya kekurangan stock

selama masa tenggang.

Persediaan pengaman atau safety stock adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan

bahan (Rangkuti, 2004). Kekurangan bahan dapat disebabkan oleh karena

penggunaan bahan baku yang lebih besar dari perkiraan semula, atau

keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Persediaan pengaman

(25)

  biaya penyimpanan bahan (Assauri, 2004). Dengan adanya persediaan pengaman

maka tingkat titik pemesanan kembali sebagai berikut:

SS

dxL

ROP

=

(

)

+

Dimana:

ROP = Reorder point (unit)

d = Pemakaian bahan baku per hari (unit/hari), pemakaian bahan baku

tahunan: jumlah hari kerja tahun

L = Lead time untuk pemesanan baru (hari) SS = Safety stock atau persediaan pengaman (unit)

Penetapan safety stock dapat dilakukan perusahaan berdasarkan jumlah permintaan yang mungkin terjadi selama waktu keterlambatan yang dapat

ditoleransi perusahaan.

2.6. Jarak Antar Waktu

Jarak antar waktu pesan adalah selisih waktu saat pemesanan yang satu

dilakukan dengan pemesanan berikutnya (Baroto, 2002). Jarak waktu antar

pesanan dapat dihitung dengan rumus:

D

WQ

T

=

*

Dimana:

T = Jarak Waktu Antar Pesanan

W = Jumlah Hari Kerja dalam Setahun

Q* = Jumlah Pesanan Ekonomis

D = Jumlah Permintaan dalam Setahun

2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Resisca (2009) mempelajari sistem pengendalian persediaan bahan baku

mie instan di PT Jakarana Tama. Tujuan dalam penelitian ini adalah

mengidentifikasi sistem pengendalian persediaan untuk bahan baku mie instan

serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Analisis terhadap model

pengendalian persediaan yang lebih efektif merupakan fokus utama penelitian ini.

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa metode EOQ merupakan alternatif

(26)

  persediaan yang muncul dengan perhitungan EOQ lebih rendah dari total biaya

persediaan dengan metode perusahaan. Penghematan yang dapat dilakukan

dengan menerapkan metode EOQ adalah Rp. 11.282.508.

Akhdemila (2009) melakukan analisis pengendalian persediaan darah pada

Palang Merah Indonesia (PMI) unit tranfusi darah cabang kota Depok. Penelitian

ini bertujuan untuk mempelajari sistem pengendalian persediaan pada unit

tersebut, selanjutnya diidentifikasi karakteristik penerimaan dan pemakaian darah.

Peneltian ini menjadikan penetapan tingkat persediaan optimal sebagai fokus

utama penelitian. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sistem pengendalian

persediaan PMI UTDC masih sangat sederhana. Penelitian ini memberikan hasil

bahwa pada tahun 2008 penerimaan golongan darah O rata-ratanya adalah 38

kantong per minggu, golongan darah B penerimaan rata-ratanya adalah 33

kantong per minggu, golongan darah A rata-rata penerimaannya 22 kantong, dan

golongan darah AB rata-rata penerimaan sebanyak 5 kantong per minggu.

Sedangkan pemakaian rata-rata untuk masing-masing darah, yaitu golongan darah

O 28 kantong per minggu, golongan darah B 28 kantong per minggu, golongan

darah A 20 kantong per minggu, dan golongan darah AB 4 kantong per minggu.

Penelitian ini juga didapatkan lead time selama 6 hari. Untuk safety stock

golongan darah O sebesar 37 kantong, golongan darah B sebanyak 46 kantong

darah, golongan darah A sebanyak 35 kantong, dan golongan darah AB sebanyak

16 kantong.

Yusi (2010) melakukan analisis perencanaan dan pengendalian persediaan

bahan baku pada UKM Waroeng Cokelat Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk

mempaelajari sistem pengadaan dan sistem pengendalian bahan baku di Waroeng

Cokelat, meramalkan tingkat permintaan produk Waroeng Cokelat, dan

menghitung tingkat persediaan yang optimal bagi perusahaan serta mengevaluasi

tingkat biaya persediaan bahan baku yang optimal bagi Waroeng Cokelat.

Penelitian ini diawali dengan melakukan analisis ABC pada bahan baku yang

terdiri dari 15 jenis bahan. Bahan baku yang termasuk klasifikasi A diramalkan

dan selanjutnya dilakukan analisis manajemen persediaan dengan metode EOQ.

Perbandingan dilakukan antara metode perusahaan dengan metode EOQ. hasil

(27)

  perusahaan melakukan perencanaan dan pengendalian persediaanya dengan

(28)

 

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Pemupukan merupakan salah satu faktor terpenting dalam upaya

meningkatkan kesuburan tanah dan tanaman. Pupuk NPK merupakan salah satu

jenis pupuk majemuk yang banyak beredar dipasaran. Berbagai merk pupuk NPK

beredar dipasaran. Rosasol merupakan salah satu merk pupuk NPK yang memiliki

unsur hara makro lengkap (Nitrogen, Posfor, Kalium) dan unsur hara mikro yang

diperlukan tanaman. Banyaknya merk pupuk yang beredar dipasaran

mengharuskan perusahaan meningkatkan daya saingnya dengan melakukan

kinerja operasi secara efisien.

Upaya efisiensi dalam kegiatan operasi dapat dilakukan oleh perusahaan

dengan melakukan efesiensi pada biaya persediaan. Biaya persediaan yang

muncul oleh kegiatan operasi perusahaan yaitu biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan. Pemesanan yang dilakukan perusahaan menimbulkan biaya tinggi

karena perusahaan melakukan transaksi perdagangan internasional dengan

pemasok. Biaya pemesanan yang tinggi ini akibat adanya biaya opening L/C dan

biaya kliring (EMLK). Penyimpanan produk rosasol menjadi sesuatu hal yang

penting karena penyimpanan pada produk dapat memisahkan ketergantungan

perusahaan dengan pemasok sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan

konsumennya.

Perusahaan harus mengetahui berapa jumlah kuantitas pemesanaan dan

persediaan yang tepat agar biaya persediaan total menjadi optimal serta sesuai

dengan jumlah permintaan yang ada. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan

melakukan pengendalian persediaan yang optimal. Economic order quantity (EOQ) merupakan salah satu metode pengendalian persediaan dengan tujuan

untuk menentukan berapa kuantitas pemesanan dan frekuensi pesanan optimal

(29)

  Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian

Pentingnya Pupuk  Bagi Tanaman

Peningkatan    Daya Saing

Biaya Penyimpanan  Biaya Pemesanan 

Manajemen   Pengendalian 

Persediaan

Metode EOQ 

Metode Perusahaan 

Analisis Perbandingan Metode

Pengendalian Persediaan Optimal

Berbagai Merk  Pupuk NPK

Tingkat Persaingan  Meningkat

Optimalisasi Biaya  Operasi

(30)

 

3.2 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT ASABI yang beralamat di Jl. Siliwangi 68

Bogor 16134 dengan pertimbangan bahwa perusahaan dalam menjual pupuk

rosasol dihadapkan oleh persaingan yang tinggi sehingga memerlukan

pengendalian persediaan yang optimal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret-Juni 2011.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder

baik kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh langsung melalui

wawancara dengan pihak PT ASABI yang berkaitan dengan penelitian, yaitu

bagian pemasaran, bagian suppy chain, dan bagian keuangan. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan

yang terdapat pada Lampiran 1 dan wawancara tidak terstruktur untuk melengkapi

informasi-informasi terkini, seperti siapa yang bertanggung jawab melakukan

pengurusan dokumen impor. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi

pustaka, dokumen perusahan yang berkaitan dengan penelitian (data penjualan,

data gudang, dan data keuangan biaya pemesanan serta biaya penyimpanan),

literatur yang dianggap sesuai dengan penelitian, dan hasil penelitian terdahulu.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk melihat secara keseluruhan

permasalahan yang akan dijelaskan dan dianalisis pada penelitian ini. Pengolahan

dan analisis data dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis

kualitatif dilakukan untuk melihat gambaran keadaan umum perusahaaan dan

kebijakan manajemen persediaan yang dilakukan perusahaan untuk produk

rosasol yang baru datang dari pemasok pada tahun 2010. Sedangkan analisis

kuantitatif yang menggunakan model matematik dilakukan untuk menganalisis

biaya-biaya yang terkait dengan biaya persediaan pada produk rosasol seperti

biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Selain itu analisis kuantitatif digunakan

untuk melihat apakah metode EOQ merupakan metode yang tepat yang dapat

digunakan perusahaan dalam melakukan pengendalian persediaan sebagai tujuan

dalam meminimalkan biaya persediaan produk rorasol. Analisis kuantitatif

(31)

  Analisis data dilakukan dengan melakukan uji tabulasi data yaitu melakukan

uji homogenitas pada data penjualan produk rosasol pada tahun 2010 yang

diperlihatkan pada Lampiran 2. Uji homogenitas dilakukan untuk melihat apakah

data penjualan konstan atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan bantuan

Minitab 14. Konstan atau tidaknya data dilakukan untuk menentukan apakah

metode pengendalian persediaan yang tepat untuk digunakan dalam manajemen

persediaan. Oleh karena itu penting untuk dilakukan uji homegenitas untuk

melihat konstan atau tidaknya data. Run test dilakukan pada data penjualan rosasol 2010 dengan menggunakan bantuan Minitab 14. Hasil dari uji run test menghasilkan P-value untuk masing-masing varian yang disajikan pada Tabel 1.

[image:31.595.111.511.292.366.2]

Pupuk α (5%) P-value Kesimpulan Rosasol N 0,05 0,176 Tidak acak/homogeny Rosasol P 0,05 0,252 Tidak acak/homogeny Rosasol K 0,05 0,428 Tidak acak/homogeny Rosasol E 0,05 0,692 Tidak acak/homogeny

Tabel 1. Hasil Run Test Data Penjualan Rosasol 2010

Hasil dari Run Test dengan menggunakan Minitab menunjukan bahwa

P-value dari setiap varian lebih besar dari nilai alpha (0,05). P-value rosasol N sebesar 0,176, rosasol P sebesar 0,252, rosasol K sebesar 0,428, dan rosasol E

sebesar 0,692 yang lebih besar dari nilai alpha 0,05. Dengan hipotesis nol yang

menyebutkan bahwa data homogen serta hipotesis alternatif yang menyebutkan

bahwa data tidak homegen, dapat disimpulkan bahwa dengan P-value yang lebih besar dari nilai alpha (P-value>α), data penjualan rosasol pada tahun 2010 bersifat homogen atau relatif konstan.

Hal yang selanjutnya peneliti yaitu melakukan analisis terhadap variable

biaya yang mempengaruhi biaya persediaan pada produk rosasol. Analisis ini

didasarkan pada kegiatan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh

perusahaan. Biaya persediaan terdiri dari biaya penyimpanan dan biaya

pemesanan. Biaya persediaan tahunan dianalisis dengan mengidentifikasi biaya

pemesanan tahunan dan biaya penyimpanan tahunan. Metode EOQ digunakan

untuk menentukan jumlah pemesanan optimal berdasarkan permintaan yang ada,

biaya penyimpanan tahunan, dan biaya pemesanan tahunan. Secara matematis

(32)

  Rumus EOQ yang biasa digunakan adalah :

Cc

DCs

Q

*

=

2

Dimana :

D = permintaan yang diperkirakan per periode (kg)

Cs = biaya pemesanan per pesanan (kg)

Cc = biaya penyimpanan per unit per tahun (kg)

Q* = kuantitas pemesanan optimal (kg)

Melalui metode EOQ dapat juga dilakukan analisis frekuensi pemesanan per

tahun berdasarkan jumlah permintaan per tahun dan jumlah pemesanan optimal

produk. Banyaknya frekuensi pemesanan per tahun secara matematis dapat ditulis

sebagai berikut:

Jumlah frekuensi pemesanan * Q

D

=

Selanjutnya analisis perbandingan antara sistem persediaan dengan metode

yang dilakukan perusahaan dengan metode EOQ dengan melihat biaya persediaan

total yang muncul. Biaya persediaan total per tahun dihitung berdasarkan

kuantitas produk saat melakukan pemesanan yang menimbulkan biaya total

pemesanan dan kuantitas produk yang terdapat di gudang yang menimbulkan

biaya total penyimpanan. Biaya persediaan total secara matematis dapat

dijabarkan sebagai berikut:

TCc TCs

TC = +

Dimana:

TC = total biaya persediaan (kg)

TCs = total biaya pemesanan (kg)

TCc = total biaya penyimpanan (kg)

Analisis perbandingan dilakukan untuk melihat metode yang mana yang

dapat menghasilkan penghematan pada biaya total persediaan. Selisih biaya antara

total biaya persediaan dengan metode perusahaan dibandingkan dengan total biaya

persediaan dengan metode EOQ merupakan jumlah pengehematan yang dapat

(33)

  Analisis selanjutnya dilakukan analisis terhadap titik pemesanan kembali

(ROP) yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan kapan perusahaan harus

melakukan pemesanan. Secara matematis ROP dijabarkan sebagai berikut:

)

(

dxL

ROP

=

Keterangan:

ROP = Reorder point (kg)

d = Pemakaian bahan baku per hari (kg/hari). Pemakaian bahan baku

tahunan/jumlah hari kerja tahun

L = Lead time untuk pemesanan baru (hari)

Di dalam kenyataannya, perusahaan menetapkan persediaan pengaman (safety stock) pada produknya dalam melakukan sistem persediaan dengan tujuan untuk diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan

produk saat terjadi kenaikan permintaan. Dengan adanya persediaan pengaman,

besarnya titik pemesanan kembali secara matematis dijabarkan sebagai berikut:

SS

dxL

ROP

=

(

)

+

Keterangan:

SS = Safety stock atau persediaan pengaman (kg)

Analisis jarak waktu antar pesanan juga dilakukan untuk melihat selisih

waktu saat pemesanan yang satu dilakukan dengan pemesanan berikutnya. Jarak

waktu antar pesanan dapat dihitung dengan rumus:

D

WQ

T

=

*

Keterangan:

T = Jarak Waktu Antar Pesanan

W = Jumlah Hari Kerja dalam Setahun (hari)

Q* = Jumlah Pesanan Ekonomis (kg)

D = Jumlah Permintaan dalam Setahun (kg)

(34)

 

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum PT ASABI

PT Agricon Sentra Agribisnis Indonesia (ASABI) merupakan salah satu unit

bisnis dari PT Agricon. PT Agricon yang merupakan perusahaan agrochemical,

membangun PT ASABI pada 27 februari 2001. Pada awal berdirinya, PT ASABI

melakukan kegiatan bisnis dengan melayani pembangunan greenhouse baik untuk konsumen internal perusahaan (PT Agricon) maupun konsumen eksternal

perusahaan. Konsumen eksternal dari perusahaan biasanya membangun

greenhouse untuk kegiatan hobi dan komersil. Dalam upaya mengembangkan bisnisnya, PT ASABI melakukan diversifikasi kegiatan operasinya dengan melayani pembangunan irigasi, penyediaan pupuk anorganik, pupuk organik,

penyediaan bibit, dan penyediaan obat pelindung kayu. PT ASABI memiliki

tujuan untuk menempatkan dirinya sebagai perusahaan penyedia peralatan dan

sarana pertanian. Hal ini sejalan dengan misi perusahaan untuk memberikan

kontribusi nyata untuk kesuksesan pembangunan pertanian Indonesia.

Pada tahun 2005, PT ASABI melakukan kerjasama bisnis dengan produsen

pupuk anorganik asal Belgia yaitu Rosaiser. Kerjasama bisnis tersebut menjadikan

PT ASABI sebagai distributor utama produk pupuk NPK dengan merk dagang

rosasol di Indonesia. Pupuk rosasol merupakan pupuk NPK dengan unsur hara

majemuk (lebih dari satu) yang 100% larut dalam air. Pupuk rosasol mengandung

unsur hara makro utama yang terdiri dari N (natrium), P (pospor), dan K (kalium).

Unsur hara makro ini sangat penting bagi pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan

akar.

Di dalam melakukan upaya penjualan Rosasol, PT ASABI menghadapi

tantangan persaingan dengan banyaknya jenis produk pupuk NPK di pasaran.

Pesaing utama dari PT ASABI dalam melakukan penjualan pupuk Rorasol adalah

Growmore, produk pupuk NPK asal Amerika. Hal ini karena Growmore memiliki

kualitas yang hampir sama dengan Rosasol. Sedangkan untuk jenis atau merk

pupuk Rosasol lainnya memiliki kualitas dibawah pupuk Rosasol. Hal tersebut

menjadikan PT ASABI menempatkan Rosasol dipasaran sebagai pupuk NPK

(35)

  lainnya. Keunggulan rosasol dibandingkan pupuk NPK lainnya adalah tidak

terkandungnya bahan pembawa atau residu pada produk. Selain itu rosasol sangat

larut dalam air sehingga tidak menimbukan endapan. Hal ini menjadikan tanaman

dapat dengan mudah menyerap ion-ion unsur makro yang terdapat pada rosasol.

Sebagai upaya untuk meningkatkan penjualan produk rosasol dipasaran, PT

ASABI melakukan kegiatan-kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini

dilakukan secara bersama-sama dengan agen-agen atau toko-toko yang menjadi

mitra bisnis PT ASABI. Kegiatan pemasaran yang biasa dilakukan perusahaan

adalah dengan melakukan dengan temu tani, demontrasi plot (demplot), dan ikut

serta dalam acara-acara di tingkat petani.

4.2. Pupuk Rosasol

Rosasol merupakan pupuk daun lengkap yang mengandung unsur makro

dan mikro lengkap. Pupuk ini berbentuk kristal yang bersifat mudah larut dalam

air (kelarutan homogen) dan mudah diserap tanaman dengan sempurna.

Penggunaan rosasol dapat dilakukan melalui spray dan fertigasi. Rosasol bagus diberikan untuk tanah berpasir dan yang kekurangan bahan organik. Rosasol dapat

digunakan pada tanaman hias, pot plant, bunga potong, tanaman pangan/palawija, tanaman hortikultura/buah-buahan, tanaman perkebunan, rumput lapangan golf,

persemaian/nursery dan hidroponik. Pupuk ini diproduksi oleh Rosier Belgia, dan

telah mendapatkan sertifikat ISO 9001-2000.

Pupuk ini terdiri dari empat varian dengan kandungan yang berbeda-beda,

yaitu:

1. Rosasol–N (29-10-10-3+TE)

Rosasol-N digunakan pada saat awal pertumbuhan untuk meningkatkan

perkembangan vegetatif dan pertumbuhan tanaman sampai akhir masa

pembungaan. Rosasol-N menjadikan daun lebih hijau dan mengkilat.

Komposisi lengkap: 29% Total Nitrogen (N), 3% Nitric Nitrogen (NO3),

2% Ammonianal Nitrogen (NH4), 24% Ureic Nitrogen (NH2), 10%

Phosphorus Pentoxide (P2O5), 10% Potassium Oxide (K2O), 3%

Magnesium Oxide (MgO), 5% Sulphur trioxide, 0,010% Boron, 0,0075%

(36)

  0,032% Manganese (Mn) dan EDTA Chelated, dan 0,023% Zinc (Zn) dan

EDTA Chelated.

2. Rosasol-P (15-30-15+TE)

Rosasol-P digunakan untuk merangsang dan memperbaiki akar dan umbi

serta berguna untuk memperbanyak bunga serta mencegah rontoknya bunga.

Komposisi lengkap 15% Total Nitrogen (N), 7,5% Nitric Nitrogen (NO3),

1,0% Ammonianal Nitrogen (NH4), 6,0%Ureic Nitrogen (NH2), 30%

Phosphorus Pentoxide (P2O5), 15% Potassium Oxide (K2O), 5% Sulphur

trioxide, 0,010% Boron 0,0075% Copper (Cu) dan EDTA Chelated, 0,026%

Iron (Fe) dan EDTA Chelated, 0,032% Manganese (Mn) dan EDTA

Chelated, dan 0,023% Zinc (Zn) dan EDTA Chelated.

3. Rosasol-K (15-10-30-3+TE)

Rosasol-K sangat baik untuk tanah yang kekurangan Kalium dan berguna

untuk meningkatkan produksi dan bobot serta kualitas buah. Rosasol-K juga

berguna untuk mencegah rontoknya buah serta mempertajam warna buah

dan memperpanjang daya simpan buah setelah panen. Komposisi lengkap :

15% Total Nitrogen (N,) 7,5% Nitric Nitrogen (NO3), 1,0% Ammonianal

Nitrogen (NH4), 6,5% Ureic Nitrogen (NH2), 10% Phosphorus Pentoxide

(P2O5), 30% Potassium Oxide (K2O), 3% Magnesium Oxide (MgO), 5%

Sulphur trioxide, 0,010% Boron, 0,0075% Copper (Cu) dan EDTA

Chelated, 0,026% Iron (Fe) dan EDTA Chelated, 0,032% Manganese (Mn)

dan EDTA Chelated, dan 0,023% Zinc (Zn) dan EDTA Chelated.

4. Rosasol Even (18+18+18+TE)

Rosasol Even digunakan pada saat awal pertumbuhan untuk meningkatkan

perkembangan vegetatif dan pertumbuhan tanaman sampai masa

pembungaan dan pematangan buah. Penggunaan Rosasol Even dapat

memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman secara berimbang. Aplikasi

terbaik melalui sistem fertigasi / kocor. Komposisi lengkap: 18% Total

Nitrogen (N), 2,5% Nitric Nitrogen (NO3), 6,0% Ammonianal Nitrogen

(NH4), 9,5%Ureic Nitrogen (NH2), 18% Phosphorus Pentoxide (P2O5),

18% Potassium Oxide (K2O), 14% Sulphur trioxide, 0,010% Boron,

(37)

  Chelated, 0,032% Manganese (Mn) dan, EDTA Chelated, dan 0,023% Zinc

(Zn), EDTA Chelated.

PT ASABI melakukan pembelian produk pupuk rosasol melalui PT Rosaier

dalam ukuran 25 kg (zak) untuk setiap variannya. Selanjutnya PT ASABI

melakukan proses pengemasan ulang dalam berbagai ukuran kemasan berbeda

untuk tiap variannya. Ukuran kemasan untuk tiap kemasan terdiri dari: 1lbs

(botol), ½ lbs (botol), 1 kg (pcs), 100gram (pcs), dan 25 kg (zak). Pengemasan

dalam berbagai ukuran dimaksudkan PT ASABI untuk dapat meningkatkan

penjualan terhadap berbagai jenis kebutuhan konsumen sasarannya yang

berbeda-beda.

Rosasol merupakan pupuk NPK premium yang memiliki berbagai

keunggulan produk, yaitu:

1. Kandungan Chlorine yang sangat rendah yang kurang dari 0,5% untuk

mencegah resiko salinitas tinggi.

2. Kelarutan dalam air homogen.

3. Kelembaban rendah di bawah 0,2% dalam kemasan.

4. EDTA Chelated, Boron mencegah pencucian dan menjamin penyerapan

yang sempurna bagi tanaman.

5. Bisa dipergunakan pada semua tipe sistem fertigasi.

Keunggulan-keunggulan produk diatas menjadi pembeda rosasol dibandingkan

produk lainnya. Sebagai contoh, produk NPK lain tidak memiliki kelarutan dalam

air yang homogen sehingga menimbulkan zat residu (zat sisa) saat pelarutan

pupuk.

4.3. Pengadaan dan Penanganan Produk Rosasol

4.1.1. Prosedur Pembelian dan Penerimaan Rosasol

Proses pembelian diawali dengan melakukan identifikasi kebutuhan

jumlah produk yang harus dipesan kepada supplier. Identifikasi kebutuhan

jumlah pemesanan produk dilakukan oleh bagian marketing. Identifikasi

jumlah pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah persediaan yang tersedia

di dalam gudang dan melakukan analisis perkiraan persentase kenaikan

jumlah penjualan di masa datang. Bagian marketing akan berkordinasi

(38)

  ada di gudang. Bagian marketing juga melakukan koordinasi dengan

pimpinan perusahaan (General Manajer) PT ASABI terkait perkiraan

persentase kenaikan penjualan di masa datang. Berdasarkan hasil

identifikasi yang dilakukan, bagian marketing akan menyiapkan

dokumen-dokumen purchase order (PO) yang akan dikirimkan ke suplier rosasol yaitu Rosaier.

Rosaier yang merupakan suplier sekaligus produsen dari rosasol

yang berasal dari Belgia akan mengirimkan dokumen kontrak harga rorasol

yang harus dibayarkan PT ASABI. Setelah PT ASABI menyetujui kontrak

harga yang telah ditetapkan, Rosaier akan melakukan proses produksi

rosasol yang rata-rata dilakukan selama satu bulan. Rosaier akan

memproduksi rosasol dan mengirimkan kepada PT ASABI dalam kemasan

25 kg (zak). Rosaier akan melakukan konfirmasi sebelum melakukan

pengiriman kepada PT ASABI. Pengiriman rosasol dari Rosaier ke PT

ASABI dilakukan melalui perjalanan laut (kapal) dengan waktu perjalanan

rata-rata empat bulan dan kedatangan produk di Indonesia melalui

pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Rosasol yang baru tiba di Indonesia harus dilakukan pemeriksaan

dokumen-dokumen impor terkait jumlah barang dan jenis barang. Proses

pengurusan dokumen-dokumen selama berada di pelabuhan Tanjung Priok

dilakukan dengan menggunakan jasa perusahaan forwarder atau Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK). PPJK adalah perusahaan yang

mewakili kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang

diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui

transportasi darat, laut dan udara yang dapat mencakup kegiatan

penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan pengukuran,

penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen

angkutan, klaim asuransi, atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan

dan biaya-biaya lainnya berkenan dengan pengiriman barang-barang

tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya.

Perusahaan PPJK akan mengirimkan dokumen tagihan kepada PT ASABI

(39)

  PPJK bertanggung jawab atas barang selama di pelabuhan sampai akhirnya

dikirimkan ke PT ASABI. Perusahaan PPJK yang digunakan perusahaan

untuk mengurusi hal tersbut yaitu PT Abe Transindo Perkasa.

Melihat lamanya proses produksi yang dilakukan Rosaier dan

lamanya pengiriman yang dilakukan serta waktu pengurusan

dokumen-dokumen barang selama dipelabuhan, PT ASABI harus melakukan proses

identifikasi jumlah pemesanan rosasol 6-7 bulan sebelum produk rosasol

dibutuhkan untuk penjualan. Oleh karena itu proses identifikasi jumlah

barang yang tersedia dan perkiraan jumlah penjualan yang akan terjadi

selama proses pembeliaan produk rosaol menjadi sesuatu yang sangat

penting dilakukan oleh PT ASABI agar tidak terjadi kehilangan kesempatan

penjualan. Proses pembayaran kepada supplier dilakukan PT ASABI dengan

[image:39.595.149.498.396.636.2]

membuka tetter of credit (Opening L/C) melalui Bank Mandiri yang selanjutnya dikirimkan ke advising bank (Bank yang meneruskan L/C ke suppier) di Belgia. Proses pembelian rosasol dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Prosedur Pembelian Rosasol PT ASABI

4.1.2. Penyimpanan Rosasol

Setelah pengurusan dokumen-dokumen import selesai dilakukan,

PPJK akan melakukan pengiriman barang dari Pelabuhan Tanjung Priok

ke gudang perusahaan yang berada di Sentul. Gudang Setul yang memiliki Dokumen Tagihan

Kontrak Harga

PO

Data Penjualan Data

Gudang

Rosasol

Rosasol

Bagian

Marketing

Bagian

Supply

Chain

Pemasok

Bagian

Keuangan

(40)

  berlokasi di Sentul Rest Area Km. 35 difungsikan perusahaan sebagai

gudang untuk produk rosasol yang belum melalui proses pengemasan

ulang. Perlakuan yang dilakukan perusahaan dalam penyimpanan produk

rosasol yaitu menjaga kelembaban dan suhu ruangan agar kadar air dalam

produk tetap terjaga. Hal tersebut dilakukan perusahaan dengan

memberikan alas berupa pallet (dudukan) setinggi 20 cm diatas lantai

gudang dan menggunakan exhaust fan sebanyak 2 buah.

Penempatan produk rosaosol pada gudang didasarkan kepada jenis

barang serta kedatangan produk yang masuk gudang. Penggunaan produk

rosasol yang akan di jual didasarkan mengikuti sistem First In First Out (FIFO). Sistem FIFO mensyaratkan bahwa produk yang pertama kali

masuk ke dalam gudang akan pertama kali juga keluar gudang saat akan

digunakan. Perusahaan memberikan tanggung jawab kepada bagian supply chain terkait pengendalian persediaan produk rosasol. Bagian supply chain mempunyai pelaksana gudang yang bertanggung jawab untuk mengontrol

jumlah barang masuk dan keluar dari gudang. Pencatatan akan dilakukan

bagian supply chain terkait jumlah barang masuk dan keluar melalui laporan yang dilakukan pelaksana gudang. Bagian supply chain menggunakan dokumen surat jalan yang akan dijadikan pelaksana gudang

untuk melaksanakan pengeluaran barang dari gudang.

4.4. Penjualan Produk Rosasol

PT ASABI menjual produk pupuk rosasol dalam berbagai ukuruan kemasan

di dalam setiap variannya, yaitu 1 lbs (botol), ½ lbs (botol), 1 kg (pcs), 100gram

(pcs), dan 25 kg (zak). Pengemasan ini dilakukan perusahaan sesuai permintaan

yang dilakukan oleh agen-agennya yang tersebar di berbagai daerah, yaitu:

Depok, Solo, Cipanas, dan Lembang. Agen-agen yang merupakan mitra bisnis PT

ASABI biasanya disebut perusahaan sebagai stock point. Stock point ini yang akan melakukan penjualan langsung kepada toko-toko atau konsumen akhir.

Konsumen produk rorasol merupakan petani dan individu yang melakukan

pemupukan tanaman untuk kegiatan hobi. Data penjualan rosasol di PT ASABI

(41)
[image:41.595.214.415.83.219.2]

 

Tabel 2. Data Penjualan Rosasol 2010

Pupuk Penjualan (kg)

Rosasol N 14.431,09 Rosasol P 4.656,173 Rosasol K 13.360,33 Rosasol E 6.468,367 Jumlah 38.915,96

Sumber: Bagian supply chain, PT ASABI, 2010

Berdasarkan data pada Tabel 2, rosasol N memiliki jumlah penjualan yang

besar dibandingkan rosasol varian jenis lainnya yaitu sebesar 14.431.09 Kg.

Besarnya penjualan ini dikarenakan rosasol N memiliki fungsi untuk

meningkatkan perkembangan vegetatif dan pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu

rosasol N sangat diperlukan dari awal pertumbuhan vegetatif sampai akhir masa

pembungaan sehingga penggunaan akan rosasol N tinggi.

4.5. Pengendalian Persediaan Rosasol Berdasarkan Kondisi Aktual

Perusahaan

Pengendalian persediaan produk rosasol menjadi tanggung jawab bagian

supply chain. Bagian ini terus memantau tingkat persediaan produk rosasol setiap harinya. Pencatatan tingkat persediaan di gudang dilakukan perusahaan dengan

menggunakan software Myob pada Januari-Agustus 2010 dan beralih ke software

Omega pada September 2011 sampai saat ini. Peralihan penggunaan software ini

dilakukan perusahaan untuk dapat meningkatkan perlindungan data-data dan

meningkatkan kinerja proses pengendalian persediaan. Bagian supply chain juga bertanggung jawab dalam melakukan proses pengemasan produk rosasol dalam

berbagai ukuran. Pengemasan ini dilakukan berdasarkan pesanan yang dilakukan

oleh bagian pemasaran. Proses pengemasan produk rosasol dilakukan dengan

menggunakan tenaga kerja dari warga sekitar gudang selama satu hari penuh

setelah pesanan terjadi. Setelah pemesanan siap dikirim, bagian supply chain akan menyiapkan dokumen berupa surat jalan yang akan dijadikan pelaksana gudang

sebagai dasar pencatatan barang keluar untuk melakukan pengendalian tingkat

persediaan di gudang.

Selama tahun 2010, perusahaan melakukan aktifitas pemesanan sebanyak

(42)

  varian produk rosasol karena setiap varian produk rosasol di produksi pada

produsen yang sama. Produk rosasol pada pemesanan yang dilakukan pada tahun

2010 masuk ke gudang perusahaan pada bulan Agustus. Jumlah pemesanan

[image:42.595.213.420.186.315.2]

rosasol untuk masing-masing varian disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Pemesanan Produk Rosasol Tahun 2010

Pupuk

Jumlah Pemesanan

(kg) Rosasol N 12.600

Rosasol P 12.600 Rosasol K 8.400 Rosasol E 8.400 Total 42.000

Sumber: Bagian Keuangan, PT ASABI, 2010

Dalam menentukan jumlah pemesanan produk, perusahaan melakukan

pertimbangan berdasarkan jumlah persediaan yang terdapat di gudang dan

perkiraan persentase kenaikan penjualan untuk setiap produknya.

4.6. Waktu Tunggu Pemesanan (Lead Time)

Lead time merupakan waktu tunggu yang dibutuhkan untuk menunggu kedatangan produk sampai kepada perusahaan dan siap digunakan perusahaan

sejak produk tersebut dipesan dari suppliernya. Dalam melakukan pemesanan

produk, perusahaan harus menghadapi waktu tunggu produksi produk, waktu

tunggu perjalanan produk, dan waktu pengurusan dokumen import di pelabuhan.

Produksi produk rosasol yang dilakukan Rosaier menggunakan waktu yang

relatif konstan yaitu satu bulan. Setelah produk selesai diproduksi, rosasol akan

dikirimkan melalui perjalanan laut (shipping) dengan waktu perjalanan rata-rata

selama empat bulan. Kedatangan produk dari perjalanan laut tersebut akan tiba di

Pelabuhan Tanjung Priok. Pengurusan dokumen impor harus dilakukan

perusahaan sebelum dikirim ke gudang perusahaan. Lamanya waktu pengurusan

dokumen di pelabuhan sekitar satu bulan karena banyaknya barang yang masuk

melalui pelabuhan setiap harinya sehingga pengecekan dokumen impor menjadi

tertunda. Dapat disimpulkan bahwa waktu tunggu total yang terjadi saat

melakukan pemesanan untuk semua jenis varian rosasol hingga produk masuk

(43)

 

4.7. Total Biaya Persediaan

4.7.1.Biaya Pemesanan

Biaya pemesanan muncul saat perusahaan melakukan pembelian produk

kepada suppliernya. Pemesanan yang dilakukan PT ASABI menghasilkan

biaya-biaya yang terdiri dari: biaya-biaya opening L/C dan biaya kliring. Biaya opening L/C merupakan biaya yang muncul saat perusahaan melakukan pembayaran dengan

letter of credit (L/C). L/C merupakan fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya dalam rangka mempermudah dan memperlancar transaksi jual beli

barang, terutama yang berkaitan dengan transaksi internasional. Bank

memberikan jaminan untuk membayar sejumlah tertentu kepada pihak lain atas

permintaan nasabahnya. Pembayaran transaksi perdagangan dengan L/C

memberikan kepastian pembayaran yang dilakukan perusahaan sejumlah tertentu

kepada pemasok dan memberikan penjaminan pengiriman barang dari suplier ke

perusahaan.

Pemesanan yang dilakukan perusahaan juga menimbulkan biaya EMKL.

Biaya EMKL terjadi saat perusahaan melakukan pengurusan dokumen impor pada

kepabean yang dilakukan oleh PPJK. PPJK akan melakukan pengurusan

pembuatan dokumen impor, pembayaran bea masuk dan biaya-biaya yang

berkenaan dengan pengeluaran barang dari gudang kepabeaan..

Pemesanan yang dilakukan perusahaan tidak menghasilkan biaya

pengangkutan atau biaya transportasi dari pemasok ke perusahaan. Hal tersebut

dikarenakan biaya pengangkutan menjadi tanggung jawab pemasok.

Pengangkutan rosasol dari pelabuhan ke gudang perusahaan juga tidak

menimbulkan beban biaya karena pengangkutan tersebut menjadi tanggung jawab

PPJK. Hal yang perlu dicermati oleh perusahaan adalah tidak munculnya biaya

jasa dari PPJK. Laporan jumlah tagihan yang harus dibayar PT ASABI dalam

kepengurusan dokumen impor tidak memperlihatkan biaya jasa PPJK. Besarnya

biaya yang muncul dalam pemesanan produk Rosasol kepada pemasok dapat

(44)
[image:44.595.170.456.100.265.2]

 

Tabel 4. Biaya Pemesanan Rosasol Tahun 2010

No Jenis Biaya Biaya Pemesanan Rp/pesanan % 1 Biaya Opening L/C

a.Provision 1.127.284

b.Telex fee 74.200

c.Acceptance fee 1.641.120

d.Fee swift 1.658.566

Total 4.501.170 9,1

2 Clering Charges (EMKL) 45.219.659 90,9 Total biaya 49.720.829 100

Sumber: Bagian Keuangan, PT ASABI, 2010

Berdasarkan data pada Tabel 4 diperlihatkan bahwa biaya kliring memberikan

kontribusi beban biaya sebesar 90,9% atau Rp 45.219.659 untuk pesanan ke

empat varian rosasol yang dilakukan perusahan. Perusahaan melakukan

pemesanan pada setiap varian rosasol pada supplier yang sama yaitu Rosaier.

Oleh karena itu, biaya pemesanan yang muncul saat pemesanan yang dilakukan

perusahaan merupakan biaya keseluruhan untuk ke empat varian rosasol.

Perusahaan mengasumsikan bahwa biaya pemesanan untuk masing-masing varian

merupakan persentase jumlah pemesanan setiap varian dikali total biaya

pemesanan. Perhitungan biaya pemesanan diperlihatkan pada Lampiran 4. Hasil

dari perhitungan tersebut diperlihatkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Biaya Pemesanan Setiap Varian Rosasol

Pupuk

Jumlah Pemesanan

(kg)

Persentase Pemesanan

(%)

Biaya Pemesanan (Rp)

Rosasol N 12.600 30 14.916.249

Rosasol P 12.600 30 14.916.249

Rosasol K 8.400 20 9.944.166

Rosasol E 8.400 20 9.944.166

Total 42.000 100 49.720.829

4.7.2.Biaya Penyimpanan

Biaya penyimpanan terjadi saat perusahaan melakukan penyimpanan

terhadap produk yang akan dijual. Penyimpanan produk rosasol yang belum

dikemas ulang dilakukan pada gudang persediaan Sentul. Sedangkan untuk

produk rosasol yang sudah dikemas dalam berbagai ukuran disimpan juga pada

[image:44.595.131.487.496.615.2]
(45)

  hanya dilakukan pada gudang Sentul karena menyimpan produk rosasol yang

belum dikemas ulang. Biaya penyimpanan yang terjadi pada penyimpanan produk

rosasol terdiri dari biaya opportunity cost (biaya kesempatan), biaya listrik, biaya

penyusutan, dan biaya gaji pelaksana gudang.

Biaya kesempatan atau opportunity cost merupakan biaya yang memperlihatkan bahwa perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh

pendapatan bunga apabila dana yang diinvestasikan perusahaan disimpan di bank.

Hal yang menjadi pertimbangan dalam perhitungan biaya kesempatan adalah

biaya produk per kg dan tingkat suku bunga pada tahun berlaku. Pada penelitian

ini diasumsikan tingkat suku bungan investasi yang akan diperoleh perusahaan

sebesar 7,45%. Perhitungan dilakukan dengan mengalikan harga per kg produk

dengan tingkat suku bunga dan tingkat persediaan rata-rata produk selama tahun

2010.

Selanjutnya biaya penyusutan merupakan biaya yang muncul akibat

berkurangnya nilai dari fasilitas yang dimiliki perusahaan. Fasilitas yang menjadi

fokus penelitian yaitu fasilitas gudang dan pallet. Biaya fasilitas gudang dan pallet

muncul sebagai biaya penyimpanan karena kedua hal tersebut menjadi fasilitas

yang digunakan selama dilakukan penyimpanan produk. Asumsi penelitian ini

menyebutkan bahwa biaya fasilitas gudang sebesar Rp 90.000.000 dengan umur

ekonomis 15 tahun dan biaya pengadaan pallet sebesar Rp 40.000 dengan jumlah

pallet sebanyak 50 pallet. Berikutnya biaya listrik dalam setahun dibebankan

dalam biaya penyimpanan karena penggunaan listrik menjadi sesuatu yang

penting untuk menjaga produk selama penyimpanan di gudang. Biaya listrik

selama tahun 2010 sebesar Rp 1.500.000. Biaya pelaksana gudang menjadi

komponen biaya penyimpanan karena keberadaan pelaksana gudang menjadi

penting untuk mengontrol produk selama penyimpanan. Biaya pelaksana gudang

yaitu sebesar Rp 1.100.000 per bulan per orang. Perhitungan biaya penyimpanan

dapat dilihat pada lampiran 5.

Analisis biaya dilakukan pada masing-masing varian untuk mengetahui

berapa biaya penyimpanan setiap varian per kg per tahun. Biaya tersebut

diperoleh berdasarkan persentase tingkat persediaan rata-rata setiap varian selama

(46)
[image:46.595.113.520.99.298.2]

 

Tabel 6. Biaya Total Penyimpanan pada Gudang Rosasol

No Jenis Biaya

Biaya Penyimpanan

Rosasol N Rosasol P Rosasol K Rosasol E (Rp/kg/

thn) %

(Rp/kg/ thn) %

(Rp/kg/ thn) %

(Rp/kg/ thn) %

1

Biaya Kesempatan (Opportunity

Cost)

808,85 85,1 1366,1 90,9 964,99 90,9 552,27 78,5

2

Biaya Penyusutan

fasilitas

45,82 4,8 43,93 2,

Gambar

Gambar 1. Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu Untuk Model EOQ
Gambar 2. Grafik Biaya persediaan
Gambar 3. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 1. Hasil Run Test Data Penjualan Rosasol 2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

berapa total biaya persediaan bahan baku bila perusahaan menetapkan kebijakan EOQ berapa batas atau titik pemesanan bahan baku yang dibutuhkan oleh perusahaan selama masa tenggang

Model Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu model pengendalian persediaan yang digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan ekonomis suatu barang atau

Salah satu metode yang digunakan untuk pengendalian persediaan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ) yang memberikan jumlah pemesanan ekonomis.. Perusahaan

1) Perhitungan pengendalian persediaan berdasarkan metode Economic Order Quantity (EOQ) terhadap efisiensi biaya persediaan lebih optimal dibandingkan kebijakan perusahaan.

Dari perhitungan data dengan metode EOQ (Economic Order Quantity), diperoleh jumlah pemesanan bahan baku ubi kayu yang optimal pada tahun 2015 adalah 201.752 kg.

Salah satu model untuk mengontrol model persediaan adalah dengan Economic Order Quantity (EOQ). EOQ adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan

Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan total sisa persediaan yang dilakukan oleh perusahaan yaitu sebesar 10.478 pcs dengan frekuensi pemesanan sebanyak 17 kali dengan

Hasil penelitian didapatkan bahwa kuantitas pembelian bahan baku ayam hidup menggunakan metode EOQ adalah sebesar 1264 Kg dengan frekuensi pembelian sebanyak 92 kali, safety