• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PASIR SILIKA MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) (Studi Pada CV. BUMI SILIKA JAYA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PASIR SILIKA MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) (Studi Pada CV. BUMI SILIKA JAYA)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PASIR SILIKA MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)

(Studi Pada CV. BUMI SILIKA JAYA) Oleh:

Feby Zakaria

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya zakariafeby@gmail.com

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Surachman, SE, MSIE

ABSTRAK

Pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan manajemen yang penting di dalam perusahaan. Perusahaan diharapkan mampu untuk mengelola persdiaan bahan baku secara efisien. Perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA memiliki masalah dalam mengelola persediaan pasir silika dengan baik. Perusahaan terlalu sering melakukan pemesanan serta terjadinya kekurangan persediaan di dalam gudang menjadi masalah pada penelitian ini.

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan bahan baku yang tepat, efisiensi biaya persediaan, jumlah persediaan pengamanan dan titik pemesanan kembali dari persediaan bahan baku di gudang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan mengumpulkan beberapa informasi dokumen terkait persediaan bahan baku pasir silika. Data yang telah dikumpulkan digunakan untuk menghitung jumlah pemesanan ekonomis bahan baku pasir silika (Economic Order Quantity), frekuensi pemesanan menurut EOQ, tingkat persediaan yang tepat untuk melakukan pemesanan ulang bahan baku (Re-Order Point), dan jumlah persediaan pengamanan (safety stock) untuk mengantisipasi kekurangan persediaan pasir silika.

Hasil dari penghitungan diketahui bahwa untuk dapat melakukan efisiensi biaya persediaan jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) yang diperoleh sebesar 11.366 ton. Frekuensi pemesanan dilakukan 25 kali. Re-Order Point persediaan pasir silika adalah 3.398 ton. Tingkat pelayanan yang diberikan perusahaan sebesar 95%, safety stock yang dibutuhkan adalah 2.452 ton.

Kata Kunci: Economic Order Quantity (EOQ), Frekuensi Pemesanan, Safety Stock, Re-Order Point (ROP)

(2)

2

SILICA SAND RAW MATERIAL INVENTORY CONTROL USING ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) METHOD

(Study On CV. BUMI SILIKA JAYA) Feby Zakaria

Faculty of Economics and Business, University of Brawijaya zakariafeby@gmail.com

Supervisor:

Prof. Dr. Surachman, SE, MSIE ABSTRACT

Inventory control is one of the pivotal management activities in a company. Company is expected to be able to manage its raw material inventory efficiently. CV. BUMI SILIKA JAYA faced a problem in managing its silica sand inventory. The company frequently made sand orders and often experienced lack of inventory at their storage.

The aim of this research is to know the proper number of raw material order to achieve efficient inventory costs, to define the number of safety stock and repeat order point and raw material inventory in storage unit. Data collection technique was done through interview and silica sand inventory number document. The collected data was utilized to calculate economic order quantity of silica sand raw material, ordering frequency based on EOQ, proper inventory level to make repeat order, and number of safety stock to anticipate a lack on silica sand inventory.

The calculation result demonstrated that to achieve efficient and economic order quantity of the inventory (EOQ), it total order was 11,336 tons. The ordering frequency was 25 times. Repeat order point of silica sand inventory was 3,398 tons. For service level provided by the company at 95%, the safety stock required was 2,452 tons.

Keywords: Economic Order Quantity (EOQ), Ordering Frequency, Safety Stock, Repeat Order Point (ROP)

(3)

3 PENDAHULUAN

Pada saat ini perkembangan dunia usaha mengalami peningkatan yang sangat signifikan dan terbilang sangat pesat untuk semua sektor. Perkembangan yang terjadi secara global memberikan dampak hampir ke semua negara termasuk negara Indonesia. Perkembangan yang terjadi karena adanya peningkatan keberagaman kebutuhan manusia yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Banyak perusahaan dan perseorangan yang jeli membaca situasi tersebut dan memanfaatkan peluang untuk membuka suatu usaha guna memenuhi kebutuhan dan mendapatkan keuntungan dari keadaan yang terjadi saat ini.

Salah satu bentuk usaha yang sangat diminati oleh perusahaan dan perseorangan adalah usaha yang bergerak pada bidang pertambangan sumberdaya alam. Usaha pertambangan meliputi banyak sumberdaya alam yang diantaranya seperti minyak, gas alam, batu bara, logam mulia, pasir dan masih banyak lainnya. Salah satu usaha pertambangan yang tengah diminati saat ini adalah pasir silika yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan batu bata ringan, semen mortar, kaca dan internit.

Kebutuhan akan pasir silika meningkat secara signifikan dengan adanya kebijakan yang menetapkan untuk semua bangun tinggi di Indonesia menggunakan batu bata ringan yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan batu bata merah. Peraturan tersebut tertulis dalam Perpres RI Nomor 70 Tahun 2012.

Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pasir silika, maka perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jual beli pasir silika harus mampu untuk memanajemen dengan baik persediaan bahan baku. Ketersediaan bahan baku merupakan hal yang penting di dalam perusahaan guna untuk tetap menjaga kelancaran proses produksi perusahaan. Pengendalian persediaan bahan baku harus

melalui proses koordinasi dan integrasi kegiatan yang dilakukan secara efektif dan efisien (Susanto, 2009: 3). Perusahaan harus mampu untuk menentukan jumlah persediaan yang disimpan, jumlah persediaan yang harus dipesan serta kapan harus melakukan pemesanaan ulang (Lestari, 2012: 8).

Tujuan diadakan persediaan oleh perusahaan karena persediaan berguna untuk menghilangkan resiko keterlambatan barang atau bahan yang dibutuhkan oleh perusahaan, menghilangkan resiko kualitas bahan yang dipesan sehingga bahan tersebut harus dikembalikan, untuk bisa menjaga stok bahan-bahan yang bersifat musiman, mempertahankan stabilitas operasi perusahaan, mencapai penggunaan mesin yang optimal, memaksimalkan pelayanan kepada pelanggan dimana keinginan pelanggan bisa tetap terpenuhi (Assauri: 2008).

Salah satu bentuk manajemen persediaan yang baik adalah dengan menerapkan Economic Order Quantity di dalam perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2015: 561), Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang sederhana dimana konsep pengendalian tersebut mampu untuk menentukan jumlah (Q) setiap kali melakukan pesanan sehingga biaya total persediaan dapat diturunkan. Konsep Economic Order Quantity (EOQ) memberikan gambaran keputusan yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu mengenai berapa jumlah bahan baku yang dipesan berdasarkan kebutuhan dan kapasitas gudang serta waktu untuk melakukan pesanan ulang persediaan. CV. BUMI SILIKA JAYA merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada jual beli hasil pertambangan yaitu pasir silika. Perusahaan tersebut beroperasi di kecamatan Bancar, kabupaten Tuban. Saat ini perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA masih menerapkan metode sederhana dalam menghitung kebutuhan bahan baku.

(4)

4 Perusahaan tersebut belum menerapkan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam menganilisis dan menghitung kebutuhan persediaan bahan baku sehingga perusahaan pernah mengalami kehabisan stok bahan baku. Perusahaan juga cenderung untuk terlalu sering melakukan pesanan sehingga biaya pemesanan belum terkendali secara maksimal.

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan penerapan metode Economic Order Quantity (EOQ) dapat mencegah habisnya stok persediaan di dalam perusahaan dan mampu untuk meminimalisir biaya persediaan. Metode ini mampu menunjukkan kuantitas pesanan ekonomis, frekuensi pemesanan ekonomis, dan waktu untuk melakukan pemesanan ulang Re-Order Point (ROP) yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Berdasarkan latar belakang diatas tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Mengetahui proses pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan oleh perusahaan, (2) berapa kuantitas pesanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan berdasarkan metode EOQ, (3) berapa jumlah frekuensi pemesanan ekonomis yang dapat dilakukan oleh perusahaan berdasarkan metode EOQ, (4) jumlah persediaan pengamanan yang harus disediakan oleh perusahaan, (5) berapa kuantitas pemesanan kembali (Re-Order Point) yang harus dilakukan oleh perusahaan, dan (6) pengaruh analisis Economic Order Quantity (EOQ) terhadap biaya persediaan jika diterapkan pada pengendalian persediaan pada CV. BUMI SILIKA JAYA.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Manajemen Operasi

Menurut Roger G. Schroeder (1997: 4) manajemen operasi merupakan suatu

kajian pengambilan keputusan pada suatu fungsi operasi di dalam industri atau organisasi. Manajemen operasi bertanggung dalam menghasilkan barang atau jasa di dalam suatu organisasi atau industri. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkaitan dengan suatu sistem perubahan dan fungsi operasi yang digunakan.

Sedangkan menurut Heizer dan Render (2015: 3) manajemen operasi merupakan serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai suatu barang dan jasa dengan mengubah masukan menjadi hasil.

Persediaan

Haming dan Nurnajamudin (2012: 3) mendefinisikan persedian adalah sumberdaya ekonomi yang berwujud yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang proses produksi, meliputi bahan baku, produk jadi, komponen rakitan, bahan pembantu dan barang sedang dalam proses pengerjaan.

Fungsi Persediaan

Heizer dan Render (2015: 553) menjelaskan empat fungsi persediaan bagi perusahaan sebagai berikut:

a. Untuk memberikan pilihan barang untuk dapat memenuhi permintaan pelanggan yang diantisipasi dan menghindari perusahaan dari fluktuasi permintaan.

b. Untuk memisahkan beberapa tahapan dalam proses produksi.

c. Mengambil keuntungan dari potongan jumlah pembelian yang besar.

d. Menghindari inflasi harga. Masalam Umum Persediaan

Nasution dan Prasetyawan (2008:116) menjelaskan terdapat dua masalah umum yang dihadapi perusahaan dalam mengelola persediaan, yaitu:

(5)

5 a. Masalah kuantitatif, yaitu masalah yang

berkaitan dengan penentuan kebijaksanaan persediaan, antara lain:  Berapa banyak jumlah barang yang

akan dipesan.

 Kapan waktu pemesanan harus dilakukan.

 Berapa jumlah persediaan pengamannya.

 Memilih metode pengendalian persediaan yang tepat.

b. Masalah kaulitatif, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran pengelolaan sistem persediaan seperti:

 Jenis barang apa yang dimiliki.  Letak barang tersebut berada.  Berapa jumlah barang yang dipesan.  Siapa saja yang menjadi pemasok

masing-masing item barang. Manajemen Pesediaan

Dalam melakukan penyimpanan stok bahan baku akan menimbulkan adanya waktu tunggu (lead time) yang terjadi di dalam kegiatan operasional perusahaan yang dimulai dari waktu tunggu ketika melakukan pemesanan bahan baku hingga bahan baku sampai pendistribusian barang yang siap untuk dijual. Saling padunya seluruh kegiatan operasional perusahaan akan menciptakan proses pengendalian bahan baku yang baik di dalam suatu perusahaan.

Perlu adanya pengendalian persediaan bahan baku di dalam penyimpanan. Menurut Assauri (2008: 176) pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dalam proses operasi perusahaan sesuai dengan apa yang direncanakan baik waktu, jumlah, dan biayanya. Jumlah bahan baku yang terlalu banyak dapat menimbulkan biaya yang cukup besar sedangkan apabila jumlah bahan baku terlalu sedikit maka akan dapat mengganggu proses produksi di dalam perusahaan. Oleh sebab itu, jumlah persediaan perlu diatur dan dianalisis

dengan baik sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan perusahaan.

Jenis Persediaan

Assauri (2008: 171) jenis persediaan dibedakan sebagai berikut:

1. Raw Material Stock (persediaan bahan baku).

Persediaan yang digunakan dalam proses produksi yang diperoleh dari sumber daya alam atau yang dibeli dari pemasok yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

2. Purchased Part (persediaan bagian produk).

Persediaan barang-barang yang terdiri dari bagian yang diperoleh dari perusahaan lain yang dapat langsung dipasangkan dengan bagian lain tanpa melalui proses produksi.

3. Supplies Stock (persediaan bahan pembantu atau pelengkap).

Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu keberhasilan produksi tetapi tidak bukan merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

4. Work in Process Stock (persediaan barang setengah jadi).

Persediaan barang-barang yang telah diolah menjadi suati bentuk tetapi perlu diproses kembali untuk kemudian diproses lagi menjadi barang jadi. 5. Finished Good Stock (persediaan

barang jadi).

Persediaan berupa barang-barang yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.

Biaya Persediaan

Haming dan Nurnajamudin (2012: 8) biaya persediaan utamanya terbagi menjadi dua yaitu:

(6)

6 a. Ordering Cost atau biaya pemesanan

Biaya pemesanan meliputi biaya menuggu pemesanan, biaya pengiriman, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan pemesanan. Jika perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang kecil maka frekuensi pemesanan akan mejadi tinggi. Sebaliknya, apabila jumlah pemesanan besar maka frekuensi pemesanan akan semakin berkurang. b. Storage cost / holding cost / carrying

cost atau biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang muncul akibat adanya aktivitas penyimpanan persediaan. Biaya penyimpanan umumnya terdiri dari biaya sewa, biaya penerangan dan biaya perawatan.

Sedangkan menurut Siswanto (2007: 122) menjelaskan biaya-biaya persediaan sebagai berikut:

a. Ordering Cost (Biaya Persediaan) Biaya yang muncul pada saat proses pemesanan suatu barang. Biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya persediaan diantaranya biaya pembuatan surat, biaya telepon, biaya fax, dan biaya-biaya overhead lainnya yang secara proporsional timbul karena adanya proses pembuatan sebuah pesanan.

b. Carrying Cost / Holding Cost (Biaya Simpan)

Biaya yang muncul karena adanya proses penyimpanan suatu barang. Biaya-biaya yang termasuk di dalam biaya simpan diantaranya biaya sewa gudang, biaya premi asuransi, biaya keamanan dan biaya overhead lainnya yang secara proporsional timbul karena adanya proses penyimpanan suatu barang.

c. Stockout Cost (Biaya Kehabisan Persediaan)

Biaya yang muncul pada saat persediaan habis atau tidak tersedia. Biaya yang termasuk di dalam biaya kehabisan stok adalah biaya kerugian

karena mesin atau karyawan yang berhenti bekerja.

d. Purchase Cost (Biaya Pembelian) Biaya yang muncul pada saat pembelian suatu barang yaitu sejumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar pembelian persediaan. Economic Order Quantity (EOQ)

Heizer dan Render (2015: 561) Economic Order Quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian persediaan yang sederhana untuk digunakan. Model persediaan ini untuk permintaan independen yang artinya permintaan yang tidak terpengaruh oleh permintaan produk lain.

Konsep Economic Order Quantity (EOQ) dalam penggunaannya harus memperhatikan beberapa asumsi sebagai berikut:

a. Jumlah permintaan diketahui, cukup konstan dan independen.

b. Adanya waktu tunggu yang diketahui dan bersifat konstan.

c. Setiap pesanan segera diterima dan selesai seluruhnya.

d. Tidak tersedia diskon kuantitas.

e. Biaya variabel hanya biaya untuk memesan dan biaya menyimpan persediaan dalam waktu tertentu.

f. Kehabisan persediaan dapat sepenuhnya dihindari.

Heizer dan Render (2015: 563), penghitungan Economic Order Quantity (EOQ) dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Sedangkan untuk total biaya persediaan bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut:

(7)

7 Keterangan:

D = Jumlah permintaan (per tahun) S = Biaya pemesanan (per tahun)

H = Biaya penyimpanan (per unit/tahun) Q = Jumlah unit yang dipesan

= Rata-rata persediaan

= Jumlah pemesanan per tahun

Persediaan Pengamanan (Safety Stock) Haming dan Nurnajamudin (2012: 17) persediaan pengamanan adalah unit persediaan yang harus selalu ada dalam perusahaan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan dan menghindari terjadinya kehabisan stok.

Assauri (2008: 265), untuk menentukan jumlah persediaan pengamanan digunakan analisis statistik yaitu dengan standar deviasi yang bertujuan untuk mempertimbangkan penyimpangan-penyimpangan yang telah terjadi antara perkiraan pemakaian bahan baku dengan pemakaian bahan baku sebenarnya yang kemudian ditentukan menggunakan tingkat pelayanan (service level) yang dapat diberikan oleh perusahaan. Adapun rumus standar deviasi adalah sebagai berikut:

x Keterangan:

x = pemakaian bahan baku sesungguhnya x = perkiraan pemakaian bahan baku n = jumlah data

Sedangkan rumus yang digunakan dalam mencari jumlah persediaan pengamanan adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Z = tingkat pelayanan (service level) yang ditentukan

Re-Order Point (ROP)

Heizer dan Render (2015: 567) titik pemesanan ulang (Reorder Point) adalah tingkat persediaan dimana ketika persediaan mencapai tingkat tersebut maka harus dilakukan pemesanan kembali. Rumus untuk menentukan titik pemesanan ulang (Reorder Point) menurut Heizer dan Render (2015: 567) sebagai berikut:

Keterangan:

d = Permintaan per hari

L = Waktu tunggu pesanan baru (dalam hari)

Permintaan per hari (d) dihitung berdasarkan permintaan tahunannya (D) atas jumlah hari kerja dalam satu tahun, dapat dirumuskan dengan :

Rumus ROP akan berubah apabila disertakan persediaan pengamanan. Berikut adalah rumus ROP dengan persediaan pengamanan:

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode kuantittatif deskriptif dalam penyelesaiannya sesuai dengan pendapat Narbuko dan Achmadi (2013: 44) yang menegaskan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menjelaskan sebuah penyelesaian masalah dan sifatnya komparatif berdasarkan data yang

(8)

8 dikumpulkan, dianalisis lalu diinterpretasikan.

Data dan Metode Pengumpulan Data Data pada penelitian ini adalah primer dan data sekunder. Data primer, yaitu sumber data yang berasal dari objek penelitian yang dikumpulkan oleh peneliti untuk dianalisis. Data primer yang dikumpulkan meliputi profil perusahaan, struktur organisasi perusahaan, data penggunaan bahan baku perusahaan, data persediaan bahan baku perusahaan dan data biaya persediaan bahan baku perusahaan.

Data sekunder, yaitu sumber data yang sudah diolah sebelumnya yang berasal dari objek penelitian maupun dari perantara. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi hasil studi literatur pada berbagai sumber seperti buku, jurnal, dan atau penelitian – penelitian terdahulu sebagai bahan reverensi sebagai berikut: biaya persediaan, Economic Order Quantity (EOQ), frekuensi pemesanan, standar deviasi, Persediaan pengamanan (safety stock), dan Re-Order Point (ROP).

Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel operasional yang terdiri atas : 1. Penggunaan bahan baku

Dalam penelitian ini digunakan untuk menghitung rata-rata kuantitas penggunaan bahan baku dalam satu periode waktu. Variabel ini dapat diukur dengan formulasi matematis sebagai berikut (Heizer dan Render, 2015) :

Keterangan:

t = periode waktu (hari/bulan/tahun).

2. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan meliputi biaya menuggu pemesanan, biaya pengiriman, biaya penerimaan dan biaya pemeriksaan pemesanan (Haming dan Nurnajamudin, 2012: 8). Pengukuran variabel biaya pemesanan dilakukan dengan formulasi matematis sebagai berikut :

Biaya pemesanan = biaya sms dan telepon + biaya bongkar muat

3. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan merupakan biaya persediaan yang muncuk akibat adanya aktivitas penyimpanan persediaan. Biaya penyimpanan umumnya terdiri dari biaya sewa gudang, biaya penerangan dan biaya keamanan (Siswanto, 2007: 122). Pengukuran variabel biaya penyimpanan dilakukan dengan formulasi sebagai berikut: Biaya penyimpanan = biaya listrik + biaya sewa + biaya keamanan

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menghitung kuantitas optimum pemesanan berdasarkan metode EOQ, perhitungan total biaya persediaan, persediaan pengaman dan menghitung titik pemesanan ulang bahan baku pasir silika. Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Penghitungan Economic Order Quantity (EOQ)

Total biaya persediaan (total cost / TC)

(9)

9 Frekuensi pembelian optimal

Persediaan pengamanan (safety stock) x x

Untuk menentukan besarnya persediaan pengamanan dengan rumus sebagai berikut:

Titik pemesanan ulang (reorder point / ROP)

Re-Order Point dengan persediaan

pengamanan (safety stock)

PEMBAHASAN

Pengendaliaan Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Aktual Perusahaan Pengendalian persediaan pasir silika dilakukan dengan cara penghitungan yang sederhana, data dan penjualan ditulis berdasarkan jumlah satuan ritase per truk dengan jumlah 1 rit sama dengan 10 ton untuk truk kecil dan 3,5 rit sama dengan 35 ton untuk truk besar. Kapasitas persediaan gudang sebesar kurang lebih 20.000 ton.

Pada penelitian terdapat dua jenis pasir yang akan dijumlahkan menurut data penjualan perusahaan, yaitu pasir cucian dan pasir non cucian. Konsumen pasir cucian umumnya adalah perusahaan yang memproduksi kaca, internit, batu bata ringan dan lainnya. Sementara untuk konsumen pasir non cucian adalah perusahaan semen yang beroperasi di

daerah sekitar seperti perusahaan semen Holcim dan perusahaan semen Gresik. Penggunaan Pasir Silika Aktual Perusahaan

Penggunaan bahan baku pasir silika oleh perusaahaan dalam kurun waktu satu tahun terakhir tersaji dalam dalam tabel berikut:

Tabel 1

Data Penjualan Pasir Silika Tahun 2015-2016

Bulan Penjualan Total

Non Cucian Cucian Mei 17.500 4.550 22.050 Juni 17.700 4.900 22.600 Juli 17.900 2.870 20.770 Agustus 18.700 5.460 24.160 September 17.600 5.670 23..270 Oktober 18.800 5.740 24.540 November 19.400 5.670 25.070 Desember 19.700 5.460 25.160 Januari 20.000 4.900 24.900 Februari 20.900 5.040 25.940 Maret 19.200 5.250 24.450 April 18.400 5.180 23.580 Total 286.490

Sumber: data diolah, 2016.

Rata-rata Penggunaan Bahan Baku per Bulan

Dari tabel diatas diketahui bahwa penggunaan pasir silika dalam satu tahun adalah sebesar 286.490 ton. Rata-rata penggunaan bahan baku per bulan adalah:

(10)

10

Atau dibulatkan menjadi 23.874 ton. Penggunaan pasir silika diasumsikan sama dengan rata-rata kebutuhan pasir per bulan, setiap bulannya perusahaan harus memenuhi jumlah kebutuhan pasir silika sebesar angka tersebut.

Biaya Pemesanan

Penghitungan biaya pemesanan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2

Penghitungan Biaya Pemesanan Komponen Biaya Jumlah Biaya

Biaya Telepon Rp 1.000

Biaya Bongkar Muat Rp 50.000

Total Rp 51.000

Dari tabel tersebut diketahui bahwa biaya pemesanan bahan baku yang dikeluarkan untuk satu kali pemesanan adalah sebesar Rp 51.000

Biaya Penyimpanan

Penghitungan biaya penyimpanan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3

Penghitungan Biaya Penyimpanan Komponen Biaya

Penyimpanan

Jumlah Biaya per Bulan

Biaya sewa Rp 750.000

Biaya listrik Rp 150.000 Biaya keamanan Rp 4.500.000

Total Rp 5.400.000

Dari tabel tersebut diketahui bahwa total biaya penyimpanan per bulan sebesar Rp 5.400.000. Maka besarnya biaya penyimpanan per tahun adalah Rp 5.400.000 x 12 = Rp 64.800.000.

Total Biaya Persediaan (TIC)

Berdasarkan metode aktual perusahaan diketahui bahwa permintaan (D) pasir silika dalam satu tahun 286.490 ton, jumlah unit tiap pemesanan (Q) 2.000 ton, biaya pemesanan (S) Rp 51.000 dan biaya penyimpanan (H) Rp 64.800.000 : 286.490 = Rp 226,186 sehingga dapat dihitung dalam rumus berikut:

Total biaya persediaan bahan baku pasir yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dibulatkan menjadi Rp 7.531.700.

Pengendalian Persediaan Bahan Baku Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Analisis pengendalian bahan baku dengan menggunakan metode EOQ harus memperhatikan beberapa komponen terkait yaitu:

 Biaya pemesanan (S) = Rp 51.000  Biaya penyimpanan (H) = Rp

64.800.000 : 286.490 = Rp 226,186  Jumlah kebutuhan bahan baku (D) =

286.490 ton.

 Rata-rata penjualan per bulan = 286.490 : 12 = 23.874,167 ton.

 Waktu tunggu (L) = 1 hari Economic Order Quantity (EOQ)

√ √

(11)

11 Frekuensi Pemesanan menurut Economic Order Quantity (EOQ)

=

Persediaan pengamanan (Safety Stock) Tujuan persediaan pengamanan adalah untuk menjaga ketersediaan bahan baku agar terhindar dari kehabisan stok. Langkah pertama dalam menentukan persediaan pengamanan adalah dengan menentukan standar deviasi yang bertujuan mencari penyimpangan-penyimpangan yang terjadi selama pemakaian pasir silika. Penyimpangan dapat diketahui dengan cara penggunaan pasir silika sebenarnya dikurangi rata-rata penggunaan pasir silika per bulan. Berikut penghitungan standar deviasi:

√ (x x)

Dengan pemakaian asumsi bahwa perusahaan CV. BUMI SILIKA JAYA menerapkan persediaan untuk mampu memenuhi permintaan konsumen (service level) yaitu sebesar 95% sehingga dapat diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,65 deviasi standar diatas dari rata – rata. Maka besarya persediaan pengamanan (safety stock) dapat dihitung sebagai berikut:

SS = SD x Z

SS = 1.486 x 1,65 = 2.451,9 = 2.452 ton. Persediaan bahan baku yang harus disediakan oleh perusahaan sebagai persediaan pengamanan adalah sebesar 2.452 ton.

Titik Pemesanan Ulang (Re-Oder Point/ROP)

Untuk menentukan besarnya bahan baku yang digunakan per hari dapat menggunakan rumus (Heizer dan Render, 2015: 567):

Langkah selanjutnya adalah menentukan titik pemesanan kembali (ROP):

Total Biaya Persediaan (TC) menurut Economic Order Quantity (EOQ)

Besarnya biaya persediaan bahan baku pasir silika yang harus dikeluarkan perusahaan setelah menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) adalah sebesar Rp 2.848.200 dengan melakukan dua puluh lima kali pemesanan dalam satu tahun.

Perbandingan

Penghitungan biaya persediaan pasir silika berdasarkan metode aktual dan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan hasil yang berbeda. Perbandingan hasil penghitungan tersebut disajikan dalam tabel berikut ini:

(12)

12 Tabel 4

Perbandingan Metode Aktual dan Economic Order Quantity (EOQ)

No Uraian Metode Aktual Metode EOQ 1. Unit yang dipesan 2.000 ton 11.366 ton 2. Total biaya persediaan Rp 7.531.681 Rp 2.848.174 3. Biaya pemesanan Rp 7.305.495 Rp 1.285.455 4. Biaya penyimpanan Rp 226.186 Rp 1.562.719 5. Selisih biaya Rp 4.683.507 6. Frekuensi pemesanan 143 kali 25 kali 7. Safety Stock - 2.452 ton 8. Re-Order

Point -

3.398 ton

Tabel 4 memberikan informasi bahwa metode Economic Order Quantity (EOQ) memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan metode aktual perusahaan. Total biaya persediaan dapat diminimalisir sebesar Rp 4.683.507. Kuantitas pesanan pasir silika diperbesar sehingga biaya pemesanan menjadi lebih kecil dan biaya penyimpanan menjadi lebih besar.

KESIMPULAN

1. Proses pengendalian bahan baku pasir silika yang dilakukan perusahan masih dilakukan dengan cara sederhana dengan jumlah biaya persediaan sebesar Rp 7.531.681. Metode Economic Order Quantity (EOQ) memberikan hasil besarnya biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 2.848.174. Dengan penerapan metode Economic Order

Quantity (EOQ) terjadi penghematan biaya persediaan sebesar Rp 4.683.507. 2. Kuantitas pesanan yang dilakukan perusahaan setiap melakukan berdasarkan metode EOQ memberikan hasil jumlah unit yang dipesan menjadi lebih tinggi yaitu sebesar 11.366 ton per pemesanan.

3. Frekuensi pemesanan yang dilakukan perusahaan adalah sebanyak 143 kali dalam satu tahun. Sedangkan apabila menggunakan metode EOQ frekuensi pemesanan menjadi 25 kali dalam satu tahun.

4. Dengan menggunakan metode EOQ, jumlah persediaan pengamanan yang dibutuhkan perusahaan untuk mengantisipasi kekurangan persediaan pasir silika di gudang adalah sebesar 2.452 ton.

5. Pemesanan kembali harus dilakukan perusahaan apabila persediaan bahan baku pasir silika berada pada titik 3.398 ton.

SARAN

1. Perusahaan sebaiknya menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) dalam melakukan pengendalian persediaan bahan baku agar dapat melakukan efisiensi biaya persediaan bahan baku sehingga perusahaan dapat meminimalisir terjadinya pemborosan biaya. Metode Economic Order Quantity (EOQ) juga dapat meningkatkan laba perusahaan dengan menghemat biaya persediaan sebesar 62%.

2. Perusahaan sebaiknya meningkatkan jumlah bahan baku pasir silika dalam melakukan pemesanan, meningkatkan jumlah persediaan pengamanan serta mengetahui pada jumlah berapa bahan baku pasir harus dilakukan pemesanan kembali.

3. Semakin meningkatnya jumlah kuantitas bahan baku yang dipesan, perusahaan juga diharap untuk mampu

(13)

13 membuat bak penampungan pasir guna menghindari terjadinya material pasir yang dapat terangkut bersama air ketika terjadi musim penghujan.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Abu., Cholid Narbuko, 2013, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta.

Adolph, Matz., Milton F. Usry., 1994, Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Edisi Kedelapan, Erlangga, Jakarta.

Agarwal, Sachin., 2014, Economic Order Quantity Model: A Review, International Journal of Mechanical, Civil, Automobile and Production Engineering, Volume IV, e-ISSN 2249-830.

Assauri, Sofjan., 2008, Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi 2008. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.

Barry Render, Jay Heizer., 2015, Manajemen Operasi - Manajemen Keberlangsungan dan Rantai Pasokan, Salemba Empat, Jakarta. Budi Susanto., 2009, Analisis

Pengendalian Persediaan Air Mineral (Studi Kasus pada Agen Tirta Indah), Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Chita Dwi Lestari., 2012, Analisi

Penerapan Economic Order Quantity Dalam Manajemen Persediaan Dan Pengaruhnya Terhadap Efektivitas, Efisiensi Dan Likuiditas Perusahaan (Studi Kasus pada PT X), Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Fess, Warren Reeve., 2008, Accounting – Pengantar Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta.

Gonzales, Jose L., Gonzales, Daniel., 2010, Analysis of an Economic Order Quantity and Reorder Point Inventory Control Model for Company XYZ, California Polytechnic State University, California.

Haming, Murfudin. Mahfud

Nurnajamudin., 2012, Manajemen Produksi Modern Operasi Manufaktur Dan Jasa, Bumi aksara, Jakarta.

Handoko, Tani., 1999, Dasar-dasar Manajemen Operasi dan Produksi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Happy Ganadial Stephyna., 2009, Analisis

Kinerja Manajemen Persediaan Pada Pt. United Tractors, Tbk Cabang Semarang, Jurnal, Universitas Diponegoro, Semarang. Kulkarni S.M Samak., Rajhans, N.R.,

2013, Determination of Optimum Inventory Model for Minimizing Total Inventory Cost, Procedia Engineering 51, pp 803-809.

Mathew, Aju., et.al., 2013, Demand Forecasting for Economic Order Quantity in Inventory Managament, International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 3, Issue 10, ISSN 2250-3153.

Nasution Arman, Hakim., Prasetyawan, Yudha., 2008, Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Republik Indonesia, 2012, Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan, Jakarta.

(14)

14 Roger G. Schroeder. 1997. Manajemen

Operasi “Pengambilan Keputusan dalam Fungsi Operasi.” Jilid 1 Edisi Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Santoso, Budi., 2009, Manajemen Proyek Konsep & Implementasi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta. Sekaran, Uma., 2006, Research Methods

For business, Salemba Empat, Jakarta.

Stevenson, William J., Chuong Sum Chee., 2014, Manajemen Operasi Perspektif Asia, Salemba Empat, Jakarta.

Zaidi, Syed A.H et.al., 2012, Implementation of Inventory Management System in a Furniture Company: A Real Case study, International Journal of Engineering and Technology. Volume 2 No.8, ISSN 2049-3444.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pada materi termokimia kelas XI SMA Negeri 1 Sukoharjo tahun pelajaran 2015/2016 dapat disimpulkan: (1) tidak ada perbedaan

Sales Department Computer Operations Department Warehouse Shipping Department Customer Order Custome r Terminal Edit and Credit Check AR File Update Program Sales Orders

Choy (1981) ketika menganalisis tari Jawa (golek), berusaha mencari jawab atas pertanyaannya ’jika seseorang men- duga bahwa bahasa dan tari dalam satu lingkup budaya yang

Dengan mengetahui struktur dan morfologi selulosa bacterial, material sintetik dapat didisain untuk memiliki sifat mekanik yang tepat, dengan bentuk,

Setelah lama bergelut dengan region, saya menemui kendala yaitu akan cukup sulit menggunakan region bila bentuk form yang akan kita buat tidak sama dengan bentuk dasar

Kelompok Tani di Kecamatan Sungai Tabuk pengelolaan nya dilaksanakan oleh Kios Warga Tani yang merupakan salah satu kios di Kecamatan Sungai Tabuk yang dipilih

Kata  “komunikasi” merupakan asal  dari bahasa latin, communis,

prosedur pelaksanaan pemberian Kredit Kepemilikan Rumah di PT. Bank Tabungan Negara cabang pembantu Bubutan – Surabaya. 1.5.2 Bagi Pembaca. Dapat memberikan informasi yang