• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN LUMAJANG"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

II-1

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN LUMAJANG

Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri Nomor 54 tahun 2010, pada bagian gambaran umum kondisi daerah ini diuraikan tentang kondisi geografi dan demografi serta capaian indikator catatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan kabupaten Lumajang. Indikator capaian kinerja dimaksud meliputi 3 (tiga) aspek yaitu; (a). Aspek kesejahteraan masyarakat; (b). Aspek pelayanan umum dan (c). Aspek daya saing. Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman tentang data awal tentang kondisi wilayah dan keberhasilan pembangunan yang selama ini telah dicapai oleh kabupaten Lumajang. Basis data dan kinerja yang telah berhasil dicapai selama ini selanjutnya digunakan sebagai pijakan dalam merumuskan program pembangunan yang dirancang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.

Sebagaimana dipahami bahwa Kabupaten Lumajang merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam dan potensi sosial- ekonomi yang dapat dikembangkan dan dimanfatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Segala bentuk kekayaan alam dan potensi yang dimiliki Kabupaten Lumajang di masa yang akan datang sangat penting untuk dikelola dan dimanfatkan secara optimal, agar kesejahteraan masyarakat dapat direalisasikan.

Sangat disadari bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

sesungguhnya bukan merupakan sesuatu hal yang mudah. Sebagaimana dipahami

bahwa pembangunan di wilayah kabupaten Lumajang masih dihadapkan pada

sejumlah situasi problematik seperti; masih adanya penduduk atau keluarga miskin,

kualitas sumber daya manusia yang relatif belum terlampau tinggi, adanya wilayah

yang relatif terisolasi, dan ditambah lagi posisi geografis wilayah,terdapat wilayah

relatif jauh dari akses jalan poros pusat pertumbuhan ekonomi serta sejumlah

problematika yang lain. Menyadari kondisi ini oleh karenanya sangat dipahami jika

upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sosial-ekonomi yang

dimiliki selama ini masih belum dapat dilakukan secara optimal. Selanjutnya, agar

upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan membangun Kabupaten Lumajang

dapat dilakukan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan potensi yang ada,

(2)

II-2

maka pada bagian ini dideskripsikan kondisi dan potensi, sumber daya yang dimiliki serta profil kabupaten Lumajang sekaligus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan program pembangunan dalam kurun 5 tahun ke depan.

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Analisis aspek geografis perlu dilakukan dalam upaya memperoleh gambaran tentang karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah dan kerentanan wilayah terhadap kondisi bencana yang mungkin dihadapi. Sementara itu analisis tentang kondisi demografis wilayah kabupaten Lumajang perlu dilakukan dalam rangka menyampaikan perubahan penduduk, komposisi dan distribusi penduduk secara keseluruhan di wilayah kabupaten Lumajang.

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Kondisi geografis terdiri dari informasi tentang luas wilayah dan letak geografis wilayah, topografi, hidrologi, klimatologi, luas dan sebaran kawasan budidaya, kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Berbagai informasi ini perlu mendapatkan perhatian dalam perencanaan pembangunan daerah. Dengan pertimbangan kondisi geografis kabupaten Lumajang, terutama topografi, hidrologi atau klimatologi memiliki arti yang penting di masa-masa mendatang.

2.1.1. 1. Letak dan Kondisi Geografis

Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112 o 50’- 113 o 22’ Bujur Timur dan 7 o 52’ – 8 o 23’ Lintang Selatan. Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 (dua puluh satu) kecamatan, yaitu: Yosowilangun, Kunir, Tempeh, Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, Tempursari, Rowokangkung, Tekung, Lumajang, Sumbersuko, Sukodono, Senduro, Pasrujambe, Padang, Gucialit, Jatiroto, Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranuyoso. Adapun batas – batas administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jember;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malang;

(3)

II-3 Gambar 2.1.

Peta Administrasi Kabupaten Lumajang

Tabel 2.1.

Tabel Luas dan Prosentase Luasan Perkecamatan Kab. Lumajang

NO KECAMATAN LUAS

(Km 2 )

PROSENTASE ( % )

1 Tempursari 101.36 5.66

2 Pronojiwo 38.74 2.16

3 Candipuro 144.93 8.09

4 Pasirian 183.91 10.27

5 Tempeh 88.05 4.92

6 Lumajang 30.26 1.69

7 Sumbersuko 26.54 1.48

8 Tekung 30.40 1.70

9 Kunir 50.18 2.80

10 Yosowilangun 81.30 4.54

11 Rowokangkung 77.95 4.35

12 Jatiroto 77.06 4.30

13 Randuagung 103.41 5.77

14 Sukodono 30.79 1.72

15 Padang 52.79 2.95

16 Pasrujambe 97.30 5.43

17 Senduro 228.68 12.77

18 Gucialit 72.83 4.07

19 Kedungjajang 92.33 5.16

20 Klakah 83.67 4.67

21 Ranuyoso 98.42 5.50

JUMLAH 1,790.90 100.00

Sumber : BPS Kabupaten Lumajang Tahun 2012

(4)

II-4

2.1.1.2. Klimatologi dan Hidrologi

Lokasi Kabupaten Lumajang yang berada di sekitar garis khatulistiwa menyebabkan daerah ini mempunyai perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.Daerah Lumajang mempunyai 3 tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan gunung Semeru. Untuk daerah dengan kategori sedang mencakup daerah Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedang daerah dengan iklim agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.

Pemantauan yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bondoyudo-Mayang di Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari hujan berkisar antara 1 sampai dengan 27 hari tiap bulannya. Sedangkan rata-rata intensitas curah hujan pada tahun 2011 berkisar antara 0 – 733 mm 3 .

2.1.1.3. Penggunaan Lahan dan Kawasan Budidaya

Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung di Kabupaten Lumajang meliputi Hutan Lindung dan Taman Nasional dengan total seluas 35.067,05 Ha atau sekitar 19,58 %, sedangkan kawasan budidaya seluas 144.022,95 Ha atau sekitar 80,42 % meliputi Hutan Produksi, Hutan Rakyat, Permukiman, Lahan Pertanian, Lahan Perkebunan Perikanan darat (tambak, kolam, empang) serta sungai dan perairan.

Peruntukan Luas Ha)

Kawasan Hutan Lindung 11.527,60

Taman Nasional 23.539,45

Kawasan Hutan Produksi 22.735,00

Kawasan Hutan Rakyat 56.436,00

Total Luasan Hutan : 114.238,05

Penggunaan lain : 64.851,95

- Permukiman 15.927,00

- Lahan pertanian 35.993,00

- Lahan Perkebunan 9.921,00

(5)

II-5

Peruntukan Luas Ha)

- Perikanan (tambak,kolam,empang) 127,00

- Sungai dan perairan 2.883,95

Sumber : RTRW Kab. Lumajang Tahun 2012-2032

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kabupaten Lumajang merupakan wilayah dengan karakter wilayah relatif cukup beragam. Dengan karakter wilayah cukup beragam maka wilayah kabupatan Lumajang ditandai oleh wilayah pertanian, perkebunan, wilayah hutan, perikanan dan sebagainya. Berbagai jenis karakter wilayah tersebut pada gilirannya menghasilkan berbagai jenis produk baik di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, hasil hutan, dan sebagainya. Selain itu dengan potensi dan kondisi wilayah yang ada maka ke depan beberapa wilayah perlu memperoleh perhatian untuk dikembangkan agar produk yang dihasilkan oleh wilayah bersangkutan dapat dicapai secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

Dalam penggunaan lahannya, Kabupaten didominasi oleh guna lahan kawasan hutan meliputi hutan lindung, taman nasional. Hutan produksi dan hutan rakyat dengan luas 114.238,05 Ha atau sekitar 63,79% dari total luas Kabupaten Lumajang.

Sedangkan untuk pemanfaatan lainnya yaitubudidaya pertanian, budidaya perikanan, budidaya perkebunan, permukiman, perindustrian, rawa/waduk dan sebagainya.

Komposisi pemanfaatan ruang terkecil adalah pemanfaatan ruang untuk perikanan (tambak, kolam, empang) yaitu 127 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa ruang di Kabupaten Lumajang masih didominasi oleh lahan tidak terbangun sehingga pengalokasian ketersediaan lahan skala kabupaten sangat dapat diaplikasikan dengan dikembangkannya kawasan budidaya antara lain :

 Kawasan Perdagangan dan Jasa

Peruntukkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Lumajang mencakup pengembangan skala wilayah meliputi Kecamatan Lumajang, Sukodono, Pasirian, Senduro, Klakah dan Yosowilangun. Sedangkan untuk kecamatan yang lain dikembangkan perdagangan skala lokal.

 Kawasan Permukiman

(6)

II-6

Pengembangan kawasan permukiman dibedakan atas permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan dimana dikembangkan di seluruh kecamatan Kabupaten Lumajang.

 Kawasan Pendidikan

Pengembangan kawasan pendidikan diarahkan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.

 Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran

Pengembangan kawasan Pemerintahan dan Perkantoran diarahkan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.

 Kawasan Industri

Berdasarkan rencana tata ruang, Kabupaten Lumajang tidak direncanakan sebagai kawasan industri, namun dikembangkan sebagai kawasan peruntukkan industri dimana dibedakan menjadi tiga yaitu :

o Kawasan Peruntukkan Industri Besar di Kecamatan Pasirian, Tempeh, Sumbersuko, Kunir, Jatiroto, Kedungjajang dan Klakah

o Kawasan Peruntukkan Industri Menengah dikembangkan di Kecamatan Candipuro, Tekung, Yosowilangun, Sukodono, Rowokangkung, Randuagung dan Ranuyoso

o Kawasan Peruntukkan Industri Kecil dan/atau Mikro, dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan.

 Kawasan Pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata dibagi atas dua jenis yaitu : o Pengembangan Daya Tarik Wisata, meliputi :

- Pariwisata alam : a. taman wisata b. taman wisata ranu c. taman wisata goa d. taman wisata air terjun e. wisata pantai

f. wisata pemandian alam - Pariwisata budaya

- Pariwisata buatan

(7)

II-7

o Pengembangan jalur koridor wisata diarahkan pada Kecamatan Senduro, Ranuyoso, Tempursari dan Candipuro.

 Kawasan Pertanian

Pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada pelestarian dan pengendalian alih fungsi lahan sawah menjadi terbangun melalui penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.

 Kawasan Pertambangan

Kawasan pertambangan tidak diarahkan pada pengembangan koridor/wilayah, melainkan diarahkan pada pengembangan budidaya potensi bahan galian yaitu pada Kecamatan Tempursari, Pasirian, Tempeh, Kunir, Yosowilangun, Pronojiowo, Pasrujambe, Senduro, Candipuro, Sumbersuko dan Ranuyoso.

2.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebanyak 1.086.669

jiwa, terdiri dari laki-laki sebesar 528.129 jiwa dan perempuan sebanyak 558.540

jiwa. Dari sisi kepadatan penduduk, Kabupaten Lumajang tingkat kepadatan

penduduk rata-rata adalah 695 jiwa/km 2 . Apabila dilihat dari tingkat kepadatan

penduduk per kecamatan, kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah

Kecamatan Lumajang (3.123 jiwa/ km 2 ), diikuti dengan Kecamatan Sukodono (1.793

jiwa/km 2 ) dan Kecamatan Sumbersuko (1.369 jiwa/km 2 ). Sex ratio merupakan

perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan

100. Pada tahun 2012 setiap 100 penduduk perempuan di Indonesia terdapat 98

penduduk laki-laki. Dalam kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 pertumbuhan

penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.292 jiwa

atau 0,19 persen.

(8)

II-8

Laki-Laki Perempuan

1 Tempursari 15,424 16,717 32,141 101.36 317 9,993 2 Pronojiwo 17,890 19,156 37,046 38.74 956 11,111 3 Candipuro 34,337 35,789 70,126 144.93 484 21,765 4 Pasirian 41,583 43,470 85,053 183.91 462 25,990 5 Tempeh 39,801 41,029 80,830 88.05 918 24,475 6 Kunir 26,201 27,769 53,970 50.18 1,076 16,910 7 Yosowilangun 30,016 31,305 61,321 81.30 754 20,033 8 Rowokangkung 17,958 19,499 37,457 77.95 481 12,131 9 Tekung 16,769 18,079 34,848 30.40 1,146 10,814 10 Lumajang 43,117 44,329 87,446 30.26 2,890 27,610 11 Pasrujambe 19,620 20,832 40,452 97.30 416 11,380 12 Senduro 22,879 24,061 46,940 228.68 205 14,162 13 Gucialit 11,916 13,602 25,518 72.83 350 7,655 14 Padang 17,183 18,941 36,124 52.79 684 10,872 15 Sukodono 25,862 27,207 53,069 30.79 1,724 15,926 16 Kedungjajang 21,062 23,239 44,301 92.33 480 12,829 17 Jatiroto 23,746 25,104 48,850 77.06 634 14,874 18 Randuagung 31,717 32,814 64,531 103.41 624 19,511 19 Klakah 30,655 32,091 62,746 83.67 750 18,399 20 Ranuyoso 23,725 25,096 48,821 98.42 496 13,495 21 Sumbersuko 16,668 18,411 35,079 26.54 1,322 11,077

528,129

558,540 1,086,669 1,790.90 607 331,012 Luas Area

Km2 Kepadatan Jumlah KK

Jumlah

Penduduk

No Kecamatan Jumlah

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk Kabupaten Lumajang Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Seks Tahun 2013

Sumber : Hasil Konsolidasi Database Kementerian Dalam Negeri

Sebagai ibukota kabupaten, maka gejala urban bias tidak dapat dihindari di Kabupaten Lumajang. Pembangunan fisik dengan segala fasilitasnya tak terhindarkan lebih banyak bermunculan di Kecamatan Lumajang, dan beberapa tempat di Kecamatan Sukodono, sebagai tempat pemekaran keramaian di kota Lumajang.

Bagi kalangan swasta di mana seluruh aktivitasnya lebih banyak yang berorientasi ekonomi, maka berbagai investasi yang ditanam memilih lokasi-lokasi yang menguntungkan, paling tidak memiliki potensi agar aktivitas usaha yang ditekuni dapat berjalan lancar dan mencapai kesuksesan. Kalangan pemodal akan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang dinilai telah memiliki atau berpotensi untuk dilakukan pembangunan sarana dan prasarana memadai guna mendukung usahanya.

Kecamatan Lumajang sebagai ibukota kabupaten tentu lebih memberikan peluang dan

menawarkan sejumlah fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan

ekonomi para investor dan pelaku ekonomi. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan

jika berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pemodal dan investor yang terpusat

di ibukota kecamatan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk

melakukan migrasi ke Kecamatan Lumajang.

(9)

II-9

2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya.

Rencana kerja tahunan yang dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja akan diukur efektivitasnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. IPM merupakan indeks komposit dari 3 (tiga) jenis indeks yang mengukur tingkat kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat yang diukur melalui tingkat daya beli masyarakat.

Pengukuran IPM Kabupaten Lumajang berdasarkan data tahun 2011 yang telah dihitung oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menunjukkan angka 68,45. Capaian IPM tersebut diperoleh dari Indeks Kesehatan 70,28, Indeks Pendidikan sebesar 72,17 dan Indeks Daya Beli sebesar 62,52. Adapun angka indek pendidikan dipengaruhi oleh angka lama sekolah, angka melek huruf dan angka pendidikan yang ditamatkan dan angka partisipasi sekolah, adapun perkembangan variabel angka-angka IPM tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3.

Perkembangan Variabel IPM Kabupaten Lumajang Tahun 2007-2012 Tahun Index Kesehatan Index

Pendidikan

Index Daya

Beli IPM

2007 68.91 70.63 59.05 66.20

2008 69.30 70.63 60.01 66.65

2009 69.79 70.94 61.06 67.26

2010 70.28 71.11 62.07 67.82

2011 70.64 72.17 62.52 68.45

2012 70.93 72.62 63.14 68.90

Sumber : Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang, BPS

Dari tabel diatas, terlihat bahwa dari tahun 2007 sampai 2012 angka IPM

Kabupaten Lumajang terus naik, begitu juga nilai pendukungnya yaitu indeks

kesehatan, indeks pendidikan serta indeks daya beli cenderung relatif naik sampai

Tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan,

pendidikan dan ekonomi mampu menaikkan kesejahteraan masyarakat yang diwakili

oleh angka IPM tersebut.

(10)

II-10 Tabel 2.4

Beberapa indikator yang mempengaruhi angka indek pendidikan

No Indikator Tahun

2010

Tahun 2011

Tahun 2012

1 Angka lama sekolah 6.8 7.0 7.2

2 Angka Pendidikan yg ditamatkan

TK 36.415 37.442 37.627

SD 110.971 108.991 109.877

SMP 46.568 46.799 47.335

SMA 24.373 25.266 26.420

PT 7.450 8.155 8.750

3 Angka Melek Huruf usia 15-45 tahun 97,60 97,66 97,76

Sumber : Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang, BPS & LKPJ Tahun 2012

Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata lama sekolah naik dari 6.8 di tahun 2010 menjadi 7.2 di tahun 2012. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa SD dan SMP yang masih bersekolah. Pada tahun 2010 siswa SD tercatat 110.971 siswa lalu meningkat menjadi 109.877 siswa. Begitu juga jumlah siswa SMP meningkat dari 46.568 siswa di tahun 2010 menjadi 47.335 siswa di tahun 2012.Angka melek huruf masyarakat Lumajang tahun 2012 sebesar 97,76 persen, naik dari 97,66 pada tahun 2011.

Selain pendidikan, aspek kesehatan juga mempengaruhi kesejahteraan

manusia. Untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan yang telah dinikmati oleh

masyarakat menggunakan indeks kesehatan. Indeks ini sesuai dengan standar yang

ditetapkan oleh UNDP (United Nation Development Program) yang diukur

berdasarkan capaian usia harapan hidup masyarakat. Usia harapan hidup masyarakat

merupakan ukuran untuk menilai umur maksimal rata-rata masyarakat di suatu

daerah. Berdasarkan tolok ukur ini diasumsikan bahwa semakin tinggi usia harapan

hidup suatu wilayah, semakin baik pula pemenuhan pelayanan kesehatannya. Usia

harapan hidup masyarakat Lumajang sebesar 67,38 tahun poada tahun 2011. Angka

ini naik dari 66,10 pada tahun 2007, dan kondisi di tahun 2012 menjadi 67,56. Hal ini

menunjukkan sekin baiknya tingkat kesehatan di Kabupaten Lumajang. Semakin

meningkatnya usia harapan hidup dan angka melek huruf ini menunjukkan bahwa

program pelayanan kesehatan dan program pelayanan pendidikan telah berjalan

dengan baik meskipun diakui tidak terjadi lompatan prestasi yang dihasilkan. Pada

masa yang akan datang masih diperlukan kerja keras dari seluruh aparat yang

menangani bidang ini.

(11)

II-11

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Perekonomian daerah dapat dilihat dari gambaran Produk Domistik Regional Bruto baik berdasarkan harga konstan maupun harga berlaku. Selain itu perekonomian daerah dapat dilihat dari tingkat inflasi, investasi, pajak dan retribusi, pinjaman daerah, dana perimbangan, atau sumber penerimaan daerah lainnya. Data perekonomian daerah dapat menjadi sumber untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonominya.

2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya) oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) sektor, yaitu pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas dan air minum, bangunan atau konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya.

Besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 17.461.478,26 mengalami peningkatan dari Rp. 11.132.920,40 di tahun 2008.

Secara konstan naik dari tahun ke tahun sekitar Rp 1.000.000,00. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan besarnya kenaikan produksi di suatu daerah.

Besaran nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 yang tercipta pada tahun 2012 sebesar Rp. 7.202.952,07 mengalami peningkatan yang konstan dari tahun 2008 yang mencapai Rp. 5.702.076,22. Peningkatan nilai tersebut seiring dengan peningkatan nilai PDRBnya.

Grafik 2.2

Perkembangan Angka PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012

Grafik : 2.2 Perkembangan PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008 - 2012

Sumber : LKPJ AMJ Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012

2008 2009 2010 2011 2012

PDRB ADHB 11,132,920.40 12,369,238.44 13,886,442.96 15,583,420.16 17,461,478.26 PDRB ADHK 2000 5,702,076.22 6,013,672.17 6,369,904.28 6,768,517.45 7,202,952.07

- 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 14,000,000.00 16,000,000.00 18,000,000.00 20,000,000.00

(12)

II-12

2.2.1.1.1. PERTUMBUHAN PDRB PERKAPITA

Salah satu indikator ekonomi yang penting untuk menggambarkan kemakmuran masyarakat secara makro adalah bila dilhat perkapita penduduk, semakin tinggi nilainya semakin baik kesejahteraan di suatu wilayah yang bersangkutan. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Lumajang terus mengalami peningkatan yang signifikan selama periode 2008 -2012. Pendapatan perkapita ADHB di Kabupaten Lumajang pada tahun 2008 mencapai Rp. 10.365.582,- meningkat pada tahun berikutnya sebesar 10.70 % menjadi Rp 11.474.416,- dan akhirnya pada Tahun 2012 menjadi Rp. 16.042.436,-.

Pada tahun 2009 merupakan kenaikan pendapatan perkapita terendah selama periode 2008-2012, yaitu sebesar 10.7 %. Hal ini merupakan cerminan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan adanya kenaikan harga barang dan jasa secara drastis akibat kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2008. Akan tetapi peningkatan nilai ini belum dapat menggambarkan secara riil kenaikan daya beli regional sebagai cerminan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena indikator ini dihitung berdasarkan harga berlaku, dan masih terkandung faktor inflasi yang berpengaruh pada peningkatan besaran daya beli masyarakat. Selain itu pula diperlukan indikator tingkat pemerataan distribusi pendapatan untuk meningkaan keakuratan dalamevaluasi kesejahteraan masyarakat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.5.

Pendapatan Perkapita Kabupaten Lumajang dan Pertumbuhannya Tahun Harga Berlaku

(Rp) Pertumbuhan (%) Harga Konstan

(Rp) Pertumbuhan (%)

2008 10.365.582 - 5.309.060 -

2009 11.474.416 10,7 5.578.628 5,08

2010 12.839.804 11,9 5.889.797 5,58

2011*) 14.328.258 11,59 6.223.349 5,66

2012**) 16.042.436 11,52 6.591.623 5,92

*) Angka diperbaiki

**) Angka sementara

Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lumajang tahun 2008- 2012, BPS dan LKPJ AMJ 2008 - 2012

2.2.1.1.2 PERTUMBUHAN PDRB PER SEKTOR

Berdasarkan kontribusi persektor PDRB terlihat bahwa perekonomian

Kabupaten Lumajang sebagian besar ditunjang sektor pertanian, diikuti sektor

perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Hal tersebut

(13)

II-13

memberikan gambaran bahwa struktur/pola perekonomian masyarakat Kabupaten Lumajang mengalami pergeseran meskipun belum cukup signifikan namun terjadi secara keseluruhan berdampak positif pada levelling besaran PDRB.

Selang beberapa tahun kemudian ada beberapa sektor yang meningkat jumlahnya,yaitu di bidang perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terjadi dari sektor pertanian/agraris ke sektor perdagangan ataupun industri yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan;walaupun sektor pertanian masih mendominasi.

Hal ini menunjukkan juga bahwa bidang perdagangan mulai menjadi mata pencaharian penduduk, dan pariwisata Kabupaten Lumajang mulai berperan dalam mempengaruhi PDRB. Penjelasan pertumbuhan potensi unggulan dari tahun 2008 ke tahun 2012 sebagaimana grafik berikut :

Grafik 2.3

Pergeseran Pertumbuhan Potensi Unggulan Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Dari tabel di atas pula dapat dilihat sejak tahun dasar 2000, besaran nilai PDRB dan PDRB perkapita yang tercipta selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selama kurun waktu 5 tahun nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah mengalami perkembangan rata-rata sebesar 11 persen dan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 berkembang sebanyak 6 persen. Besarnya perbedaan perkembangan PDRB ADHB dengan ADHK 2000 mencerminkan besarnya perkembangan harga-harga (inflasi) dari tahun 2000 sampai dengan 2012.

Grafik 2.4

Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lumajang

0 5 10 15 20 25 30 35 40

2008 36,45 1,92 13,50 0,59 2,93 23,22 4,50 4,29 12,60

2009 36,59 1,92 13,31 0,58 2,90 23,42 4,40 4,26 12,62

2010 35,72 1,88 13,37 0,58 2,90 24,31 4,37 4,31 12,57

2011 34,56 1,83 13,46 0,57 2,93 25,22 4,42 4,38 12,64

2012 33,62 1,77 13,50 0,57 2,95 26,01 4,45 4,41 12,72

Pertanian Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan

Air Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel &

Restoran

Pengangkutan

& Komunikasi

Keuangan, Persewaan &

Jasa

Jasa-Jasa

(14)

II-14

2 4 6 8 10

P.E 5,43 5,46 5,92 6,26 6,42

Inflasi 8,86 5,35 5,99 5,61 5,29

2008 2009 2010 2011 2012

Th 2008 - 2012

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah menggambarkan tingkat produktifitas penduduk di dalam menghasilkan barang dan jasa di daerah tersebut pada suatu periode. Secara makro pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lumajang dapat dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000. Penggunaan atas dasar harga konstan ini, karena pengaruh harga telah dikeluarkan sehingga hasil yang diperoleh hanya mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa.

Hingga akhir tahun 2012 perekonomian Kabupaten Lumajang tumbuh sebesar 6,42 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,16 point dibandingkan dengan tahun 2011. Trend laju inflasi mengalami penurunan cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2008. Pada tahun 2008 laju inflasi mencapai 8,86 persen dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang bersama seluruh pelaku penggerak perekonomian sampai dengan akhir tahun 2012 laju inflasi dapat ditekan menjadi 5,29 persen. Di samping kondisi tersebut dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi perekonomian yang berdampak positif pada dunia usaha.

2.2.1.1.3. Penanaman Modal/Investasi

Investasi oleh sektor swasta mempunyai daya dorong/multiplayer efek

yang lebih besar daripada pengeluaran pemerintah(APBD). Untuk itu iklim investasi

perlu ditingkatkan di Kabupaten Lumajang. Adapun perkembangan investasi adalah

seperti terlihat pada grafik berikut:

(15)

II-15 Grafik 2.5.

Pengaruh Peningkatan Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2010 - 2011

Sumber : LKPJ Tahun 2012

Dari grafik diatas terlihat bahwa grafik investasi dari tahun 2009 sampai 2011 cenderung naik, dari 74.647.720.000 menjadi 105.470.433.000. Hal ini diikuti oleh naiknya penyerapan tenaga kerja dari 0,69 % di tahun 2009 menjadi 3,32 % di tahun 2011. Hal ini menunjukkan efek positif dari kenaikan investasi daerah, ternyata mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi, terutama di bidang industri dan perdagangan.

2.2.1.1.4.Perbandingan Tingkat PDRB ADHB tiap Kecamatan

Berikut disajikan data PDRB atas dasar Harga Berlaku tiap Kecamatan se Kabupaten Lumajang

Tabel 2.6

Perbandingan Nilai PDRB ADHB tiap Kecamatan di Kabupaten Lumajang Tahun 2010 - 2012

Kecamatan 2010 2011 2012

Tempursari 357,616.88 401,691.50 446,550.18 Pronojiwo 372,060.58 412,850.28 454,520.33 Candipuro 771,695.24 870,402.06 975,834.30 Pasirian 1,220,137.99 1,373,057.00 1,547,279.77 Tempeh 1,226,206.52 1,386,779.96 1,567,270.71 Lumajang 1,433,781.39 1,625,041.47 1,863,526.50 Sumbersuko 539,500.44 604,644.51 676,917.07 Tekung 399,006.56 443,652.20 490,234.10 Kunir 620,644.71 701,720.99 791,556.64 Yosowilangun 760,623.43 856,302.50 964,774.68 Rawakangkung 437,213.27 484,835.57 535,449.67 Jatiroto 853,926.52 954,243.76 1,062,099.51 Randuagung 750,220.04 839,366.23 934,407.10 Sukodono 568,722.42 642,289.57 725,630.39 Padang 345,558.03 382,898.00 419,150.31 Pasrujambe 694,565.86 762,760.13 837,297.87

- 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000

- 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

Nilai Investasi (Rp.000) 74.647.720 94.169.229 105.470.433 Penyerapan Tenaga Kerja

(%)

0,69 1,54 3,32

2009 2010 2011

(16)

II-16

Senduro 411,320.08 459,936.66 509,167.29 Gucialit 356,231.37 397,032.21 439,029.44 Kedungjajang 559,439.51 626,595.01 698,942.62 Klakah 723,476.26 814,035.11 915,040.64 Ranuyoso 484,475.85 543,285.45 606,799.15 Sumber : PDRB Kabupaten Lumajang Menurut Kecamatan Tahun 2010-2012

Dari tabel terlihat bahwa Kecamatan Lumajang mempunyai PDRB paling besar diantara Kecamatan-kecamatan lain. Hal ini dikarenakan Kecamatan Lumajang sebagai pusat pemerintahan, juga sebagai pusat perdagangan dan pusat kegiatan ekonomi. Di tahun 2010 nilai PDRB di Kecamatan Lumajang sebesar Rp.

1,433,781.39,- dan meningkat di tahun 2012 sebesar Rp. 1,863,526.50,-.Nilai paling rendah adalah Kecamatan Padang yang bernilai Rp 345,558.03,- di tahun 2010 walaupun ada kenaikan di tahun 2012 sebesar Rp 419,150.31,- akan tetapi, nilainya tetap paling rendah diantara kecamatan-kecamatan lainnya.

2.2.1.1.5. Tingkat Kemiskinan Kabupaten Lumajang Grafik 2.6.

Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Lumajang tahun2002 -2011

Sumber : BPS Kab. Lumajang

Dari grafik diatas terlihat bahwa jumlah penduduk miskin dan tingkat

prosentase penduduk miskin Kabupaten Lumajang dari Tahun 2003 – 2011

(17)

II-17

mengalami penurunan. Di akhir tahun 2011 jumlah penduduk miskin Kabupaten Lumajang mencapai 131.912 jiwa dengan prosentase sekitar 13,01 %. Hal ini menunjukkan bahwa komitmen Kabupaten Lumajang dalam usaha menurunkan angka kemiskinan berhasil dan hal ini sejalan dengan usaha Propinsi Jawa Timur dalam usaha menekan angka kemiskinan. Akan tetapi banyak faktor yang mempengaruhi kemiskinan suatu daerah, sehingga perlu analisa lebih jauh dengan komponen pendukung lainnya.

2.2.1.2. Laju Inflasi

Penghitungan inflasi Jawa Timur didasarkan pada hasil pemantauan/

pendataan harga barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada pasar tradisional dan pasar modern di berbagai wilayah di Jawa Timur. Dari hasil pendataan tersebut diperoleh bahwa pada bulan September 2010 Jawa Timur mengalami inflasi 0,46 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 122,43 pada bulan Agustus 2010 menjadi 123,00 pada bulan September 2010.

Sampai dengan bulan September 2010 secara kumulatif Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 5,36 persen.

Hingga akhir tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lumajang mencapai 6,42 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,16 point dibanding tahun 2011 dan mencapai 0,99 point dibanding tahun 2008. Selanjutnya secara agregat inflasi dengan system point to point, trend laju inflasi PDRB mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2012 laju inflasi PDRB sebesar 5,29 persen, turun sebesar 0,32 poit dari tahun 2011 dan mengalami penurunan sebesar 3,57 poit dari inflasi pada tahun 2008.

Kondisi tersebut menunjukkan tren positif bagi perekonomian masyarakat Kabupaten

Lumajang. Hal ini menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat yang semakin

meningkat serta meningkatkan daya saing terhadap daerah lain. Penurunan inflasi

mencerminkan bahwa harga barang/jasa secara umum lebih terkontrol dan masih

dalam batas kewajaran dan terjangkau oleh masyarakat. Perkembangan pertumbuhan

ekonomi dan Inflasi selama 5 (lima) tahun terakhir dapat dilihat pada grafik dan tabel

sebagai berikut :

(18)

II-18

2 4 6 8 10

P.E 5,43 5,46 5,92 6,26 6,42

Inflasi 8,86 5,35 5,99 5,61 5,29

2008 2009 2010 2011 2012

Grafik 2.7

Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008- 2012

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

2.2.1.3RASIO PENDUDUK YANG BEKERJA

Jumlah penduduk yang bekerja di suatu wilayah menunjukkan berhasil tidaknya Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menekan jumlah pengangguran.

Berdasarkan data dari Dnas Tenaga Kerja dan transmigrasi, penduduk usia produktif (15-45 tahun) di Kabupaten Lumajang pada tahun 2010 sebanyak 491.369 orang dengan 95 %nya bekerja. Dan pada tahun 2012 jumlah penduduk usia produktif mencapai 520.497 orang dan 95 %nya dalam status bekerja. Selain itu Angka Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) cenderung naik di tahun 2011 sekitar 69,30 dari tahun 2010 yngnilainya 64,71, terus mengalami penurunan di tahun 2012 menjadi 67,51. Hal ini berbanding terbalik dengan pola Tingkat pengangguran yang semula di tahun 2010 3,28 % akhirnya turun di tahun 2011 sebesar 2,70, lalu naik lagi menjadi 4,7 di tahun 2012. Seperti dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7

Prosentase Penduduk Yang Bekerja Di Kabupaten Lumajang Tahun 2010-2012

INDIKATOR 2010 2011 2012

Jumlah Angkatan Kerja 491.369 orang 495.752 orang 520.497 orang Jml Penduduk Bekerja 471.053 orang 476.685 orang 496.036 orang

% Penduduk Bekerja 95.8 % 96.15 % 95,3 %

TPAK 64,71 69,30 67,51

TPT 3,17 2,70 2,73

Sumber : BPS & LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

(19)

II-19

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Analisis kinerja atas kesejahteraan sosial dilakukan terhadap indikator yang berkaitan dengan pembangunan di bidang pendidikan, kesehatan maupun ketenagakerjaan. Secara rinci fokus kesejahteraan sosial berisikan data tentang angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, jumlah penduduk yang bekerja dan sebagainya.

Berdasarkan data yang ada pada LKPJ AMJ Kabupaten Lumajang,beberapa capaian indikator pendidikan sebagai berikut :

Tabel 2.8

Capaian Indikator Pembangunan Bidang Pendidikan Tahun 2008 – 2012

Indikator Capaian

2008 2009 2010 2011 2012

Angka Melek Huruf 98,42 97,02 97,60 97,66 97,76

 Angka Partisipasi Kasar SD/MI

 Angka Partisipasi Kasar SMP/MTs

 Angka Partisipasi Kasar SMA/SMK/MA

106,77 104,86 44,69

107,66 105,20 50,15

107,70 105,36 51,53

107,35 106,58 53,23

106,67 106,88 56,11

 Angka Partisipasi Murni SD/MI

 Angka Partisipasi Murni SMP/MTs

 Angka Partisipasi Murni SMA/SMK/MA

98,80 97,98 37,61

99,69 98,90 48,56

99,73 99,10 48,67

99,75 99,18 49,33

99,77 99,27 52,04

 Angka Putus Sekolah SD/MI

 Angka Putus Sekolah SMP/MTs

 Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA

0,18 1,27 1,02

0,11 0,68 0,81

0,10 0,58 0,74

0,09 0,52 0,67

0,08 0,31 0,47 Sumber data : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Selanjutnya dalam bidang kesehatan, situasi derajat kesehatan masyarakat digambarkan dengan angka mortalitas (angka kematian ibu, kematian bayi dan balita) serta status gizi. Angka mortalitas akan meningkat dan status gizi menurun apabila upaya promotif, preventif, kuartif dan rehabilitatif tidak dilaksanakan secara optimal.

Dimana beberapa upaya tersebut diukur melalui beberapa indikator yang antara lain

meliputi indikator dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, pencegahan dan

penanggulangan penyakit, pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, gizi, kesehatan

lingkungan srta pemberdayaan masyarakat. Capaian keberhasilan beberapa indikator

tersebut menggambarkan pengendalian angka mortalitas dan status gizi.

(20)

II-20

78.701 77.060

76.553 76.229

76.812

501 477

519 428

386 0,50%

0,56%

0,68%

0,62%

0,64%

74.000 75.000 76.000 77.000 78.000 79.000 80.000 2008

2009 2010 2011 2012

Bayi Ditimbang BGM %

Tabel 2.9

Perbandingan Perkembangan Pencapaian Angka Mortalitas Tahun 2008-2012

NO ANGKA

MORTALITAS

JUMLAH CAPAIAN

2008 2009 2010 2011 2012 2008 2009 2010 2011 2012 1 Angka Kematian

Ibu

5 13 10 10 8 30 80,44 61,80 61,15 51,59

2 Angka Kematian Bayi

114 145 106 149 157 8,8 8,97 6,55 9,11 10,12 3 Angka Kematian

Balita

121 154 111 159 164 9,4 9,53 6,86 9,73 10,58 Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Trend balita gizi buruk atau di Bawah Gari Merah (BGM) pada tahun 2012 menunjukkan penurunan dibanding tahun 2008. Berdasarkan bulan intensifikasi penimbangan tahun 2012, jumlah balita gizi buruk sebanyak 386 balita atau 0,50%

dari 76.812 balita yang ditimbang. Sedangkan data tahun 2008, balita gizi buruk sebanyak 501 balita atau sebesar 0,64% dari 78.701 balita yang ditimbang.

Grafik : 2.8

Perbandingan Pencapaian Penurunan BGM Tahun 2008 – 2012

Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Menurut catatan yang ada sampai dengan tahun 2010 ternyata

kabupaten Lumajang memiliki sejumlah kesenian yang banyak tersebar di berbagai

wilayah. Jenis kesenian yang sampai saat ini masih cukup eksis di kabupaten

Lumajang antara lain; jaran kencak,jaran slining dan sebagainya. Berbagai jenis

kesenian ini sekaligus menunjukkan bahwa di kabupaten Lumajang memiliki berbagai

(21)

II-21

jenis kesenian tidak hanya seni tari, melainkan juga seni lukis, musik, seni drama dan sebagainya. Salah satu andalan Kabupaten Lumajang adalah batik Lumajang,yang semakin hari banyak dikenal masyarakat, beserta pisang Agung dan Kirana sebagai komoditas pangannya.

Ragam budaya yang hidup dan berkembang di masyarakat Kabupaten Lumajang pada hakikatnya merupakan identitas khas (local genius) dan mengandung tatanan nilai dari kelompok masyarakat pada suatu wilayah tertentu yang berfungsi menjadi semacam perekat bagi kebersamaan, perkauman, kekerabatan. Ragam budaya ini seyogyanya terus dipelihara dan dikembangkan dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya sehingga masyarakat tidak tercerabut dari akar budayanya.

Untuk menjaga kekayaan seni dan budaya, selain pemeliharaan terhadap cagar budaya Pemerintah Kabupaten Lumajang terus mendorong dan melakukan berbagai upaya pelestarian dan pengembangan terhadap nilai-nilai budaya yang hidup di tengah masyarakat diantaranya yaitu dengan mendukung tetap lestarinya beberapa perayaan tradisional. Di samping itu juga digelar Pentas Seni Tradisi serta atraksi kesenian para pelajar SMP/MTs, SMA/SMK/MA,sanggar-sanggar tari dan kelompok- kelompok seni yang dikemas dalam peringatan hari-hari besar dan diselenggarakan secara rutin pada peringatan Hari Jadi Lumajang (HARJALU).

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Pelayanan publik atau pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Aspek pelayanan umum meliputi 2 jenis fokus layanan yakni fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan.

2.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib

Analisis kinerja atas layanan urusan wajib dilakukan terhadap indikator-

indikator kinerja penyelenggaraan urusan wajib pemerintah daerah yang meliputi

bidang urusan pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, perumahan, penataan ruang,

perencanaan pembangunan, perhubungan, lingkungan hidup, pertanahan,

kependudukan dan catatan sipil, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak,

(22)

II-22

keluarga berencana, ketenagakerjaan, sosial, Koperasi dan UKM, penanaman modal, otonomi daerah dan sebagainya.

2.3.1.1. Aspek Pendidikan

Kendati masyarakat Kabupaten Lumajang, sudah mulai maju, tetapi, kesadaran tentang arti penting sekolah nampaknya masih belum tumbuh dengan maksimal. Dalam satu dekade terakhir, nyaris tidak terjadi perubahan yang benar- benar signifikan tentang apresiasi masyarakat terhadap arti penting pendidikan, khususnya fungsi sekolah.

Secara teori, pendidikan sebetulnya adalah hak sekaligus semacam tiket untuk meraih masa depan yang lebih baik. Tetapi, bagi anak-anak dari keluarga yang secara ekonomis tak berkecukupan, pendidikan seringkali menjadi barang mahal karena mereka tidak memiliki kemampuan dan akses yang cukup untuk bisa melangsungkan pendidikan sampai jenjang yang maksimal. Sudah banyak kajian membuktikan, bahwa faktor utama penyebab anak putus sekolah adalah kesulitan ekonomi atau karena orang tua tidak mampu menyediakan biaya bagi sekolah anak-anaknya. Di samping itu, tidak jarang terjadi orang tua meminta anaknya berhenti sekolah karena mereka membutuhkan tenaga anaknya untuk membantu pekerjaan orang tua.

Di Kabupaten Lumajang, terutama di daerah pedesaan yang terpelosok dan kepulauan, anak-anak di bawah usia terkadang terpaksa bekerja di rumah membantu orang tuanya di sawah, bekerja di sektor pertanian, perkebunan, industri kecil, dan sebagainya untuk membantu ekonomi orang tua. Jam kerja yang panjang, kelelahan fisik, dan sejenisnya —ditambah lagi pengaruh lingkungan teman seusia yang rata- rata memang kurang perhatian kepada kegiatan belajar— adalah faktor gabungan yang menyebabkan anak-anak usia sekolah di Kabupaten Lumajang terpaksa bekerja acapkali prestasi belajarnya di sekolah relatif kurang berkembang, dan bahkan DO (Drop Out) sebelum waktunya.

Tabel 2.10.

Pencapaian Beberapa Indikator Pendidikan Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012

URAIAN CAPAIAN

2008 2009 2010 2011 2012 Banyaknya Tenaga Pendidik

(orang)

 TK/RA/PAUD

 SD/MI

 SMP/MTs

 SMA/SMK

2.669 7.190 3.104 1.524

3.334 7.473 3.464 1.798

3.426 7.487 3.475 1.826

3.429 7.527 3.484 1.877

3.517

7.030

3.058

1.440

(23)

II-23

URAIAN CAPAIAN

2008 2009 2010 2011 2012 Banyaknya Sekolah (unit)

a. TK/RA b. SD/MI c. SMP/MTs d. SMA/SMK

435 740 149 55

438 741 160 59

440 742 165 63

511 748 175 68

531 749 177 74 Banyaknya Kelas (ruang)

 TK/RA

 SD/MI

 SMP/MTs

 SMA/SMK

987 5.981 1.183 578

993 5.984 1.216 590

997 5.987 1.231 602

1.122 6.023 1.261 617

1.142 6.025 1.292 741 Banyaknya Siswa (anak)

 TK/RA

 SD/MI

 SMP/MTs

 SMA/SMK

33.490 109.985

45.815 21.119

35.482 110.908

46.082 23.711

36.415 110.971

46.568 24.373

37.442 108.991

46.799 25.266

37.627 109.877

47.335 26.420 Rasio Murid : Guru (negeri dan

swasta)

 TK/RA

 SD/MI

 SMP/MTs

 SMA/SMK

13 15 15 14

11 15 13 13

11 15 13 13

12 15 14 13

13 15 15 13 Rasio Murid : Sekolah (negeri

dan swasta)

 TK/RA

 SD/MI

 SMP/MTs

 SMA/SMK

20 25 37 38

20 25 40 42

20 25 40 44

20 25 32 40

20 25 32 40 Pendidikan Luar Sekolah

 PBHKF

 Kejar Paket A Setara SD

 Kejar Paket B Setara SMP

 Kejar Paket C Setara SMU

3.080 62 685 235

9.000 95 775 258

9.600 112 840 275

6.100 345 1.766 1.249

8.380 390 1.294 1.009 Sumber data : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012

Dari data di atas terlihat bahwa jumlah murid tingkat sekolah dasar tahun 2010/2011 cenderung mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, begitu pula dengan jumlah siswa SMP atau SMA sederajat terus mengalami kenaikan.

Dari data tersebut, tentu saja akan mempengaruhi banyaknya sekolah yang ada.

Menurut data jumlah SD, SMP, SMA sederajat terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.

Kecenderungan seperti ini merupakan fakta positif bagi perhatian Pemerintah

Kabupaten Lumajang terhadap kemajuan di bidang pendidikan. Ketika jumlah anak

usia sekolah kian bertambah maka peningkatan sarana dan prasarana juga dilakukan,

sementara itu ketika jumlah murid mengalami penurunan maka penyediaan sarana dan

prasarana pendidikan tidak dilakukan penambahan berarti.

(24)

II-24

Persoalannya sekarang adalah bagaimana cara melakukan peningkatan dalam aspek kualitas pendidikannya. Sebab meski secara kuantitatif jumlah murid dan fasilitas sarana prasarana pendidikan mengalami peningkatan tetapi tidak diimbangi dengan kualitasnya niscaya mutu lulusan dan SDM yang ada di kabupaten Lumajang juga akan mengkhawatirkan perkembangannya. Oleh sebab itu ke depan dalam sektor pendidikan Pemerintah Daerah perlu segera bersikap konsisten dengan mengalokasikan sekitar 20% dana APBD untuk pembangunan bidang pendidikan, dan merancang serta melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan yang benar- benar terfokus dan berpihak kepada peserta didik. Sebab dengan sumber daya manusia yang tidak berkualitas tentu cukup sulit bagi Kabupaten Lumajang untuk dapat segera keluar dari tekanan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami oleh sebagian masyarakat.

2.3.1.2. Aspek Kesehatan

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan berikut sumberdaya manusia untuk meningkatingkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat sangat diperlukan. Fasilitas dan sumber daya kesehatan yang ada di Kabupaten Lumajang sampai dengan tahun 2012 meliputi 6 Rumah Sakit, yaitu 1 (satu) Rumah Sakit Umum Daerah, 1 (satu) Rumah Sakit Polri, 1 (satu) Rumah Sakit BUMN, 3 (tiga) Rumah Sakit Swasta (salah satunya RS Bersalin), 25 (dua puluh lima) Puskesmas dan 51 Puskesmas Pembantu, 550 Posyandu Purnama, 257 Posyandu Mandiri, 41 Puskesmas Keliling, 6 Balai Pengobatan/Klinik Non Rawat Inap dan 3 Klinik Rawat Inap. Ditambah dengan 121 praktek dokter umum, 30 tenaga dokter spesialis dan tenaga dokter gigi 40 orang sedangkan untuk bidan praktek sebanyak 246 orang dan perawat sebanyak 339 orang.(Sumber dari LKPJ AMJ Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012)

Penyediaan Puskesmas yang merupakan sarana pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan kegiatan Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk Keluarga Berencana (KB), Perbaikan Gizi, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular, dan Pengobatan.

Jumlah Puskesmas di Kabupaten Lumajang sebanyak 25, dengan Puskesmas

Perawatan sebanyak 21. Dengan demikian, rasio Puskesmas terhadap penduduk pada

(25)

II-25

tahun 2012 adalah 25 : 1.180.351 penduduk, atau rata-rata tiap Puskesmas melayani 47.214 penduduk.

2.3.1.3. Aspek Pekerjaan Umum

Jalan dan Jembatan

Panjang jalan raya di kabupaten Lumajang pada tahun 2013 mencapai 1.051.987 km, yang terdiri dari 123.260 km jalan hot mix, 882.707 km merupakan jalan aspal, 31.470 km permukaan jalan kerikil dan 14.550 km merupakan jalan tanah.

Dilihat dari kondisi jalan, maka sepanjang 610.635 km dalam keadaan baik, 174.111 km dalam keadaan sedang dan 144.382 km dalam keadaan rusak serta 122.859 Km dalam keadaan rusak berat.

Dalam berjalannya program kegiatan ini selama lima tahun, terjadi peningkatan yang sangat signifikan untuk jalan perkerasan Hotmix mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 134,87 km atau meningkat sebesar 186,37%

dari tahun 2008 sepanjang 72,37 Km, begitu pula untuk kondisi perkerasan jalan aspal juga mengalami peningkatan sebesar 144,77% dari panjang jalan aspal 328,57 Km di tahun 2008 menjadi 804,25 Km di tahun 2012. Sedangkan untuk kondisi jalan kerikil dan tanah tentunya akan menurun. Gambaran mengenai perkembangan kualitas jaringan jalan sebagaimana berikut

Tabel 2.11.

Data Keadaan Jalan Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012 Jenis

Perkerasan

Tahun

2008 2009 2010 2011 2012

Hot Mix 72,37 72,37 87,078 123,26 207,243

Aspal 874,69 928,573 913,865 882,71 804,254

Kerikil 73,325 31,894 31,894 31,47 29,04

Tanah 31,6 19,15 19,15 14,55 11,45

Jumlah 1.051,99 1.051,99 1.051,99 1.051,99 1.051,99 Sumber data : LKPJ Tahun 2008-2012

Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa kondisi jaringan jalan aspal

baik lapen maupun Hotmix mengalami peningkatan 6,12% dari 90,03% di tahun 2008

menjadi 96,15% di tahun 2012. Sedangkan kondisi jaringan tanah dan/atau kerikil

mengalami penurunan menjadi 3,85% di tahun 2012.

(26)

II-26

Grafik 2.9.

Perkembangan Kondisi Perkerasan Jalan

Capaian indikator jambatan dalam kondisi baik, untuk prasarana jembatan di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 tercatat sebanyak 193 buah, mengalami peningkatan dari tahun 2008 sebanyak 192 buah. Sekitar 84,7% jembatan di Kabupaten Lumajang dalam kondisi baik di tahun 2012 dimana ketersediaan terhadap kebutuhan jembatan sudah sangat menunjang kegiatan perekonomian dan mobilitas penduduk.

Air Limbah

Praktik BAB (buang air besar) di tempat yang tidak aman adalah salah satu faktor risiko bagi turunnya status kesehatan masyarakat. Selain mencemari tanah (field), praktik semacam itu dapat mencemari sumber air minum warga. Yang dimaksud dengan tempat yang tidak aman bukan hanya tempat BAB di ruang terbuka, seperti di sungai/ kali/ got/ kebun, tetapi juga penggunaan sarana jamban di rumah yang mungkin dianggap nyaman, namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya tidak memadai, misalnya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum.

Berdasarkan Dokumen Environment Health and Rapid Assesment (EHRA),

pemakaian kloset jongkok oleh masyarakat sebesar (63,18 %), kloset duduk (2,68 %),

lain-lain (7,95 %), sisanya tidak memiliki WC (26,18 %). Sedangkan untuk tempat

pembuangan tinja di Kab Lumajang antara lain meliputi septic tank 53,85 %, cubluk

(27)

II-27

11,38 %, langsung saluran drainase1,96 %, dan Lainnya (sungai, kebun, kolam) 32,81

%. Kemudian terkait tentang pembuangan air limbah domestik adalah sebagai berikut:

Grafik 2.10.

Tempat BAB Anggota Keluarga Yang Sudah Dewasa

Dari grafik 2.10. diatas dapat diketahui bahwa kondisi umum di Kabupaten Lumajang masyarakatnya sudah membuang kotorannya di jamban pribadi, namun masih ada sebagian kecil yang BAB di tempat terbuka seperti di WC helikopter di empang/kolam, sungai, kebun maupun parit.

Drainase

Drainase lingkungan merupakan sarana yang penting dalam sanitasi. Selain

itu darinase berfungsi juga mengalirkan limbah cair dari rumah rangga seperti dapur,

kamar mandi, tempat cucian dan juga wastafel. Drainase yang buruk akan

menimbulkan banjir pada waktu hujan, selain itu juga akan membuat genangan air

dari limbah cair rumah tangga. Bila kondisinya demikian akan menjadi tempat

perindukan nyamuk yang bisa menularkan berbagai penyakit seperti demam berdarah,

chikungunya, juga filariasis.

(28)

II-28

Berdasarkan dokumen EHRA, terdapat gambaran bahwa rumah tangga yang mempunyai saluran pembuangan air limbah (SPAL) di Kabupaten Lumajang sebanyak 748 responden atau sebesar 65%, dan rumah tangga yang tidak mempunyai SPAL sebanyak 410 responden atau sebesar 35% sebagaimana grafik berikut

Grafik 2.11.

Kepemilikan saluran pembuangan air limbah rumah tangga

Tabel 2.12.

Tempat pembuangan limbah rumah tangga

No Uraian Dapur Kamar

mandi

Tempat cuci pakaian

Wastafel

1 Sungai/selokan/kolam 245 229 243 109

2 Jalan/halaman/kebun 78 65 64 18

3 Saluran terbuka 168 192 194 46

4 Saluran tertutup 152 162 154 64

5 Lubang galian 96 103 97 30

6 Pipa saluran

pembuangan kotoran

7 14 15 4

7 Pipa IPAL Sanimas 0 0 0 0

8 Tidak tahu 0 0 0 0

Sumber : EHRA Kab. Lumajang 2012

Dari tabel 3.4.2 dapat diketahui bahwa pembuangan limbah rumah tangga

yang mempunyai resiko kesehatan terbesar adalah yang dibuang ke sungai, selokan,

kolam sebesar 245 berasal dari limbah dapur, 229 dari limbah kamar mandi, 243 dari

tempat cuci pakaian dan 109 dari wastafel. Sungai, selokan dan kolam menjadi tempat

yang paling sering digunakan oleh masyarakat untuk membuang sampah.

(29)

II-29 Persampahan

Untuk pelayanan persampahan, Kabupaten Lumajang dilakukan dengan dua cara yaitu pengelolaan sampah terpusat dan pengelolaan sampah setempat.

Pengelolaan sampah setempat dilakukan dengan dua cara yaitu tradisional dan petugas. Pengelolaan sampah setempat oleh petugas dikumpulkan dari tempat sampah hunian ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Berikut jumlah TPS Kabupaten Lumajang

Tabel 2.13.

Jenis Fasilitas Pengolahan Sampah Setempat

No Jenis Fasilitas Jumlah Volume

(m3/unit) 1 Tempat Pembuangan Sampah

(TPS)

 Terbuka 36 8

 Tertutup

 Dengan pemisahan sesuai jenis sampah

0 13

0 2 2 Fasilitas Pengolahan Sampah

(TPA)

1 8

Sumber : Profil Adipura Kab. Lumajang, 2011

Pengumpulan sampah oleh petugas didukung oleh peralatan atau kendaraan angkut dimana terdapat gerobak sampah, dump truck, truk terbuka, motor sampah dll, berikut adalah jumlah kendaraan angkut sampah sebagai pendukung kinerja pengelolaan sampah Kabupaten Lumajang Tahun 2010

Tabel 2. 14.

Jumlah Kendaraan Angkut Sampah Kabupaten Lumajang

No Alat Angkut Jumlah Kapasitas/unit

(m3) Ritasi Operasi Ya Tidak

1 Gerobak sampah 96 0,75 3 x 96 0

2 Truk terbuka kecil 2 6 2 x 2 0

3 Mini truk 1 1,75 4 x 1 0

4 Dump Truk 5 6 2 x 5 0

5 Arm Roll kecil 3 6 2 x 3 0

6 Motor Sampah 4 0.7 2x 4 0

Jumlah 114 111 3

Sumber : Profil Adipura Kab. Lumajang, 2011

Dalam pelayanan pengelolaan sistem persampahan, fokus pengelolaan

persampahan di Kabupaten Lumajang adalah mereduksi volume sampah domestik

yang terangkut ke TPA dengan pengoptimalan penerapan sistem 3 R yang meliputi

reduksi, reuse dan recycle dengan memanfaatkan 36 TPS yang ada dan tersebar di

Kabupaten Lumajang. Capaian indikator peningkatan sampah terangkut pada tahun

2008 sebanyak 71.688 m3 yang terangkut terangkut ke TPA, mengalami penurunan

(30)

II-30

volume sampah terangkut pada tahun 2012 sebanyak 58.340,40 m3 atau berkurang sekitar 18,62 %. Dan pada tahun 2013, volume sampah yang terangkut juga mengalami penurunan yaitu sebesar 58.181 m3 dimana hal ini menggambarkan bahwa upaya pemerintah Kabupaten Lumajang dalam mereduksi sampah berhasil.

Sistem Pengelolaan sampah terpusat merupakan proses terkoordinasi dari rangkaian panjang pengumpulan sampah, pengangkutan dan pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPA yang ada saat ini berada di Desa Besuk Kecamatan Sumbersuko dengan luas 3,80 Ha yang dipergunakan sejak tahun 1994. dari 3,8 Ha luas TPA yang ada, 3,58 Ha sudah terpakai untuk penimbunan sampah, pengolahan sampah di TPA Besuk menggunakan system control landfill dimana timbunan sampah ditimbun dengan tanah lempung / clay dengan ketebalan satu meter. pengelolaan persampahan di lokasi TPA Besuk sebesar 151,84 m3/hari (20%) dengan jumlah penduduk yang terlayani sebesar 43.186 jiwa

2.3.1.4. Aspek Perumahan

Saat ini sektor perumahan merupakan salah satu sektor prioritas nasional dikarenakan masuk dalam isu strategis pengembangan baik nasional maupun di daerah, adapun salah satu isu strategisnya adalah meningkatnya backlog perumahan.

Backlog perumahan merupakan jumlah kebutuhan/ kekurangan rumah. Nilai backlog didapatkan dari selisih antara jumlah rumah tangga dengan jumlah rumah yang ada.

Berdasarkan asumsi tersebut, maka perhitungan backlog dapat dilakukan pada tahun terakhir, yaitu tahun 2013.

Jumlah bangunan rumah di Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebesar 252.482 unit, sedangkan jumlah rumah tangga di Kabupaten Lumajang sebanyak 331.008 KK/RT. Kondisi tersebut terkait dengan keberadaan data terakhir mengenai jumlah rumah tangga dan jumlah/ ketersediaan rumah yang ada. Berikut analisa perhitungan proyeksi kebutuhan rumah/ backlog rumah tahun 2013 sebagaimana berikut.

Tabel 2.15.

Analisa Perhitungan Proyeksi Kebutuhan Rumah/ Backlog Rumah Tahun 2013

No Kecamatan

Tahun 2013 Jumlah

Rumah Tangga

Jumlah Rumah

Backlog Rumah

Rumah Tidak Layak Huni

1 Lumajang 27.610 19.409 8.201 6.435

(31)

II-31

No Kecamatan

Tahun 2013 Jumlah

Rumah Tangga

Jumlah Rumah

Backlog Rumah

Rumah Tidak Layak Huni

2 Sukodono 15.926 12.264 3.662 6.108

3 Kedungjajang 12.829 10.062 2.767 8.235

4 Klakah 18.399 11.868 6.531 2.866

5 Ranuyoso 13.495 10.430 3.065 3.281

6 Kunir 16.910 14.027 2.883 2.982

7 Yosowilangun 20.033 14.942 5.091 2.958

8 Tempeh 24.475 20.540 3.935 6.485

9 Pasirian 25.990 21.416 4.574 6.266

10 Senduro 14.162 10.712 3.450 2.662

11 Jatiroto 14.874 11.954 2.920 9.376

12 Sumbersuko 11.077 8.805 2.272 4.949

13 Tekung 10.810 8.460 2.350 7.037

14 Padang 10.872 6.712 4.160 3.055

15 Randuagung 19.511 15.920 3.591 6.557

16 Candipuro 21.765 14.329 7.436 4.415

17 Gucialit 7.655 6.488 1.167 4.797

18 Pasrujambe 11.380 9.924 1.456 4.625

19 Pronojiwo 11.111 8.313 2.798 8.549

20 Rowokangkung 12.131 8.958 3.173 4.923

21 Tempursari 9.993 6.949 3.044 5.258

Sumber : RP3KP; DPU Kab. Lumajang, 2013; diolah

Berdasarkan tersebut diatas, diketahui bahwa kebutuhan rumah pada wilayah perencanaan mencapai 78.526 unit. Seluruh wilayah kecamatan mengalami kekurangan/kebutuhan rumah dengan jumlah yang bervariasi. Wilayah yang memiliki nilai backlog tertinggi ialah Kecamatan Lumajang yaitu mencapai 8.201 unit sedangkan nilai backlog terendah pada Kecamatan Gucialit yaitu 1.167 unit. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa jumlah rumah tiak layak huni sebesar 111.819 unit.

Isu permasalahan lain dalam sektor perumahan adalah tumbuhnya kawasan kumuh, Kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi memiliki kecenderungan membentuk kawasan permukiman kumuh, khususnya pada kawasan permukiman di sekitar sempadan sungai dan kawasan permukiman pada jalan kecil atau gang.

Kondisi tersebut terjadi pada kawasan permukiman swadaya yang berkembang secara organis/alami.

(32)

II-32

2.3.1.5. Aspek Perhubungan

Pada tahun 2008, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 13.875 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 125.741 unit.

Pada tahun 2009, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 10.875 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 125.741 unit. Pada tahun 2010, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 12.311 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 145.880 unit. Pada tahun 2011, jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 13.037 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 173.449 unit. Pada tahun 2012 jumlah mobil (bus, truk, station wagon, sedan, pick up) yaitu 13.720 unit, jumlah sepeda motor dan motor gerobak sebanyak 186.886 unit. Hal ini menunjukkan tren peningkatan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor di Kabupaten Lumajang.

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor paling banyak terjadi pada kendaraan sepeda motor, bila dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak 125.741 unit, terjadi peningkatan sebesar 48,63 % menjadi sebanyak 186.886 unit pada tahun 2012.

Tabel 2.16.

Target dan Realisasi Capaian Indikator Urusan Perhubungan Tahun 2008 – 2012

No Uraian Tahun

Satuan 2008 2009 2010 2011 2012

1 Angkutan umum 411 375 439 550 515 Unit

2 Angkutan Barang 9.368 10.639 11.236 11.821 9.172 Unit 3 Angka kecelakaan lalu lintas 38 63 82 402 429 Kasus 4 Angka pelanggaran lalu lintas 179 203 196 128 116 Kasus 5 Jumlah kendaraan sudah

melakukan uji kelayakan

9.979 11.991 12.553 13.037 13.720 Unit 6 Jumlah kendaraan wajib uji 10.639 13.971 17.828 19.564 Unit

Untuk jumlah angkutan umum di Kabupaten Lumajang pada tahun 2013

sejumlah 515 unit dimana mengalami peningkatan dari sejumlah 411 unit di tahun

2008, kemudian jumlah penumpang angkutan umum pada tahun 2010 sebesar 56.645

orang yang mengalami penurunan dari tahun 2009 yaitu 61.942 orang. Perkembangan

jumlah penumpang angkutan umum sangat fluktuatif. Rasio ijin trayek angkutan

umum sebanyak 43 ijin dengan jumlah terinal sebanyak 5 unit. Jumlah kepemilikan

Kir angkutan umum pada tahun 2010 sebanyak 566 dengan lama uji kir selama 30

menit.

Referensi

Dokumen terkait

Berikut ini adalah diagram alir perhitungan Orthogonal Laplacianfaces pada bagian pengurangan dimensi dengan PCA sampai tahap perhitungan data baru untuk diproses pada

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan yaitu (1) telah dihasilkan media animasi pada materi sistem pernapasan pada manusia, (2) media animasi pada materi

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

beberapa orang dari kelompok Yakobus, Petrus meninggalkan mereka tersebut ka- rena ia takut kepada saudara-saudara yang bersunat (tous ek peritomēs). Nanos me-

Strategi manajemen produk jasa keuangan Islami yang sudah di buat pihak perbankan syariah akan berjalan sukses, sesuai dengan rencana, apabila seorang marketing secara konsisten

Afirmasi Kebijakan APBDes (Studi di Desa Sidojangkung Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik). Skripsi Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jakarta merupakan salah satu kota dengan tingkat mobilitas yang cukup tinggi di Indonesia. Sebagai daerah ibu kota dengan perkembangan pembangunan, tingkat perkembangan jumlah

Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dan analisis hasil belajar siswa, untuk aktivitas guru dan siswa diperoleh