II-1
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN LUMAJANG
Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri atau Permendagri Nomor 54 tahun 2010, pada bagian gambaran umum kondisi daerah ini diuraikan tentang kondisi geografi dan demografi serta capaian indikator catatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan kabupaten Lumajang. Indikator capaian kinerja dimaksud meliputi 3 (tiga) aspek yaitu; (a). Aspek kesejahteraan masyarakat; (b). Aspek pelayanan umum dan (c). Aspek daya saing. Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman tentang data awal tentang kondisi wilayah dan keberhasilan pembangunan yang selama ini telah dicapai oleh kabupaten Lumajang. Basis data dan kinerja yang telah berhasil dicapai selama ini selanjutnya digunakan sebagai pijakan dalam merumuskan program pembangunan yang dirancang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Sebagaimana dipahami bahwa Kabupaten Lumajang merupakan salah satu wilayah di Jawa Timur yang memiliki potensi sumber daya alam dan potensi sosial- ekonomi yang dapat dikembangkan dan dimanfatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Segala bentuk kekayaan alam dan potensi yang dimiliki Kabupaten Lumajang di masa yang akan datang sangat penting untuk dikelola dan dimanfatkan secara optimal, agar kesejahteraan masyarakat dapat direalisasikan.
Sangat disadari bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
sesungguhnya bukan merupakan sesuatu hal yang mudah. Sebagaimana dipahami
bahwa pembangunan di wilayah kabupaten Lumajang masih dihadapkan pada
sejumlah situasi problematik seperti; masih adanya penduduk atau keluarga miskin,
kualitas sumber daya manusia yang relatif belum terlampau tinggi, adanya wilayah
yang relatif terisolasi, dan ditambah lagi posisi geografis wilayah,terdapat wilayah
relatif jauh dari akses jalan poros pusat pertumbuhan ekonomi serta sejumlah
problematika yang lain. Menyadari kondisi ini oleh karenanya sangat dipahami jika
upaya pengembangan potensi sumber daya alam dan potensi sosial-ekonomi yang
dimiliki selama ini masih belum dapat dilakukan secara optimal. Selanjutnya, agar
upaya menciptakan kesejahteraan masyarakat dan membangun Kabupaten Lumajang
dapat dilakukan secara optimal dan lebih terarah sesuai dengan potensi yang ada,
II-2
maka pada bagian ini dideskripsikan kondisi dan potensi, sumber daya yang dimiliki serta profil kabupaten Lumajang sekaligus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perencanaan program pembangunan dalam kurun 5 tahun ke depan.
2.1. Aspek Geografi dan Demografi
Analisis aspek geografis perlu dilakukan dalam upaya memperoleh gambaran tentang karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah dan kerentanan wilayah terhadap kondisi bencana yang mungkin dihadapi. Sementara itu analisis tentang kondisi demografis wilayah kabupaten Lumajang perlu dilakukan dalam rangka menyampaikan perubahan penduduk, komposisi dan distribusi penduduk secara keseluruhan di wilayah kabupaten Lumajang.
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
Kondisi geografis terdiri dari informasi tentang luas wilayah dan letak geografis wilayah, topografi, hidrologi, klimatologi, luas dan sebaran kawasan budidaya, kawasan lindung dan kawasan rawan bencana. Berbagai informasi ini perlu mendapatkan perhatian dalam perencanaan pembangunan daerah. Dengan pertimbangan kondisi geografis kabupaten Lumajang, terutama topografi, hidrologi atau klimatologi memiliki arti yang penting di masa-masa mendatang.
2.1.1. 1. Letak dan Kondisi Geografis
Secara geografis, Pemerintah Kabupaten Lumajang terletak antara 112 o 50’- 113 o 22’ Bujur Timur dan 7 o 52’ – 8 o 23’ Lintang Selatan. Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 (dua puluh satu) kecamatan, yaitu: Yosowilangun, Kunir, Tempeh, Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, Tempursari, Rowokangkung, Tekung, Lumajang, Sumbersuko, Sukodono, Senduro, Pasrujambe, Padang, Gucialit, Jatiroto, Randuagung, Kedungjajang, Klakah dan Ranuyoso. Adapun batas – batas administrasi Kabupaten Lumajang sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Jember;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Malang;
II-3 Gambar 2.1.
Peta Administrasi Kabupaten Lumajang
Tabel 2.1.
Tabel Luas dan Prosentase Luasan Perkecamatan Kab. Lumajang
NO KECAMATAN LUAS
(Km 2 )
PROSENTASE ( % )
1 Tempursari 101.36 5.66
2 Pronojiwo 38.74 2.16
3 Candipuro 144.93 8.09
4 Pasirian 183.91 10.27
5 Tempeh 88.05 4.92
6 Lumajang 30.26 1.69
7 Sumbersuko 26.54 1.48
8 Tekung 30.40 1.70
9 Kunir 50.18 2.80
10 Yosowilangun 81.30 4.54
11 Rowokangkung 77.95 4.35
12 Jatiroto 77.06 4.30
13 Randuagung 103.41 5.77
14 Sukodono 30.79 1.72
15 Padang 52.79 2.95
16 Pasrujambe 97.30 5.43
17 Senduro 228.68 12.77
18 Gucialit 72.83 4.07
19 Kedungjajang 92.33 5.16
20 Klakah 83.67 4.67
21 Ranuyoso 98.42 5.50
JUMLAH 1,790.90 100.00
Sumber : BPS Kabupaten Lumajang Tahun 2012
II-4
2.1.1.2. Klimatologi dan Hidrologi
Lokasi Kabupaten Lumajang yang berada di sekitar garis khatulistiwa menyebabkan daerah ini mempunyai perubahan iklim dua jenis setiap tahun, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Untuk musim kemarau berkisar pada bulan April hingga Oktober, sedangkan musim penghujan dari bulan Oktober hingga April.Daerah Lumajang mempunyai 3 tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan gunung Semeru. Untuk daerah dengan kategori sedang mencakup daerah Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedang daerah dengan iklim agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.
Pemantauan yang dilakukan oleh Balai Pengelolaan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bondoyudo-Mayang di Lumajang dalam kurun waktu setahun ini rata-rata hari hujan berkisar antara 1 sampai dengan 27 hari tiap bulannya. Sedangkan rata-rata intensitas curah hujan pada tahun 2011 berkisar antara 0 – 733 mm 3 .
2.1.1.3. Penggunaan Lahan dan Kawasan Budidaya
Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Lumajang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung di Kabupaten Lumajang meliputi Hutan Lindung dan Taman Nasional dengan total seluas 35.067,05 Ha atau sekitar 19,58 %, sedangkan kawasan budidaya seluas 144.022,95 Ha atau sekitar 80,42 % meliputi Hutan Produksi, Hutan Rakyat, Permukiman, Lahan Pertanian, Lahan Perkebunan Perikanan darat (tambak, kolam, empang) serta sungai dan perairan.
Peruntukan Luas Ha)
Kawasan Hutan Lindung 11.527,60
Taman Nasional 23.539,45
Kawasan Hutan Produksi 22.735,00
Kawasan Hutan Rakyat 56.436,00
Total Luasan Hutan : 114.238,05
Penggunaan lain : 64.851,95
- Permukiman 15.927,00
- Lahan pertanian 35.993,00
- Lahan Perkebunan 9.921,00
II-5
Peruntukan Luas Ha)
- Perikanan (tambak,kolam,empang) 127,00
- Sungai dan perairan 2.883,95
Sumber : RTRW Kab. Lumajang Tahun 2012-2032
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah
Kabupaten Lumajang merupakan wilayah dengan karakter wilayah relatif cukup beragam. Dengan karakter wilayah cukup beragam maka wilayah kabupatan Lumajang ditandai oleh wilayah pertanian, perkebunan, wilayah hutan, perikanan dan sebagainya. Berbagai jenis karakter wilayah tersebut pada gilirannya menghasilkan berbagai jenis produk baik di sektor pertanian, perkebunan, perikanan, hasil hutan, dan sebagainya. Selain itu dengan potensi dan kondisi wilayah yang ada maka ke depan beberapa wilayah perlu memperoleh perhatian untuk dikembangkan agar produk yang dihasilkan oleh wilayah bersangkutan dapat dicapai secara optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dalam penggunaan lahannya, Kabupaten didominasi oleh guna lahan kawasan hutan meliputi hutan lindung, taman nasional. Hutan produksi dan hutan rakyat dengan luas 114.238,05 Ha atau sekitar 63,79% dari total luas Kabupaten Lumajang.
Sedangkan untuk pemanfaatan lainnya yaitubudidaya pertanian, budidaya perikanan, budidaya perkebunan, permukiman, perindustrian, rawa/waduk dan sebagainya.
Komposisi pemanfaatan ruang terkecil adalah pemanfaatan ruang untuk perikanan (tambak, kolam, empang) yaitu 127 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa ruang di Kabupaten Lumajang masih didominasi oleh lahan tidak terbangun sehingga pengalokasian ketersediaan lahan skala kabupaten sangat dapat diaplikasikan dengan dikembangkannya kawasan budidaya antara lain :
Kawasan Perdagangan dan Jasa
Peruntukkan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa dikembangkan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Lumajang mencakup pengembangan skala wilayah meliputi Kecamatan Lumajang, Sukodono, Pasirian, Senduro, Klakah dan Yosowilangun. Sedangkan untuk kecamatan yang lain dikembangkan perdagangan skala lokal.
Kawasan Permukiman
II-6
Pengembangan kawasan permukiman dibedakan atas permukiman perkotaan dan permukiman pedesaan dimana dikembangkan di seluruh kecamatan Kabupaten Lumajang.
Kawasan Pendidikan
Pengembangan kawasan pendidikan diarahkan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.
Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran
Pengembangan kawasan Pemerintahan dan Perkantoran diarahkan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.
Kawasan Industri
Berdasarkan rencana tata ruang, Kabupaten Lumajang tidak direncanakan sebagai kawasan industri, namun dikembangkan sebagai kawasan peruntukkan industri dimana dibedakan menjadi tiga yaitu :
o Kawasan Peruntukkan Industri Besar di Kecamatan Pasirian, Tempeh, Sumbersuko, Kunir, Jatiroto, Kedungjajang dan Klakah
o Kawasan Peruntukkan Industri Menengah dikembangkan di Kecamatan Candipuro, Tekung, Yosowilangun, Sukodono, Rowokangkung, Randuagung dan Ranuyoso
o Kawasan Peruntukkan Industri Kecil dan/atau Mikro, dikembangkan di seluruh wilayah kecamatan.
Kawasan Pariwisata
Pengembangan kawasan pariwisata dibagi atas dua jenis yaitu : o Pengembangan Daya Tarik Wisata, meliputi :
- Pariwisata alam : a. taman wisata b. taman wisata ranu c. taman wisata goa d. taman wisata air terjun e. wisata pantai
f. wisata pemandian alam - Pariwisata budaya
- Pariwisata buatan
II-7
o Pengembangan jalur koridor wisata diarahkan pada Kecamatan Senduro, Ranuyoso, Tempursari dan Candipuro.
Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan pada pelestarian dan pengendalian alih fungsi lahan sawah menjadi terbangun melalui penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lumajang.
Kawasan Pertambangan
Kawasan pertambangan tidak diarahkan pada pengembangan koridor/wilayah, melainkan diarahkan pada pengembangan budidaya potensi bahan galian yaitu pada Kecamatan Tempursari, Pasirian, Tempeh, Kunir, Yosowilangun, Pronojiowo, Pasrujambe, Senduro, Candipuro, Sumbersuko dan Ranuyoso.
2.1.3. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2013 sebanyak 1.086.669
jiwa, terdiri dari laki-laki sebesar 528.129 jiwa dan perempuan sebanyak 558.540
jiwa. Dari sisi kepadatan penduduk, Kabupaten Lumajang tingkat kepadatan
penduduk rata-rata adalah 695 jiwa/km 2 . Apabila dilihat dari tingkat kepadatan
penduduk per kecamatan, kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah
Kecamatan Lumajang (3.123 jiwa/ km 2 ), diikuti dengan Kecamatan Sukodono (1.793
jiwa/km 2 ) dan Kecamatan Sumbersuko (1.369 jiwa/km 2 ). Sex ratio merupakan
perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan
100. Pada tahun 2012 setiap 100 penduduk perempuan di Indonesia terdapat 98
penduduk laki-laki. Dalam kurun waktu tahun 2011 sampai tahun 2012 pertumbuhan
penduduk Kabupaten Lumajang tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1.292 jiwa
atau 0,19 persen.
II-8
Laki-Laki Perempuan
1 Tempursari 15,424 16,717 32,141 101.36 317 9,993 2 Pronojiwo 17,890 19,156 37,046 38.74 956 11,111 3 Candipuro 34,337 35,789 70,126 144.93 484 21,765 4 Pasirian 41,583 43,470 85,053 183.91 462 25,990 5 Tempeh 39,801 41,029 80,830 88.05 918 24,475 6 Kunir 26,201 27,769 53,970 50.18 1,076 16,910 7 Yosowilangun 30,016 31,305 61,321 81.30 754 20,033 8 Rowokangkung 17,958 19,499 37,457 77.95 481 12,131 9 Tekung 16,769 18,079 34,848 30.40 1,146 10,814 10 Lumajang 43,117 44,329 87,446 30.26 2,890 27,610 11 Pasrujambe 19,620 20,832 40,452 97.30 416 11,380 12 Senduro 22,879 24,061 46,940 228.68 205 14,162 13 Gucialit 11,916 13,602 25,518 72.83 350 7,655 14 Padang 17,183 18,941 36,124 52.79 684 10,872 15 Sukodono 25,862 27,207 53,069 30.79 1,724 15,926 16 Kedungjajang 21,062 23,239 44,301 92.33 480 12,829 17 Jatiroto 23,746 25,104 48,850 77.06 634 14,874 18 Randuagung 31,717 32,814 64,531 103.41 624 19,511 19 Klakah 30,655 32,091 62,746 83.67 750 18,399 20 Ranuyoso 23,725 25,096 48,821 98.42 496 13,495 21 Sumbersuko 16,668 18,411 35,079 26.54 1,322 11,077
528,129
558,540 1,086,669 1,790.90 607 331,012 Luas Area
Km2 Kepadatan Jumlah KK
Jumlah
Penduduk
No Kecamatan Jumlah
Tabel 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Lumajang Menurut Jenis Kelamin, Kepadatan dan Rasio Seks Tahun 2013
Sumber : Hasil Konsolidasi Database Kementerian Dalam Negeri
Sebagai ibukota kabupaten, maka gejala urban bias tidak dapat dihindari di Kabupaten Lumajang. Pembangunan fisik dengan segala fasilitasnya tak terhindarkan lebih banyak bermunculan di Kecamatan Lumajang, dan beberapa tempat di Kecamatan Sukodono, sebagai tempat pemekaran keramaian di kota Lumajang.
Bagi kalangan swasta di mana seluruh aktivitasnya lebih banyak yang berorientasi ekonomi, maka berbagai investasi yang ditanam memilih lokasi-lokasi yang menguntungkan, paling tidak memiliki potensi agar aktivitas usaha yang ditekuni dapat berjalan lancar dan mencapai kesuksesan. Kalangan pemodal akan mempertimbangkan lokasi-lokasi yang dinilai telah memiliki atau berpotensi untuk dilakukan pembangunan sarana dan prasarana memadai guna mendukung usahanya.
Kecamatan Lumajang sebagai ibukota kabupaten tentu lebih memberikan peluang dan
menawarkan sejumlah fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan
ekonomi para investor dan pelaku ekonomi. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan
jika berbagai aktivitas yang dilakukan oleh para pemodal dan investor yang terpusat
di ibukota kecamatan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penduduk untuk
melakukan migrasi ke Kecamatan Lumajang.
II-9
2.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pemerintah kabupaten dalam meningkatkan kesejahteraan penduduknya.
Rencana kerja tahunan yang dilaksanakan oleh seluruh satuan kerja akan diukur efektivitasnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. IPM merupakan indeks komposit dari 3 (tiga) jenis indeks yang mengukur tingkat kesehatan, pendidikan, dan pendapatan masyarakat yang diukur melalui tingkat daya beli masyarakat.
Pengukuran IPM Kabupaten Lumajang berdasarkan data tahun 2011 yang telah dihitung oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Lumajang dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menunjukkan angka 68,45. Capaian IPM tersebut diperoleh dari Indeks Kesehatan 70,28, Indeks Pendidikan sebesar 72,17 dan Indeks Daya Beli sebesar 62,52. Adapun angka indek pendidikan dipengaruhi oleh angka lama sekolah, angka melek huruf dan angka pendidikan yang ditamatkan dan angka partisipasi sekolah, adapun perkembangan variabel angka-angka IPM tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3.
Perkembangan Variabel IPM Kabupaten Lumajang Tahun 2007-2012 Tahun Index Kesehatan Index
Pendidikan
Index Daya
Beli IPM
2007 68.91 70.63 59.05 66.20
2008 69.30 70.63 60.01 66.65
2009 69.79 70.94 61.06 67.26
2010 70.28 71.11 62.07 67.82
2011 70.64 72.17 62.52 68.45
2012 70.93 72.62 63.14 68.90
Sumber : Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang, BPS
Dari tabel diatas, terlihat bahwa dari tahun 2007 sampai 2012 angka IPM
Kabupaten Lumajang terus naik, begitu juga nilai pendukungnya yaitu indeks
kesehatan, indeks pendidikan serta indeks daya beli cenderung relatif naik sampai
Tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan di bidang kesehatan,
pendidikan dan ekonomi mampu menaikkan kesejahteraan masyarakat yang diwakili
oleh angka IPM tersebut.
II-10 Tabel 2.4
Beberapa indikator yang mempengaruhi angka indek pendidikan
No Indikator Tahun
2010
Tahun 2011
Tahun 2012
1 Angka lama sekolah 6.8 7.0 7.2
2 Angka Pendidikan yg ditamatkan
TK 36.415 37.442 37.627
SD 110.971 108.991 109.877
SMP 46.568 46.799 47.335
SMA 24.373 25.266 26.420
PT 7.450 8.155 8.750
3 Angka Melek Huruf usia 15-45 tahun 97,60 97,66 97,76
Sumber : Analisa Situasi Pembangunan Manusia Kabupaten Lumajang, BPS & LKPJ Tahun 2012
Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata lama sekolah naik dari 6.8 di tahun 2010 menjadi 7.2 di tahun 2012. Hal ini dikarenakan banyaknya siswa SD dan SMP yang masih bersekolah. Pada tahun 2010 siswa SD tercatat 110.971 siswa lalu meningkat menjadi 109.877 siswa. Begitu juga jumlah siswa SMP meningkat dari 46.568 siswa di tahun 2010 menjadi 47.335 siswa di tahun 2012.Angka melek huruf masyarakat Lumajang tahun 2012 sebesar 97,76 persen, naik dari 97,66 pada tahun 2011.
Selain pendidikan, aspek kesehatan juga mempengaruhi kesejahteraan
manusia. Untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan yang telah dinikmati oleh
masyarakat menggunakan indeks kesehatan. Indeks ini sesuai dengan standar yang
ditetapkan oleh UNDP (United Nation Development Program) yang diukur
berdasarkan capaian usia harapan hidup masyarakat. Usia harapan hidup masyarakat
merupakan ukuran untuk menilai umur maksimal rata-rata masyarakat di suatu
daerah. Berdasarkan tolok ukur ini diasumsikan bahwa semakin tinggi usia harapan
hidup suatu wilayah, semakin baik pula pemenuhan pelayanan kesehatannya. Usia
harapan hidup masyarakat Lumajang sebesar 67,38 tahun poada tahun 2011. Angka
ini naik dari 66,10 pada tahun 2007, dan kondisi di tahun 2012 menjadi 67,56. Hal ini
menunjukkan sekin baiknya tingkat kesehatan di Kabupaten Lumajang. Semakin
meningkatnya usia harapan hidup dan angka melek huruf ini menunjukkan bahwa
program pelayanan kesehatan dan program pelayanan pendidikan telah berjalan
dengan baik meskipun diakui tidak terjadi lompatan prestasi yang dihasilkan. Pada
masa yang akan datang masih diperlukan kerja keras dari seluruh aparat yang
menangani bidang ini.
II-11
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Perekonomian daerah dapat dilihat dari gambaran Produk Domistik Regional Bruto baik berdasarkan harga konstan maupun harga berlaku. Selain itu perekonomian daerah dapat dilihat dari tingkat inflasi, investasi, pajak dan retribusi, pinjaman daerah, dana perimbangan, atau sumber penerimaan daerah lainnya. Data perekonomian daerah dapat menjadi sumber untuk mengetahui seberapa besar pertumbuhan ekonominya.
2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan (nilai barang dan jasa akhir dikurangi biaya untuk menghasilkannya) oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan ke dalam 9 (sembilan) sektor, yaitu pertanian, pertambangan, industri, listrik, gas dan air minum, bangunan atau konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya.
Besaran nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp. 17.461.478,26 mengalami peningkatan dari Rp. 11.132.920,40 di tahun 2008.
Secara konstan naik dari tahun ke tahun sekitar Rp 1.000.000,00. Nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan besarnya kenaikan produksi di suatu daerah.
Besaran nilai PDRB atas dasar harga konstan 2000 yang tercipta pada tahun 2012 sebesar Rp. 7.202.952,07 mengalami peningkatan yang konstan dari tahun 2008 yang mencapai Rp. 5.702.076,22. Peningkatan nilai tersebut seiring dengan peningkatan nilai PDRBnya.
Grafik 2.2
Perkembangan Angka PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
Grafik : 2.2 Perkembangan PDRB Kabupaten Lumajang Tahun 2008 - 2012
Sumber : LKPJ AMJ Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
PDRB ADHB 11,132,920.40 12,369,238.44 13,886,442.96 15,583,420.16 17,461,478.26 PDRB ADHK 2000 5,702,076.22 6,013,672.17 6,369,904.28 6,768,517.45 7,202,952.07
- 2,000,000.00 4,000,000.00 6,000,000.00 8,000,000.00 10,000,000.00 12,000,000.00 14,000,000.00 16,000,000.00 18,000,000.00 20,000,000.00
II-12
2.2.1.1.1. PERTUMBUHAN PDRB PERKAPITA
Salah satu indikator ekonomi yang penting untuk menggambarkan kemakmuran masyarakat secara makro adalah bila dilhat perkapita penduduk, semakin tinggi nilainya semakin baik kesejahteraan di suatu wilayah yang bersangkutan. Pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Lumajang terus mengalami peningkatan yang signifikan selama periode 2008 -2012. Pendapatan perkapita ADHB di Kabupaten Lumajang pada tahun 2008 mencapai Rp. 10.365.582,- meningkat pada tahun berikutnya sebesar 10.70 % menjadi Rp 11.474.416,- dan akhirnya pada Tahun 2012 menjadi Rp. 16.042.436,-.
Pada tahun 2009 merupakan kenaikan pendapatan perkapita terendah selama periode 2008-2012, yaitu sebesar 10.7 %. Hal ini merupakan cerminan adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dikarenakan adanya kenaikan harga barang dan jasa secara drastis akibat kenaikan harga BBM pada pertengahan tahun 2008. Akan tetapi peningkatan nilai ini belum dapat menggambarkan secara riil kenaikan daya beli regional sebagai cerminan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan karena indikator ini dihitung berdasarkan harga berlaku, dan masih terkandung faktor inflasi yang berpengaruh pada peningkatan besaran daya beli masyarakat. Selain itu pula diperlukan indikator tingkat pemerataan distribusi pendapatan untuk meningkaan keakuratan dalamevaluasi kesejahteraan masyarakat. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5.
Pendapatan Perkapita Kabupaten Lumajang dan Pertumbuhannya Tahun Harga Berlaku
(Rp) Pertumbuhan (%) Harga Konstan
(Rp) Pertumbuhan (%)
2008 10.365.582 - 5.309.060 -
2009 11.474.416 10,7 5.578.628 5,08
2010 12.839.804 11,9 5.889.797 5,58
2011*) 14.328.258 11,59 6.223.349 5,66
2012**) 16.042.436 11,52 6.591.623 5,92
*) Angka diperbaiki
**) Angka sementara
Sumber : Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lumajang tahun 2008- 2012, BPS dan LKPJ AMJ 2008 - 2012
2.2.1.1.2 PERTUMBUHAN PDRB PER SEKTOR
Berdasarkan kontribusi persektor PDRB terlihat bahwa perekonomian
Kabupaten Lumajang sebagian besar ditunjang sektor pertanian, diikuti sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Hal tersebut
II-13
memberikan gambaran bahwa struktur/pola perekonomian masyarakat Kabupaten Lumajang mengalami pergeseran meskipun belum cukup signifikan namun terjadi secara keseluruhan berdampak positif pada levelling besaran PDRB.
Selang beberapa tahun kemudian ada beberapa sektor yang meningkat jumlahnya,yaitu di bidang perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terjadi dari sektor pertanian/agraris ke sektor perdagangan ataupun industri yang merupakan ciri spesifik dari daerah perkotaan;walaupun sektor pertanian masih mendominasi.
Hal ini menunjukkan juga bahwa bidang perdagangan mulai menjadi mata pencaharian penduduk, dan pariwisata Kabupaten Lumajang mulai berperan dalam mempengaruhi PDRB. Penjelasan pertumbuhan potensi unggulan dari tahun 2008 ke tahun 2012 sebagaimana grafik berikut :
Grafik 2.3
Pergeseran Pertumbuhan Potensi Unggulan Kabupaten Lumajang Tahun 2008-2012
Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012
Dari tabel di atas pula dapat dilihat sejak tahun dasar 2000, besaran nilai PDRB dan PDRB perkapita yang tercipta selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selama kurun waktu 5 tahun nilai PDRB atas dasar harga berlaku telah mengalami perkembangan rata-rata sebesar 11 persen dan nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 berkembang sebanyak 6 persen. Besarnya perbedaan perkembangan PDRB ADHB dengan ADHK 2000 mencerminkan besarnya perkembangan harga-harga (inflasi) dari tahun 2000 sampai dengan 2012.
Grafik 2.4
Laju Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi PDRB Kabupaten Lumajang
0 5 10 15 20 25 30 35 40
2008 36,45 1,92 13,50 0,59 2,93 23,22 4,50 4,29 12,60
2009 36,59 1,92 13,31 0,58 2,90 23,42 4,40 4,26 12,62
2010 35,72 1,88 13,37 0,58 2,90 24,31 4,37 4,31 12,57
2011 34,56 1,83 13,46 0,57 2,93 25,22 4,42 4,38 12,64
2012 33,62 1,77 13,50 0,57 2,95 26,01 4,45 4,41 12,72
Pertanian Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas dan
Air Bersih Bangunan
Perdagangan, Hotel &
Restoran
Pengangkutan
& Komunikasi
Keuangan, Persewaan &
Jasa
Jasa-Jasa
II-14
2 4 6 8 10
P.E 5,43 5,46 5,92 6,26 6,42
Inflasi 8,86 5,35 5,99 5,61 5,29
2008 2009 2010 2011 2012
Th 2008 - 2012
Sumber : LKPJ AMJ Kab. Lumajang Tahun 2008-2012
Tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah menggambarkan tingkat produktifitas penduduk di dalam menghasilkan barang dan jasa di daerah tersebut pada suatu periode. Secara makro pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lumajang dapat dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000. Penggunaan atas dasar harga konstan ini, karena pengaruh harga telah dikeluarkan sehingga hasil yang diperoleh hanya mencerminkan kenaikan produksi barang dan jasa.
Hingga akhir tahun 2012 perekonomian Kabupaten Lumajang tumbuh sebesar 6,42 persen atau mengalami pertumbuhan sebesar 0,16 point dibandingkan dengan tahun 2011. Trend laju inflasi mengalami penurunan cukup signifikan jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2008. Pada tahun 2008 laju inflasi mencapai 8,86 persen dengan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lumajang bersama seluruh pelaku penggerak perekonomian sampai dengan akhir tahun 2012 laju inflasi dapat ditekan menjadi 5,29 persen. Di samping kondisi tersebut dipengaruhi oleh semakin membaiknya kondisi perekonomian yang berdampak positif pada dunia usaha.
2.2.1.1.3. Penanaman Modal/Investasi
Investasi oleh sektor swasta mempunyai daya dorong/multiplayer efek
yang lebih besar daripada pengeluaran pemerintah(APBD). Untuk itu iklim investasi
perlu ditingkatkan di Kabupaten Lumajang. Adapun perkembangan investasi adalah
seperti terlihat pada grafik berikut:
II-15 Grafik 2.5.
Pengaruh Peningkatan Nilai Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2010 - 2011
Sumber : LKPJ Tahun 2012
Dari grafik diatas terlihat bahwa grafik investasi dari tahun 2009 sampai 2011 cenderung naik, dari 74.647.720.000 menjadi 105.470.433.000. Hal ini diikuti oleh naiknya penyerapan tenaga kerja dari 0,69 % di tahun 2009 menjadi 3,32 % di tahun 2011. Hal ini menunjukkan efek positif dari kenaikan investasi daerah, ternyata mampu menyerap tenaga kerja yang lebih banyak lagi, terutama di bidang industri dan perdagangan.
2.2.1.1.4.Perbandingan Tingkat PDRB ADHB tiap Kecamatan
Berikut disajikan data PDRB atas dasar Harga Berlaku tiap Kecamatan se Kabupaten Lumajang
Tabel 2.6
Perbandingan Nilai PDRB ADHB tiap Kecamatan di Kabupaten Lumajang Tahun 2010 - 2012
Kecamatan 2010 2011 2012
Tempursari 357,616.88 401,691.50 446,550.18 Pronojiwo 372,060.58 412,850.28 454,520.33 Candipuro 771,695.24 870,402.06 975,834.30 Pasirian 1,220,137.99 1,373,057.00 1,547,279.77 Tempeh 1,226,206.52 1,386,779.96 1,567,270.71 Lumajang 1,433,781.39 1,625,041.47 1,863,526.50 Sumbersuko 539,500.44 604,644.51 676,917.07 Tekung 399,006.56 443,652.20 490,234.10 Kunir 620,644.71 701,720.99 791,556.64 Yosowilangun 760,623.43 856,302.50 964,774.68 Rawakangkung 437,213.27 484,835.57 535,449.67 Jatiroto 853,926.52 954,243.76 1,062,099.51 Randuagung 750,220.04 839,366.23 934,407.10 Sukodono 568,722.42 642,289.57 725,630.39 Padang 345,558.03 382,898.00 419,150.31 Pasrujambe 694,565.86 762,760.13 837,297.87
- 20.000.000 40.000.000 60.000.000 80.000.000 100.000.000 120.000.000
- 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50
Nilai Investasi (Rp.000) 74.647.720 94.169.229 105.470.433 Penyerapan Tenaga Kerja
(%)
0,69 1,54 3,32
2009 2010 2011