• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DENGAN INOKULAN PROBIOTIK DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DENGAN INOKULAN PROBIOTIK DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DALAM

RANSUM TERHADAP PERFORMANS, KARKAS, LEMAK

ABDOMEN, DAN KOLESTEROL BROILER

OLEH

NI MADE WITARIADI, SPt., MP (NIDN. 0004117202)

ANAK AGUNG PUTU PUTRA WIBAWA, SPt., MSi (NIDN. 0022066902) I WAYAN WIRAWAN, SPt., MP (NIDN. 0013067807)

Dibiayai Oleh DIPA PNBP Universitas Udayana sesuai dengan

Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian

Nomor: 246-229/UN14.2/PNL.01.03.00/2015

Tanggal 21 April 2015

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

PEMANFAATAN AMPAS TAHU TERFERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS, KARKAS, LEMAK ABDOMEN, DAN

KOLESTEROL BROILER

WITARIADI, N. M., A.A.P. PUTRA WIBAWA, DAN I.W. WIRAWAN

Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar E-mail: witarimade@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh spenggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum terhadap performans, karkas, lemak abdomen, dan kadar kolesterol darah broiler umur 2-6 minggu. Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan lima ekor ayam broiler umur dua minggu dengan berat badan homogen. Ransum yang diberikan pada ayam selama periode penelitian (umur 2-6 minggu) disusun isiprotein (CP: 20%) dan isoenergi (2900 kkal ME/kg). Ke empat perlakuan yang dicobakan, yaitu ayam yang diberi ransum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A); ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (C); dan ransum dengan penggunaan 15% ampas tahu terfermentasi (D). Ransum dan air minum diberikan ad libitum. Variabel yang diamati, yaitu konsumsi ransum, berat badan akhir, pertambahan berat badan, feed conversion ratio (FCR), lemak abdomen, dan kadar kolesterol serum darah ayam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum nyata (P<0,05) dapat meningkatkan berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum dibandingkan dengan kontrol. Penggunaan 10-15% ampas tahu terfermentasi dalam ransum ternyata tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum dibandingkan dengan kontrol. Akan tetapi, secara nyata (P<0,05) menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol darah ayam. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum dapat meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu, serta menurunkan jumlah lemak abdomen dan kadar kolesterol darah ayam.

Kata kunci: ampas tahu, fermentasi, lemak abdomen, kolesterol

THE EFFECTS OF FERMENTED TOFU WITH PROBIOTICS INOCULANT ON BROILER PERFORMANCE, ABDOMINAL FAT, AND SERUM CHOLESTEROL

ABSTRACT

(3)

fermented by Yeast culture (D), repectively. Experimental diets and drinking water were provided ad libitum during the entire experimental period. The results of this experiment showed that supplementing diets with 5% tofu fermented by probiotics inoculant were increased significantly different (P<0,05) on final body weight, live weight gains, and feed efficiencies than control. The use of 10% to 15% tofu fermented by S.cerevisiae culture in diets were not effect significantly different (P>0,05) on final body weight, live weight gains, and feed efficiencies than control. On the other han, there were decreased significantly different (P<0,05) on abdominal fat and serum cholesterol contents of broiler. It was concluded that supplementing diets with tofu fermented were increased broiler performance up to six weeks of age, but decreasing abdominal fat and serum cholesterol contents of broiler.

(4)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan Syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas Rachmat yang diberikan kepada penulis, sehingga penelitian sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, kami tim peneliti dan penyusun laporan ini tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Udayana, melalui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unud, atas dana yang diberikan sehingga penelitian sampai penyusunan laporan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Dekan Fakultas Peternakan Universitas Udayana, atas dana, ijin, dan fasilitas yang diberikan selama penelitian.

3. Kepala Laboratorium Nutrisi dan Bahan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Unud., atas ijin dan fasilitas yang diberikan selama penelitian.

4. Teman-teman yang telah banyak membantu selama pengambilan data penelitian. Semoga laporan hasil penelitian ini ada manfaatnya bagi kita semua. Segala saran dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, sangat kami harapkan. Sebelum dan sesudahnya, penulis ucapkan banyak terimakasih.

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

ABSTRAK ………... iii

KATA PENGANTAR……….. v

DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL………. vi

I. PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar belakang……….. 1

1.2 Perumusan Masalah………. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA………...

2.1 Ampas Tahu ………

2.2 Penggunaan Produk Pakan Terfermentasi Pada Ternak ….……… III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN………...

3.1 Tujuan Penelitian………. 3.2 Manfaat Penelitian………... IV MATERI DAN METODE………

4.1 Materi ……….……… 4.2 Metode …………..……….

V. HASIL DAN PEMBAHASAN………

5.1 Hasil………. 5.2 Pembahasan……….

VI SIMPULAN DAN SARAN………..

6.1 Simpulan……….. 6.2 Saran………

DAFTAR PUSTAKA……….

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Komposisi bahan dan zat makanan dalam ransum ayam broiler umur 2-6

minggu ………... 11

2. Pengaruh penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum terhadap performans, rarkas, lemak abdomen, dan kadar kolesterol serum darah broiler

umur 2-6 minggu ………...

(7)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan yang cepat pada ayam broiler sering diikuti dengan perlemakan yang tinggi. Tingginya kandungan lemak dalam tubuh, khususnya lemak jenuh, akan diikuti dengan tingginya kandungan kolesterol dan hal tersebut akan menjadi masalah bagi konsumen yang menginginkan daging yang berkualitas baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk menurunkan kandungan lemak pada tubuh ayam broiler. Selain kualitas produk, maka komponen vital lainnya yang selalu menjadi masalah dalam usaha peternakan adalah masalah pakan dan pencemaran lingkungan.

Strategi pemanfaatan bioteknologi untuk memanfaatkan limbah agroindustri pertanian sebagai pakan ternak yang mampu meningkatkan kualitas produk dengan tingkat pencemaran lingkungan seminimal mungkin, merupakan strategi kebijakan masa depan yang sangat diharapkan (Bidura, 2007).

Alternatif bahan pakan yang menarik diamati adalah pemanfaatan ampas tahu sebagai pakan alternatif unggulan. Dengan sentuhan bioteknologi, diharapkan ampas tahu terfermentasi dapat sebagai pengganti bungkil kacang kedelai atau tepung ikan yang selama ini masih sangat tergantung pada impor. Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lysin dan metionin, serta kalsium yang cukup tinggi (Mahfudz, 2006). Namun, kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam. Di samping serat kasarnya tinggi, juga kandungan arabinoxylannya tinggi yang menyebabkan penggunaannya dalam penyusunan ransum unggas menjadi terbatas. Unggas tidak mampu mencerna

(8)

sehingga deposisi lemak dalam jaringan rendah. Oleh karena itu, untuk memberdayagunakan ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan bioteknologi fermentasi.

Upaya meningkatkan nilai guna ampas tahu tersebut dapat dilakukan dengan mengaplikasikan teknik biofermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba, yaitu memanfaatkan kemampuan dari khamir Saccharomyces cerevisiae yang terkandung dalam ragi tape. Saccharomyces cerevisiae dapat meningkatkan kecernaan pakan berserat dan dapat berperan sebagai probiotik pada unggas (Ahmad, 2005). Teknologi fermentasi dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan khususnya yang memiliki serat kasar dan anti nutrisi yang tinggi. Fermentasi dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroba (Bidura, 2007).

Sjofjan (2008) melaporkan bahwa penambahan kultur khamir Saccharomyces sp.

sebagi sumber probiotik dalam ransum ayam pedaging nyata meningkatkan berat karkas. Mikroba probiotik, dapat mencegah kejadian keracunan yang disebabkan oleh aflatoksin atau aflatoxicosis (Wahyudi dan Hendraningsih, 2007). Produk pakan fermentasi nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas karkas, serta menurunkan kolesterol serum itik (Bidura et al., 2008b). Pada saat difermentasi oleh khamir, kandungan serat kasar ransum dapat didegradasi, sehingga dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas.

(9)

lemak abdomen dan kadar kolesterol dalam plasma darah unggas. Hal senada dilaporkan oleh Suciani et al. (2011), bahwa penambahan 0,20% ragi tape dalam ransum berserat (pod kakao) nyata dapat menurunkan jumlah lemak abdominal dan kadar kolesterol daging ayam broiler.

Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya. Proses fermentasi yang tidak sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak. Oleh karena itu, pemilihan mikroba sebagai inokulan dalam proses fermentasi perlu dicermati (Mahfudz, 2006).

Dari uraian tersebut di atas, menarik untuk dikaji sampai level berapa penggunaan ampas tahu terfermentasi dapat digunakan dalam ransum sebagai upaya untuk meningkatkan performans dan efisiensi penggunaan ransum, serta menekan perlemakan dan kadar kolesterol tubuh ayam broiler.

1.2 Perumusan Masalah

Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lysin dan metionin, serta kalsium yang cukup tinggi. Namun, kandungan serat kasarnya tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum unggas. Pemanfaatan ampas tahu dapat dijadikan sebagai pakan alternatif unggulan dengan sentuhan bioteknologi fermentasi, dan dapat sebagai pengganti bungkil kacang kedelai atau tepung ikan yang selama ini masih sangat tergantung pada impor.

(10)

1.3 Tujuan Khusus

Tujuan khusus bidang penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan level optimal penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum dilihat dari aspek performans, serta penurunan jumlah lemak dan kadar kolesterol tubuh ayam broiler umur 2-6 minggu.

2. Pengembangan teknologi produksi pakan ramah lingkungan (Biodiversity-Friendly) melalui suplemen pakan (kultur khamir Shaccaromyces spp terpilih) yang dapat menurunkan kandungan gas amonia ekskreta.

3. Publikasi ilmiah di jurnal nasional terakreditasi atau Internasional

1.4 Keutamaan (Urgensi) Penelitian

 Penelitian ini diharapkan dapat sebagai informasi data ilmiah untuk

penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu, juga diharapkan dapat memecahkan masalah pembangunan khususnya dalam penyediaan pakan lokal (limbah pembuatan tahu) melalui pemanfaatan jasa mikroba fermentasi, sehingga kuantitas dan kualitas produksi daging broiler dapat ditingkatkan dengan efisiensi yang tinggi,

 Penerapan teknologi untuk pengelolaan dan pemanfaatan pakan lokal yang ramah

(11)

 Konsep utama penelitian ini adalah adanya indikasi bahwa dalam penyusunan

ransum untuk ternak, tidak bisa terlepas dari penggunaan limbah agro-industri pertanian yang pada umumnya kandungan seratnya (selulosa dan hemiselulosanya) tinggi dan protein kasarnya rendah, sehingga nilai kecernaannya juga rendah, dan bila diberikan pada ternak menyebabkan produktivitas ternak rendah.

 Ampas tahu mempunyai kelemahan, yaitu energi termetabolisnya rendah, dan

penggunaannya dalam ransum unggas dibatasi karena tingginya kandungan asam serat kasarnya, dan ternak ayam tidak dapat mencerna senyawa tersebut. Proses biofermentasi pakan akan merombak struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignoselulosa dan lignin, sehingga ransum mudah dicerna. Pada saat berada di dalam saluran pencernaan ayam, mikroba fermenter tersebut akan mampu bekerja sebagai probiotik. Probiotik dalam saluran pencernaan dapat meningkatkan kecernaan zat makanan.

 Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang

(12)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah pembuatan tahu, masih mengandung protein dengan asam amino lysin dan metionin serta kalsium yang cukup tinggi. Akan tetapi, kandungan serat kasar dan air pada ampas tahu tinggi, sehingga menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam ransum ayam (Mahfudz, 1997). Oleh karena itu, untuk memberdayagunakan ampas tahu perlu diberi perlakuan dan salah satunya adalah dengan fermentasi.

Teknologi fermentasi dapat meningkatkan kualitas dari bahan pakan khususnya yang memiliki serat kasar dan antinutrisi yang tinggi. Fermentasi dapat meningkatkan kecernaan bahan pakan melalui penyederhanaan zat yang terkandung dalam bahan pakan oleh enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroba (Bidura, 2007). Menurut Mahfudz (2006), tepung ampas tahu terfermentasi mengandung protein kasar 21,66%; energi termetabolis 2830 kkal/kg, Ca 1,09%; dan mineral fosfor 0,88%

Mahfudz et al. (2007) menyatakan bahwa tempe ampas tahu memiliki kandungan protein kasar 21,66%, Serat kasar 20,26%, Lemak kasar 2,73%, abu 3,68%, dan kadar air 11,18%, Ca 1,09 %; P 0,88% dan energi termatabolisnya 2.830 kkal/kg serta kandungan kaya akan asam amino lisin dan metionin

(13)

Proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino, nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein (Rahayu et al., 1989). Meningkatnya kecernaan protein juga mempermudah metabolisme protein, sehingga secara langsung juga meningkatkan sintesis protein daging (Soeparno, 1992).

Metode Fermentasi ampas tahu dengan menggunakan ragi tempe adalah sebagai berikut:

Ampas Tahu

Pemeraman selama 24 jam (suhu kamar)

Pencucian dengan air mengalir sampai air jernih

Pengepresan untuk mengurangi kadar air Pengukusan selama 60 menit

Pendinginan sampai suhu kamar (diangin-anginkan) I

Inokulasi dengan 1% ragi tempe mengandung kapang

Pencetakan

Inkubasi selama 40 jam

Jadi tempe ampas tahu dipotong-potong tipis (agar mudah kering)

Dijemur dengan sinar matahari

Digiling dan diayak Tepung Ampas Tahu

(14)

Menurut Mahfudz (2006), kandungan gizi ampas tahu sangat baik, yaitu mengandung protein kasar 23,62%; BETN 41,98%; serat kasar 22,65%; dan lemak kasar 7,78%. Pemberian ampas tahu terfermentasi ternyata dapat meningkatkan nafsu makan ayam, karena proses fermentasi dapat meningkatkan kandungan asam glutamat yang dapat meningkatkan nafsu makan ayam.

Ampas tahu telah digunakan sebagai pakan babi, sapi, dan ayam pedaging. Namun karena kandungan air dan serat kasarnya tinggi, maka penggunaannya menjadi terbatas dan belum memberikan hasil yang memuaskan. Untuk mengatasi tingginya kandungan air dan serat kasar pada ampas tahu maka dapat dilakukan melalui fermentasi. Proses fermentasi dengan menggunakan ragi yang mengandung kapang Rhizopus oligusporus dan R. oryzae

akan menyederhanakan partikel bahan pakan, sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya (Mahfudz et al., l996).

Ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan penyusun ransum, terlebih dahulu difermentasi dengan ragi yang mengandung kapang Rhyzopus oligosporus dan R. oryzae. Ada tiga tahap pembuatan ampas tahu terfermentasi, yaitu (1) tahap persiapan ampas tahu, meliputi pencucian, pengepresan, dan pengukusan; (2) inokulasi dengan kapang, pencetakan, dan inkubasi selama 40 jam, dan (3) pembuatan tepung yang dimulai dengan mengiris tipis ampas tahu tersebut (“germbus”), menjemur, dan menggiling. Lebih rinci tersaji pada Gambar 1.

2.2 Penggunaan Produk Pakan Terfermentasi Pada Ternak

(15)

pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak (Bidura, 2007). Tujuan fermentasi pakan adalah untuk meningkatkan daya guna pakan dan mengeliminir zat anti nutrisi, serta memanfaatkan biomassa yang terbentuk.

Fermentasi pakan dengan kultur khamir dapat meningkatkan biomassa mikroba, sehingga kandungan protein kasar pakan meningkat (Sutama et al., 2008). Dilaporkan juga bahwa proses dan produk fermentasi dipengaruhi oleh jenis dan jumlah mikroba yang dgunakan, jenis sumstrat, pH, dan suhu selama proses fermentasi. Biomassa merupakan wujud massa dari hasil proses biologis dari mikroorganisme. Mikroorganisme mampu mengkonversi bahan menjadi protein. Proses fermentasi mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, nilai biologis yang lebih baik, serta menurunkan zat antinutrisi. Seperti dilaporkan oleh Jaelani et al. (2008), dan Bidura et al. (2011) bahwa fermentasi bahan pakan dengan khamir dapat meningkatkan energi termetabolis dan protein kasar bahan pakan.

Biofermentasi dedak padi dengan khamir akan dapat melunakkan dan memecah dinding serat dedak padi dan khamir mampu melepaskan pita-pita serat mikrofibrilnya, sehingga struktur serat dedak padi menjadi rapuh dan lebih terbuka. Khamir tersebut bekerja secara bertahap dalam memecah komponen dinding sel. Melalui benang fibril hifanya, khamir mengeluarkan enzim peroksidase ekstraseluler. Enzim peroksidase ekstraseluler tersebut bekerja secara aktif pada aktivitas lignolisis, sehingga ikatan lignoselulosa putus, dan fraksi lignin terurai menjadi CO2. Biofermentasi dengan

(16)

Ragi tape mengandung mikroba yang terdiri dari beberapa jenis kapang seperti :

Cladimucor oryzae, Rhyzopus oryzae, Mucor sp., sedangkan dari khamir antara lain

Sacharomyces cerevisieae, Sacharomyces verdomi, Candida dan Hensula (Shin et al., l989, dalam Siti, l996).

Rhein et al. (l992) melaporkan bahwa pemberian 8% kulit kacang kedele atau kulit kacang tanah yang diberi tambahan ragi tape sebanyak 0,75%, ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Dilaporkan juga oleh Park et al. (l994), penggunaan 0,10% Saccharomyces cerevisieae dapat meningkatkan pertambahan berat badan, feed intake, efisiensi penggunaan ransum, serta penyerapan zat makanan (Piao et al., 1999).

Beberapa hasil penelitian pendahuluan mengenai penggunaan ragi dalam ransum ternyata mampu meningkatkan penampilan, nilai guna pakan serat, dan menurunkan perlemakan tubuh unggas. Candraasih dan Bidura (2001) melaporkan bahwa penggunaan 0,50% ragi pada ransum yang mengandung 15% cangkang coklat ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan itik. Suplementasi ragi pada ransum yang mengandung serbuk gergaji kayu dapat menurunkan jumlah lemak subkutan termasuk kulit karkas ayam(Ariana dan Bidura, 2001).

(17)

sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Fermentasi ampas tahu dengan ragi akan mengubah protein menjadi asam-asam amino dan secara tidak langsung akan menurunkan kadar serat kasarnya.

Suplementasi ragi tape dalam ransum nyata meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum, serta meningkatkan kecernaan zat makanan (Bidura et al.,

2009, Bidura et al., 2011). Menurut Mahfudz (2006), proses fermentasi yang tidak sempurna tampaknya menyebabkan berkembangnya bakteri lain yang bersifat pathogen yang menimbulkan gangguan kesehatan dan kematian ternak penelitian.

Mangisah et al. (2009) melaporkan bahwa semakin tinggi kandungan serat kasar ransum menyebabkan menurunnya kecernaan bahan organik dan serat kasar itu sendiri, yang menyebabkan penurunanan pertumbuhan dan efisiensi penggunaan ransum pada itik. Namun, dengan adanya proses fermentasi nyata dapat meningkatkan kecernaan bahan organik dan serat kasar itu sendiri. Proses fermentasi pada pakan yang akan diberikan ternyata dapat meningkatkan kecernaan pakan pada itik, sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakannya (Kiers et al., 2003; Rahmadi dan Firahmi, 2003).

Kecernaan bahan kering pakan akan semakin menurun dengan semakin tingginya kandungan serat kasar dalam pakan tersebut. Hal ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti yang menyatakan bahwa peningkatan kandungan serat (dedak gandum) dalam pakan akan meningkatkan jumlah NSP dalam ekskreta (Wang et al., 2004; Jaelani et al., 2008; Suprapti et al., 2008). Peningkatan serat kasar dalam ansum menyebabkan terjadinya penurunan absorpsi lemak dan kecernaan energi (DE). Menurut Cao et al.

(18)
(19)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Lama Penelitian

Penelitian lapangan di laksanakan di kandang milik peternak ayam di Desa Dajan Peken, Kabupaten Tabanan. Penelitian berlangsung selama enam bulan, yaitu mulai dari persiapan sampai dengan penyusunan laporan.

3.2 Bagan Alir Penelitian

Secara keseluruhan penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama dilakukan fermentasi ampas tahu dengan khamir, kemudian diamati perubahan nilai nutrisinya. Bagian kedua adalah implementasi ampas tahu terfermentasi dalam ransum dan dilihat respons nya pada ayam broiler dilihat dari aspek performans, kualitas karkas, perlemakkan tubuh, dan kadar kolesterol dalam darah ayam broiler umur 2-6 minggu.

3.2 Kandang dan Ayam

(20)

Gambar 3.1. Kandang battery colony bertingkat

Ayam broiler yang digunakan adalah broiler jantan umur dua minggu dengan berat badan homogen yang diperoleh dari petani peternak ayam broiler di Tabanan.

3.3 Ransum dan air Minum

Ransum yang digunakan dalam penelitian ini dihitung berdasarkan Tabel komposisi zat makanan menurut Scott et al. (l982), dengan menggunakan bahan seperti: jagung kuning, tepung ikan, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, garam, dan premix. Semua perlakuan ransum disusun isokalori (ME: 2900 kcal/kg) dan isoprotein (CP: 20%). Air minum yang diberikan bersumber dari perusahan air minum setempat.

3.4 Pemberian Ransum dan Air Minum

(21)

Tabel 1. Komposisi bahan dan zat makanan dalam ransum ayam broiler umur 2-6 minggu Komposisi Bahan Pakan (%) Level Ampas Tahu Terfermentasi (%)

0 5 10 15

Ampas tahu terfermentasi 0,00 5,00 10,00 15,00

Garam dapur 0,40 0,40 0,40 0,40

1. Ayam yang diberi ansum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A), ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (C), dan ransum dengan penggunaan 15% ampas tahu terfermentasi (D)

3.5 Ampas Tahu

Ampas tahu diperoleh dari industri rumah tangga pembuatan tahu di daerah Ubung Kaja, Denpasar Barat.

 Prosedur fermentasi ampas tahu adalah sebagai berikut: (1) ampas tahu dikukus

(22)

(3) selanjutnya ampas tahu tersebut dimasukkan ke dalam kantung polyetilene yang telah dilubangi dibeberapa tempat untuk mendapatkan kondisi aerob, selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 3 hari, selama inkubasi substrat dikondisikan pada ketebalan 2-5 cm; dan (4) setelah masa inkubasi selesai, produk dikeringkan selama 24 jam pada suhu kamar, setelah kering kemudian digemburkan kembali dan siap dicampurkan dengan bahan pakan lainnya (Suprapti et al., 2008).

Gambar 3.2. Ampas tahu segar

3.6 Rancangan Percobaan

Rancangan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan empat macam perlakuan dan enam kali ulangan. Tiap ulangan (unit percobaan) menggunakan lima ekor ayam broiler jantan umur dua minggu dengan berat badan homogen. Ke empat perlakuan yang dicobakan adalah:

 Ransum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A).

 Ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B)

 Ransum dengan penggunaan 10% ampas tahu terfermentasi (C)

(23)

3.7 Variabel yang Diamati

Variabel yang diamati atau di ukur dalam adalah:

1. Konsumsi ransum: konsumsi ransum diukur setiap minggu sekali, yaitu selisih antara jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum.

2. Pertambahan berat badan: pertambahan berat badan diperoleh dengan mengurangi berat badan akhir dengan berat badan minggu sebelumnya. Sebelum penimbangan terlebih dahulu ayam dipuasakan selama kurang lebih 12 jam.

3. Feed Conversion Ratio (FCR): merupakan perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan. Merupakan tolok ukur untuk menilai tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, semakin tinggi efisiensi penggunaan ransumnya, demikian sebaliknya.

4. Distribusi lemak pada tubuh ayam, yaitu lemak bantalan, lemak mesenterium, lemak empedal, dan lemak abdominal.

Gambar 3.3.Dari kiri ke kanan (ayam bersih, saluran pencernaan, lemak abdomen, dan karkas ayam)

(24)

3.8. Analisis Statistika

(25)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Konsumsi Ransum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan jumlah ransum yang dikonsumsi selama empat minggu penelitian pada ayam perlakuan kontrol (A) adalah 2749,57g/ekor/4 minggu (Tabel 2). Rataan konsumsi pada ayam yang diberi ransum dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan 10% ampas tahu terfermentasi (C), dan ransum dengan 15% ampas tahu terfermentasi (D), secara berturutan adalah 4,10%; 0,49%; dan 0,99% lebih tinggi daripada kontrol dan secara statistik berbeda tidak nyata (P>0,05).

4.1.2. Berat Badan Akhir dan Pertambahan Berat Badan

Rataan berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam kontrol selama empat minggu pengamatan adalah 1840,75 g/ekor (Tabel 2). Rataan berat badan akhir pada ayam perlakuan B adalah 11,14% nyata (P<0,05) lebih tinggi, sedangkan berat badan akhir ayam perlakuan C dan D masing-masing: 0,91% dan 2,30% tidak nyata (P>0,05) lebih rendah daripada kontrol.

Pertambahan berat badan ayam selama empat minggu percoban pada ayam control adalah 1510,75 g/ekor (Tabel 2). Rataan pertambahan berat badan ayam perlakuan B adalah 13,45% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada kontrol. Sedangkan pertambahan berat badan ayam perlakuan C dan D masing-masing: 1,13% dan 2,74% tidak nyata (P>0.05) lebih rendah daripada kontrol.

4.1.3. F eed Conversion Ratio (F CR)

(26)

adalah 1,82/ekor (Tabel 2). Rataan nilai FCR pada ayam perlakuan B adalah 8,24% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol. Sedangkan nilai FCR pada ayam perlakuan C dan D masing-masing adalah: 1,65% dan 3,85% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi daripada kontrol.

Tabel 2. Pengaruh penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum terhadap performans, karkas, lemak abdomen, dan konsentrasi kolesterol serum darah broiler umur 2-6 minggu

Variabel Perlakuan1) SEM2)

A B C D

Konsumsi Ransum (g) 2749,57a3) 2862,25a 2763,18a 2776,94a 85,921

Berat Badan Akhir (g) 1840,75a 2045,81b 1824,05a 1798,46a 50,057

Pertambahan Brt. Badan (g/ekor) 1510,75a 1713,92b 1493,61b 1469,28b 48,902

Feed Conversion Ratio (FCR) 1,82a 1,67b 1,85a 1,89a 0,037

Bobot potong (g/ekor) 1843,62b 2042,94a 1825,06b 1799,63b 48,371

Berat karkas (g/ekor) 1295,14b 1481,34a 1294,33b 1268,38b 52,804

Persentase karkas (%) 70,25b 72,50a 70,92b 70,48b 0,402

1. Ayam yang diberi ansum basal tanpa penggunaan ampas tahu sebagai kontrol (A), ransum

dengan penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi (B), ransum dengan 10% ampas tahu terfermentasi (C), dan ransum dengan 15% ampas tahu terfermentasi (D)

2. Nilai dengan huruh yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata

(P<0,05)

3. Standart Error of The Treatment Means

4.1.4. Berat Karkas dan Persentase Karkas

(27)

Rataan persentase karkas pada ayam kontrol adalah 70,25% (Tabel 2). Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum secara nyata (P<0,05) meningkatkan persentase karkas, yaitu 3,20% lebih tinggi daripada kontrol. Sedangkan berat karkas ayam perlakuan C dan D adalah: 0,95% dan 0,33%tidak nyata (P>0,05) lebih rendah daripada kontrol.

4.1.5. Pad-Fat dan Abdominal-Fat

Rataan jumlah lemak fad-fat pada ayam kontrol adalah 0,69% berat badan (Tabel 2). Rataan jumlah pad-fat pada ayam perlakuan B, C, dan D, secara berturutan adalah: 18,84%, 20,29%, dan 23,19% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol.

Rataan jumlah lemak abdomen (abdominal-fat) pada ayam kontrol adalah 1,85% berat badan (Tabel 2). Rataan jumlah lemak abdomen pada ayam perlakuan B, C, dan D, secara berturutan adalah: 24,83%, 17,30%, dan 18,38% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol.

4.1.6. Kadar Kolesterol Serum

Rataan konsentrasi kolesterol serum darah pada ayam kontrol adalah 162,08 mg/dl darah (Tabel 2). Rataan konsentrasi kolesterol serum darah pada ayam perlakuan B, C, dan D, secara berturutan adalah: 6,67% 8,01%, dan 7,24% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada kontrol.

4.1.6. Kadar N-Amonia Ekskreta

(28)

4.2. Pembahasan

Penggunaan ampas tahu terfermentasi dengan 0,20% kultur Saccharomyces spp.

Isolate feses sapi pada level 5-15% dalam ransum ternyata tidak berpengaruh terhadap jumlah ransum yang dikonsumsi oleh ayam. Hal disebabkan karena kandungan energi termetabolis semua ransum adalah sama, sehingga sangat wajar jumlah ransum yang dikonsumsi adalah sama. Ayam mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Apabila kebutuhan energi sudah tercukupi, maka ayam akan berhenti mengkonsumsi ransum, walaupun temboloknya masih kosong (Wahju, 1989). Ada kecendrungan konsumsi ransum mengalami peningkatan dengan adanya penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum. Ampas tahu terfermentasi merupakan limbah industri pembuatan tahu yang umumnya mengandung serat kasar tinggi. Peningkatan kandungan serat kasar dalam ransum menyebabkan laju aliran ransum dalam saluran pencernaan menjadi cepat (Bidura et al., 2008), akibatnya saluran pencernaan menjadi kosong dan ayam akan mengkonsumsi ransum lagi. Disamping itu, peningkatan serat kasar dalam ransum akan mengurangi efisiensi penggunaan energi termetabolis yang disebabkan oleh terjadinya pengalihan sebagian fraksi energi netto untuk aktivitas energi muskuler yang dibutuhkan untuk aktivitas tambahan gizard dan untuk mendorong sisa makanan sepanjang saluran pencernaan ayam (Lloyd et al., 1978).

(29)

yang diberi Saccharomyces cerevisiae 0,10% nyata meningkatkan pertambahan berat badan dan efisiensi penggunaan ransum. Menurut Nurhayati (2008), pemberian probiotik dapat memacu perbaikan metabolisme pakan pada proses pencernaan. Suplementasi

Aspergillus xlanase dalam ransum berbahan dasar dedak gandum dapat meningkatkan performan ayam broiler (Wu et al., 2005; Huang et al., 2004).

Peningkatan penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum ternyata berdampak pada peningkatan kandungan serat kasar ransum yang diakibatkan oleh tingginya kandungan serat kasar ampas tahu. Namun demikian, kandungan serat kasar ransum yang menggunakan ampas tahu masih dalam batas yang dapat ditolerir oleh ternak ayam. Menurut Biyatmoko (2003), ayam yang diberi ransum dengan kandungan serat kasar yang meningkat (5, 7, 9, dan 11%) ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap energi termetabolis dan kecernaan serat kasar. Retensi nitrogen tertinggi diperoleh pada kandungan serat kasar ransum 5% (61,30%) dan terendah didapat pada kandungan serat kasar ransum 11% (45,42%).

Peningkatan berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam yang diberi ransum dengan suplementasi kultur Saccharomyces spp., disebabkan karena khamir S. cerevisiae mampu mendegradasi mannan dengan meningkatnya nilai energi termetabolis pakan (ME) dan kecernaan pakan (Bidura et al., 2012). Menurut Sabini et al. (2000), peningkatan kandungan energi termetabolis pakan terfermentasi oleh kapang T. reesei

disebabkan karena adanya degradasi polisakarida mannan oleh kapang T. reesei menjadi bentuk yang lebih sederhana (monosakarida), menghasilkan nilai energi yang cukup baik dibandingkan dalam bentuk polisakarida mannan menjadi mannotriosa, mannobiosa, dan monnosa.

(30)

peningkatan konsumsi ransum, khususnya terlihat pada ayam perlakuan B. Hal ini disebabkan karena keberadaan khamir Saccharomyces spp. dalam saluran pencernaan ayam dapat berperan sebagai agensia probiotik, sehingga dapat membantu aktivitas enzimatis dalam saluran pencernaan ayam (Jin et al.,1997; dan Piao et al., 1999). Mikroba probiotik di dalam saluran pencernaan ayam dapat menurunkan jumlah sel goblet (Bradly

et al.,1994), berkurangnya sel goblet ini menyebabkan jumlah lendir yang dihasilkannyapun berkurang, sehingga penyerapan zat makanan oleh usus meningkat. Menurut Basyir (1999), lendir yang dihasilkan oleh sel goblet tersebut di dalam saluran pencernaan ayam dapat menghambat proses absorpsi zat makanan. Hasil penelitian ini didukung oleh Madrigal et al. (1993), bahwa efisiensi penggunaan ransum ayam broiler meningkat dengan adanya penambahan probiotik (50-200g/ton ransum). Penggunaan khamir S.cerevisiae sebagai inokulan pakan dapat meningkatkan kecernaan zat makanan pakan itu, dan bila diberikan pada ayam akan mampu bekerja sebagai mikroba probiotik dalam saluran pencernaan ayam yang akan berdampak pada peningkatan efisiensi penggunaan ransum. Seperti dilaporkan oleh Mulyono et al. (2009), penambahan 1,0%

S.cerevisiae (9 x 109 cfu) yang diperoleh dari ragi roti dalam ransum basal ayam broiler secara nyata meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan protein, dan protein efisiensi ratio.

Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dengan kultur Saccharomyces spp.

(31)

penambahan 1,0% S.cerevisiae (9 x 109 CFU) yang diperoleh dari ragi roti dalam ransum basal ayam broiler nyata meningkatkan kecernaan bahan kering, kecernaan protein, dan protein efisiensi ratio. Suplementasi Aspergillus xlanase dalam ransum berbahan dasar dedak gandum dapat meningkatkan performan ayam broiler (Wu et al., 2005; Huang et al.,

2004).

Penggunaan kultur Saccharomyces spp. sebagai suplemen probiotik maupun inokulan fermentasi ampas tahu akan dapat berfungsi ganda, yaitu dapat meningkatkan nilai nutrisi ampas tahu itu sendiri, dan bila produk fermentasi itu dikonsumsi oleh ayam, maka Saccharomyces spp. tersebut akan dapat berperan sebagai agensia probiotik dalam saluran encernaan ayam. Menurut Wallace dan Newbold (1993), Saccharomyces spp.

dapat meningkatkan kecernaan serat kasar ransum pada bagian sekum menjadi produk asam lemak terbang, yaitu asam asetat, propionat, dan butirat. Asam lemak terbang tersebut, menurut Sutardi (1997) merupakan sumber energi tambahan bagi ayam maupun mikroorganisme di dalamnya. Seperti dilaporkan oleh Piao et al. (l999), bahwa penggunaan 0,10% yeast (Saccharomyces cereviseae) dalam ransum ayam nyata memperbaiki pertambahan berat badan, efisiensi penggunaan ransum, dan pemanfaatan zat makanan, serta menurunkan jumlah N dan P yang disekresikan dalam feses. Hal yang sama dilaporkan Park et al. (l994), bahwa suplementasi 0,10% yeast culture dalam ransum dapat memperbaiki feed intake, FCR, dan pertambahan berat badan ayam.

(32)

meningkatkan nilai cerna kulit kacang kedelai. Kultur Saccharomyces spp. di dalam saluran pencernaan ayam dapat berperan sebagai sumber probiotik dan meningkatkan retensi mineral kalsium, fosfor, dan mangan (Nahashon et al., l994) serta mampu meningkatkan kecernaan protein (Piao et al., l999). Dilaporkan juga oleh Sibbald dan Wolynetz (l986), bahwa retensi energi sebagai protein meningkat dengan semakin meningkatnya konsentrasi protein dalam tubuh.

Peningkatan penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum sampai level 15% ternyata belum mampu memberikan hasil yang meningkat bila dibandingkan dengan control. Hal ini tidak terlepas dari kandungan serat kasar yang tinggi pada ampas tahu. Semakin tinggi penggunaan ampas tahu dalam ransum, semakin meningkat kandungan serat kasar dalam ransum (Tabel 1). Proses biofermentasi pakan akan merombak struktur jaringan kimia dinding sel, pemutusan ikatan lignoselulosa dan lignin, sehingga ransum mudah dicerna. Pada saat berada di dalam saluran pencernaan ternak unggas, mikroba fermenter tersebut (Saccharomyces spp.) akan mampu bekerja sebagai probiotik. Probiotik dalam saluran pencernaan dapat meningkatkan kecernaan zat makanan, meningkatkan retensi protein, mineral Ca, Co, P, dan Mn (Jin et al., 1997), meningkatkan kandungan protein kasar, ADF, dan NDF (Jaelani et al., 2008). Kandungan hemiselulosa menurun, sedangkan kandungan bahan kering relatif tidak terjadi perubahan yang berarti.

Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi dalam ransum ayam nyata dapat meningkatkan berat karkas dan persentase karkas ayam. Hal ini disebabkan karena probiotik dapat meningkatkan kandungan protein dan kecernaan zat makanan lainnya, sehingga retensi protein dan zat makanan dalam tubuh ayam meningkat. Selain itu, khamir

(33)

Peningkatan berat karkas sebagai akibat dari peningkatan berat badan akhir. Peningkatan tersebut disebabkan karena kultur Saccharomyces spp. sebagai sumber probiotik dalam ransum dapat meningkatkan retensi protein, sehingga sintesis urat daging dalam tubuh meningkat. Protein, khususnya asam amino merupakan komponen utama untuk sintesis otot daging (Sukaryani, 1997). Dilaporkan juga oleh Yi et al. (l996), bahwa suplementasi mikroba ke dalam ransum nyata dapat meningkatkan retensi nitrogen pada broiler, proses fermentasi akan memecah protein dan karbohidrat menjadi asam amino, nitrogen, dan karbon terlarut yang diperlukan untuk sintesis protein tubuh (Rahayu et al.,

1989). Tang et al. (2007) menyatakan bahwa peningkatan konsumsi protein dan asam amino lysin pada ayam broiler menyebabkan peningkatan jumlah daging dada dibandingkan dengan konsumsi protein dan lysin yang lebih rendah. Pakan yang mengandung protein tinggi akan meningkatkan komponen daging dalam karkas dan pakan yang mengandung serat kasar tinggi akan menurunkan komponen lemak karkas. Hal senada dilaporkan oleh Al-Batshan dan Hussein (1999) bahwa meningkatnya konsumsi protein akan meningkatkan berat karkas, persentase karkas, dan persentase daging dada

(“breast meat”).

(34)

sintesis lipida di dalam hati. Seperti dilaporkan oleh Tanaka et al. (l992) bahwa penggunaan bahan pakan produk fermentasi dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl-CoA reduktase yang berfungsi untuk sintesis kolesterol atau lipida di dalam hati.

Menurut Harmayani (2004), bakteri probiotik dapat mengasimilasi atau mengikat kolesterol dari usus halus selama pertumbuhannya, sehingga kolesterol menjadi tidak dapat diserap ke dalam aliran darah. Bakteri yang mampu tumbuh dan mengasimilasi kolesterol dalam usus halus mempunyai potensi sebagai pengontrol kadar kolesterol serum darah inang, karena di dalam usus halus terjadi proses absorpsi kolesterol. Kemampuan asimilasi kolesterol oleh bakteri probiotik tersebut bervariasi diantara strain dan memerlukan kondisi yang anaerob serta adanya asam empedu.

Semakin tinggi penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum, maka semakin turun kadar kolesterol serum darah ayam. Hal ini disebabkan karena meningkatnya kandungan serat kasar dan NSP pada ransum yang dikonsumsi oleh ayam sebagai akibat penggunaan ampas tahu terfermentasi dalam ransum. Peningkatan konsumsi serat dan NSP menyebabkan laju aliran ransum meningkat, dan sebagai akibatnya kolesterol di dalam ransum akan keluar melalui gerakan usus, sedangkan garam empedu akan diserap kembali ke dalam darah untuk diedarkan kembali sebagai kolesterol (Suhendra, l992). Pendapat ini didukung oleh Linder (l985) dan Menge et al. (l974) yang menyatakan bahwa fraksi serat kasar yang lain, yaitu pektin dapat mengikat asam empedu dan kolesterol pakan yang selanjutnya diekskresi ke dalam feses. Fraksi serat kasar lainnya, yaitu selulosa ternyata mampu mengikat kolesterol di dalam saluran pencernaan sebesar empat kali berat molekul dari selulosa itu sendiri (Anon., l996 dalam Bidura et al., l996).

(35)

terbatas. Unggas tidak mampu mencerna arabinoxylan dan bahan tersebut dapat menyebabkan terbentuknya gel kental dalam usus halus yang menyebabkan penyerapan lemak dan energi terhambat (Adams, 2000), sehingga deposisi lemak dalam jaringan rendah. Lemak makanan yang dimakan dalam usus dicerna oleh enzim pankreas dan diemulsikan oleh garam empedu menjadi micelles atau kilomikron. Micelles inilah yang diserap oleh tubuh sebagai sumber tenaga dan bahan dasar pembentuk kolesterol, selanjutnya didepositkan pada bagian organ tubuh. Menurut Linder (l985), penurunan kolesterol plasma darah tersebut disebabkan juga karena serat kasar mengikat kolesterol secara langsung, mengikat asam empedu intraluminal dan menghambat sirkulasi

enterohepatik asam empedu.

Aksi utama yang menyebabkan penurunan penyerapan kolesterol pada ransum berserat tinggi adalah sebagai akibat meningkatnya ekskresi lemak, asam empedu, dan kolesterol dari tubuh ayam. Beberapa hasil penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penggunaan kulit kacang kedele dalam ransum nyata menurunkan kadar LDL dan trigliserida darah (Bakhit et al., l994) dan menurunkan kadar kolesterol, trigliserida, dan LDL darah (Piliang et al., l996), serta kolesterol telur ayam (Abdulrahim et al. (l996); Bidura dan Suwidjayana, 2000). Santoso et al. (2001) melaporkan bahwa penggunaan pakan terfermentasi dalam ransum secara nyata menurunkan kandungan trigliserida dan kolesterol dalam hati.

(36)

ternak ayam di dalam kandang, sehingga produktivitas ternak ayam dapat menurun. Kadar gas ammonia sebesar 0,003% di udara, dapat mengakibatkan pH darah naik, reabsorpsi oleh paru-paru, kemampuan oksidasi menurun, menekan pernafasan, dan sirkulasi darah, merusak alat pernafasan dan mata (Arifien, l998). Penurunan kadar N-NH3 pada ekskreta ayam tersebut, menurut Yeo dan Kim (l997) disebabkan karena probiotik dalam ransum (Lactobacillus cassei) dapat menekan aktivitas enzim urease dalam usus kecil, sehingga kadar gas organik dalam ekskreta menurun. Dilaporkan oleh Chiang dan Hsieh (l995), bahwa penurunan kandungan gas organik ekskreta tersebut karena probiotik dapat meningkatkan kecernaan protein pakan dan dapat menurunkan jumlah asam urat. Asam urat tersebut dimanfaatkan menjadi protein organik sehingga keberadaannya di dalam ekskreta menurun. Dilaporkan juga oleh Han et al. (1999), bahwa suplementasi

Aspergillus oryzae dan S.cerevisiae dalam ransum basal secara signifikan dapat meningkatkan jumlah bakteri asam laktat (BAL) serta menurunkan jumlah bakteri E.choli

dan bakteri aerobik dalam ekskreta. Bakteri asam laktat sangat survive dalam saluran pencernaan ternak unggas, dan hal inilah yang dapat menyebabkan jumlah bakteri E.choli

dan kadar N-NH3 dalam ekskreta menurun. Suplementasi probiotik ke dalam ransum secara nyata meningkatkan pertambahan berat badan dan menurunkan kadar N-NH3 feses

(37)
(38)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut ini.

1. Penggunaan 5% ampas tahu terfermentasi oleh isolate Saccharomyces sp yang diisolasi dari feses sapi nyata dapat meningkatkan performans dan karkas ayam broiler umur 2-6 minggu, dan sebaliknya nyata menurunkan jumlah lemak abdomen, kadar serum kolesterol, serta kandungan N-NH3 dalam ekskreta.

2. Penggunaan 15% ampas tahu terfermentasi oleh isolate Saccharomyces sp yang diisolasi dari feses sapi dalam ransum dapat direkomendasikan, karena tidak berpengaruh terhadap performans ayam, serta dapat menurunkan jumlah lemak abdomen, serum kolesterol, dan kadar ammonia dalam ekskreta ayam broiler umur 2-6 minggu.

5.2 Saran

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abdulrahim, S. M., M. S.Y. Haddadin, E. A. R. Haslamoun and R. K. Robinson. l996. The Influence of Lactobacillus acidhophilus and Bacitracin on Layer Performance of Chickens and Cholesterol Content of Plasma and Egg Yolk. British Poult. Sci. 37: 341 - 346.

Adams, C. A., 2000. Enzim Komponen Penting dalam pakan Bebas Antibiotika. Feed Mix Special. http ://www.alabio.cbn.net. (20 Agustus 2003).

Ahmad, R. Z. 2005. Pemanfaatan Khamir Saccharomyces cerevisiae untuk Ternak. Wartazoa Vol. 15 (1): 49-55

Al-Batshan, H. A. and E. O. S. Hussein. 1999. Performance and Carcass Composition of Broiler Under Heat Stress: 1. The Effects of Dietary Energy and Protein. Asian-Aust. J. of Anim. Sci. 12 (6): 914-922

Ariana, I. N. T. dan I G.N.G. Bidura. 2001. Bobot dan Komposisi Fisik karkas Ayam Broiler yang Diberi Ransum dengan Penambahan Serbuk gergaji Kayu, Ragi Tape dan Kombinasinya. Majalah Ilmiah Peternakan 4 (1): 21 – 26

Arsyad, M., H. Syam, dan R. Islamiyati. 2001. Kandungan Kalsium dan Fosfor Buah Kakao yang Difermentasi dengan EM-4 pada Berbagai Lama Penyimpanan. Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak, Fapet Unhas 2 (1): 1 – 10.

Bidura, I. G. N. G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. UPT penerbit Universitas Udayana, Denpasar

Bidura, I.G.N.G. 2012. Isolasi, identifikasi dan uji kemampuan khamir Saccharomyces cerevisiae yang diisolasi dari ragi tape sebagai agensia probiotik dan peningkatan produktivitas itik Bali. Disertasi, Program Studi Doktor Ilmu Ternak, Program Pascasarjana, Universitas Udayana, Denpasar

Bidura, I.G.N.G. dan I.G.P.B. Suastina. 2002. Pengaruh Suplementasi Ragi Tape Dalam Ransum terhadap Efisiensi Penggunaan Ransum. Majalah Ilmiah Peternakan 5 (1): 06 – 11.

Bidura, I.G. N. G., N. L. G. Sumardani, T. I. Putri, dan I. B. G. Partama. 2008a. Pengaruh Pemberian Ransum Terfermentasi terhadap Pertambahan Berat Badan, Karkas, dan Jumlah Lemak Abdomen pada Itik Bali. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 33 (4): 274-281

(40)

Bidura, I.G.N.G., D. P. M. A. Candrawati, D. A. Warmadewi, I. P. Suyadnya, and I.A.S. Aryani. 2011. The increase of protein digestibility and metabolizable energy of rice bran by Saccharomyces cerevisiae fermentation. The 3rd International Conference on Bioscience and Biotechnology. Maintaining World Prosperity trhough Biosciences, Biotechnology and Revegetation. 21-22 September 2011. Udayana University, Denpasar Bali, Indonesia. Organized by Udayana University in Cooperation with Yamaguchi University

Bidura, I.G.N.G., D. A. Warmadewi, D. P. M. A. Candrawati, E. Puspani, I. A. P. Utami, and I. G. A. Aryani. 2009. Effect of Feeding “Ragi Tape” (Yeast culture) May Enhanced Protein, Metabolizable Energy, and Performance of Bali Drake. The International Conference on “Biotechnology for a Sustainable Future”. Denpasar, 15-16 September 2009, Held by Udayana University, Denpasar-Bali

Bidura, I.G.N.G, I. G. Mahardika, I. P. Suyadnya, I.B.G. Partama, I.G. L. Oka, D.P.M.A. Candrawati, and I.G.A.I. Aryani. 2012. The implementation of Saccharomyces spp.n-2 isolate culture (isolation from traditional yeast culture) for improving feed quality and performance of male Bali ducking. Agricultural Science Research Journal. September: Vol. 2 (9): 486-492

Biyatmoko, D. 2003. Pengujian Tingkat serat Kasar Ransum terhadap Kecernaan Zat-Zat

Makanan pada Itik Alabio Jantan. Majalah Ilmiah Pertanian Ziraa’ah Vol. 8 (3):

85-90

Bradley, G. L., T. F. Savage and K. I. Timm. 1994. The effects of Supplementing Diets with Saccharomyces sereviseae var. Boulardii on Male Poult Performance and Ileal Morphology. Poult. Sci. 73: 1766 – 1770

Candraasih, N.N.K. dan I G.N.G. Bidura. 2001. Pengaruh Penggunaan Cangkang Kakao yang Disuplementasi Ragi Tape dalam Ransum terhadap Penampilan Itik Bali. Majalah Ilmiah Peternakan 4 (3) : 67 – 72.

Cao, B. H., X. P. Zhang, Y. M. Guo, Y. Karasawa, and T. Kumao. 2003. Effects of Dietary Cellulose on Growth, Nitrogen Utilization, Retention Time of Diets in Digestive Tract and Caecal Microflora of Chickens. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol 16 (6): 863-866

Duldjaman,M. 2005. Kualitas Karkas Domba yang diberi Pakan Rumput Kering dan Ditambah Ampas Tahu. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis Vol. 30 No. 2 : 81 -87

Harmayani, E. 2004. Peranan Probiotik untuk Menurunkan Kolesterol. Makalah Seminar

Nasional “Probiotik dan Prebiotik sebagai Makanan Fungsional”, tanggal 30

Agustus 2004, Kerjasama Pusat kajian Keamanan Pangan, Lemlit Unud dengan Indonesian Society for Lactic Acid Bacteria (ISLAB). Denpasar: Univ. Udayana. Hong, K. J., C. H. Lee, And S. W. Kim. 2004. Aspergillus Oryzae GB-107 Fermentation

(41)

Huang, M. K., Y. J. Choi, R. Houde, J. W. Lee, B. Lee, And X. Zhao. 2004. Effect Of

Lactobacilli And Acidophilic Fungus On The Production Performance And Immune Responses In Broiler Chickens. Poult. Sci. 88: 788-795

Jaelani, A., W. G. Piliang, Suryahadi, Dan I. Rahayu. 2008. Hidrolisis Bungkil Inti Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Oleh Kapang Trichoderma Reesei Pendegradasi Polisakarida Mannan. Animal Production Vol. 10 (1): 42-49

Kubena, L.F., J.W. Deaton, F.C. Chen and F.N. Reece. l974. Factors Influencing The Quality of Abdominal Fat in Broilers. 2. Cage Versus Floor Rearing. Poultry Sci. 53 : 574 - 576

Kiers, J. L., J. C. Meijer, M. J. R. Nout, F. M. Rombouts, M. J. A. Nabuurs And J. Van Der Meulen. 2003. Effect Of Fermented Soya Beans On Diarrhea And Feed Efficiency In Weaned Piglets. J. Appl. Microbiol. 95:545

Lloyd, L.E., B.E. McDonald and E.W. Crampton. l978. The Carbohidrates and Their Caraka Tani, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Vol 21 (1): 39 – 45.

Mahfudz, L. D. 2006. Efektifitas Oncom Ampas Tahu sebagai Bahan Pakan Ayam. Jurnal Produksi Ternak Vol. 8 (2): 108 – 114

Mahfudz, L. D., K. Hayashi, M. Hamada, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1996. The Effective Use of Shochu Ditellery By-Product as Growth Promoting Factor for Broiler Chicken. Japanese Poult. Sci. 33 (1): 1 – 7

Mangisah, I., B. Sukamto, Dan M. H. Nasution. 2009. Implementasi Daun Eceng Gondok Fermentasi Dalam Ransum Itik. J. Indon. Trop. Anim. Agric. 34 (2): 127-133 Mangisah, I., M. H. Nasoetion, W. Murningsih, Dan Arifah. 2008. Pengaruh Serat Kasar

Ransum Terhadap Pertumbuhan, Produksi Dan Penyerapan Volatile Fatty Acids Pada Itik Tegal. Majalah Ilmiah Peternakan Vol. 10 (3): 83-88

Nurhayati. 2008. Pengaruh Tingkat Penggunaan Campuran Bungkil Inti Sawit Dan Onggok Yang Difermentasi Dengan Aspergillus Niger Dalam Pakan Terhadap Bobot Dan Bagian-Bagian Karkas Broiler. Animal Production Vol 10 (1): 55-59 Mahfudz, L. D., K. Hayashi, K. nakashima, A. Ohtsuka, and Y. Tomita. 1997. A Growth

(42)

Min, B. J. 2006. “Nutritional Value Of Fermented Soy Protein (FSP) And Effect Of FSP

On Performance And Mea Quality Of Pigs”. (Ph.D. Thesis). Seoul, Korea: Department Of Animal Resourches and Science.

Mulyono, R. Murwani, Dan F. Wahyono. 2009. Kajian Penggunaan Probiotik

Saccharomyces Cereviseae Sebagai Alternatif Aditif Antibiotik Terhadap Kegunaan Protein Dan Energi Pada Ayam Broiler.Journal Of The Indonesian Tropical Animal Agriculture Vol.34 (2): 145-151

Park, H. Y., I. K. Han and K. N. Heo. 1994. Effects of Supplementation of Single Cell Protein and Yeast Culture on Growth Performance in Broiler Chicks. Kor. J. Anim. Nutr. Feed 18 (5) : 346 – 351

Piao, X. S., I. K. Han, J. H. Kim, W. T. Cho, Y. H. Kim, and C. Liang. 1999. Effects of Kemzyme, Phytase, and Yeast Supplementation on The Growth Performance and Pullution Reduction of Broiler Chicks. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 12 (1): 36 - 41 Piliang, W. G. dan S. A. H. Djojosoebagio. 1990. Fisiologi Nutrisi. Volume I. Depdikbud,

Dikti, PAU Ilmu Hayati. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Hal. 213-234

Piliang, W.G., S. Djojosoebagio and A. Suprayogi. 1996. Soybean Hull and Its Effect on Atherosclerosis in Non Human Primates (Macaca fasciacularis). Biomed and Environ Sci. 9 : 137 - 143

Rahmadi Dan N. Firahmi. 2003. Pengaruh Penggunaan Ampas Sagu Fermentasi Dalam Ransum Terhadap Penampilan Itik Serati (Anarina). Majalah Ilmiah Pertanian

Ziraa’ah Vol. 8 (3): 102-106

Rahayu, K., Kuswanto, dan S. Sudarmadji. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Rhein, W.D., E.T. Kornegay and M.D. Lindermann. 1992. Evaluation of Yeast Culture Karkas Itik Alabio (Anas Plathyrhincos Borneo) Jantan Akibat Pemberian Azolla Dalam Ransum. Animal Production Vol. 10 (3): 164-167

Saransi, U., I. K. Lana, Dan T. I. Putri. 2004. Teknik Laboratorium. Denpasar: Lab. Kimia, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana.

(43)

Siti, N.W. l996. Pengaruh Ragi Tape Sebagai Sumber Probiotik pada Kecernaan Ransum, Aktivitas Fermentasi dan Populasi Mikrobia Rumen Karbau. Tesis Program Pascasarjana IPB, Bogor

Sjofjan, O. 2008. Pengaruh Penambahan Kultur Khamir Laut (Saccharomyces Sp) Dalam Pakan terhadap Kualitas Karkas Ayam Pedaging. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan Brawijaya Vol 18 (2): 102-115

Smith, J.B. and S. Mangkoewidjojo. L987. The Care, Breeding and Management of Experimental Animal for Research in The Tropics. IDP Publizer, Canberra.

Stanley, V. G., R. Ojo, S. Woldesenbet, D. Hutchinson and L.F. Kubena. 1993. The Use of Saccharomyces sereviseae to Supress the Effects of Aflatoxicosis in Broiler Chicks. Poult. Sci. 72: 1867 – 1872

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed. McGraw-Hill International Book Co., London.

Suprapti, S. W. H., J. Wahju, D. Sugandi, D. J. Samosir, N. R. Anwar, A. A. Mattjik, And B. Tangenjaya. 2008. Implementasi Dedak Padi Terfermentasi Oleh Aspergillus Ficuum Dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Ransum Serta Performans Produksi Ayam Petelur. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Vol 33 (4): 255-261

Sutardi, T. 1997. ”Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-Ilmu Nutrisi Ternak”. (Orasi), Bogor: Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Fakultas Peternakan, IPB.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Tang, M. Y., Q. G. Ma, X. D. Chen And C. Ji. 2007. Effects Of Dietary Metabolizable Energy And Lysine On Carcass Characteristics And Meat Quality In Arbor Acres Broiler. AJAS Vol. 20 (12): 1865-1873

Utama, C. S. N. 2011. Potensi Probiotik Bekatul. Poultry Indonesia. Vol VI, September: 78-80

Wahju, 1989. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyudi, A. dan L. Hendraningsih. 2007. Probiotik. Konsep, Penerapan, Dan Harapan. Buku Ajar. Malang: Fakultas Peternakan-Perikanan, Universitas Muhammadiyah. Wallace, R.J. and W. Newbold. l993. Rumen Fermentation and Its Manipulation : The

Development of Yeast Culture as Feed Additive. p : 173-192, In. T.P. Lyons Ed. Biotechnology in The Feed Industry Vol. IX. Altech Technical Publ. Nicholsville, KY.

(44)

Wu, Y., C. Lai, S. Qiao, L. Gong, W. Lu And D. Li. 2005. Properties Of Aspergillus Xylanase And The Effects Of Xylanase Supplementation In Wheat-Based Diets On Growth Performance And The Blood Biochemical Values In Broiler. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol 18 (1): 66-74

Wu, Y., C. Lai, S. Qiao, L. Gong, W. Lu And D. Li. 2005. Properties Of Aspergillus Xylanase And The Effects Of Xylanase Supplementation In Wheat-Based Diets On Growth Performance And The Blood Biochemical Values In Broiler. Asian-Aust. J. Anim. Sci. Vol 18 (1): 66-74

(45)

LAMPIRAN 1. JUSTIFIKASI PENGGUNAAN ANGGARAN

RINCIAN PENGGUNAAN DANA 100% X Rp.21.000.000 = Rp.21.000.000; Tim

Beli 120 ekor ayam broiler jantan umur 2 minggu di peternak lokal

170 ekor 15.000 2.550.000

Sub Total 2.550.000

Ransum ayam selama penelitian 6 sak 400.000 2.400.000

Ember plastik besar dg tutup kapasitas 30 liter (untuk tempat pakan)

24 buah 10.000 240.000

Ampas tahu 100 kg 3.000 300.000

Tempat pakan dan air minum dari plastik 48 bh 10.000 480.000

Sub Total 3.420.000

Bahan kimia untuk analisis kolesterol dan Analisis Proksimat pakan (protein, serat kasar, DM, dan BO)

Asam Borak ... 1 botol 1.622.000 1.622.000

Artikel International 1 Paket 750.000 750.000

(46)

LOGBOOK

CATATAN HARIAN PENELITIAN

Judul Penelitian Pemanfaatan Ampas Tahu Terfermentasi dalam Ransum terhadap Performans, Karkas, Lemak Abdomen, dan Kolesterol Broiler

Tim Peneliti

Ni Made Witariadi, S.Pt. MP NIDN. 0004117202 Anak Agung Putu Putra Wibawa,S.Pt.,M.Si NIDN. 0022066902 I Wayan Wirawan, S.Pt.,MP NIDN. 0013067807

RINCIAN PENGGUNAAN DANA 70% X Rp.21.000.000 = Rp.14.700.000; Tgl/Bln/Th

Ransum ayam selama penelitian 6 sak 400.000 2.400.000

(47)

Lampiran 3. Dukungan sarana dan Prasarana Penelitian

Sarana dan prasarana yang dimiliki untuk menunjang kelancaran penelitian ini adalah sebagai berikut:

Sarana dan Prasarana Penelitian Lapangan

 Kandang ayam colony permanen sebanyak 50 unit terbuat dari bilah bambu dan kawat burung yang terletak di Stasiun Penelitian, Fapet, Unud di Bukit Jimbaran Bali. Bangunan tempat penyimpanan bahan pakan

 Bangunan tempat pencampuran ransum dan tempat biofermentasi pakan,

 Saluran air bagi ternak (untuk minum)

 Tempat pembuangan limbah kotoran ternak

 Petani ternak yang mempunyai kemauan berusaha yang tinggi. Prasarana Penelitian Laboratorium

 Peralatan Laboratorium di Lab. Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan Unud

 Peralatan analisis proksimat, seperti penggilingan (alat reparasi sampel padat), oven untuk DW dan DM, tanur listrik, peralatan destilasi ICW (Ivan, Clack, White), peralatan destruksi, peralatan titrasi, penangas pasir, bomb kalorimeter, pompa vacum, kondensor, neraca analitik, desikator, cawan porselin, berbagai jenis labu, erlenmeyer, buret, gelas piala, pinset, pipet ukur (automatic)

 Peralatan analisis cairan rumen, seperti destilasi markham, titrasi (buret dll), spectrofotometer, tabung spectro, rak tabung, labu ukur, erlenmayer, buret, gelas piala, sentrifuge, pH meter, mikroskop, counting chamber, dan peralatn penunjang lainnya.

Peralatan di Laboratorium Analitik Universitas Udayana, seperti AAS (Automatic absorbtion spectrofotometer), cuvet, hot plate, peralatan kromatografi, sentrifuge, dan berbagai peralatan penunjang lainnya.

Keterangan Tambahan

(48)

Gambar

Gambar 3.1. Kandang battery colony bertingkat
Tabel 1. Komposisi bahan dan zat makanan dalam ransum ayam broiler umur 2-6 minggu
Gambar 3.2. Ampas tahu segar
Gambar 3.3.Dari kiri ke kanan (ayam bersih, saluran pencernaan, lemak abdomen, dan karkas ayam)
+2

Referensi

Dokumen terkait

terhadap komposisi fisik karkas broiler umur 6 minggu, di samping itu juga dapat memberi informasi kepada petani peternak tentang penggunaan ampas tahu difermentasi

Jenis dan Waktu pemberian ransum pada ayam broiler berpengaruh tidak nyata pada performans ayam broiler, terhadap semua parameter yang diamati seperti konsumsi

Data persentase karkas dan bobot organ dalam ayam broiler (rempela, tebal usus dan lemak abdomen) akibat pemberian ampas mengkudu dan antibiotika ZnB tidak menunjukkan hasil

Pengaruh Penggunaan Tepung Rumput Laut ( Gracilaria verrucosa ) Terfermentasi dalam Ransum Terhadap Produksi Karkas Ayam Broiler.. ( the effect of the fermented seaweed

Pemberian onggok terfermentasi Bacillus mycoides dalam ransum tidak memberikan pengaruh (F hitung &lt; F tabel) terhadap konversi ransum dan persentase karkas

Penggunaan produk fermentasi campuran ampas sagu dan ampas tahu sampai level 21% dalam ransum tidak menurunkan performa ayam broiler, tetapi dapat menurunkan kan- dungan

Hasil penelitian penggunaan Tepung Ampas Bir (TAB) dalam ransum terhadap bobot badan akhir, bobot dan persentase karkas ayam broiler dapat dilihat

Jenis dan Waktu pemberian ransum pada ayam broiler berpengaruh tidak nyata pada performans ayam broiler, terhadap semua parameter yang diamati seperti konsumsi