HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT JALAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGA KECAMATAN TENGA
Anastasia P. Kawalot. Grace D. Kandou, Febi K. Kolibu.
* Fakultas Kesehatan Masyarakat
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas tenga. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain case kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dengan kasus 50 dan kontrol 50. penelitian ini menggunakan teknik random sampling dan maching pada jenis kelamin dan umur. Variabel yang diteliti adalah aktifitas fisik dan riwayat keluarga pasien DM. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian DM dengan Pvalue=0,026 OR=0,358; (CI(95%)=0,143-0,899). Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian DM dengan Pvalue=0,000 OR=8,273; (CI(95%)=3,357-20,388). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas tenga. Saran dalam penelitian ini melakukan penelitian yang sama dengan variabel dan lokasi berbeda juga dpa menjadi landasan untuk penelitian lanjutan.
Kata Kunci : Diabetes Melitus, Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga
ABSTRACK
Diabetes mellitus (DM) or called diabetes is a chronic metabolic disease disorder caused by the pancreas does not produce enough insulin or the body can not use effectively produced insulin. The purpose of this study to determine the relationship between physical activity and family history with the incidence of diabetes mellitus type 2 in outpatients in the work area of puskesmastenga. This research is an analytic survey research using case control design. Sample in this research is counted 100 respondent with case 50 and control 50. this research use random sampling and maching technique at gender and age. The variables studied were physical activity and family history of DM patients. Bivariate analysis using chi-square test. The results showed that there is a relationship between physical activity with the incidence of DM with Pvalue = 0.026 OR = 0.358; (CI (95%) = 0.143-0.899). There is a relationship between family history with DM incidence with Pvalue = 0,000 OR = 8,273; (CI (95%) = 3,357-20,388). The conclusion of this research is there is relationship between physical activity and family history with the incidence of diabetes mellitus type 2 in outpatient in working area of puskesmastenga. Suggestions in this study do the same research with different variables and locations also can be the basis for further research.
Keywords: Diabetes Mellitus, Physical Activity, Family History
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia). (Riskesdas, 20013). Menurut IDR terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progesif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Riskesdas,2013).
Secara global WHO memperkirakan PTM telah menyebabkan telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita diabetes dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi dewasa. Sedangkan di Amerika serikat jumlah penderita diabetes pada tahun 1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang(Maulana,2008).
Menurut data WHO, dunia kini dialami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000
pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun ( Bustan, 2007).
Prevalensi DM pada populasi dewasa di seluruh dunia akan mengalami kenaikan sebesar 35%, yaitu dari angka prevalensi 4,0% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2025. WHO menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang menderita DM di dunia akan meningkat dari 135 juta pada tahun 1995 menjadi 300 juta pada tahun 2025.
Peningkatan terbesar jumlah DM akan terjadi di Negara-negara berkembang (Gibney 2009).
Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM diperhitungkan mencapai 125 juta pertahun, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun mendatang. Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di Negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2%-2-3% dari penduduk usia lebih 15 tahun. Peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi DM yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya di kalangan 10 besar penyakit (leading disease) selain itu DM juga makin memberi kontribusi yang lebih besar terhadap kematian (ten diseases leading cause of diseases) (Bustan, 2007).
Survei yang dilakukan oleh WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika serikat.
Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,
diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita (Maulana, 2008).
Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Minahasa Selatan tahun 2015 yaitu data penyakit tidak menular, diabetes melitus merupakan penyakit yang prevalensinya tinggi.Data Dinas Kesehatan Minahasa Selatan menunjukkan kunjungan pasien rawat jalan penderita diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan di setiap puskesmas yang ada di minahasa selatan yaitu sebanyak 1.089 pasien. Dan puskesmas yang mendapatkan kenjungan pasien penderita diabetes melitus yang tertinggi sesuai data dari Dinas Kesehatan Minahasa Selatan adalah Puskesmas Tenga dengan prevalensi yang menderita diabetes melitus sebanyak 227 pasien diabetes melitus pada tahun 2015.
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu Aktivitas Fisik dan Riwayat Keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Kunthi Wandansari (2013) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. a Aktivitas fisik yang menjadi kebiasaan berbagai aspek (domain) kehidupan sehari-hari ketika aktivitas fisik dilakukan harus dikenali. Domain ini biasanya meliputi aktivitas fisik pada saat bekerja, selama transportasi atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, sewaktu
melakukan pekerjaan rumah tangga, berkebun, dan aktivitas fisik pada saat bersantai dan berekreasi.
Menurut Ari Fatmawati (2010) diabetes merupakan penyakit keturunan, artinya bila orang tua mendertita diabetes, anak-anaknya akan menderita diabetes juga.
bukti yang paling meyakinkan akan adanya faktor genetik adalah penelitian yang dilakukan pada saudara kembar identik penyandang DM, hampir 100% dapat dipastikan akan juga mengidap DM.
Penelitian lain menunjukkan bahwa seseorang beresiko terkena DM bila mempunyai riwayat keluarga DM. semakin dekat hubungan (garis keturunan), semakin besar pula risiko untuk terkena DM.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2010) di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak menunjukkan ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana responden yang mempunyai riwayat keluarga diabetes melitus memiliki risiko 2,97 kali untuk menderita diabetes melitus tipe 2 di bandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga diabetes melitus.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis
penelitian survei analitik dengan
menggunakan desain case control(kasus
control) dimana faktor risiko dipelajari
dengan menggunakan pendekatan
retrospective ( Notoatmodjo,
2010).Penelitian ini akan dilaksanakan di
wilayah Puskesmas Tenga pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016.
Populasi dalam kelompok kasus pada penelitian ini adalah pasien yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tenga yang telah terdiagnosis oleh dokter menderita penyakit Diabetes Melitus. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel yaitu 50 sampel untuk kelompok kasus dan 50 sampel untuk kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan riwayat keluarga.
Data primer dilakukan dengan memberikan pertanyaan lewat kuesioner kepada pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Tenga kecamatan Tenga yang berisi pertanyaan mengenai aktivitas fisik danriwayat keluarga. Data sekunder dikumpulkan melalui data yang di dapat dari
bagian rekam medis dan profil Puskesmas Tenga. Data tersier berupa data yang diperoleh melalui textbook, skripsi, jurnal ilmiah, dan tesis data diolah melalui beberapa cara yaitu Editing (data yang sudah terkumpul diedit untuk mengecek kelengkapan data dan keseragaman data untuk menjamin validitas data), Coding (Pemberian kode dan skor terhadap jawaban responden, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data).Tabulating (Pembuatan tabel untuk variabel yang dianalisa).Entry data (Memasukkan data ke dalam program komputer). Analisis data untuk memperoleh makna dan arti dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan Pvalue α=0,05, Confidence Interval (CI) = 95%, dan Odds Ratio (OR) dengan bantuan SPSS.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Tabel 1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pada kategori Aktivitas Fisik Ringan dengan Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 72 (72,0%) dengan kelompok kasus 31 (31,0%) responden dan kelompok kontrol 41 (41,0%)
responden sedangkan responden pada kategori Aktivitas Fisik Sedang dengan Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 28 (28,0%) dengan kelompok kasus 19 (19,0%) responden dan kelompok kontrol 9 (9,0%) responden. Hasil perhitungan Aktivitas
Fisik
Kelompok
Total P
value