• Tidak ada hasil yang ditemukan

LISTEN AND DO DALAM PEMBELAJARAN LISTENING DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LISTEN AND DO DALAM PEMBELAJARAN LISTENING DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Listen and do dalam Pembelajaran Listening di Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015.

1) Mahasiswa PGSD UPI Kampus Cibiru, NIM 1105708 2) Dosen Pembimbing I, Penulis Penanggung Jawab 3) Dosen Pembimbing II, Penulis Penanggung Jawab

LISTEN AND DO DALAM PEMBELAJARAN LISTENING DI SEKOLAH DASAR

Sabila Dina

1

, Winti Ananthia

2

, Didin Syahruddin

3

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

sabilla.dina@yahoo.com

SABILA DINA 1105708 ABSTRAK

Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional dibutuhkan oleh setiap orang. Terdapat empat keterampilan bahasa Inggris yang hendaknya dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan listening, speaking, reading, dan writing. Keterampilan listening merupakan keterampilan awal yang sebaiknya dikuasai anak sebelum keterampilan lainnya. Namun pada hakikatnya, dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya listening peserta didik kurang memiliki minat untuk mempelajarinya. Selain itu, translation dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk memperkenalkan bahasa Inggris. Sehingga kurangnya pembendaharaan yang dimiliki anak karena pembelajaran yang kurang tepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran listening dengan listen and do; 2) memperoleh gambaran tentang hasil belajar listening dengan listen and do. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model Elliot yang dilaksanakan sebanyak tiga siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tiga tindakan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Rancaekek II yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi, lembar wawancara, lembar catatan lapangan, dan worksheet. Hasil penelitian nenunjukkan bahwa: 1) proses pembelajaran listening dengan listen and do dilakukan dalam tiga tahap, yaitu; prasimak, menyimak, dan pascasimak. 2) dengan menggunakan listen and do, terjadi peningkatan hasil belajar listening disetiap siklusnya yaitu siklus I 52,12; siklus II 66,06; dan siklus III 79,69. Berdasarkan hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa listen and do dapat meningkatkan nilai proses dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran listening. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi dan saran bagi guru, sekolah, dan peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia, Penelitian Tindakan Kelas,

keterampilan listening, listen and do, sekolah dasar.

(2)

Listening di Sekolah Dasar

LISTEN AND DO IN LISTENING SKILL AT ELEMENTARY SCHOOL

Sabila Dina

1

, Winti Ananthia

2

, Didin Syahrudin

3

Program Studi PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru

sabilla.dina@yahoo.com

Sabila Dina 1105708 ABSTRACT

There are four language skills that should be mastered by students. The skills are; listening, speaking, reading, and writing. Listening skill should be mastered by students’ before other skill. But basically, the problems in learning English, especially in listening skills, is generally caused by a lack of students’ interest in giving attention in the process of learning English. It is generally caused by inconsistency between the materials, methods and media used in the learning process. The teacher often used the translation method to explain all materials. To overcome these problems, teachers should help to improve the students’ interest and curiosity of English, especially in developing listening skills. The purpose of this paper is to describe of the learning outcomes listening by listen and do.

This research method in this paper is Elliot’s classroom action research, consists of three cycles with three action in each of the cycles. The media use in the research are pictures and puppets. The research was conducted at the 4th grade of Rancaekek II elementary school, Bandung. The research subjects are 33 students. The results of this research shows that pre listening, listening and post listening. Listen and do activity had increased the students’ learning outcome: cycle I 52.12; cycle II 66.06 and cycle III 79.69. In conclusion, listen and do activity in the 4th grade of Rancaekek II Elementary School can improve the students’ listening skill in learning English. This research also provided recommendation and suggestion for teachers, schools, and further research.

Key word: Listening Skill, Listen and Do, Classroom Action Research, Elementary

School.

(3)

Listen and Do dalam Pembelajaran Listening di Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015.

Bahasa berarti komunikasi, tanpa adanya bahasa seseorang tidak dapat berkomunikasi dengan yang lainnya.

Dimanapun manusia berada tentu tidak akan terpisahkan dengan interaksi dan bahasa yang menjadi pengantar adanya interaksi didalam proses sosialisasi.

Dengan bahasa sebagai media komunikasi, setiap individu dapat menyampaikan maksud yang ingin disampaikan kepada individu lain yang menjadi tujuan untuk menerima pesan tersebut. Seiring dengan perkembangan zaman, seluruh negara di dunia tidak bisa lagi mengandalkan bahasanya masing- masing untuk berkomunikasi dengan negara-negara lain. Maka dari itu, diperlukan bahasa pengantar untuk dapat berkomunikasi antar negara. Hampir sebagian besar negara-negara menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Crystal (2003, hlm. 66) bahwa jumlah penutur bahasa Inggris yang fasih dan kompeten sekitar seperempat dari jumlah seluruh penduduk di dunia atau 1,2 miliar sampai 1,5 miliar orang.

Pendapat Crystal membuktikan bahwa kini bahasa Inggris menjadi bahasa yang mendunia.

Meningkatnya kebutuhan berbahasa Inggris tentunya juga berlaku di Indonesia. Bahasa resmi yang digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah bahasa Indonesia. Selain bahasa Indonesia terdapat bahasa-bahasa lain yang dipakai yaitu bahasa daerah dan bahasa asing (bahasa Inggris). Di Indonesia, tidak hanya sekolah tingkat SMP dan SMA saja yang yang mempelajari bahasa Inggris, akan tetapi pada tingkat SD pun pelajaran bahasa Inggris sudah diajarkan dengan tujuan untuk melatih kompetensi berbahasa Inggris lebih awal. Berdasarkan Dokumen Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar KTSP 2006 (Depdiknas, 2006, hlm. 15) bahwa Bahasa Inggris diajarkan sejak sekolah

dasar untuk melatih kompetensi berbahasa Inggris lebih awal. Menurut Brewster dkk (2002, hlm. 3) siswa sekolah dasar yang berusia sekitar 6-12 tahun dianggap memiliki kemampuan yang sangat baik dalam memahami dan meniru apa yang didengarnya.

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, terdapat empat keterampilan bahasa. Empat keterampilan bahasa tersebut diantaranya listening (menyimak), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis). Namun dalam artikel ini, penulis memilih salah satu keterampilan dalam bahasa Inggris yaitu listening.

Alasan pertama mengapa penulis memilih keterampilan tersebut karena menurut Linse (2005, hlm.22) listening as a fondation skill for other skill is describe next. Listening sebaiknya diajarkan pertama kali sebelum mengembangkan keterampilan lainnya. Alasan kuat lainnya yang dipilih oleh penulis yaitu karena pada saat penulis melakukan sebuah observasi di SDN Rancaekek II, masalah utama yang ditemukan oleh penulis yaitu masih kurangnya guru dalam mengembangkan keterampilan listening bagi anak. Guru cenderung mengajarkan dengan metode translation dan keterampilan listening terkesan hanya sebagai pengiring dalam menyampaikan materi. Padahal dalam kenyataannya keterampilan listening ini adalah pangkal dari ketiga keterampilan bahasa lainnya.

Proses listening dalam pembelajaran bahasa Inggris sangat penting dan tidak dapat dianggap hanya sebatas aktivitas pengiring saja. Semakin banyak siswa memperoleh pengalaman listening maka semakin besar pula kemungkinan mereka mendapatkan input kosakata bahasa Inggris dan tentu saja semakin besar pula kemungkinan kemampuan output mereka bertambah.

Abidin (2012, hlm. 104) mengemukakan

bahwa menyimak merupakan salah satu

keterampilan berbahasa yang reseptif dan

(4)

Listening di Sekolah Dasar apersiatif. Reseptif maksudnya ialah

mampu memahami apa yang disimak dan apersiatif yaitu mampu merespon apa yang disimak. Dengan kata lain, listening bukanlah aktivitas pasif melainkan aktivitas aktif dimana seseorang melakukan aktvitas untuk memahami informasi yang dijadikan bahan simakan.

Pembelajaran listening pada dasarnya berorientasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyimak informasi yang terkandung dalam sebuah materi yang disajikan secara lisan.

Namun pada kenyataannya, mengembangkan keterampilan listening siswa di sekolah dasar bukanlah hal yang mudah. Pembelajaran listening dianggap sulit oleh peserta didik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya penggunaan metode dan teknik yang kurang tepat, materi listening terkadang dihindari oleh guru, suara guru kurang jelas dalam menyampaikan materi, materi yang disampaikan monoton tidak sesuai dengan karakteristik siswa, dan kurangnya menggunakan media pembelajaran.

Listen and do merupakan metode dalam pembelajaran listening. Aktivitas pembelajaran menggunakan listen and do merupakan aktivitas yang menarik dengan memberikan kesempatan pada siswa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris melalui aktivitas hands on activity. Penggunaan listen and do dalam pengajaran bahasa mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengaktifkan siswa untuk memahami bahasa asing yang dipelajarinya, termasuk bahasa Inggris.

Listen and do membuat siswa menjadi aktif dalam mempelajari bahasa dan secara tidak sadar siswa menghafal kata yang sedang dipelajari melakukan aktivitas bergerak. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Pinter (2006, hlm. 102) bahwa semakin banyak kata yang mereka pahami, maka akan

semakin mudah bagi mereka untuk dapat memahami bahasa Inggris. Dalam penelitian, penulis mengimplementasikan metode listen and do, dengan menggunakan beberapa teknik diantaranya listen and colour, listen and match dan listen and identify. Kegiatan listen and color merupakan kegiatan dimana guru menyediakan gambar yang belum memiliki warna kemudian guru memberikan instruksi menggunakan bahasa Inggris yang jelas berupa perintah untuk mewarnai gambar dengan warna yang guru ucapkan. Siswa merespon instruksi tersebut dengan mewarnai gambar sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru. Selanjutnya kegiatan listen and match berupa kegiatan dengan melakukan matching picture and number. Guru memberikan worksheet berupa dua buah kolom. Kolom kanan merupakan nomor sedangkan kolom kiri merupakan gambar. Kegiatannya adalah guru memberikan intruksi menggunakan bahasa Inggris yang jelas menyebutkan kosa kata bahasa Inggris misalnya

“Number one, blue pants”. Maka siswa menjodohkan dengan cara menarik garis lurus antara nomor satu pada kolom kiri dengan gambar celana berwarna biru pada kolom kanan. Adapun kegiatan listen and identify merupakan kegiatan siswa mengidentifikasi gambar dimana guru menyediakan banyak gambar, kemudian siswa mengidentifikasi gambar manakah yang disebutkan oleh guru dengan cara pemberian label. Ketiga teknik tersebut akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna, menarik, dan dapat mengatasi ketidaksiapan siswa pada saat akan merespon dalam bentuk verbal.

METODE

Metode yang digunakan pada

penelitian ini adalah metode Penelitian

Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan

penelitian yang diarahkan untuk

(5)

Listen and Do dalam Pembelajaran Listening di Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015.

memecahkan masalah yang terjadi dalam lingkup kelas dalam kegiatan pembelajaran. PTK ini berupa perbaikan yang dilakukan secara bersiklus.

Perbaikannya tentu mencakup kegiatan pembelajaran, baik perbaikan terhadap proses maupun hasil belajar siswa. Hal- hal tersebutlah yang melatarbelakangi peneliti memilih penelitian tindakan kelas. PTK secara sederhana menurut Abidin (2011, hlm. 216) adalah

“seperangkat proses penelitian yang dilakukan dengan jalan mengidentifikasi masalah melakukan sesuatu untuk memecahkannya, melihat keberhasilan pemecahan masalah tersebut dan jika belum memuaskan akan dilakukan beberapa pengulangan”. Dengan demikian, maka PTK harus terdiri dari banyak tindakan untuk mengantisipasi belum tercapainya hasil yang diharapkan.

Desain penelitian yang digunakan yaitu model Elliot. Langkah penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah dengan melakukan observasi selama proses pembelajaran dan mewawancarai wali kelas. Langkah selanjutnya yaitu mengumpulkan data mengenai penyebab masalah yang dialami siswa, yaitu kurangnya media pembelajaran yang digunakan. Kemudian peneliti melakukan perencanaan untuk siklus I kegiatan apa saja yang dilakukan pada tindakan satu, tindakan dua, dan tindakan tiga. Setelah itu melaksanakan tindakan tersebut selama satu siklus. Peneliti melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Kemudian mengadakan refleksi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya.

PTK ini dilaksanakan di SDN Rancaekek II Kabupaten Bandung.

Adapun partisipan atau subjek penelitiannnya adalah siswa kelas IV.

Subjek penelitian berjumlah 33 orang yang terdiri atas 15 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Siswa kelas IV ini memiliki latar belakang pengetahuan bahasa Inggris yang kurang. Terdapat

beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, dan worksheet.

1. Lembar observasi merupakan lembar pengamatan terhadap guru dan siswa yang digunakan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

2. Lembar wawancara merupakan lembar pedoman pengumpulan data yang akan diperoleh melalui pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan dalam lembar wawancara berhubungan dengan kesulitan yang dihadapi serta kesan-kesan yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

3. Catatan lapangan merupakan instrumen yang memuat berbagai temuan peneliti pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung di luar hal-hal yang tertera pada lembar observasi, terutama hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan metode storytelling.

4. worksheet adalah jenis bahan ajar yang terdiri dari identitas mata pelajaran, tujuan, dan petunjuk penggunaan yang dikerjakaan speserta didik baik secara berkelompok, berpasangan ataupun individu selama kegiatan belajar menagajar berlangsung. Isi dari worksheet disesuaikan dengan materi, tema dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Adapun analisis data yang peneliti lakukan yaitu analisis data kualitatif, analisis data kuantitatif, dan triangulasi.

Analisis data kualitatif berupa penjabaran atau deskripsi mengenai hasil penelitian.

Datanya sendiri diperoleh dari instrumen

pengumpulan data, yaitu lembar

observasi, lembar wawancara, catatan

lapangan dan worksheet. Data-data yang

berhubungan dengan pelaksanaan

pembelajaran ini kemudian dianalisis dan

disimpulkan. Teknik kuantitatif

(6)

Listening di Sekolah Dasar merupakan teknik yang digunakan

penelitian untuk mengukur variabel, menilai dampak variabel terhadap hasil penelitian, mengetes sebuah teori atau mengembangkan teori, dan mengaplikasikan hasil untuk sejumlah besar orang (populasi). Analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan rumus rata-rata (Abidin, 2011).

𝑥̅= ∑x N Dengan:

𝑥̅= rata-rata (mean)

∑x = jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek

Penelitian ini dikatakan berhasil jika nilai rerata kelas penelitian mengalami peningkatan disetiap siklusnya hingga di akhir siklusnya mencapai rata-rata Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM). Diketahui bahwa KKM bahasa Inggris di SD tempat dilaksanakannya penelitian adalah 70.

Depdikbud (dalam Trianto, 2010, hlm.

24) menyatakan bahwa “suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan klasikal) siswa ≥85% siswa yang telah tuntas belajarnya”. Berdasarkan pendapat tersebut, standar keberhasilan dalam penelitian ini adalah jika 85%

siswa mencapai KKM yang ditentukan oleh SDN Rancaekek II, yaitu 70.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai dengan melakukan perencanaan pembelajaran pada siklus I. Perencanaan yang dilakukan yaitu mempersiapkan instrument penelitian dan instrument pembelajaran. Pelaksanaan siklus I terdiri atas tiga tindakan. Tema yang digunakan adalah clothes. Pada tindakan 1 kegiatan yang dilakukan yaitu listen and color secara berkelompok dengan mengisi lembar kegiatan coloring berdasarkan

instruksi yang diberikan guru. Pada tindakan 2 siswa melakukan kegiatan listen and match secara berpasangan bersama teman sebangku. Kegiatan kelompok bertujuan agar siswa dapat berlatih mengerjakan worksheet pada tindakan 3. Seperti yang diungkapkan oleh John Dewey (dalam Mooney, 2000, hlm.5) bahwa siswa dapat menambah ilmu pengetahuan barunya dengan saling berinteraksi bersama teman atau lingkungan sosial. Pada tindakan 3 siswa melakukan listen and identify secara individu dengan mengidentifikasi gambar sesuai dengan vocabulary yang telah diajarkan pada tindakan 1 dan tindakan 2.

Temuan pada siklus I yaitu siswa belum terbiasa dengan sapaan bahasa Inggris yang dilakukan guru. Kemudian siswa belum paham terhadap instruksi yang diberikan dalam bahasa Inggris.

Siswa kebingungan dan guru harus mengulangnya beberapa kali. Kemudian pada tindakan pertama, siswa kurang paham dengan peraturan mengerjakan worksheet listen and do. Kondisi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung kurang kondusif, terdapat siswa yang mengobrol dan tidak memperhatikan.

Ketika diminta untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran, siswa kelihatan kurang percaya diri. Hal tersebut berpengaruh pada penilaian hasil belajar yang diperoleh dari tindakan 1 sampai tindakan 3. Adapun rerata nilai hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 52,12.

Pelaksanaan siklus II merupakan

perbaikan dari siklus I. Penggunaan siklus

II menggunakan tema animals. Guru akan

membiasakan sapaan bahasa Inggris

kepada siswa dengan menggunakan lagu

good morning. Kemudian dalam

pemberian instruksi, guru menggunakan

instruksi yang lebih sederhana dan

pendek sehingga mudah dipahami oleh

siswa. Selain itu, guru melakukan

recasting ketika siswa belum memahami

instruksi yang diberikan. Sebagai upaya

(7)

Listen and Do dalam Pembelajaran Listening di Sekolah Dasar Volume 3, Nomor 3, Desember 2015.

menciptakan situasi kelas yang lebih kondusif, guru memberikan aturan yang tegas. Guru juga memberikan reward kepada siswa yang aktif agar siswa termotivasi untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran.

Tindakan-tindakan yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus sebelumnya. Adapun temuan pada siklus ini yaitu siswa telah terbiasa dengan sapaan bahasa Inggris sehingga pada saat guru menyapa dengan menggunakan bahasa Inggris, siswa tidak ragu-ragu untuk menjawab. Kemudian siswa sudah cukup memahami penggunaan instruksi dalam bahasa Inggris, sehingga kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih mudah.

Adapun rerata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu 66,06.

Pelaksanaan siklus III tidak jauh berbeda dengan siklus-siklus sebelumnya, Pada siklus ini guru menggunakan tema occupation. Temuan yang diperoleh pada siklus III yaitu siswa telah paham mengenai instruksi dalam bahasa Inggris yang digunakan oleh guru.

Kemudian situasi dalam kelas lebih kondusif sehinga kegiatan pembelajaran yang dilakukan menjadi tertib dan nyaman. Selain itu, siswa sangat senang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan listen and do. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar siswa pada setiap siklus. Pada siklus III rerata nilai hasil belajar siswa yaitu 79,69.

Kemampuan listening siswa dalam penelitian ini dilihat dari nilai proses dan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa. Nilai proses didapat dari nilai tindakan 1 dan tindakan 2 yang dikerjakan secara berkelompok sedangkan nilai hasil belajar didapat dari kegiatan yang dilakukan secara individu pada tindakan 3. Adapun h

asil belajar siswa menggunakan listen and do dapat diperoleh dari penilaian ketepatan siswa dalam melakukan intruksi sesuai dengan

perintah guru. Linse (2005, hlm. 146) mengemukakan ada dua komponen utama yang menjadi penilaian keterampilan listening. Komponen yang pertama adalah penilaian kemampuan siswa membedakan suara yang berbeda, seperti bat/bad, mad/mat. Kemudian komponen yang kedua adalah penilaian pemahaman listening siswa atau dalam kata lain adalah ketepatan siswa merespon instruksi guru. Pendapat Linse (2005) mengenai penilaian ketepatan listening siswa sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Georgiou dan Pavlov (2003) bahwa kemampuan listening siswa dapat dinilai berdasarkan ketepatan siswa dalam merespon instruksi guru.

Rerata nilai hasil belajar siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai hasil belajar siswa meningkatkan pada setiap siklusnya.

Pada siklus I rerata nilai hasil belajar siswa adalah 51,13. Pada siklus II rerata nilai hasil belajar siswa adalah 64,93 dan pada siklus III rerata nilai hasil belajar siswa adalah 75,71. Dengan demikian, penggunaan listen and do dalam pembelajaran listening dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa.

Media big book dapat berpengaruh positif terhadap kemampuan writing siswa.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan di kelas IV SD Negeri Rancaekek II Kabupaten Bandung dengan menggunakan metode listen and

51.13

64.93 75.71

0 20 40 60 80

Siklus I Siklus II Siklus III

Nilai Siswa

Siklus ke-

(8)

Listening di Sekolah Dasar

do dalam keterampilan listening, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran listening siswa kelas IV di SDN Rancaekek 02 dengan menggunakan metode listen and do dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu; tahapan prasimak, menyimak dan pascasimak. Pada tahap prasimak, siswa dikenalkan dengan vocabulary yang akan dipelajari. Pada tahap ini dilakukan pengenalan vocabulary dengan menggunakan media. Selanjutnya adalah tahap menyimak, siswa dibimbing untuk menyimak instruksi yang diberikan oleh guru kemudian siswa diberi worksheet untuk merespon instruksi dari guru. Dan tahapan yang terakhir adalah pascasimak, pada tahap ini dilakukan pengulangan materi dengan cara membahas worksheet bersama-sama.

Peningkatan proses tersebut adalah peningkatan dalam hal pemerolehan vocabulary, pronunciation (pelafalan dalam bahasa Inggris) yang semakin baik. Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai rerata proses siswa meningkat pada setiap siklusnya.

Nilai rerata proses siswa pada siklus I adalah 51,13 siklus II 64,93 dan siklus III adalah 75,71. Berdasarkan nilai tersebut dapat terlihat bahwa proses pembelajaran listening di kelas IV SD dengan menggunakan listen and do terjadi peningkatan.

2. Hasil belajar siswa kelas IV di SDN Rancaekek 02 dalam pembelajaran listening dengan menggunakan metode listen and do terjadi peningkatan pada setiap siklusnya.

Hal tersebut dapat dibuktikan dari nilai rerata hasil terjadi peningkatan yaitu siklus I adalah 51,46 siklus II adalah 66,06 dan siklus III adalah 79,69. Dari nilai hasil tersebut dapat dilihat bahwa hasil pembelajaran listening di kelas IV SD dengan

menggunakan listen and do terjadi peningkatan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2010). Kemampuan berbahasa Indonesia di perguruan tinggi. Bandung: CV.

Maulana Media Grafika.

Abidin, Yunus. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamintan pendidikan dasar dan PAUD.

Bandung: Rizqi Press.

Brewster, J., Ellis, G., & Girard, D.

(2002). The primary English teacher’s guide. London:

Penguin Longman Publishing.

Crystal, D. (2003) English as a global language. Cambridge Univ Pressxv.

Depdiknas. (2006). Standar kompetensi dan kompetensi dasar KTSP 2006. Jakarta: Depdikbud.

Georgiou, S & Pavlou, P. (2003).

Assessing young learners. New York : Oxford University Press.

Linse, T Caroline. (2005). Practical English language teaching:

Young learners. New York : McGraww-Hill.

Mooney, C Garhart. (2000). Theories of childhood: An introduction to Dewey, Montessori, Erikson, Piaget, and Vygotsky.

Pinter, Annamaria. (2006). Teaching young language learners. New York: Oxford Univertsity press.

Trianto. (2010). Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif.

Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

(2) LPP dapat membatalkan kerja sama dalam hal IPP LPS, LPK, dan/atau Lembaga Penyiaran Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicabut oleh Pemerintah atau

Bank Rakyat Indonesia dengan suku bunga rendah setiap bulannya dengan jangka waktu kredit tidak melebihi 3 tahun untuk modal kerja dan 5 tahun untuk kredit investasi, Telah

Dengan demikian yang dimaksud dengan tujuan dan sasaran latihan dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki menyempurnakan ketrampilan baik teknik maupun fisik

selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kearifan dan kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan serta dorongan kepada penulis.. Muhammad Ikhsan, selaku Dosen

maupun real menunjukkan bahwa protokol OLSR yang dimodifikasi menunjukkan jumlah paket yang lebih sedikit jika dibandingkan protokol OLSR yang biasa.Hal itu ditunjukan

Larutkan sampel ZnSO 4 tersebut dengan sedikit aquadest (gunakan bantuan batang pengaduk untuk memastikan semua sampel ZnSO 4 larut sempurna) dan masukkan ZnSO 4 tersebut ke

Selanjutnya dilakukan kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan cara- cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai

Seperti di- tunjukkan oleh gambar 6 tampak bahwa rekonstruksi citra dioperasikan melalui sebuah window Window tersebut da- pat menampilkan gambar 2 dimensi dari citra