Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Sifat Kelarutan Metode
Zn2+ Dapat dengan titran HCl dan indikator fenolflatein
2. Analisa
Berdasarkan data, ada tiga metode yang mungkin dapat digunakan. Untuk menentukan kadar dari ZnSO4, terlebih dahulu praktikan harus menganalisa metode titrasi apa yang layak digunakan. Dari metode titrasi yang ada, kita dapat menggunakan metode Acidy Alkalimetri, Redoksometri dan Kompleksmetri. Sedangkan titrasi Argentometri tidak bisa dilakukan terhadap zat karena ZnSO4 tidak dapat membentuk endapan dengan AgNO3. Berikut analisas terhadap 3 metode titrasi yang mungkin :
A. Acidy-Alkalimetri
Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk menentukan zat yang bersifat asam (basa) dengan larutan standar basa (asam). Kelayakan titrasi untuk metode ini adalah reaksi harus sempurna ke kanan sehingga Konstanta Kesetimbangan Reaksi (K) haruslah besar dengan acuan nilai K ≥ 105, serta harus ada loncatan pH pada titik ekivalen dimana saat titik ekivalen berlaku :
grek asam = grek basa
*1 grek = 1 mol H+ yang diikat/dilepas
dan salah titrasi ≤ 2%. Walaupun SO42- dapat mengikat H+ namun ZnSO
4 adalah garam sehingga metode ini tidak dapat digunakan.
B. Redoksometri
Metode ini digunakan untuk menentukan kadar dengan prinsip serah terima electron. Pada titrasi ini, reaksi oksidasi dan reduksi. Pada titrasi ini, prinsip tersebut digunakan untuk menentukan molaritas suatu zat oksidator atau reduktor. Titik ekivalen tercapai saat:
grek oksidator = grek reduktor.
*1 grek = 1 mol elektron yang dilepas/diterima
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Tanpa Indikator ( Permanganometri)
Syaratnya adalah warna bentuk oksidasi tidak sama dengan warna bentuk reduksi. Titran
yang digunakan dalam titrasi
permanganometri ini adalah KMnO4 dalam suasana asam.
Indikator Redoks
Terdapat 2 tipe indikator redoks :
Spesifik
Indicator yang digunakan adalah I2 dalam menggunakan indicator ini ada 2 cara :
Langsung (Iodimetri)
Titran yang digunakan adalah langsung I2 itu sendiri.
Tidak Langsung (Iodometri) Titran yang digunakan adalah larutan Na2S2O3 dan analatnya harus oksidator yang cukup kuat selain itu Indikator yang digunakan adalah Amylum.
Ada beberapa hal yang diperhatikan dalam reaksi iodometri, yaitu
a. Pelarut harus bebas O2 dan CO2
*Jika terdapat O2 maka reaksi akan seperti ini O2
+ 4I- + 4H+ ⇄ 2I 2 + 2H2O
*Jika terdapat CO2 mengakibatkan pelarut bersifat asam
S2O3-2 + H+ ⇄ H2S2O3 Produk yang dihasilkan akan terurai menjadi H2O, SO2 dan S
b. pH
Jika pH terlalu basa, I2 akan tehidrolisis menjadi hypoidit dan hypoidit mengoksidasi S2O32-. c. I2 juga harus terikat kuat
dengan amilum.
Umum
Indikator yang digunakan adalah sebagai fungsi Ecell artinya indikator tersebut memiliki warna tengantung potensial larutan.
Syarat kelayakannya adalah Indikator harus berubah warna pada/dekat dengan titik ekivalen.
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
C. Kompleksometri
Metode ini digunakan untuk menentukan kadar dengan reaksi pembentukan ion kompleks dari kation. Prinsip bahwa ion logam memiliki kemampuan untuk membentuk senyawa kompleks jika bereaksi dengan senyawa ligan digunakan untuk menentukan molaritas suatu senyawa logam. Titik ekivalen tercapai pada saat
mol titran = mol analat
Titran yang digunakan adalah EDTA karena dapat membentuk kompleks dengan hampir semua logam. Titrasi ini harus memperhatikan pH. Dimana pH yang diambil sedekat mungkin dengan pH minimum. Jika pH terlalu rendah (terlalu banyak asam), EDTA tidak stabil dan dapat bersenyawa dengan H+ sehingga reaksi kesetimbangan bergeser ke kiri, kompleks tidak terbentuk, dan larutan harus dibuffer. Sedangkan jika pH sangat tinggi (pH>>10), maka ion akan terbentuk hidroksidanya. Maka pH minimum suatu titrasi kompleksometri adalah dimana semua ion logam membentuk senyawa kompleks dengan sempurna dan pH tersebut dijaga dengan menggunakan buffer. Syarat agar titrasi ini dapat dilakukan adalah nilai K≥108, memiliki warna yang berbeda saat membentuk kompleks yang dibantu dengan adanya indikator EBT. Syarat kelayakan indikator yang digunakan untuk metode ini adalah :
Tentukan indicator dan konstanta (K) perubahan warnanya
Ketahui konsentrasi titran dan range konsentrasi kira-kira analat
Tentukan pH saat titrasi dilakukan
Hitung pM pada akhir perubahan warna
Hitung pM pada titik ekivalen
Apabila pM pada titik ekivalen < pM pada akhir perubahan warna berarti indicator layak dipakai
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC 𝑍𝑛2+ merupakan ion kompleks. Maka 𝑍𝑛𝑆𝑂
4bisa
ditentukan kadarnya dengan menggunakan titrasi kompleksometri
Uji kelayakan Indikator EBT 𝐻2𝐼𝑛−⇆ 𝐻++ 𝐻𝐼𝑛2− (pKa = 6.3)
Merah Biru
Ka = 10−6.3
10−6.3 = [𝐻+][𝐻𝐼𝑛2−] [𝐻2𝐼𝑛−]
[𝐻+] = 10−6.3 [𝐻2𝐼𝑛−] [𝐻𝐼𝑛2−]
Karena warna biru [𝐻2𝐼𝑛−]
[𝐻𝐼𝑛2−] = 0.1
[𝐻+] = 10−6.3× 0.1 = 10−7.3
pH = −log[𝐻+]
= − log 10−7.3 = 7.3
𝐻𝐼𝑛2−⇆ 𝐻++ 𝐼𝑛3− (Pka = 11.6)
Biru Jingga
Ka = 10−11.6
1011.6 = [𝐻+][𝐼𝑛3− ] [𝐻𝐼𝑛2−]
[𝐻+] = 10−11.6 [𝐻𝐼𝑛2−] [𝐼𝑛3−]
Karena warna biru [𝐻𝐼𝑛2−]
𝐼𝑛3− = 0.1, maka [𝐻𝐼𝑛2−]
𝐼𝑛3− = 10
[𝐻+] = 10−11.6× 10 =10−10.6
pH = 10.6
Jadi perubahan indikator terlihat jelas karena perubahan warna EBT dari merah ke biru terjadi pada range pH 7.3 – 10.6, dimana range pH EDTA 4.2 – 8.15. Maka indikator EBT layak dipakai.
Kesimpulan dari analisis diatas adalah metode yang dapat digunakan untuk menentukan kadar ZnSO4 adalah titrasi kompleksometri.
3. Tahapan Kerja
a. Preparasi Sampel ZnSO4
Sampel ZnSO4 yang akan ditentukan kadarnya merupakan suaru zat yang larut dalam suatu pelarut polar seperti air. Praktikan akan memperoleh sampel ZnSO4 dalam bentuk padatan murni. Praktikan akan melarutkan sampel tersebut dalam 100 ml aquadest untuk mempermudah proses titrasi.
Peralatan :
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
Langkah Kerja :
b. Pembuatan Larutan Standar Primer 100ml ZnSO4 0.1 M
Perhitungan
Tersedia padatan murni ZnSO4 M ZnSO4 = 0.1 M
V ZnSO4 = 100 ml = 0.1 L Mr ZnSO4 = 287.54 gram/mol
n ZnSO4 = (V ZnSO4)(M ZnSO4) = (0.1)(0.1)
= 0.01 mol
m ZnSO4 = (n ZnSO4)(Mr ZnSO4) = (0.01)(287.54) = 2.8754 gram
Peralatan :
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital 1. Ambilah Sampel ZnSO4 dalam wujud padatan yang
akan ditentukan kadarnya. sampel diletakkan di atas cawan petri
2. Larutkan sampel ZnSO4tersebut dengan sedikit aquadest (gunakan bantuan batang pengaduk untuk memastikan semua sampel ZnSO4larut sempurna) dan masukkan ZnSO4tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml dengan bantuan corong dan batang pengaduk
3. Bilas dengan aquadest cawan petri, batang pengaduk, dan corong sampai tidak ada sampel ZnSO4yang
tertinggal pada peralatan tersebut serta masukkan air bilasan tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml
4. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume larutan ZnSO4mencapai 100 ml
5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan homogen dengan cara mengocok atau membolak-balik labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan perlahan
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
Langkah Kerja
Persiapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan larutan standar primer 100 ml ZnSO40.1 M
Timbanglah serbuk (padatan) murni ZnSO4
sebanyak 2.8754 gram dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi.
Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk (padatan) ZnSO4
dilakukan dengan bantuan spatula
Larutkan padatan ZnSO4 yang ada di atas
cawan petri dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan ZnSO4semuanya larut
sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk
Masukkan larutan ZnSO4 tersebut ke dalam
labu takar ukuran 100 ml. Pemindahan dilakukan dengan bantuan corong dan batang pengaduk
Bilaslah cawan petri, batang pengaduk, dan corong dengan aquadest sedikit demi sedikit dan masukkan air bilasan ke dalam labu takar ukuran 100 ml
Ulangi proses pembilasan 3 kali sampai tidak ada zat ZnSO4yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan corong
Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume ZnSO4dalam labu takar mencapai 100 ml secara presisi
Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan homogen dengan cara mengocok atau membolak-balik labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan perlahan
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
c. Pembuatan Larutan Standar Sekunder 500 ml EDTA 0.1 M
Perhitungan
Diinginkan 500 ml larutan EDTA 0.1 M
Tersedia padatan murni Ethylen Diamine Tetra Acetat (EDTA)
M EDTA = 0.1 M
V EDTA = 500 ml = 0.5 liter Mr EDTA = 372.24 gram/mol
n EDTA = (V EDTA)(M EDTA) = (0.1)(0.5) = 0.05 mol
m EDTA = (n EDTA)(Mr EDTA)
= (0.05)(372.24) = 18,612 gram
Peralatan
Langkah Kerja :
1 buah labu takar ukuran 500 ml
1 buah spatula
1 buah cawan petri
1 buah corong kecil
1 buah batang pengaduk
1 buah neraca massa digital
1. Persiapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan larutan standar sekunder 500 ml EDTA 0.1 M
2. Timbanglah serbuk (padatan) murni EDTA sebanyak 18.612 gram dengan menggunakan neraca massa digital secara presisi. Penimbangan dilakukan di atas cawan petri dan pengambilan serbuk (padatan) EDTA dilakukan dengan
bantuan spatula
3.Larutkan padatan EDTA yang ada di atas cawan petri dengan sedikit aquadest dan pastikan padatan EDTA semuanya larut sempurna dengan cara mengaduknya dengan batang pengaduk
4. Masukkan larutan EDTA tersebut ke dalam labu takar ukuran 500 ml. Pemindahan dilakukan dengan bantuan corong dan batang pengaduk
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
d. Pembuatan Indikator Eriochrom Black T (EBT)
Peralatan
1 buah beaker glass kecil
1 buah neraca massa digital
1 buah labu takar ukuran 100 ml
1 buah corong
1 buah batang pengaduk
1 buah spatula
Langkah kerja 6. Ulangi proses pembilasan 3 kali sampai tidak ada zat EDTA
yang tertinggal pada cawan petri, batang pengaduk, dan corong
7. Tambahkan aquadest ke dalam labu takar sampai volume EDTA dalam labu takar mencapai 500 ml secara presisi
8. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan homogen dengan cara mengocok atau membolak-balik labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan perlahan
9. Larutan standar primer 500 ml EDTA selesai dibuat.
1. Timbanglah 0,5 gram padatan (serbuk) indikator Eriochrom Black T (EBT) di atas beaker glass dengan neraca massa digital secara presisi. Pengambilan serbuk EBT dilakukan dengan bantuan spatula.
2. Larutkan serbuk EBT tersebut dengan sedikit alkohol.
3. Masukan larutan tersebut ke dalam labu takar ukuran 100 ml dengan bantuan corong dan batang pengaduk.
4. Tambahkan alkohol ke dalam labu takar hingga volume larutan indikator EBT mencapai 100 ml.
5. Pastikan larutan tersebut merupakan larutan yang merata dan homogen dengan cara sedikit mengocok atau membolak-balikan labu takar (labu takar dalam keadaan tertutup) secara hati-hati dan perlahan.
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
e. Pembuatan Larutan Buffer NH4OH-NH4Cl dengan pH=8
Perhitungan
Tersedia padatan murni NH4OH dan larutan HCl 30% dengan ρ = 1,15 gram/ml
Pembuatan suatu larutan penyangga (buffer) NH4 OH-NH4Cl dengan pH = 8 sebanyak 250 ml sehingga pada penambahan 1 mmol suatu asam terjadi perubahan pH atau ΔpH sebesar 0,1 satuan pH.
Diketahui:
Setiap penambahan 1 mmol asam maka akan terjadi perubahan pH atau ΔpH sebesar 0,1 satuan pH.
pH awal = 8
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
NH4OH (aq) + HCl(aq) ↔ NH4Cl(aq) + H2O(l)
m 0,2975 0,04475
r 0,04475 0,04475 0,04475
---
s 0,25 0 0,04475
n NH4OH = 0,2975 mol Mr NH4OH = 35 gram/mol
m NH4OH = (n NH4OH)(Mr NH4OH) = (0,2975)(35) = 10,4125 gram
Larutan HCl 30% dengan massa jenis ρ = 1,15 gram/ml HCl 30% artinya 30 gram HCl dalam 100 gram larutan n HCl = 0,04475 mol (mol HCl yang ingin dibuat) m HCl = 30 gram
Mr HCl = 36,5 gram/mol n HCl = (𝑚 𝐻𝐶𝑙
𝑀𝑟 𝐻𝐶𝑙 = (30/36,5) mol
m pelarut = 100 gram ρ HCl = 1,15 gram/ml V pelarut = (m pelarut)/(ρ HCl)
= (100/1,15) ml = (1/11,5) liter M HCl = (n HCl)/(V pelarut)
= (30/36,5)/(1/11,5) = 9,452 M V HCl yang harus diambil = 𝑛 𝐻𝐶𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑘𝑎𝑛
𝑀 𝐻𝐶𝑙
= (0,04475)/(9,452) = 0,004734 liter = 4,734 ml
Peralatan
1 buah neraca massa digital
1 buah beaker glass kecil
1 buah spatula
1 buah corong
1 buah batang pengaduk
1 buah volumetric pipet
1 buah labu takar 250 ml
Langkah kerja
1 Siapkan semua bahan dan peralatan kerja yang digunakan dalam pembuatan larutan buffer NH4OH-NH4Cl dengan pH = 8
2. Timbanglah 10,4125 gram padatan NH4OH murni dengan neraca massa digital secara presisi. Penimbangan dilakukan dilakukan dengan beaker glass kecil. Pengambilan padatan NH4OH dilakukan dengan bantuan spatula.
3. Larutkan padatan NH4OH tersebut dengan sedikit aquadest. Pastikan seluruh padatan NH4OH tersebut larut sempurna dengan menggunakan batang pengaduk.
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
f. Standardisasi Larutan Standar Sekunder EDTA dengan Larutan Standar Primer ZnSO4
Peralatan
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
1 buah volumetric pipet ukuran 10 ml
1 buah pipet kecil
1 buah gelas ukur 5 ml
Langkah Kerja 5. Bilaslah beaker glass, batang pengaduk, dan corong dengan
aqudest dan masukan air bilasan tersebut ke dalam labu takar
6. Ulangi pembilasan minimal 3 kali sampai tidak ada lagi zat NH4OH yang tertinggal pada beaker glass, corong, dan batang pengaduk
7. Dengan menggunakan volumetric pipet, ambil HCl 30% sebanyak 4,734 ml dan masukan ke dalam labu takar ukuran 250 ml.
8. Larutkan campuran larutan NH4OH dan HCl dalam labu takar dengan menambahkan aquadest sampai volume larutan dalam labu takar mencapai 250 ml
9. Larutan penyangga (buffer) NH4OH-NH4Cl dengan pH = 8 siap untuk digunakan.
1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam proses standarisasi larutan standar sekunder EDTA dengan larutan standar primer ZnSO40,1 M
2. Masukan larutan EDTA ke dalam buret ukuran 50 ml dengan bantuan corong
3. Ambil 10 ml larutan ZnSO40,1 M dengan menggunakan volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Masukan 5 ml larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi larutan ZnSO4. Pengambilan larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 tersebut dilakukan dengan bantuan pipet kecil dan gelas ukur 5 ml.
5. Masukan sedikit padatan indikator Eriochrom Black T (EBT) ke dalam labu erlenmeyer hingga larutan ZnSO4berubah menjadi warna merah anggur.
6. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4dalam
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
Perhitungan :
Titrasi ke Volume EDTA (ml)
1 Ml
2 Ml
3 Ml
V EDTA rata-rata = 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 1 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 2 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 3
3
= ml
V ZnSO4 = 10 ml M ZnSO4 = 0,1 M 1 mol EDTA = 1 grek 1 mol ZnSO4 = 1 grek
Persamaan grek:
grek titran = grek analat grek ZnSO4 = grek EDTA
(V ZnSO4)(M ZnSO4)(1) = (V EDTA rata-rata)(M EDTA)(1) (10 )(0,1)(1) = (V EDTA rata-rata)(M EDTA)(1)
M EDTA = M
g. Penentuan Kadar Sampel ZnSO4
Peralatan : 7. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4dalam
erlenmeyer berubah warna dari merah anggur menjadi warna biru (unsur warna merah hilang).
8. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
9. Hitunglah volume EDTA rata-rata.
10. Hitunglah molaritas larutan standar sekunder EDTA.
1 buah buret ukuran 50 ml
1 buah corong
1 buah labu erlenmeyer ukuran 250 ml
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
Langkah kerja :
Perhitungan
Titrasi ke Volume EDTA (ml)
1 ml
2 ml
3 ml
V EDTA rata-rata = 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 1 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 2 + 𝑉 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑡𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 3
3
= …….ml
V ZnSO4 = 10 ml M ZnSO4 = 0,1 M 1 mol EDTA = 1 grek 1 mol ZnSO4 = 1 grek 1. Siapkan semua peralatan kerja yang digunakan dalam
proses penentuan kadar sampel ZnSO4dengan larutan standar sekunder EDTA yang telah distandarisasi sebelumnya.
2. Masukan larutan EDTA ke dalam buret ukuran 50 ml dengan bantuan corong
3. Ambil 10 ml sampel larutan ZnSO40,1 M dengan
menggunakan volumetric pipet ukuran 10 ml. Masukan larutan ini ke dalam labu erlenmeyer ukuran 250 ml.
4. Masukan 5 ml larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 ke dalam labu erlenmeyer yang telah berisi larutan ZnSO4. Pengambilan larutan buffer NH4OH dengan pH = 8 tersebut dilakukan dengan bantuan pipet kecil dan gelas ukur 5 ml.
5. Masukan sedikit padatan indikator Eriochrom Black T (EBT) ke dalam labu erlenmeyer hingga larutan ZnSO4berubah menjadi warna merah anggur.
6. Lakukan titrasi sampai warna larutan ZnSO4dalam
erlenmeyer berubah warna dari merah anggur menjadi warna biru (unsur warna merah hilang).
7. Ulangi proses titrasi sampai diperoleh 3 buah variasi data.
8. Hitunglah volume EDTA rata-rata.
Laboratorium Kimia Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Jurnal Praktikum Kimia Analitik Kuantitatif
Nama : Agung Cahyadi Kelompok : 17
Asisten : Hantoro RC
Persamaan grek:
grek titran = grek analat grek ZnSO4 = grek EDTA
(V ZnSO4)(M ZnSO4)(1) = (V EDTA rata-rata)(M EDTA)(1)
M ZnSO4 = M
Latihan 1 Hasil
Standarisasi LSS Titrasi Ke (ml) 1
2 3 Pengajuan 1
Pengajuan 2
Latihan 2 Hasil
Standarisasi LSS Titrasi Ke (ml) 1
2 3 Pengajuan 1
Pengajuan 2
Ujian Hasil
Standarisasi LSS Titrasi Ke (ml) 1
2 3 Pengajuan 1
Pengajuan 2