LAMPIRAN : Keputusan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT Nomor : 060/023/KOMINFO.1/KEP/2021
Tanggal : 15 Pebruari 2021
RENCANA KERJA REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI NTT
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi birokrasi merupakan salah satu langkah awal untuk melakukaan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan yang baik efektit dan efisien, sehingga dapat melayani masyarakat secara cepat, tepat, dan profesional. Dalam perjalanannya banyak kendala yang dihadapi, diantaranya adalah penyalahgunaan wewenang praktek KKN, dan lemahnya Pengawasan. Hal ini sesuai dengan arah kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara periode 2018 – 2023 dengan visi NTT Bangkit menuju NTT sejahtera, pada misi ke-5, Reformasi Birokrasi dengan sejumlah indikatornya. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokasi yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokasi. Peraturan tersebut menargetkan tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik. Untuk itu, perlu secara konkret dilaksanakan program reformasi birokrasi pada unit kerja melalui upaya pembangunan Zona Integritas.
Sebagai bagian dari Perangkat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur dan dalam rangka implementasi reformasi birokrasi di lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT perlu disusun Rencana Kerja Reformasi Birokrasi pada setiap tahunnya. Rencana Kerja Reformasi Birokrasi Dinas Komunikasi dan Informatika adalah dokumen perencanaan untuk periode satu tahun yang memuat kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT sebagai tindak lanjut dari Road map reformasi Birokrasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2019- 2023.
1.2 Dasar Hukum
1. Undang-Undang 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Komisi Tindak Pidana Korupsi;
3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik;
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2008 tentang Pelayanan Publik;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2006 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah;
6. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 – 2027 yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi.
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah;
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 25 Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020 – 2024;
9. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 26 Tahun 2020 tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
1.3 Maksud dan Tujuan
1. Rencana kerja ini dimaksudkan sebagai acuan ASN bagi Dinas Komunikasi dan Informasi Provinsi Nusa Tenggara Timur dan pemangku kepentingan lainya dalam melaksanakan reformasi birokrasi dan sebagai upaya untuk meningkatkan nilai indeks Reformasi Birokrasi; dan
2. Rencana Kerja reformasi birokrasi ini disusun sebagai dokumen perencanaan yang akan dilaksanakan pada tahun 2021 sesuai dengan 8 area perubahan refornmasi birokrasi
BAB II
GAMBARAN UMUM RFORMASI BIROKRASI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI NTT
2.1. Pengantar
Sejalan dengan visi NTT Bangkit Menuju Masyarakat Sejahtera pada misi ke – 5 Kepala Daerah Provinsi NTT Tahun 2018 – 2023, Reformasi Birokrasi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai good governance dan melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur.
Melalui reformasi birokrasi, dilakukan penataan terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan dimana uang tidak hanya efektif dan efisien, tetapi juga reformasi birokrasi menjadi tulang punggung dalam perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tujuan reformasi birokrasi adalah untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
Adapun visi reformasi birokrasi yang tercantum dalam lembaran Grand design Reformasi Birokrasi Indonesia adalah terwujudnya pemerintahan kelas dunia. Visi tersebut menjadi acuan dalam mewujudkan pemerintahan kelas dunia, yaitu pemerintahan yang profesional dan berintegritas tinggi yang mampu menyelenggarakan pelayanan prima kepada masyarakat dan manajemen pemerintahan yang demokratis agar mampu menghadapi tantangan pada abad ke 21 melalui tata pemerintahan yang baik pada tahun 2025.
Sedangkan Misi reformasi birokrasi Indonesia adalah :
1. Membentuk/menyempurnakan peratur-an perundang-undangan dalam rangka Melakukan penataan dan penguatan -organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur, pengawasan, akuntabilitas, kualitas pelayanan publik, mind set dan culture set.
2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik 3. Mengembangkan mekanisme kontrol yang efektif
4. Mengelola sengketa administratif secara efektif dan efisien.
Untuk mencapai visi dan misi serta tujuan dari reformasi birokrasi tersebut maka ditetapkan 8 (delapan) area perubahan dan hasil yang diharapkan meliputi seluruh aspek manajemen pemerintahan, seperti yang dikemukanan pada table dibawah ini :
Program-program reformasi birokrasi sebagai unsur komponen pengungkit dan sasaran reformasi birokrasi sebagai hasil sebagaimana dimaksud diatas, dapat digambarkan dengan model sebagai berikut :
Melalui model tersebut dapat diuraikan bahwa program-program yang ditetapkan dalam Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024 merupakan proses yang menjadi pengungkit yang diharapkan dapat menghasilkan sasaran pemerintah yang bersih dan akuntabel, pemerintahan yang kapabel, serta pelayanan publik yang prima terutama di lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT.
2.2. Area Perubahan Reformasi Birokrasi 1. Manajemen Perubahan
Manajemen Perubahan bertujuan untuk mentransformasi sistem dan mekanisme kerja organisasi serta mindset (pola pikir) dan cultureset (cara kerja) individu ASN menjadi lebih adaptif, inovatif, responsive, professional, berintegritas dan disiplin sehingga dapat memenuhi tuntutan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Kondisi yang ingin dicapai pada area perubahan ini adalah:
1) Semakin konsistennya keterlibatan pimpinan dan seluruh jajaran pegawai dalam melaksanakan reformasi birokrasi;
2) Perubahan pola pikir dan budaya kerja yang semakin meningkat, khususnya dalam merespon perkembangan zaman di era industry 4.0 dan transformasi digital;
3) Menurunnya resistensi terhadap perubahan;
4) Budaya perubahan baik pola piker dan disiplin yang semakin melekat (embedded) di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:
a. Aspek Pemenuhan
1) Tim Reformasi Birokrasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi Birokrasi unit kerja telah dibentuk;
b) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi Birokrasi telah menggerakkan dan melaksanakan tugas sesuai rencana kerja Tim Reformasi Birokrasi;
c) Tim Reformasi Birokrasi/Penanggung jawab Reformasi Birokrasi telah melakukan monitoring dan evaluasi rencana kerja, dan hasil evaluasi telah ditindaklanjuti.
2) Road Map Reformasi Birokrasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Road Map/Rencana Kerja Reformasi Unit Kerja telah disusun dan diformalkan;
b) Road Map telah mencakup 8 area perubahan yang terintegrasi;
c) Road Map telah mencakup "quick win";
d) Penyusunan Road Map telah melibatkan seluruh unit organisasi;
e) Telah terdapat sosialisasi/internalisasi Road Map/Rencana Kerja Reformasi Birokrasi unit kerja kepada anggota organisasi;
f) Rencana Kerja Reformasi Birokrasi unit kerja selaras dengan Road Map;
3) Pemantauan dan Evaluasi Reformasi Birokrasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:
a) Pelaksanaan PMPRB dilakukan oleh Asesor sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
b) Para asesor mencapai konsensus atas pengisian kertas kerja sebelum menetapkan nilai PMPRB instansi;
c) Rencana aksi tindak lanjut (RATL) telah dikomunikasikan dan dilaksanakan;
d) Penanggungjawab reformasi birokrasi internal unit kerja telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja;
4) Perubahan pola pikir dan budaya kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Terdapat keterlibatan pimpinan tertinggi/pimpinan unit kerja secara aktif dan berkelanjutan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi;
b) Terdapat media komunikasi secara reguler untuk menyosialisasikan tentang reformasi birokrasi yang sedang dan akan dilakukan;
c) Terdapat upaya untuk menggerakkan organisasi/unit kerja dalam melakukan perubahan melalui pembentukan agent of change ataupun role model;
b. Aspek Reform
Pada aspek reform pengukuran keberhasilan program dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
1) Komitmen dalam Perubahan:
a) Agen perubahan telah membuat perubahan dan menunjukkan keteladanan yang konkret di Instansi;
b) Perubahan yang dibuat Agen Perubahan telah terintegrasi dalam sistem manajemen;
c) Instansi mendorong unit kerja untuk melakukan perubahan (reform);
2) Komitmen Pimpinan
Pimpinan memiliki komitmen terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi, dengan adanya target capaian reformasi yang jelas di dokumen perencanaan instansinya;
2. Penataan Peraturan Perundang-undangan / Deregulasi Kebijakan
Deregulasi kebijakan bertujuan untuk menyederhanakan regulasi dan menghapus regulasi/kebijakan yang sifatnya menghambat dan terjadi tumpeng tindih pelaksanaan peran. Selain melaksanakan deregulasi kebijakan, Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pengelolaan dan implementasi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan.
Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. menurunnya tumpang tindih dan disharmonisasi peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh istansi pemerintah;
b. meningkatnya efektivitas pengelolaan dan implementasi peraturan perundang- undangan kementerian/lembaga/pemerintah daerah;
c. menurunnya kebijakan yang menghambat investasi/perizinan/ kemudahan berusaha;
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian program ini digunakan indikator-indikator:
a. Aspek Pemenuhan 1) Harmonisasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah dilakukan identifikasi, analisis, dan pemetaan terhadap peraturan perundang-undangan yang tidak harmonis/sinkron/bersifat menghambat dan tumpeng tindih peran yang akan direvisi;
b) Telah dilakukan revisi kebijakan yang tidak harmonis / tidak sinkron/ bersifat menghambat.
b. Aspek Reform
Pada aspek reform pengukuran keberhasilan program dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
1. Peran Kebijakan:
1) Kebijakan yang diterbitkan memiliki peta keterkaitan dengan kebijakan lainnya;
2) Kebijakan terkait pelayanan dan atau perizinan yang diterbitkan memuat unsur kemudahan dan efisiensi pelayanan utama unit kerja.
3. Penataan dan Penguatan Organisasi
Penataan dan penguatan organisasi bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT yang proporsional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas masing-masing sehingga tercipta organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran. Selain itu, penataan dan penguatan organisasi juga diarahkan untuk menciptakan organisasi dinas yang semakin sederhana dan lincah yang salah satunya ditunjukkan dengan berkurangnya jenjang organisasi.
Adapun kondisi yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. Menurunnya tumpang tindih tugas pokok dan fungsi internal kementerian/lembaga/pemerintah daerah;
b. Meningkatnya kapasitas kementerian/lembaga/pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas dan fungsi;
c. Terciptanya desain organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang mendukung kinerja;
d. Berkurangnya jenjang organisasi kementerian/lembaga/pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja;
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:
a. Aspek Pemenuhan
1) Evaluasi Kelembagaan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk menilai ketepatan fungsi dan ketepatan ukuran organisasi;
b) Telah dilakukan evaluasi yang mengukur jenjang organisasi;
c) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemungkinan duplikasi fungsi;
d) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemungkinan adanya pejabat yang melapor kepada lebih dari seorang atasan;
e) Telah dilakukan evaluasi kesesuaian tugas dan fungsi dengan sasaran kinerja unit organisasi di atasnya;
f) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis rentang kendali terhadap struktur yang langsung berada di bawahnya;
g) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kesesuaian struktur organisasi/unit kerja dengan kinerja yang akan dihasilkan;
h) Telah dilakukan evaluasi atas kesesuaian struktur organisasi dengan mandat /kewenangan lembaga;
i) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemungkinan tumpang tindih fungsi dengan Unit kerja lain;
j) Telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kemampuan struktur organisasi untuk adaptif terhadap perubahan lingkungan strategis.
2) Tindak Lanjut Evaluasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Hasil evaluasi telah ditindaklanjuti dengan mengajukan perubahan organisasi;
b) Hasil evaluasi untuk ditindaklanjuti dengan penyederhanaan birokrasi.
b. Aspek Reform
1) Organisasi Berbasis Kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah telah dilakukan penyesuaian organisasi dalam rangka mewujudkan organisasi yang efektif, efisien dan tepat ukuran sesuai dengan proses bisnis, dengan mempertimbangkan kinerja utama yang dihasilkan.
4. Penataan Tatalaksana
Penataan tatalaksana bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem, proses, dan prosedur kerja pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT.
Adapun kondisi yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
1) Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam proses penyelenggaraan manajemen pemerintahan di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT;
2) Terciptanya pemanfaatan teknologi informasi terintegrasi yang akan menghasilkan keterpaduan proses bisnis, data, infrastruktur, dan aplikasi secara nasional;
3) Meningkatnya efektivitas dan efisiensi proses manajemen pemerintahan;
4) Meningkatnya kinerja di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT.
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator-indikator sebagai berikut :
a. Aspek Pemenuhan
1) Proses Bisnis dan Prosedur Operasional Tetap (SOP)
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah disusun peta proses bisnis yang sesuai dengan pedoman penyusunan Peta Proses Bisnis kementerian/lembaga/pemerintah daerah;
b) Telah tersedia peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi;
c) Telah disusun peta proses bisnis yang sesuai dengan dokumen rencana strategis dan rencana kerja organisasi;
d) Telah memiliki peta proses bisnis yang sesuai dengan tugas dan fungsi dan selaras dengan Kinerja Organisasi secara berjenjang;
e) Peta proses bisnis sudah dijabarkan ke dalam prosedur operasional tetap (SOP);
f) Telah dilakukan penjabaran peta lintas fungsi (peta level n) ke dalam SOP;
g) Prosedur operasional tetap (SOP) telah diterapkan;
h) Peta proses bisnis dan Prosedur operasional telah dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan tuntutan efisiensi, dan efektivitas birokrasi;
i) Telah dilakukan evaluasi terhadap peta proses bisnis yang sesuai dengan efektivitas hubungan kerja antar unit organisasi untuk menghasilkan kinerja sesuai dengan tujuan pendirian organisasi;
2) Keterbukaan Informasi Publik
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Adanya kebijakan pimpinan tentang keterbukaan informasi publik;
b) Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi publik.
b. Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
1) Peta Proses Bisnis Mempengaruhi Penyederhanaan Jabatan dilakukan dengan melihat apakah telah disusun peta proses bisnis dengan adanya penyederhanaan jabatan;
2) Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang Terintegrasi;
a) Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien;
b) Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan pelayanan internal organisasi yang lebih cepat dan efisien;
3) Transformasi Digital Memberikan Nilai Manfaat;
a) Transformasi digital pada bidang proses bisnis utama telah mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;
b) Transformasi digital pada bidang administrasi pemerintahan telah mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal;
c) Transformasi digital pada bidang pelayanan publik telah mampu memberikan nilai manfaat bagi organisasi secara optimal.
5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur
Penataan sistem manajemen SDM Aparatur bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT yang didukung oleh sistem rekrutmen dan promosi aparatur berbasis kompetensi, transparan, serta memperoleh gaji dan bentuk jaminan kesejahteraan yang sepadan.
Kondisi yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM aparatur;
b. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan SDM aparatur;
c. Meningkatnya disiplin SDM Aparatur;
d. Meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur;
e. Meningkatnya profesionalisme SDM Aparatur.
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:
1) Aspek Pemenuhan
1) Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Perhitungan kebutuhan pegawai telah dilakukan sesuai kebutuhan unit kerja;
b) Analisis jabatan dan analisis beban kerja telah dilakukan;
c) Analisis jabatan dan analisis beban kerja telah sesuai kebutuhan unit kerja dan selaras dengan kinerja utama;
2) Pengembangan pegawai berbasis kompetensi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah diidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi;
b) Telah dilakukan pengembangan pegawai berbasis kompetensi sesuai dengan rencana dan kebutuhan pengembangan kompetensi;
3) Penetapan kinerja individu
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Penerapan Penetapan kinerja individu;
b) Terdapat penilaian kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi;
c) Ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu level diatasnya;
d) Pengukuran kinerja individu dilakukan secara periodik;
e) Telah dilakukan monitoring dan evaluasi atas pencapaian kinerja individu;
f) Hasil penilaian kinerja individu telah dijadikan dasar untuk pengembangan karir individu/pemberian penghargaan dan sanksi lainnya.
4) Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Aturan disiplin/kode etik/kode perilaku instansi telah ditetapkan;
b) Adanya monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku instansi;
5) Pelaksanaan evaluasi jabatan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a. Unit kerja telah mengimplementasikan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ);
b. Unit kerja telah melaksanakan evaluasi jabatan berdasarkan SKJ.
6) Sistem Informasi Kepegawaian
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Sistem informasi kepegawaian telah dibangun sesuai kebutuhan;
b) Sistem informasi kepegawaian terus dimutakhirkan;
c) Sistem informasi kepegawaian digunakan sebagai pendukung pengambilan kebijakan manajemen SDM;
d) Sistem informasi kepegawaian dapat diakses oleh pegawai.
2) Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
1) Kinerja Individu
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Ukuran kinerja individu telah berorientasi hasil (outcome) sesuai pada levelnya;
b) Pencapaian kinerja individu telah menjadi dasar dalam pemberian tunjangan kinerja/penghasilan;
2) Assessment Pegawai
Diukur dengan melihat apakah hasil assessment telah dijadikan pertimbangan untuk mutasi dan pengembangan karir pegawai;
3) Pelanggaran Disiplin Pegawai
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah terjadi penurunan pelanggaran disiplin pegawai;
6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Penguatan Akuntabilitas Kinerja bertujuan untuk menciptakan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur yang akuntabel dan berkinerja tinggi.
Kondisi yang ingin dicapai pada area perubahan ini adalah:
a. Meningkatnya komitmen pimpinan dan jajaran ASN dalam perumusan target kinerja dan upayan pencapaian terhadap kinerja dan sekedar kerja rutunitas semata;
b. Meningkatnya kemampuan Dinas dalam mengelola kinerja organisasi;
c. Meningkatnya kemampuan Dinas dalam menetapkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi;
d. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran.
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:
a. Aspek Pemenuhan
1) Keterlibatan Pimpinan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Pimpinan/pimpinan unit kerja terlibat secara langsung pada saat penyusunan Renstra;
b) Pimpinan/pimpinan unit kerja terlibat secara langsung pada saat penyusunan Penetapan Kinerja;
c) Pimpinan/pimpinan unit kerja memantau pencapaian kinerja secara berkala;
d) Pimpinan/pimpinan unit kerja telah memahami kinerja yang harus dicapai dalam jangka menengah;
e) Pimpinan/pimpinan unit kerja memahami kinerja yang diperjanjikan di setiap tahun;
f) Pimpinan/pimpinan unit kerja memantau pencapaian kinerja secara berkala.
2) Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja;
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Terdapat upaya peningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja;
b) Pedoman akuntabilitas kinerja telah disusun;
c) Pemutakhiran data kinerja dilakukan secara berkala;
b. Aspek Reform
Aspek reform diukur dengan melihat kondisi apakah:
1) Efektifitas dan Efisiensi Anggaran:
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi:
a) penggunaan anggaran yang efektif dan efisien;
b) perhitungan jumlah program/kegiatan yang ada;
c) perhitungan jumlah program/kegiatan yang mendukung tercapainya kinerja utama organisasi;
d) persentase sasaran dengan capaian 100% atau lebih;
e) Persentase Anggaran yang berhasil direfocussing untuk mendukung tercapainya kinerja utama organisasi.
2) Pemanfaatan Aplikasi Akuntabilitas Kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah aplikasi yang terintegrasi telah dimanfaatkan untuk menciptakan efektifitas dan efisiensi anggaran.
3) Pemberian Reward and Punishment
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah hasil capaian/monitoring Perjanjian Kinerja telah dijadikan dasar sebagai pemberian reward and punishment bagi organisasi;
4) Kerangka Logis Kinerja
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah terdapat peta strategis yang mengacu pada kinerja utama (Kerangka Logis Kinerja) organisasi dan dijadikan dalam penentuan kinerja seluruh pegawai.
7. Penguatan Pengawasan
Penguatan pengawasan bertujuan untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
a. meningkatnya kepatuhan dan efektivitas terhadap pengelolaan keuangan negara/daerah oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur;
b. menurunnya tingkat penyalahgunaan wewenang pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur.
c. Meningkatkan sistem integritas di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam upaya pencegahan KKN
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian kondisi ini digunakan indikator- indikator sebagai berikut:
a. Aspek Pemenuhan 1) Gratifikasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah dilakukan public campaign;
b) Penanganan gratifikasi telah diimplementasikan;
c) Telah dilakukan evaluasi atas kebijakan penanganan gratifikasi;
d) Hasil evaluasi atas penanganan gratifikasi telah ditindaklanjuti.
2) Penerapan SPIP
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah mengidentifikasi lingkungan pengendalian;
b) Telah dilakukan penilaian risiko atas organisasi/unit kerja;
c) Telah dilakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir risiko yang telah diidentifikasi;
d) SPI telah diinformasikan dan dikomunikasikan kepada seluruh pihak terkait;
e) Telah dilakukan pemantauan pengendalian intern;
f) Unit kerja telah melakukan evaluasi atas Penerapan SPI.
3) Pengaduan Masyarakat
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Hasil penanganan pengaduan masyarakat telah ditindaklanjuti;
b) Telah dilakukan evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat;
c) Hasil evaluasi atas penanganan pengaduan masyarakat telah ditindaklanjuti.
4) Whistle-Blowing System
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah Whistle Blowing System telah disosialisasikan di Lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT;
5) Penanganan Benturan Kepentingan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Penanganan Benturan Kepentingan telah disosialisasikan;
b) Penanganan Benturan Kepentingan telah diimplementasikan;
c) Telah dilakukan evaluasi atas Penanganan Benturan Kepentingan;
d) Hasil evaluasi atas Penanganan Benturan Kepentingan telah ditindaklanjuti.
6) Pembangunan Zona Integritas
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah dilakukan pencanangan zona integritas;
b) Telah dilakukan pembangunan zona integritas;
c) Telah dilakukan evaluasi atas zona integritas yang telah ditentukan;
b. Aspek Reform
1) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN);
a. Persentase penyampaian Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN);
b. Jumlah yang harus melaporkan;
c. Jumlah yang sudah melaporkan.
2) Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN);
a) Persentase penyampaian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN);
b) Jumlah yang harus melaporkan;
c) Jumlah yang sudah melaporkan.
3) Penanganan Pengaduan Masyarakat
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat persentase penanganan pengaduan masyarakat di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT.
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Peningkatan kualitas pelayanan publik bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik pada Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat.
Target yang ingin dicapai melalui program ini adalah:
i. meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau) pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah;
ii. meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi pelayanan internasional pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah;
iii. meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik oleh masing-masing kementerian/lembaga/pemerintah daerah.
Atas dasar tersebut, maka untuk mengukur pencapaian program ini digunakan indikator- indikator:
a. Aspek Pemenuhan 1) Standar Pelayanan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Terdapat kebijakan standar pelayanan;
b) Standar pelayanan telah dimaklumatkan;
c) Dilakukan reviu dan perbaikan atas standar pelayanan.
2) Budaya Pelayanan Prima
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah dilakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan dan/atau kompetensi tentang penerapan budaya pelayanan prima;
b) Informasi tentang pelayanan mudah diakses melalui berbagai media;
c) Telah terdapat system pemberian penghargaan dan sanksi bagi petugas pemberi pelayanan;
d) Telah terdapat system pemberian kompensasi kepada penerima layanan bila layanan tidak sesuai standar;
e) Telah terdapat sarana layanan terpadu/terintegrasi;
f) Terdapat inovasi pelayanan.
3) Pengelolaan Pengaduan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Terdapat media pengaduan dan konsultasi pelayanan;
b) Terdapat unit yang mengelola pengaduan dan konsultasi pelayanan;
c) Telah dilakukan tindak lanjut atas seluruh pengaduan pelayanan untuk perbaikan kualitas pelayanan;
d) Telah dilakukan evaluasi atas penanganan keluhan/masukan dan konsultasi.
4) Penilaian kepuasan terhadap pelayanan
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Dilakukan survei kepuasan masyarakat terhadap pelayanan;
b) Hasil survei kepuasan masyarakat dapat diakses secara terbuka;
c) Dilakukan tindak lanjut atas hasil survei kepuasan masyarakat.
5) Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat kondisi apakah:
a) Telah menerapkan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan;
b) Telah dilakukan perbaikan secara terus menerus.
b. Aspek Reform
Pengukuran indikator ini dilakukan dengan melihat:
1) Upaya dan/atau inovasi telah mendorong perbaikan pelayanan publik pada;
• Kesesuaian Persyaratan
• Kemudahan Sistem, Mekanisme, dan Prosedur;
• Kecepatan Waktu Penyelesaian;
• Kejelasan Biaya/Tarif, Gratis;
• Kualitas Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan;
• Kompetensi Pelaksana/Web;
• Perilaku Pelaksana/Web;
• Kualitas Sarana dan prasarana;
• Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan.
2) Upaya dan/atau inovasi pada perijinan/pelayanan telah dipermudah:
• Waktu lebih cepat;
• Alur lebih pendek/singkat;
• Terintegrasi dengan aplikasi.
3) Penanganan pengaduan pelayanan
Indikator ini diukur dengan melihat penanganan pengaduan pelayanan dan konsultasi dilakukan melalui berbagai kanal/media secara responsif dan bertanggung jawab.
BAB III
RENCANA KERJA REFORMASI BIROKRASI DINAS KOMINFO
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab
I Manajemen Perubahan
1. Tim Kerja SK Tim Kerja Reformasi Birokrasi telah dibuat sesuai prosedur yang telah ditetapkan
- Menyusun SOP pemilihan Tim Kerja RB.
- Pemilihan calon anggota Tim Kerja RB sesuai prosedur pembentukan Tim RB
- Terbentuknya Tim Kerja RB
- SOP Pemilihan Tim Kerja RB ;
- SK. Tim Kerja RB Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT
Januari 2021 - Pokja Manajemen Perubahan
- Sekretariat
2. Dokumen Rencana Kerja Reformasi Birokrasi
Dokumen Rencana Kerja Reformasi Birokrasi telah dibuat dan di
sosialisasikan
- Penyusunan dokumen rencana kerja Reformasi Birokrasi, menentukan rencana aksi;
- Rencana Kerja ditetapkan dengan SK Kadis
- mensosialisasikan kepada seluruh pegawai, dan sosialisasi melalui website
- Dokumen Rencana Kerja Reformasi Birokrasi - SK Kadis tentang
penetapan Renja RB - Publikasi di Website
Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT
- Januari 2021 - sosialisasi setiap bulan dan sesuai kebutuhan
- Pokja Manajemen Perubahan
- Sekretariat
- Semua ketua Pokja
3. Pemantauan dan Evaluasi Reformasi Birokrasi
Pemantauan dan Evaluasi Implementasi Rencana Kerja secara berkala per triwulan
- Rapat Evaluasi implementasi rencana kerja setiap 3 bulan sekali, - Tindak lanjut hasil monev
sebelumnya dan
dikomunikasikan dengan unit kerja
Undangan rapat, daftar hadir, notulen rapat, Lembar Monev RB, bukti hasil monev sebelumnya
Triwulan - Pokja Manajemen Perubahan
- Sekretariat - Ketua Tim RB
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab - Para asseor mencapai
konsensus atas pengisian kertas kerja sebelum menetapkan nilai PMPRB instansi
- Assessor melakukan review terhadap kertas kerja LKE sebelum menyusun kerja kerja instansi
- Penanggung jawab internal unit kerja telah melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
4. Perubahan pola pikir dan budaya kerja
Pimpinan berperan sebagai role model dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi
Pimpinan memberi teladan dengan mengisi / mencatat kehadiran setiap hari seperti pegawai lain
Daftar hadir Setiap hari kerja
Agen perubahan sudah ditetapkan
Menetapkan SK Tim Agen Perubahan
SK Tim Agen Perubahan Januari 2021
Budaya kerja dan pola pikir untuk sudah dibangun di lingkungan organisasi
Penetapan “Resolusi KERJA”
Tahun 2021 dengan 5 sprit kerja : Iman, Cerdas, Cepat, Tuntas, Kolaboratif.
Pengarahan Kepala Dinas untuk membangun budaya kerja pelayanan prima dan mendorong partisipasi pegawai dalam mendorong reformasi birokrasi melalui rapat, dan atau Pengarahan saat apel pagi
Daftar hadir rapat; Notulen Januari – Pebruari 2021
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab Anggota organisasi
terlibat dalam
implementasi Rencana kerja RB
Daftar hadir rapat Tinjauan Dokumen; Notulen;
Daftar hadir rapat; Notulen Sesuai kebutuhan
II Penataan Peraturan Perundang-undangan
1. Harmonisasi telah dilakukan
identifikasi, analisis, dan pemetaan terhadap peraturan perundang- undangan yang tidak harmonis/sinkron yang akan direvisi/dihapus
- Kajian terhadap kebijakan organisasi yang menghambat pencapaian kinerja Dinas dan pelaksanaan tugas Dinas.
- Melakukan kajian terhadap regulasi, kebijakan dalam upaya pencapaian indicator kinerja utama Dinas di semua unit kerja : yaitu : Kewenangan Penilaian PAK Jabatan Fungsional Tertentu, Keamanan Informasi, Pelaksanaan Satu Data Indonesia, Fungsi Komunikasi Publik.
- Melakukan koordinasi dengan unit terkait untuk menyikapi duplikasi pelaksanan tugas
- Dokumen hasil kajian - Laporan hasil analisis
dan identifikasi dari semua unit kerja/Bidang Regulasi terkait SPBE, Keamanan informasi, keterbukaan informasi, layanan jaringan intra pemerintah, satu data indonesia
Sesuai
kebutuhan - Pokja II - Sekretariat - Semua Kepala
Bidang/Sekretaris
-
Telah dilakukan revisi peraturan perundang- undangan yang tidak harmonis / tidak sinkron
- SK Kepala Dinas terkait perubahan kebijakan organisasi (SDM/Tim Kerja)
- Pergub atau Keputusan Gubernur terkait SPBE,
Sesuai kebutuhan
- Pokja II - Sekretariat - Semua Kepala
Bidang/Sekretaris
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab Keamanan informasi,
keterbukaan informasi III Penataan dan Penguatan Organisasi
1. Organisasi yang tepat
ukuran dan tepat fungsi telah dilakukan evaluasi yang menganalisis kesesuaian struktur organisasi/unit kerja dengan kinerja yang akan dihasilkan
- Dilakukan evaluasi terhadap ketepatan fungsi yaitu bidang Komunikasi Publik dan Bidang Informasi Publik, dan pelaksanaan urusan persandian dan
Pengamanan Informasi;
Pelaksanaan urusan persandian, urusan statistik
- Kajian thd mekanisme hubungan koordinasi antara JFT yang ditetapkan oleh Kadis - Pengalihan Jabatan
Struktural ke JFT sesuai kriteria
- Penyusunan kelompok JFT sesuai kebutuhan organisasi
- Koordinasi pelaksanaan Tusi tentang Komunikasi dan Informasi public yang tumpeng tindih.
- Laporan hasil
identifikasi dan evaluasi - Renstra
- Pergub STOK
- Mekanisme hubungan dan koordinasi antara JFT
- Kriteria pengalihan jabatan struktural ke JFT
- SK tentang Kelompok JFT
Sesuai kebutuhan
Maret - September
2021
- Pokja III - Sekretariat
2. Penataan hasil assesment telah direviu oleh unit/Biro organisasi
- Pengajuan hasil kajian dan rancangan struktur ke Biro Organisasi untuk dikaji dan diproses lebih lanjut.
Ranperda/Ranpergub → Perda / Pergub tentang struktur organisasi Dinas Komunikasi dan
Informatika
Sesuai kebutuhan
- Pokja III - Sekretariat
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab Hasil kajian sesuai aksi di
point 1 IV Penataan Tatalaksana
1. Proses bisnis dan prosedur operasional tetap (SOP)
SOP telah mengacu pada proses bisnis instansi dan dipahami seluruh
pegawai SOP telah di evaluasi
- Penyusunan Peta Proses Bisnis sesuai dengan Pedoman Penyusunan Proses Bisnis Pemda - Tersedia peta Proses bisnis
sesuai Tusi
- Penyusunan Peta Proses Bisnis sesuai dengan Renstra dan Renja Organisasi
- Peta Proses bisnis selaras dengan kinerja organisasi berjenjang
- Peta Proses Bisnis dijabarkan dalam SOP - SOP telah diterapkan - Peta Proses Bisnis dan SOP
telah dievaluasi dan
disesuaikan dengan tuntutan efisiensi dan efektifitas birokrasi
- Mengevaluasi peta proses bisnis sesuai dengan efektifitas hubungan kerja antar unit organisasi
- Peta Proses Bisnis untuk semua unit kerja dan diasistensi oleh Biro Organisasi
- SOP
- Laporan hasil evaluasi terhadap peta proses bisnis dan SOP
Juli 2021 - Pokja III - Sekretaris
2. Keterbukaan Informasi Publik
Kebijakan Informasi Publik telah sesuai dengan peraturan perundang – undangan
Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT menerapkan keterbukaan informas publik. Kepala Dinas menyediakan informasi publik
- Dokumen Standar Pelayanan Publik (SPP) tersedia di ruang pelayanan,
Sesuai kebutuhan
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab secara jelas, akurat dan
update. Arsip dan dokumen secara rapi, jelas dan akurat.
Menampilkan Informasi PPID, Data Statistik Sektoral dalam website, menyediakan Form Pengaduan, dan pengaduan melalui aplikasi
“Beta Lapor”.
• menampilkan dokumen SPP di website,
• Form pengaduan,
• menyediakan meja konsultasi,
• kotak pengaduan dan Aplikasi pengaduan
“Beta Lapor”
Pelaksanaan kebijakan keterbukaan informasi publik telah dimonitoring dan di evaluasi secara berkala
Mengevaluasi dokumen SPP,
menyusun laporan pengaduan - Evaluasi dokumen SPP terkait dalam setahun, - laporan bulanan dan
pengaduan
Sesuai kebutuhan
3. Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) yang Terintegrasi
Implementasi SPBE telah terintegrasi dan mampu mendorong pelaksanaan pelayanan publik yang lebih cepat dan efisien
- Organisasi memiliki Arsitektur SPBE
- Organisasi memiliki peta rencana SPBE
- Tim Koordinasi SPBE melaksanakan tugas dan programnya
- Organisasi menerapkan layanan SPBE
- Organisasi memiliki layanan kepegawaian berbasis elektronik
- Organisasi memiliki layanan kearsipan berbasis
elektronik
- Organisasi memiliki perencanaan, penganggaran dan kinerja berbasis
elektronik
SK Arsitektur SPBE Peta Rencana SPBE SK Tim Koordinasi SPBE Screenshoot layanan SPBE
Januari - Desember
Pokja III Kabid Layanan E-
Gov Sekretaris
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab - Organisasi memiliki layanan
public berbasis elektronik Operasionalisasi
manajemen SDM sudah menggunakan teknologi informasi
Absen Fingerprint,
penggunaan SIMPEG/SKP pada manajemen
kepegawaian, penggunaan Group Whatsapp untuk komunikasi internal Menyediakan aplikasi layanan tamu
Menyediakan aplikasi arsip digital
Aplikasi SIMPEG/SKP Online, bukti
penggunaannya Group Whatsapp
Aplikasi Layanan Tamu Aplikasi Arsip Digital Aplikasi “ Beta Lapor”
Januari – Desember
Pemberian pelayanan kepada publik sudah menggunakan teknologi informasi
Penggunaan aplikasi e- Nadi_ntt, PPID, Website Dinas Kominfo
Laporan bulanan kegiatan operasional dari Aplikasi PPID, Website .Dinas Kominfo NTT
Bulanan
Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengukuran kinerja unit, operasionalisasi SDM;
dan Pemanfaatan IT;
Pemberian layanan publik telah dilakukan monev secara berkala
Melakukan Monev
Pemanfaatan IT setiap 3 bulan sekali
Laporan Monev Setiap
Triwulan
V Penataan Sistem Manajemen SDM 1. Perencanaan Kebutuhan
pegawai sesuai dengan kebutuhan
Kebutuhan pegawai yang disusun oleh unit kerja mengacu keadaan peta jabatan dan hasil analisis beban kerja untuk masing – masing jabatan
Menyusun analisa kebutuhan pegawai,
Menyusun ANJAB ABK Menyusun Peta Jabatan
Dokumen ANJAB ABK;
Laporan analisa kebutuhan pegawai
Bukti perhitungan kebutuhan pegawai
Maret – Juni 2021
Pokja V Sekretaris Sub Bagian Kepegawaian dan
Umum
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab Penempatan pegawai
mengacu kepada
kebutuhan pegawai yang telah disusun per jabatan
Menyusun Analisa Kebutuhan Pegawai, Menyusun ANJAB ABK
Rencana redistribusi pegawai telah diformalkan
Dokumen ANJAB ABK;
Laporan analisa kebutuhan pegawai
Maret – Juni 2021
Monitoring dan Evaluasi terhadap penempatan pegawai untuk memenuhi kebutuhan jabatan dalam organisasi telah memberikan perbaikan terhadap kinerja unit kerja
Membuat analisa SKP Dokumen analisa SKP Setiap Bulan
2. Pengembangan pegawai
berbasis kompetensi Unit kerja melakukan training need analysis untuk pengembangan kompetensi
Ada Standar Kompetensi Jabatan
Menyusun rencana
pengembangan kompetensi pegawai, Form perencanaan pendidikan dan pelatihan, Analisa Kebutuhan diklat fungsional tertentu dan fungsional umum
Dokumen Analisa Kebutuhan Diklat Fungsional tertentu non fungsional tertentu
Triwulan 1 Sekretaris Pokja V
Penyusunan rencana pengembangan
kompetensi pegawai sudah
mempertimbangkan hasil pengelolaan kinerja pegawai
Dokumen perencanaan pendidikan dan pelatihan pegawai
Dokumen perencanaan pendidikan dan pelatihan pegawai
Triwulan 1
Persentase kesenjangan kompetensi pegawai yang ada dengan standar
Menyusun evaluasi kinerja
pegawai Prosentase Analisa dari
kebutuhan, kecukupan kompetensi pegawai
Evaluasi berkala tiap
Semester
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab kompetensi yang
ditetapkan untuk masing- masing jabatan kurang dari 25%
dengan kondisi riil pegawai yang tersedia dan lampiran Analisis mutasi pegawai
Pegawai di unit kerja telah memperoleh kesempatan/
hak untuk mengikuti
diklat maupun
pengembangan kompetensi lainnya
Menyusun rekapitulasi pegawai yang telah mengikuti diklat/ magang
Rekapitulasi SIMPEG (pegawai dan diklat yang telah diikuti
Setiap Semester
Pelaksanaan pengembangan
kompetensi pegawai telah dilakukan melalui pengikutsertaan pada lembaga pelatihan, in house training atau melalui coaching atau mentoring , dll)
Mengikutsertakan pegawai pada pelatihan dan pendidikan yang diselenggarakan oleh BPSDM/atau lembaga lainya yang sah sesuai ketentuan UU, mengikutsertakan pegawai pada pelatihan internal, mengadakan Bimtek
Laporan Bimtek pelatihan eksternal, dan Bimtek Internal
Setelah pelaksanaan Bimtek atau
Diklat
Monitoring dan evaluasi
terhadap hasil
pengembangan
kompetensi dalam kaitannya dengan perbaikan kinerja dilakukan secara berkala
Melakukan monev terhadap kegiatan pendidikan dan pelatihan yang telah diikuti
Formulir monitoring efektifitas pendidikan dan pelatihan
Setelah Pelaksanaan
Diklat atau Bimtek
Terdapat penetapan kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi
Melakukan penilaian SKP tahunan
SKP tahun berjalan Januari
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab 3. Penetapan Kinerja
Individu
Ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan indikator kinerja individu level atasnya
Semua Pegawai menetapkan Perjanjian Kinerja secara berjenjang
Penilaian SKP struktural
Perjanjian Kinerja SKP Tahunan secara berjenjang
Januari Kadis,
Seluruh Eselon III Seluruh Eselon IV
Sub Bagian Kepegawaian dan
Umum Pengukuran kinerja
individu dilakukan secara periodic
Penilaian PPK Online bulanan struktural
Rekapitulasi PPK online Bulanan ( yang
dikeluarkan oleh BKD dan jadi dasar pengajuan Tukin)
April, Juli, Oktober, Desember
Hasil penilaian kinerja individu telah dijadikan dasar untuk pemberian reward (pengembangan karir individu,
penghargaan, dll)
Menyusun mekanisme Penilaian Pegawai Teladan ; Tim Penilai ; Kriteria yang jelas (SKP dan PPK menjadi salah satu kriteria)
Januari – Desember
4 Penegakan aturan disiplin / kode etik / kode perilaku pegawai
Aturan disiplin / kode etik / kode prilaku telah dilaksanakan /
diimplementasikan
Kode etik pegawai telah di publikasikan melalui Banner, telah dibuat Daftar hadir pegawai yang manual dan telah dibuat rekapitulasi kehadiran pegawai melalui aplikasi e-absen
Lembar Absensi Manual Pegawai, Laporan Absensi e-absen Pegawai
Januari s/d Desember
Sekretaris Pokja V Sub Bagian Kepegawaian dan Umum
5 Pelaksanaan Evaluasi Jabatan
Unit kerja telah mengimplementasikan Standar Kompetensi Jabatan (SKJ)
Menetapkan redistribusi pegawai dengan
memperhatikan standar Kompetensi Jabatan
SK mutase Staf internal.
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab 6 Sistem Informasi
Kepegawaian
Data informasi
kepegawaian unit kerja telah dimutakhirkan secara berkala
Pemutakhiran informasi kepegawaian melalui SIMPEG
Penyusunan DUK
SIMPEG dilakukan setiap kali ada perubahan DUK per Semester
Januari s/d Desember
Sekretaris Pokja V
VI Penguatan Akuntabilitas Kinerja
1 Keterlibatan Pimpinan Pimpinan terlibat secara langsung pada saat penyusunan perencanaan
Kadis memberikan pengarahan dan
menandatangani Lembar Pengesahan Usulan Rencana Kerja Kegiatan setiap tahun anggaran
Dokumen Renja
RKA- SKPD dan RKPA setiap tahun anggaran
RKPA APBD disetiap bulan Juli
RKA –APBD disetiap bulan Oktober
Sekretaris.
Pokja VI
Sub Bagian PDE
Pimpinan terlibat secara langsung pada saat penyusunan penetapan kinerja
Kadis terlibat dalam penyusunan RENSTRA, Rencana Kerja Tahunan.
Dokumen Indikator Kinerja Utama, dan LAKIP
Dokumen RENSTRA, Dokumen RKT, Dokumen IKU, Dokumen LAKIP tepat waktu
Januari s/d/
Desember
Pimpinan memantau pencapaian kinerja secara berkala
Menyusun monitoring dan evaluasi akuntabilitas kinerja yang disahkan pimpinan
Laporan monitoring dan evaluasi akuntabilitas kinerja yang disahkan pimpinan
Tri-bulanan
2 Pengelolaan
Akuntabilitas Kinerja
Dokumen perencanaan sudah ada
Menyusun Renstra RKT, Penetapan Kinerja
Renstra, RKT, Penetapan Kinerja
Januari
Dokumen perencanaan telah Berorientasi hasil
Menyusun Renstra RKT, Penetapan Kinerja
Renstra, RKT, Penetapan Kinerja
Januari Terdapat Indikator
Kinerja (IKU)
M enyusun IKU di RENSTRA
Renstra, RKT, Penetapan Kinerja
Januari
No Komponen Indikator Langkah Aksi Bukti Fisik Target Waktu Penanggung Jawab Indikator Kinerja telah
SMART
Menyusun RENSTRA, RKT, RKA
Renstra, RKT, Penetapan Kinerja
Januari Laporan kienerja telah
disusun tepat waktu
Menyusun LAKIP Renstra, RKT, RKA Desember - Januari Pelaporan kinerja telah
memberikan informasi tentang kinerja
Menyusun LAKIP setiap tahun anggaran
LAKIP setiap tahun anggaran tepat waktu
Desember - Januari Terdapat upaya
peningkatan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja
Menyusun LAKIP setiap tahun anggaran
LAKIP Setiap tahun Anggaran
Desember - Januari
Pengelolaan
akuntabilitas kinerja dilaksanakan oleh SDM yang kompeten
Menyusun SK Penyusun LAKIP dan Surat Tugas Pelatihan / workshop Penyusunan LAKIP
SK Penysun LAKIP dan Surat Tugas Pelatihan / Workshop Penyusunan LAKIP
VII Penguatan Pengawasan 1 Pengendalian
Gratifikasi
Public Campaign tentang pengendalian gratifikasi telah dilakukan
Menyusun SOP, memasang poster tentang gratifikasi dilingkungan Dinas
Komunikasi dan Informatika Provinsi NTT,
mensosialisasikan Gratisfikasi via website
Spanduk, Banner, Leaflet
Running Text Juni – Agustus 2021
Pokja VII
Pengendalian Gratifikasi
telah diimplementasikan
Membuat laporan pengaduan dari masyarakat/stakeholder, Menyusun rencana aksi atas hasil pengendalian atas pelaksanaan Program Pengendalian Gratifikasi
Pelaporan Gratifikasi melalui Aplikasi Laporan Pengaduan “ Beta Lapor”
Desember 2021
2 Penerapan SPIP Pengendalian Internal telah dibangun di lingkungan Dinas
Menyusun dokumenn SPIP, Menetapkan TIM SPIP, menggunakan WA Grup,
SK Organisasi, Juklak,
Juknis dan Tim SPIP September –
desember Kadis