Makalah Seminar Kerja Praktek
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR) PERFORMANCE PT. INDOSAT, Tbk SEMARANG
Heri Setio Jatmiko (L2F 009 051), Ajub Ajulian Zahra M, ST. MT (197107191998022001) Teknik Elektro, Universitas Diponegoro
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055 Fax. (024) 746055
heri_in_here@yahoo.co.id ayub.ayul1an@gmail.com
ABSTRAK
Berkembang pesatnya GSM ( Global System for Mobile Technology ) di negara Eropa membawa dampak bagi seluruh dunia termasuk Indonesia. Sekarang ini GSM sudah digunakan lebih dari milyaran pelanggan. Untuk mengimbangi perkembangan GSM yang semakin meningkat maka Operator seluler bersaing dengan berbagai cara, salah satu faktor kompetitif yang khas adalah jaringan dan kualitas layanan. Kualitas dapat diukur secara obyektif dengan Key Performance Indicator (KPI) untuk mengukur karakteristik tertentu dari layanan dengan menggunakan rumus dan data yang dikumpulkan dari kondisi jaringan yang ada di lapangan.
Call Setup Success Rate (CSSR) adalah salah satu indikator kinerja utama (KPI) yang digunakan oleh operator jaringan untuk menilai kinerja jaringan mereka. Hal ini diasumsikan memiliki pengaruh langsung terhadap kepuasan pelanggan dengan layanan yang disediakan oleh jaringan dan operatornya.
Menurut standar ITU-T (International Telecommunication Union – Telecommunications), nilai CSSR yang ideal harus mencapai >95%.
Kata Kunci : GSM, KPI, CSSR 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pada era modern, teknologi dan ilmu pengetahuan berkembang begitu pesat. Dunia telekomunikasi sekarang ini bisa juga dikatakan sebagai bidang yang mengalami kemajuan paling pesat. Pada masa dahulu berkomunikasi dengan seseorang yang berada di tempat yang jauh sangat sulit dijangkau tetapi semuanya terasa mudah dan cepat dengan adanya perkembangan teknologi telekomunikasi.
Karena pesatnya kemajuan teknologi telekomunikasi maka akan diimbangi oleh banyaknya pengguna jasa GSM. Hal ini diwujudkan dengan semakin banyaknya operator penyedia layanan yang berlomba-lomba meningkatkan kehandalannya baik dalam segi teknologi, aplikasi jaringan maupun manajemen pemasarannya. Kehandalan jaringan juga merupakan masalah penting yang harus benar- benar dijaga kualitasnya karena berpengaruh terhadap unjuk kerja jaringan. Unjuk kerja jaringan yang kehandalannya kurang bagus dapat menyebabkan permasalahan komunikasi pada jaringan GSM.
Oleh karena itu diperlukan optimalisasi jaringan radio yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, kualitas dan performa infrastruktur jaringan tersebut. Optimalisasi jaringan radio dapat dilakukan salah satunya dengan Drive Test.
Drive Test (DT) bertujuan untuk mengumpulkan informasi jaringan secara real di lapangan.
Informasi yg dikumpulkan merupakan kondisi aktual radio frequency (RF) di suatu base transceiver station (BTS) maupun dalam lingkup base station subsystem (BSS).
Salah satu parameter kualitas jaringan yang perlu diperhatikan yaitu Call Setup Success Rate (CSSR). Call Setup Success Rate (CSSR) merupakan persentase tingkat keberhasilan pembangunan hubungan dengan ketersediaan kanal suara (biasanya ditentukan nilai standarnya agar mencapai > 95%).
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Tujuan Kerja Praktek di Base Station System (BSS) PT. Indosat, Tbk adalah:
1. Mengkaitkan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku perkuliahan dengan pengetahuan dan teknologi yang diperoleh di perusahaan.
2. Membantu memberikan pembekalan dan keterampilan kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat di lapangan.
3. Mampu memahami dan menganalisa parameter kualitas jaringan GSM khususnya Call Setup Success Rate (CSSR).
1.3 Batasan Masalah
Dalam laporan ini terdapat pembatasan-
pembatasan masalah yang terkait dengan kerja
praktek yang dilakukan. Adapun pembatasan
masalahnya sebagai berikut:
1. Pembahasan GSM tidak dilakukan secara mendetail, namun hanya sebatas pengenalan arsitektur GSM.
2. Parameter kualitas jaringan GSM yang dibahas hanya Call Setup Success Rate (CSSR).
2. GLOBAL SYSTEM FOR MOBILE COMMUNICATION (GSM)
2.1 Sejarah dan Perkembangan GSM Sejarah dan Perkembangan GSM dimulai pada tahun 80-an yaitu ketika teknologi seluler banyak digunakan, tetapi saat itu teknologi masih analog, seperti AMPS, TACS, dan NMT. Karena teknologi yang digunakan analog, maka beberapa sistem yang dikembangkan di beberapa negara yang berbeda tidak saling kompatibel satu dengan yang lainnya, sehingga mobilitas user sangat terbatas pada suatu area sistem teknologi tertentu saja.
Untuk itu maka pada tahun 1982, negara – negara Eropa membentuk sebuah organisasi bertujuan untuk menentukan standard-standard telekomunikasi mobile yang dapat digunakan di semua Negara Eropa. Organisasi ini diberi nama Group Speciale Mobile (GSM). Latar belakang pembentukan organisasi ini adalah keadaan tiap- tiap negara pada saat itu yang masih menggunakan sistem telekomunikasi wireless analog yang tidak kompatible untuk akses antar Negara, sehingga tidak memungkinkan dilakukan roaming antar negara. Organisasi ini kemudian menghasilkan standard-standard telekomunikasi bergerak yang kemudian dikenal dengan GSM (Global System for Mobile communication). GSM sendiri mulai diimplementasikan di negara eropa pada awal tahun 1990-an. Pemakaian GSM kemudian meluas ke Asia dan benua Amerika.
Pada saat ini GSM merupakan teknologi komunikasi bergerak yang paling banyak digunakan di seluruh dunia.
2.2 Arsitektur Jaringan GSM
Secara umum, network element dalam arsitektur jaringan GSM dapat dibagi menjadi :
1. Mobile Station (MS)
2. Base Station Sub-system (BSS) 3. Network Sub-System (NSS)
4. Operation and Support System (OSS) Secara bersama-sama, keseluruhan network element di atas akan membentuk sebuah PLMN (Public Land Mobile Network).
Gambar 1 Arsitektur GSM 2.2.1 Mobile Station (MS)
Mobile Station (MS) adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh suatu pelanggan untuk melakukan panggilan maupun sms. Secara umum sebuah Mobile Station terdiri dari :
1. Mobile Equipment (ME) atau handset 2. Subscriber Identity Module (SIM) atau
Sim card
2.2.1.1 Mobile Equipment (ME) atau handset
ME adalah suatu perangkat GSM yang berada di sisi pelanggan yang memiliki fungsi sebagai terminal transceiver (pengirim dan penerima sinyal) untuk berkomunikasi dengan perangkat GSM lainnya. Secara international, ME diidentifikasi dengan IMEI (International Mobile Equipment Identity).
IMEI (International Moblie Equipment Identity) adalah nomor identitas khusus tiap ponsel GSM berupa deretan angka sepanjang 15 digit. IMEI dapat dimunculkan dilayar ponsel dengan menekan tombol *#06#. Data IMEI ini disimpan oleh EIR (Equipment Identity Register) untuk keperluan authentikasi.
2.2.1.2 Subscriber Identity Module (SIM) atau Sim card
Subscriber Identity Module (SIM) adalah sebuah smart card yang berisi seluruh informasi pelanggan dan beberapa informasi service yang dimilikinya. Mobile Equipment (ME) tidak dapat digunakan tanpa ada SIM card di dalamnya, kecuali untuk panggilan emergency (SOS) dapat dilakukan tanpa menggunakan SIM card.
2.2.2 Base Station Sub-System (BSS)
Semua fungsi hubungan radio
dikonsentrasikan pada BSS. BSS bertanggung
jawab untuk pembangunan dan pemeliharaan
hubungan ke MS. BSS mengalokasikan kanal
radio untuk suara dan pesan data, membangun hubungan radio, dan melayani sebagai relay station antara MS dan MSC. Secara umum, Base Station Sub-system terdiri dari dua atau tiga bagian tergantung dari bagaimana fungsi tersebut digunakan yaitu TRC (Transcoder Controller), BTS (Base Transceiver Station) dan BSC (Base Station Controller).
2.2.2.1 Transcoder Controller ( TRC ) TRC menjalankan pengadaptasian kecepatan dari informasi. Fungsi tersebut dapat juga diletakkan di beberapa titik hubungan hardware yang terpisah atau bersama-sama dengan BSC di titik hubungan BSC / TRC. Kecepatan bit per-kanal dikonversi dari 64 kbps menjadi 16 kbps.
2.2.2.2 BTS (Base Transceiver Station) BTS adalah perangkat GSM yang berhubungan langsung dengan MS. BTS berhubungan dengan MS melalui air interface atau disebut juga Um Inteface. BTS berfungsi sebagai pengirim dan penerima ( transceiver ) sinyal komunikasi dari/ke MS yang menyediakan radio interface antara MS dan jaringan GSM. Karena fungsinya sebagai transceiver, maka bentuk fisik sebuah BTS adalah tower dengan dilengkapi antena sebagai transceiver.
2.2.2.3 BSC ( Base Station Controller ) BSC adalah perangkat yang mengontrol kerja BTS-BTS yang secara hiraki berada di bawahnya. BSC merupakan interface yang menghubungkan antara BTS (komunikasi menggunakan A-bis interface) dan MSC (komunikasi menggunakan A interface).
2.2.3 Network Switching Subsystem (NSS) 2.2.3.1 Mobile Switching Center (MSC)
MSC adalah network element central dalam sebuah jaringan GSM. Semua hubungan (voice call/transfer data) yang dilakukan oleh mobile subscriber selalu menggunakan MSC sebagai pusat pembangunan hubungannya.
2.2.3.2 Home Location Register (HLR) HLR adalah network element yang berfungsi sebagai sebuah database untuk penyimpan semua data dan informasi mengenai pelanggan yang tersimpan secara permanen, dalam arti tidak tergantung pada posisi pelanggan. HLR bertindak sebagai pusat informasi pelanggan yang setiap waktu akan diperlukan oleh VLR untuk merealisasi terjadinya komunikasi pembicaraan. VLR selalu berhubungan dengan HLR dan memberikan informasi posisi terakhir dimana
pelanggan berada. Informasi lokasi ini akan diupdate apabila pelanggan berpindah dan memasuki coverage area suatu MSC yang baru.
2.2.3.3 Visitor Location Register (VLR) VLR adalah network element yang berfungsi sebagai sebuah database yang menyimpan data dan informasi pelanggan, dimulai pada saat pelanggan memasuki suatu area yang bernaung dalam wilayah MSC.
2.2.3.4 Authentication Center (AuC) AuC menyediakan parameter- parameter authentikasi pelanggan untuk mengakses jaringan GSM dan encryption yang memeriksa identitas pemakai dan memastikan kemantapan dari setiap call.
2.2.3.5 Equipment Identity Registration (EIR)
EIR memuat data-data peralatan pelanggan (Mobile Equipment) yang diidentifikasikan dengan IMEI (International Mobile equipment Identity).
2.2.4 Operation and Support System (OSS) Operation and Support System (OSS) sering juga disebut dengan OMC (Operation and Maintenance Center adalah sub system jaringan GSM yang berfungsi sebagai pusat pengendalian dan maintenance perangkat (network element) GSM yang terhubung dengannya.
Interface pada Jaringan GSM :
Gambar 2 Interface Jaringan GSM Ada empat antar-muka ( interface ) utama yang ada pada jaringan GSM yang digunakan untuk informasi trafik dan pensinyalan.
Interface tersebut adalah A-Interface, A-ter Interface, A-bis Interface, dan Air Interface. A- Interface menghubungkan jalur informasi antara MSC / VLR dengan TRC, A-ter Interface antara TRC dengan BSC, A-bis Interface mengirim informasi antara BSC dan BTS, sementara Air Interface beroperasi antara BTS dan MS.
3. CALL SETUP SUCCESS RATE (CSSR)
3.1 Key Performance Indicators Parameter
KPI menjadi acuan kehandalan dari suatu
jaringan GSM secara keseluruhan. Ada tiga
parameter Key Performance Indikator (KPI) yaitu Accessibility (berkaitan dengan CSSR), Retainability ( berkaitan dengan CDR ), Mobility (berkaitan dengan HOSR). Ketiga parameter tersebut menjadi acuan dalam meningkatkan performansi jaringan telekomunikasi. Menurut standar ITU-T (International Telecommunication Union – Telecommunications), nilai CSSR harus mencapai >95%, nilai CDR harus mencapai < 5%, dan nilai HOSR harus mencapai >95%.
3.2 Call Setup Success Rate (CSSR)
Dalam telekomunikasi, CSSR adalah nilai yang digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan jaringan dalam memberikan pelayanan baik berupa voice call, video call maupun SMS, dengan kata lain membuka jalan untuk komunikasi dan terkadang karena berbagai alasan, tidak semua upaya untuk melakukan panggilan (Call Attempt) dapat terkoneksi ke nomor yang dituju. Saat hendak melakukan panggilan, call attempt memanggil prosedur call setup dan jika berhasil maka panggilan akan terhubung.
Keberhasilan call setup terdiri dari dua prosedur yaitu
[4]:
Prosedur pertama adalah prosedur penugasan untuk membuat koneksi sinyal antara mobile station (MS) dan jaringan.
Hal ini hanya dapat terjadi saat MS mengirimkan sebuah permintaan kanal pesan ke BTS yang membutuhkan saluran sinyal (SDCCH). Kemudian terjadi proses signaling antara MS dan jaringan untuk mengaktifkan saluran sinyal dan menerima layanan yang diminta oleh MS.
Keberhasilan untuk menduduki SDCCH diakui dengan mengirimkan pesan dari MS ke BTS dan kemudian ke BSC.
Selanjutnya terjadi koordinasi prosedur (otentikasi, penyandian, dll) yang dilakukan SDCCH.