• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA

Miftahur Wahida

1

, I Gede Margunayasa

2

, Nym. Kusmariyatni

3 123

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:miftahur.wahida@yahoo.com

1

, pakgun_PGSD@yahoo.com

2

,

nym_kusmariyatni@yahoo.co.id

3 Abstrak

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan test only control

group design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu

tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 113 siswa. Sampel penelitian ini yaitu kelas V SDN 2 Kaliuntu sebanyak 20 orang sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SDN 1 Kaliuntu sebanyak 33 siswa sebagai kelompok kontrol yang dipilih menggunakan teknik

random sampling. Instrumen yang digunakan adalah tes hasil belajar berbentuk pilihan

ganda dan kuesioner motivasi berprestasi. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif, ANAKOVA 1 jalur, dan kontribusi product

moment. Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) terdapat perbedaan yang signifikan

hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (Fhitung = 51,818 dengan Sig. 0,000<0,05); (2) terdapat perbedaan yang

signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional dengan mengontrol motivasi berpretasi siswa(Fhitung = 27,414 dengan sig. = 0,000<0,05);

(3) terdapat kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA (rhitung 0,652 > rtabel 0,279, dengan sig. = 0,000<0,05). Berdasarkan hipotesis yang

dilakukan dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA siswa.

Kata-kata kunci: model inkuiri terbimbing, hasil belajar IPA, motivasi berprestasi Abstract

This research is classified as quasi experiment with the design of the post-test only control group design. The population of the research were the fifth grade students in Kaliuntu Sub District in academic year 2015/2016 totaling 113 people. Sample were students of fifth grade elementary school No 2 Kaliuntu as experiment class totaling 20 people, and elementary school No 1 Kaliuntu as control class totaling 33 people selected by simple random sampling technique. The instrument of this research is learning result test with multiple choice and Data were analyzed using descriptive statistics, Anacova one lane one covariates and with achievement motivation questionnaire. The product moment correlation. The results showed that: 1) there are significant differences between student’s learning result that learned with the guided inquiry model and student’s that learned with conventional learning (Fcount = 51,818, with sig. = 0,000 < 0,05); 2) there are

significant differences between learning result that learned with guided inquiry model and student’s that learned with conventional learning after controlling learning achievement motivation (Fcount = 27,414, with sig. = 0,000 < 0,05); 3) there are significant correlation of

achievement motivation to the IPA learning result (r squared = 0,652 > rtable = 0,279, with

sig. = 0,000 < 0,05). Based on the hypothesis that do stated that there is significant influence guided inquiry model and achievement motivation toward IPA student learning. Keyword : Guided Inquiry model, IPA learning result, achievement motivation

(2)

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan sarana penting dalam mewujudkan SDM yang berkualitas. Bangsa yang ingin maju, membangun, dan berusaha memperbaiki keadaan masyarakat, dan dunia, tentu

mengatakan bahwa pendidikan

merupakan kunci, dan tanpa kunci itu usaha mereka akan gagal (Budiningsih, 2012). Semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai hal yang penting. Begitu juga Indonesia yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang utama dalam konteks upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.. Hal tersebut merujuk pada Fungsi pendidikan yang tertuang pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab II Pasal 3 disebutkan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU No. 20, 2003: 7).

Untuk mewujudkan tujuan bangsa Indonesia yang tertuang pada Pembukaan UUD 1945 dan UU No. 20 tahun 2003, maka pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya adalah dengan adanya penyempurnaan kurikulum yang ditujukan untuk membentuk proses pembelajaran yang kondusif.

Guru dalam proses pembelajaran tidak hanya dituntut untuk pintar dalam penguasaan materi ajar, tetapi juga diharapkan mempunyai kemampuan dalam menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan, serta mampu berkomunikasi dalam penyampaian bahan ajar secara terencana sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Husdarta & Saputra (2013:2), “proses belajar mengajar merupakan proses yang terpenting karena terjadi interaksi

langsung antara pendidik dan peserta didik”. Dalam kaitannya dengan pendidikan, perkembangan IPTEK tidak terlepas dari adanya perkembangan sains (IPA) yang dilakukan oleh para ilmuan, IPA adalah salah satu disiplin ilmu yang memegang peranan strategis dalam menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. “IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar” (Susanto, 2013). Belajar IPA menjadi cara ideal untuk menunjang kesejahteraan hidup manusia. Untuk mendapatkan tujuan pembelajaran IPA di atas, pembelajaran hendaknya juga harus mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan. Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

Namun pada kenyataannya, hasil belajar siswa belum dapat dikembangkan secara optimal. Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Desember – 25 Desember 2015 di kelas V SD Kelurahan Kaliuntu. Pembelajaran IPA yang berlangsung belum mampu mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Motivasi untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam belajar IPA masih relatif rendah. Selain itu, model yang digunakan guru dalam mengajar masih terfokus pada kegiatan siswa untuk menghafal sejumlah informasi terkait dengan materi IPA. Tidak adanya variasi metode yang digunakan dalam mengajar membuat siswa menjadi bosan dan guru juga kurang memancing motivasi siswa dalam berprestasi. Keadaan ini membuat siswa malas untuk belajar dan berdampak pada tidak tercapainya hasil belajar yang optimal

“Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor” (Bundu, 2006:17). Hasil

(3)

belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, karena proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajarnya.

Namun pada kenyataannya, kemampuan hasil belajar siswa masih sangat rendah. Hal ini diperkuat dengan hasil tes hasil belajar IPA pada siswa kela V SD di Kelurahan Kaliuntu. Berdasarkan hasil tes tersebut diketahui bahwa rata-rata hasil belajar IPA di SDN 1 Kaliuntu adalah 58,78, di SD Negeri 2 Kaliuntu adalah 60,78, di SD Negeri 3 Kaliuntu adalah 60,21, di SD Khatolik Karya pada kelas VA adalah 61,47, dan kelas VB di SD Khatolik Karya adalah 57,21. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa nilai rata-rata nilai ulangan tengah semester ganjil siswa kelas V untuk mata pelajaran IPA di Kelurahan Kaliuntu menunjukan bahwa, nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V, siswa belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang berlaku disekolah masing-masing.

Untuk mengetahui penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa tersebut, maka dilakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara kepada beberapa guru kelas. Berdasarkan kegiatan tersebut, ada beberapa faktor yang diyakii menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa yaitu: 1) keyakinan siswa yang sangat besar bahwa guru adalah informasi yang paling benar dan mengetahui segalanya; 2) pembelajaran menggunakan model konvensional yang masih berpusat pada guru yang dominan menggunakan metode ceramah selama proses pembelajaran; 3) siswa hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh guru seperti

mendengarkan, mencatat, dan

mengerjakan latihan soal; 4) minimnya

penggunaan media sehingga

pembelajaran kurang menarik dan menggugah keingintahuan siswa; 5) minimnya kesempatan siswa untuk melakukan aktifitas dan mencari informasi dari berbagai sumber terkait dan dari percobaan yang dilakukan siswa dalam bentuk diskusi, sehingga siswa kurang termotivasi dan cendrung mengikuti

pembelajaran dengan malas dan merasa bosan; dan 6) Guru masih kurang menumbuhkan motivasi siswa untuk berprestasi, sehingga dalam mengikuti pembelajaran siswa cendrung malas dan pasif.

Masalah rendahnya hasil belajar IPA siswa perlu dicarikan solusi agar pembelajaran yang dilaksanakan mampu menumbuhkan motivasi berprestasi siswa dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang optimal. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan menerapkan model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan hasil belajarnya pada mata pelajaran IPA. Model inovatif yang dipilih sesuai dengan permasalahan yang terjadi adalah model pembelajaran Inkuiri terbimbing.

Bonnstetter (dalam Anam, 2015:17) mengemukakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided

inquiry) merupakan suatu model inkuiri

yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa dengan memberikan suatu permasalahan untuk dibuatkan pemecahan masalahnya oleh siswa dengan bimbingan guru. Model ini mengutamakan proses sebagai usaha mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran inkuiri terbimbing ini juga dikemukakan oleh Lee (2014:1237) yakni pengajaran berbasis inkuiri meletakkan penekanan khusus pada konsep inti dari pembelajaran kognitif dan penemuan dan tujuannya untuk mengembangkan pemikiran tingkat tinggi. Dengan kata lain, guru tidak mengajarkan segala sesuatu secara langsung atau eksplisit. Sebaliknya, peserta didik diharapkan dan didorong untuk

menemukan pengetahuan, untuk

menghasilkan aturan berdasarkan serangkaian contoh dan untuk dapat lebih menerapkan aturan ini atau pengetahuan ini untuk kasus baru dan menghadapi situasi kehidupan sehari-hari”.

Model ini cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. model inkuiri terbimbing ini mendorong siswa untuk

(4)

semakin berani dan kreatif dalam berimajinasi, oleh karenanya, siswa didorong bukan saja untuk mengerti materi pelajaran tetapi juga mampu menciptakan penemuan.

Inkuiri merupakan tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inkuiri berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu. Sehingga kaitan model pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap IPA yakni model inkuiri tidak saja

meningkatkan pemahaman siswa

terhadap konsep-konsep dalam sains saja, melainkan juga membentuk sikap keilmiahan pada diri siswa. Terdapat enam kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Anam (2015:14) sebagai berikut: (1) membantu

siswa mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan

penguasaan keterampilan dan proses konektif siswa; (2) membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan; (3) member kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan; (4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melakui proses-proses penemuan; (5) strategi ini berpusat pada siswa, dan guru berpartisipasi sebagai sesame mengecek ide; dan (6) siswa terlibat langsung dalam pelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Disamping penggunaan model pembelajaran yang inovatif, variabel lain seperti motivasi berprestasi siswa merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran.

Terdapat faktor-faktor yang berinteraksi dalam pembelajaran, faktor siswa dengan segala karakteristiknya sebagai titik sentral dalam pembelajaran dan faktor guru sebagai instrument input dalam proses pembelajaran, karena siswa yang mengalami pembelajaran maka siswa pulalah yang harus bertanggung jawab

atas pembelajaran dirinya (Marhaeni, 2012:14).

Salah satu komponen yag melekat pada diri siswa adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi siswa juga patut dijadikan bahan pertimbangan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Husdarta & Saputra (2013:12) mengemukakan “motivasi berprestasi merupakan motivasi yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa keunggulan, ukuran keunggulan ini didapat dari prestasi sebelumnya, dapat pula dari prestasi orang lain”. Kemudian Mikhriani (2008:22) mengemukakan bahwa, “orang dengan motivasi berprestasi tinggi adalah orang yang termotivasi oleh prestasi gemilang”.

Dengan demikian, motivasi berprestasi sebagai salah satu variabel di luar model pembelajaran inkuiri terbimbing diasumsikan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar IPA yang akan diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakan penelitian yakni dengan

mengimplementasikan model

pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA siswa kelas V dan melihat pengaruhnya terhadap hasil belajar IPA setelah mengontrol motivasi berprestasi siswa. Namun, seberapa jauh pengaruh model tersebut belum dapat diungkapkan. Maka dari itu, akan dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar IPA dengan Mengontrol Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini yaitu (1) menganalisis perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016; (2) menganalisis perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan

(5)

pembelajaran konvensional setelah mengontrol motifasi berprestasi pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016; dan (3) menganalisis kontribusi motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel

dapat dikendalikan secara ketat. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 163 siswa. Populasi yang ada dipilih menggunakan teknik pengundian (random

sampling) untuk menentukan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini. Teknik pengundian ini dilakukan karena tidak memungkinkan diadakannya pengambilan subjek penelitian secara acak dari populasi yang ada, karena subjek (siswa)

secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu kelas). Teknik random

sampling dilakukan dengan sistem undian.

Berdasarkan hasil pengundian pertama, diperoleh dua kelas sampel yaitu kelas V SD Negeri 1 Kaliuntu dan kelas V SD Negeri 2 Kaliuntu. Kelas V SD Negeri 1 Kaliuntu berjumlah 33 siswa dan kelas V SD Negeri 2 Kaliuntu berjumlah 20 siswa. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh kelas V SD Negeri 2 Kaliuntu sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Kaliuntu sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas kontrol diberikan perlakuan (model pembelajaran konvensional) atau perlakuan yang biasa diberikan oleh guru pengajar di sekolah tersebut. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent

post-test only control group design, dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Desain Penelitian Non Equivalent Post-test Only Control Group Design

Kelas Pengamatan Awal Treatment Post-test

Eksperimen O1 X1 O3

Kontrol O2 - O4

(Dimodifikasi dari Gall, et al., dalam Agung, 2014:163) Keterangan:

X1 = perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri terbimbing

- = perlakuan berupa pembelajaran konvensional O1 = data motivasi berprestasi kelompok eksperimen

O2 = data motivasi berprestasi kelompok kontrol

O3 = data hasil belajar IPA kelompok eksperimen

O4 = data hasil belajar IPA kelompok kontrol

Dari desain penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa O1 dan O2 sebagai

pengamatan awal bukan sebagai pre test. Pengamatan awal ini dilakukan untuk mengumpulkan data motivasi berprestasi setiap siswa sebelum diberikan perlakuan berupa model inkuiri terbimbing, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, data motivasi berprestasi ini digunakan sebagai kovariabel dalam penelitian ini. Setelah perlakuan selesai dilakukan dalam waktu yang ditentukan maka siswa diberikan post test yang berupa tes hasil belajar IPA.

Penelitian ini melibatkan tiga variabel yaitu satu variabel terikat (hasil belajar IPA), satu variabel bebas (model inkuiri terbimbing dan konvensional), dan satu variabel kontrol (motivasi berprestasi) yang dijadikan kovariabel. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA dalam mata pelajaran IPA siswa kelas V SD. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan instrumen kuesioner.

Pengumpulan data hasil belajar IPA siswa digunakan instrument tes hasil

(6)

belajar IPA siswa berjumlah 40 butir yang diberikan saat akhir pembelajaran. Sedangkan instrument motivasi berprestasi siswa digunakan kuesioner motivasi berprestasi berjumlah 45 butir yang diberikan pada awal pembelajaran. Sebelum kedua instrument tersebut digunakan dalam uji coba, instrument yang digunakan diuji validitas yakni validitas isi dengan menggunakan rumus

Gregory dengan tujuan untuk mengetahui

soal yang relevan dan yang tidak relevan untuk digunakan dalam uji coba. Berdasarkan hasil uji validitas isi yang dilakukan oleh pakar, maka dari 40 butir soal instrument hasil belajar IPA siswa tidak ada butir soal yang tergolong tidak relevan, sedangkan dari 45 butir soal kuesioner motivasi berprestasi sebanyak 3 butir soal yang tidak relevan. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen tersebut terhadap siswa kelas VI SD di Kelurahan Kaliuntu dengan tujuan

untuk menentukan butir soal instrumen tersebut layak untuk diberikan terhadap kelompok sampel. Uji coba tes hasil belajar IPA meliputi: validitas butir tes, reliabilitastes tes, daya beda tes, dan tingkat kesukaran tes. Sedangkan uji coba untuk kuesioner motivasi berprestasi meliputi: validitas butir, dan reliabilitas.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama dilakukan analisis deskriptif, tahap kedua digunakan analisis uji coba prasyarat untuk pembuktian persyaratan analisis statistik. Sedangkan pada tahap ketiga dilakukan analisis untuk pembuktian hipotesis.

Pengujian terhadap hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dilakukan melalui metode statistika, hipotesis pertama dilakukan dengan menggunakan analisis ANAVA, hipotesis kedua dilakukan dengan menggunakan ANAKOVA satu jalur, dan hipotesis yang ketiga dicari dengan menggunakan kontribusi product moment. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas sebaran data, uji homogenitas varians, dan uji linieritas regresi. Seluruh pengujian yang dilakukan digunakan bantuan SPSS versi 16 for

windows, serta menggunakan microsoft office excel 2007.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Hasil analisis statistik deskriptif data penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rekapitulasi Deskripsi Statistik Hasil Belajar IPA

Data Statistik Y A1 A2Y N 20 33 Jumlah 469 522 Mean 23,45 15,82 Median 23,00 15,00 Modus 20 11 Standar deviasi 4,019 3,566 Varians 16,155 12,716 Skor max 30 23 Skor min 17 10 Rentangan 13 13

Berdasarkan data pada tabel di atas, skor rata-rata hasil belajar IPA yang diperoleh,skor rata-rata kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing (A1Y) adalah 23,45, sedangkan skor rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan

pembelajaran konvensional (A2Y) adalah 15,82. Dengan demikian hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

(7)

Untuk membuktikan ketiga hipotesis yang diajukan, maka dilakukan pengujian dengan bantuan program SPSS versi 16 for windows. Berikut merupakan hasil

pengujian yang tersaji pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Pertama dengan Bantuan SPSS Versi 16 for Windows

Sumber Varians JK Df RJK Fhitung Sig.

Model Pembelajaran (Antar A) 725,311 1 725,311 51,818 0,000

Dalam 713,859 51 13,997 - -

Total 1439,170 52 - - -

Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Kedua

Sumber Varians JK Df RJK Fhitung Sig.

Motivasi Berprestasi (X) 178,971 1 178,971 16,730 0,000

Model Pembelajaran setelah Motivasi Berprestasi dikontrol (Antar A)

293,267 1 293,267 27,414 0,000

Dalam 534,888 50 10,698 - -

Total 19969,0 53 - - -

Sedangkan untuk hasil uji hipotesis yang ke tiga didapatkan hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai koefisien kontribusi product moment

adalah rhitung 0,6520 (rxy) > rtabel = 0,2284

(signifikan). Sehingga, nilai kontribusi kovariabel motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA adalah 0,65202 =

0,4251.

Pembahasan

Pertama, berdasarkan Tabel 3 tampak bahwa harga Fhitung =51,818 >

Ftabel =4,08 dan angka signifikansi 0,000

lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis

alternative (HA) yang menyatakan bahwa

“terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional

Dengan demikian, dapat

disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016.

Hasil uji hipotesis pertama menunjukan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa dari pada pembelajaran konvensional. Hal ini dikarenakan model inkuiri terbimbing memiliki kelebihan-kelebihan. Tujuan utama pembelajaran berbasis inkuiri menurut National Reseach Council (dalam

Santiasih, 2014) adalah (1)

mengembangkan keinginan dan motivasi siswa untuk mempelajari prinsip dan konsep sains; (2) mengembangkan keterampilan ilmiah siswa sehingga mampu bekerja seperti layaknya seorang ilmuan; (3) membiasakan siswa bekerja untuk memperoleh pengetahuan. Sedangkan kelebihan-kelebihan model pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Anam (2015:14) adalah (1) membantu

siswa mengembangkan atau

memperbanyak persediaan dan

penguasaan keterampilan dan proses konektif siswa; (2) membangkitkan gairah pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan; (3) member kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan; (4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan

(8)

bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melakui proses-proses penemuan; (5) strategi ini berpusat pada siswa, dan guru berpartisipasi sebagai sesame mengecek ide; (6) siswa terlibat langsung dalam pelajaran sehingga siswa termotivasi untuk belajar.

Model pembelajaran inkuiri ini dapat menciptakan pembelajaran yang yang bermakna karena mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal ini sesuai dengan tujuan hasil belajar yang ada, menurut Bundu (2006:17) “hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar-mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor”. Dalam suatu pembelajaran, model adalah salah satu perangkat penting untuk menyukseskan pembelajaran tersebut, dengan tujuan yakni meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karenanya, dengan menerapkan model yang cocok dan baik untuk siswa, maka akan membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Selain itu, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Luh Santiasih (2014). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA secara signifikan antara siswa yang dibelajarkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan siswa yang dibelajarkan model pembelajaran konvensional (F=26,997; p<0,05).

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di SD Negeri Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016.

Kedua, hasil uji hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol motivasi berprestasi”, Berdasarkan Tabel 4, maka harga Fhitung = 27,414 dan Ftabel = 4,08

dengan taraf signifikansi di bawah dari 0,05. Sehingga Fhitung < Ftabel yang berarti

hipotesis nol (H0) ditolak dan H1 diterima.

Sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan

hipotesis alternative (HA) diterima yang

menyatakan bahwa, “terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol motivasi berprestasi siswa. dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing. Dari uji hipotesis kedua yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hasil yang diperoleh adalah signifikan, artinya memang model pembelajaran inkuiri terbimbing yang mempengaruhi hasil belajar IPA siswa.

Motivasi berprestasi merupakan suatu proses atau faktor yang mendorong seseorang untuk bertindak dan melakukan suatu hal dengan cara tertentu untuk mencapai prestasi tinggi yang gemilang.

Dengan motivasi, siswa akan

bersemangat untuk melaksanakan dan mengikuti pembelajaran di kelas. Selain itu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, karena seseorang yang memiliki motivasi tinggi akan memiliki hasil belajar yang berbeda dengan seseorang yang memiliki motivasi rendah.

Motivasi yang tinggi akan membuat siswa semakin bertindak lebih dalam proses pembelajaran. Motivasi berprestasi merupakan suatu proses atau faktor yang mendorong seseorang untuk bertindak dan melakukan suatu hal dengan cara tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, motivasi yang dimaksud adalah motivasi siswa dalam berprestasi.

Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nyoman Susila (2011) yang menunjukan adanya peningkatan hasil belajar IPA setelah mengontrol motivasi berprestasi.

Hasil penelitian yang dilakukan Nyoman Susila mendapatkan hasil yakni pada motivasi berprestasi tinggi siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari pada siswa yang mengikutin pembelajaran dengan pendekatan konvensional (Q-hitung = 9,359 dan –tabel = 2,83), sedangkan pada

(9)

siswa yang motivasi berprestasi rendah terjadinya sebaliknya (Q-hitung = 3,204 dan Q-tabel = 2,83), dan (3) terdapat pengaruh interaksi yang signifikan antara model pembelajaran dengan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA siswa

FAB39,464

dengan 05 , 0 94 , 3   p Ftabel .

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional setelah mengontrol motivasi berprestasi pada siswa kelas V di SD Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016.

Ketiga, hasil perhitungan menunjukan nampak bahwa nilai koefisien kontribusi product moment adalah rhitung

0,6520 (rxy) > rtabel = 0,2284 (signifikan).

Sehingga, nilai kontribusi kovariabel motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA adalah 0,6520. Untuk mencari nilai kontribusi motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA maka (rxy) dikuadratkan,

sehingga didapatkan nilai kontribusi motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA adalah 0,4251. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan

H1 diteima, sehingga terdapat kontribusi

yang signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA siswa.

Kontribusi motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA ini dapat disebabkan oleh tingginya motivasi siswa, Menurut Husdarta & Saputra (2013:12) mengemukakan “motivasi berprestasi merupakan motivasi yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa keunggulan, ukuran keunggulan ini didapat dari prestasi sebelumnya, dapat pula dari prestasi orang lain. Selain itu, Meclelland (dalam Husdarta & Saputra, 2013:14) menekankan pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil dalam bisnis industri adalah orang yang berhasil menyelesaikan segala sesuatu, iya menandai tingginya tiga motivasi utama, yaitu (1) penggabungan (2)

kekuatan, dan (3) prestasi. Motivasi berprestasi siswa juga berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan maka hasil belajar siswa dapat berkembang dengan baik.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:22), “hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar”. Bloom (dalam Santiasih, 2014:49) mengemukakan “secara garis besar hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga yaitu: (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah psikomotor”. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar yakni: “(1) informasi verbal, (2) keterampilan intelektual, (3) strategi kognitif, (4) sikap, dan (5) keterampilan motoris”. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, pada saat belajar motivasi berprestasi siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa, menurut Husdarta & Saputra (2013:12) mengemukakan “motivasi berprestasi merupakan motivasi yang mendorong individu untuk mencapai sukses dan bertujuan untuk berhasil dalam kompetisi dengan beberapa keunggulan, ukuran keunggulan ini didapat dari prestasi sebelumnya, dapat pula dari prestasi orang lain”.

Maka dari itu motivasi berprestasi siswa memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki siswa, maka semakin tinggi pula hasil belajar yang didapat siswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah motivasi berprestai siswa dalam belajar, maka semakin rendah hasil belajar yang didapat siswa.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan kovariabel motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016.

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, dapat

(10)

disimpulkan hasil penelitian ini sebagai berikut.

Pertama, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016 (F

hitung =51,818

dengan sig. 0,000), rata-rata skor hasil belajar IPA yang diperoleh oleh kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah 23,45 dan rata-rata skor hasil belajar IPA yang diperoleh kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 15,82. Dengan demikian hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Kedua, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol motivasi berprestasi pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016 (Fhitung =27,414

dengan sig. 0,000). Dengan demikian hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional setelah mengontrol motivasi berprestasi. Dan yang ketiga yakni terdapat kontribusi yang signifikan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Kelurahan Kaliuntu tahun pelajaran 2015/2016 (rhitung

=0,652 dengan sig. 0,000).

Bertolak dari hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran yaitu

Hasil penelitian ini menemukan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Sehingga apabila guru mendesain pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siwa sebaiknya guru menggunakan model

pembelajaran yang inovatif seperti model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran, dan tentu perlu

dikombinasikan dengan model

pembelajaran inovatif lain yang sesuai dengan situasi dan keadaan siswa. Selain itu, hasil penelitian ini menemukan adanya kontribusi antara motivasi berprestasi terhadap hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA siswa tidak hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan saja namun juga dipengaruhi oleh motivasi berprestasi yang dimiliki oleh siswa. Sehingga dalam mendesain pembelajaran guru harus memperhatikan model pembelajaran dan motivasi berprestasi siswa, dan tentu juga harus memperhatikan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar IPA siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, Gede. 2014. Metodologi Penelitian

Pendidikan. Singaraja:

Pascasarjana Undiksha.

Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran

Berbasis Inkuiri (Metode dan

Aplikasi). Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Budiningsih, C. Asri. 2012. Belajar &

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan

Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains-SD. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Husdarta dan Saputra 2013. Belajar dan

Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Lee, Horng-Yi. 2014. “Inquiry-based Teaching in Second and Foreign Language Pedagogy”. Journal of

Language Teaching and Research.

Volume 5, Nomor 6. (hlm.1236-1244).

Santiasih, Ni Luh. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No. 1 Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Tesis. Program Studi

(11)

Pendidikan Dasar. Program

Pascasarjana. Universitas

Pendidikan Ganesha.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar &

Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Susila, Nyoman. 2011. “Pengaruh

Pendekatan Pembelajaran

Kontekstual terhadap Hasil Belajar IPA dengan Mengontrol Motivasi Berprestasi pada Siswa Kelas IV SD Santo Yoseph 1 Denpasar”.Tesis. Program Studi Pendidikan Dasar. Program Pascasarjana. Universitas Pendidikan Ganesha.

Gambar

Tabel 1 Desain Penelitian Non Equivalent Post-test Only Control Group Design

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pengusaha lemang makanan khas Tebing Tinggi semakin berkurang bahkan dari pengusaha lemang yang masih berproduksi, valome penjualannya semakin menurun.

Menurut PIC ESAP, seiring berjalannya waktu pada program ESAP, timbul berbagai permasalahan seperti peningkatan kemampuan dari para peserta berkemampuan lebih tinggi dan

dampak variabel-variabel risiko dilihat dari sudut pandang frekuensi faktor risiko terhadap biaya dan waktu pelaksanaan proyek serta respon resiko yang akan

variable, karena variabel ini tergantung dari Jenis Sekolah. Misal untuk jenis sekolah SMA, data 31 tidak dapat dimasukkan, karena data tersebut masuk pada jenis se- kolah SMK.

Untuk perusahaan yang tidak tersaring tapi mendaftar dalam tender, pembaruan PQF 2 akan dilakukan sesuai dengan persyaratan dari tender dan diselesaikan sebelum masa pemasukan

Meskipun tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara jumlah pengunjung pasien terhadap keberadaan Staphylococcus aureus di ruang rawat inap kelas II dan kelas

Musabaqah Hifzhil Qur’an Battle adalah jenis lomba pelantunan ayat-ayat suci al-Quran dengan metode hafalan yang dipertandingkan, sehingga yang akan diujikan adalah

Hal ini terlihat pada lebar koridor yang lebih lebar dibandingkan dengan area hunian, cahaya pada bukaan jendela yang lebar lebih banyak masuk ke area podium, ruang