• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis Tahun"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana Pengelolaan

Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis Tahun 2015 - 2020

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS PROPINSI RIAU – TAHUN 2015

(2)

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis Tahun 2015 - 2020

KUTIPAN :

Dokumen ini berisi tentang “Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis Tahun 2015 - 2020 ” yang disusun oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis, berdasarkan hasil analisis terhadap fitur-fitur penting dan potensi serta kajian terhadap dokumen rencana strategis dan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis.

Data-data yang digunakan dalam penyusunan dokumen ini bersumber dari data sekunder dan hasil pengamatan langsung di lapangan.

Dokumen ini berfungsi sebagai instrumen perencanaan pengelolaan

wilayah pesisir dan sebagai

komplemen bagi RPJMD Kabupaten Bengkalis tahun 2015 – 2020.

28 HALAMAN

(3)

Segala Puji Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, bahwasanya pada saat ini telah terselesaikannya Dokumen Akhir Penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis. Secara garis besar Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu (Integrated Coastal Management) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 27/2007 jungto Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014, dituangkan kedalam empat dokumen perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu: a). Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K; b). Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K; c). Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan d). Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K.

Hakikat dari Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 27/2007 jungto Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014, adalah rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan diantara berbagai lembaga/ instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan. Selanjutnya dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 34/PERMEN-KP/2014 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K), Pasal (48), Ayat (1) menyebutkan bahwa, Penyusunan RPWP-3-K dapat dilakukan pada sebagian atau seluruh kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah ditetapkan dalam RZWP-3-K; dan pada Ayat (2) disebutkan pula bahwa, RPWP-3-K dapat disusun pada masing-masing kawasan, zona atau sub zona dari kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, berdasarkan karakteristik biogeofisik dan daya dukung lingkungannya. Selanjutnya dokumen Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis ini, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan mengacu pada RSWP-3-K dan RZWP-3-K.

Kata Pengantar

(4)

Untuk itu substansi dari Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3K) Kabupaten Bengkalis, mengatur tentang pengelolaan ruang pada kawasan/ zona yang telah ditetapkan dengan muatan berupa; konsep kebijakan tentang pengaturan serta prosedur administrasi penggunaan sumber daya yang diizinkan dan yang dilarang; urutan skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Bengkalis; arahan dan tujuan pengelolaan kawasan serta revisi terhadap penetapan tujuan dan perizinan; mekanisme pelaporan yang teratur dan sistematis untuk menjamin tersedianya data dan informasi yang akurat dan dapat diakses; konsep penyediaan sumberdaya manusia yang terlatih untuk mengimplementasikan kebijakan dan prosedurnya.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dan telah memberikan sumbangan pemikiran, rujukan maupun informasi-informasi yang berkaitan dengan kegiatan Penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kepentingan dan kesempurnaan laporan ini.

Bengkalis, Desember 2015

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis

(5)

D a f t a r I s i

(6)

Kabupaten Bengkalis memilki luas 7.776,31 km2 yang wilayahnya berada pada posisi 2° 30' LU - 0° 17' LU dan 100° 52' BT - 102° 10' BT.

Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 kecamatan, 139 desa dan 36 kelurahan. Diantara 8 kecamatan tersebut, terdapat 6 kecamatan pesisir, yaitu : Kec. Bengkalis, Kec.

Bantan, Kec. Rupat, Kec. Rupat Utara, Kec. Bukitbatu, Kec. Siak Kecil. Luas wilayah perairan laut yang masuk dalam ruang lingkup perencanaan pengelolaan ini adalah seluas 221.466,15 hektar. Hal ini didasari atas ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 14, Ayat (16) dan (17), UU 23/2014, tentang Pemerintahan Daerah, dimana Kabupaten Bengkalis sebagai daerah kabupaten yang bercirikan kepulauan dan juga merupakan kabupaten penghasil sumberdaya kelautan, maka penentuan batas wilayah perencanaan laut dan juga sebagai dasar untuk penghitungan bagi hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah adalah sejauh 4 (empat) mil, sedangkan untuk wilayah perairan yang berbatasan dengan kabupaten lain yang kurang dari 4 (empat) mil, maka batas wilayahnya dibagi sama jarak atau diukur sesuai

dengan prinsip garis tengah dari daerah yang berbatasan. Sebagai kabupaten yang bercirikan kepulauan, sudah selayaknya Kabupaten Bengkalis melakukan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil melalui pendekatan keterpaduan (Integrated Coastal Management) yang mengintegrasikan berbagai perencanaan yang disusun oleh sektor dan daerah sehingga terjadi keharmonisan dan saling penguatan pemanfaatannya.

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil secara terpadu merupakan pendekatan yang memberikan arah bagi pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan dengan mengintegrasikan berbagai perencanaan pembangunan dari berbagai tingkat pemerintahan, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

dilakukan agar dapat

mengharmonisasikan kepentingan pembangunan ekonomi dengan pelestarian sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil serta memperhatikan karakteristik dan keunikan wilayah tersebut.

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu (Integrated Coastal Management) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 27/2007 jungto Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014, dituangkan kedalam empat dokumen perencanaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yaitu: a). Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K; b).

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K; c). Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan d). Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K.

Pengertian dari Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K), adalah rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan di antara berbagai lembaga/ instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan.

Pendahuluan

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis disusun sebagai salah satu instrument kebijakan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dengan tujuan untuk : melindungi, mengkonservasi, merehabilitasi, dan memanfaatkan, memperkaya sumberdaya kelautan dan perikanan serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan; menciptakan keharmonisan dan sinergi antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan; memperkuat peran serta masyarakat dan lembaga pemerintah serta mendorong inisiatif masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan agar tercapai keadilan, keseimbangan, dan keberkelanjutan; dan meningkatkan nilai sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat melalui peran serta masyarakat dalam pemanfaatan Sumberdaya kelautan dan perikanan.

1

(7)

Wilayah Penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis dengan mengacu kepada batasan wilayah pesisir dan laut sesuai dengan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 jungto Undang-Undang No. 1 Tahun 2014, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yakni meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, ke arah darat mencakup wilayah administrasi kabupaten pesisir, sedangkan untuk wilayah laut adalah sesuai dengan Undang- Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, maka wilayah perencanaan ke arah laut adalah sejauh 4 (empat) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairan kepulauan, karena Kabupaten Bengkalis sebagai daerah kabupaten/kota penghasil untuk penghitungan bagi hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah 4 (empat) mil dan untuk wilayah perairan yang berbatasan dengan kabupaten lain yang kurang dari 4 (empat) mil, maka batas wilayahnya dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari daerah yang berbatasan (Pasal 14, Ayat 16 dan Ayat 17 UU 23/2014). Berdasarkan ketentuan tentang penyusunan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) dan norma-norma yang diatur dalam undang-undang tersebut, maka cakupan wilayah perencanaan dalam penyusunan dokumen ini adalah kecamatan pesisir di wilayah

administrasi Kabupaten Bengkalis dan wilayah perairan laut sebagaimana yang dimaksud di atas serta pulau-pulau kecil di wilayah adminstrasi Kabupaten Bengkalis, dengan uraian sebagai berikut : 1) Wilayah adminstrasi kecamatan

pesisir : Secara administratif Kabupaten Bengkalis terdiri dari 8 kecamatan, 139 desa dan 36 kelurahan, serta terdiri dari 17 pulau, dengan rincian luas wilayah perencanaan/ wilayah kecamatan pesisir adalah sebesar 433.346 hektar yang terdiri 6 kecamatan; kecamatan bengkalis, bantan, rupat, rupat utara, bukit batu dan kecamatan siak kecil.

Sedangkan kecamatan mandau dan kecamatan pinggir bukan merupakan cakupan wilayah perencanaan karena kedua kecamatan tersebut merupakan kecamatan non-pesisir.

2) Wilayah perairan ke arah laut sejauh 4 (empat) mil laut dan pulau-pulau kecil.: Luas wilayah perairan laut yang masuk dalam ruang lingkup perencanaan ini adalah seluas 221.466,15 hektar.

Hal ini didasari atas ketentuan sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 14, Ayat (16 dan 17), UU 23/Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah, dimana Kabupaten Bengkalis sebagai daerah kabupaten yang bercirikan kepulauan dan juga merupakan kabupaten penghasil sumberdaya kelautan, maka penentuan batas wilayah perencanaan laut dan juga sebagai dasar untuk penghitungan bagi hasil kelautan yang berada dalam batas wilayah adalah sejauh 4 (empat) mil, sedangkan untuk wilayah perairan yang berbatasan dengan kabupaten lain yang kurang dari 4 (empat) mil, maka batas wilayahnya dibagi sama jarak atau diukur sesuai dengan prinsip garis tengah dari daerah yang berbatasan.

1) Wilayah pulau-pulau kecil : Kabupaten Bengkalis memiliki 17 pulau-pulau kecil, yaitu ; Pulau Pajak, Pulau Beruk, Pulau Tengah, Pulau Beting Aceh, Pulau Babi, Pulau Simpur, Pulau Kemunting, Pulau Ketam, Pulau Atung, Pulau Payung, Pulau Mampu Kecik, Pulau Mampu Beso, Pulau Mentele, Pulau Rampang, Pulau Baru, Pulau Bengkalis, dan Pulau Rupat.

KECAMATAN PESISIR LUAS (Ha) %

Kec. Bengkalis 51,400.00 6.61

Kec. Bantan 42,440.00 5.46

Kec. Rupat 89,635.00 11.53

Kec. Rupat Utara 62,850.00 8.08

Kec. Bukitbatu 112,800.00 14.51

Kec. Siak Kecil 74,221.00 9.55

Kec. Mandau 93,747.00 12.06

Kec. Pinggir 250,300.00 32.20

(8)

Fitur-Fitur Penting WP3K Kabupaten Bengkalis

Berdasarkan Undang-undang No. 12 Tahun 1956 terbentuklah Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis. Namun, secara administrasi berada di bawah Provinsi Sumatera Tengah dengan Pusat Pemerintahan yang berkedudukan di Sumatera Barat.

Sebelumnya, secara Historis, wilayah Kabupaten Bengkalis sebagian besar berada di Wilayah Pemerintah Kerajaan Siak. Setelah diproklamirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan diikuti dengan penyerahan kekuasaan oleh Raja Kerajaan Siak (Sultan Syarif Qasim II), maka seluruh wilayah di bawah kekuasaan Raja Siak, termasuk wilayah Kabupaten Bengkalis berada pada Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Setelah terbentuknya Provinsi Riau, berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah Sumatera Tingkat I Sumatera Barat, Riau dan Jambi, maka Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkalis berada dalam Provinsi Riau. Secara rinci dapat dilihat pada Peta Adminitrasi Kabupaten Bengkalis. Kabupaten Bengkalis terletak di pesisir timur Sumatera yang wilayahnya berciri kepulauan atau daerah kabupaten yang memiliki karakteristik secara

geografis dengan wilayah lautan lebih luas dari daratan yang di dalamnya terdapat pulau-pulau yang membentuk gugusan pulau sehingga menjadi satu kesatuan geografis dan sosial budaya, merupakan salah satu wilayah yang strategis di Provinsi Riau.

Wilayah Kabupaten Bengkalis memiliki kawasan pesisir dan laut yang luas, dengan kekayaan sumberdaya alam dengan tingkat keanekaragaman yang cukup tinggi. Berdasarkan letak geografis dan kondisi perairan, Kabupaten Bengkalis merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan kegiatan kelautan dan perikanan. Potensi sumberdaya alam dan laut yang cukup

besar tersebut selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, seperti potensi hutan mangrove, perikanan, pertambangan, jasa lingkungan, dan lain sebagainya. Selain memiliki perairan yang luas juga memiliki pulau-pulau yang sangat potensial untuk pengembangan sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan pertambangan, seperti Pulau Bengkalis, Pulau Rangsang, Pulau Merbau, Pulau Tebing Tinggi dan Pulau Rupat. Kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati, seperti flora dan fauna terestrial dan air, lahan pertanian dan perkebunan, sagu rakyat, kelapa dan potensi pengembangan budidaya perikanan.

2

(9)

NO PULAU/ LOKASI PANJANG GARIS PANTAI (KM) 1 Wilayah Kab.Bengkalis pada daratan Pulau

Sumatera (kec.Siak Kecil dan kec.Bukit Batu)

76,11

2 Pulau Pajak 2.02

3 Pulau Beruk 4.65

4 Pulau Tengah 2.65

5 Pulau Beting Aceh 0.67

6 Pulau Babi 4.05

7 Pulau Simpur 2.64

8 Pulau Kemunting 1.09

9 Pulau Ketam 5.87

10 Pulau Atung 1.88

11 Pulau Payung 16.93

12 Pulau Mampu Kecik 5.04

13 Pulau Mampu Beso 6.94

14 Pulau Mentele 1.70

15 Pulau Rampang 5.02

16 Pulau Baru 1.20

17 Pulau Bengkalis 187.22

18 Pulau Rupat 157.74

TOTAL 483.42

(10)

Kabupaten Bengkalis disamping letaknya yang strategis juga mempunyai potensi sumber daya alam yang sangat banyak. Kekayaan alam tersebut hampir menyebar di seluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bengkalis. Potensi tersebut antara lain terdapat pada sektor pertambangan, perikanan, pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perternakan, perkebunan, kehutanan, industri dan pariwisata.

a. Potensi Sektor Pertambangan : Sebelum terbagi menjadi 4 wilayah Daerah Tingkat II, wilayah Kabupaten Bengkalis merupakan penghasil minyak bumi yang terbesar, tidak hanya di propinsi Riau tetapi juga di Indonesia. Saat ini ladang-ladang minyak bumi terdapat di Kecamatan Mandau dan Bukit Batu pengelolaannya dilakukan oleh perusahaan minyak PT.

Caltex Pasific Indonesia dengan wilayah operasi di Kecamatan Mandau dan Bukit Batu serta perusahaan minyak Kondur Petroleum S.A yang wilayah konsesi/operasinya meliputi Bengkalis dan perairan Bengkalis sekitar Selat Malaka. Di samping minyak bumi, terdapat pula

potensi tambang pasir, yang sebagian besar terdapat di Pulau Rupat serta potensi gambut, yang terdapat di Pulau Bengkalis serta deposit batubara di Kecamatan Rupat

b. Potensi Sektor Perikanan : Kabupaten Bengkalis terdiri dari 20 buah pulau besar dan kecil serta memiliki perairan yang cukup luas dengan garis pantai yang panjang, sehingga dapat dikatakan bahwa Kabupaten Bengkalis memiliki potensi sumberdaya kelautan terutama sektor perikanan yang tinggi.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan di samping dilakukan melalui penangkapan ikan di laut juga dilakukan melalui kegiatan budidaya, antara lain dengan Sistem Tambak, Kolam, Jaring Apung dan Keramba.

c. Potensi Sektor Pertanian dan Hortikultura : Tanaman pangan yang diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Bengkalis terdiri dari padi sawah, padi ladang, jagung, sagu, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, buah-buahan (alpukat, mangga, rambutan, duku, jeruk, durian, sawo, pepaya, pisang).

Wilayah pengembangan komoditi tanaman pangan di Kabupaten

Bengkalis meliputi;

Pengembangan Tanaman Padi, diarahkan pada Kecamatan Bantan dan Bukit Batu;

Pengembangan komoditi buah- buahan diarahkan pada Bengkalis;

Komoditi sayur-sayuran diarahkan pada Kecamatan Bengkalis, Rupat dan Mandau.

d. Potensi Sektor Perkebunan : Komoditi unggulan dan andalan sub sektor perkebunan di Kabupaten Bengkalis, yaitu : karet, kelapa sawit, kelapa, cengkeh, kopi dan coklat

e. Potensi Sektor Peternakan : Penggarapan potensi perternakan di Kabupaten Bengkalis secara umum mengalami peningkatan, dengan jenis ternak : sapi, kerbau, kambing/domba, babi dan unggas (ayam ras, ayam kampung).

f. Potensi Sektor Kehutanan : Hutan di Kabupaten Bengkalis tersebar pada 8 wilayah Kecamatan. Hutan Kabupaten Bengkalis menyimpan berbagai flora dan fauna. Hutan Bakau banyak ditemui disepanjang pesisir pantai, dan hasil hutan lainnya berupa kayu logpond, rotan, damar dan sebagainya, banyak digunakan untuk bahan baku industri.

Potensi Wilayah Kabupaten Bengkalis

Potensi Umum Daerah

3

(11)

g. Potensi Sektor Perindustrian : Kontribusi sektor industri pengolahan di Kabupaten Bengkalis dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku tanpa migas tahun 2007 sebesar 1.337,82 milyar rupiah atau meningkat 5,11% dibanding tahun 2006 yang besarnya 1.272,73 milyar rupiah. Pada tahun 2009, sektor industri di Kabupaten Bengkalis masih mempunyai peranan yang penting dan cukup dominan terhadap perekonomian Bengkalis maupun Riau, dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Bengkalis. Kelompok industri besar dan sedang dapat diklasifikasikan dan digolongkan sesuai produk yang dihasilkan.

Penggolongan dilakukan untuk golongan/klasifikasi sampai

dengan dua digit kode ISIC/KLUI (Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia). Perusahaan industri besar dan sedang yang dominan beroperasi di Kabupaten Bengkalis adalah dari golongan industri kayu, termasuk perabot rumah tangga, kelompok idustri makanan, mnuman dan tembakau berada pada urutan kedua, kemudian kelompok indusri barang galian, bahan logam kecuali minyak bumi dan batu bara dan terakhir kelompok industri barang dari logam.

h. Potensi Sektor Pariwisata : Potensi pariwisata di Kabupaten Bengkalis belum tergarap secara baik, akan tetapi sangat prospektif untuk dikembangkan. Keadaan geografis Kabupaten Bengkalis yang terdiri dari pulau-pulau dan kawaan pesisir serta suasana kehidupan masyarakat dan budaya daerah

yang bersifat khas Melayu.

merupakan salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Riau khususnya di Kabupaten Bengkalis. Obyek wisata yang sudah ada dan potensial dikembangkan meliputi wisata bahari, wisata hutan lindung serta wisata sejarah dan budaya. Khusus wisata bahari terdapat di Pantai Rupat Utara dengan panjang pantai 11 km, Pantai Selat Baru dan Perapat Tunggal di Pulau Bengkalis. Objek wisata di Prapat Tunggal, Desa Meskom, Kecamatan Bengkalis dengan perkampungan nelayan yang masih tradisional, ditambah suasana rumah togo milik nelayan di atas laut. Tempat ini sangat cocok bagi mereka yang memiliki hobi memancing.

(12)

Potensi Sektor Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bengkalis memiliki wilayah pesisir dan laut yang luas, meliputi sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, energi kelautan, pariwisata bahari dan transportasi laut. Keanekaragaman sumberdaya alam itu perlu penanganan yang terintegrasi karena

banyaknya sektor yang

berkepentingan terhadap sumberdaya alam tersebut. Tercatat sepanjang 722 km garis pantai yang tersebar pada 16 buah pulau-pulau besar dan kecil yang tersebar di Kabupaten Bengkalis. Dari seluruh kecamatan, hanya Kecamatan Mandau dan Pinggir yang tidak memiliki wilayah pesisir dan laut.

Kondisi ini merupakan suatu

keuntungan bagi masyarakat Bengkalis, karena dengan pantai yang panjang potensi sumberdaya perikanan cukup besar untuk dapat dikembangkan.

Sebagian besar hasil produksi perikanan dihasilkan dari usaha penangkapan ikan di laut, dengan konsentrasi kegiatan penangkapan di perairan Selat Malaka. Disamping itu produksi perikanan juga didapat dari usaha budidaya, baik budidaya laut, kolam maupun budidaya air payau.

Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu daerah penghasil ikan terbesar di Propinsi Riau dengan jumlah produksi perikanan pada tahun 2012 dari hasil penangkapan tercatat 9.114,33 ton (Lampiran 6).

Besarnya jumlah produksi dari hasil penangkapan ini, dipengaruhi oleh letak geografis wilayah di tepi Selat Malaka dan beberapa selat lainnya dengan kondisi perairannya yang relatif subur. Jika dihubungkan antara potensi penangkapan Kabupaten Bengkalis sebesar 11.200 ton dengan pemanfaatan telah mencapai 9.114,33 ton. Untuk meningkatkan hasil tangkapan nelayan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bengkalis senantiasa membantu masyarakat nelayan dalam pengadaan sarana alat tangkap dan pembinaan dengan harapan terjadinya peningkatan produksi perikanan dari tahun ke tahunnya.

JENIS KEGIATAN POTENSI PEMANFAATAN LOKASI KECAMATAN

Penangkapan 11.200 ton 8.353,70 ton Rupat, Rupat Utara, Bengkalis, Bantan, Siak Kecil, Mandau, Pinggir dan Bukit Batu

Budidaya di Keramba Jaring Apung (KJA)

6.290 kantong

97 kantong Rupat, Mandau dan Pinggir

Budidaya Tambak 1.358,53 ha 49,40 ha Bantan, Bengkalis dan Rupat

Budidaya Kolam 631,9 ha 361,85 ha Mandau, Pinggir, Bantan, Bengkalis, Siak Kecil, Bukit Batu dan Rupat

Pembenihan Ikan Laut/Udang

3.000.000 ekor 64.100 ekor Kecamatan Bantan Pembenihan Ikan Air

Tawar

6.000.000 ekor 627.010 ekor Kecamatan Pinggir

(13)

Isu-Isu Strategis Kabupaten Bengkalis

Isu-Isu pemanfaatan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil di Kabupaten Bengkalis, adalah sebagai berikut :

1) Isu-Isu Strategis Perikanan Tangkap : Isu utama perikanan tangkap adalah menurunnya kegiatan penangkapan ikan di wilayah pesisir akibat beroperasinya jaring batu dan pukat harimau (trawl) sehingga mengganggu keberlanjutan kelangsungan hidup ikan/udang yang pada gilirannya akan menurunkan produki ikan hasil tangkapan di perairan Bengkalis. Biaya operasi penangkapan menjadi lebih besar karena harus menyediakan bahan bakar minyak dan es sebagai bahan pengawet ikan tangkapan yang cukup banyak.

2) Isu-Isu Strategis Perikanan Budidaya : Perikanan budidaya tambak ikan bandeng dan udang windu terdapat di wilayah kecamatan pesisir di Kabupaten Bengkalis pada awalnya lebih banyak ditujukan untuk penyediaan komoditas ekspor yang berharga lebih mahal, seperti udang windu. Akan tetapi dengan meningkatnya kejadian penyakit yang menyerang ikan dan udang, khususnya Monodon Baculo Virus (MBV), maka banyak para pembudidaya tambak ikan dan udang yang menghentikan kegiatan usahanya dan beralih profesi dari pembudidaya udang/ikan menjadi pengusaha/ pembudidaya kelapa sawit.

3) Isu-Isu Strategis Industri Perikanan : Kawasan industri perikanan membutuhkan hamparan lahan yang cukup luas dan dapat menyebabkan perubahan lingkungan, baik bentang alam, maupun kondisi sosial ekonomi dan lingkungannya. Kawasan industri diharapkan mampu menjadi stimulus percepatan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sekitar industri tersebut, dengan tetap memperhatikan upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Isu utama kegiatan industri adalah perlunya pengembangan industri di kawasan pesisir yang mengolah hasil

budidaya laut komersial, seperti industri perikanan tangkap secara komersil untuk tujuan ekspor serta industri galangan kapal untuk menunjang kualitas transportasi laut yang merupakan sarana utama untuk hampir semua kegiatan ekonomi di Kabupaten Bengkalis.

4) Isu-Isu Strategis Kegiatan Pariwisata : Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, tujuan kunjungan pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata.

Upaya pengembangan kepariwisataan dikaitkan dengan daerah tujuan wisata nasional yakni danau toba, sebagai satu kesatuan tujuan wisata nasional, sekaligus untuk menarik minat pengunjung, yang ditujukan terhadap wisatawan nusantara maupun mancanegara. Oleh karena itu, perlu dibuat peraturan yang menselaraskan kegiatan wisata bahari dengan konservasi untuk tujuan kelestarian kawasan perairan berpasir.

5) Isu-Isu Strategis Kegiatan Perhubungan Laut : Kegiatan perhubungan laut merupakan kegiatan lalu lintas kapal dan perahu untuk pendaratan ikan. Alur pelayaran mencakup alur pelayaran lokal dan alur pelayaran nasional berpeluang untuk menimbulkan friksi dengan sektor-sektor lain seperti sektor perikanan dan sektor pariwisata. Oleh karena itu perlu dibangun sarana dan prasarana serta kelembagaan yang mengelola perairan laut Kabupaten Bengkalis ini secara terpadu. Selain hal tersebut, masalah exit dan entry point pelabuhan Dumai sebagai pelabuhan lintas batas pelabuhan pelayanannya belum terpadu, sedangkan pelabuhan Bengkalis untuk perdagangan lintas batas Bengkalis – Johor ‐ Malaka melalui pelabuhan Tanjung Medang di Pulau Rupat, kondisinya belum memenuhi persyaratan sebagai pelabuhan internasional.

4

(14)

6) Isu-Isu Strategis Sistem Jaringan Transportasi : Perlunya pengembangan jaringan jalan ditujukan untuk penyediaan prasarana transportasi jalan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan terutama untuk kegiatan pemasaran bagi produk kawasan pesisir. Pola aliran barang dan jasa pada lintas jalan antar kecamatan sangat dipengaruhi oleh pola aktivitas dari kecamatan-kecamatan tersebut. Kebutuhan pengembangan sistem jaringan jalan diarahkan pada pola jaringan jalan yang memperkuat keterkaitan antar kecamatan serta antar Kabupaten Bengkalis dengan kabupaten lain sekitarnya.

7) Isu-Isu Strategis Sistem Jaringan Energi : Untuk mendukung pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil di kabupaten Bengkalis, perlu pengembangan pembangkit tenaga listrik, baik pembangkit listrik tenaga diesel maupun uap atau alternatif energi terbaharukan lainnya, seperti ; Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH);

Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL). Daerah ini melingkupi daerah lepas pantai yang panjang dengan ombak yang dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan PLTGL.

8) Isu-Isu Strategis Sistem Jaringan Telekomunikasi : Isu utama sistem jaringan telekomunikasi yang diharapkan mendukung pengembangan pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bengkalis adalah perlu dikembangkannya telekomunikasi seluler. Disarankan pengembangan pemanfaatan bersama menara dilakukan untuk paling sedikit 3 (tiga) operator setiap menara.

9) Isu-Isu Strategis Sumberdaya Air : Isu utama prasarana sumberdaya air adalah perlu mengoptimalkan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah melalui optimasi pemanfaatan sumber, pembuatan bendungan, dan penjernihan air.

Selain itu juga diperlukan penurapan mata air dan membangun sumur bor, serta pencegahan pencemaran pada Cekungan Air Tanah (CAT) di berbagai sumber.

10) Isu-Isu Strategis Sistem Pengelolaan Persampahan:

Dengan berkembangnya penduduk dan kegiatan ekonomi, makin bertambah banyak pula sampah yang dihasilkan. Pengolahan sampah dapat dijadikan salah satu alternatif untuk menghindarkan penurunan kualitas lingkungan akibat sampah.

11) Isu-Isu Strategis Isu Utama Pengolahan : Isu strategis untuk pengolahan produksi perikanan adalah menentukan lokasi untuk pengembangan kawasan industri pengolahan ikan ini yang sebaiknya diarahkan dekat dengan lokasi pelabuhan serta dekat dengan akses regional, sehingga lebih efisien dalam hal pengangkutan ikan ke tempat pengolahan maupun pengangkutan dari tempat pengolahan ke tujuan pemasaran.

12) Isu-Isu Strategis Pemasaran Perikanan : Untuk dapat mencapai pertumbuhan usaha penangkapan ikan hingga tingkat yang diharapkan, sekaligus dapat mengendalikan fluktuasi harga ikan, maka isu peningkatan skala pemasaran dan pengembangan industri pengolahan ikan menjadi keharusan. Adanya peluang pemasaran dalam lingkup yang lebih luas sangat berpengaruh terhadap target penangkapan dan kegiatan pengolahan.

13) Isu-Isu Strategis Basis Data : Aktivitas pembangunan di daratan, pesisir dan bahkan laut di Selat Malaka, pantai Timur Sumatera sangat tinggi. Kecenderungan penurunan kualitas lingkungan sudah mulai terdeteksi.

Jika aktivitas pembangunan ini tidak direncanakan dengan baik, dikhawatirkan dampaknya akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang tak terkendali. Untuk menyusun perencanaan pembangunan perikanan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Selat Malaka, diperlukan ketersediaan data dan informasi yang memadai. Data dan informasi yang tersedia saat ini tidak komprehensif dan jumlahnya terbatas. Salah satu indikator oleh karena itu, potensi sumberdaya ikan dan lingkungannya di perairan Bengkalis perlu disusun untuk memenuhi kebutuhan ini.

(15)

14) Isu-Isu Terkait Penegakan Hukum : Masalah-masalah pelanggaran hukum, penciptaan ketertiban dan penegakan hukum di kabupaten Bengkalis terutama pada daerah perbatasan perlu diantisipasi dan ditangani secara seksama. Luasnya wilayah, serta minimnya prasarana dan sarana telah menyebabkan belum optimalnya aktivitas aparat keamanan dan kepolisian. Pertahanan dan keamanan negara di kawasan perbatasan saat ini perlu ditangani melalui penyediaan jumlah personil aparat keamanan dan kepolisian serta prasarana dan sarana pertahanan dan keamanan yang memadai. Berdasarkan kondisi actual pertahanan dan keamanan di kawasan perbatasan Kabupaten Bengkalis yang terdiri atas Kecamatan Bengkalis, Kecamatan Bantan, Kecamatan Rupat, Kecamatan Rupat Utara dan Kecamatan Bukit Batu, terdapat berbagai permasalahan pertahanan dan keamanan kawasan perbatasan, yakni: Terjadinya Kegiatan-Kegiatan Illegal dan Pelanggaran Hukum;

Terbatasnya Jumlah Aparat Keamanan; Minimnya sarana prasarana keamanan di kawasan perbatasan.

15) Isu-Isu Strategis Kelembagaan dan Pelayanan Sosial Dasar : Beberapa persoalan mendasar terkait dengan kelembagaan dan pelayanan social dasar masyarakat di kawasan perbatasan Kabupaten Bengkalis diantaranya:

Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga; Rendahnya Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintah;

Terbatasnya Jumlah Aparatur Pemerintah Desa dan Kelurahan; Belum Optimalnya Kualitas Pelayanan Kesehatan Dasar; Rendahnya Tingkat Pendidikan Masyarakat; Rendahnya Upaya Pelestarian Nilai-Nilai Budaya.

16) Isu-Isu Strategis Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup : beberapa masalah yang terjadi dalam pengelolaan sumberdaya alam di kabupaten Bengkalis, adalah : Pemanfaatan sumberdaya alam di kawasan laut belum optimal; RTRW Kawasan Pesisir sudah habis masa berlakunya; Terjadinya kerusakan lingkungan di Kawasan Pesisir; Rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan.

(16)

Arah Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Kab.Bengkalis

Dengan mempertimbangkan kondisi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya buatan, kebijakan pembangunan daerah dan nasional serta mempertimbangkan kecenderungan kondisi global, lokal dan regional, dengan menyelaraskan dengan Visi

RPJPD Kabupaten Bengkalis (2005- 2015) yaitu “Menjadi salah satu pusat perdagangan di Asia Tenggara, dengan dukungan industri yang kuat dan sumberdaya manusia yang unggul, guna mewujudkan masyarakat sejahtera dan makmur”, serta isu-isu pengelolaan wilayah

pesisir yang diformulasikan berdasarkan aspirasi masyarakat melalui Pokja dan konsultasi publik, maka Visi pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis tahun 2015- 2034, adalah:

Visi

“TERWUJUDNYA WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN BENGKALIS YANG BERKELANJUTAN, KONDUSIF DAN PRODUKTIF DENGAN KONSEP BLUE ECONOMY

MENUJU MASYARAKAT SEJAHTERA PADA TAHUN 2034”

Pernyataan tersebut mengandung makna :

1) Berkelanjutan diartikan sebagai sebagai upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan ekosistem di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan dan lingkungan yang indah dan lestari.

2) Kondusif diartikan sebagai sebagai upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada baik dalam lingkup pemanfaatan maupun pengendalian dan pelestarian Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Bengkalis.

Kondusif juga merupakan suatu gambaran spasial dan sosio kultural di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil tahun 2034 yang terencana, tertib pembangunan, nyaman dan aman.

3) Produktif diartikan bahwa segenap potensi sumberdaya wilayah pesisir dapat menciptakan aktivitas ekonomi wilayah secara berkelanjutan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) Blue economy diartikan sebagai suatu model ekonomi yang menerapkan teknologi, pembangunan infrastruktur, konstruksi, sistem transportasi, mekanisme keuangan yang inovatif, dan pranata kelembagaan yang proaktif guna mewujudkan dua tujuan, yakni melindungi ekosistem pesisir dan lautan dan, secara simultan mengembangkan potensinya untuk pembangunan berkelanjutan, termasuk peningkatan kesejahteraan umat manusia dan mengurangi risiko-risiko lingkungan serta kelangkaan-kelangkaan ekologis (ecological scarcities).

5) Sejahtera diartikan sebagai kondisi dimana masyarakat di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil memiliki penghidupan dan kehidupan di atas standar kebutuhan minimal masyarakat sehingga akan memberikan dampak yang positif terhadap produktivitas, penataan wilayah, perkembangan ekonomi daerah dan etos kerja masyarakat di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.

5

(17)

Misi

Misi Pengembangan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Bengkalis Tahun 2015-2034 merupakan penjabaran dari berbagai kebijakan yang ada secara terintegrasi sehingga dapat mencapai sasaran. Adapun misi tersebut antara lain:

1) Melindungi, memperbaiki dan menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berwawasan lingkungan dan terpadu sehingga mendorong produktifitas yang tinggi namun tetap lestari;

2) Mewujudkan integrasi, koordinasi dan sinergisitas seluruh stakeholder dalam perencanaan dan pengawasan kegiatan pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

3) Mengembangkan sumberdaya manusia yang sehat, terampil dan berdaya saing tinggi dalam memanfaatkan dan mengelola Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

4) Mengembangkan perekonomian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berdaya saing, efektif, efisien dan berkesinambungan dalam menunjang penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat;

5) Meningkatkan kapasitas pengelolaan pembangunan, keuangan dan pembiayaan pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil agar terwujud wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang produktif, mapan dalam pelayanan prasarana dan sarana serta menjadi tumpuan pembangunan di Kabupaten Bengkalis.

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

Arah Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Kab.Bengkalis

Arahan pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bengkalis ini didasari oleh Undang-Undang No 27 Tahun 2007 jungto Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2014, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan turunanya yaitu Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/Men/2008 Tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil. Menurut kedua peraturan tersebut, Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara hirarki terdiri atas kawasan, zona, dan sub-zona. Misalnya pada kawasan pemanfaatan umum, terdiri atas zona pariwisata, zona perikanan budidaya, zona perikanan tangkap, dan zona lainnya.

Selanjutnya, zona perikanan budidaya bisa terbagi atas sub-zona budidaya rumput laut, sub-zona keramba jaring apung, dan sub-zona lainnya.

Undang-Undang Nomor 27 tahun 2007 pada Bab IV tentang Perencanaan pasal 9 ayat 1-3 menjelaskan mengenai rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP-3-K) sebagai berikut:

1. RZWP-3-K merupakan arahan pemanfaatan sumber

daya di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pemerintah provinsi dan/ atau pemerintah kabupaten/kota.

2. RZWP-3-K diserasikan, diselaraskan, dan diseimbangkan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota.

3. Perencanaan RZWP-3-K dilakukan dengan mempertimbangkan:

4. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung ekosistem, fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi ruang dan waktu, dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan;

5. keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi, estetika lingkungan, dan kualitas lahan pesisir; dan

6. kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses Masyarakat dalam pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi.

6

(32)

POLA RUANG RZWP3K KABUPATEN BENGKALIS LUAS HA

Zona Perikanan Tangkap Pelagis 48973,721

Zona Pelabuhan Rupat 1205,877

Zona Perikanan Tradisional Bubu 3802,557

Zona Perikanan Tradisional Pengerih 7119,689

Zona Perikanan Budidaya Laut 19822,544

Zona Pelabuhan Selat Baru 3558,658

Zona Perikanan Tangkap Demersal Jaring Kumbang 5643,449

DLKR_DLKP Sungai Pakning 1927,265

Suaka Perikanan Terubuk 31381,278

Koridor Alur Pelayaran 15771,341

Zona Pelabuhan Bengkalis 4411,184

Zona Pipa Migas 3323,820

Koridor Pipa Kabel Bawah Laut 86182,166

Zona Perikanan Tradisional Sondong 1419,915

Zona Perikanan Tradisonal Trummel Net 6553,420

Zona DLKR DLKP Pelabuhan Dumai 3498,906

Zona Perikanan Tradisional Rawai Pancing 7438,771

Zona Perikanan Tradisonal Gilnet 71,427

Zona Perikanan Tradisional Jaring Tradisional 11806,308

Zona Perikanan Tradisional Jaring Kuraw 1395,781

Koridor Zona Pipa Migas 1652,761

Koridor Rencana Pipa Kabel Bawah Laut 39557,051

Zona Perikanan Tangkap 105020,911

LUAS TOTAL 411538,799

ALOKASI RUANG PADA RENCANA ZONASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KABUPATEN BENGKALIS

(33)
(34)

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Kab.Bengkalis

Hakikat dari Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 27/2007 jungto Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014, adalah rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian pengambilan keputusan diantara berbagai lembaga/ instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumber daya atau kegiatan pembangunan di zona yang ditetapkan. Selanjutnya dalam

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 34/PERMEN-KP/2014

Tentang PERENCANAAN

PENGELOLAAN WILAYAH

PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL, Pasal (48), Ayat (1) menyebutkan bahwa, Penyusunan RPWP-3-K dapat dilakukan pada sebagian atau seluruh kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah ditetapkan dalam RZWP-3-K; dan pada Ayat (2) disebutkan pula bahwa, RPWP-3-K dapat disusun pada masing-masing kawasan, zona atau sub zona dari kawasan pesisir dan

pulau-pulau kecil, berdasarkan karakteristik biogeofisik dan daya dukung lingkungannya. Selanjutnya dokumen Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K) Kabupaten Bengkalis ini, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan mengacu pada RSWP-3-K dan RZWP-3-K.

Kerangka konsep pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis ditunjukkan oleh Gambar skema berikut.

7

(35)

Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu konsep yang diterapkan dibidang kelautan dan perikanan dengan tujuan agar pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat dioptimalkan serta kelestarian dari potensi sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tetap terjaga, oleh karena itu dalam pemanfaatan dan pengelolaan suatu sumberdaya wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil diperlukan suatu model yang dapat dipakai untuk mengoptimalkan pemanfaatan serta tetap menjaga kelestarian sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga pengelolaan dapat berkelanjutan.

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara terpadu (Integrated Coastal Management)

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 27/2007 jungto Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014, dituangkan kedalam empat dokumen perencanaan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil, yaitu: a). Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RSWP-3-K; b).

Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RZWP-3-K; c). Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RPWP-3-K; dan d). Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil yang selanjutnya disebut RAPWP-3-K.

Untuk itu substansi dari Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3K)

Kabupaten Bengkalis, mengatur tentang pengelolaan ruang pada kawasan/ zona yang telah ditetapkan dengan muatan berupa; konsep kebijakan tentang pengaturan serta prosedur administrasi penggunaan sumber daya yang diizinkan dan yang dilarang; urutan skala prioritas pemanfaatan sumber daya sesuai dengan karakteristik Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil di Kabupaten Bengkalis;

arahan dan tujuan pengelolaan kawasan serta revisi terhadap penetapan tujuan dan perizinan; mekanisme pelaporan yang teratur dan sistematis untuk menjamin tersedianya data dan informasi yang akurat dan dapat diakses; konsep penyediaan sumberdaya manusia yang terlatih untuk mengimplementasikan kebijakan dan prosedurnya.

Arah Kebijakan dan Tujuan Pengelolaan

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K) Kabupaten Bengkalis Tahun 2014, bahwa visi pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis tahun 2015-2034, adalah:

“TERWUJUDNYA WILAYAH

PESISIR DAN PULAU-PULAU

KECIL KABUPATEN BENGKALIS

YANG BERKELANJUTAN,

KONDUSIF DAN PRODUKTIF

DENGAN KONSEP BLUE

ECONOMY MENUJU

MASYARAKAT SEJAHTERA PADA TAHUN 2034”

Untuk mendukung

perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis, maka perlu ditetapkan tujuan

pengelolaan. Adapun tujuan dari Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K) Kabupaten Bengkalis adalah :

1. Menjamin adanya dan kepastian ruang untuk kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan, serta dapat menumbuhkan pusat-pusat kegiatandan perekonomian kelautan dan perikanan;

2. menyediakan lahan berusaha bagi masyarakat dan para pelaku usaha, khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. mengatasi konflik dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil;

4. memberikan arahan skala prioritas pengembangan sektor kelautan dan

perikanan serta sektor lain yang terkait pemanfaatan wilayah laut

agar mampu mendorong

pertumbuhan ekonomi daerah;

5. memberikan kerangka prosedur dan tanggung jawab bagi pengambilan keputusan dalam memanfaatkan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil;

6. menjamin adanya keterpaduan pengelolaan antar pemangku kepentingan;

7. dan melindungi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai ruang dari kegiatan kelautan dan perikanan terhadap aktivitas yang dapat menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil.

(36)

Prosedur administrasi dan mekanisme perizinan penggunaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil yang dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan laut Kabupaten Bengkalis perlu ditetapkan dan diharapkan dapat mendorong transparansi; akuantabilitas;

kemungkinan meramal atau memprediksi hasil dalam pengambilan keputusan; dan menghindari pengeluaran biaya tidak terduga dan tidak efisien yang tidak diharapkan dari penerapan pemecahaan masalah yang kurang optimal. Salah satu prinsip yang dianut dalam pengelolaan WP-3-K Kabupaten Bengkalis adalah prinsip keterpaduan dan berbasis masyarakat sehingga dalam implementasinya sangat membutuhkan kerjasama para pihak yang terkait mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada evaluasi program yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan.

Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut melibatkan mayoritas aturan atau hukuman dan mandat instansi. Untuk itu kerjasama antar instansi atau para pihak sangat diharapkan baik dalam hal dukungan teknis maupun komitmen finansial terhadap program pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bengkalis. Upaya penataan pengelolaan WP-3-K Kabupaten Bengkalis adalah melalui perwujudan dalam bentuk penyusunan dan implementasi prosedur administrasi dan mekanisme perizinan, melalui partisipasi penuh dari seluruh unsur SKPD dan masyarakat dalam pelaksanaan pemanfaatan sumberdaya WP-3-K Kabupaten Bengkalis. Sehingga, tujuan prosedur administrasi ini adalah untuk memberikan panduan bagi seluruh instansi pemerintah dan masyarakat dalam mengidentifikasi, menyusun, mendokumentasikan, mengembangkan,

memonitor serta mengevaluasi penggunaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bengkalis. Prosedur administrasi dan perizinan WP-3-K Kabupaten Bengkalis disusun untuk menjamin terwujudnya tujuan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3- K) Kabupaten Bengkalis, oleh karenanya dalam perizinan dan prosedur administrasi penggunaan sumberdaya, mengacu pada ketentuan berikut : 1. Setiap Orang yang melakukan

pemanfaatan ruang dari sebagian Perairan Pesisir dan pemanfaatan sebagian pulau-pulau kecil secara menetap wajib memiliki Izin Lokasi.

2. Izin Lokasi yang telah dikeluarkan menjadi dasar pemberian Izin Pengelolaan.

3. Izin Lokasi diberikan berdasarkan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

4. Pemberian Izin Lokasi wajib mempertimbangkan kelestarian Ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, Masyarakat, nelayan tradisional, kepentingan nasional, dan hak lintas damai bagi kapal asing.

5. Izin Lokasi diberikan dalam luasan dan waktu tertentu.

6. Izin Lokasi tidak dapat diberikan pada zona inti di kawasan konservasi, alur laut, kawasan pelabuhan, dan pantai umum.

7. Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil untuk kegiatan: produksi garam; biofarmakologi laut;

bioteknologi laut; pemanfaatan air laut selain energi; wisata bahari;

pemasangan pipa dan kabel bawah

laut; pengangkatan benda muatan kapal tenggelam, wajib memiliki Izin Pengelolaan.

Ketentuan perizinan penggunaan sumberdaya Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RPWP-3-K) Kabupaten Bengkalis bagi masyarakat lokal dan masyarakat adat, mengacu pada ketentuan berikut :

1. Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi pemberian Izin Lokasi dan Izin Pengelolaan kepada Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional. Dimana izin sebagaimana tersebut diberikan kepada Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional, yang melakukan pemanfaatan ruang dan sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau kecil, untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

2. Pemanfaatan ruang dan sumberdaya Perairan Pesisir dan perairan pulau- pulau kecil pada wilayah Masyarakat Hukum Adat oleh Masyarakat Hukum Adat menjadi kewenangan Masyarakat Hukum Adat setempat.

Ketentuan perizinan penggunaan sumberdaya Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil (RPWP-3-K) Kabupaten Bengkalis dalam rangka penanaman modal asing, mengacu pada ketentuan berikut :

1. Pemanfaatan pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal asing harus mendapat izin Menteri.

2. Penanaman modal asing harus mengutamakan kepentingan nasional.

3. Izin bagi penanaman modal asing diberikan setelah mendapat rekomendasi dari bupati.

Prosedur Administrasi dan Mekanisme Perizinan

(37)
(38)

Skala Prioritas Penggunaan Sumberdaya

Kebijakan umum pengembangan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten bengkalis untuk Tahun 2015 - 2034 sebagaimana yang telah ditentukan dalam Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K) adalah, sebagai berikut :

1) Pengembangan produktifitas sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai basis bagi upaya mendorong ekonomi produktif, bernilai tambah tinggi dan ramah lingkungan;

2) Pengembangan infrastruktur di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang lebih memadai;

3) Penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku.

4) Meningkatkan kegiatan pelestarian lingkungan guna

mewujudkan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang lestari dan berkelanjutan.

5) Pengembangan kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya optimalisasi daya dukung wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Berdasarkan kebijakan umum pengembangan wilayah pesisir dan pulau- pulau kecil Kabupaten bengkalis, maka konsep pengembangan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten bengkalis dibuat dengan mengedepankan fungsi-fungsi ekonomi dan kesejahteraan; fungsi kelestarian dan keberlanjutan; fungsi keterpaduan dan keserasian. Dari konsep ini akan dihasilkan konsep“blue economy”dalam pengembangan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Bengkalis.

Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir

dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP3K), sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan/atau komplemen dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bengkalis, maka dalam penentuan prioritas pengembangannya selain dilandasi oleh kebijakan strategis yang telah ditetapkan dalam RSWP-3-K Kabupaten Bengkalis, juga memperhatikan konektifitasnya dengan kebijakan pembangunan daerah yang telah ditetapkan dalam RPJMD Kabupaten Bengkalis. Selanjutnya, skala prioritas pengembangan sumberdaya wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bengkalis dikelompokkan berdasarkan arahan pemanfaatan ruang pada zona dan/atau kawasan yang telah ditetapkan peruntukkan pemanfaatannya, sebagaimana yang telah diatur pemanfaatannya dalam RZWP-3-K Kabupaten Bengkalis.

(39)

1. Tujuan : Mengembangan perekonomian daerah

2. Sasaran : Meningkatnya ketahanan pangan

3. Indikator Kinerja : Jumlah persentase (%) kenaikan produksi perikanan kelompok nelayan setiap tahun

4. Strategi : Peningkatan produksi perikanan

5. Kebijakan : Meningkatkan produktifitas perikanan

6. Program : Program pengembangan perikanan tangkap

7. Sasaran Pengembangan Sumberdaya Perikanan Tangkap

: (1) Peningkatan keberhasilan penangkapan ikan (2) Peningkatan pendapatan nelayan.

(3) Penataan dan pemanfaatan kembali kegiatan penangkapan ikan budidaya (4) Mengurangi degradasi dan eksploitasi sumberdaya laut

(5) Peningkatan penyediaan dan distribusi hasil tangkapan ikan (6) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(7) Pelestarian lingkungan ekosistem

(8) Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha (9) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia

8. SKPD : DISKANLUT

MATRIKS PRIORITAS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KABUPATEN BENGKALIS (KOMPLEMEN RPJMD 2015 - 2020)

2015-2020

KAWASAN : KAWASAN PEMANFAATAN UMUM

ZONA : ZONA PERIKANAN TANGKAP TAHUN

(40)

PRIORITAS PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA PERIKANAN BUDIDAYA INDIKATOR OUTPUT TATA WAKTU PELAKSANAAN 2016 2017 2018 2019 2020 1. Pengembangan kegiatan penangkapan ikan yang ramah lingkungan dan

bertanggung jawab (CCRF)

Jumlah kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengembangkan operasional penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan di Kab. Bengkalis secara ramah lingkungan dan bertanggung jawab serta mengikuti ketentuan CCRF.

x x x x x

2. Penyediaan sarana produksi penangkapan ikan Jumlah sarana dan prasarana produksi yang terbangun/

tersedia di Kabupaten Bengkalis dalam rangka menunjang operasional penangkapan ikan.

x x x x x

3. Pembangunan infrastruktur perikanan tangkap Jumlah infrastruktur perikanan tangkap yang terbangun/ tersedia di Kabupaten Bengkalis dalam rangka menunjang operasional penangkapan ikan.

x x x x x

4. Membangun armada penangkapan ikan yang berkualitas Jumlah armada kapal penangkapan ikan yang

terbangun/ tersedia di Kabupaten Bengkalis dalam rangka

menunjang operasional penangkapan ikan.

x x x x x

5. Memperbaiki rekayasa fishing ground melakukan sosialisasi, pelatihan dan percontohan penangkapan ikan

Jumlah kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperbaiki rekayasa fishing ground melakukan sosialisasi, pelatihan dan percontohan penangkapan ikan terhadap nelayan di Kab.

Bengkalis.

x x x x x

(41)

PRIORITAS PENGEMBANGAN

SUMBERDAYA PERIKANAN BUDIDAYA INDIKATOR OUTPUT TATA WAKTU PELAKSANAAN 2016 2017 2018 2019 2020 6. Mengembangkan nilai tambah dan distribusi hasil tangkapan Nilai jual dan jumlah produksi

hasil penangkapan ikan yang terdistribusi secara baik dan semakin meningkat dari segi kualitas dan kuantitas.

x x x x x

7. Pemberian pinjaman modal bergulir / kredit lunak Jumlah uang yang diberikan kepada nelayan atau pengusaha perikanan tangkap sebagai pinjaman modal bergulir atau kridit lunak dalam rangka meningkatkan usaha penangkapan ikan di Kab.

Bengkalis.

x x x x x

8. Melakukan koordinasi antar instansi dalam pengembangan kegiatan perikanan tangkap

Jumlah kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan koordinasi antar instansi atau SKPD lingkup Kab. Bengkalis dalam pengelolaan kegiatan perikanan tangkap.

x x x x x

(42)

1. Tujuan : Mengembangan perekonomian daerah

2. Sasaran : Meningkatnya ketahanan pangan

3. Indikator Kinerja : Jumlah persentase (%) kenaikan produksi perikanan kelompok nelayan setiap tahun

4. Strategi : Peningkatan produksi perikanan

5. Kebijakan : Meningkatkan produktifitas perikanan

6. Program : Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut, Air Payau dan Air Tawar 7. Sasaran Pengembangan

Sumberdaya Perikanan Budidaya

: (1) Peningkatan keberhasilan budidaya laut.

(2) Peningkatan pendapatan pembudidaya ikan dan rumput laut.

(3) Penataan dan pemanfaatan kembali lahan budidaya laut.

(4) Mengurangi degradasi dan eksploitasi sumberdaya perikanan budidaya.

(5) Peningkatan penyediaan dan distribusi hasil perikanan.

(6) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

(7) Pelestarian lingkungan ekosistem sumberdaya laut.

(8) Peningkatan kesempatan kerja dan berusaha.

(9) Peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

8. SKPD : DISKANLUT

MATRIKS PRIORITAS PENGEMBANGAN SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

KABUPATEN BENGKALIS (KOMPLEMEN RPJMD 2015 - 2020)

2015-2020

KAWASAN : KAWASAN PEMANFAATAN UMUM

ZONA : ZONA PERIKANAN BUDIDAYA TAHUN

Referensi

Dokumen terkait

Metafora sebagai salah satu wujud daya kreatif bahasa di dalam penerapan makna, artinya berdasarkan kata-kata tertentu yang telah dikenalnya dan berdasarkan keserupaan atau

PT Greenspan Packaging System sudah baik, hal ini dapat dilihat dari pembagian tanggung jawab fung- sional diantaranya fungsi penjualan terpisah dengan fungsi gudang untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan kompetensi guru produktif dalam meningkatkan sikap kewirausahaan siswa melalui MGMP, (2) Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi, jenis data yang digunakan data primer dan sekunder serta metode analisa data adalah

"Saya bersumpah,he4anji, bahwa saya akan melakukan pekeq'aan Ilmu Kedokteran, Ilmu Bedah dan Ilmu Kebidanan dengan pengetahuan dan tenaga saya yang

Jika dilakukan observasi di lokasi kejadian kecelakaan, pemasangan rambu rambu sementara yang dilakukan petugas layanan jalan tol belum sesuai dengan aturan SK DIREKSI

atas rahman dan rahim-Nya sehingga Panduan Bantuan Program Peningkatan Mutu Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Islam (DIKTIS) Direktorat

Berdasarkan Rencana Jangka Menengah Tahun 2010-2012 Kampung Totokaton Kecamatan Punggur pelaksanna pembangunan berdasarkan hasil identifikasi, pemetaan swadaya dan