• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

87 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi karakteristik subjek penelitian

Dalam penelitian ini sampel sejumlah 40 orang yang berasal dari populasi mahasiswa Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul yang bersedia mengikuti program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

Pengambilan sampel yang seluruhnya berjenis kelamin pria dilakukan dengan teknik sampel random sampling dengan tujuan agar tiap subjek dalam populasi mendapat kemungkinan yang sama untuk dipilih.

Sampel diberikan program latihan selama 6 minggu. Latihan diberikan 3 kali dalam seminggu, dengan peningkatan dosis latihan disetiap minggu kedua latihan. Pengukuran agility setiap akhir minggu (hari Sabtu) untuk menentukan keberhasilan dari latihan yang diberikan.

Sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu masing-masih sejumlah 20 orang sebagai kelompok perlakuan I maupun kelompok perlakuan II. Kelompok perlakuan I yang diberikan latihan eksentrik m.quadriceps dengan latihan plyometric dan kelompok perlakuan II yang diberikan latihan m.gastrocnemius dan latihan plyometric.

Gambaran distribusi data pada kelompok perlakuan I, dan kelompok perlakuan II menurut usia dapat dilihat pada Tabel 5.1.

(2)

Tabel 5.1

Diskripsi Sampel Menurut Usia Pada Kelompok Perlakuan I dan Kelompok Perlakuan II

Usia (Tahun)

Perlakuan I Perlakuan II Total

n % N % n %

18 6 15 5 12,5 11 27,5

19 10 25 10 25 20 50

20 4 10 4 10 8 20

21 0 0 1 2,5 1 2,5

Jumlah 20 50 20 50 40 100

Berdasarkan Tabel 5.1 usia sampel dominan 19 tahun (50%).

Tabel 5.2

Diskripsi Sampel Menurut Tinggi Badan (TB) Pada Kelompok Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II

Tinggi badan (TB)

Perlakuan I Perlakuan II Total

n % n % n %

155-159 0 0 4 10 4 10

160-164 4 10 0 0 4 10

165-169 5 12,5 4 10 9 22,5

170-174 6 15 7 17,5 13 32,5

175-179 2 5 3 7,5 5 12,5

180-184 3 7,5 2 5 5 12,5

Jumlah 20 50 20 50 40 100

Berdasarkan Tabel 5.2 pada keloimpok perlakuan I tidak ada sampel dengan tinngi badan 155-159cm. Pada kelompok perlakuan II tidak ada sampel dengan tinggi badan 160-164cm. Dalam penelitian ini sebagian besar sampel memiliki tinggi badan 170-174cm sebesar 32,5%.

(3)

Tabel 5.3

Diskripsi Sampel Menurut Berat Badan (BB) Pada Kelompok Perlakuan I Dan Kelompok Perlakuan II

Berat badan (BB)

Perlakuan I Perlakuan II Total

n % n % n %

50-59 9 22,5 7 17,5 16 40

60-69 6 15 9 22,5 15 37,5

70-79 3 7,5 3 7,5 6 15

80-89 2 5 1 2,5 3 7,5

Jumlah 20 50 20 50 40 100

Berdasarkan Tabel 5.3 dalam penelitian ini 40% sampel memiliki BB pada rentang 50-59kg.

Untuk mengetahui nilai peningkatan agility sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I yang diberikan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric dapat dilihat pada Gambar 5.1

Gambar 5.1 Grafik Peningkatan Agility Kelompok Perlakuan I

16 16,2 16,4 16,6 16,8 17 17,2 17,4

Pre Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

Minggu V

Post

Nilai Agility (detik)

Pengukuran

Nilai Rerata

(4)

Berdasarkan Gambar 5.1 terjadi peningkatan agility pada kelompok perlakuan I yang dinilai dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth-Boomerang Run, rerata sebelum latihan 17,22±0,94detik. Terjadi penurunan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth- Boomerang Run, rerata 16,43±0,19detik, yang berarti bahwa terjadi peningkatan agility sesudah pelatihan.

Sedangkan pada kelompok perlakuan II, nilai agility sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan II yang diberikan latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric dapat dilihat dalam Gambar 5.2 berikut:

Gambar 5.2 Grafik Peningkatan Agility Kelompok Perlakuan II

Berdasarkan Gambar 5.2 terjadi peningkatan agility pada kelompok perlakuan II yang dinilai dari waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth-Boomerang Run, rerata sebelum latihan 16,84±1,07detik. Terjadi

15,6 15,8 16 16,2 16,4 16,6 16,8 17

Pre Minggu I

Minggu II

Minggu III

Minggu IV

Minggu V

Post

Nilai Agility (detik)

Pengukuran

Nilai Rerata

(5)

penurunan jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes Rigth- Boomerang Run, rerata 16,02±01,04detik, yang berarti bahwa terjadi peningkatan agility sesudah pelatihan.

5.1.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas

Untuk menentukan jenis uji statistik yang akan digunakan untuk membandingkan hasil sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan Saphiro Wilk Test, yang akan disajikan pada Tabel 5.4 sebagai berikut:

Tabel 5.4

Uji Normalitas Distribusi Data Agility (Detik) Dengan Shaphiro Wilk Test

Kelompok Data

Normalitas dengan Shaphiro Wilk Test Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II Rerata±SB

(detik)

p Rerata±SB

(detik)

p

Sebelum 17,21±0.94 0,854 16,84±1,07 0,619

Sesudah 16,43±0,89 0,604 16,01±1,04 0,784

Selisih 0,78±0,18 0,082 0,85±0,17 0,322

Dari hasil uji normalitas dengan Saphiro Wilk-Test sebelum dan sesudah latihan pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II diketahui nilai p>0,05 yang berarti data berdistribusi normal dengan nilai rerata sebelum latihan kelompok perlakuan 17,21±0,94detik, dan nilai rerata sesudah latihan kelompok

(6)

perlakuan I 16,43±0,89detik. Pada kelompok perlakuan II sebelum latihan didapat nilai rerata 16,84±1,07detik, dan nilai rerata sesudah latihan kelompok perlakuan II 16,01±1,04detik.

Untuk menentukan varian data homogen atau tidak pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II uji homogenitas menggunakan Levene’s Test, yang akan disajikan pada tabel 5.5 sebagai berikut:

Tabel 5.5

Uji Homogenitas Data Agility (Detik) Dengan Levene’s Test

Variabel

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

p-value Rerata

(detik)

SB (detik)

Rerata (detik)

SB (detik)

Agility 16,43 0,90 16,01 1,04 0,369

Uji homogenitas menggunakan Levene’s Test pada kelompok perlakuan I

dan II, data diketahui nilai p>0,05 yang berarti data homogen.

5.1.3 Uji komparabilitas data agility sebelum latihan pada kelompok perlakuan I dan II

Uji ini untuk mengetahui perbedaan rerata agility sebelum perlakuan pada masing-masing kelompok menggunakan Independent t-Test., yang disajikan pada tabel 5.6 sebagai berikut:

(7)

Tabel 5.6

Uji Komparabilitas Sebelum Latihan Pada Kelompok Perlakuan I dan II dengan Independent t-Test

Variabel

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

p-value Rerata

(detik)

SB (detik)

Rerata (detik)

SB (detik) Sebelum

Pelatihan

17,21 0,93 16,84 1,06 0,249

Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa nilai p= 0,249 sehingga data tersebut komparabel (p>0,05).

5.1.4 Uji beda rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan II sesudah perlakuan

Uji beda bertujuan untuk membedakan rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan II. Karena distribusi kedua kelompok data normal dan homogen, maka untuk mengetahui signifikansi dan perbedaan peningkatan agility antara kelompok sesudah perlakuan menggunakan uji t-tidak berpasangan (Independent t-Test) yang disajikan pada Tabel 5.7 sebagai berikut:

(8)

Tabel 5.7

Uji Beda Sesudah Agility Kelompok Perlakuan I dan II dengan Independent t-test

Variabel

Kelompok Perlakuan I Kelompok Perlakuan II

p-value Rerata

(detik)

SB (detik)

Rerata (detik)

SB (detik) Sesudah

Pelatihan

16,43 0,89 16,02 1,04 0,183

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Independent t-test seperti pada Tabel 5.7 di atas menunjukkan bahwa beda rerata peningkatan agility sesudah latihan antara kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II memiliki nilai p=0,183 (p˃0,05), ini berarti tidak ada perbedaan peningkatan agility yang bermakna. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan eksentric m.gastrocnimeuss dan latihan plyometric sama baik dengan latihan eksenrtic m.quadriceps dan latihan plyometric dalam meningkatkan agility pada mahasiswa di Universitas Esa Unggul.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Kondisi subyek

Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang berasal dari mahasiswa Fakultas Fisioterapi di Universitas Esa Unggul Jakarta. Sampel seluruhnya laki – laki. Pada sample yang didapat semuanya tidak melakukan aktivitas fisik yang rutin (3X seminggu).

(9)

5.2.2 Karakteristik lingkungan tempat penelitian

Tempat pengukuran agility dilakukan dalam aula untuk menghindari faktor emosi dan hambatan lapangan yang dapat mengganggu hasil pengukuran.

Tempat latihan eksentrik m quadriceps, latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric dilakukan di klinik Fisioterapi Univ. Esa Unggul untuk memperoleh rasa aman dan nyaman.

5.2.5 Efek Kombinasi Latihan Eksentrik M.Gastrocnemius dengan Latihan Plyometric dan Latihan Eksentrik M.Quadriceps dengan Latihan Plyometric Terhadap Peningkatan Agility

Dari hasil uji hipotesis dengan menggunkan independent t-test seperti pada Tabel 5.7 diperoleh hasil nilai p=0,183 (p˃0,05) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan pengaruh yang bermakna antara kombinasi latihan eksentrik m.gastrocnemius dan latihan plyometric dengan latihan eksentrik m.quadriceps dan latihan plyometric terhadap peningkatan agility. Namun hasil dari penelitian kedua kelompok jika dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2 nilai rerata peningkatan agility pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II mengalami peningkatan, namun jika dilihat pada nilai tingkat agility Tabel 2.1 nilai rerata peningkatan agility pada kedua kelompok perlakuan berada pada kategori kinerja pemula. Dimana nilai rerata sebelum latihan juga berada di tingkat kinerja pemula. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan agility yang kurang optimal.

(10)

Tidak adanya perbedaan pada penelitian dikarenakan baik otot gasrtocnemius maupun otot quadriceps merupakan otot yang berkontraksi secara simultan pada saat berjalan ataupun berlari, dimana pada tes agility dengan menggunakan Rigth-Boomerang Run Test adalah kemampuan berlari dengan merubah posisi tubuh dengan cepat.

Secara kajian teori latihan yang difokuskan pada otot gastrocnemius dan otot quadriceps memberikan efek pada kontraksi otot tersebut dengan cepat dalam berkontraksi, sehingga akan timbul daya ledak serta power yang maksimal, namun untuk memberikan peningkatan agility sampai ke tingkat prima ternyata komponen peningkatan power otot saja tidak cukup, dibutuhkan juga kecepatan, kekuatan otot, fleksibilitas otot dan koordinasi yang semangkin ditingkatkan secara umum pada sistem musculoskeletal.

Pada sampel yang digunakan semua tidak memiliki aktivitas fisik (olahraga) yang rutin (3x seminggu) sehingga sampel tidak memiliki kecepatan, kekuatan otot, dan fleksibilitas otot, kecepatan reaksi, keseimbangan dan kordinasi neuromuscular yang optimal. Sedangkan sebelum melakukan latihan plyometric seseorang harus memiliki kekuatan otot, daya tahan otot, dan fleksibilitas otot yang baik. Hal ini membuat peningkatan agility pada kedua kelompok perlakuan menjadi kurang optimal.

Penilaian peningkatan agility dengan Right-Boomerang Run Test pada penelitian ini, jika dikaji tidak hanya membutuhkan power dari m.gastrocnemius ataupun m.quadriceps, namun dibutuhkan juga kecepatan, kekuatan otot,

(11)

fleksibilitas otot, kecepatan reaksi, keseimbangan dan koordinasi neuromuscular yang baik untuk menyelesaikan tes dengan waktu (detik) sesingkat-singkatnya.

Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa latihan plyometric dapat meningkatkan agility. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Lehnert, Michal dan Karel (2013), dalam penelitiannya tentang efek dari 6 minggu pelatihan agility pada pemain basket, menemukan bahwa latihan plyometric dalam waktu 6 minggu mampu meningkatkan agility secara signifikan.

Sedangkan hasil penelitian Santos (2010), dalam efek latihan eksentrik pada fungsional tes terhadap orang sehat, menyatakan bahwa pelatihan eksentrik hanya meningkatkan power dan aktivasi saraf yang lebih besar. Hal ini menjelaskan bahwa latihan eksentrik hanya meningkatkan power, sedangkan untuk peningkatan agility, power saja tidak cukup, tetapi diperlukan juga peningkatan faktor-faktor lain yang mempengaruhi agility, yaitu kecepatan, fleksibilitas, waktu reaksi dan keseimbangan.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Selama penelitian berlangsung, peneliti mengalami keterbatasan dalam melakuan penelitian. Keterbatasan yang terjadi pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang mengacu pada dan di Negara lain yang memungkinkan sangat berbeda dengan di Indonesia.

Gambar

Gambar 5.2 Grafik Peningkatan Agility Kelompok Perlakuan II

Referensi

Dokumen terkait

I don't care what you think as long as it's about me The best of us can find happiness in misery. Oh take a chance, let your body get a tolerance I'm not a chance, put a heat

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.. PAGE OF

Menulis karangan sederhana dalam bentuk narasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan benda atau orang.. Mettre en valeur quelqu’un ou quelque

Halaman 1 RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN.. 1 Belanja Pegawai

Berdasarkan penulisan skripsi diatas, maka pada laporan akhir ini penulis membuat sebuah sistem pembelian voucher listrik online berbasis web dengan menggunakan

Penulis ingin mempersembahkan karya kecil ini kepada mempersembahkan hasil ini kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melindungi dan membimbing penulis dalam setiap kegiatan

Selain itu kepada teman-teman saya yang sangat setia membantu dan memberikan semangat kepada penulis dan memberikan arahan sehingga proposal ini dapat terselesaikan Aurellio

Seluruh staf administratif dan staf edukatif Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi