• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO

KOTA SOLOK TAHUN 2014

Aini Yusra, Sri Dewi, Fitri Yoska Widiasari (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perawatan ibu nifas oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling yang dilakukan pada tanggal 12 juni sampai 16 Juni 2014 sebanyak 20 orang. Hasil penelitian diperoleh hampir sebagian (50%) responden tidak menerima pemantauan kondisi uterus, seluruh (100%) responden menerima pematauan luka, perdarahan, TTV, dan pemantauan haluaran urine, Sebagian besar (80%) responden menerima konseling ASI, serta lebih dari sebagian (60%) responden menerima konseling KB. Kesimpulakan dari penelitian ini, lebih dari sebagian (65%) responden menerima perawatan pada masa nifasnya oleh tenaga kesehatan tidak lengkap. Diharapkan kepada petugas puskesmas nan balimo kota solok dapat melaksanakan pemantauan atau perawatan ibu nifas sesuai lama hari nifas dan indikator yang telah ditetapkan dalam program pemerintah serta diharapkan kesadaran masyarakat untuk mengidentifikasi ibu nifas.

Kata kunci: perawatan ibu nifas, Kunjungan nifas

PENDAHULUAN

Masa nifas merupakan masa yang dilalui oleh setiap wanita setelah melahirkan. Masa nifas berlangsung sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggu atau 42 hari setelah kelahiran (Sarwono, 2008: 356). Dalam masa nifas ini terjadi adaptasi fisik dan psikologis ibu untuk kembali seperti sebelum kehamilan.

Namun pada masa tersebut dapat terjadi komplikasi persalinan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas dapat menyebabkan kematian pada ibu.

Menurut survei demografi Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka tersebut relatif tinggi dibanding Negara-negara ASEAN lain. Penyebab kematian yang sering terjadi pada masa nifas adalah perdarahan 49%, infeksi 32%

dan lain-lain 19% (Depkes RI, 2009).

Sarwono (2009:122) menyatakan bahwa masa nifas merupakan masa kritis dalam kehidupan ibu dan bayi karena sekitar 60% kematian ibu terjadi segera setelah kelahiran dimana 50% dari kematian tersebut terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan. Lebih dari 65% dari kematian tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan

(2)

pada ibu serta penyuluhan kepada ibu dan keluarganya agar komplikasi nifas tidak terjadi. ibu membutuhkan petunjuk dan nasihat dari tenaga kesehatan sehingga proses adaptasi setelah melahirkan berlangsung dengan baik.

Dalam standar pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan. Pelayanan pada ibu nifas bertujuan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir, pemberian asi, imunisasi dan keluaga berencana serta dukungan dari petugas kesehatan dan kondisi emosional beserta psikologis suami serta keluarga (Sarwono, 2008:357). Dalam masa nifas ini tidak sedikit ibu yang mengalami problem kesehatan seperti nyeri, perdarahan, infeksi, bengkak pada kaki, ketidakmampuan menyusui, dan gangguan nutrisi.

Dalam buku pedoman pemantau wilayah setempat KIA (2010:10) Pemerintah menggalakkan program kunjungan nifas yaitu kunjungan rumah dilaksanakan tiga kali untuk memantau

keadaan ibu saat nifas dan bayi. Namun demikian program pemerintah ini tidak sesuai dengan target, dibuktikan dengan cakupan kunjungan ibu nifas di Indonesia pada tahun 2011 adalah 76,96%, pada provinsi Sumatra Barat kunjungan ibu nifas mencapai 76,56% sementara target cakupan kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 adalah 90%.

Dari tabel 1 diatas mengambarkan bahwa data profil kesehatan tahun 2013 Kota Solok cakupan kunjungan nifas Kota Solok di wilayah kerja Puskesmas yang paling tinggi melaksanakan KF 1 adalah wilayah kerja puskesmas nan balimo, namun pada KF 2 dan KF 3 mengalami penurunan.

Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan dengan mewawancarai empat orang ibu di kelurahan Nan Balimo.

Salah satu ibu menyatakan bahwa ia tidak pernah dikunjungi oleh tenaga kesehatan dan dua orang ibu dikunjungi dua kali selama masa nifasnya oleh tenaga kesehatan serta hanya satu orang ibu yang dikunjungi tiga kali oleh tenaga kesehatan dan sesuai dengan indikator dalam program kunjungan nifas yang digalakkakn oleh pemerintah, namun masih ada terjadi komplikasi pada ibu nifas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran perawatan ibu nifas oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

(3)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran perawatan ibu nifas yang dilaksanakan tenaga kesehatan dengan populasi seluruh ibu nifas yang dilakukan perawatan oleh tenaga kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo

dengan cara pengambilan sampel yaitu total sampling yang dilakukan pada tanggal 12 juni sampai 16 Juni 2014 sebanyak 20 orang. Data dikumpulkan menggunakan lembar checklist dengan cara mewawancarai responden, setelah data terkumpul data diolah dan dianalisa

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Umur Frekuensi Persentase

< 20 20-34

≥35

1 19

0

5 95

0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan (95%)

responden berada pada rentang umur 20-

34 tahun

.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pendidikan Frekuensi Persentase

SD SMP SMA PT

6 4 6 4

30 20 30 20

Jumlah 20 100

Tabel diatas dapat dilihat bahwa distribusi tingkat pendidikan responden hampir

sama yaitu 30% pada SD dan SMA serta 20% pada SMP dan PT.

(4)

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pekerjaan Frekuensi Persentase

PNS Swasta Tidak Bekerja/IRT

2 1 17

10 5 85

Jumlah 20 100

Berdasrkan tabel diatas dapat terlihat bahwa sebagian besar (85%) responden

bekerja sebagai IRT

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Kunjungan Nifas Frekuensi Persentase

KF 2 KF 3

4 16

20 80

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat hasil karakteristik kunjungan nifas responden tersebut peneliti hanya meneliti indikator yang berada pada KF 2 dan KF 3 saja. Indikator tersebut adalah pemantauan uterus, pemantauan perdarahan atau lokia, pemantauan

kondisi luka, pemantauan TTV, pemantauan haluaran urine, pemantauan infeksi, konseling ASI, konseling KB dan indikator yang tidak ada pada KF 2 dan KF 3 adalah pemberian Vitamin A, pemberian vitamin A hanya diberikan pada KF 1 saja.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perawatan Ibu Nifas Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Perawatan nifas Frekuensi Persentase

Lengkap Kurang Lengkap

7 13

35 65

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 6 diatas terlihat lebih dari sebagian (65%) responden kurang lengkap menerima perawatan pada masa nifasnya oleh tenaga kesehatan.

Perawatan nifas adalah pelayanan

kesehatan sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari.

(5)

Pematauan perawatan nifas oleh tenaga kesehatan dapat dapat dilihat sebagai berikut:

Pemantauan Uterus

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Uterus Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pemantauan Uterus Frekuensi Persentase

Ya Tidak

10 10

50 50

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 7 diatas terlihat hampir sebagian (50%) responden tidak menerima pemantauan kondisi uterus.

Pemantauan Perdarahan atau Lokia Hasil penelitian dari 20 orang responden didapatkan dengan mengajukan pertanyaan apakah tenaga kesehatan menanyakan jumlah berapa kali ibu

mengganti pembalut dan keadaan darah nifas ibu. Kecendrungan distribusi frekuensi pemantauan perdarahan atau lokia dapat dilihat pada tabel 8:

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Perdarahan atau Lokia Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pemantauan Perdarahan Frekuensi Persentase

Ya Tidak

20 0

100 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 8 diatas terlihat seluruh (100%) responden menerima

pemantauan perdarahan atau lokia.

Pemantauan Kondisi Luka

Hasil penelitian dari 20 orang responden didapatkan dengan mengajukan pertanyaan apakah tenaga

kesehatan memeriksa jalan lahir (vagina dan perut) ibu. Kecendrungan distribusi frekuensi pemantauan kondisi luka dapat dilihat pada tabel 9:

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Kondisi Luka Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Kondisi Luka Frekuensi Persentase

Ya Tidak

20 0

100 0

Jumlah 20 100

(6)

Berdasarkan tabel 9 diatas terlihat seluruh (100%) responden menerima pemantauan kondisi luka. Setelah melahirkan,

perineum menjadi agak bengkak/ edema/

memar dan mungkin ada

Pemantauan Tanda-Tanda Vital (TTV)

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan TTV Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pemantauan TTV Frekuensi Persentase

Ya Tidak

20 0

100 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 10 diatas terlihat seluruh (100%) responden menerima pemantauan TTV.

Pemantauan Haluaran Urine

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Haluaran Urine Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Haluaran Urine Frekuensi Persentase

Ya Tidak

20 0

100 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 11 diatas terlihat seluruh (100%) responden menerima pemantauan haluaran urine. Ibu postpartum mengalami diuresis, namun dapat terjadi ganguan haluaran urine dalam 24 jam pertama akibat dari oedema

jalan lahir yang menyebabkan terjadinya

distensi kandung kemih

(Sulistyawati,2009:78). infeksi saluran kemih ditandai dengan nyeri dan rasa

panas saat BAK.

Pemantauan Infeksi

Tabel 12.Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Infeksi Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pemantauan Infeksi Frekuensi Persentase

Ya Tidak

20 0

100 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 12 diatas terlihat seluruh (100%) responden menerima pemantauan infeksi.

(7)

Konseling ASI

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Konseling ASI Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Konseling ASI Frekuensi Persentase

Ya Tidak

16 4

80 20

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 13 diatas terlihat sebagian besar (80%) responden menerima Konseling ASI.

Pemberian Tablet Fe

Tabel 14. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian Tablet Fe Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Pemberian Tablet Fe Frekuensi Persentase

Ya Tidak

20 0

100 0

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 14 diatas terlihat seluruh (100%) responden menerima pemberian tablet Fe.

Konseling KB

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemantauan Konseling KB Oleh Tenaga Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014

Konseling KB Frekuensi Persentase

Ya Tidak

12 8

60 40

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel 15 diatas terlihat lebih dari sebagian (60%) responden yang menerima Konseling KB.

(8)

PEMBAHASAN

Menurut Bobak (2005) periode postpartum adalah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Dalam buku pedoman pemantau wilayah setempat KIA (2010:10) Pemerintah menggalakkan program kunjungan nifas yaitu kunjungan rumah dilaksanakan tiga kali untuk memantau keadaan ibu saat nifas dan bayi.

Pelayanan yang diberikan menurut buku pedoman pemantauan wilayah setempat KIA (2010) adalah : Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu, serta perawatan luka (pemantauan infeksi), pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus), pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya, pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan, pemberian kapsul Vitamin A dan tablet Fe, dan pelayanan KB pasca salin.

Berdasarkan penelitian lebih dari sebagian (65%) responden menerima perawatan pada masa nifasnya oleh tenaga kesehatan kurang lengkap, ini dibuktikan bahwa tenaga kesehatan melaksanakan perawatan nifas kurang sesuai dengan indikator program kunjungan nifas. Menurut Sarwono (2008:357) dalam masa nifas tidak sedikit ibu mengalami komplikasi pada masa nifas seperti nyeri, perdarahan, infeksi, bengkak pada kaki, ketidakmampuan menyusui dan gangguan nutrisi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Agustina pada tahun 2013 tentang Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Motivasi Bidan Desa Dalam Pencapaian Target Cakupan Kunjungan Nifas Di Kabupaten Semarang diketahui bahwa tugas bidan dalam pelayanan nifas belum optimal, hal ini ditunjukkan dengan tidak dilakukannya kunjungan nifas secara lengkap, pemeriksaan nifas juga tidak dilakukan secara lengkap dan program pengembangan potensi seperti pelatihan apn yang diikuti selain dengan biaya mandiri juga membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Aisyaroh (2010) dalam penelitiannya tentang Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas menyebutkan bahwa berbagai kendala yang dihadapi oleh tenaga kesehatan pada kunjungan nifas adalah waktu untuk mengunjungi pasien, rasio tenaga kesehatan yang tidak sesuai dengan jumlah pasien yang dilayani, letak geografis dan sarana transportasi yang kurang mendukung.

Pemantauan dilakukan dengan memeriksa abdomen dan menentukan tinggi fundus uteri (TFU). Pada ibu nifas hari pertama TFU akan berada setinggi umbilikus dan turun satu jari setiap harinya hingga tak teraba hingga hari ke 10 postpartum. (Reeder, 2011)

Pematauan uterus dilakuakan untuk mendeteksi secara dini terjadinya

(9)

sub involusi. Sub-involusi adalah pengecilan uterus kurang baik atau terganggu (rustam mochtar, 2002). Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (prawirohardjo, 2005).

Pada pemeriksaan bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus masih tinggi.

Kontraksi dan retraksi otot uterin dipengaruhi oksitosin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasenta site) sehingga membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Pematauan uteri juga bisa dilihat dari lokia sehingga kemungkinan tidak dilakukan TFU disebabkan karena tidak adanya keluhan pada lokia luka jahitan bekas robekan atau episiotomi, yaitu sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. Proses penyembuhan luka episiotomi sama seperti luka operasi lain.

Perhatikan tanda-tanda infeksi pada luka episiotomi seperti nyeri, merah, panas, bengkak atau keluar cairan tidak lazim.

Penyembuhan luka biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah melahirkan (Suherni, 2009). Penyembuhan luka dapat terjadi secara Per Primam yaitu penyembuhan yang terjadi setelah segera diusahakan bertautnya tepi luka biasanya dengan jahitan. Per Sekunden yaitu proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan

lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka. Biasanya dijumpai pada luka-luka dengan kehilangan jaringan, terkontaminasi atau terinfeksi.

Penyembuhan dimulai dari lapisan dalam dengan pembentukan jaringan granulasi.

Per Tertiam atau per primam tertunda yaitu luka yang dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridemen. Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari).

Berdasarkan hasil penelitian seluruh responden menerima pemantauan luka. Menurut Suwiyoga (2004) akibat perawatan perineum yang tidak benar dapat mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokhea menjadi lembab sehingga sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum, maka dari itu pematauan luka yang tepat penting dilakukan untuk tetap memantau keaadaan luka ibu nifas dalam keadaan baik.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati tahun 2010 tentang Hubungan Perawatan Perinium Dengan Kesembuhan Luka Perinium Pada Ibu Nifas Hari Keenam diketahui bahwa semakin baik perawatan luka perinium maka semakin cepat kesembuhan luka perinium. Perubahan TTV pada ibu postpartum dapat terjadi secara fisiologi maupun patologis.

Adaptasi fisik ibu postpartum dapat diidentifikasi dari tanda-tanda vitalnya.

(10)

Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan terdapat bradikardia. Bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan pada penderita.

Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti semula (Saleha, 2009:61).

Setiap denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit adalah abnormal dan hal ini menunjukkan adanya kemungkinan infeksi. (Sulistyawati, 2009:81)

Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkatkan menjadi 38°C, sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal. Jika terjadi peningkatan suhu 38°C yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam melahirkan, maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama postpartum). (Sarwono, 2008:629) Mengukur tanda- tanda vital ibu adalah salah satu cara awal untuk mendeteksi infeksi yang dialami oleh ibu. Peningkatan Suhu 38°C dan pus pada luka yang menetapkan 2 hari setelah 24 jam melahirkan, Maka perlu dipikirkan telah terjadi infeksi. Salah satu cara untuk mencegah infeksi ialah mempertahankan lingkungan tetap bersih.

Berdasarkan hasil penelitian seluruh (100%) responden menerima pemantauan infeksi oleh tenaga kesehatan. Infeksi pada masa nifas penyebab kematian ibu. Menurut Sarwono

(2008:358) infeksi nifas seperti sepsis, masih merupakan penyebab kematian ibu dinegara berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar (80%) responden menerima Konseling ASI. Menurut Sulistyawati (2009:13) bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudara, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya, serta memperoleh dukungan dan merasa percaya diri dalam memberi ASI maka berbagai kesulitan yang umum dapat dihindari/dicegah.

Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan, ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Menggunakan Kontrasepsi adalah upaya mengatur kelahiran anak,jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. (BKKBN,2013)

Menurut Sarwono (2009:5)Keluarga berencana, adalah yang memastikan bahwa setiap orang /pasangan mempunyai askses ke informasi dan pelayanan KB agara dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan ,jarak kehamilan dan jumlah anak.

(11)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian didapatkan ibu nifas Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Sebagian (60%) ibu nifas menerima konseling KB.

Sebagian ibu nifas tidak menerima pemantauan kondisi uterus di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.

Seluruh ibu nifas menerima pemantauan perdarahan di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok. Seluruh (100%) ibu nifas menerima pemantauan kondisi luka di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok . Seluruh ibu nifas menerima pemantauan TTV di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.

Hampir keseluruhan (95%) responden menerima pemantauan haluaran urine di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok. Seluruh ibu nifas menerima pemantauan infeksi di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok.

Sebagian besar ibu nifas menerima konseling ASI di Wilayah Kerja

Puskesmas Nan Balimo Kota Solok Tahun 2014. Seluruh ibu nifas menerima pemberian tablet Fe di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok . Lebih dari sebagian ibu nifas menerima konseling KB di Wilayah Kerja Puskesmas Nan Balimo Kota Solok. Lebih dari sebagian ibu nifas menerima perawatan pada masa nifasnya oleh tenaga kesehatan tidak lengkap.

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi bagi pimpinan Puskesmas untuk membuat rancangan kebijakan program kerja puskesmas berikutnya khususnya dalam pemantauan ibu nifas. Disarankan kepada pihak puskesmas untuk memanfaatkan pemberdayaan masyarakat dalam melaksanakan perawatan pada ibu nifas, untuk mempermudah melaksanakan perawatan ibu pada masa nifas secara lengkap sesuai dengan program kunjungan nifas yang digalakkan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Bintariadi, Bibin. 2007. Nifas Tinjauan Medis. www.nakita.com

Bobak,dkk. 2004. Buku Ajar keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

BKKBN. 2013 . Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana,Jakarta

Prawiroharjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi empat. Jakarta: PT. Bina Pustaka

Reeder, Dkk. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga Volume 2, Edisi 18. Jakarta:EGC Saleha, sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta:

Andi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan ini akan dicapai dengan mengevaluasi artikel-artikel mengenai SKM dengan pendekatan analisis isi ( content analysis ) kuantitatif dalam ilmu komunikasi

Ternak-ternak mempunyai kedudukan yang penting dalam sosial ekonomi masyarakat yang sebagian besar terdiri dari petani (Atmadilaga,1976). Peranan ternak

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa implementasi algoritma kriptografi aes dan steganografi dengan metode lbs cukup berhasil.

Ketidaktepatan pada kalimat soal tersebut adalah tidak dilesapkannya unsur yang sama dengan induk kalimat dari anak kalimat.. Unsur yang sama itu adalah mereka dan

Melalui sistem pusat karir yang dibangun dalam bentuk website, STMIK Pontianak dapat membantu dalam menfasilitasi penyediaan informasi lowongan kerja, sementara perusahaan

variabel nilai tukar rupiah berpengaruh secara parsial yang positif dan signifikan dan variabel inflasi berpengaruh secara parsial yang negatif dan signifikan pada indeks harga

Komisi Kebijakan Ekonomi (ECON) koordinat Komite kerja Daerah 'dalam.

Sehingga hipotesis dalam penelitian ini tidak seutuhnya didukung secara empiris, karena dari enam rasio keuangan yang diprediksi merupakan prediktor terhadap tingkat kesehatan