BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori
1. Penilaian
a. Pengertian Penilaian
Penilaian berkaitan dengan pengukuran, pengecekan, penulusuran serta pencarian kesenjangan pada pembelajaran. Penilaian menurut Anthony J. Nitko (dalam Sarkadi, 2019), yaitu sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam rangka membuat keputusan tertentu mengenai para siswa, kurikulum, program, kebijakan pendidikan, metode serta instrumen pendidikan lainnya oleh suatu badan , lembaga, organisasi atau intstitusi resmi yang melaksanakan aktivitas tertentu.
Sementara Sugihartono (dalam Suryani, 2018), menjelaskan bahwa penilaian merupakan kegiatan penafsiran tehadap hasil pengukuran guna mengetahui baik buruknya atau tinggi rendahnya fenomena, aspek, gejala, dan program tertentu.
Sedangkan menurut pendapat Sukardi dan Tumardi (dalam Suryani, 2018), penilaian merupakan proses mempertimbangkan gejala, fenomena, benda dan orang menggunakan standar hasil tertentu berupa data nilai (kata atau angka) yang bersifat kualitatif.
Berdasarkan permendikbud No.104 Tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar bagi pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah, dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar adalah proses
8
pengumpulan informasi tentang ketercapaian pembelajaran yang telah dilaksanakan oleh siswa guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi sikap yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara sistematis selama dan setelah proses pembelajaran.
Dari beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan, penilaian adalah proses kegiatan mengunpulkan, mengukur, dan meyimpulkan kemajuan belajar, proses belajar dan hasil belajar siswa yang mencakup pengetahuan, kompetensi sikap, dan keterampilan secara meyeluruh serta berkelanjutan. Adapun bentuk penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan penilaian autentik dan non-autentik, penilaian autentik dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara kegiatan observasi, penilaian diri sendiri, penilaian antar teman, penialaian unjuk kerja, penilaian proyek, penilaian portofolio, serta penilaian produk, sementara penilaian non-autentik dilaksanakan sebelum pembelajaran berlangsung, saat pembelajaran berlangsung, dan akhir pembelajaran melalui tes, ualangan dan ujian.
b. Pengertian Standar Penilaian
Penilaian dalam bahasa Inggris disebut dengan Evaluation,
Kedudukan penilaian sangat penting bagi penunaian tugas keberhasilan
melaksanakan pebdidikan, yaitu melaksanakan pembelajaran. Menurut
Sulfemi (2019), nilai adalah sesuatu yang menunjuk kepada tuntunan
perilaku yang membedakan perbuatan yang baik dan buruk atau dapat
diartikan sebagai kualitas kebaikan yang melekat pada sesuatu
.Pedoman yang digunakan dalam proses penilaian pembelajaran yaitu Standar Penilaian Pendidikan berupa Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 23 Tahun 2016 bahwa Standar Penilaian Pendidikan merupakan kriteria mengenai lingkup, manfaat, tujuan, mekanisme, prinsip, prosedur, serta instrumen penilaian hasil belajar siswa yang digunakan sebagai bentuk penilaian hasil belajar siswa pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
2. Instrument Penilaian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, instumen adalah seperangkat alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan menghimpun informasi. Sedangkan penilaian dapat diartikan sebagai proses, pembuatan nilai atau cara. Istilah tesebut sering disebut dengan assessment.
Berdasarkan penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan, instrumen penilaian adalah seperangkat alat yang digunakan dalam kegiatan mengumpulkan data dan menghimpun informasi oleh sesuatu yang telah diukur, bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi berupa instrumen tes atauupun instrumen non-tes.
Menurut pendapat Triantono (2014), mengatakan jika instrumen
penilaian yaitu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
ketercapaian kompetensi yang berbentuk tes maupun non-tes, serta teknik
yang digunakan tidak terlepas dari suatu instrumen yang digunakan untuk
mengumpulkan data kemajuan peserta didik, baik yang berhubungan dengan
proses belajar maupun hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang diminati.
Sementara Abidin (2013), berpendapat bahwa fungsi dari penilaian tidak hanya terletak pada fungsi tradisional, akan tetapi lebih meluas meliputi fungsi–fungsi sebagai berikut:
a) Penilaian berfungsi untuk menentukan persepsi masyarakat tentang keefektifan pendidikan.
b) Penilaian terhadapat keaktfian siswa harus semakin dipandang sebagai bagian proses evaluasi guru.
c) Penilaian semestinya digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penilaian memiliki fungsi untuk menekankan masyarakat mengenai kefektifan pendidikan, sebagai proses evaluasi guru kepada siswa dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Intrumen penilaian yang dibuat sebagai alat ukur yang harus sesuai dengan materi yang disampaikan serta dapat memenuhi aspek penilaian yang diharapkan. Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 menuliskan bahwa penilaian hasil belajar perserta didik pada jenjang pendidikan sekolah dasar dan menengah didasarkan pada prinsip–prinsip sebagai berikut:
a) Objektif yaitu penilaian berbasis pada standart dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilaian.
b) Terpadu yaitu penilaian oleh pendidikan dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran serta berkesinambungan.
c) Ekonomis yaitu penilaian yang efektif dan efisien dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d) Transparan yaitu prosedur penilaian, kriteria, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e) Akuntabel berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internalsekolah maupun eksternal untuk aspek prosedur dan hasilnya.
f) Edukatif yaitu dapat mendidik dan memotivasi siswa dan guru.
3. Afektif
a. Pengertian Afektif
Afektif merupakan ranah yang berkaitan perilaku dan watak antara lain adalah sikap, emosi, perasaan, minat, serta nilai. Para ahli mengemukakan bahwa perubahan sikap (afektif) seseorang dapat dilihat perubahannya jika seseorang tersebut meiliki penguasaan pengetahuan (kognitif) pada level tinggi.
Sedangkan Krathwohl (dalam Purwanto, 2010) membagi hasil belajar afektif menjadi 5 tingkatan yaitu: penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi. Secara hirarki hasil belajar afektif dari tingkatan yang paling rendah dan sederhana hingga yang paling tinggi dan kompleks.
Ranah penilaian hasil belajar afektif adaalah kemampuan yang
berkenaan dengan sikap, perasaan, emosi, atau derajat penerimaan atau
penilaian suatu obyek. Langkah-langkahnya yaitu menentukan definisi
konseptual dan definisi operasional. Pemberian nilai hasil belajar
afektif menggunakan skala. Skala adalah alat yang digunakan untuk
mengukur nilai sikap, perhatian, minat, dan lain-lain (Sudjana, 2010).
Menurut pendapat Bloom (dalam Taher, 2013), hasil belajar ranah afektif yaitu bagian dari hasil belajar yang memegang peranan penting pada keberhasilan belajar ranah kognitif dan psikomotorik ditentukan oleh kondisi afektif peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu, sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Pada dasarnya pendidik memiliki kesadaran akan hal ini, namun belum banyak tindakan yang dilakukan pendidik secara sistematis untuk meningkatkan minat peserta didik.
Sebagaimana yang dijelaskan Depdiknas (2008) , bahwa pencapaian hasil belajar yang optimal dalam program pembelajaran dan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, pendidik harus memperhatikan karakteristik afektif peserta didik.
b. Karakteristik Penilaian Afektif
Terdapat empat komponen penting dalam karakteristik penilaian afektif, yaitu:
1) Sikap
Menurut Amri (2016), sikap merupakan kecenderungan dalam
bertindak dan bereaksi terhadap rangsangan baik positif maupun
negatif, yang mana wujud sikap tidak dapat langsung dilihat oleh
karenanta harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku
yang masih tertutup.
2) Minat
Menurut Amri (2016), Minat adalah keinginan yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong individu mencari objek, aktivitas, konsep, dan keterampilan untuk tujuan mendapatkan perhatian atau penguasaan. Minat merupakan kemauan seseorang untuk memperoleh objek khusus.aktivitas, pemahaman, dan ketrampilan untuk tujuan tertentu.
3) Konsep Diri
Menurut Amri (2016), konsep diri adalah pernyataan tentang kemampuan diri sendiri yang menyangkut mata pelajaran.
Karakteristik potensi peserta didik sangat penting untuk menentukan jenjang karirnya. Informasi kekuatan dan kelemahan peserta didik digunakan untuk menentukan program yang sebaiknya ditempuh.
4) Nilai
Menurut Amri (2016), Nilai berkaitan dengan keyakinan, sikap
dan aktivitas atau tindakan seseorang yang merupakan hasil
refleksi dari nilai yang dianutnya.adapun bentuk informasi yang
diperoleh dapat berupa keyakinan nilai yang positif maupun
negatif dengan tingkat intensitas rendah dan tinggi tergantung
situasi dan nilai yang dianut, selanjutnya nilai yang bersifat negatif
dikurangi dan dihilangkan, sementara yang bersifat positif
diperkuat.
4. Self dan Peer Assesment
Model pembelajaran yang diterapkan dapat diikuti dengan penggunaan penilaian yang kompleks, sehingga semua aspek siswa dapat diukur. Astuti (2012), menyebut penilaian yang mampu menjawab kompleksitas tersebut adalah penilaian autentik (authentic assessment) yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam pelaksanaan penilaian. Jenis penilaian autentik yang digunakan dan dikembangkan berupa penilaian diri sendiri (self assessment) dan penilaian antar teman (peer assessment).
Menurut Majid (2014), penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman (peer assessment) adalah salah satu teknik dalam penilaian autentik yang dapat digunakan untuk mengukur sikap peserta didik. Penilaian diri dipilih sebagai salah satu teknik dalam pelaksanaan penilaian sikap dikarenakan teknik ini terbukti efektif dalam mempengaruhi sikap positif peserta didik dalam pembelajaran.
Penerapan penilaian diri pada peserta didik bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik guna memperbaiki sikap dan cara belajarnya.
Sedangkan penilaian antar teman diharapkan mampu memberikan refleksi terhadap diri peserta didik berdasarkan masukan dari teman dalam proses peningkatan sikap kearah yang positif.
a. Self Assesment
Menurut BPPPN Pusat Kurikulum (Depdiknas, 2010: 40) penilain
diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik
diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan
tingkat ketercapaian kompetensi yang dipelajari dalam materi ajar tertentu
didasarkan atas kriteria yang sudah disiapkan sebelumnya.
Menurut Sudaryono (2012) penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Menurut Wijayanti (2017), manfaat dari penilaian diri (self assessment) adalah sebagai berikut:
1) Penilaian diri memberikan reinforcement pada kemajuan proses belajar siswa.
2) Penilaian diri dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri peserta didik sendiri.
3) Penilaian diri dapat menggali nilai-nilai spiritual, sikap, moral, bahkan aspek motorik dan kognitif peserta didik.
4) Penilaian diri membangun karakter jujur pada diri peserta didik.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian diri (self assesment) adalah proses penilaian yang dapat melibatkan peserta didik secara keseluruhan dengan rasa tanggung jawab dan sikap jujur yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk menilai kinerjanya sendiri meskipun hasilnya harus dikatakan dengan sebenarnya.
b. Peer Assesment
Menurut Wijayanti (2017), penilaian antar teman (peer assessment)
sebaya merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Pelaksaaan penilaian ini
dapat dilakukan secara berkala setelah proses pembelajaran selesai.
Adapun manfaat penilaian antar teman antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan hasil belajar.
2) Meningkatkan kolaborasi belajar melalui umpan balik antar teman.
3) Peserta didik dapat saling membantu dalam proses pemahaman suatu materi.
4) Peserta didik dapat memberi komentar terhadap kinerja temannya.
Menurut Syahrul (2015), penilaian antar teman dapat digunakan dalam suasana pembelajaran praktikum , dimana pada umumnya peserta didik bekerja dalam kelompok kecil (terutama pada kegiatan praktikum) sehingga memungkinkan antar peserta didik dapat mengamati atau menilai secara cermat satu dengan lainnya. Penerapan penilaian antar teman (peer assessment) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
1) Dimulai dengan menyampaikan maksud dan tujuan penilaian antar teman (peer assessment) kepada semua peserta didik yang terlibat, baik peserta didik yang akan dinilai maupun peserta didik yang menjadi penilai.
Dikarenakan bentuk penilaian ini tergolong baru, akan lebih baik jika penerapannya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan.
2) Mendiskusikan kriteria, skala dan prosedur penilaian secara bersama oleh pendidik dan peserta didik.
3) Melakukan pelatihan yang intensif untuk siswa yang pertama kali menghadapi sistem penilaian ini, apabila peserta didik telah melewati beberapa kali sistem penilaian ini maka pelatihan tidak perlu intensif.
4) Kemudian masing-masing siswa menilai teman mereka yang telah
ditunjuk dan juga memberikan feedback .
(Sumber :Olahan Peneliti
Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian antar teman (peer assessment) adalah teknik penilaian yang dilakukan untuk melihat
kemampuan peserta didik dengan cara berdiskusi atau berkelompok.
Penilaian antar teman (peer assessment) seringkali digunakan untuk melaksanakan praktikum ataupun membentuk kelompok kecil.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Dibawah ini merupakan penelitian terdahulu yang membahas mengenai pengembangan instrument penilaian afektif berbasis self assessment dan Peer Assessment disekolah dasar, yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kajian Penelitian Relevan No Judul Penelitian
Terdahulu
Persamaan Perbedaan Keterangan
1 Muhammad Muslich 2014, Pengembangan Model
Assessment Afektif Berbasis Self Assessment dan
Peer Assessment di SMA Negeri 1 Kebomas
- Sama-sama meneliti Pengembangan Model
AssessmentAfektif Berbasis Self Assessmentdan Peer Assessment, - Jenis penelitian :
penelitian Pengembangan
- Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Kebomas - Mempunyai
satu variable
Dalam penelitian terdahulu peneliti melakukan
penelitiannya dirana SMA, sedangkan
penelitian yang akan di lakukan ini dirana SD (Sekolah Dasar)
2 Mahdi 2014, Student Attitude towards Chemistry :
an Eximination of
Choices and
Preferences
- Sama-sama meneliti tentang penilaian sikap - Teknik yang
digunakan tehnik angket atau kuesioner
- Lebih memfokusk an pada mata pelajaran kimia
Dalam penelitian terdahulu peneliti melakukan
penelitian lebih memfokuskan pada satu mata pelajaran 3 Gaol, P. L.,
Khumaedi, M., &
Masrukan, M. (2017).
Pengembangan Instrumen Penilaian Karakter Percaya Diri pada Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama.
- Metode yang digunakan
pengembangan instrument - Pengumpulan data
melalui angket
- Lebih memfokusk an pada mata pelajaran Matematika .
Dalam penelitian terdahulu peneliti lebih mengcu pada nilai karakter, sedangkan yang akan di lakukan penelitian
mencangkup 4 penilaian ranah afektif
(Sumber :Olahan Peneliti)
C. Kerangka Berpikir
Kondisi Ideal
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kondisi Lapangan Guru melakukan proses pelaksanakan penilaian
aspek afektif yang jujur, komprehensif dan demokratis. Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran terutama pada saat pelaksanaan penilaian aspek afektif menyangkut minat dan sikap akan memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan kemampuan belajarnya karena didalam proses penilaian tersebut siswa melakukan intropeksi diri terhadap pencapaian hasil belajar.
Hasil Observasi dan wawancara yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Manunggal, memberikan hasil bahwa di sekolah tersebut mengedepankan pendidikan karakter bagi siswa, namun pihak sekolah belum menemukan instrument serta metode yang sesuai untuk menilai sikap. Pada pelaksanaan penilaian sikap didasarkan pada nilai kognitif, apabila nilai kognitif baik maka nilai sikap siswa juga baik, serta sebagian besar siswa belum dilibatkan dalam proses penilaian.
Analisis Kebutuhan Sekolah
Identifikasi Masalah
Pedoman penilaian aspek afektif yang berfokuskan pada instrumen penilaian sikap
Perencanaan penyusunan pengembangan instrumen
Model pengembangan PPE Richey& Klein
1. PLANNING
Membuat rancangan atau rencana produk yang akan dibuat berdasarkan pengumpulan data yang akan digunakan sebagai latar belakang penelitihan dan pengembangan.
2. PRODUCTION
Tahap produksi dalam penelitihan dan pengembangan dengan penyusunan indikator penelitian.
Indikator pencapaian aspek sikap berdasarkan kurikulum 2013 KI 1 dan KI 2
3. EVALUATION
Tahap evaluasi dalam penelitian ini dilakukan melalui uji validitas dan uji reliabilitas.
Hasil yang diharapkan
Produk pengembangan instrumen penilaian sikap yang telah valid dan reliabel dan efektif untuk membantu proses penilaian
(Sumber :Olahan Peneliti)