• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Auditing dan Standar Audit

Pengertian Audit Menurut A Statement of Basic Auditing Concepts (ASOBAC) menyatakan bahwa Audit merupakan sebuah proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti kejadian ekonomi secara objektif mengenai kebijakan serta aktivitas ekonomi untuk menentukan tingkat kecocokan atau kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria yang telah di tetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Sukrisno (2012:2), Audit merupakan salah satu bentuk atestasi. Atestasi adalah suatu komunikasi dari seorang expert mengenai kesimpulan tentang realibilitas dari pernyataan seseorang. Dalam pengertian yang lebih sempit, atestasi merupakan komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari atestasi yang tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya.

Secara umum, pengertian diatas dapat di artikan bahwa audit adalah proses sistematis yang di lakukan oleh orang yang kompeten dan independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti dan bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

(2)

Auditing adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut : 1. Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti informasi yang dapat di

ukur. Informasi yang dapat di evaluasi adalah informasi yang dapat di ukur.

Hal-hal yang bersifat kualitatif harus di kelompokkan dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat di nilai menurut ukuran yang jelas, seperti Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya.

2. Entitas Ekonomi

Untuk menegaskan bahwa yang di audit itu adalah kesatuan, baik berupa perusahaan, devisi, atau yang lainnya. Di lakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang kompeten dan independen yang di sebut sebagai Auditor.

3. Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang di temukan.

Penentuan harus berdasarkan ukuran yang jelas, artinnya dengan kriteria apa hal tersebut di katakana menyimpang.

4. Melaporkan Hasilnya

Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi yang di uji dengan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang di uji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.

(3)

Standar Audit merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar ini meliputi pertimbangan mengenai kualitas professional mereka, seperti keahlian dan independensi, persyaratan pelaporan keuangan, dan bahan bukti. Pedoman utamanya adalah sepuluh standar auditing atau 10 Generally Accepted Auditing Standard (GAAS), yang meliputi sebagai berikut :

Standar Umum

1. Audit harus di lakukan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus di lakukan sebaik-baiknya dan jika di gunakan asisten harus di supervise dengan semestinya

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal harus di peroleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkungan pengujian yang harus di lakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus di peroleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang di audit.

(4)

Standar Pelaporan

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah di susun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

2. Laporan audit harus menunjukan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak secara konsisten di terapkan dengan prinsip akuntansi yang di terapkan dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuntungan secara keseluruhan atas suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat di berikan. Jika pendapat keseluruhan dapat di berikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana auditor di hubungkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggungjawab yang di pikulnya.

2.1.2. Audit Delay

Audit delay merupakan perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal publikasi laporan keuangan auditedpada BEI , audit delay diukur dari jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal dipublikasikannya laporan keuangan di BEI.

(Kusumawardani, 2013). Menurut Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam Ilmiah (2013) membagi keterlambatan atau lag menjadi:

(5)

a) Preliminary lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan pendahulu oleh pasar modal.

b) Auditor’s signature lag, yaitu interval antara berakhirnya tahunfiskal sampai tanggal yang tercantum di dalam laporan auditor, atau yang sering disebut juga dengan Audit Delay.

c) Total lag, yaitu interval antara berakhirnya tahun fiskal sampai dengan tanggal diterimanya laporan keuangan tahunan oleh pasar modal.

Audit Delay merupakan lamanya waktu penyelesaian audit yang dilakukan oleh auditor yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Di Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) mewajibkan perusahaan publik yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) dan LK paling lama 4 (empat) bulan setelah tahun buku berakhir atau 120 hari setelah penutupan buku. Hal ini sesuai dengan Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan syarat utama bagi peningkatan harga pasar saham perusahaan- perusahaan go public. Pentingnya publikasi laporan keuangan auditan sebagai informasi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku bisnis di pasar modal. Jarak waktu penyelesaian audit laporan keuangan yang ikut

(6)

memengaruhi manfaat informasi laporan keuangan auditan yang dipublikasikan serta faktor-faktor yang memengaruhi Audit Delay menjadi objek yang signifikan untuk diteliti lebih lanjut.

Audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang dihitung dari tanggal penutupan buku sampai dengan tanggal laporan audit diterbitkan. Menurut Apriyana dan Diana (2017), Audit Delay adalah rentang waktu yang dibutuhkan oleh auditor untuk menyelesaikan tugas audit atas laporan keuangan yang dapat dihitung dari tanggal tutup buku perusahaan yaitu 31 Desember sampai dengan tanggal laporan audit diterbitkan. Semakin lama jangka waktu antara penerbitan dengan pengumuman laporan keuangan perusahaan, maka akan semakin berkurang kemanfaatan laporan keuangan tersebut.

Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaiaan audit oleh auditor dilihat dari perbedaan waktu tanggal laporan keuangaan dengan tanggal opini audit dalam laporan keuangan. Menurut Elen dan Anggraeni (2012:32) Perbedaan waktu ini disebut dengan audit delay. Sedangkan menurut Citra dan Endah (2015:15) audit delay adalah lamanya atau rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit, rentang waktu tersebut menyebabkan keterlambatan dalam penyampaian laporan keuangan ke Bursa Efek Indonesia.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa waktu audit atau Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit laporan

(7)

keuangan yang dilakukan oleh auditor terhitung mulai tanggal tutup buku sampai tanggal penandatanganan oleh auditor pada laporan auditor independen. Lamanya proses audit yang dilakukan oleh auditor dapat berdampak pada Audit Delay dalam penyampaian laporan keuangan kepada publik. Keterlambatan ini dapat berdampak buruk pada reaksi pasar dan menimbulkan ketidakpastian dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay

Dalam penelitian kali ini bertujuan untuk mengkonfirmasi ulang dari penelitian sebelumnya dan akan mengajukan enam faktor yang mempengaruhi Audit delay yaitu: profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi KAP, pergantian auditor, opini auditor, dan solvabilitas.

2.1.3.1. Profitabilitas

Menurut Munawir (2014:33), definisi profitabilitasadalah sebagai berikut: “Rentabilitas atau profitability adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

Menurut Agus Sartono (2010:122), profitabilitas adalah sebagai berikut:“Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan

(8)

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri.”Berdasarkan definisi diatasdapat diketahui bahwa profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba selama periode tertentudengan modal atau aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

Mohammad Nur Fauzi (2015) menyatakan bahwa: “Tinggi rendahnya laba merupakan faktor penting perusahaan. Besar kecilnya laba perusahaan dapat diketahui melalui analisa laporan keuangan perusahaan dengan rasio profitabilitas.”

1. Definisi Rasio Profitabilitas

Salah satu cara memperoleh informasi yang bermanfaat dari laporan keuangan perusahaan adalah dengan melakukan analisis rasio keuangan, salah satunya adalah rasio profitabilitas. Menurut I Made Sudana (2011:22) definisi rasio profitabilitas adalah sebagai berikut:“Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal, atau penjualan perusahaan.

Menurut James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr.

(2012:180) yang dialihbahasakan oleh Quratul’ain Mubarakah pengertian rasio profitabilitas adalah sebgai berikut :“Rasio profitabilitas adalah rasio yang menghubungkan laba dengan penjualan dan investasi.”Sedangkan menurut Eugene F. Brigham dan

(9)

Joel F. Houston (2010:146) yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yuliyanto adalah sebagai berikut: “Rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen asset, dan hutang ada hasil operasi.

Menurut Irham Fahmi (2015:135) pengertian rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: “Rasioini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.”Berdasarkan definisidari berbagai sumber di atas dapat diketahui bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang dapat menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dan dapat digunakan oleh perusahaan dalam menilai tingkat pengembalian investasi dan penjualan berdasarkan dari jumlah laba yang diperoleh perusahaan.

2. Metode Pengukuran Profitabilitas

Rasio profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan beberapa cara. Menurut I Made Sudana (2011:22), berikut adalah cara untuk mengukur rasio profitabilitas perusahaan.

1. Return on Assets (ROA)

ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevalueasi efektivitas dan efisiensi manajemen perusahaan

(10)

dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisadihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya. ROA dapat dihitungdengan menggunakan rumus sebagai berikut :

2. Return on Equity (ROE)

ROE menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba setelah pajak dengan menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini penting bagi pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengolahan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.

Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efisien penggunaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumussebagai berikut :

(11)

3. Profit Margin Ratio

Profit margin ratio mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam menjalankan operasinya. Profit margin ratio dibedakan menjadi:

a. Net Profit Margin

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dari penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini mencerminkan efisiensi seluruh bagian, yaitu produksi, personalia, pemasaran, dan keuanganyang ada dalam perusahaan. NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

b. Operating Profit Margin

Rasio ini mengukur kemampuan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Rasio ini menunjukkan efisiensi bagian produksi, personalia, serta pemasaran dalam menghasilkan laba. OPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(12)

c. Gross Profit Margin

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba kotor dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. Rasio ini menggambarkan efisiensi yang dicapai oleh bagian produksi.GPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

4. Basic Earning Power

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain rasio ini mencerminkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan seluruh investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif dan efisien pengelolaan seluruh aktiva yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(13)

2.1.3.2. Ukuran Perusahaan

Menurut Brigham & Houston (2010:4) ukuran perusahaan adalah sebagai berikut : “Ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain”.

Menurut Puspitasari dan Latrini (2014) ukuran perusahaan adalah nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki aset besar diproyeksikan mempunyai pengendalian yang baik didukung dengan sumber daya manusia yang banyak dan memiliki lebih banyak informasi yang dapat mendukung proses audit.

Menurut Brigham & Houston (2010:4) ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain”.

Ukuran perusahaan dapat dinilai dari seberapa besar aktiva yang di miliki perusahaan. Aktiva merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan baik yang didanai dengan modal sendiri ataupun dengan utang, yang merupakan hasil dari peristiwa masa lalu dan diharapkan memberikan manfaat di masa depan.

Mengukur sebuah perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan

(14)

audit delay merupakan ukuran dari sebuah perusahaan besar yang akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan yang levelnya kecil atau menengah.

Kategori Ukuran Perusahaan yaitu:

a. Perusahaan Besar

Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih lebihbesar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memilikipenjualan lebih dari Rp 50 Milyar/tahun.

b. Perusahaan Menengah

Perusahaan menengah adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersihRp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.

Memiliki hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar/tahun.

c. Perusahaan Kecil

Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan minimal Rp 1 Milyar/tahun.

Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan

(15)

yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Besar kecilnya ukuran perusahaan juga dipengaruhi, kompleksitas operasional, variabilitas dan intensitas transaksi perusahaan tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap kecepatan dalam menyajikan laporan keuangan dalam publik.

2.1.3.3. Reputasi KAP

Reputasi Kantor Akuntan Publik dihasilkan dari prestasi yang diciptakan auditor sehingga menghasilkan kepercayaan publik yang disandang auditor atas nama besar yang dimiliki auditor tersebut.

Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan suatu organisasi yang salah satunya memberikan jasa atestasi. Saat ini, KAP digolongkan menjadi KAP non Big Four dan Big Four.

The Big Four Firms dan Non-Big Four Firms dapat di bedakan sebagai berikut :

a. The Big Four Firms

Kelompok ini terdiri dari Deloitte, Ernst & Young, KPMG dan Pricewaterhouse Coopers. Perusahaan audit ini memiliki jaringan global denganperusahaan afiliasi. The BigFour memiliki kerja sama dengan pihak-pihak diluar negeri, tidak hanya lingkup nasional tapi juga internasional. Menurut Andra (2012) kategori The Big Four di Indonesia yaitu:

(16)

1. KAP Deloitte Touche Thomatsu (Deloitte), bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio &Rekan.

2. KAP Ernest & Young (E & Y), bekerjasama dengan KAP Purwanto, Sarwoko & Sandjaja dan Purwantono, Suherman &

Surja.

3. KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG), bekerjasama dengan KAP Sidharta & Widjaja.

4. KAP Pricewaterhouse Coopers (PwC), bekerjasama dengan KAP HaryantoSahari & Rekan dan Tanudiredja, Wibisana &

Rekan

b. Non-Big Four Firms

Terdapat perusahaan lapis kedua yang disebut second-tier accounting firmsyang memiliki jaringan internasional, meskipun tidak cukup besar seperti jaringan Big Four. Menurut Tuanakotta, yang termasuk pada second-tier accounting firmsyaitu BDO Seidmana, Grant Thornton, McGladrey & Pullen, dan Crowe Chizek.

Laporan keuangan atau informasi akan kinerja keuangan harus disajikan dengan akurat dan terpercaya. Kredibilitas dari laporan keuangan dapat ditingkatkan dengan menggunakan jasa auditor dari Kantor Akuntan Publik dengan reputasi yang baik.

Menurut Muhammad Azhari et al. (2014), pada umumnya KAP The Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien

(17)

dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. KAP dengan reputasi yang baik memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan KAP lainnya.

Lee (2008) menyatakan bahwa KAP yang berafiliasi dengan Big Four lebih awal dalam menyelesaikan auditnya dibandingkan dengan KAP non Big Four. Hal tersebut dikarenakan KAP Big Four memiliki ketersediaan teknologi dan sumber daya manusia yang lebih spesialis sehingga membuat pekerjaan audit yang dilakukan lebih efisien.

Adanya tenaga spesialis pada KAP Big Four akan membantu perusahaan lebih cepat dalam menyelesaikan proses audit dan menyampaikan laporan auditnya, karena tenaga spesialis dalam KAP Big Four memiliki kompetensi, keahlian dan kemampuan yang dapat mempercepat proses audit dan mempersingkat audit delay.

2.1.3.4. Pergantian Auditor

Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau Kantor Akuntan Publik (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien.

Pergantian auditor pada suatu perusahaan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga independensi dari auditor agar tetap bersikap objektif dalam melakukan tugasnya sebagai auditor. Pergantian akuntan publik juga dilakukan karena telah berakhirnya kontrak kerja yang disepakati antara KAP dengan pemberi tugas dan telah memutuskan untuk tidak memperpanjang dengan penugasan baru.

(18)

Dalam proses pengauditan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan jika auditor tersebut melanjutkan penerimaan penugasan. Hal ini bisa mengakibatkan lamanya pengauditan yang berakibat juga pada penundaan penyampaian laporan keuangan pengauditan (Verawati dan Wirakusuma, 2016). Auditor switching (pergantian auditor) merupakan perilaku yang dilakukan oleh perusahaan untuk berpindah auditor baik di sebabkan oleh aturan yang ada maupun secara sukarela. Auditor switching (pergantian auditor) terjadi karena sukarela (voluntary), maka perhatian utama adalah pada sisi klien.

Ketika klien mengganti auditornya pada saat tidak ada aturan yang mengharuskannya (secara voluntary), yang terjadi adalah salah satu dari dua hal yaitu auditor mengundurkan diri atau auditor dipecat oleh klien. Karena alasan pengunduran diri auditor atau pemecatan auditor, fokus yang menjadi masalah adalah pada pihak klien yang mana menyebabkan voluntary audit switching (pergantian auditor), (Praptika dan Rasmini, 2016). Seorang auditor yang memiliki penugasan cukup lama dengan perusahaan klien akan mendorong terciptanya pengetahuan bisnis sehingga memungkinkan auditor untuk merancang program audit yang efektif dan laporan keuangan audit yang berkualitas tinggi. Meskipun demikian, pemerintah melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengatur tentang pembatasan lamanya penugasan auditor dengan perusahaan

(19)

kliennya. Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari perusahaan publik oleh KAP paling lama enam tahun berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama tiga tahun buku berturut- turut. Pembatasan lamanya masa penugasan audit dipandang sangat penting untuk pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan untuk tetap menjaga independensi auditor dalam melaksanakan tugasnya (Rustiani dan Sugiarti, 2013). Apabila perusahaan mengalami pergantian auditor, tentunya auditor baru membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mengenali karakteristik usaha klien dan sistem yang ada di dalamnya sehingga hal ini menyita waktu auditor dalam melaksanakan proses auditnya yang akan berakibat terjadinya audit delay.

Perusahaan yang mengalami pergantian auditor akan mengangkat auditor yang baru, dimana butuh waktu yang cukup lama bagi auditor yang baru dalam mengenali karakteristik usaha klien dam sistem yang ada didalamnya (Akbar Bagus Pratama 2019).

2.1.3.5. Opini Auditor

Menurut Standar Profesional Akuntan Publik SA Seksi 110 paragraf 01 (2011), tujuan auditor atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia. Laporan auditor merupankan sarana

(20)

bagai auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan pendapat maupun menyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

Mulyadi (2014) Mengemukakan bahwa : “Tujuan utama audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien di sajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia”

Berdasarkan pengertian di atas dapat di interprestasikan bahwa opini auditor adalah opini yang di berikan oleh auditor berdasarkan beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan opininya yang harus di berikan atas laporan keuangan yang telah di auditnya.

Dalam melakukan auditor harus mengumpulkan bukti-bukti kewajaran informasi yang tercantum dalam perusahaan dengan cara memeriksa catatan akuntansi yang mendukung laporan tersebut.

Pernyataan pendapat auditor harus didasarkan atas audit yang dilaksanakan berdasarkan auditing dan temuan-temuannya.

(21)

Opini audit terdapat pada paragraf pendapat yang merupakan informasi utama dari laporan audit. Menurut Arens. Dkk (2011:57), opini yang di berikan oleh auditor ada lima jenis, yaitu:

a. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian di berikan oleh auditor bila audit telah di lakukan sesuai dengan standar auditing, penyajian laporan keuangan sesuai dengan pronsip akuntansi berlaku umum, dan tidak terdapat kondisi tertentu yang membutuhkan bahasa penjelas. Bentuk laporan ini di gunakan apabila terdapat keadaan berikut :

1) Bukti audit yang di butuhkan telah terkumpul secara mencukupi dan auditor telah menjalankan tugasnya sedemikian rupa, sehingga dapat memastikan kerja lapangan telah di taati.

2) Ketiga standar umum telah di ikuti sepenuhnya dalam perikatan kerja.

3) Laporan keuangan yang di audit di sajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku di Indonesia yang di tetapkan pula secara konsisten pada laporan-laporan sebelumnya.

Demikian pula penjelasan yang mencukupi telah di sertakan pada catatan kaki dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.

4) Tidak terdapat ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties) mengenai perkembangan di masa mendatang yang

(22)

tidak dapat di perkirakan sebelumnya atau di pecahkan secara memuaskan.

b. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanatory language)

Pendapat ini di berikan oleh auditor bila audit telah di lakukan sesuai dengan standar auditing, penyaian laporan keuangan yang sesuai dengan akuntansi yang berlaku umum, tetapi terdapat kondisi tertentu yang memerlukan bahasa penjelas.

Kondisi yang memerlukan bahasa penjelas yaitu :

1) Pedapat auditor sebagian di dasarkan atas laporan audit independen lain.

2) Adanya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang di tetapkan oleh IAI.

3) Laporan keuangan di pengaruhi oleh ketidakpastian yang material.

4) Auditor menemukan adanya suatu perubahan material dalam menggunakan pronsip dan metode akuntansi.

5) Data keuangan tertentu yang di haruskan oleh BAPEPAM namun tidak di sajikan.

c. Pendapat Wajar dengan Pengecualian (qualified opinion) Melalui pendapat wajar dengan pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan

(23)

arus kas entitas sesuai denganprinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang dikecualikan.

Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan:

1) Tidak ada bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap ruang lingkup audit.

2) Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesinambungan untuk tidak manyatakan pendapat tidak wajar.

d. Pendapat Tidak Wajar (adverse opinion)

Pendapat ini menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor harus menjelaskan alasan pendukung pendapat tidak wajar, dan dampak utama dari hal yang menyebabkan pendapat tidak wajar diberikan terhadap laporan keuangan.

e. Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer of opinion)

Pernyataan oleh auditor untuk tidak memberikan pendapat ini di berikan apabila adanya pembatasan lingkup audit yang sangat material baik oleh klien maupun karena kondisi tertentu dan auditor tidak independen terhadap klien.

(24)

2.1.3.6. Solvabilitas

Menurut Hanafi dan Halim (2012: 79), solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang. Analisis solvabilitas difokuskan terutama pada reaksi dalam neraca yang menunjukkan kemampuan untuk melunasi utang lancar dan utang tidak lancar.

Adapun yang dikemukakan oleh Irham Fahmi (2014:59) bahwa rasio solvabilitas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu untuk mengelola hutangnya dalam rangka memperoleh keuntungan dan juga mampu untuk melunasi kembali hutangnya. Pada prinsipnya rasio ini memberikan gambaran tentang tingkat kecukupan utang perusahaan. Artinya, seberapa besar porsi utang yang ada di perusahaan jika dibandingkan dengan modal atau aset yang ada. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage (solvabilitas) berarti menggunakan modal sendiri 100% (Agus Sartono, 2012:120).

Solvabilitas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menutupi seluruh kewajibannya. Aryaningsih dan Budiartha (2014), solvabilitas dapat diartikan sebagai pebandingan antara jumlah hutang dengan jumlah aset yang dimiliki perusahaan. Ketika perusahaan memiliki jumlah proporsi hutang yang lebih banyak daripada jumlah aset, maka auditor akan memerlukan waktu yang lebih banyak dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan karena

(25)

rumitnya prosedur audit akan hutang serta penemuan bukti-bukti audit yang lebih kompleks terhadap pihak-pihak kreditur perusahaan.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, sampai pada pemahaman penulis bahwa solvabilitas atau leverage merupakan kemampuan perusahaan dalam membiayai aset yang dimiliki dengan menggunakan pinjaman dan bagaimana perusahaan tersebut memenuhi kewajibannya dalam pembayaran hutang perusahaan.

Solvabilitas diukur dengan menghitung Debt to total asset dengan membandingkan antara jumlah aktiva (total asset) dengan jumlah utang (baik jangka pendek ataupun jangka panjang). Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana utang perusahaan dapat ditutupi oleh aktiva yang dimiliki serta mengindikasikan tingkat kesehatan perusahaan. Menurut Lianto dan Kusuma (2010), semakin besar tingkat utang terhadap tingkat aktiva sebuah perusahaan mencerminkan tingginya resiko keuangan perusahaan tersebut.

Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya berupa pokok pinjaman maupun bunga.

Risiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan, yang merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata stakeholder. Berita buruk berupa tingginya rasio solvabilitas akan membuat perusahaan untuk menunda sampainya kabar tersebut

(26)

kepada stakeholder, sehingga perusahaan otomatis menunda publikasi laporan keuangannya.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan merupakan penelaah dari hasil penelitian terdahulu yang diperlukan untuk mempertajam penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Tinjauan terhadap hasil penelitian dan analisis sebelumnya ini akan dipaparkan berkaitan dengan pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Reputasi KAP, Pergantian Auditor, Opini Auditor dan Solvabilitas terhadap Audit Delay. Upaya untuk mengetahui keaslian penelitian ini dipaparkan beberapa penelitian yang dapat dijadikan pertimbangan dan acuan.

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan Audit Delay dijelaskan dalam Tabel 2.1.

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu

No Referensi Variabel

Populasi dan Sampel

Hasil Penelitian

1. Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Reputasi Kap, Pergantian Auditor, Dan

Variabel Dependen : Audit Delay

Variabel Independen:

1. Profitabilitas

Populasi : Seluruh perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2014-2017

1. Profitabilitas berpengaruh negatif pada audit delay 2. Ukuran

Perusahaan tidak

(27)

Opini Auditor Pada Audit Delay Oleh : Akbar Bagus Pratama (Tahun 2019)

2. Ukuran Perusahaan 3. Reputasi

KAP 4. Pergantian

Auditor 5. Opini Audit

Sampel : 38 Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dan memenuhi syarat periode 2014-2017

berpengaruh pada audit delay 3. Reputasi

KAP tidak berpengaruh pada audit delay 4. Pergantian

Auditor tidak berpengaruh pada audit delay 5. Opini Audit

berpengaruh negatif pada audit delay 2. Pengaruh

Profitabilitas, Solvabilitas, Dan Opini Auditor Terhadap Audit Delay Dengan

Variabel Dependen : Audit Delay

Variabel Independen:

Populasi : Seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

1. Profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap audit delay.

2. Solvabilitas

(28)

Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Oleh : Anita, Ari Dewi Cahyati ( Tahun 2019)

1. Profitabilitas 2. Solvabilitas 3. Opini

Auditor

Indonesia dari tahun 2014- 2016

Sampel : 64 perusahaan manufaktur di BEI yang memenuhi syarat

tidak

berpengaruh terhadap audit delay.

3. Opini Auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay.

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Solvabilitas Dan Komite Audit Terhadap Audit Delay

Oleh :

Muhammad Rizal Saragih ( Tahun 2018)

Variabel Dependen : Audit Delay

Variabel Independen:

1. Ukuran Perusahaan 2. Solvabilitas 3. Komite

Audit

Populasi : Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2013 sampai dengan 2016

Sampel : 25 Perusahaan manufaktur

1. Ukuran Perusahaan tidak

berpengaruh pada audit delay 2. Solvabilitas

perusahaan berpengaruh signifikan pada audit delay 3. Komite

(29)

yang terdaftar di BEI pada tahun 2013- 2015.

Audit tidak berpengaruh signifikan pada audit delay 4. Pengaruh

Pergantian Auditor, Reputasi Kap, Opini Audit Dan Komite Audit Pada Audit Delay (2016) Oleh : Ni Made Adhika Verawati, Made Gede Wirakusuma

Variabel Dependen : Audit Delay

Variabel Independen:

1. Pergantian Auditor 2. Reputasi

Auditor 3. Opini Audit 4. Komite

Audit

Populasi : Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012- 2014

Sampel : 78 Perusahaan Manufaktur periode 2012- 2014

1. Pergantian Auditor berpengaruh positif pada audit delay 2. Reputasi

Auditor berpengaruh negatif pada audit delay 3. Opini Audit

tidak

berpengaruh pada audit delay 4. Komite

Audit tidak berpengaruh

(30)

pada audit delay 5. Perbandingan

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit,

Profitabilitas, Dan Reputasi Kap Terhadap Audit Delay

Oleh : Laurencius Simatupang, Wirmie Eka Putra, Netty Herawaty (2018)

Variabel Dependen : Audit Delay

Variabel Independen:

1. Ukuran Perusahaan 2. Reputasi

KAP 3. Opini Audit 4. Profitabilitas

Populasi : Perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016

Sampel : 35 Perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016.

1. Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan pada audit delay 2. Reputasi

KAP

berpengaruh signifikan pada audit delay 3. Opini Audit

tidak

berpengaruh signifikan pada audit delay

4. Profitabilitas tidak

berpengaruh

(31)

signifikan pada audit delay 6. Pengaruh Ukuran

Perusahaan, Laba Operasi,

Profitabilitas, Opini Audit, Audit Tenure Dan Reputasi Kap Terhadap Audit Delay

Oleh : Angga Alvianto (2017)

Variabel Dependen : Audit Delay

Variabel Independen:

1. Profitabilitas 2. Opini

Auditor 3. Ukuran

Perusahaan 4. Laba Operasi 5. Audit Tenure 6. Reputasi

KAP

Populasi : perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 sampai 2015

Sample : perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 sampai 2015 yang

1. Profitabilitas berpengaruh positif pada audit delay 2. Opini

Auditor berpengaruh positif pada audit delay 3. Ukuran

Perusahaan tidak

berpengaruh pada audit delay

4. Laba Operasi tidak

berpengaruh pada audit delay

(32)

memenuhi syarat

5. Audit Tenure tidak

berpengaruh pada audit delay 6. Reputasi

KAP tidak berpengaruh pada audit delay

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti apa saja faktor yang dapat mempengaruhi audit delay, yang meliputi profitabilitas, ukuran perusahaan, reputasi KAP, pergantian auditor, opini auditor dan solvabilitas. Kerangka teoritis yang menggambarkan hubungan antar variabel dalam penelitian ini, dapat digambarkan sebagai berikut:

(33)

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.4. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran dan landasan teori di atas, maka penulis membuat hipotesis yaitu :

2.4.1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Audit Delay

Informasi kinerja keuangan dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan dalam mengukur pencapaian yang didapat oleh perusahaan.

Audit Delay (Y)

Reputasi KAP (X3)

Ukuran Perusahaan (X2)

Profitabilitas (X1)

Pergantian Auditor (X4)

H2 (-)

Opini Auditor (X5)

Solvabilitas (X6)

H3 (-)

H4 (+)

H5 (-)

H6 (+) H1 (-)

(34)

Terutama informasi mengenai tingkat profitabilitas. Karena profitabilitas dapat menunjukan tingkat keberhasilan perusahan dalam menghasilkan keuntungan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal saham sendiri Soemargani dan Indah (2015).

Profitabilitas dapat digunakan sebagai indikasi penyampaian berita baik dari perusahaan kepada publik sehingga cenderung tidak akan melakukan penundaan penyampain informasi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih tinggi diduga audit delay- nya akan lebih pendek ketimbang perusahaan dengan tingkat profitabilitas lebih rendah.

Dalam penelitian (Pratama, 2019) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil ini mengindikasikan bahwa proses penyelesaian audit laporan keuangan dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini dapat dikarenakan proses audit laporan keuangan pada perusahaan dengan tingkat keuntungan yang kecil akan berbeda jika dibandingkan proses audit pada perusahaan dengan tingkat keuntungan yang besar. Profitabilitas merupakan tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan, semakin besar profitabilitas dalam suatu perusahaan, maka tingkat keberhasilan suatu perusahaan semakin meningkat, tingkat keberhasilan perusahaan mengindikasi adanya sistem perusahaan dalam upaya mendapatkan profit tinggi dilakukan secara efektif sehingga proses audit cenderung akan lebih

(35)

cepat. Profitabilitas yang tinggi merupakan good news bagi suatu perusahaan, karena hal ini cenderung lebih cepat dalam menyampaikan laporan keuangan, sehingga akan memperpendek rentan waktu audit delay. Sementara profitabilitas yang rendah merupakan bad newsbagi suatu perusahaan, karena hal ini dapat mempengaruhi reaksi negatif para investor. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

H1 : Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay.

2.4.2. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Audit Delay

Ukuran perusahaan dapat dilihat dari seberapa banyak total aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dalam hal ini perusahaan besar dengan total aset yang lebih banyak akan lebih banyak disorot oleh publik dibandingkan perusahaan yang berukuran kecil.Perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar diperkirakan menyampaikan laporan keuangan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil (Febrianty, 2011). Hal ini disebabkan karena perusahaan yang memiliki sumber daya (aset) yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan investor, lebih diawasi oleh pihak regulator dan menjadi sorotan masyarakat, maka hal tersebut memungkin-kan perusahaan untuk menyampaikan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.

(36)

Dalam penelitian wirmie dan netty (2018) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

Dikarenakan Ukuran Perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan, semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

H2 : Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Audit Delay

2.4.3. Pengaruh Reputasi KAP terhadap Audit Delay

Menurut Saputri (2012) perusahaan dalam menyampaikan suatu laporan atau informasi akan kinerja perusahaan kepada publik agar akurat dan terpercaya diminta untuk menggunakan jasa KAP. Dan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan itu, perusahaan menggunakan jasa KAP yang mempunyai reputasi atau nama baik. Sebagian besar KAP berpengalaman umumnya mempunyai intuisi yang lebih baik dalam mendeteksi suatu ketidakwajaran. Perusahaan yang memakai jasa KAP besar cenderung tepat waktu dalam menyampaikan laporan keuangannya (Hilmi dan Ali, 2008).

(37)

Perusahaan yang diaudit oleh KAP yang memiliki reputasi baik akan cenderung memiliki audit delay yang lebih pendek karena KAP besar memiliki staf auditor dalam jumlah yang besar dan lebih kompeten (Darwin, 2012). Jumlah staf yang besar memungkinkan KAP mengatur jadwal audit yang lebih fleksibel sehingga memungkinkannya untuk menyelesaikan audit tepat waktu. Selain jumlah staf yang cenderung lebih banyak, KAP bigfour juga memiliki staf yang lebih kompeten.

Kompetensi staf audit tersebut dapat dilihat dari adanya pelatihan rutin bagi staf auditor di KAP big four (Darwin, 2012). Kompetensi staf akan memungkinkan proses audit yang lebih cepat, karena staf yang kompeten akan memiliki produktifitas kerja yang tinggi. Namun, sifat kehati-hatian KAP dapat memperpanjang jangka waktu pelaporan laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wirmie and Netty (2016) menyatakan bahwa reputasi KAP berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Jika perusahaan diaudit oleh KAP yang berafiliasi dengan big four maka akan mempersingkat audit delay. Sebaliknya, jika perusahaan diaudit oleh KAP yang tidak berafiliasi dengan big four, maka akan memperpanjang audit delay (Verawati & Wirakusuma, 2016). Kantor akuntan publik yang bereputasi baik akan cenderung cepat dalam menyelesaikan proses audit, karena memiliki ketersediaan teknologi yang lebih maju dan staf spesialis mampu bekerja lebih efisien dalam menyelesaikan tugas. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

(38)

H3 : Reputasi KAP berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay

2.4.4. Pengaruh Pergantian Auditor terhadap Audit Delay

Sebagai salah satu negara yang mewajibkan dilakukannya pergantian auditor dengan batas waktu yang ditentukan, pemerintah telah mengatur kewajiban rotasi auditor melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Peraturan ini mengatur tentang pemberian jasa audit umum enam tahun berturut- turut oleh kantor akuntan dan tiga tahun berturut-turut oleh seorang akuntan publik oleh satu klien yang sama.

Akuntan publik dan kantor akuntan boleh menerima kembali penugasan setelah satu tahun buku tidak memberikan jasa audit kepada klien yang sama. Perusahaan diharapkan bisa memilih auditor pengganti yang berkompeten dibidangnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan masing-masing sehingga proses penyelesaian audit atas laporan keuangan bisa dilaksanakan tepat waktu.

Praptika dan Rasmini (2016) mendefinisikan pergantian auditor adalah adanya pergantian auditor antara tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Pergantian auditor juga dapat menyebabkan audit delay.

Perusahaan yang mengalami pergantian auditor akan mengangkat auditor yang baru, dimana butuh waktu yang cukup lama bagi auditor yang baru dalam mengenali karakteristik usaha klien dam sistem yang ada didalamnya (Verawati dan Wirakusuma, 2016).

(39)

Penelitian dari Verawati dan Wirakusuma (2016) juga menjelaskan bahwa pergantian auditor berpengaruh positif terhadap audit delay. Hal ini menunjukan bahwa jika emiten atau perusahaan melakukan pergantian auditor maka akan memperpanjang audit delay suatu perusahaan.

Sebaliknya jika perusahaan tidak melakukan pergantian auditor maka akan mempersingkat waktu audit delay perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

H4 : Pergantian auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay

2.4.5. Pengaruh Opini Auditor terhadap Audit Delay

Opini auditor merupakan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor independen atas kewajaran suatu laporan keuangan. Opini auditor digunakan oleh pengguna internal dan eksternal untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode tertentu untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Rustiarini dan Sugiarti (2013) opini auditor merupakan simpulan pendapat dari proses audit yang dilakukan auditor independen atas laporan keuangan perusahaan klien mengenai kewajaran laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dalam semua hal yang material sesuai prinsip akuntansi berterima umum. Opini auditor terdiri atas Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqulified Opinion), Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan (Modified Unqualified Opinion), Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion),

(40)

Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion), dan Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion).

Perusahaan yang tidak menerima opini audit wajar tanpa pengecualian diperkirakan akan mengalami audit delay yang lebih panjang, alasannya perusahaan yang menerima opini tersebut memandang sebagai bad news dan akan memperlambat proses audit (Iskandar and Trisnawati, 2010). Selain itu perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian diperkirakan adanya indikasi terjadinya konflik antara auditor dan perusahaan apabila pada akhirnya perusahaan tersebut memperpanjang audit delay. Perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit delay yang lebih panjang dibanding yang menerima opini wajar tanpa pengecualian.

Dalam penelitian Akbar (2019) menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay. Hasil ini mengindikasikan proses penyelesaian audit laporan keuangan dipengaruhi oleh opini auditor. Opini audit merupakan media bagi auditor untuk mengungkapkan pendapat atas laporan keuangan kepada para pemakai laporan keuangan mengenai keadaan laporan keuangan. Ketika perusahaan mendapatkan opini selain Wajar Tanpa Pengecualian maka auditor akan mencari bukti- bukti penyebab dikeluarkannya opini selain Wajar Tanpa Pengecualian.

Pencarian bukti-bukti audit akan menghabiskan banyak waktu sehingga mengindikasikan terjadinya audit delay yang lebih panjang. Selain itu perusahaan yang mendapatkan opini selain Wajar Tanpa Pengecualian

(41)

dianggap sebagai sinyal adanya suatu masalah, hal ini menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak biasa atau serius telah terjadi. Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang di lakukan oleh anita and cahyati (2019) yang menyatakan bahwa opini auditor berpengaruh negatif terhadap audit delay. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

H5 : Opini auditor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap audit delay

2.4.6. Pengaruh Solvabilitas terhadap Audit Delay

Solvabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang-hutangnya. Tingginya hutang yang dimiliki perusahaan mengindikasikan adanya keterlambatan pada penyusunan laporan audit karena adanya tingkat hutang yang terlalu tinggi mengindikasikan perusahaan tersebut mendapatkan masalah dan tidak berjalan secara efektif sehingga dapat memperpanjang audit delay. Elen dan Anggraeni (2012) dalam penelitiannya mendapatkan hasil variabel solvabilitas dengan audit delay mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan karena bahwa tingginya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan proses audit yang relatif lebih lama.

Menurut Saragih (2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap audit delay, tingginya jumlah hutang yang dimiliki perusahaan akan menyebabkan proses audit yang relatif lebih lama. Proporsi hutang terhadap total aktiva yang tinggi juga

(42)

mungkin membuat auditor perlu meningkatkan kehati-hatian dan kecermatan yang lebih dalam pengauditan terkait dengan masalah kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Jika dipandang dari sudut pemberi pinjaman, rasio total debt to total asset yang besar memberikan ukuran mengenai tingkat resiko dalam hubungannnya dengan ketersediaan nilai aktiva yang dapat dijadikan jaminan. Semakin besar hutang perusahaan akan semakin panjang proses yang harus dilakukan oleh pihak terkait dan secara otomatis penyusunan laporan audit akan semakin terhambat sehingga berdampak pada audit delay yang panjang.

Solvabilitas juga mengindikasikan jumlah modal yang dikeluarkan oleh investor dalam menghasilkan laba. Beberapa perusahaan dapat segera melaporkan hasil audit laporan keuangan lebih cepat untuk meyakinkan pemegang ekuitas yang dapat mengurangi resiko premium dalam tingkat pengembalian ekuitas. Publikasi laporan keuangan yang lebih cepat dapat terlaksana jika pekerjaan audit telah dicapai. Di sisi lain, ada kemungkinan bahwa perusahaan dengan tingkat rasio hutang terhadap ekuitas yang tinggi akan menyamarkan tingkat resiko dan mengalami keterlambatan dalam mempublikasikan laporan keuangan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat di susun hipotesis sebagai berikut :

H6 : Solvabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap audit delay.

Gambar

Tabel 2. 1 Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tentunya perlu mendapat perhatian tentang sarana dan prasarana yang memadai agar dapat mencapai program yang kita inginkan dengan tenaga kerja yang profesional dan

yang telah memberikan nikmat dan keridhaan-Nya sehingga Laporan Skripsi dengan Judul Analisis Matrix Acidizing dengan konsentrasi HCL 15 % pada sumur KTB-X di

Hasil analisis tematik Studi 1 menunjukan bahwa behavioral belief dosen terkait food waste berkaitan dengan makanan sisa yang akhirnya terbuang dan menjadi

berdasarkan uraian diatas Penelitian ini akan menguji pada perusaahaan Food and Beverages dengan mengkaji pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas

Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf (2010:24) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut: pilihan kata atau diksi

Laporan laba rugi konsolidasi untuk sembilan bulan yang berakhir pada tanggal 30 September 2010 mencakup akun dari PT Matahari Department Store Tbk (Anak Perusahaan) dari tanggal

Sistem Informasi Geografis berbasis mobile sebagai alternatif media promosi bagi UMKM se-kota Palembang ini dapat dijalankan pada telepon genggam yang compatible dengan OS

Instalasi gawat Darurat RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo merupakan unit penyelenggaraan administrasi rumah sakit di bawah wakil direktur pelayanan yang menunjang kegiatan