0
Author :
Christopher A.P, S. Ked
Editor :
Yayan A. Israr, S. Ked
Faculty of Medicine – University of Riau
Pekanbaru, Riau
2009
1 BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pelabuhan laut dan udara merupakan pintu gerbang lalu-lintas barang, orang dan alat transportasi, baik dari dalam maupun luar negeri. Seiring dengan meningkatnya arus pariwisata, perdagangan, migrasi dan teknologi maka kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui alat transportasi semakin besar. Penularan penyakit dapat disebabkan oleh binatang maupun vektor pembawa penyakit yang terbawa oleh alat transportasi maupun oleh vektor yang telah ada di pelabuhan laut atau udara.1 Serangga yang termasuk vektor penyakit antara lain nyamuk, lalat, pinjal, kecoa, dan tungau.1
Salah satu tugas pokok dari Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dalam mencegah masuk-keluarnya penyakit dari atau ke luar negeri adalah melalui
Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL) di pelabuhan dan alat transportasi. Upaya
ini dilakukan untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit serta meminimalisasi dampak resiko lingkungan terhadap masyarakat.Usaha-usaha pengendalian PRL di pelabuhan meliputi sanitasi lingkungan dan pemberantasan vektor dan binatang penular penyakit. Salah satu kegiatan dalam pemberantasan vektor yaitu pengendalian nyamuk yang meliputi survey jentik dan nyamuk dewasa, identifikasi jentik dan nyamuk dewasa, pemberantasan jentik dan nyamuk dewasa, diseminasi informasi hasil pengendalian.1
Daerah-daerah wilayah KKP yang harus bebas dari infestasi A.aegypty yaitu:1
1. Bandar udara: daerah di dalam lingkungan perimeter pelabuhan udara, yakni daerah pelabuhan di dalam suatu lingkungan dimana terdapat bangunan-bangunan untuk kegiatan penerbangan (gedung-gedung terminal dan transit, gudang) dan tempat parker pesawat terbang.
2. Pelabuhan laut: tempat kapal berlabuh dan sekitarnya dimana terdapat bangunan-bangunan untuk kegiatan pelabuhan. Untuk mempertahankan agar daerah di dalam perimeter bebas A.aegypti maka perlu diadakan usaha-usaha
2
pengendalian secara aktif di daerah perimeter dan daerah buffer (protective
area) di sekitar perimeter sejauh sekurang-kurangnya 400 m. Di daerah
tersebut indeks A.aegypti (House Index) harus dipertahankan hingga < 1%. Penyakit-penyakit yang bersumber nyamuk (PBN) antara lain malaria, demam berdarah, chikungunya, yellow fever, filariasis limfatik (kaki gajah), dan
Japanese encephalitis (radang otak Jepang). Dengan mudahnya transportasi
antara Afrika yang merupakan daerah endemik penyakit yellow fever dan Indonesia, maka potensi penularan penyakit yellow fever semakin besar. Saat ini, pakar taksonomi mengidentifikasi sebanyak 3.453 sepesies nyamuk dan sebagian kecil spesies di antaranya berdampak terhadap kesehatan manusia. Akibat yang ditimbulkan nyamuk pun bermacam-macam, mulai dari gangguan kenyamanan sewaktu istirahat, dermatitis alergika akibat gigitan nyamuk, kejengkelan karena kebisingan suara terbangnya yang dekat telinga serta rasa nyeri akibat gigitannya, sampai ke dampak kesehatan nyata yaitu kejadian kesakitan dan kematian pada penderitanya karena terinfeksi oleh kuman penyakit yang ditularkannya.2
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kejadian PBN antara lain mobilitas penduduk serta perilaku manusia yang kadang-kadang secara sengaja atau tidak sengaja menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini disebabkan semakin berkurangnya kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan lingkungan yang merupakan tempat berkembangbiaknya nyamuk, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah kasus penyakit-penyakit yang ditularkan oleh nyamuk. 2
Angka kematian akibat penyakit nyamuk khususnya demam berdarah, menempati nomor urut keenam (53,98%) dari angka kematian penyakit lainnya setelah kematian akibat kecelakaan lalu lintas. Sedangkan penyakit malaria menduduki peringkat keempat dari penyakit menahun lainnya. 2
Berdasarkan data pengamatan penyakit menular yang dikumpulkan KKP Pekanbaru dari 6 puskesmas yang berdekatan dengan area Wilayah Kerja KKP baik Bandara SSK II maupun Pelabuhan Laut selama tahun 2007, didapatkan jumlah kasus DBD sebanyak 50 kasus, dengan jumlah kematian 0 kasus. Berdasarkan latar belakang di atas serta masih tingginya angka kasus DBD yang
3
ditemukan maka penulis mepunyai keinginan untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk berkala di wilayah kerja KKP Pekanbaru.3
1.2 Tujuan Kegiatan 1.2.1Tujuan Umum
Untuk mengoptimalkan pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja KKP Pekanbaru.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Teridentifikasinya penyebab masalah kurang optimalnya pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja KKP Pekanbaru.
2. Analisis masalah-masalah kurang optimalnya pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja KKP Pekanbaru.
3. Mencari strategi pemecahan masalah terkait kurang optimalnya
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vektor
Vektor penyakit adalah serangga atau arthropoda penyebar penyakit.Yang termasuk ke dalam vektor antara lain nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal.4 Pada kegiatan ini yang menjadi vektor penyakit adalah nyamuk.
2.2 Daur Hidup Nyamuk
Nyamuk merupkan serangga yang mengalami metamorfosis lengkap, terdiri dari empat stadium yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Nyamuk memerlukan darah untuk proses pematangan telurnya. Beberapa spesies nyamuk menghisap darah terutama di malam hari seperti nyamuk Culex dan Anopheles, spesies lainnya terutama siang hari (pagi sampai sore) misalnya nyamuk
A.agypty.2
Aktivitas menggigit ada yang dilakukan di luar rumah dan di dalam rumah. Dua sampai tiga hari setelah menghisap darah nyamuk mulai bertelur. Nyamuk Aedes meletakkan telurnya satu persatu pada dinding tempat perindukan yang gelap, basah dan lembab, misalnya bak mandi, tempayan, ban bekas, tonggak bambu. Nyamuk Mansonia meletakkan telurnya secara berkelompok di permukaan bawah tanaman air.
Di air, dua hari kemudian telur menetas menjadi jentik-jentik (larva) yang kecil, mengalami pergantian kulit empat kali sebelum menjadi pupa. Beberapa hari kemudian (5 sampai 7 hari) tergantung temperatur, kelembaban dan ketersedian makanan, jentik nyamuk berubah menjadi pupa. Pupa merupakan stadium tidak makan dan kira-kira dua hari kemudian berubah menjadi nyamuk. Angka kematian akibat penyakit nyamuk ini.2
5 2.3 Jenis-Jenis Nyamuk dan Larva 2.3.1 Nyamuk Aedes
Ciri-ciri larva nyamuk Aedes adalah:
1. Kepala : antena dipenuhi bulu yang sangat halus
2. Thorax : dekat pangkal berkas rambut di sissi dada terdapat duri
yang melengkung
3. Abdomen : Ruas kedelapan terdapat sebaris gigi sisir berbentuk khas. 4. Terdapat sebaris comb scale yang terdiri dari 8-12 anak sisi .
(1.a) (1.b)
Gambar 1. Nyamuk A.egypty5
2.3.2 Nyamuk Anopheles
(2.a) (2.b)
6 2.3.3 Nyamuk culex
Gambar 3. nyamuk Culex5)
2.4 Penyakit-Penyakit yang Ditularkan Nyamuk
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk A.aegypti atau A. albopictus, yang ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah, nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah, bahklan dapat berakibat kematian.6
2. Malaria
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis
Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang ditularkan
oleh nyamuk genus Anopheles, juga penyakit ini dapat berakibat kematian. Pada saat ini nyamuk penular (vektor) malaria di Indonesia yang ditemukan sebanyak 19 spesies dari genus Anopheles, sedangkan di Jawa.6
3. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar seperti kaki gajah) yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk dari genus Culex, Anopheles, Aedes dan
Mansonia.6
4. Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot
7
ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu A.Aegypti, A.albopictus, Culex
fatigans dan Mansonia sp. Meskipun penyakit ini tidak mengakibatkan kematian,
namun dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat di persendiantubuh bahkan seperti kelumpuhan dan dapat berlangsung selama dua bulan.6
5. Encephalitis
Salah satu jenis penyakit Encephalitis adalah Jepenese Encephalitis (JE).
Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk genus Culex. Untuk Japenese
encephalitis berdasarkan penelitian di Jakarta tahun 1981-1982 sebagai
penularnya adalah nyamuk Culex tritaeniorhyncus. Yaitu sejenis nyamuk Culex yang berkembang di daerah sekitar kandang ternak babi, sapi
dan di sekitar sawah/parit dll.6
2.5 Pengendalian dan Pemberantasan Nyamuk dan Larva Nyamuk
2.5.1 Pengendalian dan Pemberantasan Nyamuk dan Larva Nyamuk A.Aegypti
a. Persyaratan teknis
• A.aegypti baik stadium larva maupun stadium dewasa tidak terdapat di
daerrah perimeter.
• House index A.aegypty di daerah buffer <1% dan populasi nyamuk di lingkungan pelabuhan ditekan serendah mungkin.
• Kapal laut dan peasawat udara harus bebas dari nyamuk.3
b. Survey A.aegypti stadium larva adalah untuk menentukan daerah infestasi di daerahpelabuhan, sebelum melakukan pengamatan stadium larva harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:3
1) Pemetaan daerah perimeter dan buffer area yang meliputi letak bangunan, jalan, tempat kapal berlabuh dan lainnya yang dianggap perlu.
2) Membagi daerah pengawasan untuk memudahkan pengawasan dan
pemberantasan secara intensif.
3) Persiapkan alat-alat untuk survey larva.
4) Bila ditemukan kontainer positif jentik, ambil1 ekor jentik dari tiap kontainer
8
kemudian masukkan ke dalam botol yang telah diberi label.
5) Bila ditemukan larva dengan jenis berbeda, pilihlah larva larva secara visusal jenis Aedes dengan mengenal cirri-cirinya yaitu warnanya agak keabu-abuan, bergerak lamban, gerakan membentuk huruf “S”, dan bila terkena cahaya senter larva akan bergerak aktif.
6) Tulislah semua bangunan dan kontainer yang diperiksa baik positif maupun negative larva ke dalam formulir.
7) Lakukan identifikasi larva
8) Hitunglah indeks A.aegypti dengan rumus:
House Index (HI) = Jumlah rumah yang ditemukan jentik x 100%
Jumlah rumah yang diperiksa
Container index (CI) = Jumlah container yang positif jentik x 100%
Jumlah container yang diperiksa
Breteau index (BI) = Jumlah container yang positif x 100% 100 rumah yang diperiksa
9) Jika HI di pelabuhan mencapai 1% atau angka kepadatan (density figure) buffer area di atas 5 (B.I indeks > 50) maka harus dilakukan pemberantasan, karena besar sekali kemungkinan transmisi penyakit demam kuning. Sedangkan di daerah yang memilki density figure 1 (BI < 5), kemungkinan transmisi demam kuning dianggap sangat kecil.
c. Survei A. Aegypti stadium dewasa, yaitu untuk menentukan kepadatan nyamuk A.aegypti betina dewasa3
1) Landing/Bitting Collection
Landing/bitting collection pada manusia adalah cara yang sensitif untuk
mendeteksi lokasi dengan infestasi nyamuk rendah, namun membutuhkan tenaga yang intensif. Penyebaran nyamuk dewasa tidak jauh, maka keberadaan nyamuk merupakan indikator terdapatnya habitat jentik yang tidak jauh juga. Untuk menentukan kepadatan namuk dewasa dapat digunakan landing rate atau bitting rate. Bitting rate adalah jumlah
9
hasilnya nol, penelitian diulang sampai 3 kali, dan jika bitting rate mencapai “r” (sama dengan density figure 1) di daerah perimeter dan atau 2,5 buffer area, segera dilakukan pemberantasan.
2) Resting Collection
Kegiatan resting collection dilakukan pada tempat peristirahatan nyamuk dewasa. Metode penangkapan nyamuk dewasa dengan menggunakan aspirator mulut atau aspirator bertenaga baterai.
3) Identifikasi nyamuk betina dewasa
Identifikasi nyamuk A.aegypti betina dewasa berdasarkan cirri-cirinya antara lain:
Tarsi dillingkari garis putih pada bagian proksimal.
Menosotum berwarna tua/gelap dengan variasi putih perak.
Probosis pada jenis betina polos tanpa gelang-gelang serta lebih panjang daripada palpi.
2.2.5.2 Pengendalian dan Pemberantasan Nyamuk dan Larva Nyamuk Anopheles
a. Survei Anopheles Sp. stadium larva
Pengamatan Anopheles stadium larva dikhususkan di daerah tanaman berair yang diperkirakan menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles. Langkah-langkahnya antara lain:3
- Penangkapan nyamuk Anopheles pada genangan air.
- Larva diambil menggunakan pipet dan dimasukkan kedalam botol yang telah diberi label
- Pengisian formulir
- Larva dimatikan dan diawetkan - Identifikasi larva genus Anopheles
- Menghitung density per dipper/cidukan, yaitu jumlah tiap spesies larva yang ditangkap per jumlah cidukan
b. Penangkapan Anopheles stadium dewasa dengan umpan orang (human bait) Hasil tangkapan nyamuk Anopheles dihitung, kemudian dari hasil tangkapan tersebut dihitung MBR (Main Bait Rate) pada kegiatan in door human bait
10
serta MHD (Man Hour Density) pada kegiatan penangkapan di kandang dan sekitarnya dengan rumus:
MHD = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap Jumlah jam kerja x jumlah kolektor
MHD = Jumlah tiap jenis nyamuk tertangkap Jumlah jam kerja x jumlah kolektor
Density (D) = Jumlah tiap nyamuk Jumlah rumah yang diperiksa
Langkah-langkah kegiatan penanggulangan kasus demam beradarah dengue di wilayah kerja Puskesmas meliputi penyelidikan epidemiologi (PE) yaitu pencarian penderita/tersangka DBD lainnya dan pemeriksaaan jentik di rumah penderita/tersangka dalam radius sekurang-kurangnya 100 meter (di rumah penderita dan 20 rumah sekitarnya) serta tempat-tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penularan. Dari hasil PE bila ditemukan penderita DBD lain atau ada jentik dan penderita panas tanpa sebab yang jelas > 3 orang maka dilakukan
kegiatan penyuluhan mengenai 3 M Plus, tindakan larvasidasi,
pengasapan/fogging focus. Apabila tidak ditemukan maka hanya melakukan
penyuluhan dan kegiatan 3M Plus. Dalam hal pemberantasan vektor, langkah kegiatannya meliputi Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan cara 3 M Plus dan pemeriksaan jentik berkala (PJB) tiap 3 bulan sekali tiap desa/kelurahan endemis pada 100rumah/bangunan dipilih secara acak (random sampling) yang merupakan evaluasi hasil kegiatan PSN DBD yang telah dilakukan masyarakat. Kegiatan in harus ditunjung dengan pelaksanaan promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan tentang penyakit demam berdarah dengue serta kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara aktif yaitu melalui supervisi dan secara pasif melalui laporan hasil kegiatan.7
Upaya intervensi nyamuk antara lain:3 1) Intervensi lingkungan
Modifikasi lingkungan yaitu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, benda air, dan
11
tanaman yang bertujuan mencegah, menghilangkan, atau mengurangi habitat perkembangbiakan vektor tanpa menurunkan kualitas hidup manusia.
Manipulasi lingkungan yaitu suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan perencanaan untuk mengubah kondisi nyang bersifat sementara sehingga tidak menguntungkan bagi perkembangan vektor. Mengupayakan perubahan perilaku dan tempat tinggal manusia, yaitu
sebagai usaha untuk megurangi kontak antara manusia dan vektor. 2) Intervensi biologis
Intervensi biologis adalah suatu upaya untuk mengurangi populasi vektor dengan memanfaatkan organisme hidup atau produknya yang biasa disebut sebagai agen biologis untuk pengendalian vektor seperti virus, bakteri, jamur, protozoa, predator ikan pemakan jentik.
3) Intervensi kimiawi
Intervensi kimiawi adalah suatu upaya untuk mengurangi populasi vektor dengan menggunakan pestida, larvasida dll.
12 BAB III
OPTIMALISASI KEGIATAN PEMERIKSAAN JENTIK BERKALA DI WILAYAH KERJA PELABUHAN KAMPUNG DALAM
PEKANBARU -
3.1 Kegiatan Optimalisasi
Metode yang digunakan dalam upaya optimalisasi ini adalah metode Plan,
Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi
(problem-faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving).:14
3.1.1 Plan
Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah Unit Pelaksana Teknis dilingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. KKP dipimpin oleh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Dibantu oleh Kasubbag TU, Kasi Karantina, Surveilens Epidemiologi (SE) dan Upaya kesehatan, Kasi Pengendalian Resiko Lingkungan (PRL). Tetapi untuk KKP Pekanbaru SE belum ada.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas.
Tugas pokok dan fungsi KKP antara lain: 1. Pelaksana kekarantinaan
Pelaksanaannya disesuaikan dengan International Health Regulations dan peraturan perundang-undangan di Indonesia, yakni: UU No 1 tentang Karantina Laut dan UU No.2 tentang Karantina Udara.
2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan oleh KKP tidak lagi terbatas mengenai Pemberantasan Penyakit Menular (P2M), tetapi juga penyakit tidak menular, seperti penyakit degeneratif, karena fungsi KKP mulai
13
berkembang menjadi Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL).
3. Pelaksana pengendalian risiko lingkungan di bandara, pelabuhan dan lintas batas darat Negara.
4. Pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensi wabah. 5. Pelaksanaan pengamanan radiasi pengion dan non pengion, biologi dan
kimia. Misalnya: pelaksanaan pengamanan terhadap bahaya terorisme yang menggunakan senjata nuklir, biologi dan kimia.
6. Simpul jejaring survailans epidemiologi regional, nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas internasional.
7. Fasilitasi, advokasi kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB dan bencana bidang kesehatan, serta kesehatan matra termasuk kesehatan haji.
8. Pelaksanaan, fasilitasi, advokasi kesehatan kerja di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
9. Pelaksana pemberian sertifikat obat, makanan, kosmetik. dan alat kesehatan serta bahan adiktif (OMKABA) eksport, dan pengawasan dokumen kesehatan OMKABA import.
10.Pelaksana pengawasan kesehatan alat angkut dan muatannya.
11.Pelaksana pemberian pelayanan kesehatan di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
12.Pelaksanaan jaringan informasi dan teknologi bidang kesehatan di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
13.Pelaksana jejaring kerja dan kemitraan bidang di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas barat negara.
14.Pelaksanaan kajian kekarantinaan, pengendalian resiko lingkungan dan surveilans kesehatan pelabuhan
15.Pelaksana pelatihan teknis bidang kesehatan di lingkungan bandara, pelabuhan, dan lintas batas negara.
14
Saat ini KKP Pekanbaru merupakan KKP kelas II. Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/per/iv/2008 pasal 23 tentang organisasi dan tata kerja kantor kesehatan pelabuhan, KKP Kelas II terdiri dari:
a. Sub bagian Tata Usaha;
b. Seksi Pengendalian Karantina dan SE; c. Seksi PRL;
d. Seksi Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah; e. Instalasi;
f. Wilayah Kerja;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas seksi PRL berdasarkan pasal 27 Kepmenkes tersebut antara lain melakukan penyiapan bahan perencanaan, pemantauan, evaluasi, penyusunan laporan, dan koordinasi pelaksanaan pengendalian vektor dan binatang penular penyakit, pembinaan sanitasi lingkungan, jejaring kerja, kemitraan, kajian dan pengembangan teknologi serta pelatihan teknis bidang pengendalian risiko lingkungan di wilayah kerja bandara, pelabuhan, dan lintas batas darat negara.
Seksi PRL mempunyai program-program sebagai berikut : 1. Pemeriksaan dan pengawasan air
2. Pemeriksaan dan pengawasan makanan
3. Pemeriksaan dan pengawasan gedung, bangunan dan perusahaan 4. Pemeriksaan dan pengawasan kapal Sanitasi lingkungan
5. Survey larva aedes aegypti 6. Survey kepadatan lalat
7. Survey nyamuk malam
8. Pemasangan perangkap tikus Program pengendalian vektor 9. Abatisasi
10.Fogging Program pemberantasan 11.Kemitraan
15
Seksi PRL KKP Pekanbaru terdiri atas 12 petugas, yaitu satu orang Kepala seksi PRL dan 11 petugas, dimana satu petugas bertanggungjawab atas satu program PRL.
Kegiatan Plan dimulai pada bulan Desember 2008 yaitu melalui kegiatan observasi, wawancara dan pengambilan data sekunder. Observasi dilaksanakan melalui pendekatan program pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru. Setelah itu dilakukan wawancara dengan petugas kesehatan di bidang PRL serta mengambil data mengenai pelaksanaan kegiatan PRL KKP Pekanbaru dari awal bulan Januari 2008 hingga Oktober 2008. Hasil observasi dan wawancara kemudian didiskusikan dengan pembimbing untuk menentukan permasalahan dalam kegiatan pemeriksaaan jentik berkala untuk dilakukan perbaikan.
3.1.2 Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah dilakukan dengan cara : 1. Observasi langsung kegiatan pemeriksaan jentik
2. Wawancara dengan staf di unit kerja PRL KKP Pekanbaru serta dengan masyarakat di daerah buffer dan perimeter Pelabuhan Kampung Dalam Pekanbaru.
3. Data sekunder mengenai profil laporan kegiatan Unit Kerja PRL KKP Pekanbaru mengenai kegiatan pemeriksaan jentik berkala, khususnya di wilayah kerja Pelabuhan Kampung Dalam.
Berikut ini adalah beberapa masalah yang berhasil diidentifikasi pada program PRL KKP Pekanbaru.
Tabel 3.1 Masalah yang ditemukan pada program PRL KKP Pekanbaru.
No Aspek yang dinilai Masalah Evidence Based
1 Pemeriksaan dan
Pengawasan air
Kegiatan berjalan
dengan baik setiap
bulannya, tetapi hanya pemeriksaan
makroskopis serta
pemeriksaan secara
kimia saja. Tidak
dilakukan pemeriksaan biologis
Dari wawancara dengan
petugas PRL, kegiatan
pemeriksaan dan
pengawasan air dilakukan secara rutin tiap bulan, dari hsil pemeriksaan kimia air hampir 90% dalam batas
normal, namun
pemeriksaan mikrobiologis
tidak dapat dilakukan
16
khusus dan harganya cukup mahal.
Dari data laporan hasil kegiatan PRL: 90% air pada rumah yang diperiksa secara kimia dalam batas normal 2 Pengawasan gedung bangunan dan perusahaan (Sanitasi lingkungan) Kegiatan berjalan
dengan baik setiap
bulannya. Umumnya
sanitasi
gedung/bangunan pelabuhan cukup baik dan tidak ada masalah yang berarti.
Dari wawancara dengan
petugas PRL, kegiatan
dilaksanakan setiap
bulannya. Umumnya
sanitasi gedung/ bangunan pelabuhan cukup baik dan tidak ada masalah yang berarti.
Dari data laporan hasil kegiatan PRL: 90% gedung yang diperiksa smemiliki sanitasi yang baik
3 Pemeriksaan dan
pengawasan makanan
Kegiatan berjalan
dengan baik setiap
bulannya. Namun masih banyak lalat ditemukan di beberapa restauran yang diperiksa serta para penyedia makanan
tidak menggunakan
sarung tangan serta
penutup kepala.
Dari wawancara dengan
petugas PRL, kegiatan
dilaksanakan setiap
bulannya.
Lalat ditemukan di
beberapa restauran yang
diperiksa serta para
penyedia makanan tidak
menggunakan sarung
tangan serta penutup
kepala. 4 Survei larva/jentik
nyamuk
Masih banyak terdapat
jentik nyamuk pada
beberapa rumah.
Pemeriksaan tidak
dilakukan pada seluruh rumah yang berada di daerah perimeter dan buffer pelabuhan.
Berdasarkan observasi
langsung di lapangan,
masih banyak terdapat
jentik nyamuk pada
beberapa rumah serta
pemeriksaan tidak
dilakukan pada seluruh rumah yang berada di daerah perimeter dan buffer pelabuhan.
5 Pemeriksaan nyamuk
malam hari
Masih banyak terdapat nyamuk baik di dalam dan di luar rumah.
Pemeriksaan nyamuk
malam hari dilakukan hanya 3 jam yaitu mulai
pukul 19.00 hingga
22.00.
Berdasarkan observasi
langsung di lapangan,
masih banyak nyamuk baik di dalam/luar rumah.
Bedasarkan wawancara
dengan petugas PRL,
prosedur untuk survei
17
mulai pukul 18 sore hingga esok hari pukul 07.00 pagi
6 Survei kepadatan lalat Masih banyak terdapat
lalat baik di dalam dan di luar rumah
Berdasarkan observasi
langsung di lapangan,
masih banyak terdapat lalat di dalam/ luar rumah.
3.1.3 Penentuan Prioritas Masalah
Berdasarkan permasalahan tersebut, ditetapkan satu prioritas masalah yang dipilih berdasarkan penentuan prioritas masalah dengan seleksi. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang menggunakan dua unsur, yaitu kriteria (urgensi/kepentingan, solusi, kemampuan anggota mengubah, dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3).
1. Urgensi / kepentingan a. Nilai 1 tidak penting b. Nilai 2 penting c. Nilai 3 sangat penting
2. Solusi
a. Nilai 1 tidak mudah
b. Nilai 2 mudah
c. Nilai 3 sangat mudah
3. Kemampuan anggota mengubah
a. Nilai 1 tidak mudah
b. Nilai 2 mudah
c. Nilai 3 sangat mudah
4. Biaya
a. Nilai 1 tinggi
b. Nilai 2 sedang
c. Nilai 3 rendah
Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan penulis. Total skor dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dalam dan menjadi prioritas masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya.
18
Tabel 3.2 Penilaian prioritas masalah pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru.
No Kriteria
masalah Urgensi Solusi
Kemampuan untuk mengubah
Biaya Total Rank
1 Kurang optimalnya Pemeriksaan dan Pengawasan air 2 1 1 1 2 IV 2 Kurang optimalnya Pemeriksaan dan pengawasan gedung bangunan 1 1 1 1 1 V 3 Kurang optimalnya Pemeriksaan dan pengawasan makanan 2 2 2 2 16 III 3 Kurang optimalnya pengendalian vektor nyamuk (termasuk jentik nyamuk) 3 3 3 2 54 I 4 Kurang optimalnya pengendalian vektor lalat 2 3 3 2 36 II
3.1.4 Analisis Penyebab Masalah
Setelah ditetapkan prioritas masalah berdasarkan sistem seleksi di atas, dilakukan analisis penyebab masalah dari berbagai aspek, yaitu man, material, market, dan methode yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan data sekunder. Berikut adalah penyebab-penyebab kurang optimalnya program pengendalian vektor nyamuk pada unit kerja PRL KKP Pekanbaru.
19 Tabel 3.3. Analisis Penyebab Masalah
No Masalah Penyebab timbulnya
masalah Evidence Based
1 Kurang optimalnya program pengendalian vektor nyamuk Man • Kurangnya petugas
kesehatan pada dua unit kerja PRL
Material
• Tidak ada flipchart, media penyuluhan dan brosur DBD, malaria dan penyakit lain yang ditularkan nyamuk
Methode
• Pemeriksaan nyamuk
malam hari tidak sesuai prosedur
• Kurangnya koordinasi
Observasi
• Hanya ada satu
petugas yang
bertanggung jawab
pada seksi PRL
pemeriksaan nyamuk malam hari, dan satu penangungjawab pemeriksaan jentik. Jumlah petugas yang
turun pada
pemeriksan nyamuk
malam 4 orang,
sehingga pemeriksaan naymuk malam tidak
dapat dilakukan
hingga pagi hari
Observasi
• Tidak ditemukan
flipchart, media
penyuluhan, dan
brosur DBD malaria
dan penyakit lain
yang ditularkan
nyamuk
Observasi
• Pemeriksaan nyamuk
dimulai dari jam
19.00 sampai jam
22.00, seharusnya
dimulai dari pukl
18.00 hingga pukul 06.00
20
antara KKP –
Puskesmas – RS –
DKK – masyarakat
dalam sistem pelaporan
dan penanggulangan DBD. Market • Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit yang ditimbulkan nyamuk serta cara pencegahannya. • Masih banyak masyarakat yang menolak • Kurang terjalin kerjasama antara KKP-Puskesmas-DKK dalam pengendalian vektor nyamuk. • Foging dilakukan oleh KKP dan DKK secara tersendiri tanpa melaui koordinasi terlebih dahulu.
• Tidak jelas siapa
yang menjadi
penangguang jawab
jika terjadi kasus
DBD,apakah KKP atau Puskesmas setempat Wawancara • Banyak masyarakat yang menolak saat rumahnya akan diperiksa Observasi • Masih banyak masyarakat yang tidak mau rumahnya diperiksa Wawancara:
Biaya operasional untuk
program kegiatan
pengendalian vektor
21 rumahnya diperiksa petugas
Money
Masih terbatasnya dana
untuk pengendalian
22
Berikut ini merupakan hubungan keempat faktor penyebab masalah yang ditampilkan dalam bentuk Fishbone Ishikawa.
Gambar 4. Fishbone analysis Ishikawa MAN
MATERIAL
Petugas kurang Flipchart, media penyuluhan, brosur tidak ada
Program Pengendalian vektor nyamuk belum optimal Kurangnya pengetahuan masyarakat Kurangnya koordinasi Puskesmas – RS – DKK – masyarakat Pelaksanaan tidak sesuai prosedur METHODE MONEY MARKET Kurangnya dana operasional
23 3.2 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam kegiatan optimalisasi pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja KKP Pekanbaru.
1. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) adalah Unit Pelaksana Teknis
dilingkungan Departemen Kesehatan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan.
2. Vektor penyakit adalah serangga atau arthropoda penyebar penyakit.Yang termasuk ke dalam vektor antara lain nyamuk, lalat, kecoa, tikus dan pinjal. Pada kegiatan ini yang menjadi vektor penyakit adalah nyamuk.
3. Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk A.aegypti atau A. albopictus, yang ditandai demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, gelisah, nyeri ulu hati, disertai bintik perdarahan di kulit, kadang mimisan, muntah darah, bahklan dapat berakibat kematian.
4. Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit jenis
Plasmodium ditandai demam berkala, menggigil dan berkeringat, yang
ditularkan oleh nyamuk genus Anopheles.
5. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filarial.
6. Chikungunya adalah penyakit menular sejenis demam disertai nyeri otot yang bersifat yang disebabkan oleh Alvavirus yang ditularkan oleh beberapa jenis nyamuk yaitu A.Aegypti, A.albopictus, Culex fatigans dan Mansonia sp. 7. Encephalitis adalah suatu penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat.
0
3.1.5. Alternatif Pemecahan Masalah
Langkah selanjutnya setelah analisis penyebab masalah adalah penetapan alternatif pemecahan masalah untuk mendapatkan solusi terbaik dalam optimalisasi pengendalian vektor nyamuk di wilayah kerja Pelabuhan Kampung Dalam
Tabel 3.4. Alternatif Pemecahan Masalah
Masalah Penyebab
Masalah
Alternatif pemecahan
masalah
Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana
kegiatan Waktu Kriteria keberhasilan Pengen dalian vektor nyamuk di wilayah kerja Pelabuh-an Kampung Dalam Jumlah Petugas bagian PRL kurang Merekomendasikan agar dilakukakan penambahan petugas Petugas untuk kegiatan pengendalian vektor nyamuk cukup Kepala Dinas KKP KKP Dokter muda KKS Desember 2008 Penambahan jumlah petugas Tidak ada flipchart, media penyuluhan dan brosur DBD, malaria dan penyakit lain yang ditularkan nyamuk Membuat flipchart, media penyuluhan dan brosur Tersedianya flipchart, media penyuluhan dan brosur DBD Seksi PRL KKP Dokter muda KKS Desember 2008 Tersedia flipchart penyuluhan dan brosur DBD
1 Pemeriksaan
nyamuk malam hari tidak sesuai prosedur
Menyarankan agar pemeriksaan
nyamuk malam hari sesuai prosedur Hasil pemeriksaan nyamuk malam hari lebih bermakna Seksi PRL Pelabuhan Kampung Dalam Dokter muda KKS Desember 2008 Pemeriksaan nyamuk malam hari sesuai prosedur Kurangnya koordinasi antara KKP – Puskesmas – RS – DKK – masyarakat dalam sistem pelaporan dan penanggulangan DBD Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit yang ditimbulkan nyamuk serta cara pencegahannya. Menyarankan agar terbina koordinasi antara KKP – Puskesmas – RS – DKK – masyarakat dalam sistem pelaporan dan penanggulangan DBD. Memberikan penyuluhan, menyebarkan brosur Pelaksanaan kgiatan tidak tumpang tindih Bertambahnya wawasan dan pengetahuan masyarakat KKP – Puskesmas – DKK Masyarakat kampung dalam KKP Pelabuhan Kampung Dalam Dokter muda KKS Dokter muda KKS Desember 2008 Desember 2008 Adanya koordinasi yang baik antara KKP – Puskesmas – DKK Menurunkan kasus penyakit yang disebabkan nyamuk
2 Masih banyak masyarakat yang menolak rumahnya diperiksa petugas Masih terbatasnya dana untuk pengendalian vektor nyamuk Memberikan penjelasan mengenai tujuan pemeriksaan Menambah alokasi dana Masyarakat mengerti tujuan dilakukakan pemeriksaan Terlaksana kegiatan Masyarakat Kampung Dalam Kepala dinas KKP Pelabuhan Kampung Dalam KKP Dokter muda KKS Dokter muda KKS Desember 2008 Desember 2008 Masyarakat bersedia rumahnya diperiksa Kegiatan operasional dapat terlaksana
0
DAFTAR PUSTAKA
1. Petunjuk Teknis Pengendalian Resiko Lingkungan. Kantor Kesehatan Pelabuhan. 42-58
2. Studi Kasus. Waspadai Penyakit Bersumber Nyamuk
http://www.ajago.blogspot.htm [diakses Desember 2008]
3. Buku Laporan Kegiatan Pengendalian Resiko Lingkungan Tahun 2007
4. Ririh Y dan Anny V. Hubungan Kondisi Lingkungan Kontainer, dan Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti di Daerah Endemis DBD Surabaya. http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/KESLING-1-2-08.pdf.id [diakses Desember 2008]
5. http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.arbovirus.health.nsw.go v.au/areas/arbovirus/mosquit/photos/aedes_aegypti_larvae2.jpg&imgrefurl [diakses Desember 2008]
6. Penyakit-Penyakit yang Ditularkan Nyamuk. http://www.dinkesjatim.go.id go.id/images/datainfo/200501031458-Selpandnyamuk.pdf [diakses Desember 2008]
7. Depkes RI. Kesehatan dan Indonesia sehat 2010. www.depkes.go.id [diakses Desember 2008]