B A K T I H US AD A
MODUL PENGENDALIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya serta dukungan berbagai pihak khususnya para ahli/ pakar yang telah berkontribusi dalam penyusunan Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit endemis dan menimbulkan masalah kesehatan, bukan hanya di Indonesia tapi juga di negara - negara tropis dan subtropis di dunia. Di Asia penyakit ini endemis di negara - negara ASEAN serta di beberapa negara Asia Selatan seperti; Bangladesh, India, Srilangka dan Maldives dan lain-lain. Dalam upaya penanggulangan Demam Berdarah Dengue, pemerintah mempunyai 4 (empat)
pilar strategi. Pertama, memperkuat pengamatan kasus/penderita dan pengamatan vektor
didukung dengan laboratorium yang memadai; Kedua, memperkuat penatalaksanaan penderita
di rumah sakit, puskesmas dan klinik; Ketiga, meningkatkan upaya pengendalian vektor secara
terpadu; Keempat, memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam pencegahan dan
penanggulangan penyakit DBD. Dalam rangka mendukung pelaksanaan strategi pemerintah tersebut maka diperlukan upaya pembangunan kualitas SDM kesehatan yang memadai dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue.
Modul Pelatihan Pengendalian Demam Berdarah Dengue ini diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan pelatihan bagi seluruh SDM kesehatan khususnya bagi pengelola program DBD di daerah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengendalian Demam Berdarah Dengue.
Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih menyempurnakan penerbitan berikutnya.
Wassalammualaikum warahmatulahi wabarakatuh.
Jakarta, November 2011 Direktur Jenderal PP dan PL
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP 195509031980121001
KATA PENGANTAR
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin meluas hingga mencapai 400 kabupaten/kota dari 474 kabupaten/kota di Indonesia, bahkan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Sampai saat ini vaksin dan obat virus DBD belum ditemukan, sehingga salah satu strategi utama dan paling effektif untuk pengendalian penyakit DBD adalah dengan cara melakukan upaya preventif dengan pemutusan rantai penularan melalui gerakan PSN-DBD, tanpa mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB serta penatalaksanaan kasus. Penerapan strategi tersebut memerlukan dukungan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan ketrampilan memadai melalui pelatihan di setiap jenjang administrasi. Untuk keperluan pelatihan telah disusun modul Pelatihan Progaram yang terdiri dari 10 materi sebagai satu kesatuan pembelajaran, yaitu:
A. Materi Dasar : Kebijakan Pengendalian DBD B. Materi Inti
1. Epidemiologi DBD 2. Surveilans kasus DBD
3. Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD 4. Tatalaksana Kasus DBD
5. Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus, dan Penanggulangan KLB DBD 6. Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor DBD
7. Perencanaan dan Supervisi Pengendalian DBD 8. Promosi Kesehatan Dalam Pengendalian DBD C. Materi Penunjang
1. Membangun Komitmen Belajar
2. Rencana Tindak Lanjut dan Pembulatan
Modul ini merupakan revisi dan penyempurnaan dari buku modul yang telah dicetak pada tahun 2007, dan diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama bagi pengelola program DBD di provinsi maupun kabupaten/kota dalam upaya pengendalian DBD.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak terutama dari para kontributor serta tim editor yang menjadikan buku modul ini menjadi sempurna dan mudah dilaksanakan di lapangan.
Jakarta, November 2011 Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang
dr. Rita Kusriastuti, MSc NIP 195406011982122001
TIM PENYUSUN
Pelindung
Prof. DR. Dr. Tjandra Yoga Aditama, SpP(K), MARS, DTM & H, DTCE Pengarah
dr. Rita Kusriastuti, MSc Kontributor
1. dr. Triyunis Miko (FKM-UI)
2. dra. Sri Kusminarti (Pusat Promkes)
3. dr. Mulya Rahma karyanti, Sp.A (Dep. Ilmu Kesehatan Anak-RSCM
4. drh. Sri Sugiharti, MKes (PPSDM, Kemkes)
5. dr. Binyamin Sihombing, MPH (WHO Indonesia)
6. Dra. Fitri Riyanti, Msi (Subdit Pengendalian Vektor)
7. drh. Sugiarto, Msi (Subdit Pengendalian Vektor)
8. dr. Bangkit Hutajulu, MSc, PH (Subdit Arbovirosis)
9. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes (Subdit Arbovirosis)
10. dr. Darmawali handoko, M.Epid (Subdit Arbovirosis) 11. dr. Iriani Samad
12. Rohani Simanjuntak, SKM, MKM 13. Subahagio SKM
14. dr. Galuh Budhi Leksono Adhi 15. Erliana Setaini, SKM, MPH 16. dr. Sri Hartoyo
17. dr. Dauries Ariyanti Muslikhah 18. Suratno
19. Suharyono Editor
1. dr. Darmawali handoko, M.Epid
2. drh. Endang Burni Prasetyowati, M.Kes
3. dr. Sri Hartoyo
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR SINGKATAN
3M : Menutup, Menguras dan Memanfaatkan
ABJ : Angka Bebas Jentik
Ae : Aedes
APD : Alat Pelindung Diri
AR : Attack Rate
BI : Breteau Index
BLL : Building Learning Commitment
BMKG : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika
BPS : Biro Pusat Statistik
Bti : Bacillus Thruringiensis
CI : Container Index
COMBI : Communication for behavioral impact.
CSS : Cairan Serebrospinal
DBD : Demam Berdarah Dengue
DD : Demam Dengue
Den : Dengue
DP-DBD : Data Peorangan Demam Berdarah Dengue
HI : House Index
IAKMI : Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
IBI : Ikatan Bidan Indonesia
ICR : Index Curah Hujan
IDI : Ikatan Dokter Indonesia
IGRs : Insect Growth Regulators
IWAPI : Ikatam
JE : Japanese Encephalitis
JPL : Jam Pelajaran
JUMANTIK : Juru Pemantau Jantik
KD-DBD : Kewaspadaan Dini DBD
KDRS : Kewaspadaan Dini Rumah Sakit
KID : Koagulasi Intravascular Disseminata
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
KLB : Kejadian Luar Biasa
LCD : Liquit Crystal Display
LPB : Limfosit Plasma Biru
LSM : Lembaga Sosial Masyarakat
MDGs : Millenium Development Goals
MUSREBANG : Musyawarah Rencana Pembangunan
NS : Non Struktural
PF : Fogging Fokus
PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PLA : Partisipatory Learning Approach
POKJA : Kelompok Kerja
POKJANAL : Kelompok Kerja Oerasional
PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk
PVT : Pengendalian Vektor Terpadu
SDM : Sumber Daya Manusia
SKD : Sistem Kewaspadaan Dini
SOP : Standar Operasional Prosedur
SP : Species
SPM : Standard Pelayanan Minimal
SSD : Syndrome Syok Dengue
STP : Sistim Terpadu Penyakit
T : Teori
TPA : Tempat Penampungan Air
TPK : Tujuan Pembelajaran Khusus
TP-LKMD : Tim Pembina Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
TPU : Tujuan Pembelajaran Umum
TTU : Tempat - tempat Umum
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
ULV : Ultra Low Volume
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
UPT : Unit Pelaksana Teknis
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
USG : Ultra Sonografi
DAFTAR ISI
KATA SAMBUTAN ... ii
KATA PENGANTAR ... i
TIM PENYUSUN... iii
DAFTAR SINGKATAN... iii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR LAMPIRAN ... iii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR... ix
BAB I KURIKULUM PELATIHAN MANAJEMEN PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Filosofi ... 2
II. PERAN DAN FUNGSI ... 2
A. Peran ... 2
B. Fungsi ... 2
III. KOMPETENSI ... 2
IV. TUJUAN PELATIHAN... 3
A. Tujuan Umum ... 3
B. Tujuan Khusus... 3
V. STRUKTUR PROGRAM... 3
VI. PESERTA, PELATIH DAN PENYELENGGARA ... 4
A. Peserta ... 4
B. Fasilitator / Narasumber ... 4
C. Penyelenggara... 4
VII. ALUR PROSES DAN METODE PEMBELAJARAN... 5
VIII. WAKTU DAN KELENGKAPAN PELATIHAN... 5
A. Waktu Pelatihan... 5
B. Kelengkapan Pelatihan... 5
IX. MONITORING DAN EVALUASI PELATIHAN ... 6
A. Monitoring ... 6
B. Evaluasi ... 6
X. GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (lampiran) ... 6
XI. SERTIFIKASI ... 6
BAB II MATERI DASAR KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT DBD... 7
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 7
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 7
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 7
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 7
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 7
IV. METODE... 8
V. BAHAN BELAJAR... 8
VI. ALAT BANTU BELAJAR... 8
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN... 8
A. Langkah 1 ... 8
VIII. URAIAN MATERI... 8
A. Situasi DBD dan Permasalahan DBD di Indonesia ... 8
B. Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD... 10
IX. KEPUSTAKAAN ... 15
BAB III MATERI INTI 1 EPIDEMIOLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE... 16
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 16
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 16
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 16
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 16
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 16
IV. METODE... 16
V. BAHAN BELAJAR... 16
VI. ALAT BANTU... 17
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 17
VIII. URAIAN MATERI POKOK BAHASAN : EPIDEMIOLOGI DBD ... 17
1. Gambaran Epidemiologi ... 17
2. Penyebab Penyakit... 18
3. Distribusi Penyakit ... 19
4. Penularan dan masa inkubasi ... 20
5. Faktor Risiko Penularan Infeksi Dengue ... 21
6. Ukuran Epidemiologi... 23
IX. KEPUSTAKAAN ... 23
MATERI INTI 2 SURVEILANS KASUS DBD... 24
I. Deskripsi Singkat ... 24
II. Tujuan Pembelajaran... 24
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 24
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 24
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 24
IV. METODE... 24
V. BAHAN BELAJAR... 25
VI. ALAT BANTU BELAJAR... 25
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN... 25
VIII. URAIAN MATERI... 25
A. TUJUAN DAN PENGERTIAN SURVEILANS DBD ... 25
B. SISTIM PELAKSANAAN SURVEILANS DALAM PENGENDALIAN DBD ... 27
C. KEGIATAN SURVEILANS DI BERBAGAI TINGKATAN ... 33
IX. KEPUSTAKAAN ... 43
MATERI INTI 3 SURVEILANS DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD... 44
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 44
A. Surveilans Vektor DBD ... 44
B. Pengendalian Vektor DBD... 44
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 45
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 45
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 45
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 45
IV. METODE... 46
VI. ALAT BANTU... 46
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) ... 46
VIII. URAIAN MATERI ... 47
A. METODE SURVEILANS VEKTOR DBD ... 47
B. MORFOLOGI, IDENTIFIKASI DAN BIOEKOLOGI VEKTOR DBD ... 53
C. METODE PENGENDALIAN VEKTOR ... 57
D. KEGIATAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD ... 60
E. PELAPORAN DAN EVALUASI HASIL PENGENDALIAN VEKTOR ... 61
IX. KEPUSTAKAAN ... 63
MATERI INTI 4 TATALAKSANA KASUS DEMAM DENGUE DAN DEMAM BERDARAH DENGUE ... 64
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 64
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 64
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 64
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 64
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 64
IV. METODE ... 64
V. BAHAN BELAJAR ... 65
VI. ALAT BANTU BELAJAR ... 65
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN BELAJAR ... 65
VIII. URAIAN MATERI ... 65
A. Definisi Operasional DD dan DBD ... 65
B. Diagnosis DD dan DBD ... 66
C. Tatalaksana DD dan DBD ... 71
IX. KEPUSTAKAAN ... 78
MATERI INTI 5 PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI, PENANGGULANGAN FOKUS, DAN PENANGGULANGAN KLB... 79
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 79
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 79
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 79
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 79
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 79
IV. METODE... 80
V. BAHAN BELAJAR ... 80
VI. ALAT BANTU ... 80
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 80
VIII. URAIAN MATERI ... 80
A. KONSEP PENANGGULANGAN EPIDEMIOLOGI (PE) DAN PENANGGULANGAN FOKUS (PF) ... 80
B. PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA ... 84
MATERI INTI 6 PENGOPERASIAN ALAT DAN BAHAN PENGENDALIAN VEKTOR ... 87
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 87
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 87
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 87
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 87
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 87
V. BAHAN BELAJAR ... 88
VI. ALAT BANTU ... 88
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN (DISESUAIKAN) ... 88
URAIAN MATERI ... 89
A. MESIN HOT FOGGER ... 89
B. MESIN ULTRA LOW VOLUME (ULV) ... 92
C. JENIS DAN APLIKASI INSEKTISIDA UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR DBD ... 93
MATERI INTI 7 PERENCANAAN DAN SUPERVISI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT DBD... 98
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 98
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 98
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 98
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 98
III. POKOK BAHASAN ... 98
IV. METODE ... 99
V. BAHAN BELAJAR ... 99
VI. ALAT BANTU ... 99
VII. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN ... 99
VIII. URAIAN MATERI ... 99
A. PENENTUAN DAERAH MASALAH DBD ... 100
B. PENENTUAN KEGIATAN PENGENDALIAN DBD ... 103
C. PENYUSUNAN RENCANA OPERASIONAL ... 107
VIII. KEPUSTAKAAN ... 110
MATERI INTI 8 PROMOSI KESEHATAN DALAM PROGRAM PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE ... 111
I. DESKRIPSI SINGKAT ... 111
II. TUJUAN PEMBELAJARAN ... 111
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) ... 111
B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) ... 111
III. POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN ... 111
IV. METODE ... 112
V. BAHAN BELAJAR ... 112
VI. ALAT BANTU BELAJAR ... 112
VII. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN ... 112
VIII. URAIAN MATERI ... 113
A. STRATEGI DASAR PROMOSI KESEHATAN ... 113
B. KEMITRAAN MELALUI POKJANAL DBD ... 116
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Garis Besar Program Pembelajaran
Lampiran 2 : Peraturan Perundang-undangan terkait dengan program pengendalian DBD
Lampiran 3 : KD-PKM Lampiran 4 : Formulir K-DBD Lampiran 5 : Formulir W2-DBD Lampiran 6 : Formulir W 1 Lampiran 7 : Formulir KD-RS Lampiran 8 : Formulir DP-DBD Lampiran 9 : Formulir P-DBD
Lampiran 10 : Kartu Jentik Rumah/Bangunan
Lampiran 11 : Formulir JPJ-1
Lampiran 12 : Formulir PJB-1
Lampiran 13 : Formulir PJB-2
Lampiran 14 : Formulir PJB-3
Lampiran 15 : Panduan praktek materi inti 3
Lampiran 16 : Formulir So
Lampiran 17 : Studi kasus materi inti 4
Lampiran 18 : Form PE
Lampiran 19 : Form hasil PE
Lampiran 20 : Form Berita Acara hasil penanggulangan DBD
Lampiran 21 : Form KLB DBD
Lampiran 22 : Studi materi inti 5
Lampiran 23 : Panduan praktek materi inti 6
Lampiran 24 : Perhitungan insektisida dalam pengendalian vektor
Lampiran 25 : Contoh cara perhitungan kegiatan pengendalian DBD
Lampiran 26 : Check list supervisi
Lampiran 27 : Studi kasus materi inti 7
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Indikator Nasional DBD
Tabel 2 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut desa/kelurahan per mingguan
Tabel 3 : Jumlah penderita DBD per tahun di Puskesmas tahun 2008 - 2010
Tabel 4 : Distribusi penderita DBD menurut RW di Kelurahan
Tabel 5 : Jumlah penderita DBD per bulan di Puskemas X Tahun 2006 - 2010
Tabel 6 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD menurut Kecamatan per mingguan
Tabel 7 : Distribusi penderita DBD, per Kecamatan di wilayah kerja Puskesmas
Tabel 8 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di Kabupaten
Tabel 9 : Jumlah pendeirta dan kematian DBD di kabupaten per kelompok umur per tahun
Tabel 10 : Jumlah DD, DBD, dan SSD mingguan di provinsi
Tabel 11 : Distibusi penderita DBD per kabupaten/kota
Tabel 12 : Jumlah penderita DD, DBD, dan SSD di provinsi
Tabel 13 : Jumlah penderita dan kematian DBD per golongan umur di provinsi
Tabel 14 : Kajian daerah masalah DBD kabupaten per Puskesmas
Tabel 15 : Contoh penentuan besarnya masalah DBD per desa/kelurahan per Puskesmas
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Grafik Pertambahan Jumlah kasus DBD sejak tahun 1968 - 2011
Gambar 2 : Grafik Insidens Rate DBD per 100.00 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR)
di Indonesia tahun 2005-2010
Gambar 3 : Grafik Insidens Rate (IR) DBD per Provinsi di Indonesia tahun 2010
Gambar 4 : Virus Dengue
Gambar 5 : Grafik Distribusi Kasus Dengue di Negara-negara Asia Tahun 2000-2009
Gambar 6 : Distribusi IR DBD di Indonesia Tahun 2010
Gambar 7 : Nyamuk Aedes Aegypti
Gambar 8 : Siklus penularan penyakit DBD
Gambar 9 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi NTT Tahun
2005-2009
Gambar 10 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi Kalimantan Timur tahun 2005-2009
Gambar 11 : Grafik Pola Indek Curah Hujan (ICH) dan IR DBD di Provinsi DKI Jakarta tahun 2005-2009
Gambar 12 : Peta Stratifikasi desa/kelurahan DBD di Puskesmas X
Gambar 13 : Grafik rata-rata jumlah penderita DBD di Puskesmas X tahun 2006-2010 Gambar 14 : Contoh Ovitrap
Gambar 15 : Contoh Aspirator Gambar 16 : Ovarium Aedes sp
Gambar 17 : Dilatasi pada saluran telur (pedikulus) Aedes sp Gambar 18 : Telur Aedes aegypti
Gambar 19 : Larva Aedes aegypti Gambar 20 : Pupa
Gambar 21 : Aedes sp
Gambar 22 : Siklus Hidup nyamuk Aedes aegypti Gambar 23 : Cara menghitung hasil Uji Torniquet Gambar 24 : Bintik-bintik perdarahan di bawah kulit Gambar 25 : Tanda Penyembuhan DBD
Gambar 26 : Contoh Mesin Hot Fogger
MATERI DASAR 1 : Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD
WAKTU : 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu memahami Peraturan Perundang-undangan dan Kebijakan yang terkait dengan program pengendalian DBD.
Tujuan Pembelajaran Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1 2 Mampu menjelaskan situasi dan permasalahan yang terkait dengan pengendalian DBD
Pokok Bahasan : Situasi DBD dan Permasalahan Pengendalian DBD: 1. Situasi DBD di Indonesia 2. Permasalahan Pengendalian DBD Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar Mampu menjelaskan kebijakan, strategi, dan kegiatan pokok pengendalian DBD dan menjelaskan target/indikator kinerja pengendalian DBD
Pokok Bahasan : Kebijakan Pengendalian DBD :
1. Renstra Kemenkes tahun 2010-2014
2. Visi, Misi, dan Tujuan Pengendalian DBD.
3. Kebijakan, Strategi dan Sasaran Pengendalian DBD
4. Kegiatan Pokok Pengendalian DBD 5. Target/indikator pengendalian DBD tahun 2010-2014 Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar
MATERI INTI 1 : Epidemiologi DBD
WAKTU : T 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta latih mampu memahami epidemiologi DBD Tujuan Pembelajaran
Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1 Ceramah, Diskusi & tanya jawab LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan gambaran epidemiologi DBD
Pokok Bahasan : Epidemiologi DBD :
1.Gambaran Epidemiologi 2.Penyebab penyakit 3.Distribusi penyakit
4.Penularan dan Masa Inkubasi 5.Faktor resiko penularan 6.Ukuran epidemiologi yang berhubungan dengan DBD
Tujuan Pembelajaran Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1
2
Dapat menjelaskan pengertian dan tujuan surveilans DBD
Pokok Bahasan Tujuan dan pengertian surveilans DBD: 1.Tujuan surveilans
2.Pengertian
3.Definisi Operasional
Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan sistem pelaksanaan surveilans dalam pengendalian DBD
Pokok Bahasan : Sistem Pelaksanaan Surveilans dalam pengendalian DBD: 1.Jenis Sumber data 2.Peran Unit Pelaksana 3.Strategi dan pelaksanaan surveilans pengendalian DBD
LCD, komputer & bahan ajar
MATERI INTI 2 : Surveilans Kasus DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melaksanakan surveilans kasus DBD di wilayah kerjanya.
Ceramah, tanya jawab & praktek
3 Dapat menjelaskan sistem pelaporan dan kegiatan surveilans kasus DBD
Pokok Bahasan : Kegiatan surveilans DBD di berbagai tingkat administrasi: 1.Tingkat Puskesmas 2.Tingkat Kabupaten/kota 3.Tingkat provinsi LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
MATERI INTI 3 : Surveilans dan Pengendalian Vektor DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 3 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melaksanakan surveilans dan pengendalian vektor DBD diwilayah kerjanya. Tujuan Pembelajaran
Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1 2 Dapat menjelaskan metode surveilans vektor DBD
Pokok Bahasan : Metode Surveilans vektor DBD :
1.Penentuan lokasi pengamatan 2.pelaksanaan pengamatan 3.Teknis pengamatan 4.Alat dan Bahan survey 5.Laporan hasil survei
Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan morfologi, identifikasi dan bio-ekologi vektor DBD
Pokok Bahasan Morfologi, identifikasi dan Bioekologi vektor DBD
Sub Pokok Bahasan : 1.Morfologi 2.Identifikasi 3.Bioekologi vektor DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
3 Dapat menjelaskan Metode pengendalian
Pokok Bahasan Metode pengendalian vektor
LCD, komputer & Ceramah,
4
vektor Sub Pokok Bahasan :
1.Kimiawi 2.Biologi 3.Managemen lingkungan 4.Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD 5.Pengendalian vektor terpadu
praktek bahan ajar
Dapat Melaksanakan kegiatan pengendalian vektor DBD
Pokok Bahasan : Kegiatan pengendalian vektor DBD : 1.Kegiatan pengendalian vektor di tingkat administrasi 2.Operasional pengendalian vektor 3.Kegiatan pengendalian vektor pada KLB DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
3 Dapat Melaksanakan
pelaporan dan evaluasi hasil pengendalian vektor DBD
Pokok Bahasan : Pelaporan dan Evaluasi hasil pengendalian vektor : 1.Pelaporan hasil pengendalian vektor 2.Evaluasi hasil pengendalian vektor LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
MATERI INTI 4 : Tatalaksana Kasus Demam Dengue dan DBD
WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu memahami tatalaksana Demam Dengue dan DBD. Tujuan Pembelajaran
Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1 2 Menjelaskan definisi operasional kasus DD dan DBD Pokok Bahasan : Definisi Operasional DD dan DBD : 1.Definisi Suspek Infeksi Dengue 2.Definisi DD 3.Definisi DBD Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Menjelaskan tatacara mendiagnosis DD dan DBD berdasarkan gejala
klinis dan pemeriksaan laboratorium. Pokok Bahasan : Diagnosis DD dan DBD : 1.Diagnosis Suspek Infeksi Dengue 2.Diagnosis Demam Dengue 3.Diagnosis DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
4 4.Jenis - Jenis Pemeriksaan laboratorium pada penderita DBD Dapat Melaksanakan kegiatan pengendalian vektor DBD
Pokok Bahasan : Kegiatan pengendalian vektor DBD : 1.Kegiatan pengendalian vektor di tingkat administrasi 2.Operasional pengendalian vektor 3.Kegiatan pengendalian vektor pada KLB DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
3 Menjelaskan tata laksana DD dan DBD meliputi pertolongan pertama oleh Masyarakat, oleh petugas medis dan paramedis, dan tatacara rujukan ke
Rumah Sakit
Pokok Bahasan : Tata laksana DD dan DBD: 1.Pertolongan Pertama Penderita DBD oleh masyarakat. 2.Langkah-langkah Pemeriksaan DD dan DBD 3.Tatalaksana Rujukan penderita DBD 4.Tatalaksana DD dan DBD LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
MATERI INTI 5 : Penyelidikan Epidemiologi, Penanggulangan Fokus dan Penanggulangan KLB
WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan fokus dan penanggulangan KLB DBD.
Tujuan Pembelajaran Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1
2
Dapat menjelaskan konsep PE, PF, dan KLB dan Dapat melaksanakan PE dan PF POKOK BAHASAN : KONSEP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI (PE) : 1.Konsep PE 2.Konsep PF Ceramah, tanya jawab & praktek LCD, komputer & bahan ajar Dapat melaksanakan penanggulangan KLB POKOK BAHASAN : PENANGGULANGAN KEJADIAN LUAR BIASA : 1.Konsep KLB
2.Langkah-langkah pelaksanaan
penanggulangan KLB 3.Evaluasi Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
LCD, komputer & bahan ajar Ceramah,
tanya jawab & praktek
Tujuan Pembelajaran Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1
2
Melakukan pengoperasian mesin hot fogger
Pokok Bahasan : Mesin hot fogger (pengkabut panas) : 1.Petunjuk Teknis Pengoperasian Mesin hot fogger
2.Petunjuk teknis perbaikan hot fogger 3.Petunjuk Teknis perawatan mesin hot fogger
Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek
LCD, komputer & bahan ajar
Melakukan pengoperasian
mesin ULV. LCD,komputer &
bahan ajar MATERI INTI 6 : Pengoperasian Alat dan Bahan Pengendalian Vektor
WAKTU : T 2 JPL, PL 4 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melakukan pengoperasian alat dan menjelaskan bahan pengendalian vektor DBD.
Pokok Bahasan : mesin Ultra Low Volume (ULV) : 1.Petunjuk Teknis Pengoperasian Mesin ULV
2.Petunjuk teknis perbaikan mesin ULV 3.Petunjuk teknis perawatan mesin ULV
Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek 3 Mengaplikasikan insektisida LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan :
Jenis dan aplikasi insektisida untuk pengendalian vektor DBD : 1.Jenis Insektisida 2.Cara aplikasi Insektisida Ceramah, tanya jawab, diskusi & praktek
MATERI INTI 7 : Perencanaan Pengendalian Penyakit DBD.
WAKTU : T 1 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta mampu melakukan perencanaan dan supervisi pengendalian DBD. Tujuan Pembelajaran
Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1 2 Menentukan daerah masalah DBD melalui kajian epidemiologi Pokok Bahasan : Penentuan Daerah Masalah DBD : 1.Dasar Penyusunan Rencana 2.Penentuan Daerah Masalah DBD 3.Penentuan besarnya masalah DBD Ceramah, tanya
jawab, & praktek LCD,komputer & bahan ajar
Menentukan kegiatan
pengendalian DBD LCD,komputer &
bahan ajar Pokok Bahasan : Penentuan kegiatan pengendalian DBD : Jenis Kegiatan Ceramah, tanya jawab, & praktek
3 Menyusun rencana
operasional LCD,komputer &
bahan ajar Pokok Bahasan :
Penyusunan Rencana Operasional
Ceramah, tanya jawab, & praktek 4 Melaksanakan Supervisi
dan Bimbingan Teknis serta Membuat
kesimpulan akhir dan laporan umpan balik
LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan : Supervisi dan Bimbingan Teknis : 1 . K o n s e p S u p e r v i s i dan Bimbingan Teknis 2.Pelaksanaan
Supervisi dan bimbingan Teknis 3.Penilaian Supervisi dan bimbingan Teknis
Ceramah, tanya jawab, & praktek
Tujuan Pembelajaran Khusus
No Pokok Bahasan/
Sub Pokok Bahasan Metode
Media & Alat Bantu 1 2 Dapat menjelaskan tentang promosi kesehatan
Pokok Bahasan : Strategi dasar promosi kesehatan : 1.Strategi advokasi
2.Strategi bina suasana 3.Strategi gerakan pemberdayaan Ceramah, tanya jawab & bermain peran LCD, komputer & bahan ajar Dapat menjelaskan
tentang kemitraan LCD,komputer &
bahan ajar Pokok Bahasan : Kemitraan melalui POKJANAL DBD : 1. Konsep kemitraan 2. POKJANAL DBD Ceramah, tanya jawab & bermain peran 3 Dapat melakukan penyuluhan kesehatan LCD, komputer & bahan ajar Pokok Bahasan
Penyuluhan Kesehatan Ceramah, tanyajawab & bermain peran MATERI INTI 8 : Promosi Kesehatan dalam program Pengendalian DBD
WAKTU : T 2 JPL, P 2 JPL
Tujuan Pembelajaran Umum :
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT DENGAN PROGRAM PENGENDALIAN DBD
A. Peraturan Perundang-Undangan Inti Terkait Dengan Program Pengendalian DBD
1. KEPMENKES No. 581/MENKES/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (lihat lampiran KEPMENKES tsb.)
2. KEPMENKES No. 92 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 581/Menkes/SK/VII/1992 Tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (lihat KEPMENKES tsb)
3. KEPMENDAGRI No. 31-VI Tahun 1994 Tentang Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) Tim Pembina LKMD Tingkat Pusat (lihat KEPMENKES tsb).
B. Peraturan Perundang-Undangan Penunjang Beserta Pasal-Pasal Terkait Dengan Program Pengendalian DBD
1. UU No. 4 Th. 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (pasal 1-15)
2. UU No. 23 Th.1992 tentang Kesehatan (Bab III Ps.4,6,12s/d 15, Bab IV, Ps.17s/d 22, Bab V ,Ps 50; BAB VI. Ps 53 s/d 60; BAB IX Ps.73-78, BAB XIII Ps.102 & 103; BAB XV.107 .
3. UU No. 32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Penjelasan Umum.1b,3,7 s/d 10) 4. UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Daerah (BAB VI Ps.10, BAB 10
Ps.87)
5. PP No. 40 Th. 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (BAB I, BAB II, Bab III s/d XI.)
6. PP No. 25 Th. 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Provinsi Sebagai Daerah Otonomi (BAB II Ps.2 (10.j)
7. PP No. 84 Tahun 2000 Tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah
8. PP No. 39 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Dekonsentrasi (BAB IV Ps.6 s/d 9, BAB VI Ps.11
9. PP 52 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Tugas Perbantuan (BAB VII Ps.11,12, BAB VIII Ps. 13,14)
10. PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal
11. PERPRES No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 - 2009 ( Ps.6, Bab 28 tentang kesehatan)
12. PERMENKES No. 560 Tahun 1989 Tentang Jenis Penyakit Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata Cara Penanggulangannya
13. PERMENKES No. 949 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (KLB). (Lampiran latar belakang penyakit yang sering menimbulkan KLB)
14. PERMENKES No. 1575 Tahun 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan (Bab VI Ps. 380 s/d 390, Ps.458 s/d 460, 466-468)
15. KEPMENKES R.I No.829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Kesehatan Perumahan (Lampiran C persyaratan kesehatan Lingkungan no.6)
16. KEPMENKES No. 261 Tahun 1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja (BAB II Persyaratan H. Tentang vektor penyakit ) .
17. KEPMENKES No. 829 Tahun 1999 Tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan 18. KEPMENKES No. 1116 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan (III. Penyelenggaran sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan No. D.1.d)
19. KEPMENKES No. 1457 Tahun 2003 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (P. Pencegahan dan Pemberantasan penyakit DBD) 20. KEPMENKES No. 1479 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular Terpadu (lampiran Jenis-jenis penyakit no.5. bersumber RS. No.21)
21. KEPMENKES No. 131 Tahun 2004 Tentang Sistem Kesehatan Nasional 22. KEPMENKES No. 1091 Tahun 2004 Tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. (Lampiran keputusan no urut P. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Demam Berdarah)
23. KEPMENKES No. 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ( Lampiran , Tatalaksana RS, no.5.b.10; VI.C.1.a)
24. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005 - 2009
25. KEPMENKES RI No.1350/MENKES/SK/XII/2001 Tentang Pestisida, DEPKES RI , Jakarta Tahun 2004. (Bab 1. Ketentuan Umum Ps.1, Bab III P, BAB II, Ps 2,3, Bab III Ps 4 s/d7, Bab IV Ps.9 s/d 13, Bab V Ps14 s/d 19, BAb VI Ps. 20, BAB VII Ps 21) 26. PERDA (Peraturan Daerah)
CONTOH :
a. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 2044 Tahun 2004 Tentang Satuan Biaya Untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi (PE), Pengasapan (Fogging), Operasional ULV, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) Di Provinsi Daerah Ibukota Jakarta b. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 447 Tahun 2005 Tentang Penanggulangan Waspada Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
c. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 11 Tahun 2003 Tentang Kewaspadaan Dini Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
d. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 39 Tahun 2004 Tentang Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lingkungan Kelurahan Provinsi DKI Jakarta
e. Instruksi Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 115 Tahun 2005 Tentang Antisipasi Perkembangan Situasi Musim Hujan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
f. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 5681 Tahun 2005 Tentang Penetapan Penggunaan Anggaran Swadana Puskesmas Untuk Kegiatan Penanggulangan Demam Berdarah Dengue di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
g. Surat Edaran Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 46/SE/2004 Tentang Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
h. Surat Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat Tanggal No. 500/SKR/PKK.PST/IX/94 Kepada Ibu Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Dati I di Seluruh Indonesia Perihal Penyuluhan dan Motivasi tentang Gerakan PSN-DBD
i. KEPMENKES No. 331 Tahun 2005 Tentang Rencana Strategis Departemen
Kesehatan 2005 - 2009
Lampiran 2
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 581/Menkes/SK/VII/1992
TENTANG
PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit yang cenderung meningkat jumlah kasusnya dan penyebarannya, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa dan kematian sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat;
b. bahwa untuk itu perlu dilakukan berbagai kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue secara dini dan terus-menerus;
c. bahwa sehubungan dengan huruf a dan b tersebut di atas perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037).
3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153).
4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347) 6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PEMBERANTASAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
Kedua : Upaya pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue dilakukan melalui kegiatan pencegahan, penemuan, pelaporan penderita, pengamatan penyakit dan penyelidikan epidemiologi, penanggulangan seperlunya, penanggulangan lain dan penyuluhan kepada masyarakat.
Ketiga : Pelaksanaan kegiatan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue
dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat di bawah koordinasi Kepala Wilayah/Daerah.
Keempat : Pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilakukan
sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Kelima : Petunjuk teknis pelaksanaan keputusan ini ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman. Keenam : Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal: 27 Juli 1992 MENTERI KESEHATAN RI,
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN R.I. NOMOR:581/MENKES/SK/VII/1992. TANGGAL : 27 JULI 1992
BAB I PENDAHULUAN
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue disebabkan virus dan ditularkan lewat nyamuk merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, yang cenderung semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.
2. Seluruh wilayah Indonesia, mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab dan nyamuk penularnya (Aedes aegypti) tersebar luas, baik di rumah-rumah maupun di Tempat Umum, kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.
3. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang: a. Terutama menyerang anak
b. Ditandai dengan panas tinggi, perdarahan dan dapat menimbulkan renjatan dan kematian
c. Termasuk salah satu penyakit yang dapat menimbulkan wabah.
4. Pemberantasan penyakit demam berdarah dengue pada dasarnya dilakukan sesuai dengan pemberantasan penyakit menular pada umumnya, namun mengingat vaksin untuk mencegah dan obat untuk membasmi virusnya belum ditemukan, maka pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan terutama dengan memberantas nyamuk penularnya.
5. Untuk memberantas penyakit demam berdarah dengue diperlukan pembinaan peran serta masyarakat guna mencegah dan membatasi penyebaran penyakit.
6. Pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan dengan penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat. Oleh karena itu pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan melalui kerjasama lintas program dan sektoral yang dikoordinasikan oleh kepala Wilayah/Daerah.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan Tujuan Keputusan ini adalah memberikan pedoman bagi masyarakat, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan sektor-sektor terkait dalam upaya bersama mencegah dan membatasi penyebaran penyakit demam berdarah dengue sehingga terjadinya kejadian luar biasa/wabah dapat dicegah dan angka kesakitan dan kematian dapat diturunkan serendah-rendahnya.
BAB III DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1960 nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2068).
2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, tambahan Lembaran Negara Nomor 3037). 3. Undang-undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Negara,
Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153).
4. Undang-undang No.4 tahun 1984 tentang wabah Penyakit Menular ( Lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3273).
5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3347)
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal daerah.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3447)
8. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 28 tahun 1980 tentang Penyempurnaan dan Peningkatan Fungsi Lembaga Sosial Desa Menjadi Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989 tentang jenis Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah, Tata Cara Penyampaian Laporannya dan Tata cara Penanggulangan Seperlunya.
BAB IV PENGERTIAN
1. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae, lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan (Shock).
2. Penderita/tersangka adalah orang sakit dengan tanda-tanda seperti pada butir 1 atau sekurang-kurangnya panas tanpa sebab jelas dan petichiae atau tanda perdarahan lainnya.
3. Pengamatan penyakit adalah kegiatan mencatat jumlah penderita/tersangka penyakit demam berdarah dengue menurut waktu dan tempat (wilayah) kejadian, yang dilaksanakan secara teratur.
4. Pemusnahan penyebab penyakit adalah penyemprotan insektisida untuk membasmi nyamuk pembawa virus dengue.
5. Pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue adalah semua upaya untuk mencegah dan menangani kejadian Demam Berdarah Dengue termasuk tindakan untuk membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.
6. Penyelidikan epidemiologi adalah kegiatan pelacakan penderita/tersangka lainnya dan pemeriksaan jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue di rumah penderita/tersangka dan rumah-rumah sekitarnya dalam radius sekurang-kuranya 100 meter, serta tempat umum yang diperkirakan menjadi sumber penyebaran penyakit lebih lanjut.
7. Penanggulangan seperlunya adalah penyemprotan insektisida dan /atau pemberantasan sarang nyamuk yang dilakukan berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi.
8. Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian penyakit demam berdarah dengue yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.
9. Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) adalah pemeriksaan tempat penampungan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti untuk mengetahui adanya jentik nyamuk, yang dilakukan di rumah dan tempat umum secara teratur sekurang-kurangnya tiap 3 bulan untuk mengetahui keadaan populasi jentik nyamuk penular penyakit demam berdarah dengue.
10. Abatisasi adalah penaburan insektisida pembasmi jentik pada tempat penampungan air. 11. Rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal termasuk bangunan yang digunakan untuk usaha kecil seperti warung, toko,industri-rumahan, dan mushola. 12. Tempat umum ialah bangunan untuk pelayanan umum seperti sekolah, hotel/losmen, asrama, rumah makan, tempat rekreasi, tempat industri/pabrik, kantor, terminal/stasiun, stasiun pompa bensin, rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, dimana kemungkinan terjadinya penularan tinggi.
13. Angka Bebas Jentik (ABJ) adalah persentase rumah dan/atau Tempat Umum yang tidak ditemukan jentik, pada pemeriksaan jentik berkala.
14. Desa/kelurahan rawan adalah desa/kelurahan yang dalam 3 tahun yang terakhir kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, atau yang karena keadaan lingkungannya (antara lain karena penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain), sehingga mempunyai risiko untuk kejadian luar biasa.
BAB V
TANDA-TANDA DAN PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
1. Penderita penyakit demam berdarah dengue pada umumnya disertai tanda-tanda sebagai berikut:
a. Hari pertama sakit: panas mendadak terus-menerus, badan lemah/lesu. Pada tahap ini sulit dibedakan dengan penyakit lain
b. Hari kedua atau ketiga: timbul bintik-bintik perdarahan, lebam, atau ruam pada kulit muka, dada, lengan, atau kaki dan nyeri ulu hati. Kadang-kadang mimisan, berak darah atau muntah darah. Bintik perdarahan mirip dengan bekas gigitan nyamuk. Untuk membedakannya kulit diregangkan; bila hilang bukan tanda penyakit demam berdarah dengue.
c. Antara hari ketiga sampai ketujuh, panas turun secara tiba-tiba. Kemungkinan yang selanjutnya:
1) Penderita sembuh, atau
2) Keadaan memburuk yang ditandai dengan gelisah, ujung tangan dan kaki dingin, banyak mengeluarkan keringat.
Bila keadaan berlanjut, terjadi renjatan 9lemah lunglai, denyut nadi lemah atau tak teraba). Kadang-Kadang Kesadarannya menurun.
2. Penyakit demam berdarah dengue umumnya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (meskipun juga dapat ditularkan oleh Aedes albopictus yang hidup di kebun). Nyamuk ini mendapat virus dengue pada waktu mengisap darah penderita penyakit demam berdarah dengue atau orang tanpa gejala sakit yang membawavirus itu dalam darahnya (carier).
3. Virus dengue memperbanyak diri dan menyebar keseluruh tubuh nyamuk, termasuk ke kelenjar liurnya.
4. Jika nyamuk ini menggit orang lain, maka virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam waktu kurang dari 7 hari orang tersebut menderita sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan akan berada dalam darah selama 1 minggu.
5. Orang yang kemasukan virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue. Ada yang demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya, atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit. Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama 1 minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
6. seluruh wilayah mempunyai risiko untuk kejangkitan penyakit demam berdarah dengue, namun tempat yang potensial bagi penyebaran penyakit adalah desa rawan dan tempat umum.
7. Nyamuk penular demam berdarah dengue teruitama adalah Aedes aegypti. a. Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti:
1) Berwarna hitam dengan gelang-gelang (loreng) putih pada tubuhnya, dengan bercak-bercak putih di sayap dan kakinya.Berkembang biak di tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi/wc, tempayan,
drum dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung dan lain-lain.
2) Kadang-kadang juga di pelepah daun, lobang pohon, lobang pagar pipa/bambu, lobang pipa tiang bendera, dan genangan air di talang atap rumah dan lain-lain. 3) Biasanya menggigit pada siang hari.
4) Nyamuk betina membutuhkan darah manusia untuk mematangkan telurnya agar dapat meneruskan keturunannya.
5) Kemampuan terbangnya 100 meter. b. Daur hidup:
1) Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembang-biakannya.
2) Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik,kemudian berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (perkembang-biakan dari t e l u r - j e n t i k - k e p o m p o n g - n y a m u k m e m b u t u h k a n w a k t u 7 - 1 0 h a r i ) . 3) Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (yang betina) akan menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan perkawinan dengan nyamuk jantan.
4) Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu proses pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah tumbuh-tumbuhan atau benda tergantung di tempat yang gelap dan lembab, berdekatan dengan tempat perkembang biakannya.
5) Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari. 6) Bila mengisap darah seorang penderita demam berdarah dengue atau carrier, m a k a n y a m u k i n i s e u m u r h i d u p n y a d a p a t m e n u l a r k a n v i r u s i t u . 7) Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.
BAB VI
UPAYA PEMBERANTASAN
Upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan dengan cara tepat guna oleh pemerintah dengan peran serta masyarakat yang meliputi : (1) pencegahan, (2) penemuan, pertolongan dan pelaporan, (3) penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, (4) penanggulangan seperlunya, (5) penanggulangan lain dan (6) penyuluhan.
1. PENCEGAHAN
Pencegahan dilaksanakan oleh masyarakat di rumah dan Tempat umum dengan melakukan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) yang meliputi:
a. menguras tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, atau menutupnya rapat-rapat.
b. Mengubur barang bekas yang dapat menampung air c. Menaburkan racun pembasmi jentik (abatisasi) d. Memelihara ikan
e. Cara-cara lain membasmi jentik.
Penemuan, pertolongan dan pelaporan penderita penyakit demam berdarah dengue dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara-cara sbb:
a. Keluarga yang anggotanya menunjukkan gejala penyakit demam berdarah dengue memberikan pertolongan pertama (memberi minum banyak, kompres dingin dan dan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat) dan dianjurkan segera memeriksakan kepada dokter atau unit pelayanan kesehatan.
b. Petugas kesehatan melakukan pemeriksaan, penentuan diagnosa dan pengobatan/perawatan sesuai dengan keadaan penderita dan wajib melaporkan kepada puskesmas.
c. Kepala keluarga diwajibkan segera melaporkan kepada lurah/kepala desa melalui kader, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan/Kepala Dusun.
d. Kepala asrama, ketua RT/RW, Ketua Lingkungan, Kepala Dusun yang mengetahui adanya penderita/tersangka diwajibkan untuk melaporkan kepada Puskesmas atau melalui lurah/kepala desa.
e. Lurah/Kepala Desa yang menerima laporan, segera meneruskannya kepada puskesmas. f. Puskesmas yang menerima laporan wajib melakukan penyelidikan epidemiologi dan
pengamatan penyakit.
3. PENGAMATAN PENYAKIT DAN PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI
a. pengamatan penyakit dilaksanakan oleh Puskesmas yang menemukan atau ` menerima laporan penderita tersangka untuk:
1) Memantau situasi penyakit demam berdarah dengue secara teratur sehingga kejadian luar biasa dapat diketahui sedini mungkin
2) Menentukan adanya desa rawan penyakit demam berdarah dengue.
b. Penyelidikan epidemiologi dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat, untuk mengetahui luasnya penyebaran penyakit dan langkah-langkah untuk membatasi penyebaran penyakit sebagai berikut:
1) Petugas Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi.
2) Keluarga penderita dan keluarga lain disekitarnya membantu kelancaran pelaksanaan penyelidikan.
3) Kader, Ketua RT/RW, Ketua lingkungan, Kepala Dusun, LKMD, membantu petugas kesehatan dengan menunjukkan rumah penderita/tersangka dan mendampingi petugas kesehatan dalam pelaksanaan penyelidikan epidemiologi. c. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan adanya kejadian luar biasa kepada Camat dan Dinas Kesehatan Dati II, disertai rencana penanggulangan seperlunya.
4. PENANGGULANGAN SEPERLUNYA
a. Penanggulangan seperlunya dilakukan oleh petugas kesehatan dibantu oleh masyarakat untuk membatasi penyebaran penyakit.
b. Jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan hasil penyelidikan epidemiologi sebagai berikut:
1) Bila:
atau
- ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas
dan ditemukan jentikdilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus interval 1 minggu) disertai penyuluhan di rumah penderita/tersangka dan sekitarnya dalam radius 200 meter dan sekolah yang bersangkutan bila penderita/tersangka adalah anak sekolah.
2) Bila terjadi Kejadian Luar Biasa atau wabah, dilakukan penyemprotan insektisida (2 siklus dengan interval 1 minggu) dan penyuluhan di seluruh wilayah yang terjangkit.
3) Bila tidak ditemukan keadaan seperti di atas, dilakukan penyuluhan di RW/Dusun yang bersangkutan.
c. Langkah Kegiatan
1) Pertemuan untuk musyawarah masyarakat desa dan RW/Lingkungan/Dusun
2) Penyediaan tenaga untuk pemeriksa jentik dan penyuluhan untuk dilatih 3) Pemantauan hasil pelaksanaan di tiap RW/lingkungan/Dusun.
BAB VIII
PEMBINAAN PELAKSANAAN
Untuk membina pelaksanaan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue, dibentuk Kelompok Kerja Operasional Pemberantasan Penyakit demam Berdarah Dengue (POKJANAL DBD) di setiap tingkatan administrasi pemerintahan.
POKJANAL DBD merupakan forum koordinasi pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue.
1. Susunan Oeganisasi Pokjanal DBD.
a. POKJANAL DBd tingkat Kecamatan, tingkat dati II dan tingkat Dati I, masing-masing dibentuk oleh Camat, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tk II, Gubernur Kepala daerah TK I, dan merupakan forum koordinasi dalam wadah Tim Pembina LKMD. Anggotanya terdiri dari unsur instansi dan lembaga terkait dalam pembinaan pelaksanaan pemberantasan penyakit demam berdarah dengue termasuk Tim Penggerak PKK Pusat, tingkat 1, tingkat II dan PKK Tingkat Kecamatan.
b. POKJANAL DBD Tingkat Pusat dibentuk oleh menteri Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Departemen Penerangan, Departemen Agama, Departemen Keuangan, Bappenas, Departemen Sosial, Tim Penggerak PKK Pusat dan instansi lain terkait.
2. Penggorganisasian POKJANAL DBD di setiap tingkatan administrasi pemerintahan sebagai berikut:
a. Ketua
b. Wakil Ketua Bidang Teknis c. Wakil Ketua bidang Bina program d. Sekretaris
3. Tugas dan Fungsi
POKJANAL DBD mempunyai tugas:
a. Menyiapkan data dan informasi tentang keadaan dan perkembangan Pokja DBD/POKJANAL DBD, cakupan program serta pencapaian hasil kegiatan. b. Menganalisa masalah dan kebutuhan pembinaan serta menetapkan alternatif p e m e c a h a n m a s a l a h y a n g d i h a d a p i P o k j a D B D / P O K J A N A L D B D . c. Menyusun rencana tindak lanjut terhadap pemecahan masalah.
d. M e l a k u k a n p e m a n t a u a n d a n b i m b i n g a n t e k n i s p e n g e l o l a a n p r o g r a m . e. Menginformasikan masalah yang dihadapi berdasarkan butir d. Tersebut diatas kepada instansi/lembaga yang bersangkutan dalam rangka pemecahan masalah. f. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatannya kepada Kepala wilayah/Daerah pada tingkat pemerintahan yang sama dan kepada POKJANAL DBD pada tingkat pemerintahan yang setingkat lebih tinggi sekurang-kurangnya setiap 3 bulan. 4. Tata hubungan kerja
a. Pokjanal DBD untuk dan atas nama Tim Pembina LKMD memberikan bimbingan dan petunjuk teknis kepada tim Pembina LKMD yang lebih rendah, sesuai dengan bidang dan tugasnya.
b. POKJANAL DBD menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD pada tingkat pemerintahan yang sama.
c. POKJANAL DBD dapat melakukan hubungan kerja dengan Dinas/Instansi dan
Lembaga Swadaya Masyarakat atau lembaga lain dengan sepengetahuan ketua Harian tim pembina LKMD, sesuai dengan bidang tugasnya.
d. POKJANAL DBD Tingkat Kecamatan dalam melaksanakan kegiatannya menggunakan sistem UDKP untuk memadukan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindak lanjut pembangunan masyarakat desa yang menyeluruh dan terpadu pada tingkat kecamatan.
e. Mekanisme kerja POKJANAL DBD dilaksanakan melalui pendekatan fungsional yaitu dengan memperhatikan tugas pokok, fungsi, kewenangan dan tanggung jawab masing-masing instansi dalam semangat kebersamaan dan keterpaduan. f. Hubungan kerja POKJANAL DBD dengan POKJANAL lain yang ada pada tingkat
pemerintahan yang sama, berdasarkan koordinasi dan konsultasi. 5. Langkah Kegiatan
a. Analisa situasi penyakit demam berdarah dengue termasuk keadaan nyamuk (jentik) penular demam berdarah dengue.
b. Stratifikasi desa rawan berdasarkan besarnya masalah penyakit demam berdarah dengue
c. Penentuan desa rawan yang diprioritaskan sebagai sasaran program.
d. Menyusun rencana kegiatan pemberantasan yang ditetapkan dan disetujui oleh Kepala Wilayah/Daerah.
e. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan tanggung jawab masing-masing tingkatan pemerintahan
f. Pemantauan dan evaluasi serta pelaporan g. Pembinaan dan tindak lanjut.
6. Dalam hal terjadi Kejadian Luar Biasa/Wabah penyakit DBD , kepalaWilayah/Daerah dapat membentuk Tim gerak cepat yang anggotanya terdiri dari anggota POKJANAL, unsur keamanan, dan unsur lain yang terkait.
BAB IX PEMBIAYAAN
Biaya yang diperlukan untuk pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dibebankan kepada masing-masing instansi/lembaga terkait, baik melalui APBN, APBD I, APBD II, swadaya maupun sumber-sumber lain yang sah.
BAB X PENGHARGAAN
Terhadap kelompok atau perorangan yang berhasil melakukan upaya pemberantasan penyakit demam berdarah dengue dapat diberikan penghargaan oleh Kepala wilayah/Daerah atas usulan POKJANAL DBD setempat.
Ditetapkan di: JAKARTA Pada tanggal : 27 Juli 1992 MENTERI KESEHATAN RI.
Lampiran 3
PEMBERITAHUAN TERSANGKA DBD/DD/DBD/SSD*)
(Dikirimkan dalam 24 jam Setelah Penegakkan Diagnosis)
UNIT PELAYANAN KESEHATAN : ...
KABUPATEN/KOTA*) : ... PROPINSI : ...
Kepada Yth,
Kadinkes Kabupaten/Kota*) ... di ...
Tembusan :
Kepada Yth. Ka. Puskesmas
(...)
Kepala/Direksi*...
...,...20...
*) Coret yang tidak perlu; **) Bubuhkan tanda check ( ) ; *Rumah Sakit atau tempat perawatan (fasilitas kesehatan) lainnya
Tersangka DBD DD (Demam Dengue)
DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue)
Diagnosis **): -Jumlah trombosit terendah
-Nilai hematokrit terendah -Nilai hematokrit tertinggi -IgM (+/-)
-IgG (+/-)
-IgM dan IgG (+/-)
Nama : ...
Umur : ...
Jenis Kelamin : ...
Nama orang tua/KK : ...
Alamat rumah : Jl. ...No. ...
RT...RW...
Desa/Kelurahan...Kecamatan : ... Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien (rawat
jalan/rawat inap *)):
Tanggal mulai sakit : ...20...
Tanggal penegakkan diagnosis : ...20...
Keadaan penderita saat ini : Hidup/Meninggal*)
Bila pasien rawat inap :
Tanggal mulai perawatan : ...20...
Lampiran 4 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *) : ... Laporan Bulan/Tahun : ... Jumlah PSN DBD Jumlah larvasidasi Jumlah Penyuluhan PSN DBD (1)
LAPORAN BULANAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PROGRAM PEMBERANTASAN
Formulir K-DBD (2) (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)
*) Coret yang tidak perlu PJB: Pemeriksaan Jentik Berkala * Jumlah penderita DBD dan SSD per 100.000 penduduk
Jumlah fogging focus
Jumlah PE CFR (%) Jumlah penderita DBD/SSD yang meninggal IR* Jumlah penderita SSD Jumlah penderita DBD
Jumlah penderita DD yang
meninggal Jumlah penderita DD Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ Desa/ Kelurahan*) Jumlah
Lampiran 4b (2) lanjutan (1) (15) (14) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23) (24) (25) (26)
* Misalnya yang diperiksa 300, positif 25, maka ditulis 300 (25) *) Coret yang tidak perlu G3M SMP : Gerakan 3 M sebelum masa penularan
Jumlah desa/ kelurahan sporadis
Jumlah Jumlah kecamatan sporadis Jumlah kabupaten/ kota/ sporadis
Jumlah desa/ kelurahan endemis
Jumlah desa/ kelurahan
Jumlah kecamatan endemis Jumlah kecamatan Jumlah kabupaten/ kota/ endemis Jumlah kabupaten/ kota/ Jumlah daerah KLB (desa/
kelurahan/ kecamatan/ kabupaten/ kota*)
Jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa jentik
Jumlah positif
Jentik)*
Jumlah G3 M SMP s.d. bulan ini
Jumlah PJB
Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *)
(...)
Lampiran 5
Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas*)
: ...
Bulan/Tahun
: ...
LAPORAN MINGGUAN PENDERITA DD/DBD/SSD
Formulir W2-DBD
*) Coret yang tidak perlu; P=Penderita; M:Meninggal; *Mengikuti kalender survailans DD : Demam Dengue DBD : Demam Berdarah Dengue SSD : Sindrom Syok Dengue
DBD Kabupaten/ Kota/ Kecamatan/ Desa/ Kelurahan*) Jumlah P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M P M SSD DD 1 DBD SSD DD 2 DBD SSD DD 3 DBD SSD DD 4 DBD SSD DD ... DBD SSD DD Total Minggu*
Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas*)
(...)
Lampiran 6 ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑ Pada tgl/bln/th : .../20... di Desa/Kelurahan : ... Kecamatan : ... kabupaten/Kota : ... Propinsi : ...
Keterangan *) Coret yang tidak perlu Catatan 1.
Satu kelas formulir ini hanya untuk melaporkan satu jenis tersangka penyakit keracunan
2.
Bila tersangka KI.B tsb terjadi pada beberapa tempat (Kelurahan/Desa/Kecamatan/ Kabupaten) tuliskan semuannya pada tempat yang tersedia.
3.
Penderita dan kematian tuliskan jumlah keseluruhannya
4.
Selain melalui Pos. isi laporan Wl ini dapat disampaikan dengan menggunakan saran: komunikasi cepat yang lain
...20...
Kepala...
(...)
Sakit perut perubahan bentuk tinja bentuk tinja Lesu Pasilo mata Muka papus Noda kekakuan umum di seluruh tubuh Sukar jalan Mulut sukar dibuak mengisap Cyanosisi
Selaput mata kuning Air seni berwama spt air teh kental Sember Permukaan lidah kotor pingirannya merah Kaku kuduk Kejang-kejang Reflex patologis porsis kulit melepur Ulous
Sesak napas disertai bunyi Batuk beruntun Kelumpuhan Sulit menelan Makan Sulit bernapas Berkunang Muka pucat Nyeri otot Limpa membesar perasaan dingin dan ingusan
Bercak-bercak merah pada kulit leher kesadaran menurun Shock Batuk pilek Conjuctive photoshop Sakit wabah malaria Leher membengkak
Sakit kepala Lemah/lesu Mual Mimsar Perdarahan mulut Muntah darah Berak darah Bercak-bercak merah di kulit menggigil Nyeri ulu hati Hati membesar Freg Bab > 3 x IV
Berak-berak Muntah-muntah Diare mengencer Seperti air Cenidras Demam tinggi men dada dingin panas tenaga kurang Batuk darah men dadak Dengan mendadak kulit kuning
Tersangka penyakit
Kolera Pies Diarae Dipriten Anhrax
dengan gejala
Penyakit lainnya Tersangka keracunan
Polio Meningtus Encehatis Malaria
Demam berdarah Dengue Typhus perut Rabies Campak
Demam Kuning demam bolak-balik Hepateis Pertusis Tyhus bercak wabah
Tindakan yang telah diambil !
... ... ...
LAPORAN
KEJADIAN LUAR BIASA
(dilaporkan dalam 24 jam)
Telah terjadi sejumlah ... Penderita dan sejumlah...Kematian
WI
Form KD/RS-DBD
PEMBERITAHUAN PENDERITA INFEKSI DENGUE (Dikirimkan dalam 24 jam setelah diagnosis awal ditegakkan)
RS/PUSKESMAS*) : ...
KAB/KOTA*) : ...PROVINSI :. ...
Kepada Yth
Dinas Kesehatan Kab/Kota ... di ...
Bersama ini kami beritahukan bahwa kami telah memeriksa/merawat seorang pasien.
No. Rekam Medik : ...
Nama : ...
Umur : ...tahun
Jenis Kelamin : L/P*)
Nama orang tua/KK : ...
Alamat rumah : Jl...No.telp/HP:...
RT...RW/RK...
Kelurahan/Desa :...Kecamatan :...
Tanggal mulai sakit : ...20...
Tanggal mulai dirawat/diagnosis dibuat : ...20...
KEADAAN PENDERITA SAAT INI: HIDUP/MENINGGAL*) DIAGNOSIS AWAL**):
Suspek Infeksi Dengue DD (Demam Dengue)
DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue)
DIAGNOSIS AKHIR **): Tanggal:...
Suspek Infeksi Dengue DD (Demam Dengue)
DBD (Demam Berdarah Dengue) SSD (Sindrom Syok Dengue) Lainnya: ...
KEADAAN PENDERITA SAAT PULANG: HIDUP/MENINGGAL*)
Tembusan :
Kepada Yth : Kepala Puskesmas ________________________ *) : Lingkari yang dipilih
**) : Bubuhkan tanda check ( ? ) pada box **) : Bubuhkan tanda Check (v) pada box.
...Thn... DIREKTUR/KEPALA ...
( )
Lembar 1: Untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota
Lembar 2: Untuk Keluarga Penderita agar disampaikan ke Puskesmas di daerah tempat tinggalnya
HASIL PEMERIKSAAN LAB
- Jumlah Trombosit terendah - Nilai Hematokrit terendah
HASIL PEMERIKSAAN LAB
- Jumlah Trombosit terendah - Nilai Hematokrit terendah
Lampiran 8 Propinsi/Kabupaten/Kota/Puskesmas *) : ... Laporan Bulan/Tahun : ... Umur (tahun)
No. Kode penderita
No. Jenis kelamin (L/P) Kabupaten/ Kota Kecama- Tan Desa/ Kelurahan Alamat Tanggal
mulai sakit/ demam Tanggal mulai perawatan Tanggal penegak- kan diagnosis Diagnosis (DD/ DBD/ SSD *) Tanggal pelaporan dari tempat perawatan Tanggal keluar /selesai perawatan
(1)
DATA DASAR PERORANGAN PENDERITA DD/DBD/SSD DAN PENANGGULANGAN
Formulir DP-DBD 2 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lampiran 8b
Nama unit pelapor
(RS/tempat perawatan ) Tanggal penyulu- han Tanggal fogging focus siklus 2
15 16 17 18 19 20 22 24 25 26 27 28
K : kasus (=sembuh); M : meninggal
21
23
Kadinkes Propinsi/Kabupaten/Kota/Ka. Puskesmas *)
(...)
...20...
Keadaan pulang (K/M:) Jumlah trombosit terendah
Nilai
hematokrit terendah
Nilai
hematokrit tertinggi IgM dan IgG (+/-)
IgG (+/-)
IgM (+/-)
Serologis
Hasil pemeriksaan laboratorium
Tanggal fogging focus siklus 1
Tanggal larvasidasi
Penanggulangan fokus
Tanggal PSN DBD
Lampiran 9
TTU**) Lain (Form: P-DBD)
DATA TRIWULAN P2 DEMAM BERDARAH DENGUE
Puskesmas : ... Kab/Kota : ... Propinsi : ... Triwulan : ... ..., tgl. ... ... (...) NIP. JUMLAH JUMLAH Insektisida
Larvasida Mesin Fog
RDT DBD Mesin ULV besar
Filter Paper Mesin ULV
Dengue Blot Kit portable
Leaflet Slide DBD Radio Spot Film DBD Baik Rusak Keadaan
Stok Bahan Jumlah Alat Jumlah
JUMLAH
*) Coret yang tidak perlu
**) Sebutkan jenis tempat umumnya
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) No Kab/Kota Kecamatan/Puskesmas / Kelurahan/Desa Fogging Massal Larvasidasi Selektif PJB
Angka Bebas Jentik Kel/ Desa Rumah Kel/ Desa Rumah Kel/ Desa
RumahRumah Sekolah RS/
KARTU JENTIK RUMAH/BANGUNAN* Nama KK/Pengelola Bangunan/Instansi: ... Alamat: ... Desa/Kelurahan: ... Kecamatan: ... Kabupaten/Kota: ...
(...) Petugas pemeriksa jentik
*Gantungkan pada meteran listrik rumah/bangunan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Bulan
Hasil pemeriksan jentik nyamuk penular DBD (+)/(-) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Minggu 1 2 3 4 Lampiran 10
FORMULIR JPJ-1 HASIL PEMERIKSAAN JENTIK
RT/RW : ...
DESA/KELURAHAN : ... KECAMATAN: ... KABUPATEN/KOTA: ...
(...) Petugas pemeriksa jentik
No Nama KK/ Jenis/Nama TTU Alamat (RT/RW) Keterangan Jentik (+) (-) Lampiran 11
* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%.
FORMULIR PJB-1 REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK
KECAMATAN/WILAYAH KERJA PUSKESMAS : ... KABUPATEN/KOTA: ... No Tanggal pemeriksaan jentik Desa/Kelurahan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik
ABJ* desa/ kel. (%)
Kepala Puskesmas,
* ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%
No Tanggal pemeriksaan jentik Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik FORMULIR PJB-2
REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KECAMATAN & KELURAHAN KABUPATEN/KOTA ... Kecamatan & Kelurahan yang diperiksa HI, CI, BI, ABJ* desa/ kel. (%)
Kepala Subdin PP&PL,
(...) Lampiran 13
FORMULIR PJB 3
REKAPITULASI HASIL PEMERIKSAAN JENTIK PER KABUPATEN PROPINSI : ...
Kepala Subdin PP&PL,
(...) * ABJ (Angka Bebas Jentik): Jumlah rumah/bangunan yang tidak ditemukan (bebas) jentik
dibagi jumlah rumah/ bangunan yang diperiksa, dikalikan 100%. * HI *CI *BI No Tanggal pemeriksaan jentik Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa Jumlah rumah/bangunan yang positif jentik
HI, CI, BI, ABJ* desa/ kel. (%) Kabupaten & Kecamatan yang diperiksa Lampiran 14
PANDUAN PENUGASAN
SURVEILAN DAN PENGENDALIAN VEKTOR DBD
Penugasan :
A. Surveilan Vektor DBD
1. Sebagai tenaga program DBD di Propinsi, Kab/Kota dan Puskesmas, anda diminta mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan survei vektor
2. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 3. Fasilitator membagikan alat dan bahan penugasan kepada masing-masing kelompok. 4. Tiap kelompok menyusun rencana kegiatan surveilan DBD (sampel ditentukan secara
acak/sistematic random sampling).
5. Kemudian tiap kelompok mempresentasikan hasil kegiatan tersebut.
B. Praktik Laboratorium/Kelas
1. Fasilitator membagi peserta menjadi 6 kelompok, tiap-tiap kelompok terdiri dari 5 orang. 2. Fasilitator membagikan alat dan bahan untuk identifikasi jentik dan nyamuk dewasa
kepada masing-masing kelompok.
3. Fasilitator mencontohkan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound. 4. Peserta melakukan identifikasi jentik/larva menggunakan mikroskop compound seperti
yang dicontohkan oleh fasilitator.
5. Fasilitator mencontohkan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop stereo.
6. Peserta melakukan identifikasi nyamuk Aedes sp. dewasa menggunakan mikroskop stereo seperti yang dicontohkan oleh fasilitator.
7. Peserta mengidentifikasi jentik dan nyamuk secara mikroskopis! (spesimen dan mikroskop disediakan oleh fasilitator)