• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Proses Pengolahan Limbah Cair a. Sumber Limbah Cair

Rumah sakit merupakan suatu tempat yang menyediakan pelayanan kepada pasien, tempat pelayanan kesehatan dimana disana terdapat suatu proses dan kegiatanya dapat berpengaruh kepada lingkungan soaial dan budaya serta dalam upaya penyelenggaraan tersebut dapat menggunakan teknologi yang dapat berpotensi besar untuk mempengaruhi lingkungan. Pengaruh terhadap lingkungan tersebut ditandai dengan dihasilkannya limbah pada rumah sakit tersebut diantaranya limbah padat dan limbah cair yang keberadaannya perlu dikelola secara tepat agar tidak mengganggu kelangsungan lingkungan rumah sakit. Adapun sumber limbah rumah sakit adalah sebagai berikut :

(2)

commit to user Tabel 2. Sumber limbah Cair

Kelompok Contoh

Kelompok Bidang Perawatan Ruang rawat jalan, ruang rawat inap,ruang operasi dan ruang IPI, ruang kamar bersalin, ruang bedah, ruang IGD

Kelompok Bidang Penunjang Ruang farmasi, ruang sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang instalasi sarana dan prasarana rumah sakit, dan ruang IKF ( instalasi kedokteran forensik) Kelompok Umum Ruang kantor, fasilitas sosial,

dan pencucian kendaraan. Sumber : RSUD Dr.Moewardi 2010

b. Pengumpulan Sumber Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan di Rumah Sakit Dr. Moewardi khusus untuk yang berasal dari instalasi gizi dikumpulkan dulu dalam bak penangkap lemak untuk memisahkan lemak yang terkandung didalamnya sebelum dialirkan ke dalam bak pengumpul. Sedangkan untuk limbah yang berasal dari instalasi

laundry langsung dialirkan ke dalam bak pengumpul 2 yang

merupakan bak utama pengumpul keseluruhan jenis limbah yang berasal dari keseluruhan area rumah sakit.

Sedangkan untuk limbah yang berasal dari area rumah sakit seperti ruang rawat inap (ruang aster, ruang cendana, ruang mawar, ruang melati, ruang anggrek dan ruang ponek), ruang rawat jalan, ruang perkantoran , ruang laboratorium, ruang IGD, ruang IBS, ruang IPI, ruang radiologi , ruang radioterapi, ruang CSSD, ruang gudang umum, ruang farmasi dan ruang instalasi kedokteran

(3)

commit to user

forensik, keseluruhan dari limbah yang dihasilkan dari ruangan tersebut masuk ke dalam bak pengumpul 1 kemudian dialirkan ke dalam bak pengumpul 2. Setelah masuk ke dalam bak pengumpul 2, limbah cair masuk ke dalam bak penyaringan atau bak filter, di bak inilah terjadi proses filtrasi melalui proses sedimentasi dan floaktasi, dimana terjadi pemisahan dalam bak ini, limbah yang mengandung bahan padat bawaan akan mengendap dan masuk ke dalam bak sedimentasi sedangkan bahan yang lainnya masuk ke dalam bak floaktasi.

Pada proses filterisasi ini pemisahan zat-zat kandungan limbah baik secara fisik, kimia maupun biologis terjadi. Pada proses yang melibatkan bak utama yaitu bak nomor 4 proses penyaringan meliputi pemisahan limbah cair secara fisik dan setelah melalui bak nomor 5 dan 6 proses penyaringan berlanjut untuk kandungan limbah cair yang mengandung bahan-bahan kimia dan beracun atau yang memiliki bau tidak sedap. Hal tersebut dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

(4)

commit to user Gambar alur pengumpulan limbah :

Gambar 2. Alur pengumpulan limbah RSUD Dr. Moewardi Sumber : RSUD Dr.Moewardi,2012

Ruang Rawat Inap ( Aster, Cendana, mawar, Melati, Anggrek, Ponek)

Ruang rawat jalan Ruang Perkantoran Ruag laboratorium

Ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat)

Ruang IBS (instalasi Bedah sentral)

Ruang IPI (Instalasi Penanggulangan Infeksi) Ruang Radiologi Ruang Radioterapi Ruang CSSD (Central Sterile Supply Department)

Ruang Gudang Umum Ruang farmasi

Ruang IKF (Instalasi Kedokteran Forensik)

Ruang Laundry Ruang Instalasi gizi

Bak Pengumpul 1

Bak Pengumpul 2 Bak

Penangkap Lemak

Bak Penyaring

Bak floaktasi, sedimentasi dan equalisasi

(5)

commit to user

Pada proses pengolahan limbah ini merupakan proses primary

treatment system dimana terjadi perlakuan pemisahan limbah cair

berdasarkan sifat-sifat fisis dan kimiawi serta biologis.

Proses normalisasi limbah cair berada pada proses equalisasi atau juga disebut sebagai secondary treatment system merupakan inti pokok dari normalisasi limbah cair secara umum.

c. Sifat dan karakteristik Limbah cair

Sifat dan karakteristik limbah cair pada umumnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologis.

1) Sifat Fisik

Penentuan derajat kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh adanya sifat fisik yang mudah dilihat. Adapun sifat fisik yang penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika, kejernihan, bau, warna dan temperatur. Air limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap tempat, akan tetapi secara garis besar zat yang terdapat dalam air limbah dapat dikelompokkan seperti pada skema berikut :

(6)

commit to user

Gambar 3. Kandungan dalam air limbah Sumber : RSUD Dr.Moewardi, 2012

Berdasarkan skema tersebut diatas terlihat bahwa air buangan limbah terdiri dari 99,9 % air dan sisanya yaitu 0,1 % adalah bahan padat organik dan anorganik yang tersuspensi dalam air limbah.

Ciri - ciri fisik limbah cair rumah sakit yang paling utama adalah kandungan bahan padat, warna, bau, dan suhu serta kekeruhan.

a) Kandungan bahan padat yang terendapkan adalah bahan padat yang dapat diambil dengan cara pengendapan, yaitu penempatan bahan padat dari limbah dalam gelas konis (imhaff cone) volume 1 liter. Volume bahan padat (cm3/liter) yang mengendap selama waktu pengendapan.

Air Limbah

Air ( 99,9 %) Bahan Padat ( 0,1 %)

Organik Protein 65 % Karbohidrat 25 % Lemak 10 % Anorganik Butiran Garam Metal

(7)

commit to user

b) Warna limbah cair adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah.

Tabel 3.Warna Limbah cair kaitannya dengan Kegiatan Warna Limbah Cair Proses yang Terjadi Coklat Muda Umur kurang dari 6 jam

Abu-Abu/setengan tua Proses pembusukan telah ada dalam bak pengumpul untuk beberapa lama

Abu-abu tua/hitam Mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi anaerob

Hitam Pembentukan berbagai sulfida terutama Ferrous sulfida

Merah Muda/Merah Tua Bercampur dengan fraksi darah, cairan haemorogis . Buangan dari ruang haemodialisa dan ruang operasi.

Sumber : RSUD Dr. Moewardi,2012

c) Aspek bau sering menimbulkan masalah karena adanya penguraian secara biologis pada kondisi anaerob. Senyawa yang berbau antara lain Hidrogen Sulfida (H2S), Merkaptan/Metan (CH4), Amoniak (NH4), buangan dari ruangan Hemodialisa potensial mengandung senyawa Ureum, creatinin, yang merupakan bagiab dari Amoniak. d) Suhu air limbah sangat penting karena kebanyakan instalasi

pengolahan air limbah meliputi proses biologis yang tergantung pada suhu. Suhu air limbah sangat bervariasi tergantung dari sumbernya, kadang - kadang musim juga berpengaruh.

2) Sifat Kimia

Sifat Kimia dalam air limbah dapat diketahui dengan adanya zat kimia dalam air buangan. Termasuk ciri-ciri kimia adalah: BOD, COD, Alkalinitas, derajat keasaman/kebasaan,

(8)

commit to user

nitrit,nitrat, amoniak, fosfor, khlorida, sulfat, logam berat dan berbagai gas. Pengukuran dilakukan tapi datanya bersifat rahasia rumah sakit.

Adanya nitrogen dan fosfor sangat penting untuk memicu terjadinya pertumbuhan gulma air (proses eutrofikasi)

Sedangkan parameter Cl, SO4, pH diperlukan untuk mengkaji apakah air limbah yang sudah terolah dapat digunakan kembali atau tidak (water reuse).

3) Sifat bakteriologis

Mengingat rumah sakit merupakan tempat hunian untuk orang yang sedang sakit dengan bermacam-macam penyakit, limbah cair nya sangat berpotensial mengandung mikrobiologis pathogen. Dilakukan pengukuran tapi data bersifat rahasia rumah sakit.

Sifat bakteriologis air buangan perlu diketahui untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum dibuang ke badan air.

d. Dampak negatif limbah cair terhadap lingkungan

Pembuangan limbah cair rumah sakit yang begitu saja ke lingkungan tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu, akan menimbulkan dampak negatif , yaitu antara lain berupa :

(9)

commit to user

1) Gangguan terhadap Kesehatan Masyarakat

Adanya mikroba patogen maupun bahan kimia atau beracun dalam air limbah cair di rumah sakit yang masuk ke dalam air tanah, air badan air, dan air permukaan kemungkinan besar dapat menyebabkan penyakit terhadap manusia yang menggunakan air tersebut. Adapun organisme yang terdapat dalam air limbah adalah sebagai berikut:

Tabel 4. organisme dalam air limbah

Organisme Penyakit Keterangan

Virus Poliomyelitis Biasanya terdapat dalam effluent

pengolahan secara purifikasi biologi

Vibrio cholera Cholera asiatika

Salmonella thyphii Thypus

abdominalis Salmonella parathypus Paratyphus Salmonella sp Keracunan makanan

Shigella sp Dysentrie baciller

Bacillus anthracis Penyakit antraks Terdapat dalam

air limbah sporanya tahan terhadap

pengolahan

Brucella sp Penyakit demano

malta pada manusia , menjangkitkan Biasanya ditularkan oleh susu yang terkontaminasi Bersambung

(10)

commit to user

keguguran pada kambing

Mycobacterium tubercullosis

Penyakit TBC dapat diisolasi dari air kotor dan air hujan yang tercemar kuman. Air limbah merupakan

kemungkinan cara penyebaran

Leptospira Penyakit Weill Dibawa oleh tikus

tikus selokan

Icetoro Haemorragiae

Entamoeba histolica Amoeba dysentri Disebarkan oleh

air dan lumpur, biasanya terjadi pada musim panas

Schistosoma sp Schistosomiasis Mungkin

diuraikan pada pengolahan air yang efisien

Tanea sp Cacing pita Telurnya sangat

tahan terhadap lumpur air dan effluent.

Ascaris sp Cacingan Berbahaya bagi

manusia dari air buangan dan lumpur

Sumber : HA HAWKES, in microbial aspect of pollution , academic press, London , 1977.

(11)

commit to user

2) Gangguan terhadap Kehidupan Biotik

Gangguan ini dapat bersifat toksis terhadap aquatic badan air, air permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan kepunahan dan atau penurunan keanekaragaman jenis. Adanya polutan yang berlebihan terhadap fisik air permukaan atau air badan air dapat mengganggu proses self purification karena kadar DO berkurang. Terhadap air tanah, mikroba patogen dapat menginfiltrasi ke tanah sampai jarak 10 - 15 meter searah dengan airan air tanah. Sedang adanya bahan kimia beracun dan berbahaya dapat menginfiltrasi ke tanah mencapai jarak 95 meter.

3) Gangguan terhadap Estetika

Aspek bau dan warna sering menimbulkan masalah. Hal ini tergantung dari sumber limbah:

a) Limbah cair dari laundry berbau detergent dan berbau amis karena adanya fraksi darah dan warnanya keruh. Kadang-kadang coklat kemerahan. Suhu lebih tinggi bila pencucian menggunakan tenaga steam boiler.

b) Limbah cair dari ruangan haemodialisa dari ruangan operasi berwarna kuning kemerahan atau berwarna coklat. c) Limbah cair dari dapur berwarna keruh keputihan,

(12)

commit to user

e. Alur Pengaliran Limbah cair pada Bak Pengolahan

Berikut adalah urutan daripada proses pengolahan limbah cair yang berada di Rumah Sakit Umum daerah Dr. Moewardi yaitu adalah :

1) Bak Penangkap Lemak

Bak penangkap lemak adalah suatu bak yang digunakan untuk memisahkan kandungan lemak dari limbah cair sebelum limbah dikumpulkan pada pengumpul, limbah dalam instalasi gizi rumah sakit banyak terdapat kandungan lemak sehingga perlu diolah pada bak penangkap lemak ini. Limbah cair dari rumah sakit kemungkinan mengandung banyak lemak yang dapat masuk kedalam tangki-tangki pembusukan bersama-sama dengan efluent sehingga dapat menyumbat pori-pori media penyaringan pada bidang peresapan. Proses dari kerja Bak Penangkap lemak disini dapat memasukkan limbah cair yang panas daripada cairan yang sudah ada pada bak dan kemudian didinginkan olehnya. Hasilnya, kandungan lemak akan menjadi beku sehingga secara otomatis dapat naik ke permukaan, sehingga pengambilan dapat dilakukan ssecara berkala. Penangkap lemak harus dibuat sedemikian rupa untuk mempermudah proses pembersihan maupun kebutuhan pemeriksaan. Karena pada kegiatan rumah sakit banyak

(13)

commit to user

menghasilkan limbah cair yang berasal dari instalasi gizi sehingga bak penangkap lemak sangat diperlukan. Bak penangkap lemak berfungsi untuk menangkap lemak atau minyak yang tercampur dengan air limbah dari instalasi gizi. Kriteria bangunan :

a) Rangkaian bak 3 buah b) Inlet dari bawah

c) Bak terbuat dari bahan tahan korosif, tahan panas, dan kedap air

d) Ukuran bak 3 X 1,5 X 1,5 ( meter) 2) Bak Penampung Air Limbah ( Pengumpul 1)

Bak Penampung air limbah atau bak pengumpul 1 adalah adalah bangunan konstruksi dari beton bertulang kedap air dengan desain persegi panjang, yang berfungsi untuk menampung dan homogenisasi lumpur tinja yang berasal dari semua bagian instalasi rumah sakit. Bak yang dimaksudkan untuk menampung seluruh limbah cair yang masuk ke IPAL rumah sakit Dr.Moewardi,agar proses pengolahan limbah cair berjalan dengan baik maka melewati proses screening, yang memisahkan limbah cair dari sampah-sampah kasar yang dapat menghambat kerja unit-unit IPAL selanjutnya. Dimensi dari bak pengumpul IPAL rumah sakit.

(14)

commit to user

Fungsi: Untuk menampung sementara air limbah yang masuk dari seluruh sumber air limbah di rumah sakit kecuali dari Instalasi Gizi dan Instalasi Laundry.

Kriteria bangunan : a) Volume bak 36 m3

b) Bak terbuat dari bahan tahan korosif, tahan panas, dan kedap air.

c) Ukuran bak 4 X 3 X 3 (meter)

d) Dilengkapi 2 buah lubang kontrol dengan tutup 3) Bak Penampung Air Limbah (Pengumpul) 2

Bak penampung Air Limbah atau yang disebut bak pengumpul 2 adalah Bak penampung sementara air limbah ini berfungsi untuk menampung air limbah sebelum diproses, bak ini juga berfungsi untuk mengendalikan laju alir air limbah agar konstan, homogenitas air limbah dan menghindari air limbah menjadi septik atau berbau. Desain fasilitas bak penampung sementara air limbah perlu memperhatikan jenis air limbah, bentuk bak (segi empat atau bundar, pada umumnya berbentuk segi empat), penempatan bak (diatas tanah atau dibawah tanah) dan luas lahan yang tersedia. Pada design bak penampung air limbah ditetapkan waktu tinggal selama 1 hari. Bak yang dimaksudkan untuk menampung seluruh limbah cair

(15)

commit to user

yang masuk ke IPAL rumah sakit, agar proses pengolahan limbah cair berjalan dengan baik maka melewati proses

screening, yang memisahkan limbah cair dari sampah-sampah

kasar yang dapat menghambat kerja unit-unit IPAL selanjutnya. Dimensi dari bak pengumpul IPAL rumah sakit. Fungsi : untuk menampung sementara air limbah yang masuk dari seluruh sumber air limbah di rumah sakit kecuali dari Instalasi Gizi dan Instalasi laundry.

Kriteria bangunan :

a) Bak terbuat dari bahan tahan korosif, tahan panas, dan kedap air

b) Ukuran bak : 4 X 4 X 3,5 (meter)

c) Bak dibuat berkelok dan miring ke salah satu sisi 9 hal ini dilakukan untuk memperlambat aliran sehingga terjadi sedimentasi dan floatasi)

d) Dilengkapi dua buah lubang kontrol dengan kondisi tertutup.

4) Bak Penyaring

Bak Penyaring adalah suatu Bak/tangki yang berfungsi untuk proses filtrasi (penyaringan), di dalam tangki filtrasi terisi media-media padat yang berfungsi untuk menahan flok. Air yang keluar dari proses filtrasi sudah tidak mengandung

(16)

commit to user

flok (airnya sudah jernih). Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa Fungsi : untuk Menyaring benda atau sampah yang ikut terbawa dalam aliran air limbah agar benda tersebut tidak mengganggu proses pengolahan.

Kriteria bangunan :

a) Ukuran Bak 1 X 1 X 1 (meter)

b) Volume terisi air 88 X 88 X 80 cm = 619520 cm 3 = 62 Liter

c) Bak kedap air tahan korosif dan tahan panas d) Ukuran saringan 90 X 90 cm

e) Tebal kisi 15 cm f) Jarak antara sisi 18 cm g) Bahan Besi

(17)

commit to user 5) Bak Floatasi 1

Bak Floatasi adalah suatu bak yang digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation)

Fungsi : pengapungan bahan-bahan padatan yang terapung (scum)

Kriteria bangunan

a) Bak kedap air, tahan korosif dan tahan panas b) Ukuran bak 1,25 X 5 X 3,75 (meter)

c) Volume terisi air 1,25 X 5 X 3,1 = 19,375 m3 d) Dilengkapi lubang kontrol dengan tutup 6) Bak sedimentasi 1

Bak Sedimentasi adalah suatu wadah yang digunakan untuk mengendapkan bahan yang tersuspensi yang tidak mudah larut yang dilakukan dengan cara membubuhkan elektrolit yang memiliki muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya sehingga terjadi netralisasi muatan koloid tersebut sehingga pada akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan

(18)

commit to user

senyawa fosfor dilakukan dengan cara membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil apabila pH air > 10,5 dan untuk endapan hidroksiapatit pada pH > 9,5.

Fungsi : Mengendapkan padatan atau flok-flok yang terjadi dalam air limbah karena proses gravitasi

Kriteria bangunan :

a) Bak kedap air, tahan korosif dan tahan panas. b) Ukuran bak 1,25 X 5 X 3,75 (meter)

c) Volume terisi air 1,25 X 5 X 3,1 = 19,375 m3 d) Dilengkapi lubang kontrol dengan tutup 7) Bak Equalisasi

Bak Equalisasi adalah suatu bak yang digunakan untuk mencampur daripada kualitas limbah agar menjadi kandungan yang homogen.

Fungsi : untuk melunakkan atau mencapur aduk air limbah dengan maksud untuk menyeragamkan kualitas limbah.

Kriteria bangunan

a) Bak tahan korosif, kedap air, tahan panas b) Ukuran bak 6 X 5 X 4 (meter)

(19)

commit to user

d) Debit yang keluar untuk proses aerasi dipompa (bisa diatur) disesuaikan dengan kapasitas pengolahan biodetox dengan kran.

8) Bak Biodetoxed FBK 10 dan Bak Biodetox FBK 20

FBK adalah Fixed Bed Kaskade,yaitu suatu bak atau wadah atau reaktor yang berisi kumpulan menara plastik yang membentuk alas tetap atau rumpon, sebagai tempat hidup atau menempelnya mikroorganisme aerob.

Fungsi : Untuk Menguraikan bahan polutan dalam air limbah secara aerob. Oksigen disuplai dalam bentuk udara terkompresi dengan kompresor untuk keperluan mikroorganisme .

Kriteria bangunan :

Tabel 5. Kriteria Bangunan FBK 10 dan 20

Kriteria FBK 10 FBK 20 Volume ( m3) 11,5 22,5 Panjang ( m ) 3,9 3,9 Lebar ( m ) 1, 45 2,65 Tinggi ( m ) 2,8 2,8 Bobot Mati ( T ) 1,3 3,0 Kapasitas Pengolahan optimal ( m3 / 24 jam ) 108 216

Sumber : RSUD Dr. Moewardi,2012 9) Bak Desinfeksi (kaporit)

Bak desinfeksi atau bak kaporit adalah wadah yang digunakan untuk melarutkan kaporit atau desinfektan pada pengolahan limbah cair.

(20)

commit to user

Fungsi : sebagai tempat untuk melarutkan zat desinfektan (kaporit).

Kriteria bangunan :

a) Bak tahan panas , kedap air, dan tahan korosif b) Ukuran bak 0,7 X 1,15 X 0,9 (m)

c) Volume terisi air 0,423 m3 d) Dilengkapi penguras 10) Bak Floaktasi 2

Bak Floaktasi adalah suatu bak yang digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan selanjutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).

Fungsi : pengapungan bahan – bahan padatan yang terapung (scum).

Kriteria bangunan :

a) Bak kedap air, tahan korosif dan tahan panas. b) Ukuran bak 2 X 3 X 2,5 (meter)

c) Volume terisi air 2 X 3 X 2 = 12 m3 d) Dilengkapi lubang kontrol dengan tutup.

(21)

commit to user 11) Bak sedimentasi 2

Bak Sedimentasi adalah suatu wadah yang digunakan untuk mengendapkan bahan yang tersuspensi yang tidak mudah larut yang dilakukan dengan cara membubuhkan elektrolit yang memiliki muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya sehingga terjadi netralisasi muatan koloid tersebut sehingga pada akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan cara membubuhkan larutan alkali(air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil apabila pH air > 10,5 dan untuk endapan hidroksiapatit pada pH > 9,5.

Fungsi : Mengendapkan padatan atau flok flok yang terjadi dalam air limbah karena proses gravitasi.

Kriteria bangunan :

a) Bak kedap air, tahan korosif dan tahan panas. b) Ukuran bak 2 X 3 X 2,5 (m)

c) Volume terisi air 2 X 3 X 2 = 2 m3

(22)

commit to user 12) Bak Kontak desinfeksi

Fungsi : Mencampur atau memberikan kesempatan untuk kontak antara air limbah dan bahan desinfektan agar tercapai waktu yang efektif untuk mengurangi mikrobiologi patogen. Kriteria bangunan :

a) Bak tahan panas, kedap air dan tahan korosif b) Ukuran bak 4 X 5,8 X 0,8 (m)

c) Bak dibuat berkelok dan diharapkan waktu kontak minimal 30 menit (kedalaman 80 cm, panjang selokan 18,75 m, lebar 75 cm)

d) Dilengkapi bak debit 13) Bak Uji Hayati

Bak uji hayati adalah bak atau wadah yang berisi ikan dan tanaman air yang digunakan untuk mengurangi kadar polutan yang terdapat pada air limbah. Fungsi Merupakan kolam uji biologi dan dapat dipelihara ikan dan tanaman air yang dapat berfungsi mereduksi beberapa polutan misalnya COD , dan logam berat.

Kriteria bangunan

a) Bahan tahan panas, kedap air, dan tahan korosif b) Ukuran bak 1,90 X 1,45 X 0,9 (meter)

(23)

commit to user 14) Bak pengering lumpur

Bak Pengering Lumpur adalah bak atau wadah yang digunakan untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari bak sedimentasi dan bak biodetok. Fungsi : untuk mengeringkan lumpur yang berasal dari bak sedimentasi dan bak biodetox. Kriteria bangunan :

a) Bak tahan panas, kedap air, dan tahan korosif b) Ukuran bak 218 X 218 X 150 (cm)

2. Pemeriksaan Limbah olahan

Limbah olahan di RSUD Dr.Moewardi surakarta sudah dilakukan pemeriksaan, namun hasil pemeriksaan limbah olahan tidak dapat ditulis karena data-datanya sangat rahasia, sehingga penulis hanya mendapatkan keterangan bahwa pemeriksaan limbah olahan telah memenuhi baku mutu sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/ Men/ LK/ RI/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.

(24)

commit to user B. Pembahasan

1. Proses Pengolahan Limbah Cair a. Sumber Limbah cair

Limbah cair rumah sakit bersumber dari tempat-tempat yang berada di rumah sakit yaitu dapat dikelompokkan dalam kelompok-kelompok sebagai berikut :

1) Kelompok bidang perawatan

Limbah yang dihasilkan berasal dari ruang-ruang sebagai berikut yaitu: ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang operasi dan IPI, ruang kamar bersalin, ruang bedah, ruang IGD (instalasi Gawat darurat). Adapun jenis limbah yang dihasilkan dari ruangan tersebut yaitu : darah, cairan infus dan sebagainya.

2) Kelompok Bidang Penunjang

Limbah yang dihasilkan berasal dari ruang-ruang sebagai berikut yaitu: Ruang farmasi, ruang sterilisasi, ruang instalasi gizi, ruang instalasi sarana dan prasarana rumah sakit dan ruang IKF (Instalasi Kedokteran Forensik). Adapun jenis limbah yang dihasilkan yaitu: darah dari instalasi IKF, lemak, sisa makanan yang berasal dari instalasi gizi, cairan obat-obatan dari instalai farmasi, cairan raksa dari instalasi sarana dan prasarana rumah sakit dan sebagainya.

(25)

commit to user 3) Kelompok Umum

Limbah yang dihasilkan berasal dari ruang kantor, fasilitas sosial, dan pencucian kendaraan.Adapun limbah yang dihasilkan yaitu: sisa detergen dari pencucian kendaraan.

b. Pengumpulan Sumber Limbah Cair

Untuk limbah cair yang berasal dari instalasi gizi ditampung pada bak khusus yang disebut bak penangkap lemak dan proses pengolahannya dilakukan secara fisik agar lemak dapat ditangkap dan tidak bercampur dengan air. Sedangkan untuk limbah cair yang berasal dari instalasi lain (kecuali instalasi gizi), ditampung pada bak pengumpul 1 dan 2. Proses pengolahannya dilakukan secara floatasi dan sedimentasi agar partikel-partikel kecil saling menyatu menjadi partikel lebih besar sehingga terjadi pengendapan di dasar bak.

c. Sifat dan Karakteristik Limbah Cair

Sifat limbah cair dapat terlihat pada bak penampung 1 dan 2, yaitu terjadinya aktivitas bakteri dan jamur yang ditandai dengan adanya proses pembusukan padatan terapung, dsertai dengan perubahna warna padatan menjadi warna abu kehijauan. Selain itu, pada bak tersebut warna air limbah juga berubah menjadi merah muda karena karena bercampur

(26)

commit to user

dengan darah dan menimbulkan bau yang menyengat karena adanya senyawa amoniak, metan serta buangan dari ruang haemodialisa.

d. Dampak Negatif Limbah Cair terhadap Lingkungan

Sistem manajeman di RSUD Dr. Moewardi dilaksanakan berdasarkan ISO 14001 yang mengatur tentang Sistem Manajemen Lingkungan (SML). Selain ditetapkannya sistem manajemen lingkungan, rumah sakit juga menetapkan kebijakan lingkungan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan. Kebijakan yang dilakukan khususnya dalam penanganan limbah cair adalah sebagai berikut :

1) Limbah disalurkan ke instalasi pengolahan air limbah melalui saluran tertutup dan dapat mengalir dengan lancar.

2) Kualitas effluent limbah rumah sakit diupayakan memenuhi baku mutu limbah cair

Adapun kebijakan point (2), telah mengacu Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no 58 /Men /LK/RI/ 1995 yaitu sebagai berikut :

1) Mengurangi bakteri pathogen

(27)

commit to user

3) Mengurangi unsur nutrisi yang berlebihan (NH3 ≤ 0,1 ppm, PO4 ≤ 0,2 ppm).

4) Mengurangi jumlah padatan tersuspensi TSS ≤ 30 ppm. 5) BOD ≤ 30 ppm.

6) COD ≤ 80 ppm.

7) Mengurangi padatan terapung

Kebijakan ini juga telah sesuai dengan pedoman penyelenggaraan P2K3RS rumah sakit. Akan tetapi kenyataan di lapangan masih ada bak yang terbuka sehingga menyebabkan polusi udara berupa bau. Adapun dampak negatif limbah cair terhadap lingkungan adalah sebagai berikut:

a. Gangguan terhadap kesehatan masyarakat

Mikroba patogen maupun bahan kimia yang beracun dalam limbah cair rumah sakit yang masuk ke badan air, air tanah dan air permukaan dapat menyebabkan penyakit terhadap manusia yang menggunakan air tersebut.

b. Gangguan terhadap kehidupan biotik

Gangguan ini dapat bersifat toksis terhadap aquatik badan air, air permukaan yang akhirnya dapat menyebabkan kepunahan atau penurunan keanekaragaman jenis.

(28)

commit to user c. Gangguan terhadap estetika

Aspek bau dan warna sering menimbulkan masalah. Hal ini tergantung dari sumber limbah misalnya limbah cair dari

laundry ,ruang hemodialisa dan limbah yang berasal dari

instalasi gizi yang berwarna keruh keputihan yang kadang mengandung minyak yang memiliki bau yang kurang sedap dan mengganggu pemandangan.

e. Alur Tahapan Proses Pengolahan Limbah Cair 1) Bak Penangkap Lemak

Pada bak penangkap lemak, limbah cair yang dapat ditampung hanya berasal dari instalasi gizi, yaitu bagian dapur/pengadaan makanan dan minuman. Limbah dari instalasi lain tidak dapat ditampung, karena limbah lain mengandung jenis bahan yang berbeda, sehigga lemak akan terikat dengan jenis bahan tersebut dan sulit untuk ditangkap dengan proses pegolahan secara fisik melalui bak penyaring. Pemeliharaan bak ini dilaksanakan 1 bulan sekali atau menurut kondisi, sesuai dengan pedoman P2K3RS. Pihak terkait yang bertugas untuk memelihara bak ini adalah petugas sanitasi. Bak ini memiliki kriteria bangunan yang tertutup, kedap air dan aliran air mengalir lancar sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/

(29)

commit to user

X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/ Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Saluran pembuangan limbah cair harus tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan”.

2) Bak Penampung Air Limbah (Bak Pengumpul 1 dan 2) Pada bak pengumpul 1 dan 2, khusus menampung air limbah dari seluruh sumber kecuali dari instalasi gizi dan

laundry. Karena pada bak ini akan terjadi proses

sedimentasi awal dan penggumpalan pertikel ukuran kecil menjadi partikel berukuran besar yang kemudian masuk ke bak penyaring. Limbah yang berasal dari instalasi gizi dan

laundry tidak padat ditampung, karena pada bak

penampung 1 dan 2 tidak terjadi proses pengolahan secara fisik untuk menyaring lemak, dan dapat menyababkan timbulnya buih dari bahan sabun sehingga pada

saat proses pengolahan sampai pada bak FBK 10 dan 20, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorgaisme aerob yang menempel pada menara plastik.

Bak pengumpul 1 dan 2 dibersihkan setiap 6 bulan dan penggantian tutup kontrol dilakukan setiap 1 tahun sekali

(30)

commit to user

oleh petugas sanitasi sesuai dengan pedoman P2K3RS. Kriteria bangunan bak pengumpul 1 dan 2 masih terbuka. Hal ini tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 2 . 3) Bak Penyaring

Pada bak ini, aliran air lancar karena sampah yang ikut terbawa rutin diambil setiap 1 minggu sekali sehigga tidak terjadi penyumbatan. Bangunan ini sudah dilengkapi dengan penutup bak, kedap air dan aliran air mengalir lancar. Jadi telah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Saluran pembuangan limbah cair harus tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan”.

4) Bak Floaktasi

Pada bak floatasi tujuan pengolahan untuk menghilangkan zat padat tercampur melalui pengapungan

(31)

commit to user

dan pengendapan.Pengapungan dilakukan tanpa penambahan bahan kimia tetapi dengan memberikan kesempatan air limbah untuk tinggal di bak ini, sehingga dengan sendirinya terjadi penggumpalan partikel kecil menjadi lebih besar kemudian terjadi pengendapan. Untuk bak floatasi, padatan yang terapung diambil setiap 6 bulan sekali dan penggantian tutup bak pada lubang kontrol dilakukan setiap 1 tahun sekali.

Hal ini telah sesuai dengan pedoman P2K3RS. Bangunan ini sudah dilengkapi dengan penutup bak, kedap air dan aliran air mengalir lancar. Jadi telah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/ 1995 pasal 7 ayat 2.

5) Bak Sedimentasi

Bak sedimentasi terjadi proses pengendapan karena adanya proses gravitasi, sehingga bahan-bahan organik ringan yang tersuspensi bersama dengan lumpur akan mengendap pada bak ini. Pemeliharaannya dilakukan setiap 1 bulan untuk melakukan pemompaan lumpur pada bak sedimentasi. Pengaliran lumpur pada bak biodetok ke bak

(32)

commit to user

sedimentasi dilakukan setiap 1 bulan sesuai dengan pedoman P2K3RS. Kegiatan ini menjadi tanggung jawab petugas sanitasi. Bahan-bahan organik ringan yang tetap berada pada larutan air limbah diharapkan akan mengendap di bak sedimentasi, bangunan ini telah dilengkapi dengan penutup, kedap air dan aliran airnya lancar. Kriteria bangunan ini telah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/ Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Saluran pembuangan limbah cair harus tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan”.

6) Bak Equalisasi

Bak equalisasi terjadi homogenisasi, penyamarataan baik kualitas maupun kuantitas air limbah dan dari bak equalisasi ini, air limbah dipompa ke bak biodetok dan terjadi pengendalian aliran dengan pengaturan debit. Pada bak ini, belum terdapat alat khusus untuk mengukur debit air dan pengukurannya masih dilakukan secara manual. Jadi, tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No.

(33)

commit to user

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Diwajibkannya memasang alat ukur debit laju alir limbah cair dan melakukan pencatatan debit harian limbah cair tersebut”.

7) Bak Biodetok FBK 10 dan 20

Bak biodetox FBK 10 dan 20 terjadi proses inti pengolahan biologis. Oksigen dipompakan ke dalam bak melalui udara terkompresi untuk menghidupi bakteri pengurai polutan. Bak FBK ini berupa reaktor kaskade beralas tetap yang berisi kumpulan menara plastik, dimana mikroorganisme aerob akan menempel dan tumbuh di menara plastik dengan suplai oksigen melalui pipa aerasi. Aerasi ini dilakukan dengan blower berkapasitas udara 100 m3/jam selama 24 jam. Pembersihan ruang kompresor dilakukan setiap 1 minggu oleh petugas sanitasi. Pengecekan kinerja kompresor berkoordinasi dengan petugas dari instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit yang dilakukan setiap 1 bulan sekali. Hal ini telah sesuai dengan pedoman P2K3RS. Bangunannya juga sudah tertutup, kedap air dan aliran airnya lancar jadi telah sesuai dengan

(34)

commit to user

Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Saluran pembuangan limbah cair harus tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air hujan”.

8) Bak Desinfeksi dan Kontak Desinfeksi

Bak desinfeksi dilakukan dengan kaporisasi yang fungsinya membunuh mikroorganisme pathogen, pembubuhan kaporit dilakukan setiap 3 hari sekali sesuai pedoman P2K3RS. Bak desinfeksi telah dilengkapi dengan penutup bak tetapi pada bak kontak desinfeksi belum dilengkapi dengan penutup sehingga belum sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/ 1995 pasal 7 ayat 2.

9) Bak Uji hayati

Bak uji hayati yang dipelihara adalah ikan, dengan asumsi bahwa kalau ikan hidup maka limbah cair tersebut memenuhi syarat baku mutu sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/ RI/ 1995. Pembersihan

(35)

commit to user

bak uji hayati dilakukan setiap 6 bulan sekali. Hal ini sesuai dengan pedoman P2K3RS.

10) Bak Pengering Lumpur

Adapun sumber lumpur pada bak ini berasal dari bak sedimentasi yang mengendap pada dasar bak. Pengurasan bak pengering lumpur dilakukan setiap 1 tahun sekali sesuai dengan P2K3RS. Bangunan ini sudah dilengkapi dengan penutup bak, kedap air dan aliran air mengalir lancar. Hal ini telah sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 58/Men/LK/RI/1995 pasal 7 ayat 2. 2. Pemeriksaan Limbah Olahan

Pengukuran air limbah dilakukan satu minggu dua kali. Parameter limbah yang diukur adalah parameter kimia dan fisik yang meliputi BOD dengan metode elektroda, COD dengan titrimetrik, TSS dengan metode filter membran, pH dengan metode colorimetric, phosphat dengan metode presipitasi kimiawi, amonia bebas dengan metode Kjeldahl, serta suhu dengan thermometer.Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kadar BOD 30 Mg/L, COD 80 Mg/L, TSS 30 Mg/L, amonia bebas 0,1 Mg/L, phospat 2 Mg/L, dan pH 60-90. Hasil pemeriksaan ini telah

(36)

commit to user

memenuhi baku mutu sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah.

Gambar

Gambar 2. Alur pengumpulan limbah RSUD Dr. Moewardi  Sumber : RSUD Dr.Moewardi,2012
Gambar 3. Kandungan dalam air limbah  Sumber : RSUD Dr.Moewardi, 2012
Tabel 3.Warna Limbah cair kaitannya dengan Kegiatan   Warna Limbah Cair  Proses yang Terjadi  Coklat Muda   Umur kurang dari 6 jam
Tabel 4. organisme dalam air limbah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Model Intuition Based Learning (IBL) dengan Scientific Approach Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran model Discovery Learning dalam penelitian ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran, guru memberikan stimulus yang

Model time se- ries stasioner Auto Regressive - AR(1) memberikan nilai pendekatan nilai tukar yang baik bahkan memberikan nilai peramalan yang baik pula, na- mun demikian model

Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa di Kabupaten Konawe Selatan unsur cuaca yang mempunyai pengaruh langsung positif besar terhadap peningkatan intensitas penyakit busuk

Pilihan diksi kata kerja dan kata ganti orang yang tepat sesuai tingkat tutur juga tuturan perintah; larangan; nasehat; dan contoh tidak langsung merupakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun papasan (Coccinia grandis (L.) Voigt) pada tikus putih yang diinduksi aloksan..

Tabel 7. Berdasarkan hasil analisa diatas dapat dikatakan dengan metode AHP, bobot yang dihasilkan dari perhitungan AHP dihasilkan dari nilai skala perbandingan