INTERFERENSI FONOLOGI BAHASA IBU TERHADAP FONOLOGI BAHASA MANDARIN PADA MAHASISWA TINGKAT II SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA USU 二年级苏北大学中文系学生母语语音干扰影响针对汉语语音
( Èr niánjí sū běi dàxué zhōngwén xì xuéshēng mǔyǔ yǔyīn gānrǎo yǐngxiǎng zhēnduì hànyǔ yǔyīn )
SKRIPSI
Wulan Afriani NIM:130710064
PROGRAM STUDI SASTRA CINA FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2017
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswa tingkat II Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya USU.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengindentifikasi interferensi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. (2) Mendeskripsikan faktor penyebab interferensi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah 汉语普通话声韵母拼合表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo) dalam buku 汉语教程 – 第一册 (Hànyǔ jiàochéng - dì yī cè). Yaitu berupa kombinasi kontoid dan vokoid bahasa Mandarin. Sumber data diperoleh dari hasil rekaman pelafalan 汉语普通话声韵母拼合表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo) oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.Metode yang digunakan dalam tahap analisis data penelitian ini adalah metode padan Sudaryanto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 4 bentuk perubahan bunyi kontoid bahasa Mandarin dan 8 bentuk perubahan bunyi vokoid bahasa Mandarin pada pelafalan 汉语普通话声韵母拼 合表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo)oleh mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara tingkat II. Faktor penyebab terjadinya interferensi adalah Adanya Kontak Bahasa, Kedwibahasaan Peserta Tutur, Terbawanya Pengaruh Bahasa Ibu (B1).
Kata kunci : Dwibahasa, pinyin, bahasa ibu, interferensi, vokoid dan kontoid bahasa Mandarin.
ABSTRACT
This thesis entitled “ Interference of phonologycal mother language to mandarin phonologycal at students Chinese Literature , Faculty of Cultural Science , USU.
The objectives of this research were to (1) Identify interferece of mother language on Chinese phonology at Students Chinese Literature in second grade student, Faculty of Cultural Science, University of North Sumatera, (2). Describe the causes factors of interferences mother language one Chinese Phonology at Students Chinese Literature in in second grade student, Faculty of Cultural Science, University of North Sumatera. This was an experimental research which used descriptive qualitative. The data in this study is 汉语普通话声韵母拼合表 (Hànyǔpǔtōnghuàshēngyùnmǔpīnhébiǎo) in the book 汉 语 教 程 - 第 一 册 (Hànyǔjiàochéng - dìyīcè). Namely in the form of a combination of consonant and Mandarin vowel.Data were analyzed using method padan Sudaryanto. The result of the research shows that there are 4 forms of Chinese Mandarin dialect changes and 8 forms of Chinese vowel sound changes in pronunciation 汉语普通 话声韵母拼合表 (Hànyǔpǔtōnghuàshēngyùnmǔpīnhébiǎo) by students of the University of North Sumatra Level II Chinese Literature Study Program.Factors that cause maternal phonology language interference on Mandarin phonology are Language Contact, bilingual speaker, Mother Language Language Influence (B1)
Keywords : bilingual , pinyin, mother language , interference, vokoid and contoid, mandarin language.
KATA PENGANTAR
penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah swt, yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Selama melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada:
1) Bapak Dr. Drs. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2) Bapak Mhd. Pujiono, M.hum., Ph.D., selaku ketua Program Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.
3) Ibu Niza Ayu Ningtias, S.S., MTCSOL., selaku SekretarisProgram Studi Sastra Cina, Universitas Sumatera Utara.
4) Ibu Dr. Dwi Widayati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
5) Ibu Vivi Andryani Nasution, S.S., MTCSOL., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.
6) Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku Dosen Penasihat Akademik yang telah membimbing, dan memberikan saran dan motivasi selama selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
7) Seluruh dosen dan staf di Fakultas Ilmu Budaya, khususnya pada Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.
8) Seluruh Laoshi dari Universitas Jinan, Guangzhou, Republik Rakyat Tiongkok (RTT) yang mendidik dan membimbing selama penulis melaksanakan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.
9) Ibunda tercinta dan ayahanda, selaku orang tua penulis yang selalu mendoakan, memberikan dukungan moril dan materil. Serta kasih sayang yang tidak tergantikan.
10) Ananda Herda Yoga Pratama, Serta keluarga Besar K. Bani H. Sidik (KBHS) yang selalu meberikan doa dan semangat kepada penulis.
11) Teman-teman kuliah di Program Studi Sastra Cina USU, khususnya stambuk 2013.
12) Sahabat, teman sejawat yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan sebagai koreksi untuk kebaikan skripsi ini. Namun harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat kepada pembaca.
Medan, 17 Oktober 2017 Penulis,
Wulan Afriani
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 5
1.3 Rumusan Masalah ... 5
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
1.5.1 Manfaat Teoritis ... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Penelitian Yang Relevan ... 7
2.2 Konsep ... 11
2.2.1 Fonologi dan Fonetik ... 11
2.2.2 Vokoid dan Kontoid ... 12
2.2.3 Bahasa Ibu ... 13
2.2.4 Bahasa Mandarin ... 14
2.2.5 Alat Ucap ... 17
2.3 Landasan Teori ... 18
2.3.1 Interferensi ... 18
2.3.1.1 Bentuk-bentuk Interferensi ... 18
2.3.1.2 Faktor Interferensi ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Data dan Sumber Data ... 21
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 21
3.4 Metode Analisis Data ... 22
3.4.1 Teknik Dasar ... 22
3.4.1.1 Fonetis Artikulatoris dengan Alat Penentu Organ Bicara ... 22
3.4.2 Teknik Lanjutan ... 25
3.4.2.1 Teknik Hubung Banding Menyamakan ... 25
3.4.2.2 Teknik Hubung Banding Memperbedakan ... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Bentuk Interferensi Fonologi Bahasa Ibu terhadap Fonologi Bahasa Mandarin31 4.1.1 Interferensi Kontoid Bahasa Ibu terhadap Kontoid Bahasa Mandarin 31
4.1.1.1 Interferensi Kontoid /z/ [ts] ... 33
4.1.1.2 Interferensi Kontoid c [ts ... 35
4.1.1.3 Interferensi Kontoid /zh/ [tʂ] ... 37
4.1.1.4 Interferensi Kontoid /q/ [ʨ ] ... 39
4.1.2 Interferensi Vokoid Bahasa Ibu terhadap Vokoid Bahasa Mandarin .... 41
4.1.2.1 Interferensi Vokoid Tunggal /i/ [ɿ] ... 44
4.1.2.2 Interferensi Vokoid Tunggal /i/ [ʅ] ... 45
4.1.2.3 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal eng [әŋ ... 46
4.1.2.4 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal ong [uŋ ... 48
4.1.2.5 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal /uan/ [uan] ... 48
4.1.2.6 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal un [uәn ... 50
4.1.2.7 Interferensi Vokoid Tunggal /ü/ [y] ... 52
4.1.2.8 Interferensi Vokoid Tunggal ün [yn] ... 53
4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Interferensi Bahasa Ibu terhadap Bahasa Mandarin ... 54
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 55
5.1 Simpulan ... 55
5.2 Saran ... 57 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel inisial (声母/shengmu) ... 14
Tabel final (韵母/yunmu) ... 15
Tabel 1: Interferensi kontoid /z/ [ts] [tʂ ] pada kode data 02/s3 ... 33
Tabel 2: Interferensi kontoid /c/[ts ] [ts] pada kode data 07/s9 ... 35
Tabel 3: Interferensi kontoid /zh/ [tʂ] [tʂ ] pada kode data 09/s18 ... 37
Tabel 4: Interferensi kontoid /q/ [ʨ ] [ʨ] pada kode data 10/s09 ... 39
Tabel 5: Interferensi vokoid /i/ [ɿ] [i] pada kode data 04/s05 ... 44
Tabel 6: Interferensi vokoid /i/ [ʅ] [ә pada kode data 07 s14 ... 45
Tabel 7: Interferensi vokoid eng [әŋ [ɛŋ pada kode data 12 s11 ... 46
Tabel 8: Interferensi vokoid ong [uŋ [ong] pada kode data 07/s19 ... 48
Tabel 9: Interferensi vokoid /uan/ [uan] [uɛn] pada kode data 25/s05 ... 49
Tabel 10: Interferensi vokoid un [uәn [un] pada kode data 20/s34 ... 50
Tabel 11: Interferensi vokoid /ü/ [y] [u] pada kode data 20/s25 ... 52
Tabel 12: Interferensi vokoid /ün/ [yn] [un] pada kode data 20/s30 ... 53
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang
Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan (sciences) yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia (O‟ Connor, 1982: 10-11, Ladefoged, 1982: 1).
Bahasa Mandarin adalah bahasa dengan tingkat dialek yang beragam. Sistem fonologi bahasa Mandarin memiliki ciri khas tersendiri. Pada bahasa Mandarin terdapat kontoid dan vokoid yang tidak sama dengan bahasa lain. Kontoid bahasa Mandarin biasa disebut sebagai unsur awal (shengmu 声母 ) Kontoid bahasa Mandarin terdiri dari : b [ p , p [ p , m [ m , f [ f , d [ t , t [ t , n [ n , l [ l , g [ k , k [ k , h [ x ], j [ ʨ ], q [ ʨ ], x [ ɕ ], zh [ tş ] , ch [ tş , sh [ ş , r [ŗ , z [ ts , c [ ts , s [ ş Kontoid dalam bahasa Mandarin dibagi menjadi dua, yaitu kontoid aspirasi ( 送气音) dan kontoid Non-aspirasi ( 不送气音). Perbedaan antara keduanya adalah pada saat pelafalannya, kontoid aspirasi disertai dengan dorongan udara dari mulut, dapun kontoid aspirasi adalah : p [ p , t [ t , k [ k , q [ tɕ , ch [ tş , c [ ts . Sedangkan kontoid Non-aspirasi tidak.
Vokoid bahasa Mandarin biasa disebut sebagai unsur akhir (yunmu 韵母).
Vokoid bahasa Mandarin terbagi atas 4 jenis, yaitu : 1. Final tunggal : a [ᴀ], o [o], e [ɤ], i [i], u [u], ü [y].
2. Final gabungan : ai [ai], ei [ei], ao [ao], ou [ou], ia [iA], ie [iɛ], iao [iau], iu [iәu , ua [uᴀ , uo [uo , uai [uai , ui [uәi , üe [yɛ].
3. Final nasal : an [an , en [әn , ang [aŋ , eng [әŋ , ong [uŋ , ian [iɛn], in [in , iang [iaŋ , ing [iŋ , iong [yŋ , uan [uan , un [uәn , uang [uaŋ , ueng [uәŋ , üan [yɛn], ün [yn].
4. Final khusus : er [ɚ , e [ә
Pertumbuhan minat untuk mempelajari bahasa Mandarin di seluruh dunia mengalami peningkatan yang besar, salah satunya di Indonesia. Hal ini terbukti dengan banyaknya instansi pendidikan di Indonesia baik formal maupun informal telah menyelenggarakan pengajaran bahasa Mandarin. Bahkan di beberapa sekolah, pelajaran bahasa Mandarin telah menjadi mata pelajaran intrakulikuler atau menjadi mata kuliah pilihan utama. Dalam proses pembelajaran bahasa asing termasuk bahasa Mandarin, kesalahan berbahasa tidak dapat dihindari. Salah satu bentuk kesalahan yang muncul adalah kesalahan fonologis.
Setiap penutur bahasa sebelum menguasai bahasa kedua bahkan bahasa asing, pasti terlebih menguasai bahasa pertama. Bahasa pertama adalah bahasa yang pertama kali dikenal dan dipelajari oleh seorang penutur, sedangkan bahasa kedua adalah bahasa yang dipelajari setelah menguasai bahasa pertama. Penguasaan akan bahasa tersebut untuk tiap-tiap penutur tidak sama. Kadang-kadang ada penutur yang lebih menguasai bahasa pertamanya, ada pula yang lebih menguasai bahasa keduanya. Tingkat penguasaan akan salah satu bahasa dari kedua bahasa tersebut akan memengaruhi dalam mempelajari bahasa lain. Dalam keadaan seperti ini sering terjadi apa yang disebut dwibahasawan atau penyimpangan
sebagai akibat pengenalan dua bahasa atau lebih. Interferensi ini terjadi dari bahasa ibu (bahasa pertama) ke bahasa lain yang dipelajari. Hal ini bisa saja penutur pada waktu mempelajari bahasa kedua masih terbawa pola bahasa pertamanya yang begitu melekat pada dirinya sehingga berpengaruh pada waktu menggunakan bahasa keduanya.
Mahasiswa stambuk 2016 merupakan orang pribumi yang mayoritasnya adalah suku Batak, Karo, Nias, Mandailing, Melayu, Minang dan Jawa. Adapun etnis Tionghoa hanya 3 orang saja. Ketika berkomunikasi di dalam kelas, tanpa disadari unsur B1 atau bahasa daerah mereka masuk ke dalam bahasa lain atau B2.
(Saussure, 2012:1) Bahasa daerah adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa daerah setiap kelompok sosial atau masyarakat setempat merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
Matakuliah fonologi bahasa Mandarin merupakan salah satu matakuliah wajib dari matakuliah wajib lainnya untuk mahasiswa tingkat II. Adapun pencapaian yang ingin dicapai setelah mempelajari fonologi bahasa Mandarin ini ialah agar Mahasiswa dapat memahami bagaimana bentuk fonologi bahasa Mandarin dan juga paham cara melafalkan kontoid dan vokoid bahasa Mandarin. Namun, harapan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran fonologi bahasa Mandarin ini mengalami hambatan yang dikarenakan oleh logat bahasa daerah mereka yang masih terbawa dalam melafalkan pinyin bahasa Mandarin.
Interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin ini terlihat ketika melafalkan kata qu [ʨ i](去)yang artinya adalah pergi‟ tetapi dilafalkan menjadi seperti bunyiji [ʨi](寄)yang memiliki arti mengirimdan kata
cai [tş ai ( 菜 ) yangartinya adalah sayur‟ tetapi dilafalkan menjadi seperti
bunyi[tşai (在)yang artinya adalah„ di, sedang‟ Fenomena seperti ini dikatakan sebagai suatu gangguan dalam berbahasa atau biasa disebut interferensi. Keadaan seperti ini harus segera diatasi, berhasilnya seseorang dalam belajar bahasa adalah mampu berkomunikasi dan menggunakan bahasa itu dengan baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Interferensi Fonologi Bahasa Ibu terhadap Fonologi Bahasa Mandarin pada Mahasiswa tingkat II Sastra Cina USU”.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya fokus pada interferensi kontoid dan vokoid bahasa ibu terhadap kontoid dan vokoid bahasa Mandarin pada Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut,masalah yang dapat diangkat dan dirumuskan adalah :
1) Bagaimana bentuk Interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswatingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ?
2) Apa faktor penyebab terjadinya Interferensi fonologi bahasa ibu terdahap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswatingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara ?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Mengidentifikasi bentuk interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswatingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
b. Mendeskripsikan faktor penyebab interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswatingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
1.5 Manfaat Penelitian I. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang konstruktif
pada pengembangan pembelajaran bahasa Mandarin khususnya dalam bidang fonologi.
II. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan yang
terjadi dalam pembelajaran fonologi bahasa Mandarin guna mencapai sebuah tujuan pembelajaran.
Dapat menjadi bahan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Mandarin khususnya pada bidang fonologi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang penelitian yang relevan, konsep dan landasan teori.
Berikut adalah penjelasan tentang ketiganya.
2.1Penelitain Yang Relevan
Penelitian mengenai interferensi bahasa ibu (B1) terhadap bahasa asing (B2) pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sepengetahuan penulis, beberapa diantaranya dilakukan oleh :
Makhmud (2016), dalam skripsinya yang berjudul “Interferensi Struktur bahasa Indonesia ke dalam Struktur bahasa Mandarin pada karangan Naratif Mahasiswa Sastra Cina USU” membahas tentang Interferensi yang terjadi pada Struktur bahasa Indonesia ke dalam Sruktur bahasa Mandarin. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi interferensi struktur frasa bahasa Indonesia dalam struktur frasa bahasa Mandarin pada karangan naratif mahasiswa semester VI stambuk 2013 Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara; (2) mendeskripsikan interferensi struktur kalimat bahasa Indonesia dalam struktur kalimat bahasa Mandarin yang ditulis oleh mahasiswa semester VI stambuk 2013 Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Data penelitian ini adalah frasa pada karangan naratif bahasa Mandarin yang ditulis oleh mahasiswa semester VI stambuk 2013 Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU).
Sumber data yang digunakan adalah karangan narasi bertemakan berlibur 放假
(fàngjià) oleh mahasiswa semester VI stambuk 2013 Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara (USU) yang berbahasa ibu bahasa Indonesia. Metode yang digunakan dalam tahap analisis data penelitian ini adalah metode agih Sudaryanto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) interferensi struktur frasa bahasa Indonesia dalam struktur frasa bahasa Mandarin pada karangan naratif mahasiswa semester VI stambuk 2013 Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara terjadi pada interferensi frasa lokatif, interferensi frasa preposisional dan interferensi frasa numeralia penggolong; (2) interferensi struktur kalimat bahasa Indonesia dalam struktur kalimat bahasa Mandarin yang ditulis oleh mahasiswa semester VI stambuk 2013 Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara terjadi pada penempatan posisi fungsi sintaksis pada kalimat bahasa Mandarin yang mengikuti struktur kalimat tunggal dan kalimat majemuk bahasa Indonesia. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam penulisan “Interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin pada Mahasiswa Sastra Cina USU” yakni berupa landasan teori yang digunakan mengenai Hipotesis Analisis Kontrastif, menambah wawasan penulis dalam membuat kerangka landasan teori. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek kajian, metode analisis data, dan metode penelitian yang digunakan.
Lubis (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Interferensi fonologi bahasa Indonesia ke dalam bahasa rab” Menganalisis tentang bunyi-bunyi konsonan apa saja yang mengalami interferensi fonologi bahasa Indonesia dalam bahasa Arab al-Qur‟an beserta distribusinya serta faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya interferensi. Penelitian ini menggunakan teori yang
menjelaskan pengertian interferensi, fonologi, fonetik, alat-alat ucap, bunyi vokal dan bunyi konsonan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rekam, simak, catat dan metode kuesioner. Penelitian tersebut memberikan kontribusi dalam penelitian “interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin oleh Mahasiswa Sastra Cina USU”, yakni berupa landasan teori yang digunakan mengenai interferensi bidang fonologi dan fonetik beserta alat- alat ucap, menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian.
Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek kajian, metode analisis data, dan metode penelitian yang digunakan.
Supriadi (2014), dalam penelitiannya yang berjudul “ nalisis kesalahan fonologis bahasa Mandarin oleh Mahasiswa D3 bahasa Mandarin Universitas Jendral Soedirman” menganalisis tentang kesalahan pengucapan bahasa Mandarin oleh Mahasiswa program D3 bahasa Mandarin Universitas Jendral Soedirman.
Tujuan yang ingin dicapai adalah menjelaskan jenis-jenis kesalahan fonologis pengucapan bunyi BM mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto dan menjelaskan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kesalahan fonologis pengucapan bunyi BM oleh mahasiwa Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Landasan teori yang digunakan adalah teori Generatif Transformasi yang dikemukan oleh Schane (1973), Chomsky (1971), dan Odden (2005) untuk menganalisis data, serta didukung dengan teori Error Analysis (EA) oleh Corder (1976), dan Interlanguage oleh Larry Selinker (1972). Penelitian tersebut memberikan kontribusi dalam penulisan “ Interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin oleh Mahasiswa Sastra Cina USU” Yakni berupa metode pengumpulan data, transkripsi fonetis vokal dan konsonan bahasa
Mandarin dan hasil penelitian mengenai fonologi bahasa mandarin, menambah pemahaman penulis dalam memahami bunyi vokal dan konsonan bahasa Mandarin. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek kajian, landasan teori dan metode analisis data yang digunakan.
Handayana (2011), dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Kesalahan Pelafalan Bahasa Mandarin pada Mahasiswa Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara” Membahas tentang kesalahan pelafalan bahasa Mandarin oleh Mahasiswa Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.Penelitian ini berfokus pada analisis tentang kesalahan pelafalandalam bahasaMandarin pada penutur pemula.Penulis menggunakan teori yang berhubungandengan linguistik khususnya dalam bidang fonetik dan analisis kesalahan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam penulisan “Interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin oleh Mahasiswa Sastra Cina USU”, yakni berupa landasan teori yang menjelaskan tentang fonologi bahasa mandarin dan alat-alat bicara, menambah wawasan penulis dalam memahami bunyi vokal dan konsonan bahasa Mandarin. Adapun perbedaan yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek kajian, metode analisis data, dan metode penelitan yang digunakan.
Irwan (2006), dalam karya ilmiahnya yang berjudul “Interferensi bahasa daerah terhadap perkembangan bahasa Indonesia” membahas tentang interferensi bidang Morfologi, Interferensi bidang Sintaksis dan Interferensi bahasa Daerah terhadap kosa-kata. Penelitian ini menggunakan teori yang menjelaskan Bilingualisme, Indentifikasi Kebahasaan, dan Interferensi. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam penulisan “Interferensi bahasa Ibu terhadap
fonologi bahasa Mandarin oleh Mahasiswa Sastra Cina USU” yaitu berupa Landasan teori yang digunakan mengenai Bilingualisme dan Interferensi, menambah wawasan penulis dalam menyusun kerangka penelitian. Adapun perbedaan penelitian yang telah dilakukan dengan penelitian ini adalah objek dan metode penelitian yang digunakan.
2.2 Konsep
2.2.1 Fonologi dan Fonetik
Fonologi adalah satu sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan tentang fungsi, perilaku serta organisasi bunyi sebagai unsur-unsur linguistik (Lass, 1984:1).
Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan (sciences) yang menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan dan bagaimana alat pendengaran manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia (O‟ Connor, 1982: 10-11, Ladefoged, 1982:1).
Fonetik Artikulatoris membahas bunyi-bunyi bahasa menurut cara dihasilkannya dengan alat-alat bicara. Bunyi bahasa dibedakan sebagai segmental dan suprasegmental. Bunyi segmental adalah bunyi menurut pola urutannya dari yang pertama sampai dengan yang terakhir atau dari kiri ke kanan. Struktur dari kiri ke kanan itu berupa segmental, artinya ada bagian-bagian yang terkecil menurut urutannya. Sedangkan bunyi suprasegmental adalah bunyi yang dapat dibayangkan sebagai bunyi yang ada diatas segmental. Kita menghasilkan bunyi- bunyi bahasa dengan alat-alat bicara, yaitu dengan mulut dan bagian-bagiannya,
dengan kerongkongan dan pita-pita suara didalamnya, dan kesemuaan itu dengan mempergunakan udara yang dihembuskan dari paru-paru.
2.2.2 Vokoid dan Kontoid
Vokoid yaitu bunyi yang di hasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Ketika bunyi itu diucapkan, yang diatur hanyalah ruang resonansi pada rongga mulut melalui pengaturan posisi lidah dan bibir. Bunyi-bunyi vokoid ini lebih sedikit jumlahnya bila dibanding dengan bunyi-bunyi kontoid. Hal ini karena terbatasnya pengaturan posisi lidah dan bibir ketika bunyi itu diucapkan.
Kontoidyaitu bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah artikulasi. Bunyi-bunyi kontoid ini lebih banyak jenisnya bila dibanding dengan bunyi bunyi vokoid, seiring dengan banyaknya jenis artikulator yang terlibat dalam upaya penyempitan atau penutupan ketika bunyi itu diucapkan.
2.2.3 Bahasa Ibu
Bahasa ibu adalah bahasa yang dipelajari anak dalam pertumbuhan dari bisa sampai dewasa dari ibunya atau dari keluarga yang mempeliharanya. Bahasa ini dipelajari secara alamiah, secara langsung pada setiap saat dari hari ke hari, tanpa terputus putus. Bahasa ibu memang bila berarti bahasa yang dikuasai sang ibu sejak kecil dan lalu digunakan lagi dalam kehidupan sehari-hari di dalam rumah dengan keluarganya.
Kalau dilihat dari urutan pemerolehannya, bahasa-ibu lah yang dikuasai
mempelajari bahasa lain. pada umumnya kemampuan dan keterampilan terhadap bahasa pertama jauh lebih baik daripada bahasa kedua karena bahasa pertama jauh lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Keterampilan seorang terhadap suatu bahasa tergantung dari adanya kesempatan untuk menggunakan bahasa tersebut. Jadi, wajar kalau bahasa pertama lebih dikuasai daripada bahasa kedua, tetapi kalau kesempatan untuk menggunakan dua bahasa atau lebih sama peluangnya, kemungkinan untuk mempunyai keterampilan yang sama terhadap kedua bahasa itu bisa saja terjadi (Abdul Chaer, 1993: 2-3) .
2.2.4 Bahasa Mandarin
Bahasa Mandarin adalah bahasa dengan tingkat dialek yang beragam.
Bahasa Mandarin dikenal dengan istilah 普通话 (pŭtōnghuà) yang berarti ―The common languageatau bahasa sehari-hari. Pada bahasa Mandarin, nada berbicara atau logat Beijing ditetapkan sebagai standar pelafalan, dialek bagian utara sebagai dialek dasar dan logat asli yang telah ditetapkan secara resmi dalam kajian gramatikal bahasa Mandarin saat ini.
Untuk memudahkan proses belajar bahasa Mandarin tercipta metode pelafalan huruf mandarin yang disebut “hanyu pinyin” Metode “hanyu pinyin”
terbentuk dari alfabet latin (a-z) dan ditambah dengan intonasi nada. Bentuk penulisan Pinyin paling sedikit terdiri dari satu suku kata, dan dalam bahasa Mandarin, biasanya terdiri dari inisial atau huruf kontoid(辅音 fǔyīn)dan final atau huruf vokoid(元音 yuán yīn).
Tabel Inisial (辅音 fǔyīn)
Alfabet Pinyin Transkripsi IPA
b [ p ]
p [ p ]
m [ m ]
f [ f ]
d [ t ]
t [t ]
n [ n ]
l [ l ]
g [ k ]
k [ k ]
h [ x ]
j [ ʨ ]
q [ʨ ]
x [ ɕ ]
zh [ tʂ ]
ch [tʂ ]
sh [ ş ]
r [ʐ/ɻ]
z [ ts ]
c [ ts ]
s [ ş ]
y [ i ]
w [ u ]
Final (元音 yuán yīn) bahasa Mandarin terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
Final tunggal (单韵母)
Final gabungan (复韵母)
Final nasal Final khusus
a [ ᴀ ] ai [ ai ] an [ an ] er [ ɚ ]
o [ o ] ei [ ei ] en [ әn ê [ɛ]
e [ ɣ ] ao [ ao ] ang [ aŋ ]
i [ i ] ou [ ou ] eng [ әŋ ]
u [ u ] ia [ iA ] ong [ uŋ ]
ü [ y ] ie [ iɛ ] ian [ iɛn ] iao [ iaU ] in [ in ]
iu [ iәu iang [ iaŋ ] ua [ uA ] ing [ iŋ ]
uo [ uo ] iong [ yŋ ] uai [ uai ] uan [ uan ] ui [ uei ] un [ uәn üe [ yɛ ] uang [ uaŋ ]
ueng [ uәŋ ] üan [ yɛn ]
ün [ yn ]
Contoh:
中( baca: Zhōng)
Zh : merupakan Inisial (辅音 fǔyīn) Ōng : merupakan Final (元音 yuán yīn)
2.2.5 Alat Ucap
Alat ucap adalah organ tubuh manusia yang berfungsi dalam proses pengucapan bunyi bahasa. Antara lain dapat di gambar sebagai berikut :
( Beijing Language and Culture, 2006:4 )
2.3 Landasan Teori 2.3.1 Interferensi
Interferensi adalah penggunaan unsur bahasa lain oleh bahasawan yang bilingual secara individual dalam suatu bahasa ciri-ciri lain masih kentara. Dalam pengajaran bahasa kesalahan bahasa berupa unsur bahasa sendiri yang dibawa ke dalam bahasa atau dialek lain yang dipelajari (Kridalaksana, 2001:84).
2.3.1.1 Bentuk-bentuk Interferensi
Weinrich, membagi interferensi dalam tiga bagian, yaitu:
1. Interferensi Dalam Bidang Fonologi
Interferensi fonologis terjadi apabila penutur mengungkapkan kata-kata dari suatu bahasa dengan menyisipkan bunyi-bunyi bahasa dari bahasa lain.
2. Interferensi Dalam Bidang Leksikal
Interferensi dalam bidang leksikal terjadi apabila seorang dwibahasawan dalam peristiwa tutur memasukkan leksikal bahasa pertama ke dalam bahasa kedua atau sebaliknya.
3. Interferensi Dalam Bidang Gramatikal
Interferensi dalam bidang gramatikal terjadi apabila dwibahasawan mengidentifikasi morfem, kelas morfem, atau hubungan ketatabahasaan pada sistem bahasa pertama dan menggunakannya dalam tuturan bahasa kedua, dan demikian sebaliknya. (Aslinda, dkk. 2007: 67).
2.3.1.2 Faktor Interferensi
Kontak bahasa merupakan peristiwa di mana terjadi penggunana lebih dari satu bahasa dalam waktu dan tempat yang bersamaan di mana suatu masyarakat berkomunikasi satu sama lain.
Weinrich mengemukakan beberapa faktor lain terjadinya interferensi selain kontak bahasa, yaitu:
1. Kedwibahasawan Peserta Tutur
Kedwibahasawan peserta tutur merupakan pangkal terjadinya interferensi dan berbagai pengaruh lain dari sumber bahasa, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing.
2. Tipisnya Kesetiaan Pemakai Bahasa Penerima
Tipisnya kesetiaan dwibahasawan terhadap bahasa penerima cenderung akan menimbulkan sifat kurang positif.
3. Tidak Cukupnya Kosakata Bahasa Penerima
Perbendaharaan kata suatu bahasa pada umumnya hanya terbatas pada pengungkapan berbagai sisi kehidupan yang terdapat di dalam masyarakat yang bersangkutan, serta segi kehidupan lain yang dikenalnya.
4. Menghilangnya Kata-kata yang Jarang Digunakan
Kosakata dalam suatu bahasa yang jarang dipergunakan cenderung akan menghilang. Jika hal ini terjadi, berarti kosakata yang bersangkutan akan menjadi kian menipis.
5. Kebutuhan Akan Sinonim
Dalam pemakaian bahasa memiliki fungsi yang cukup penting, yakni sebagai variasi pemilihan kata untuk menghindari pemakaian kata yang sama secara berulang-ulang yang bisa mengakibatkan kejenuhan.
6. Prestise Bahasa Sumber dan Gaya Bahasa
Prestise bahasa sumber dapat mendorong timbulnya interferensi karena pemakai bahasa ingin menunjukkan dirinya dapat menguasai bahasa yang dianggap berprestise tersebut.
7. Terbawanya Bahasa Ibu
Kebiasaan bahasa ibu pada bahasa penerima yang sedang digunakan, pada umumnya terjadi karena kurangnya kontrol bahasa dan kurangnya penguasaan terhadap bahasa penerima. Hal ini dapat terjadi pada dwibahasawan yang sedang belajar bahasa kedua, baik bahasa nasional maupun bahasa asing. (Ruriana, 2010: 64-65).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), karena pengumpulan datanya dilakukan kampus Universitas Sumatera Utara. Sedangkan metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
3.2 Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini adalah 汉 语 普 通 话 声 韵 母 拼 合 表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo) dalam buku 汉语教程 – 第一册 (Hànyǔ
jiàochéng - dì yī cè). Yaitu berupa kombinasi kontoid dan vokoid bahasa Mandarin.
Sumber data diperoleh dari hasil rekaman pelafalan 汉语普通话声韵母拼 合表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo)oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Langkah pertama dalam proses pengambilan data yang dilakukan penulis adalah observasi, kemudian setelah itu peneliti memberikan angket/kuesioner kepada seluruh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara berupa pertanyaan terkait tentang bahasa apa yang sering dipergunakan mereka saat berkomunikasi dengan orang lain.
Data yang dikumpulkan merupakan hasil rekaman pelafalan 汉语普通话 声韵母拼合表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo) yang berjumlah 390
kata. Setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan transkripsi fonetis dengan acuan yang ada didalam buku 汉语教程 – 第一册 (Hànyǔ jiàochéng - dì yī cè).
Kegiatan tersebut dilakukan oleh 40 orang Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dengan jumlah laki laki 4 orang dan perempuan 36 orang.
3.4Metode Analisis Data
Metode yang dapat digunakan dalam upaya menemukan kaidah dalam tahap analisis penelitian ini adalah metode padan. Metode padan, alat penentunya diluar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 2015:16). Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah-langkah berikut.
3.4.1 Teknik Dasar
3.4.1.1 Fonetis Artikulatoris Dengan Alat Penentu Organ Bicara
Melalui teknik ini dalam kaitannya dengan pembentukan satuan lingual bunyi akan kelihatan bahwa organ bicara dapat berbeda-beda dalam mengaktifkan bagian-bagiannya. Satuan lingual bunyi dibagi menjadi beberapa bagian atau unsur yang akan diteliti.
Data 1.
____________________________________________________
laoshi [laoşʅ] 老师
____________________________________________________
Kata [laoşʅ] terdiri dari kontoid dan vokoid, bila dibagi menjadi beberapa bagian dapat diketahui deskripsi artikulasinya sebagai berikut : [l] kontoid lateral apikoalveolar bersuara tak beraspirasi
[ao] vokoidfinal gabungan
[ş kontoid frikatif apikopalatal tak bersuara tak beraspirasi
[ʅ] vokoid post-alveolar
Data 2.
____________________________________________________
qu [ʨʰ y] 去
____________________________________________________
Kata [ʨʰy] terdiri dari kontoid dan vokoid, bila dibagi menjadi beberapa bagian dapat diketahui deskripsi artikulasinya sebagai berikut : [ʨʰ] kontoid afrikat laminopalatal tak bersuara beraspirasi
[y] vokoid final tunggal
Data 3.
____________________________________________________
cai [tş ai (菜)
____________________________________________________
kata [tş ai terdiri dari kontoid dan vokoid, bila dibagi beberapa bagian dapat diketahui deskripsi artikulasinya sebagai berikut :
[tş kontoid afrikat apikodental tak bersuara tak beraspirasi
[ai] vokoid gabungan
3.4.2 Teknik Lanjutan
3.4.2.1 Teknik Hubung Banding Menyamakan (HBS)
Membandingkan itu berarti pula mencari semua kesamaan (Sudaryanto, 2015:31). Data yang dihasilkan oleh alat penentu organ bicara akan dibandingkan dan dicari kesamaanya yaitu sebagai berikut.
Data 1.
____________________________________________________________
[laoşʅ] [ laosә
Transkripsi fonetis IPA pelafalan oleh responden
____________________________________________________________
Dari dua perbandingan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui kesamaan bunyi diantara 2 kata tersebut, yaitu:
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
[l] kontoid lateral apikoalveolar bersuara tak beraspirasi
[ao] vokoid gabungan
[ l ] kontoid lateral apikoalveolar bersuara tak beraspirasi
[ao] vokoidgabungan
Data 2.
____________________________________________________________
[ʨʰi] [ʨi]
Transkripsi fonetis IPA pelafalan oleh responden
____________________________________________________________
Dari dua perbandingan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui kesamaan bunyi diantara 2 kata tersebut, yaitu:
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden [i] vokoid tunggal [i] vokoid tunggal
Data 3.
____________________________________________________________
[tş ai] [tşai]
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
____________________________________________________________
Dari dua perbandingan yang telah dipaparkan diatas, dapat diketahui kesamaan bunyi diantara 2 kata tersebut, yaitu:
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden [ai] vokoidgabungan [ai] vokoidgabungan
3.3.2.2 Teknik Hubung Banding Memperbedakan (HBB)
Perbedaan adalah sesutau yang ada diantara hal yang dibandingkan. Maka dapatlah hubungan banding itu dijabarkan menjadi pemerbedaan yang membedakan arti/makna dari suatu kata.
Data 1.
____________________________________________________________
[ laoşʅ ] [ laosɛ ]
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
____________________________________________________________
Berdasarkan perbandingan bunyi yang telah dipaparkan di atas, dapat diketahuiperbedaan bunyi di antara keduanya melalui tabel berikut:
Dari paparan tabel diatas, ditemukan perubahan bunyi[şhʅ]menjadi [shɛ].Arti kata [laoşhʅ]adalah guru. Namun, karena adanya perubahan bunyi
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
[ş] kontoid frikatif apikopalatal tak bersuara tak beraspirasi.
[ʅ] vokoid post-alveolar.
[s] kontoid mati, oral, apikoalveolar, frikatif
[ɛ] vokoid tengah, pusat, tak bulat
menjadi [laoshɛ],makna kata [laoşhʅ] mengalami perubahan bunyi tetapi tidak mengubah makna kata tersebut.
Data 2.
____________________________________________________________
[ ʨʰi ] [ ʨi ]
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
____________________________________________________________
Berdasarkan perbandingan bunyi yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat perbedaan bunyi di antara keduanya melalui tabel berikut:
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
[ʨʰ] kontoid afrikat laminopalatal tak bersuara beraspirasi.
[ʨi] kontoid afrikat laminopalatal tak bersuara tak beraspirasi
Dari paparan tabel diatas, ditemukan perubahan bunyi [ʨʰ]menjadi [ʨi].
Arti kata [ʨʰi] adalah pergi. Namun, karenaadanya perubahan bunyi menjadi [ʨi]maka artinya berubah menjadi mengirim.
Data 3.
____________________________________________________________
[tş ai] [tşai]
Transkripsi fonetis IPA Pelafalan oleh responden
____________________________________________________________
Berdasarkan perbandingan bunyi yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat perbedaan bunyi di antara keduanya melalui tabel berikut :
Dari paparan tabel diatas, ditemukan perubahan bunyi [tş ]menjadi [tş] .Arti kata [ tş ai adalah sayur. Namun, karena adanya perubahan bunyi menjadi[tşai] maka artinya berubah manjadi di; pada; sedang.
Melalui teknik hubung banding menyamakan (HBS) dan teknik hubung banding memperbedakan (HBB) satuan lingual bunyi yang akan diuji terlihat lebih jelas persamaan dan perbedaan dari struktur fonetis keduanya saat dilakukan analisis data.
Transkripsi fonetis yang sebenarnya Pelafalan oleh responden
[ tş ] kontoid afrikat apikodental tak bersuara tak beraspirasi
[tş] kontoid afrikatif apikodental tak bersuara tak beraspirasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Bentuk Interferensi Fonologi Bahasa Ibu terhadap Fonologi Bahasa Mandarinoleh Mahasiswa tingkat II Sastra Cina USU
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyimpangan bentuk interferensi terjadi pada 4 bentuk interferensi kontoid dan 8 bentuk interferensi vokoid.
Datapelafalan 汉语普通话声韵母拼合表(Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo) dilihat pada lampiran 2 skripsi.
Data diperoleh dari Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU melalui 40 jumlah rekaman pelafalan 汉 语 普 通 话 声 韵 母 拼 合 表 (Hànyǔ pǔtōnghuà shēng yùnmǔ pīnhé biǎo).Tempat dan waktu penelitian berlangsung di kampus Universitas Sumatera Utara pada Agustus 2017. ( beberapa terlampir pada lampiran 4 skripsi).
4.1.1 Interferensi Kontoid Bahasa Ibu terhadap Kontoid Bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Sastra Cina USU
Kontoid bahasaibu dan bahasa Mandarin masing-masing memiliki pengelompokkan bunyi berdasarkan cara artikulasi, letak artikulasi serta keadaan pita suara.
Kontoid bahasa Mandarin dikelompokkan berdasarkan cara dan letak artikulasi, serta posisi pita suara. Berikut ini adalah uraiannya:
1. Berdasarkan cara artikulasi, kontoid terbagi menjadi lima kelompok:
- Kontoid hambat: b [p], p [p], d [t], t [t‟ , g [g , k [k - Kontoid frikatif: f [f], s [s], sh [ʂ], r [ʐ], x [ɕ], h [x]
- Kontoid afrikatif: z [ts], c [ts‟ , zh [tʂ], ch [ tʂ‟ , j [tɕ], q [tɕ‟
- Kontoid sengau: m [m], n [n]
- Kontoid lateral: l [l]
2. Berdasarkan letak artikulasi, kontoid terbagi menjadi enam kelompok:
- Kontoid bilabial: b [p , p [p‟ , m [m - Kontoid labiodental: f [f]
- Kontoid alveolar: d [t , t [t‟ , z [ts , c [ts‟ , s [s], n [n], l [l]
- Kontoid retrofleks: zh [tʂ], ch [ tʂ‟ , sh [ʂ], r [ʐ]
- Kontoid palatal: j [tɕ], q [tɕ‟ , x [ɕ]
- Kontoid velar: g [k , k [k‟ , h [x 3. Berdasarkan posisi pita suara
Kontoid bahasa Mandarin terbagi ke dalam kelompok kontoidbersuara dan tidak bersuara. Yang termasuk ke dalam kontoidbersuara yaitu: m[m], n [n], l [l], r[ʐ]. Dan kontoid tidak bersuara yaitu: b [p , p [p‟ , f [f , d [t , t [t‟ , s [s , z [ts , c [ts‟ , sh [ʂ], zh [tʂ], ch [tʂ‟ , x [ɕ], j [tɕ], q [tɕ‟ , g [k , k [k‟ , h [x
Kontoid tidak bersuara masing-masing dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu :
- Kontoid tidak bersuara, aspiratif: p [p‟ , t [t‟ , k [k‟ , c [ts‟ , ch [ tʂ‟ , q [tɕ‟
- Kontoid tidak bersuara, tidak aspiratif: b [p], d [t], g [k], z [ts], zh [tʂ], j [tɕ]
4.1.1.1 Interferensi Kontoid /z/ [ts]
Kontoid /z/ [ts] merupakan kelompok kontoid afrikatif alveolar. Kontoid alveolar adalah kontoid yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi.
Kontoid /z/ [ ts ] dalam bahasa Mandarin merupakan kelompok kontoid afrikatif alveolar tak bersuara tak beraspirasi. Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan kontoid /z/ [ ts ]. Berikut ini
pemaparan bentuk interferensi kontoid /z/ bahasa ibu terhadap kontoid /z/ [ts]
bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 1: Interferensi kontoid /z/ [ts] [tʂ ] pada kode data 02/s3
z Transkripsi IPA Pelafalan Responden
za [tsa] [tʂ a]
ze [tsә [tʂ ә
zi [tsɿ] [tʂ i]
zai [tsai] [tʂ ai]
zei [tsei] [tʂ ei]
zao [tsao] [tʂ ao]
zou [tsou] [tʂ ou]
zan [tsan] [tʂ an]
zen [tsәn [tʂ ә
zang [tsaŋ [tʂ aŋ
zeng [tsәŋ [tʂ әn
zong [tsuŋ [tʂ ong]
zu [tsu] [tʂ u]
zuo [tsuo] [tʂ uo]
zui [tsuei] [tʂ uei]
zuan [tsuan] [tʂ uan]
zun [tsuәn [tʂ uәn
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan kontoid /z/ [ts]. Bunyi [ts] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [tʂ ].
4.1.1.2 Interferensi Kontoid /c/ [ts
Kontoid /c/ [ts ] merupakan kelompok kontoid alveolar. Kontoid alveolar adalah kontoid yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai artikulator dan lengkung kaki gaga (alveolum) sebagai titik artikulasi.
Kontoid /c/ [ts ] dalam bahasa Mandarin merupakan kelompok kontoid afrikatif alveolar tak bersuara tak beraspirasi. Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan kontoid /c/ [ts ]. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi kontoid /c/ bahasa ibu terhadap kontoid /c/ [ts ] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 2: Interferensi kontoid /c/[ts ] [ts] pada kode data 07/s9
c Transkripsi IPA Pelafalan Responden
ca [ts a] [tsa]
ce [ts ә] [tsә
ci [ts ɿ] [tsi]
cai [ts ai] [tsai]
cao [ts ao] [tsao]
cou [ts ou] [tsou]
can [ts an] [tsan]
cen [ts әn [tsәn
cang [ts aŋ [tsaŋ
ceng [ts әŋ [tsәŋ
cong [ts uŋ [tsong]
cu [ts u] [tsu]
cuo [ts uo] [tsuo]
cui [ts uei] [tsuei]
cuan [ts uan] [tsuɛn]
cun [ts uәn [tsun]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan kontoid /c/ [ts ]. Bunyi [ts ]bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [ts]
4.1.1.3 Interferensi Kontoid /zh/ [tʂ]
Kontoid /zh/ [tʂ] merupakan kelompok kontoid retrofleks. Kontoid retrofleks adalah penarikan ujung lidah ke belakang pada artikulasi primer, sehingga terdengar bunyi [r] pada bunyi utama.
Kontoid /zh/ [tʂ] dalam bahasa Mandarin merupakan kelompok kontoid afrikatif retrofleks tak bersuara tak beraspirasi. Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan kontoid /zh/ [tʂ]. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi kontoid /zh/ bahasa ibu terhadap kontoid /zh/ [tʂ]
bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 3: Interferensi kontoid /zh/ [tʂ] [tʂ ] pada kode data 09/s18
Zh Transripsi IPA Pelafalan Responden
Zha [tʂa] [tʂ a]
Zhe [tʂɛ] [tʂ e]
Zhi [tʂʅ] [tʂ i]
zhai [tʂai] [tʂ ai]
zhei [tʂei] [tʂ ei]
zhao [tʂao] [tʂ ao]
zhou [tʂou] [tʂ ou]
zhan [tʂan] [tʂ an]
zhen [tʂәn] [tʂ әn
zhang [tʂaŋ [tʂ aŋ
zheng [tʂәŋ [tʂ әŋ
zhong [tʂuŋ [tʂ ong]
Zhu [tʂu] [tʂ u]
zhua [tʂuᴀ] [tʂ uᴀ]
zhuo [tʂuo] [tʂ uo]
zhuai [tʂuai] [tʂ uai]
zhui [tʂuei] [tʂ uei]
zhuan [tʂuan] [tʂ uan]
zhun [tʂuәn [tʂ un]
zhuang [tʂuaŋ [tʂ uaŋ
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan kontoid /zh/ [tʂ]. Bunyi [tʂ] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [tʂ ].
4.1.1.4 Interferensi Kontoid /q/ [ʨ
Kontoid /q/ [ʨ ] merupakan kelompok kontoid palatal. Kontoid palatal adalah konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai artikulator dan langit-langit keras (plantum) sebagai titik artikulasi.
Kontoid /q/ [ʨ ] dalam bahasa Mandarin merupakan kelompok kontoid afrikatif palatal tidak bersuara aspiratif. Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan kontoid /q/ [ʨ ]. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi kontoid /q/ bahasa ibu terhadap kontoid /q/ [ʨ ] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 4: Interferensi kontoid /q/ [ʨ ] [ʨ] pada kode data 10/s09
q [ʨ Transkripsi IPA Pelafalan Responden
qi [ʨ i] [ʨi]
qia [ʨ iᴀ] [ʨiᴀ]
qiao [ʨ iau] [ʨiau]
qie [ʨ iɛ] [ʨiɛ]
qiu [ʨ iәu [ʨiәu
qian [ʨ iɛn] [ʨiɛn]
qin [ʨ in] [ʨin]
qiang [ʨ iaŋ [ʨiaŋ
qing [ʨ iŋ [ʨiŋ
qiong [ʨ yŋ [ʨyŋ
qu [ʨ y] [ʨu]
que [ʨ yɛ] [ʨue]
quan [ʨ yɛn] [ʨuɛn]
qun [ʨ yn] [ʨun]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan kontoid /q/ [ʨ ]. Bunyi [ ʨ ] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [ʨ].
4.1.2 Interferensi Vokoid Bahasa Ibu terhadap Vokoid Bahasa Mandarinoleh Mahasiswa tingkat II Sastra Cina USU
Vokoid bahasa ibu memiliki banyak kesamaan dengan vokoid bahasa Mandarin. Berikut penulis akan coba memaparkan cara pelafalan vokoidPinyin dalam bahasa Mandarin.
1. Vokoid /a/ dilafalkan [a] seperti dalam kata “aku”
2. Vokoid /i/ dilafalkan [yi seperti dalam kata “bayi‟
3. Vokoid /u/ dilafalkan [u] seperti dalam kata bau, vokoid /u/ juga dapat dilafalkan
[wu seperti dalam kata “wushu”, serta vokoid /u/ juga dapat dilafalkan [yu]seperti dalam kata kayu.
4. Vokoid /ü/ disebut sebagai ü atau dilafalkan [y] pengucapannya terlebih dahululafalkan vokal /i/, kemudian rubah posisi mulut menjadi vokal /u/.
5. Vokoid /e/dilafalkan [ɤ] dan /ê/ dilafalkan [ɛ].
6. Vokoid /o/ dilafalkan [ǫ seperti dalam kata “orang”
7. Vokoid /ai/ dilafalkan [aɪ] atau vokal /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /i/. Seperti /ai/ dalam kata belai.
8. Vokoid /ei/ dilafalkan [eɪ] atau vokoid /e/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /i/. Seperti /ei/ dalam kata hei.
9. Vokoid /ao/ dilafalkan[ɑʊ atau vokoid /a/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /o/. Seperti /ao/ dalam kata pulau.
10. Vokoid /ou/ dilafalkan [ɑʊ atau vokoid /o/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubahmenjadi lafal vokoid /u/. Seperti /ou/ dalam kata o..ow!!
11. Vokoid /ia/ dilafalkan vokoid /i/ atau /y/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /a/. Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata buaya
12. Vokoid /ie/ dilafalkan vokoid [iɛ] , lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /e/.Seperti [ye] dalam kata yen.
13. Vokoid /iao/ dilafalkan vokoid [iɑʊ , lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /a/ Seperti /ia/ atau /ya/ dalam kata yao.
14. Vokoid /ua/ dilafalkan[uɑ atau vokoid /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /a/ Seperti wa dalam kata uang.
15 Vokoid uo dilafalkan [uǫ atau vokoid /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /o/.
16. Vokoid /uai/ dilafalkan [uaɪ] vokoid /u/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /ai/ Seperti /wai/ dalam kata pantai.
17. Vokoid üe dilafalkan [y] atau vokoid /ü/ terlebih dahulu, lalu posisi mulut diubah menjadi lafal vokoid /e/. Seperti /yüe/ dalam kata yiue.
18. Vokoid /an/ dilafalkan [an] seperti dalam kata anak.
19. Vokoid /en/ dilafalkan[әn] seperti /eun/ dalam kata entah.
20. Vokoid /ang/ dilafalkan[ɑŋ seperti dalam kata angka 21. Vokoid /eng/ dilafalkan [ɤŋ seperti dalam kata enggak.
22. Vokoid /ong/ dilafalkan [ʊŋ vokal o terlebih dahulu lalu tanpa merubah posisimulut dilafalkan /ung/ seperti dalam kata gaung.
23. Vokoid /ian/ dilafalkan [iɛn] atau vokoid /i/ terlebih dahulu, lalu tanpa merubahposisi mulut, lalu lafalkan vokoid /en/ seperti dalam kata yen.
24. Vokoid /in/ dilafalkan [in] seperti /yin/ dalam kata kain.
25. Vokoid /iang/ dilafalkan [iɑŋ seperti yang dalam kata kayang 26. Vokoid ing dilafalkan [iŋ iәŋ seperti ying dalam kata inggris
27. Vokoid iong dilafalkan [iyŋ iʊŋ atau vokoid /i/ terlebih dahulu tanpa merubahposisi mulut, lafalkan vokoid /ong/ seperti yung dalam kata gayung.
28. Vokoid /uan/ dilafalkan [uan] atau wan seperti dalam kata awan.
29. Vokoid /uang/ dilafalkan [uɑŋ seperti wang dalam kata wangsit.
30. Vokoid /üan/ dilafalkan [yɛn] atau vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisimulut lalu lafalkan yuan seperti dalam kata yuen.
31. Vokoid /ün/ dilafalkan vokal /ü/ terlebih dahulu tanpa merubah posisi mulut lalu lafalkan /en/.
4.1.2.1 Interferensi Vokoid Tunggal /i/ [ɿ]
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid /i/ [ɿ] bahasa Mandarin. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid /i/ bahasa ibu terhadap vokoid /i/ [ɿ] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 5: Interferensi vokoid /i/ [ɿ] [i] pada kode data 04/s05
i [ɿ] Transkripsi IPA Pelafalan Responden
Zi [tsɿ] [tsi]
Ci [t ɿ] [ts i]
Si [ʂɿ] [ʂi]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /i/ [ɿ] bahasa Mandarin. Bunyi [ɿ] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [i].
4.1.2.2 Interferensi Vokoid Tunggal /i/ [ʅ]
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid /i/ [ʅ] bahasa Mandarin. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid [i] bahasa ibu terhadap vokoid /i/ [ʅ] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 6: Interferensi vokoid /i/ [ʅ] [ɛ] pada kode data 03/s5
i [ʅ] Transkripsi IPA Pelafalan Responden
zhi [tsʅ] [tsɛ]
chi [t ʅ] [ts ɛ]
shi [ʂʅ] [ʂɛ]
ri [ʐʅ] [ʐɛ]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /i/ [ʅ]. Bunyi [ʅ] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [ɛ].
4.1.2.3 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal /eng/ [әŋ
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid eng [әŋ bahasa Mandarin. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid eng bahasa ibu terhadap vokoid eng [әŋ bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 7: Interferensi vokoid eng [әŋ] [ɛŋ] pada kode data 12/s11
eng[әŋ] Transkripsi IPA Pelafalan Responden
beng [pәŋ [pɛŋ
peng [p әŋ [p ɛŋ
meng [mәŋ [mɛŋ
feng [fәŋ [fɛŋ
deng [tәŋ [tɛŋ
teng [t әŋ [t ɛŋ
neng [nәŋ [nɛŋ
leng [lәŋ [lɛŋ
zeng [tsәŋ [tsɛŋ
ceng [ts әŋ [ts ɛŋ
seng [ʂәŋ [ʂɛŋ
zheng [tʂәŋ [tʂɛŋ
cheng [tʂ әŋ [tʂ ɛŋ
sheng [ʂәŋ [ʂɛŋ
reng [ʐәŋ [ʐɛŋ
geng [kәŋ [kɛŋ
keng [k әŋ [k ɛŋ
heng [hәŋ [hɛŋ
weng [uәŋ [uɛŋ
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /eng/ [әŋ]. Bunyi [әŋ] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [ɛŋ
4.1.2.4 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal /ong/ [uŋ
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid /ong/ [uŋ bahasa Mandarin Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid ong bahasa ibu terhadap vokoid ong [uŋ bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 8: Interferensi vokoid ong [uŋ] [ong] pada kode data 07/s19
ong [uŋ]
Transkripsi IPA Pelafalan Responden
dong [tuŋ [toŋ
tong [t uŋ] [ts oŋ
nong [nuŋ] [noŋ
long [luŋ] [loŋ
zong [tsuŋ [tsoŋ
cong [ts uŋ [ts oŋ
song [ʂuŋ [soŋ
zhong [tʂuŋ [tʂoŋ
chong [tʂ uŋ [tʂ oŋ
rong [ʐuŋ [ʐoŋ
gong [kuŋ [koŋ
kong [k uŋ [k oŋ
hong [huŋ [hoŋ
yong [iuŋ [yoŋ
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid ong [uŋ Bunyi [uŋ] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [oŋ
4.1.2.5 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal /uan/ [uan]
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid /uan/ [uan] bahasa Mandarin. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid /uan/ bahasa ibu terhadap vokoid /uan/ [uan] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 9: Interferensi vokoid /uan/ [uan] [uɛn] pada kode data 25/s05
un [uan]
Transkripsi IPA Pelafalan Responden
duan [tuan] [tuɛn]
tuan [t uan] [ts uɛn]
luan [luan] [luɛn]
zuan [tsuan] [tsuɛn]
cuan [ts uan] [ts uɛn]
suan [ʂuan] [ʂuɛn]
zhuan [tʂuan] [tʂuɛn]
chuan [tʂ uan] [tʂ uɛn]
shuan [ʂuan] [ʂuɛn]
ruan [ʐuan] [ruɛn]
guan [kuan] [kuɛn]
kuan [k uan] [k uɛn]
huan [huan] [huɛn]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /uan/ [uan]. Bunyi [uan] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [uɛn].
4.1.2.6 Interferensi Vokoid Tunggal Nasal /un/ [uәn
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid un [uәn bahasa Mandarin Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid un bahasa ibu terhadap vokoid un [uәn bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 10: Interferensi vokoid un [uәn] [un] pada kode data 20/s34
un [uәn]
Transkripsi IPA Pelafalan Responden
dun [tuәn [tun]
tun [t uәn] [ts un]
lun [luәn] [nun]
zun [tsuәn] [tsun]
cun [ts uәn [ts un]
sun [ʂuәn] [ʂun]
zhun [tʂuәn] [tʂun]
chun [tʂ uәn [tʂ un]
shun [ʂuәn [ʂun]
run [ʐuәn [run]
gun [kuәn [kun]
kun [k uәn [k un]
hun [huәn [hun]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /un/ [uәn Bunyi [uәn] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [un].
4.1.2.7 Interferensi Vokoid Tunggal /ü/[y]
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid /ü/ [y]. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid /ü/ bahasa ibu terhadap vokoid /ü/ [y] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 11: Interferensi vokoid /ü/ [y] [u] pada kode data 20/s25
ü [y] Transkripsi IPA Pelafalan Responden
nü [ny] [ny]
lü [ly] [ly]
ju [ʨy] [ʨu]
qu [ʨ y] [ʨu]
xu [ɕy] [ɕu]
yu [iy] [yu]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /ü/ [y]. Bunyi [y] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [u].
4.1.2.8 Interferensi Vokoid Tunggal ün[yn]
Hasil dari penelitian ini adalah responden mengalami kesulitan dalam mengucapkan bunyi vokoid ün [yn] bahasa Mandarin. Berikut ini pemaparan bentuk interferensi vokoid ün [un] bahasa ibu terhadap vokoid ün [yn] bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU.
Tabel 12: Interferensi vokoid /ün/ [yn] [un] pada kode data 20/s30
ün [yn] Transkripsi IPA Pelafalan Responden
jun [ʨyn] [ʨun]
qun [ʨ yn] [ʨ un]
xun [ɕyn] [ɕun]
yun [iyn] [yun]
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mengalami kesulitan dalam pengucapan vokoid /ün/ [yn]. Bunyi [yn] bahasa Mandarin mengalami perubahan bunyi oleh responden menjadi [un].
4.2 Faktor Penyebab Terjadinya Interferensi Bahasa Ibu terhadap Bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Sastra Cina USU
Pada penelitian ini faktor penyebab terjadinya interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin adalah :
1. Adanya Kontak Bahasa
Berdasarkan kuesioner penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USUsebagian besar menggunakan bahasa daerah ketika berkomunikasi didalam kelas. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kontak bahasa diantara mereka yang saling berkomunikasi dengan bahasa daerah yang berbeda.
2. Kedwibahasaan Peserta Tutur
Berdasarkan kuesioner penelitian menunjukkan bahwa Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU adalah seorang penutur yang bilingual. Disini terlihat ketika mereka sedang berkomunikasi didalam kelas yang menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indoensia ketika berkomunikasi.
3. Terbawanya Pengaruh Bahasa Ibu (B1)
Berdasarkan kuesioner penelitian menunjukkan bahwa terdapat 30 orang Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina USU menggunakan bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Disini menunjukkan bahwa bahasa ibu bukanlah bahasa Indonesia tetapi bahasa Daerah mereka.
BABV
SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Bentuk interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin oleh Mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara.
I. Interferensi kontoid bahasa ibu terhadap kontoid bahasa Mandarin oleh mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara terjadi pada (1) Interferensi kontoid /z/ [ts], interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi [ts] menjadi [tʂ (2) Interferensi kontoid c [ts , interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi [ts menjadi [ts]. (3) Interferensi kontoid /zh/[tʂ], interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi [tʂ] menjadi [tʂ ]. (4) Interferensi kontoid /q/ [ʨ ], interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi [ʨ ] menjadi [ʨ].
II. Interferensi vokoid bahasa ibu terhadap vokoid bahasa Mandarin oleh mahasiswa tingkat II Program Studi Sastra Cina Universitas Sumatera Utara terjadi pada (1) Interferensi vokoid /i/ [ɿ], interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi [ɿ]
menjadi [i]. (2) Interferensi vokoid /i/ [ʅ], interferensi yang terjadi
pada tataran ini berupa perubahan bunyi /i/ [ʅ] menjadi [ɛ]. (3) Interferensi vokoid eng [әŋ , interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi eng [әŋ menjadi [ɛŋ (4) Interferensi vokoid ong [uŋ , interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi ong [uŋ menjadi [ong (5) Interferensi vokoid un [uәn , interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi un [uәn menjadi [un]. (6) Interferensi vokoid /ü/ [y], interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi /ü/ [y] menjadi /u/. (7) Interferensi vokoid /ün/ [yn], interferensi yang terjadi pada tataran ini berupa perubahan bunyi /ün/ [yn] menjadi [un].
2) Faktor penyebab terjadinya interferensi fonologi bahasa ibu terhadap fonologi bahasa Mandarin adalah :
1. Adanya Kontak Bahasa 2. Kedwibahasaan Peserta Tutur
3. Terbawanya Pengaruh Bahasa Ibu (B1).
5.2 Saran
Melalui penelitian ini, penulis menyarankan bahwa dalam pembelajaran bahasa Mandarin sebagai bahasa kedua perlu adanya peningkatan kesadaran diri dari tiap individu. Meskipun kegiatan belajar bahasa kedua berwujud pada pengajaran bahasa di tempat belajar dapat menghasilkan pengetahuan tentang bahasa yang dipelajari. Namun jika terdapat keengganan atau kurangnya kesadaran diri, hal ini tentunya dapat berpengaruh pada kemampuan fisik dan kognitif dari hasil belajar.