ANALISIS PERHITUNGAN PPH FINAL PASAL 4 AYAT 2 PADA
KP-RI DHAYA HARTA DAN PELAPORANNYA
Nur Sa’diyah
1, R. Bambang Dwi Waryanto
2, Rina Fariana
3Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 1
Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2, 3 ccdiyah@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perhitungan PPh Final pasal 4 ayat 2 pada KP-RI Dhaya Harta yang dipotong pihak lain dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prosedur pelaporan SPT tahunan KP-RI Dhaya Harta. Subyek dalam penelitian ini adalah KP-RI Dhaya Harta dengan obyek kesesuaian PPh terutang final atas koperasi pada tahun 2018. Pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut menunjukan bahwa perhitungan PPh terutang pada KP-RI Dhaya Harta telah sesuai dan telah melaporkan SPT tahunan ke KPP Pratama Mojokerto. Sebaiknya KP-RI Dhaya Harta lebih disiplin dalam pelaporan SPT tahunan agar terbebas dari sanksi administrasi, selanjutnya agar menerapkan perencanaan pajak untuk perencanaan pencadangan pajak, dan sebaiknya memberikan pemahaman lebih terhadap anggota agar tumbuh rasa memiliki dan rasa untuk ikut serta dalam mempertahankan dan memajukan koperasi KP-RI Dhaya Harta. Kata Kunci: Perhitungan PPh, SPT, Koperasi, Perencanaan Pajak
ABSTRACT
This research aims to know the suitability of PPh Final calculation of article 4 paragraph 2 on KP-RI Dhaya treasure that cut the other party with the prevailing regulations and reporting procedures SUCH AS the annual KP-RI Dhaya treasures. The subjects in this study is KP-RI Dhaya Treasure with the suitability of PPh is owed over the final cooperative in the year 2018. The collection of data using interviews, observation, and documentation is then analyzed using descriptive qualitative analysis techniques. The study showed that the calculation of the income tax payable on a KP-RI Dhaya Treasures have been appropriate and have reported annual SPT to KPP Pratama Mojokerto. KP-RI Dhaya should Treasure more discipline in reporting Annual SPT so freed from sanctions in the next administration, in order to implement tax planning for backup planning taxes, and should give more understanding towards a member so grow a sense of belonging and a sense to participate in maintaining and advancing cooperative KP-RI Dhaya treasures.
Keywords: Calculations PPh, SPT, Cooperatives, Tax Planning
PENDAHULUAN
Pembangunan di Indonesia sangatlah penting untuk
mensejahterakan masyarakat. Pembangunan tidak akan tercapai apabila tidak ada kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat. Membayar pajak merupakan salah satu kewajiban warga negara didalam turut serta memelihara kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Dimana pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling utama, oleh karena itu masyarakat harus mengerti pajak dan cara perhitungannya, agar tidak terjadi kesalahan dan penyimpangan dalam pembayaran pajak. Sehingga pemerintah mengeluarkan peraturan berupa Undang-undang Perpajakan, untuk mengatur mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pajak, wajib pajak, subjek pajak, objek pajak, maupun tata cara perhitungan pajak.
Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu penerimaan terbesar dari penerimaan Negara. Berdasarkan Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan tertentu dengan pertimbangan kesederhanaan, kemudahan, serta pengawasan. Salah satu objek pajak dari PPh Final Pasal 4 ayat (2) adalah bunga deposito dan tabungan lainnya. Pada saat diterapkan Perhitungan bunga serta pemotongan PPh Final Pasal 4 ayat (2) atas bunga deposito dan tabungan nasabah di PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu. Hasilnya menunjukkan bahwa perhitungan PPh Final Pasal 4 ayat
(2) atas bunga deposito dan tabungan telah sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Sebaiknya Pimpinan PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu meningkatkan kualitas pelayanan terhadap setiap nasabah, agar nasabah meningkatkan jumlah simpanannya pada bank (Wardani, 2015).
Penerimaan PPh ini diharapkan dapat terus meningkat seiring dengan pertumbuhan dunia usaha nasional. Untuk itu pemerintah mulai melaksanakan suatu terobosan yaitu dengan menerapkan sistem PPh yang bersifat final. Undang-undang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 memberikan mandat kepada pemerintah untuk mengenakan PPh final atas penghasilan-penghasilan tertentu. Dimana penghasilan-penghasilan tertentu itu mencakup tentang Koperasi.
Maka sesuai latar belakang ini dan beberapa penelitian yang telah menjadi referensi, penulis bermaksud untuk mengaplikasikan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 pada Koperasi. Sehingga penulis melakukan penelitian tentang “ Analisis Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 Pada KP-RI Dhaya Harta Dan Pelaporannya”.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 pada KP-RI Dhaya
Harta ?” dan “
Bagaimana
Prosedur Pelaporan SPT Tahunan
KP-RI Dhaya Harta ?”.
Tujuan dalam penelitian ini adalah u
ntuk
mengetahui
kesesuaian
perhitungan
PPh
Final pasal 4 ayat 2 pada KP-RI
Dhaya Harta yang dipotong
pihak lain dengan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku dan untuk mengetahui
prosedur pelaporan SPT tahunan
KP-RI Dhaya Harta.
Telaah Pustaka Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi maupun badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1). Pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan, tidak mendapatkan prestasi dan langsung dapat ditunjuk untuk pembiayaan pengeluaran umum Adriani (2014). Pajak merupakan keikutsertaan atau keterlibatan dalam menyerahkan sebagian dari kekayaan kekas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, namun bersifat memaksa
berdasarkan peraturan yang ditetapkan pemerintah, tetapi tidak ada jasa timbal balik atau imbalan dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum. Pajak Penghasilan
Menurut Raditya (2016), Pajak Penghasilan adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan atas setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima wajib pajak dalam negeri atau luar negeri yang dapat dipakai konsumsi atau menambah kekayaan wajib pajak dengan nama dan bentuk apapun dengan merujuk pada Undang-undang pajak penghasilan sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi maupun badan atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu periode pajak yang merujuk pada Undang-undang pajak penghasilan sebagaimana yang telah ditetapkan pada UU No. 7 Tahun 1983 dan mengalami perubahan beberapa kali dan yang kini telah ditetapkan UU No. 36 Tahun 2008.
Ketentuan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 PPh Final adalah pajak penghasilan yang bersifat final, yaitu bahwa setelah pelunasannya, kewajiban pajak telah selesai dan penghasilan yang dikenakan pajak
penghasilan final tidak digabungkan dengan jenis penghasilan lain yang terkena pajak penghasilan yang bersifat tidak final. Pajak jenis ini dapat dikenakan terhadap jenis penghasilan, transaksi atau usaha tertentu. Laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih. Beberapa jenis penghasilan yang terdapat didalam PPh Pasal 4 ayat (2) adalah :
1. Bunga Deposito/Tabungan dan Diskonto Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
2. Hadiah Undian.
3. Penghasilan Bunga dan Diskonto dari Obligasi yang diperdagangkan dan/atau dilaporkan pada perdagangan di Bursa Efek.
4. Penjualan Saham Pendiri dan Bukan Pendiri di Bursa Efek. Dasar Hukum
1. UU No. 36 Tahun 2008 tenteng pajak penghasilan.
2. PP Nomor 46 Tahun 2013 (berlaku sejak Juni 2013) tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu.
3. PP Nomor 23 Tahun 2018 (berlaku sejak Juli 2018) tentang pajak penghasilan atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu.
Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak Badan
1. Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan
Tata cara Pelaporan atau Penyimpanan Surat Pemberitahuan Tahunan Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan dan Tata cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009 (UU KUP), tata cara pelaporan SPT Tahunan yaitu :
a. Setiap Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SPT Tahunan dengan benar, lengkap dan jelas serta menandatanganinya.
b. SPT Tahunan ditandatangani oleh Wajib Pajak atau orang yang diberi kuasa untuk menandatangani sepanjang dilampiri dengan surat kuasa khusus.
c. SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen.
d. Wajib Pajak harus mengambil sendiri formulir SPT Tahunan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau KP2KP atau dengan cara mengunduh melalui website pajak yaitu www.pajak.go.id dan menyampaikan paling lambat
3 bulan setelah Tahun Pajak berakhir.
e. Penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau penerimaan surat atau dengn cara lain.
f. Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan harus dibayar lunas sebelum SPT Tahunan disampaikan. g. Wajib Pajak membayar atau
menyetor pajak yang terutang ke kas negara melalui kantor pos atau bank persepsi.
h. Wajib Pajak dapat mengangsur dan menunda pembayaran pajak, termasuk kekurangan pajak.
i. Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan paling lama 2 (dua) bualan. j. SPT Tahunan yang tidak
disampaiakan dalam jangaka waktu yang ditetapkan atau dalam waktu perpanjangan penyampaian SPT Tahunan. k. Setiap orang yang karena
kealpaannya atau dengan sengaja tidak menyampaikan SPT Tahuan atau menyampaikan SPT Tahunan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan kerugian
negara dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Tax Planning
Tax Planning merupakan
rangkaian strategi untuk mengatur akuntansi dan keuangan perusahaan untuk meminimalkan kewajiban perpajakan dengan cara-cara yang tidak melanggar peraturan perpajakan (in legal way). Dalam arti yang lebih luas meliputi keseluruhan fungsi manajemen perpajakan (Chairil, 2016:8).
METODE PENELITIAN Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian :
a. Sekretaris KP-RI Dhaya Harta b. Bendahara KP-RI Dhaya Harta c. Dosen yang berpotensi di
bidang pajak Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
2. Obyek Penelitian : Kesesuaian PPh terutang final atas koperasi pada tahun 2018 pada KP-RI Dhaya Harta
Kerangka Konseptual
Gambar 1 Kerangka Konseptual
Sumber : Data diolah
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara 2. Observasi 3. Dokumentasi Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pendekatan deskriptif kualitatif, yang dimana untuk menganalisis data dengan cara pemaparan hasil penelitian, mengelola hasil penelitian, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata-kata dan kalimat secara deskriptif sebagai jawaban atas pembahasan yang diteliti. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengevaluasi kesesuaian
perhitungan PPh terutang final pada Koperasi, langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Kajian menurut perusahaan,
berkaitan dengan PPh terutang final atas koperasi yang
dilakukan oleh KP-RI Dhaya Harta.
b. Kajian menurut teori, berkaitan dengan aturan PPh terutang final atas koperasi dan PPh terutang final yang dilakukan oleh KP-RI Dhaya Harta.
c. Teknik analisis komparasi, dengan membandingkan antara perhitungan PPh terutang final atas koperasi yang dilakukan oleh Koperasi dengan perhitungan PPh terutang final atas koperasi menurut aturan.
2. Melaporkan SPT Tahunan 1771
KP-RI Dhaya Harta.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan PPh Terutang Final atas Koperasi
Tabel 1
Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Bulan Keterangan Januari Sesuai Februari Sesuai Maret Sesuai April Sesuai Mei Sesuai Juni Sesuai Juli Sesuai Agustus Sesuai September Sesuai Oktober Sesuai November Sesuai Desember Sesuai Sumber : Data diolah
Perhitungan PPh Final Pasal 4 Ayat 2 (X1) Prosedur Pelaporan SPT (X2) Ketaatan Dalam Pembayaran Pajak (Y1) Tax Planning (Y2)
Pelaporan PPh Terutang Final atas Koperasi
Tabel 2
Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak
Badan Prosedur Keterangan Ketepatan waktu pelaporan SPT Tidak Ketepatan nominal pembayaran Iya Mengisi dan Menyampaikan SPT Tahunan dengan benar
Iya SPT Tahunan ditanda
tangani oleh Wajib Pajak Iya Penyampaian SPT
Tahunan ke Kantor Pembayaran Pajak (KPP)
Iya Sumber : Data diolah
Pembahasan
1. Perhitungan PPh Terutang Final atas Koperasi
Di dalam koperasi, perhitungan pajak penghasilan koperasi dikenakan tarif sebesar 1% dan 0,5%. Perhitungan pajak penghasilannya dilakulakan setiap masa bulanan dari bulan Januari hingga Desember 2018. Koperasi ini sudah memiliki Badan Hukum: 589 B/BH/II/12-67 yang tertanggal 29 September 2001. Perhitungan PPh yang dilakukan koperasi sudah sesuai dengan apa yang dipaparkan di dalam aturan. Tarif yang dikenakan koperasi sudah sesuai dengan aturan dan terdapat pada Badan Hukum, sehingga dalam
perhitungan PPh terutang final atas koperasi di KP-RI Dhaya Harta ini dapat dikatakan sudah mengacu pada peraturan yang ada.
2. Melaporkan SPT Tahunan 1771
KP-RI Dhaya Harta
Pada KP-RI Dhaya Harta, PPh terutangnya dipotong oleh pihak lain (pemberi kerja) maka dalam pelaporan SPT menggunakan SPT tahunan. Pelaporan SPT PPh untuk wajib pajak badan memiliki kode formulir 1771, untuk koperasi karena sudah dikenakan PPh final maka seharusnya status SPT tahunannya adalah nihil. Nihil bukan berarti tidak membayar pajak, karena pajak yang telah dipungut tetap dibayar langsung oleh pemberi kerja atau koperasi. Berdasarkan teknik analisis deskriptif, pelaporan SPT koperasi berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bendahara koperasi, dapat diketahui bahwa koperasi selalu mengisi SPT dengan benar, pernah mengalami keterlambatan pelaporan SPT, dan pelaporan SPT dilakukan setiap bulan Maret. Koperasi belum dapat dikatakan telah melaporkan SPT tepat waktu, tetapi sudah mengisi SPT dan menyampaikan SPTnya dengan benar, lengkap dan jelas karena koperasi telah menerima bukti pembayaran pajak dari KPP
Pratama Mojokerto tempat SPT tahunan koperasi dilaporkan.
3. Perencanaan
Pajak
(Tax
Planning)
Pada koperasi KP-RI Dhaya Harta, sesuai dengan hasil wawancara kopersi KP-RI Dhaya Harta belum menerapkan perencanaan pajak (Tax Planning). Karena koperasi KP-RI Dhaya Harta lebih mengutamakan ketaatan peraturan yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Dimana sebenarnya fungsi dari perencanaan pajak untuk PPh final adalah sebagai perencanaan yang ditujukan untuk pencadangan pajak terutang final.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam perhitungan PPh terutang final oleh KP-RI Dhaya Harta dapat dikatakan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. PPh terutang final koperasi yang dipotong oleh pihak lain sudah sesuai dengan tarif PPh terutang final atas koperasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018. Selain itu PPh yang dipotong oleh pihak lain juga sudah mempunyai bukti pembayaran pajak dari KPP Pratama Mojokerto.
2. Pelaporan PPh terutang final wajib pajak badan atas koperasi menggunakan formulir 1771, dan koperasi telah mengisi dan telah melaporkan SPT tahunannya ke KPP tempat koperasi terdaftar, yaitu di KPP Pratama Mojokerto. Serta koperasi telah mendapatkan bukti pembayaran pajak dari KPP Pratama Mojokerto.
3. KP-RI Dhaya Harta belum menerapkan perencanaan pajak (Tax Planning), tetapi lebih mengutamakan ketaatan peraturan yang telah dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). 4. Terdapat penurunan jumlah
anggota mengakibatkan pengendapan modal sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan anggotanya yang membutuhkan modal pinjaman dengan nilai yang cukup besar.
IMPLIKASI
1. KP-RI Dhaya Harta harus lebih disiplin dalam pelaporan SPT tahunan agar terbebas dari sanksi keterlambatan yang berupa sanksi administrasi.
2. KP-RI Dhaya Harta perlu menerapkan perencanaan pajak (Tax Planning) meski PPh terutang final bersifat pasti. Jadi perencanaan pajak yang diterapkan adalah perencanaan pencadangan pajak sebesar tarif pajak terutang sebagai partisipasi adanya kesalahan dalam
perhitungan atau kesalahan lainnya.
3. KP-RI Dhaya Harta perlu memberikan pemahaman lebih terhadap anggota agar anggota memiliki rasa memiliki dan tumbuh rasa untuk ikut serta dalam mempertahankan dan memajukan koperasi KP-RI Dhaya Harta.
KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan dalam penelitian ini adalah dalam hal dokumentasi yang terkait dengan PPh Final pasal 4 Ayat 2. Apabila terdapat tambahan informasi diluar fokus penelitian ini maka dapat diambil sebagai data pendukung dan dapat dilakukan pengkajian lebih dalam pada penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adriani. 2014. Teori Perpajakan. Jakarta:Salemba Empat. Mokoagow, Wita Wardani. 2015.
Analisis Perhitungan PPh Final Pasal 2 Ayat 2 atas Bunga Deposito dan Tabungan Nasabah Pada PT. Bank Sulut Cabang Kotamobagu. Manado:Jurnal
Emba.
Peraturan Perpajakan Nomor 23 Tahun 2018 Tentang PPh
Final.
Peraturan Perpajakan Nomor 46 Tahun 2013 Tentang PPh
Final.
Pohan, Chairil Anwar. 2016.
Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis, Buku Edisi Revisi (IV). Jakarta:PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Raditya, Monica. 2016. Evaluasi Pajak
Penghasilan atas Jasa Konstruksi Stidi Kasus di PT. Concvetindo Citra Sarana.
Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.