• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM PENERAPAN MATA PELAJARAN PAI DI SMPN 1 AMPEK ANGKEK KENAGARIAN BIARO GADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DALAM PENERAPAN MATA PELAJARAN PAI DI SMPN 1 AMPEK ANGKEK KENAGARIAN BIARO GADANG."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

57 ABSTRAK

Skripsi ini atas nama EKA SATRIA, NIM. 2114.194, judul skripsi:

“KERJA SAMA ORANG TUA dan GURU DALAM PENERAPAN MATA PELAJARAN PAI DI SMPN 1 AMPEK ANGKEK KENAGARIAN BIARO GADANG.” Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah da Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. 2018

Penelitian ini dilatar belakangi karena jarangnya penerapan mata pelajaran PAI dalam kehidupan sehari-hari dari apa yang telah diperoleh oleh siswa di sekolah. Orang Tua dan Guru memiliki peran masing-masing dalam membantu siswa dalam penerapan mata pelajaran PAI. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui informasi tentang: bentuk-bentuk kerja sama yang dilakukan oleh orang tua dan guru dalam menerapkan mata pelajaran PAI dan kendala-kendala yang dihadapi orang tua dan guru dalam penerapan mata pelajaran PAI.

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian field research (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan pendukung. Informan kunci dalam penelitian ini adalah satu orang guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan orang tua siswa dan informan pendukung dalam penelitian ini adalah waka kurikulum dan waka kesiswaan. Data kemudian dianalisis berdasarkan teknik analisa data yang disarankan oleh Milles dan Huberman dengan langkah reduksi data, display data, dan menarik kesimpulan. Untuk menjamin keabsahan datapenulis menggunakan triangulasi data dengan cara membandingkan antara hasil wawancara dengan observasi.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data maka penulis menyimpulkan bahwa sudah terealisasi kerja sama Orang Tua dan Guru dalam penerapan mata pelajaran PAI, tapi belum berjalan dengan maksimal. Hal ini di sebabkan karena beberapa kendala yang dihadapi oleh Orang tua dan Guru yaitu Orang Tua siswa mempunyai kesibukan terhadap aktifitasnya sehingga sulit mengontrol kegiatan yang dilakukan siswa, rendahnya pendidikan Orang Tua sehingga Orang Tua sulit membantu siswa dalam penerapan mata pelajaran PAI, dan keadaan ekonomi keluarga siswa. Bentuk-bentuk kerja sama yang dilakukan Orang Tua dan Guru dalam penerapan mata pelajaran PAI adalah adanya kunjungan ke rumah siswa, diudangnya orang tua ke sekolah, case conference, mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga. Proses penerapan mata pelejaran PAI tidak terlepas dari kerja sama yang dilakukan oleh Orang Tua dan Guru. Jadi dapat disimpulkan bahwa harus adanya kerja sama yang dilakukan oleh Orang Tua dan Guru dalam penerapan mata pelajran PAI siswa.

KATA PENGANTAR

(2)

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan taufik dan hidayahNya, yang telah memberikan kesabaran kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebua karya ilmiah untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, dalam bentuk skripsi yang berjudul “Kerja Sama Orang Tua dan Guru dalam Penerapan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang”

Shalawat dan salam penulis tidak lupa mengucapkan untuk Nabi Muhammad SAW. yang telah meninggalkan dua pedoman hidup menuju jalan yang diridhoi Allah SWT dan membawa umat manusia dari alam jahiliyah sampai zaman yang berilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Pada kesempatan ini, dari hati yang palng dalam, penulis ingin mengatukan rasa terima kasih yang tulus kepada Ibunda Adilla dan ayahanda Tanzilal Aziz yang selalu mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, dan juga Adinda Aisyah, serta seluruh keluarga besar penulis yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk tiada kata penulis ucapkan selain terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Ibu Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah memberi fasilitas, sarana, dan prasarana selama menimba ilmu pengetahuan.

2. Bapak/Ibu Wakil Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

(3)

3. Bapak Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

4. Bapak Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

5. Bapak pimpinan perpustakaan serta karyawan dan karyawati perpustakaan Institut Agama Islam Negeeri (IAIN) Bukittinggi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis untuk meminjam buku.

6. Bapak Pendi Hasibuan, M. Ag dan Bapak Drs. Alimir M. Pd. I selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepda penulis dalam menyelesaikan skripsi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

7. Bapak Pendi Hasibuan, M. Ag selaku Penasehat Akademik yang telah membimbing dalam menyelesaikan perkuliahan di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi..

8. Bapak dan Ibu dosen serta karyawan dan karyawati Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan.

9. Seluruh teman-teman jurusan Pendidikan Agama Islam BP. 2014 dan pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terakhir penulis mendo‟akan mudah-mudahan seluruh bentuk bantuan

yang telah penulis terima dari semua pihak, dibalas oleh Allah SWT dengan

kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari

kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat

membangun dari para pembaca semoga skripsi ini dapat menambah ilmu

(4)

pembaca, dan akhirnya kepada Allah SWT dikembalikan segala urusan dan dipertanggung jawabkan.

Bukittinggi, Agustus 2018 Penulis,

EKA SATRIA NIM: 2114.194

DAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING

KATA PENGANTAR ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

(5)

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 9

F. Penjelasan Judul ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI A. Kerja sama Orang Tua dan Guru ... 12

1. Pengertian Kerja sama ... 12

2. Pengertian Orang Tua ... 12

3. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua ... 15

4. Pengertian Guru ... 17

5. Tugas dan Tanggung jawab Guru ... 18

6. Bentuk-bentuk Kerja sama Orang Tua dan Guru ... 23

B. Mata Pelajaran PAI ... 26

1. Pengertian Mata Pelajaran PAI ... 26

2. Jenis-jenis Mata Pelajaran PAI ... 28

C. Penerapan Pembelajaran PAI ... 31

1. Pengertian Penerapan Pembelajaran PAI ... 31

2. Pengertian Pembelajaran PAI ... 32

3. Fungsi Pembelajaran PAI ... 35

4. Dasar Pembelajaran PAI ... 36

(6)

5. Ruang Lingkup Pembelajaran PAI ... 37

6. Tujuan Pembelajaran PAI... 38

7. Metode Pembelajaran PAI ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53

B. Lokasi Penelitian ... 53

C. Informan ... 54

D. Teknik Pengumpulan Data ... 54

E. Teknik Analisis Data ... 55

F. Triagulasi Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Temuan umum ... 57

1. Sejarah SMPN 1 Ampek Angkek ... 57

2. Visi dan Misi SMPN 1 Ampek Angkek ... 59

3. Tujuan Pendidikan ... 60

4. Data Siswa dalam 3 Tahun Terakhir ... 61

5. Data Guru dan Pegawai ... 61

6. Data Ruangan ... 61

7. Kepala Sekolah ... 61

8. Fasilitas ... 62

9. Ekstrakurikuler ... 63

10. Prestasi Siswa SMPN 1 Ampek Angkek ... 63

11. Prestasi Guru dan Pegawai ... 64

(7)

B. Temuan Khusus ... 65 1. Bentuk-bentuk Kerja Sama Orang Tua dan Guru ... 65 2. Kendala yang Dihadapi oleh Orang Tua dan Guru dalam Penerapan

Mata Pelajaran PAI ... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 77 B. Saran ... 78

KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam merupakan usaha bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik, agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai suatu

pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup dunia maupun

akhirat. Secara umum pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta menanamkan akhlak mulia

(8)

kepada peserta didik.

1

Mata pelajaran pendidikan Agama Islam bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, serta pengalaman siswa tentang pedidikan Agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Dalam rangka mengoptimalkan pendidikan tersebut maka perlunya peran seorang guru dalam memberikan pendidikan. Kata guru berasal dari bahasa Indonesia, yang berarti seorang yang mengajar, dalam bahasa Inggris kata guru berasal dari kata teacher, yang berarti pengajar.

2

Dalam pengertian luas guru adalah pendidik yang profesioanal karena secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang bersifat keilmuan tetapi merupakan tugas dari kelanjutan orang tua yang dilaksanakan di lembaga formal. Di samping peran guru dalam mengajar, guru juga harus memperhatikan metode mengajar. Metode adalah suatu alat untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing sedangkan peserta didik adalah sebagai objek penerima atau yang dibimbing.

Selain peranan guru, peran orang tua dalam mengoptimalkan pendidikan anak sangatlah diperlukan. Orang tua adalah Ayah dan Ibu kandung. Seseorang yang melahirkan kita dan mendidik kita hingga dewasa.

1 Supardi, dkk, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Diadit Media, 2009), Cet. Ke-1, h. 30

2 Jhon M. Echolas dan Hasan Sadili, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Grenmedia, 1982), Cet. Ke 1, h. 51

(9)

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

3

Seperti dijelaskan dalam hadits yang diriwayat kan oleh „Abdurrazzaq dan Sa‟id bin Manshur yang berbunyi:

4

ْمُهْوُبِّدَأَو َرْيَخْلا مُكِلْهَأَو ْمُكَدَلاْوَأ اْوُمِّلَع Artinya:

“Ajarkanlah kebaikan kepada anak-anakmu dan keluargamu serta didiklah mereka.”

5

Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa orang tua adalah orang yang pertama kali memikul tanggung jawab pendidikan anak, karena anak pada awal kehidupannya berada di tengah-tengah Ibu dan Ayah. Dari merekalah anak mulai mengenal pendidikannya. Dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada di tengah-tengah orang tuanya.

Orang tua sangat dibutuhkan untuk mengaplikasikan pelajaran yang diajarkan disekolah supaya bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pelajaran pedidikan Agama Islam. Orang tua harus membantu guru pendidikan Agama Islam agar apa yang telah diberikan oleh guru pendidikan Agama Islam disekolah dapat tercapai dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh anak didik. Supaya hal tersebut dapat terealisasi di kehidupan sehari-hari perlu adanya kerja sama yang dilakukan oleh guru dan orang tua. Kerjasama antara orang tua dan guru tentu diterapkan berbagai

3 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. Ke-3, h.

35

4 Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1990), Cet. Ke-1, h. 87

5 H.R. „Abdurrazzaq dan Sa‟id bin Manshur

(10)

macam variasi atau bentuk serta cara pembinaan yang berbeda agar orang tua dan guru tidak merasa jenuh dan bosan sehingga hasil dari kerjasama tersebut bisa menjadi lebih baik.

Melihat realitanya saat ini, tujuan dari pelajaran itu belum tercapai dengan baik. Masih banyaknya siswa yang memiliki akhlak dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan yang diajarkan oleh guru pendidikan Agama Islam di sekolah. Selain itu, masih banyak siswa yang tidak melaksanakan shalat lima waktu. Contohnya saja shalat zuhur berjamaah yang dilakukan di sekolah, masih banyaknya siswa yang enggan atau tidak mau melakukan shalat berjamaah dengan berbagai alasan yang mereka berikan. Siswa hanya menganggap pelajaran pendidikan Agama Islam itu hanya pelajaran biasa yang tidak harus diterapkan dikehidupan sehari-hari. Seperti yang kita ketahui, bahwa pelajaran pedidikan Agama Islam itu bukan hanya sebagai teori saja tatapi harus kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Di SMPN 1 Ampek Angkek penerapan pelajaran pendidikan Agama

Islam belum sepenuhnya di terapkan oleh anak didik dalam kehidupan sehari-

hari, khususnya di kelas VII SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro

Gadang Kecamatan Ampek Angkek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya pembelajaran Pendidikan Agama Islam belum sepenuhnya

diterapkan dalam tingkah laku siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam hanya berfungsi sebagai mata pelajaran di sekolah saja. Sedangkan

implikasi dan penerapan dari pelajaran itu sendiri belum terlihat pada diri

siswa. Hal lain juga dapat dilihat bahwa masih jauhnya pelaksanaan pelajaran

PAI dalam tingkah laku kesehariannya. Masih banyaknya siswa yang

(11)

memilikan tingkah laku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, banyak siswa yang berbicara tidak sopan, terkadang menyebut kata-kata kotor atau tidak pantas untuk didengar, masih banyaknya siswa yang tidak melakukan shalat liama waktu.

Berdasarkan observasi awal penulis pada tanggal 18 september 2017 di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek bahwa guru Pendidikan Agama Islam sudah mengajarkan dan membentuk akhlak siswa sesuai dengan materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, tetapi masih sekedar penerapan materi, sedangkan dalam prakteknya belum sesuai, padahal tugas atau peran guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik yang harus mengajarkan, membentuk dan memperbaiki akhlak siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu butuhnya kerja sama antara pihak-pihak guru dan orang tua siswa.

Hal ini disebabkan karena kurangnya kerja sama antara guru-guru dan orang tua siswa, maka tujuan pembelajaran tersebut belum dapat tercapai dengan baik apa yang diharapkan. Menurut salah seorang guru di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek tersebut, mengatakan bahwa perlunya tanggung jawab orang tua dalam memperhatikan akhlak siswa di lingkungan keluarga. Karena tidak cukup dengan tanggung jawab guru saja dalam memperhatikan dan membina akhlak siswa. Dengan adanya hubungan kerja sama seperti ini akan dapat membantu siswa dalam menerapkan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut pada masing-masing siswa.

6

6 Wawancara dengan majelis guru SMPN 1 Ampek Angkek kenagarian Biaro gadang kecamatan Ampek Angkek

(12)

Hubungan kerja sama antara guru dan orang tua murid sangatlah penting, dengan demikian, maka diperlukan langkah-langkah yang dapat mendukung terlaksananya peningkatan aktivitas belajar dari siswa tersebut.

Walaupun kendala yang dihadapi tentunya tidak sedikit, tetapi dengan tujuan yang jelas perlunya kerja sama sebagai pelaksanaan dan penanggung jawab pendidikan agama oleh orang tua di rumah atau keluarga, dan guru di lingkungan sekolah.

Salah satu dasar terbentuknya kerja sama guru dan orang tua adalah bahwa organisasi orang tua di pendidikan formal dimulai dari tingkat dasar sampai dengan menengah adalah dalam UU No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah, sekolah hanya membantu kelangsungan pendidikan anak, karena pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah pendidikan dari orang tuanya. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur pendidikan formal memerlukan kerja sama antara orang tua dan guru di sekolah.

7

Pelaksanaan kerja sama itu tidaklah mudah, karena dibutuhkan perhatian yang khusus dari orang tua dan guru di sekolah, sehingga segala upaya telah dilakukan oleh guru SMPN 1 Ampek Angkek kenagarian Biaro gadang kecamatan Ampek Angkek dapat menyukseskan kegiatan ini dengan cara mengundang orang tua murid untuk melakukan pertemuan yang terkait masalah kerja sama tersebut. Menurut Undang-undang di atas, adapun bentuk kerja sama yang dimaksud adalah:

7 Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

(13)

1. Adanya kunjungan ke rumah anak didik dalam rangka memberikan motifasi kepada orang tua untuk dapat membantu pekerjaan guru dalam membina anak didik dalam hal pendidikan agama anak, sehingga terbentuklah akhlak yang mulia dan perilaku baik dalam kehidupannya sehari-hari.

8

2. Guru mengundang orang tua ke sekolah, dalam hal ini orang tua diberi kesempatan untuk dapat ikut serta dalam kegiatan yang diselenggarakan sekolah dalam bentuk perlombaan keagamaan dan penerapan pembelajaran di sekolah.

Beranjak dari permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan meninjau dari segi peranan guru di SMPN 1 Ampek Angkek kenagarian Biaro gadang kecamatan Ampek Angkek dalam membina akhlak siswa. Karena penulis punya asumsi atau beranggapan bahwa salah satu penyebab kurangnya kerja sama guru dan orang tua siswa sehingga tidak sesuainya materi dan metode yang diajarkan dengan praktek.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut sekaligus mencari solusi dari permasalahan ini dalam bentuk penelitian karya ilmiah dengan judul “Kerja Sama Orang Tua dan Guru dalam Penerapan Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek”.

B. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penulisan proposal penelitian ini adalah:

8 Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

(14)

1. Guru telah melaksanakan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan baik, akan tetapi penerapan pembelajaran belum terealisasi dengan baik.

2. Materi pembelajaran sudah disampaikan dengan baik akan tetapi penerapan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam belum mencapai tujuan.

3. Metode pembelajaran sangat membantu dalam proses pembelajaran siswa.

4. Terdapatnya beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam oleh siswa.

5. Kerja sama antara guru dan orang tua dalam penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada kenyataanya realisasi yang dilihat belum terwujud.

C. Batasan Masalah

Dari lima identifikasi masalah diatas adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah “Kerja sama orang tua dan guru dalam penerapan pelajaran PAI di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang kecamatan Ampek Angkek di khususkan pada akhlak kepada orang tua atau akhlak kepada sesama (saudara ), akhlak terhadap masyarakat”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai fokus utama penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk-bentuk kerja sama orang tua dan guru dalam penerapan

mata pelajaran PAI di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang

Kecamatan Ampek Angkek?

(15)

2. Apa saja kendala kerja sama orang tua dan guru dalam penerapan mata pelajaran PAI di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kerja sama orang tua dan guru melaksanakan penerapan pelajaran agama di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek.

b. Untuk mengetahui kendala kerja sama Orang tua dan Guru dalam penerapan mata pelajaran PAI di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek.

2. Kegunaan Penelitian

a. Sebagai salah satu persyaratan untuk menamatkan studi di jenjang pendidikan tinggi strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi

b. Sebagai masukan bagi sekolah dan guru untuk langkah ke depan dalam

pembentukan akhlak pada diri siswa

(16)

c. Sebagai masukan bagi guru agar dapat berkiprah di dunia pendidikan dengan tujuan dapat mendidik dan mengajar siswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt.

F. Penjelasan Judul

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami judul proposal penelitian ini, maka disini penulis menjelaskan istilah yang terdapat pada judul proposal penelitian ini.

Kerja sama : usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.

9

Orang tua : Ayah dan Ibu kandung.

10

Seorang yang melahirkan kita dan mendidik hingga dewasa.

Guru Pendidikan

Agama Islam : Seseorang yang pekerjaanya mengajar.

11

Artinya seseorang yang bertugas sebagai tenaga pengajar di sekolah atau di lembaga pendidikan. Dalam arti lain guru adalah orang yang bertugas dan bekerja di samping mengajar juga memberikan bermacam- macam ilmu pengetahuan dan keterampilan. Jadi guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang mendidik dan mengajarkan ilmu-ilmu yang membahas tentang

9 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 724

10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia....h. 802

11 Departemen Pendidikan Nasioanal, Kamus Besar Bahasa Indonesia....h. 330

(17)

Adapun maksud penjelasan judul diatas adalah bagaimana kerja sama orang tua dan guru dalam penerapan pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMPN 1 Ampek Angkek Kenagarian Biaro Gadang Kecamatan Ampek Angkek.

G. Sistematika Penulisan

Proposal penelitian ini terdiri dari tiga bab dengan sistematika penyusunan sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan, yang membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan landasan teori yang membahas tentang; A. Kerja sama guru dan orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran agama yang terdiri dari pembahasan: pengertian kerjasama, pengertian orang tua, tugas dan tanggung jawab orang tua, pengertian guru, tugas dan tanggung jawab guru, serta bentuk-bentuk kerja sama B. Penerapan pembelajaran PAI yang terdiri dari pembahasan; pengertian Pendidikan Agama Islam, fungsi PAI, dasar dan tujuan PAI, ruang lingkup PAI, tujuan pembelajran, dan metode-metode pembelajara.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang membahas tentang

jenis penelitian, lokasi penelitian, informan, teknik pengumpulan data, teknik

analisis data, dan triangulasi data.

(18)

Bab IV merupakan hasil penelitian yang membahas tentang hasil penelitian yang sudah dilakukan penulis sesuai dengan prosedur yang sudah tertera dalam Bab III.

Bab V merupakan penutup yang membahas kesimpulan akhir dari penelitian dan saran mengenai penulisan skripsi.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kerja Sama Orang Tua dan Guru dalam Penerapan Mata Pelajaran PAI

1. Pengertian Kerja Sama

Kerja sama adalah usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah, dan sebagainya) untuk mencapai tujuan bersama.

12

Kerja sama merupakan salah satu bentuk interaksi sosial. Menurut Abdulsyani, kerja sama adalah bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling memahami aktivitas masing-masing.

13

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kerja sama adalah dua orang atau lebih yang melakukan aktivitas bersama yang dilakukan secara bersama yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu dan untuk mencapai tujuan bersama.

12 DapertemenPendidikanNasional, KamusBesarBahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2007), h. 724

13 Abdulsyani, Sosiologi Skematika, teori, dan Penerapan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h.

156

(19)

Wujud dari kerja sama bisa merupakan kerja kelompok ataupun kerja yang mencakup skala luas misalnya kerja sama antar organisasi atau kerja sama antar negara (kerja sama internasioanal). Dengan menerapkan konsep kerjasama maka kita akan mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan pekerjaan yang berat atau membutuhkan kekuatan kelompok. Kerja sama perlu diciptakan tidak hanya di lingkungan edukatif tetapi juga antara pusat pendidikan, sehingga dapat terwujud manusia yang berkepribadian utuh.

14

Biasanya kerja sama melibatkan pembagian tugas, dimana setiap orang mengerjakan setiap pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya demi tercapainya tujuan bersama.

2. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah Ayah dan Ibu kandung.

15

Orang tua adalah Ayah dan Ibu seorang anak, baik itu melalui hubungan biologis maupun sosial, umumnya orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam membesarkan anaknya. Panggilan Ayah atau Ibu dapat diberikan kepada laki-laki atau perempuan yang bukan orang tua kandung (biologis) dari seseorang yang mengisi peranan ini. Contohnya adalah orang tua angkat (karena) adopsi atau Ibu tiri (istri suami biologis anak). Mama atau Papa adalah sebutan lain untuk orang tua. Pemanggilan Ibu atau Ayah dengan sebutan Mama atau Papa sudah menjadi hal yang umum di masyarakat Indonesia. Jadi dapat dipahami bahwa orang tua adalah orang yang mempunyai hubungan biologis dengan anak dimana darahnya mengalir pada tubuh si anak dan dia disebut sebagai orang tua kandung. Disisi lain

14 Heri Noer Aly & Munzier, Watak Pendidikan Islam, (Jakarta: Friska Agung Insani, 2003), hal 197

15 DapertemenPendidikanNasional, KamusBesarBahasa Indonesia...h. 802

(20)

orang yang mempunyai jiwa sosial atau orang yang terikat perkawinan dengan salah satu orang tua kandung karena sesuatu dan lain hal dapat juga disebut dengan orang tua, dinamakan dengan orang tua asuh, orang tua angkat atau ayah dan ibu tiri.

Selain panggilan yang sudah dikemukakan diatas seperti Ayah dan Ibu, Mama dan Papa sebutan Ayah dan Bunda, Abi dan Umi, juga merupakan panggilan yang lazim ditujukan untuk orang tua oleh masyarakat Indonesia. Mereka yang menyandang nama orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama terhadap pendidikan anak. Mereka juga mempunyai hak untuk dicintai, dihormati, dan dido‟akan oleh anak yang berada dalam tanggung jawabnya sebagai orang tua. Dari merekalah anak-anak pertama kali belajar dan berbuat sampai menjadi orang dewasa yang mandiri.

Orang tua adalah orang yang pertama kali mendidik anak di dalam keluarga, yaitu Ayah dan Ibu atau orang tua disebut juga dengan orang dewasa memikul tanggung jawab pendidikannya sebab pada masa awal kehidupan berada di tengah-tengah Ibu dan Ayah dan masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap pendidikannya.

16

Dimana pada saat pertama kali lahir ke dunia, anak tersebut akan mengenali lingkungan hidup yang baru dan bersentuhan langsung dengan orang tuannya.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula mencari pendidikan.

16 Hery Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 1990), Cet.ke-1, h. 87

(21)

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua atau Ibu dan Ayah memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anaknya. Sejak anak lahir, Ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Pengaruh Ayah terhadap anak sangat besar pula.

17

Dari beberapa pengertian orang tua yang dikemukan di atas, dapat di pahami bahwa orang tua adalah dua orang yang menjadi panutan di dalam lingkungan keluarga, mereka adalah Ayah dan Ibu bagi putra dan putrinya orang tualah yang pertama kali bersentuhan dengan anaknya dan secara ikhlas memenuhi semua kebutuhan hidup anaknya seperti sandang, pangan, papan, dan termasuk didalamnya kebutuhan akan pendidikan, baik pendidikan umum untuk kesuksesan dunia maupun pendidikan agama untuk kesuksesan dunia dan akhirat.

Orang tua di dalam memenuhi kebutuhannya adalah dengan penuh kasih sayang dan pengorbanan yang sangat besar. Dalam memberikan pendidikan kepada anak orang tua juga berperan sebagai tenaga pendidik yang utama di lingkungan keluarga. Adapun peran pendidikan tersebut adalah mengajarkan anak tentang nilai-nilai yang terkandung dalam agama dan bagaimana cara mendidik serta membina anak menuju akhlakul kharimah sesuai dengan tuntutan syariat Islam.

3. Tugas dan Tanggung Jawab Orang Tua

Anak dalam suatu keluarga, merupakan suatu anugerah dan rahmat dari Allah SWT yang merupakan buah dari perkawinan seorang wanita

17 ZakiahDarajat, Il mu Pendidikan Islam, (Jakarta: BumiAkrasa, 1996), Cet.Ke-3, h. 35

(22)

dan laki-laki dalam sebuah keluarga secara tidak langsung timbullah tanggung jawab orang tua terhadap anak-anak mereka. Tanggung jawab dalam pendidikan itu setara dengan tanggung jawab jasmani seperti kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal maupun tanggung jawab rohani seperti kebutuhan kasih sayang, pendidikan agama, perlindungan dan sebagainya.

Tanggung jawab pendidikan yang perlu didasarkan dan dibina oleh kedua orang tua terhadap anak antara lain:

a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan makan dan perawatan agar dapat hidup secara berkelanjutan.

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmani maupun rohaniyah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya.

c. Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri sendiri dan membantu orang lain.

d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT.

18

Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua, sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.

18 Hasbabullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), h.

88-89

(23)

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik jasmani maupun rohaniyah dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dan tujuan hidup yang sesuai dengan filsafat hidup dan agama yang dianutnya.

c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehinga anak memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan seluas dan setinggi mungkin yang dapat dicapainya.

d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan dan tujuan hidup muslim.

19

Anak merupakan amanah dari Allah SWT, yang diberikan kepada pasangan suami istri yang telah menikah. Amanah Allah tersebut haruslah dijaga dan dipelihara, sebab pada hari apabila telah sampai waktunya nanti Allah SWT akan meminta pertanggung jawaban pada mereka, setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya termasuk di sini orang tua, yang menjadi pemimpin bagi anak-anak mereka dan dimintai pertanggung jawaban kemana mereka mengarahkan dan memimpin anak-anak mereka.

Tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya yang dimulai sejak lahir hingga anak dewasa dan mandiri sangatlah banyak, termasuk di dalamnya tugas dibidang pendidikan. Tugas dibidang pendidikan ini sangat luas cakupannya, tidak hanya kebahagiaan anak di dunia, tetapi juga kebahagiaan menuju kampung akhirat. Jadi pendidikan

19 Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam,...., h. 38

(24)

yang diberikan oleh orang tua hendaklah dapat mengantarkan anak untuk kesuksesan hidup di dunia dan juga di akhirat kelak.

4. Pengertian Guru

Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan ilmu.

20

Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi lain sebagai pendidik dan pelatih. Dalam KBBI edisi kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam UU Guru dan Dosen No.14 Tqhun 2005 Pasal 2, guru dikatakan sebagai tenaga profesional yang mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang mempunyai kualifikasi pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidik tertentu.

Guru pendidikan profesional dengan tugas mendidik, menajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi siswa pada pendidik anak usia dini jalur pendidiakan formal, pendidikan dasar, dan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengolah kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir proses pendidikan.

5. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

20 Jamil suprihatiningrum, Guru Profesianal: Pedoman Kinerja, Kualifikasi ,& Kopemtensi Guru, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), Cet. Ke-1, h. 23-24

(25)

Guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran, mereka berfungsi menjadi ujung sekaligus tombak dalam proses kemanusiaan sepanjang hayat dalam pendidikan. Fungsi yang ditampilkan oleh guru dari dulu sampai sekarang tetap tidak berubah dalam tugas dan tanggung jawabnya, yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran di depan kelas. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari peranan seorang guru di sekolah yang bertugas sebagai tenaga pengajar, pengarah, pendidik, dan pembimbing kearah yang lebih baik. Tugas guru sebagai pengajar tersebut tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Apabila diantara keduanya saling bekerja sama dalam pendidikan maka peran seorang guru akan dapat terlihat dengannya.

Peranan guru PAI dalam interaksi edukatif sama dengan tugas guru pada umumnya, diantara banyaknya peranan yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau kepada siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua tugas dan tanggung jawab yang diharapkan dari guru tersebut adalah:

a) Guru sebagai Demonstrator

Dalam interaksi edukatif tidak semua bahan pelajaran dapat

anak didik pahami. Apalagi anak didik yang memiliki intelegensi yang

sedang. Untuk bahan pelajar yang sukar dipahami anak didik, guru

harus berusaha dengan membantunya dengan cara memperagakan apa

yang diajarkan secara didaktis, sehingga apa yang guru inginkan

sejalan dengan pemahaman anak didik, tidak terjadi kesalahan

pengertian antara guru dan anak didik.

(26)

Melalui peranannya sebagai demonstrator, teacher atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan, ini sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

21

Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia sendiri belajar, ini berarti guru harus belajar terus menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara edukatif. Maksudnya agar apa yang disampaikan betul-betul dimiliki oleh anak didik.

b) Guru sebagai Evaluator

Kalau diperhatikan dunia pendidikan, akan diketahui bahwa setiap jenis pendidikan atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu selama satu periode pendidikan, orang selalu mengadakan evaluasi, artinya pada penelitian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun pendidik.

22

Demikian pula dalam satu kali proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengatahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang sudah diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

21 Muhammad Uzer Usma, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 7

22 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,..., h. 11

(27)

Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya, jadi jelasan bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah melaksanakan proses belajar mengajar.

Dalam peranannya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feedback) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar selanjutnya. Dengan proses belajar mengajar akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

23

c) Guru sebagai Korektor

Peranan guru sebagai korektor adalah usaha yang dilakukan guru dalam membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Dalam peranannya sebagai korektor, seorang guru dapat memberikan pengertian dan nasehat-nasehat kepada anak didik tentang nilai-nilai yang baik dan yang buruk dengan menggunakan secara berkeseimbangan dan juga membiasakan anak didik lebih

23 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,..., h. 12

(28)

mengenal terhadap nilai-nilai tersebut sehingga dapat dicapai dan menjadikan miliknya.

d) Guru sebagai Motivator

Dalam peranannya sebagai motivator, seorang guru haruslah memiliki kemahiran-kemahiran secara keahlian, sehingga motivasi yang diberikan dapat berfungsi secara efektif dan dapat menumbuhkan aktifitas dan kreatifitas anak didik.

Dalam penerapan banyak kendala-kendala yang ditemui oleh guru, diantaranya adalah siswa yang tidak mau diberi dorongan atau motivasi, kemudian ada juga yang mau diberi dorongan untuk melakukan perbuatan baik, namun dalam penerapannya tidak sesuai dengan dorongan yang diberikan.

e) Supervisor

Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu, memperbaiki dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

Teknik-teknik supervisor harus dikuasai guru dengan baik agar dapat melakukan perbaikan terhadap situasi belajar mengajar.

f) Informator

Sebagai informator, guru harus dapat menberikan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik

dan efektif diperlukan dari guru, kesalahan informasi adalah racun

bagi anak didik. Untuk menjadi informator yang baik dan efektif,

penguasaan bahasalah sebagai kunci, ditopang dengan penguasaan

bahan yang diberikan kepada anak didik.

(29)

g) Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

24

h) Pembimbing

Peranan yang tidak kalah pentingnya dari semua peran adalah sebagai pembimbing, peranan ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah sebagai pembimbing menjadi manusia dewasa, susila, dan cakap. Tanpa bimbingan anak didik akan menghadapi kesulitan dalam pengembangan dirinya.

Selain dari peranan di atas, peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam proses belajar mengajar cukup banyak dan komplek.

Guru Pendidikan Agama Islam memiliki tugas dan tanggung jawab yang besar dalam menjadikan anak didik mengerti dan memehami tentang ajaran Islam, serta bisa mengaplikasikan materi pelajaran Agama Islam tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari.

6. Bentuk-bentuk Kerjasama Orang Tua dan Guru

Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerja sama antara orang tua dengan orang tua. Berikut ini beberapa contohnya:

24 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,..., h.11

(30)

a. Adanya Kunjungan ke Rumah Anak Didik

25

Pelaksanaan kunjungan kerumah anak didik ini berdampak sangat positif, diantaranya:

1) Kunjungan melahirkan perasaan pada anak didik bahwa sekolahnya selalu memperhatikan dan mengawasinya.

2) Kunjungan tersebut memberi kesempatan kepada si pendidikan melihat sendiri dan mengobservasi langsung cara anak didik belajar, latar belakang hidupnya, dan tentang masalah-masalah yang dihadapinya dalam keluarga.

3) Pendidik berkesempatan untuk memberikan penerangan kepada orang tua anak didik tentang pendidikan yang baik, cara-cara menghadapi masalah-masalah yang sedang dialami anaknya (kalau anak bermasalah), dan sebagainya.

4) Hubungan antara orang tua dengan sekolah akan bertambah erat.

5) Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada orang tua anak didik untuk lebih terbuka dan dapat bekerja sama dlam memajukan pendidikan anaknya.

6) Pendidik mempunyai kesempatan untuk mengadakan interview mengenai berbagai macam keadaan atau kejadian tentang sesuatu yang ingin diketahui.

7) Terjadinya komunukasi dan saling memberikan informasi tentang keadaan anak serta saling memberikan petunjuk antara guru dengan orang tua.

25 Hasbabullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan..., h. 91

(31)

b. Diundangnya Orang Tua ke Sekolah

Kalau ada berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh sekolah yang memungkinkan untuk dihadiri oleh orang tua, maka akan positif sekali artinya bila orang tua diundang untuk datang ke sekolah.

26

Seharusnya undangan terhadap orang tua ke sekolah ini minimal dilaksanakan satu kali dalam setahun.

c. Case Conference

Case Conference merupakan rapat atau konferensi tentang kasus. Biasanya digunakan dalam bimbingan konseling. Peserta konferensi ialah orang yang betul-betul mau ikut membicarakan masalah anak didik secara terbuka dan sukarela, seperti orang tua anak didik, guru-guru, petugas bimbingan yang lain, dan para ahli yang ada sangkut pautnya dengan bimbingan. Konferensi biasanya dipimpin oleh orang yang paling mengetahui persoalan bimbingan konseling, khususnya tentang kasus yang dimaksud. Konferensi ini bertujuan mencari jalan yang paling tepat agar masalah anak didik dapat diatasi dengan baik.

27

d. Badan Pembantu Sekolah

Badan pembantu sekolah ialah organisasi orang tua murid atau wali murid dan guru. Organisasi yang dimaksud merupakan kerja

26 Hasbabullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,....,.h. 92

27 Hasbabullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,....,.h. 93

(32)

sama yang paling terorganisasi antara sekolah atau guru dengan orang tua.

e. Mengadakan Surat Menyurat antara Sekolah dan Keluarga

Surat menyurat ini diperlukan terutama pada waktu-watu yang sangat diperlukan bagi perbaikan pendidikan anak didik, seperti peringatan dari guru kepada orang tua jika anak perlu lebih giat, sering membolos, sering berbuat keributan, dan sebagainya. Surat menyurat ini sebenarnya sangat baik bila dilakukan oleh orang tua kepada guru atau langsung kepada sekolah atau madrasah untuk memenatau keadaan anaknya di sekolah.

f. Adanya Daftar Nilai atau Raport

Raport yang biasanya diberikan setiap catur wulan kepada para murid ini dapat dipakai sebagai penhubung antara sekolah dengan orang tua.

28

Sekolah dapat memberikan surat peringatan atau meminta bantuan orang tua bila hasil raport anaknya kurang baik, atau sebaliknya jika anaknya mempunyai keistimewaan dalam suatu mata pelajaran, agar dapat lebih giat mengembangkan bakatnya atau minimal mampu mempertahankan apa yang sudah diraihnya.

B. Mata Pelajaran PAI

1. Pengertian Mata Pelajaran PAI

GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini,

28 Hasbabullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan,....,.h. 94

(33)

memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional.

29

Dari pengertian di atas dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, sebagai berikut:

a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam arti ada yang dibimbing, diajarai atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam.

c. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama Islam.

d. Kegiatan (pembelajran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disampaikan untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untuk membentuk kaselahan sosial.

30

29 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), cet. ke-1, h. 75

30 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,..., h. 76

(34)

Usaha pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga pendidikan agama Islam diharapkan jangan sampai: (1) menumbuhkan semangat fanatisme; (2) menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia; dan (3) memperlemah kerukunan hidup beragam serta persatuan dan kesatuan nasional. Pembelajar pendidikan agama Islam diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah.

2. Jenis-jenis Mata Pelajaran PAI a. Akidah (Ushuluddin atau keimanan)

Akidah secara etimologi dari asal kata ‘aqada-ya’qidu yang bermakna mengikat sesuatu. Kata akidah secara terminologi bermakna sesuatu yang diyakini seseorang, diimaninya dan dibenarkan dengan hatinya baik hak maupun batil.

31

Akidah (Ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Ibadah, muamalah, dan akhlak bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup.

32

Ada beberapa tujuan mempelajari akidah, diantaranya sebagai berikut:

1) Membebaskan kita dari ubudiyah atau penghambaan kepada selain Allah

2) Membentuk pribadi yang seimbang

3) Kia akan merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas

31 Mukni‟ah, materi pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum, (Jogjakarta:Ar- Ruzz Media, 2011), Cet. Ke-1, h. 51

32 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah,..., h. 80

(35)

4) Akidah memberikan kekuatan kepada jiwa

5) Akidah islamiyah berdasarkan kepada asas ukhuwah (persaudaraan) dan persamaan

b. Syariah

Syariah merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya. Dalam hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti khas (thaharah, shalat, zakat, puasa, dan haji) dan dalam hubungannya dengan sesama manusia dan lainnya diatur dalam muamalah dalam arti luas. Selain berisi hukum dan aturan, syariah juga berisi penyelesaian masalah seluruh kehidupan ini. Tujuan utama mempelajari syariah adalah untuk memberikan kesejahteraan, kedamaian, ketenangan, dan kebahagian hidup manusia, baik di dunia maupun akhirat.

33

c. Akhlak

Akhlak, secara etimologi berarti perangai, adat, tabiat, atau sistem perilaku yang dibuat. Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan

33 Mukni‟ah, materi pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum,..., h. 52

(36)

kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan atau seni, iptek, olahraga atau kesehatan, dll) yang dilandasi oleh akodah yang kokoh.

d. Tarikh

Tarikh (sejarah kebudayaan) Islam merupakan perkembangan perjalan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam usaha bersyariah (beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.

e. Fiqih

Ilmu fiqih yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya.

Ilmu fiqih mengandung dua bagian. Pertama, ibadah yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah tidak sah kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah adalah shalat, puasa, zakat, dan haji. Kedua muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu fiqih dapat juga disebut qanun (undang- undang).

34

f. Al-Quran

Al-Quran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan perantara Malaikat Jibril. Al-Quran berfungsi

34 Mukni‟ah, materi pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum,..., h. 92

(37)

sebagai pedoman dan petunjuk seluruh umat manusia pada semua masa, bangsa, dan lokasi.

g. Al-Hadits

Hadits menurut bahasa berati jalan yang terpuji, jalan yang dibiasakan. Sedangkan menurut istilah, hadits adalah segala yang dinukil atau diberitakan dari Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, maupun pengakuan. Al-Hadits merupakan penjelasan dari Al-Quran. Isinya meliputi semua dasar hukum:

hubungan manusia dengan sesamanya, dan semua persoalan yang berhubungan dengan dunia dan akhirat.

35

C. Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Penerapan Pembelajaran PAI

Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara individu maupun kelompok dengan maksud tujuan yang telah dirumuskan.

Menurut KBBI penerapan adalah perbuatan menerapkan.

36

Penerapan merupakan sebuah kegiatan yang memiliki unsur penting dan mutlak dalan menjalankannya. Adapun unsur-unsur penerapan meliputi:

a. Adanya program yang dilaksanakan b. Adanya target

c. Adanya pelaksanaan

Penerapan dapat terlaksana apabila adanya program-program yang memiliki sasaran serta dapat memberikan manfaat pada target yang ingin dicapai dan dapat dipertanggung jawabkan dengan baik oleh target.

35 Mukni‟ah, materi pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum,..., h. 94

36 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia....h. 847

(38)

Pembelajaran merupakan aktivitas utama yang berlangsung di sekolah.

Pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

37

Pemebelajaran PAI melibatkan banyak komponen, yaitu pendidik, peserta didik, metode, media, lingkungan, sarana dan prasarana tertentu semua saling berkaitan. Pembelajaran PAI adalah proses pelibatan peserta didik secara aktif belajar PAI bahwa bimbingan pendidik dengan pedoman pada program pembelajaran yang direncanakan agar tujuan pembelajran PAI dapat tercapai secara efektif.

Penerapan pembelajaran PAI merupan perbuatan menerapkan atau tindakan yang dilakukan untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Dengan adanya penerapan pembelajaran maka akan mempermudah siswa dalam memahami pelajaran yang di sampaikan.

Penerapan pembelajaran PAI sangatlah penting bagi siswa, karena dengan adanya penerapan pembelajran yang diberikan guru, akan memudahkan siswa dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

2. Pengertian Pembelajaran PAI

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata

“didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti perbuatan.

38

Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris yaitu education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini dikenal dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

39

37 Sulaiman, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Kajian teori dan Aplikasi Pembelajaran PAI),..., h. 79

38 Poerwadaminta, WJS, Kamus Besar Bahasa Indinesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 250

39 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 13

(39)

KI Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan yaitu “tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun yang dimaksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrad yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha atau proses yang dilakukan baik secara sadar maupun tidak sadar, yang didalamnya memiliki unsur-unsur penunjang pendidik, yang di didik, tujuan, metode, dan fasilitas-fasilitas, sehingga semua akan bermuara kepada suatu nilai yang dianggap mempunyai kabaikan dalam melakukan hidup bermasyarakat.

Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memberikan keyakinan, pemahamman, penghayatan, dan pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari baik sebagai pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara melalui materi keimanan, bimbingan ibadah, Al-Qur‟an, Hadist, Akhlak, syariah atau muamalah atau fiqih, dan Tarikh (sejarah Islam), yang bersumberkan kepada Al-Quran dan Hadist.

Depdiknas mendefenisikan: Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam menjalankan ajaran Agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur‟an dan Hadist melalui kegiatan bimbingan pengajaran dan latihan penggunaan pengalaman.

40

40 Supardi;, dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem PAI, (Jakarta: Diadit Media, 2009), cet. ke-1, h. 28

(40)

GBPP PAI di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarkat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Para ahli juga merumuskan beberapa pengertian tentang pendidikan Islam diantaranya adalah:

a. Muhammad SA. Ibrahim menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.

b. Muhammad Javed al-Sahlani mengatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mendekatkan manusia pada tingkat kesempurnaan dan mengembangkan kemampuannya.

c. al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.

41

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan dalam rangka pengembangan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik guna mencapai

41 Samsul Nizam, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Kritis, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. ke-1, h. 31

(41)

keseimbangan dan kesadaran dalam berbagai aspek kehidupan yang berkesinambungan dan perkembangannya disesuaikan dengan situasi dan zamannya.

3. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Fungsi pendidikan agama khususnya agama Islam adalah untuk: 1) menumbuhkan keimanan yang kuat, 2) menanam dan mengembangkan kebiasan dalam melakukan amal ibadah, amal saleh, dan akhlak mulia, 3) menumbuh kembangkan semangat untuk mengelola alam sekitar sebagai anugerah Allah SWT.

42

Secara singkatnya fungsi pendidikan agama Islam adalah untuk menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta membentuk kebiasaan kepada peserta didik untuk berakhlak mulia.

Fungsi pendidikan agama Islam menurut kurikulum 2004 meliputi:

1) membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga kerukunan hubungan inter dan antar umat beragama, 2) berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

4. Dasar Pemebalajaran Pendidikan Agama Islam

Dasar adalah landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar adalah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus landasan untuk berdirinya sesuatu. Oleh sebab itu landasan atau dasar dari pendidikan Islam adalah:

42 Supardi;, dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem PAI,..., h. 28

(42)

a. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang menjadi sumber hukum dan menjadi pedoman pokok dalam kehidupan, termasuk mambahas tentang pendidikan dan pembelajaran. Dalam al-Qur‟an juga banyak terdapat ayat-ayat yang berhubungan dengan pendidikan. Allah menganugerahkan al-Qur‟an yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dan bersifat universal, sudah barang tertentu dasar pendidikan mereka adalah al- Qur‟an

43

b. Sunnah

Sunnah dapat dijadikan dasar pendidikan Islam karena Sunnah menjadi sumber utama pendidikan Islam karena Allah menjadikan Muhammad SAW sebagai teladan bagi umatnya.

44

Oleh karena itu dasar yang terpenting dalam pendidikan Islam adalah al- Qur‟an dan Sunnah.

c. Dasar Tambahan

a) Perkataan, perbuatan, dan sikap para sahabat b) Ijtihad

c) Mashlahah Mursalah

d) Urf (nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat)

45

43 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..., h. 122

44 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..., h. 123

45 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,..., h. 124

(43)

5. Ruang Lingkup pemebelajaran PAI

Pada dasarnya ruang lingkup pendidikan agama Islam secara nasional untuk satuan pendidikan mencakup segenap aspek kehidupan dengan keuniversalan ajaran itu sendiri. Ruang lingkup pendidikan agama Islam untuk pendidikan sekolah terdiri atas: Al-Qur‟an dan Hadist, Aqidah, Akhlak, Fiqih serta Tarikh dan kebudayaan Islam. Sedangkan ruang lingkup pendidikan agama Islam di Madrasah meliputi bidang studi atau mata pelajaran: Al-Qur‟an hadist, Aqidah Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab.

46

Menurut zakiah Darajat, aspek hubungan manusia dengan alam ini memiliki arti bagi kehidupan anak didik yaitu:

1. Mendorong anak didik untuk mengenal alam, mencintai dan mengambil manfaatnya.

2. Dengan mengenal alam dan mencintainya, anak didik akan mengetahui keindahan dan kehebatan alam semesta, sehingga akan menambah keimanan mereka kepada Allah SWT sebagai Maha Pencipta.

47

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh aspek pendidikan agama islam pada dasarnya mengarah kepada usaha menundukkan hakikat dan fungsi manusia menurut pandangan Islam yakni hamba Allah SWT dan khalifah di muka bumi secara tepat dan profesional.

46 Supardi.dkk, Pengembangan Evaluasi Sistem PAI,..., h. 31

47 Zakiyah derajat,..., h. 34

(44)

6. Tujuan Pembelajaran PAI

Tujuan pembelajaran adalah rumusan yang luas mengenai hasil- hasil pendidikan dan pembelajaran yang hendak dicapai. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar.

48

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu kepada tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus dapat diamati oleh guru yang ditunjukkan oleh siswa, misalnya membaca lisan, menulis karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus didefenidikan dimana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan dari pembelajaran yang hendak dicapai tersebut.

Suatu tujuan pembelajaran hendaklah memenuhi kriteria sebagai berikut:

49

a. Tujuan yang menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar

b. Tujuan mendefenisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati

c. Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki

Tujuan pendidikan dapat diklasifikasikan berdasarkan pendekatan tertentu. Pengklasifikasian ini perlu diadakan supaya dapat diketahui jenis dan jenjang suatu pendidikan, dan hal ini dapat membantu si perancang atau pengembangan pendidikan.

48Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1999), Cet. 2, h. 76

49 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajran,..., h. 77

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengambil lokasi wisata Air Terjun Sendang Gile, tujuan penelitian ini adalah mengestimasi fungsi permintaan rekreasi dan mengestimasi nilai tarif masuk yang dapat

Topik menarik lainnya tentang Rote yang perlu diungkap terkait dengan perkembangan Civil society antara lain adalah Penetrasi Negara di mana negara (pada aras

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut dalam suatu karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul: “PENGHENTIAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “Sistem Pendukung Keputusan untuk Menentukan

H.Hollda K.Airla M.0kamoto M' , 0gata H.Houda K.Aid4 M.0kMno↑o ぺV.0gant n玉心れhara S、Macヽda K、Fu柏n(巾) H.I心四由比1・比 S.Ma,・,la K.F11iinloto

Selain sebagai sumber makanan trofik level di atasnya, Ordo Lepidoptera ini juga dapat menjadi hama pada saat dewasa, sehingga produktivitas sekunder Ordo

Berdasarkan hasil observasi terdapat 12 motif yang dibuat dengan mengambil konsep dari potensi wilayah yang ada di Nganjuk seperti obyek wisata, prasasti Anjuk Ladang,

Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mia Monika (2016) yang menunjukan bahwa Kualitas auditor internal memiliki pengaruh