• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 1606/Kpts/OT.160/L/6/2011 TANGGAL : 18 Juni 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 1606/Kpts/OT.160/L/6/2011 TANGGAL : 18 Juni 2011"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 1606/Kpts/OT.160/L/6/2011

TANGGAL : 18 Juni 2011

PEDOMAN SOSIALISASI

KEPADA PEMANGKU KEPENTINGAN KARANTINA PERTANIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

Meningkatnya lalu lintas perdagangan, pertukaran, maupun penyebaran komoditas hewan dan tumbuhan antar negara maupun antar area di dalam wilayah negara Republik Indonesia, semakin membuka peluang bagi kemungkinan masuk dan menyebarnya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) serta organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) yang dapat merusak sumber daya alam hayati Indonesia.

Untuk mencegah hal tersebut di atas, telah diundangkan Undang- undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, dengan tujuan :

a. Mencegah masuknya HPHK serta OPTK dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia;

b. Mencegah tersebarnya HPHK dan OPTK dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia;

c. Mencegah keluarnya HPHK dari wilayah negara Republik Indonesia;

d. Mencegah OPT tertentu dari wilayah negara Republik Indonesia apabila negara tujuan menghendakinya.

Dalam melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tersebut, maka berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, Badan Karantina Pertanian ditetapkan sebagai unit Eselon I Kementerian Pertanian untuk mengemban/ mengawal dan menjalankan tugas dan fungsi pelaksanaan perkarantinaan.

Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2010, telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/

OT.140/10/2010 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan sebagai unit Eselon II pada Badan Karantina Pertanian.

Di samping itu, telah lahir lebih dulu Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/ OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian.

Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan dalam mengawal dan menjalankan amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992, mempunyai tugas dan fungsi antara lain melakukan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pengawasan dan penindakan perkarantinaan, yang dilakukan melalui tindakan pre-emptif, preventif, dan represif.

Tindakan pre-emptif dilakukan untuk mencegah adanya niat melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Undang-undang No. 16 Tahun 1992. Tindakan pre-emptif yang dilakukan melalui sosialisasi mengenai karantina pertanian kepada pemangku kepentingan (stakeholders)

(2)

Tidak hanya merujuk pada Undang-undang perkarantinaan, tetapi juga berpedoman kepada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan dan Permentan Nomor 27 Tahun 2009 Juncto Permentan Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pengawasan Keamanan Pangan Terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan di tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran, maka petugas karantina melakukan pencegahan terhadap masuk dan keluarnya pangan segar asal tumbuhan yang dapat membahayakan kesehatan konsumen, dan Permentan Nomor 20/Permentan/OT.140/4/2009 tentang Pengawasan Pemasukan Peredaran Daging, Karkas dan/atau Jeroan dari luar Negeri.

Agar kegiatan sosialisasi berdayaguna dan berhasilguna, serta penyelenggaraannya dilakukan secara seragam di Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian (UPT KP), maka perlu disusun pedoman bagi UPT untuk melakukan sosialisasi kepada pemangku kepentingan karantina pertanian.

Penerapan pedoman sosialisasi akan memberi manfaat, baik kepada Badan Karantina Pertanian maupun pemangku kepentingan (stakeholders) khususnya terkait dengan bidang kepatuhan perkarantinaan, sehingga setiap petugas karantina dapat memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan (stakeholders) karantina pertanian tentang pencegahan terhadap niat melakukan pelanggaran terhadap peraturan perkarantinaan dalam rangka mencegah masuk dan tersebarnya HPHK/OPTK dan pangan yang membahayakan kesehatan konsumen serta memahami dan mengerti tentang bahayanya HPHK/OPTK, apabila masuk dan menyebar ke Indonesia.

B. Dasar hukum:

1. Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan:

Pasal 28:

Pemerintah bertanggung jawab membina kesadaran masyarakat dalam perkarantinaan hewan dan tumbuhan.

Pasal 29:

Peran serta rakyat dalam perkarantinaan hewan dan tumbuhan diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdayaguna dan berhasil guna.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan:

Pasal 86

Untuk meningkatkan kesadaran dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam bidang karantina hewan dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan penyebar luasan informasi secara terencana dan berkelanjutan, dengan melibatkan organisasi profesi, organisasi fungsional dan lembaga swadaya masyarakat.

Pasal 87

(1) Dalam melaksanakan strategi untuk mencegah masuknya media pembawa yang diduga berpotensi membawa dan menyebarkan

(3)

(2) Peran serta masyarakat dalam melaksanakan strategi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan:

Pasal 89

(1) Menteri melakukan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam bidang perkarantinaan tumbuhan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, dan penyebarluasan informasi secara terencana dan berkelanjutan.

(3) Dalam menyelenggarakan kegiatan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Menteri dapat mengikutsertakan organisasi-organisasi profesi atau lembaga-lembaga lainnya.

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan:

Peranan Badan Karantina Pertanian dalam Pengawasan Keamanan Hayati merujuk pada pasal-pasal dibawah ini :

Pasal 36

(1) Setiap pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diedarkan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana di- maksud dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.

(2) Setiap orang dilarang memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia dan atau mengedarkan di dalam wilayah Indonesia pangan yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia apabila pangan tersebut tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya.

Pasal 49

(1) Pemerintah melaksanakan pembinaan yang meliputi upaya:

a. pengembangan sumber daya manusia di bidang pangan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, terutama usaha kecil;

b. untuk mendorong dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan kemampuan usaha kecil, penyuluhan di bidang pangan, serta penganekaragaman pangan;

c. untuk mendorong dan mengarahkan peran serta asosiasi dan organisasi profesi di bidang pangan;

d. untuk mendorong dan menunjang kegiatan penelitian dan atau pengembangan teknologi di bidang pangan;

e. penyebarluasan pengetahuan dan penyuluhan di bidang pangan;

f. pembinaan kerja sama internasional di bidang pangan, sesuai dengan kepentingan nasional;

g. untuk mendorong dan meningkatkan kegiatan penganekaragaman pangan yang dikonsumsi masyarakat serta pemantapan mutu pangan tradisional.

(4)

Pasal 51

Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam mewujudkan perlindungan bagi orang perseorangan yang mengkonsumsi pangan, sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya serta peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.

Pasal 52

Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan sistem pangan, masyarakat dapat menyampaikan permasalahan, masukan, dan atau cara pemecahan mengenai hal-hal di bidang pangan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

Pasal 51

(1) Pembinaan terhadap produsen pangan segar dilaksanakan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertanian, perikanan atau kehutanan sesuai bidang tugas dan kewenangan masing- masing.

C. Maksud dan tujuan

Pedoman sosialisasi ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian dan Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian dalam melakukan kegiatan Sosialisasi, agar tujuan Sosialisasi dapat dicapai secara optimal dan efektif.

Tujuan pedoman sosialisasi adalah untuk memberikan petunjuk pelaksanaan sosialisasi dalam rangka:

1. Meningkatkan kesadaran pengguna jasa, instansi terkait, dan petugas karantina serta masyarakat luas tentang pentingnya mentaati peraturan perundangan perkarantinaan dan keamanan hayati dalam rangka melindungi kelestarian sumber daya alam hayati dari ancaman HPHK/OPTK dan pangan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

2. Meningkatkan kerjasama antara instansi Karantina dengan instansi terkait serta masyarakat luas dalam rangka meningkatkan efektifitas pencegahan terhadap masuk dan tersebarnya HPHK/OPTK dan pangan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.

D. Sistematika Pedoman Sosialisasi

Pedoman sosialisasi ini berisikan hal-hal sebagai berikut : 1. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kelembagaan

2. Pelaksana 3. Pembiayaan 4. Sasaran 5. Materi 6. Peserta 7. Metode

8. Evaluasi dan Pelaporan.

(5)

II. KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KELEMBAGAAN KEPATUHAN 1. Badan Karantina Pertanian

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, dijelaskan mengenai kedudukan, tugas dan fungsi Badan Karantina Pertanian.

 Kedudukan:

Badan Karantina Pertanian adalah unsur pendukung pada Kementerian Pertanian dan dipimpin langsung oleh Kepala Badan Karantina Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

 Tugas:

Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas melaksanakan perkarantinaan pertanian.

 Fungsi:

Badan Karantina Pertanian menyelenggarakan fungsi:

 penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;

 pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;

 pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati; dan

 pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian.

2. Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (KKIP)

 Tugas:

Pusat Kepatuhan Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (KKIP) mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis di bidang pengawasan dan penindakan, dan pelaksanaan kerja sama, serta pengelolaan informasi perkarantinaan.

 Fungsi:

Pusat Kepatuhan Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (KKIP) menyelenggarakan fungsi:

 Penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi di bidang pengawasan dan penindakan perkarantinaan;

 Pelaksanaan kerja sama perkarantinaan; dan

 Pengelolaan informasi perkarantinaan.

 Tugas Bidang Kepatuhan:

Melaksanakan penyiapan penyusunankebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi di bidang pengawasan dan penindakan perkarantinaan.

 Fungsi Bidang Kepatuhan:

1) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran perkarantinaan hewan serta keamanan hayati hewani.

(6)

2) Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran perkarantinaan tumbuhan dan keamanan hayati nabati.

 Tugas Subbidang Kepatuhan Perkarantinaan Hewan:

Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan, dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran perkarantinaan hewan serta keamanan hayati hewani.

 Tugas Subbidang Kepatuhan Perkarantinaan Tumbuhan :

Melakukan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis, pemberian bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran perkarantinaan tumbuhan dan keamanan hayati nabati.

Uraian Tugas dan Fungsi Bidang Kepatuhan, Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan

 Kegiatan Pre-Emptif

1. Menyusun kebijakan dan mensosialisasikan kebijakan dan petunjuk pelaksanaan pengawasan dan penindakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati di UPT terhadap sistem perkarantinaan dan keamanan hayati hewani dan nabati yang meliputi, antara lain kelengkapan persyaratan dokumen, terhadap media pembawa HPHK, media pembawa OPTK, orang, alat angkut, peralatan, air, atau pembungkus yang diketahui atau diduga membawa HPHK atau OPTK, media pembawa lain (sampah), baik di tempat pemasukan dan pengeluaran yang tidak ditetapkan maupun di tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan termasuk di luar tempat pemasukan dan pengeluaran;

2. Menyusun dan mensosialisasikan petunjuk pelaksanaan sosialisasi, baik internal maupun eksternal tentang sistem pengawasan dan penindakan pelanggaran di bidang karantina hewan, tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati dalam rangka meningkatkan efektifitas pencegahan masuknya HPHK dan OPTK serta terpenuhinya persyaratan keamanan hayati;

3. Menyusun petunjuk pelaksanaan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, tumbuhan dan keamanan hayati;

4. Melakukan fasilitasi kelengkapan, pelatihan, apresiasi, dan workshop di bidang pengawasan dan penindakan untuk meningkatkan kualitas PPNS Karantina;

5. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pre-emptif bidang pengawasan dan penindakan pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

6. Mengadministrasikan kegiatan pre-emptif terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

(7)

7. Merencanakan ketersediaan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi pengawasan dan penindakan terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati, baik di tempat pemasukan dan pengeluaran yang tidak ditetapkan maupun di tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan termasuk di luar tempat pemasukan dan pengeluaran;

 Kegiatan Preventif

1. Merencanakan, mengkoordinasi dan melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi terhadap tindakan preventif dalam pengawasan dan penindakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati dalam rangka pencegahan pelanggaran dan tindak pidana karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati, baik di tempat pemasukan dan pengeluaran yang tidak ditetapkan maupun di tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan termasuk di luar tempat pemasukan dan pengeluaran, meliputi: a) kegiatan intelijen karantina; b) kegiatan patroli karantina; dan c) kegiatan monitoring dan evaluasi;

2. Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan preventif terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

3. Mengadministrasikan kegiatan preventif terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

 Kegiatan Represif

1. Melaksanakan bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi terhadap penanganan kasus pelanggaran dan tindak pidana terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati termasuk dukungan dalam proses penyidikan maupun pemberkasan dan penyerahan berkas perkara;

2. Memberikan bimbingan teknis untuk pendampingan dan penguatan penanganan kasus pelanggaran dan tindak pidana terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

3. Melakukan pemantauan dan evaluasi dalam penerapan petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) dan petunjuk teknis (JUKNIS) penyidikan oleh PPNS Karantina di UPT;

4. Melakukan koordinasi dan kerjasama internal maupun eksternal dengan instansi terkait dalam penanganan kasus pelanggaran dan tindak pidana karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

5. Mengadministrasikan kegiatan represif terhadap pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

(8)

6. Melakukan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat dan informasi lainnya mengenai dugaan adanya pelanggaran karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

Tata Hubungan Kerja Pengawasan dan Penindakan Lingkup Badan Karantina Pertanian

Pusat mempunyai tugas:

1. Menyiapkan kebijakan teknis dan merencanakan pelaksanaan pengawasan dan penindakan yang mencakup kegiatan pre-emptif, preventif dan represif di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. Melakukan bimbingan teknis berupa pendampingan, kerjasama, koordinasi dalam rangka penguatan terhadap kegiatan pre- emptif, preventif dan represif di bidang pengawasan dan penindakan karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

3. Melakukan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis terhadap kegiatan pre-emptif, preventif dan represif di bidang pengawasan dan penindakan karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

4. Melakukan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis terhadap kegiatan pre-emptif, preventif dan represif di bidang pengawasan dan penindakan karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

5. Apabila diperlukan baik atas inisiatif Pusat maupun permintaan UPT, dapat melakukan pendampingan, kerjasama dan koordinasi dalam rangka penguatan secara kolektif terhadap kegiatan represif di bidang pengawasan dan penindakan karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

6. Dalam menyiapkan kebijakan teknis, melakukan bimbingan teknis, pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kebijakan teknis, berkoordinasi dengan Sekretariat Badan Karantina Pertanian, Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, dan Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, serta pihak lain apabila diperlukan;

Mekanisme Operasional Pengawasan dan Penindakan Lingkup Badan Karantina Pertanian

1. Bidang Pengawasan dan Penindakan pada BBKP, Seksi Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas I dan Koordinator Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas II, SKP Kelas I dan SKP Kelas II melakukan fungsi pengawasan mulai dari pemberitahuan atau laporan pemasukan media pembawa HPHK, media pembawa OPTK dan PSAT dan Agenss hayati dari luar negeri, atau pemasukan atau pengeluaran media pembawa HPHK, media pembawa OPTK dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara Republik Indonesia, atau pengeluaran media pembawa HPHK, media pembawa OPTK, PSAT ke luar negeri oleh pemilik/kuasanya di tempat pemasukan atau pengeluaran sampai

(9)

2. Apabila dalam pengawasan tersebut pada angka 1 ditemukan adanya dugaan pelanggaran oleh pemilik/kuasanya, dilaporkan kepada Kepala UPT, kemudian dilakukan penindakan dan berkoordinasi dengan pihak terkait, baik internal maupun eksternal;

3. Apabila dalam pengawasan tersebut pada angka 1 ditemukan adanya dugaan pelanggaran oleh petugas karantina dan/atau pegawai karantina lainnya, dilaporkan kepada Kepala UPT, kemudian dilakukan penindakan secara internal yang dikoordinasi oleh Kepala UPT dan/atau berkoordinasi dengan kantor pusat Badan Karantina Pertanian dan/atau Instansi lain lingkup Kementerian Pertanian;

4. Apabila dalam pengawasan tersebut pada angka 1 tidak ditemukan pelanggaran, maka terhadap Media Pembawa HPHK/OPTK dilakukan tindakan karantina sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

5. Bidang Pengawasan dan Penindakan pada BBKP, Seksi Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas I dan Koordinator Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas II, SKP Kelas I dan SKP Kelas II melakukan fungsi penindakan apabila menemukan Media Pembawa/ada informasi berupa dugaan pemasukan media pembawa HPHK, media pembawa OPTK, PSAT dan Agens hayati melalui tempat pemasukan yang ditetapkan dan tidak dilaporkan kepada petugas karantina dan telah beredar di dalam wilayah negara Republik Indonesia;

6. Bidang Pengawasan dan Penindakan pada BBKP, Seksi Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas I dan Koordinator Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas II, SKP Kelas I dan SKP Kelas II melakukan fungsi penindakan apabila ada informasi berupa dugaan pemasukan media pembawa HPHK, media pembawa OPTK, PSAT dan Agens hayati melalui tempat pemasukan yang tidak ditetapkan dan telah beredar di dalam wilayah negara Republik Indonesia;

7. Bidang Pengawasan dan Penindakan pada BBKP, Seksi Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas I dan Koordinator Pengawasan dan Penindakan pada BKP Kelas II, SKP Kelas I dan SKP Kelas II dalam melakukan fungsi penindakan dapat berkoordinasi dengan instansi terkait;

3. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian (KP)

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 22/Permentan/

OT.140/ 4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian (UPT KP), dijelaskan mengenai kedudukan, tugas, fungsi dan klasifikasi UPT KP.

 Kedudukan:

UPT KP adalah UPT di lingkungan Badan Karantina Pertanian, yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Karantina Pertanian UPT KP masing-masing dipimpin oleh seorang

(10)

 Tugas:

Melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati, hewani dan nabati.

 Fungsi:

 Penyusunan rencana, evaluasi dan laporan;

 Pelaksanaan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK);

 Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK;

 Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK;

 Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

 Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan;

 Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati;

 Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi dan sarana teknik karantina hewan dan tumbuhan;

 Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan keamanan hayati hewani dan nabati;

 Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Uraian Tugas dan Fungsi Kewasdakan di Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian

 Kegiatan Pre-Emptif

1. Melaksanakan sosialisasi kepada semua pihak yang terkait, baik internal maupun eksternal tentang pengawasan dan penindakan pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati dalam rangka meningkatkan efektifitas pencegahan masuknya HPHK dan OPTK serta keamanan hayati;

2. Melakukan koordinasi dan kerjasama internal maupun eksternal dengan instansi terkait dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pre-emptif terhadap pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

3. Melakukan kompilasi dan mengelola peraturan perundang- undangan yang terkait dengan pengawasan dan penindakan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

4. Mengadministrasikan kegiatan pre-emptif terhadap pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

5. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan pre- emptif.

(11)

 Kegiatan Preventif

1. Membangun jejaring kerja (net working) untuk menggali informasi adanya dugaan pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

2. Melakukan tindakan preventif dalam pengawasan dan penindakan perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati terhadap sistem perkarantinaan dan keamanan hayati, media pembawa HPHK, media pembawa OPTK, PSAT, tindakan karantina, orang, alat angkut, peralatan, air, atau pembungkus yang diketahui atau diduga membawa HPHK atau OPTK, media pembawa lain (sampah), baik di tempat pemasukan dan pengeluaran yang tidak ditetapkan maupun di tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan termasuk di luar tempat pemasukan dan pengeluaran, meliputi: a) kegiatan intelijen karantina; b) kegiatan patroli karantina; dan c) kegiatan monitoring dan evaluasi;

3. Menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi preventif terhadap pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati, baik di tempat pemasukan dan pengeluaran yang tidak ditetapkan maupun di tempat pemasukan dan pengeluaran yang ditetapkan termasuk di luar tempat pemasukan dan pengeluaran;

4. Melakukan koordinasi dan kerjasama internal maupun eksternal dengan instansi terkait dalam pelaksanaan dan evaluasi kegiatan preventif terhadap pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

5. Mengadministrasikan kegiatan preventif terhadap pelanggaran di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

 Kegiatan Represif

1. Melakukan penanganan pelanggaran dan tindak pidana melalui kegiatan penyidikan oleh PPNS sesuai bidangnya, antara lain:

a. Melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

b. Melakukan pemanggilan terhadap seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai Tersangka atau Saksi dalam tindak pidana karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

c. Melakukan penggeledahan dan penyitaan barang bukti tindak pidana karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

d. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan

(12)

e. Membuat dan menandatangani Berita Acara;

f. Menghentikan penyidikan apabila tidak didapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati;

2. Melakukan koordinasi dan kerjasama internal dan eksternal dengan instansi terkait dalam penanganan kasus pelanggaran dan tindak pidana di bidang karantina hewan, tumbuhan dan keamanan hayati;

3. Mengadministrasikan kegiatan represif terhadap pelanggaran di bidang karantina hewan, tumbuhan dan keamanan hayati;

4. Melakukan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat dan informasi lainnya mengenai dugaan adanya pelanggaran di bidang karantina hewan, tumbuhan dan keamanan hayati;

Tata Hubungan Kerja Pengawasan dan Penindakan UPT Karantina Pertanian

1. Melaksanakan fungsi pengawasan dan penindakan atas pelanggaran peraturan perundang-undangan karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati yang berlaku, baik di tempat pemasukan atau pengeluaran yang ditetapkan maupun yang tidak ditetapkan, tempat lain di luar tempat pemasukan atau pengeluaran, baik di dalam maupun di luar instalasi karantina;

2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Skim Audit Badan Karantina Pertanian (SAB);

3. Dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan, unit pelaksana Pengawasan dan Penindakan pada UPT Karantina Pertanian bekerjasama dan berkoordinasi dengan unit kerja/pejabat fungsional di UPT Karantina Pertanian yang bersangkutan serta pihak lain (Korwas PPNS, Kejaksaan, Pengadilan, UPT Karantina Pertanian dan lainnya);

4. Dalam melaksanakan pengawasan dan penindakan, apabila diperlukan, UPT Karantina Pertanian dapat meminta bimbingan teknis ke Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian;

5. Melaporkan secara berkala maupun insidental ke Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian atas pelaksanaan pengawasan dan penindakan karantina hewan, karantina tumbuhan dan pengawasan keamanan hayati serta dapat menyampaikan masukan untuk penyempurnaan kebijakan teknis;

a. Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP)

 Tugas Bidang Pengawasan dan Penindakan :

Bidang pengawasan dan penindakan mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.

 Fungsi Bidang Pengawasan dan Penindakan:

(13)

 Pelaksanaan urusan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina tumbuhan;

 Pelaksanaan urusan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang keamanan hayati hewani dan nabati.

 Tugas Seksi Pengawasan dan Penindakan Karantina Hewan:

Melakukan urusan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan keamanan hayati hewani.

 Tugas Seksi Pengawasan dan Penindakan Karantina Tumbuhan:

Melakukan urusan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati.

b. Balai Karantina Pertanian Kelas I (BKP Kelas I)

 Tugas Seksi Pengawasan dan Penindakan:

Melakukan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan, serta keamanan hayati hewani dan nabati.

c. Balai Karantina Pertanian Kelas II (BKP Kelas II)

 Tugas Seksi Karantina Hewan:

Melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan, pengawasan keamanan hayati hewani, dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan keamanan hayati hewani.

 Tugas Seksi Karantina Tumbuhan:

Melakukan pemberian pelayanan operasional karantina tumbuhan, pengawasan keamanan hayati nabati, dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang karantina tumbuhan dan keamanan hayati nabati.

d. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I (SKP Kelas I )

 Tugas Subseksi Pelayanan Operasional:

Melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan karantina tumbuhan, pengawasan keamana hayati hewani dan nabati, dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.

(14)

e. Stasiun Karantina Pertanian Kelas II (SKP Kelas II )

 Tugas Petugas Pelayanan Operasional:

Melakukan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan karantina tumbuhan, pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati, dan sarana teknik, serta pengelolaan sistem informasi dan dokumentasi, serta pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang- undangan di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.

4. Petugas Karantina Hewan

Adalah pejabat fungsional Medik Veteriner dan Paramedik Veteriner yang diberi tugas untuk melaksanakan tindakan karantina berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan terhadap pemasukan media pembawa HPHK ke dalam, yang dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, atau dikeluarkan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

5. Petugas Karantina Tumbuhan

Adalah pejabat fungsional pengendali OPT yang diberi tugas untuk melaksanakan tindakan karantina berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan terhadap pemasukan media pembawa OPTK ke dalam, dibawa atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, atau media pembawa OPT yang dikeluarkan dari dalam wilayah Negara Republik Indonesia, apabila disyaratkan oleh Negara tujuan.

6. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Karantina

Adalah PNS di lingkungan Badan Karantina Pertanian yang telah memenuhi persyaratan sebagai penyidik dan diberi wewenang untuk melakukan penyidikan atas terjadinya tindak pidana di bidang karantina hewan dan karantina tumbuhan serta keamanan hayati hewani dan nabati.

7. Intelijen Karantina

Adalah upaya di bidang Pengawasan dan Penindakan lingkup Badan Karantina Pertanian untuk memberikan informasi kepada pimpinan organisasi dalam mengamankan serta mensukseskan kebijakan untuk melaksanakan tugas perkarantinaan dan pengawasan keamanan hayati.

8. Polisi Khusus (Polsus) Karantina

Adalah Petugas Karantina Hewan/Tumbuhan di lingkungan Badan Karantina Pertanian yang telah memenuhi persyaratan sebagai Polsus dan diberi kewenangan untuk melaksanakan fungsi kepolisian terbatas di bidang karantina hewan dan tumbuhan berupa penegakan hukum, pengayoman dan pembinaan serta pelayanan masyarakat.

III. PELAKSANA SOSIALISASI DI BIDANG KEWASDAKAN

Dalam pelaksanaan sosialisasi di bidang pengawasan dan penindakan dilakukan kerjasama dan koordinasi lingkup Badan Karantina Pertanian untuk mengintegrasikan kegiatan sosialisasi di bidang kewasdakan dalam kegiatan sosialisasi perkarantinaan pertanian.

(15)

Dalam persiapan dan pelaksanaan kegiatan sosialisasi melibatkan pihak- pihak internal Badan Karantina Pertanian antara lain sebagai berikut:

1. Badan Karantina Pertanian

Pelaksana kegiatan sosialisasi dilakukan oleh Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan, dan berkoordinasi dengan Pusat-pusat dan Sekretariat lingkup Badan Karantina Pertanian.

2. Balai Besar Karantina Pertanian.

Pelaksana kegiatan sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian di BBKP adalah Bidang Wasdak.

3. Balai Karantina Pertanian Kelas I.

Pelaksana kegiatan sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian di BKP Kelas I adalah Seksi Wasdak.

4. Balai Karantina Pertanian Kelas II.

Pelaksana kegiatan sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian di BKP Kelas II adalah:

 Seksi Karantina Hewan;

 Seksi Karantina Tumbuhan.

5. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I.

Pelaksana kegiatan sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian di SKP Kelas I adalah Sub Seksi Pelayanan Operasional.

6. Stasiun Karantina Pertanian Kelas II.

Pelaksana kegiatan sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian di SKP Kelas II adalah Petugas Pelayanan dan Operasional.

IV. PEMBIAYAAN SOSIALISASI

Pelaksanaan sosialisasi bersumber dari APBN (DIPA UPT Karantina maupun DIPA Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian).

V. SASARAN SOSIALISASI

Sasaran pelaksanaan sosialisasi meliputi : a. Instansi terkait Pemegang Kebijakan

Terdiri dari lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif baik di tingkat pusat maupun daerah.

b. Kalangan Pers/Media

Terdiri dari media cetak (surat kabar, majalah, tabloid), elektronik (TV, Radio) serta media on-line.

c. Kalangan Pendidikan dan Penelitian

Terdiri dari siswa tingkat SD, SLTP hingga SLTA, mahasiswa, dosen dan para peneliti.

d. Kalangan Pengusaha Agribisnis

Terdiri dari petani, peternak, eksportir, importir, fumigator dan asosiasi

(16)

e. Masyarakat Umum

Adalah seluruh anggota masyarakat.

VI. REFERENSI UNTUK PENYIAPAN MATERI SOSIALISASI KEWASDAKAN 1. Dasar Hukum Perkarantinaan

Sebagai dasar hukum pelaksanaan perkarantinaan adalah :

a. Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

b. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

c. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan

f. Peraturan/Keputusan Menteri/Keputusan Kepala Badan sebagai petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan di lapangan.

2. Asas Hukum Perkarantinaan

Karantina pertanian menganut asas Lex specialis derogat legi generalis yang artinya peraturan khusus lebih diutamakan dari pada peraturan yang umum atau jika sesuatu ketentuan belum atau tidak diatur dalam peraturan khusus, maka akan berlaku ketentuan yang diatur dalam ketentuan umum.

3. Peraturan-peraturan

1) Undang-Undang Nomor. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan.

2) Undang Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Polisi Negara Republik Indonesia, khususnya terkait dengan PPNS.

3) Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan

4) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan.

5) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

7) Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National Single Window.

8) Permentan No. 271/Kpts/HK.310/4/2006 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan Tertentu Oleh Pihak Ketiga.

9) Permentan No. 34/Permentan/OT.140/7/2006, tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Instalasi Karantina Hewan 10) Permentan No. 51/kpts/OT.140/10/2006 tentang Pedoman Tata

Hubungan Kerja Fungsional Pemeriksaan, pengamatan dan Perlakuan Penyakit Hewan Karantina.

11) Permentan No. 62/Permentan/OT.140/12/2006 tentang

(17)

12) Permentan No.05/Permentan/HK.060/3/06 tentang Persyaratan dan Tata Cara Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan Milik Perorangan atau Badan Hukum.

13) Permentan No. 13/Permentan/OT.140/2/2008, tentang Persyaratan dan Penetapan pihak Lain dalam Membantu Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan.

14) Permentan No. 18/Permentan/OT.140/2/2008, tentang Persyaratan dan Tikandan Karatnina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup berupa Sayuran Umbi Lapis Segar ke dalam Wilayah Negara Indonesia.

15) Permentan No. 36/Permentan/OT.140/8/2008, tentang Pembentukan Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza Pusat.

16) Permentan No. 51/Permetnan/OT.140/10/2008, tentang Syarat dan Tata Cara Pendaftaran Pangan Segar Asal Tumbuhan.

17) Permentan No. 20/Permentan/OT.140/4/2009, tentang Pengawasan Pemasukan Peredaran Daging, Karkas dan/atau Jeroan dari Luar Negeri.

18) Kepmentan No. 02/kpts/OT.140/1/2007 tentang Dokumen dan sertifikat Karantina Hewan.

19) Kepmentan No. 3237/Kpts/HK.060/9/2009, tentang Bentuk dan Jenis Dokumen Tindakan Karantina Tumbuhan dan Keamanan Pangan Segar Asal Tumbuhan.

20) Kepmentan No. 3238/Kpts/Pd.630/9/2009, tentang Penggolongan jenis Jenis Hama Penyakit Hewan Karantina, Penggolongan dan Klasifikasi Media Pembawa.

21)22)

23) Permentan No. 9/Permentan/OT.140/2/2009, tentang Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karantina Tumbuhan terhadap Pemasukan Media Pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

24) Permentan No. 12/permentan/OT.140/2/2009, tentang Persyaratan dan Tata Cara Tindakan Karatnina Tumbuhan terhadap Pemasukan Kemasan Kayu ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

25) Permentan No. 27/permentan/OT.140/5/2009, tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan.

26) Permentan No. 37/permentan/OT.140/7/2009, tentang Penggunaan Pestisida Berbahan Aktif Metil Bromida untuk TIndakan Perlakuan Karatnina Tumbuhan dan Perlakuan Pra Pengapalan.

27) Permentan No. 46/permentan/HK.340/8/2010, tentang Tempat Tempat Pemasukan dan Pengeluaran Media Hama dan Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina.

28) Permentan No. 56/Permentan/OT.140/9/2010, tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran.

29) Permentan No. 18/permetnan/OT.140/3/2011, tentang Pelayanan Dokumen Karantina Pertanian dalam Sistem Elektronik International Single Window (INSW).

30) Permentan No. 20/permentan/OT.140/3/2011, tentang

(18)

31) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

497.a/kpts/PD.670.210/L/12/2008, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan (IKH) untuk Obat Hewan, Sediaan Biologik.

32) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 499/kpts/

PD.670.210/L/12/2008, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan untuk Day Old Chicken (DOC)

33) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 499.a/kpts/

PD.670.210/L/12/2008, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan untuk Produk Hewan Pangan (Karkas, Daging dan jeroan).

34) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 399.a/kpts/

PD.670.210/L/10/2008, tentang Pedoman Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Hewan untuk Reptil dan Amfibi (Herpetofauna).

35) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 51/kpts/

PD.670.210/L/12/2008, tentang Pedoman Teknis Instalasi Karantina Hewan untuk Satwa Primata.

36) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No. 436.a/kpts/

PD.670.210/L/11/2008, tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindakan Karantina Hewan terhadap Susu dan produk Olahannya.

37) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

593/kpts/HK.060/L/12/2009, tentang Pedoman Tindakan Karantina terhadap Reptil.

38) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

380/kpts/kp.340/L/5/2010, tentang Modul Pelatihan Penilaian Instalasi Karantina Hewan Produk Pangan (Karkas, Daging dan Jeroan).

39) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

370.a/kpts/kp.340/L/5/2010, tentang Modul Pelatihan Penilaian Instalasi Karantina Hewan Primata

40) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

375/kpts/kp.340/L/5/2010, tentang Modul Pelatihan Penilaian Instalasi Karantina Hewan Reptil.

41) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

361.a/kpts/kp.340/L/5/2010, tentang Modul Pelatihan Penilaian Instalasi Karantina Hewan Ruminansia Besar dan Kecil.

42) Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No.

385.a/kpts/kp.340/L/5/2010, tentang Penyusunan Modul Pelatihan Penanganan Spesimen.

43) Peraturan perundang-undangan yang terkait lainnya.

VII. METODE SOSIALISASI 1. Ceramah

 Mengundang para peserta pemangku kepentingan karantina pertanian melalui seminar/workshop/sarasehan.

 Memberikan pengenalan karantina di lembaga pendidikan, lingkup instansi terkait, lingkup pemda.

2. Media Cetak

(19)

Pemasangan banner, spanduk, baliho dsb.

Pembagian brosur, leaflet 3. Media Elektronik

Memberikan pengertian karantina pertanian seperti:

 Pembuatan Website karantina pertanian

 Iklan di stasiun TV lokal dan nasional

 Penyajian film dokumenter

 Video klip.

4. Pelatihan dan Sertifikasi

Pengguna jasa karantina pertanian/stakeholders dilatih untuk mengetahui sejarah perkarantinaan di Indonesia, persyaratan dan tindakan karantina, prosedur dan tatacara tindakan karantina, pengawasan keamanan hayati, pengawasan atas pelanggaran peraturan perundang-undangan karantina dan pengawasan keamanan hayati.

Pemberian Sertifikat dan Kartu Identitas (ID-Card)

- Bagi pengguna jasa karantina pertanian yang telah mengikuti pelatihan karantina mendapatkan sertifikat dan kartu identitas (ID-Card).

- Pengguna jasa karantina pertanian yang memiliki Kartu Identitas (ID-CARD) mendapatkan prioritas pelayanan karantina.

VIII. EVALUASI DAN PELAPORAN

Selama pelaksanaan kegiatan sosialisasi dilakukan evaluasi untuk mengetahui efektifitas pelaksanaannya dan menjadi bahan dalam pengembangan materi dan metode sosialisasi selanjutnya. Kemudian setelah pelaksanaan kegiatan sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian dibuatkan laporan tertulis, dan laporan ditembuskan ke Badan Karantina Pertanian.

IX.PENUTUP

Pedoman sosialisasi bagi pemangku kepentingan karantina pertanian merupakan pedoman yang digunakan oleh seluruh UPT KP untuk mengadakan kegiatan sosialisasi kepada pemangku kepentingan karantina pertanian.

Jakarta, 18 Juni 2011 Kepala Badan,

ttd

BANUN HARPINI

Referensi

Dokumen terkait

Peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan- kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya (Effendi 2007). Indikator pertama

Media scrapbookmerupakan kegiatan seni tempel menempel menggunakan hiasan di atas kertas kemudian menghiasnya dengan karya yang kreatif dan menarik Murjainah

1265 NUR AYUNI BINTI ABD AZIZ A13A0766 SAB Sarjana Muda Pentadbiran Perniagaan (Perbankan dan Kewangan Islam) dengan Kepujian 11 Oktober 2017 6 1266 NUR AZRA EFYZA BINTI ABDUL

Ada hubungan yang sangat signifikan antara komitmen organisasi dan iklim organisasi dengan kepuasan kerja pada karyawan Universitas Muhammadiyah Surakarta, artinya apabila komitmen

Pada gambar 4.2 nampak bahwa kelembaban paling kecil terjadi pada jam 13.00 WIB, karena pada jam 12.00 WIB suhu udara didalam dan diluar ruang pengering mencapai harga

Untuk menghasilkan kebijakan otonom yang minim intervensi pemerintah daerah, Sekber Kartamantul harus merombak Struktur Organisasi yang sudah ada sebagai komitmen untuk memberikan

dapat berhubungan dengan situasi yang lebih kompleks dalam bentuk yang lebih kompak (misal masalah investasi dengan periode waktu yang lebih banyak).. ▪

Walaupun umumnya tulang tengkorak mengalami fraktur (80%), namun didapatkan pula kasus dimana tidak didapatkan fraktur, terutama pada kelompok penderita anak-anak.Pada keadaan