• Tidak ada hasil yang ditemukan

WALASUJI Volume 12, No. 2, Desember 2021:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WALASUJI Volume 12, No. 2, Desember 2021:"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PERUBAHAN POLA INTERAKSI DALAM KELUARGA DI KAWASAN KAKI GUNUNG KERINCI KAYU ARO,

KABUPATEN KERINCI, PROVINSI JAMBI THE CHANGING INTERACTION PATTERNS IN FAMILY

IN THE MOUNT OF KERINCI KAYU ARO AREA, KERINCI REGENCY, JAMBI PROVINCE

Tri Nurza Rahmawati Universitas Negeri Padang

Jln. Prof. Dr Hamka, Air Tawar Padang, Sumatera Barat Telp. (0751). 7053902, Fax: (0751) 7055628

Pos-el: [email protected] DOI: 10.36869/wjsb.v12i2.223

ABSTRACT

This article explained and described the changing interaction patterns in the family in the Mount of Kerinci Kayu Aro area, Kerinci Regency, Jambi Province. The theory used in analyzing the research finding was the social changing theory by Veblen and Ogburn as technocrat in materialistic perspective. This research used descriptive qualitative approach and the informants were chosen by using purposive sampling technique.

Data were collected through interview, observation, and documentation. Data were analyzed through interactive analysis technique proposed by Miles and Huberman consisting of data reduction, data display, and conclusion. Data showed that the people in the Kerinci mount area was a change of interaction from directly interaction (face to face) into gadget interaction. Therefore, it could be concluded that family function was decreased. It was caused by the using of gadget, thus the interaction of parents to their children was not run well, because communication, connection, support and role of parents were no longer maximally done.

Keywords: Change, Interaction, Family

ABSTRAK

Artikel ini menjelaskan dan mendeskripsikan pola perubahan interaksi dalam keluarga di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Teori yang digunakan dalam menganalisis temuan penelitian adalah teori perubahan sosial dari Veblen dan Ogburn sebagai kaum teknokratis dalam perspektif materialistis. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan pemilihan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Data dianalisis dengan teknik analisis interaktif Miles dan Huberman (Model Analisis Interaktif), yaitu reduksi data, model data, dan penarikan kesimpulan. Data menunjukkan bahwa masyarakat di kawasan kaki gunung Kerinci mengalami perubahan interaksi dari interaksi secara langsung (tatap muka) menjadi interaksi dengan gawai. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga semakin kecil. Hal ini dipengaruhi oleh penggunaan gawai, sehingga perilaku orang tua terhadap anaknya dalam pengasuhan tidak berjalan secara utuh, karena komunikasi, kedekatan, dukungan, dan keterlibatan orang tua tidak lagi dirasakan secara maksimal.

Kata Kunci: Perubahan, Interaksi, Keluarga

(2)

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan sekelompok orang yang terikat dengan pernikahan, biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Keluarga juga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, di mana mereka belajar dan mendefinisikan diri mereka sebagai makhluk sosial dalam hubungan interaksi dengan orang lain. Keluarga merupakan tempat interaksi pertama dalam sebuah kelompok dan menjadi kelompok utama. Keluarga menjadi kelompok primer tempat norma sosial terbentuk dan diinternalisasi, kerangka acuan dan perilaku terbentuk. Keluarga mengambil bagian sebagai kelanjutan masyarakat, fisik pemeliharaan anggota dan sebagai tempat kontrol sosial untuk anak-anak bersosialisasi. Pemahaman keluarga sebagai unit sosial terkecil dan terdekat menjadi basis keluarga perlu dalam melakukan interaksi sosial untuk melangsungkan hubungan yang dinamis.

Kehidupan sehari-hari, manusia selalu berhubungan antara yang satu dan yang lainnya, sejak bangun pagi hingga tidur malam.

Hubungan antarmanusia sebagai makhluk sosial dapat dicirikan dengan adanya tindakan untuk berhubungan. Tindakan tersebut dapat mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki perilaku individu lain atau sebaliknya.

Tindakan tersebut dinamakan interaksi sosial.

Interaksi sosial akan melakukan kegiatan hidup seseorang semakin bervariasi dan kompleks.

Interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya kehidupan sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan misalnya bersalaman, menyapa, berbicara dengan orang lain, sampai perdebatan yang terjadi di sekolah merupakan contoh interaksi sosial. Pada gejala seperti itulah, kita menyaksikan salah satu bentuk kehidupan sosial.

Manusia mulai berinteraksi sejak dilahirkan ke dunia, proses interaksi sudah mulai dilakukan walaupun terbatas pada hubungan yang dilakukan seorang bayi terhadap

ibunya. Interaksi sosial erat kaitannya dengan naluri manusia untuk selalu hidup bersama dengan orang lain dan ingin bersatu dengan lingkungan sosialnya. Interaksi dapat terjadi apabila salah seorang individu melakukan aksi terhadap orang lain dan kemudian mendapatkan balasan sebagai reaksinya. Jika salah satu pihak melakukan aksi dan pihak yang lain tidak melakukan reaksi, maka interaksi tidak akan terjadi misalnya, seseorang berbicara dengan patung atau gambar maka tidak akan menimbulkan reaksi apapun. Oleh karena itu, interaksi sosial dapat terjadi apabila dua belah pihak saling berhubungan dan melakukan tindakan timbal balik atau lebih dikenal dengan istilah aksi-reaksi.

Manusia sebagai makhluk sosial harus menjaga interaksi di dalamnya semua pola seperti berbicara, bertukar pikiran dan mendapatkan informasi, berbagi pengalaman, berkolaborasi dengan orang lain untuk memenuhi semua itu kebutuhan. Kebutuhan keluarga tidak lepas dari kebaikan dan interaksi intensif di antara anggota keluarga. Apalagi orangtua selalu berinteraksi dan berkomunikasi secara baik dalam menyampaikan pesan kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga dan masyarakat. Interaksi adalah bentuk hubungan penting yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk sosial dan individu dalam keluarga dan kehidupan sosial.

Harold Bethel menjelaskan bahwa interaksi yang hilang dalam keluarga hidup adalah tanda hilangnya sifat manusia sebagai makhluk sosial, karena setiap anggota keluarga harus berkomunikasi masing-masing lain dalam kehidupan sehari-hari sebagai upaya menjaga keharmonisan dalam keluarga. Dalam perspektif sosiologi, keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang diperkenalkan kepada anak-anak sebagai anggota baru atau bisa dikatakan anak kecil mungkin tahu tentang kehidupan sosial pertama dalam kehidupan keluarga. Interaksi antara anggota keluarga membuat seorang anak

(3)

menyadari tentang dirinya dan tahu bahwa dia dapat mengambil peran sebagai individu dan juga sebagai makhluk sosial.

Berdasarkan penjelasan di atas, di kawasan kaki gunung kerinci ada perubahan dalam berinteraksi yang sebelumnya dilakukan langsung tatap muka tetapi sekarang diganti dengan interaksi melalui gadget. Perubahan interaksi sosial dalam keluarga tercipta pola perilaku individu. Penggunaan gadget memengaruhi semua sosial interaksi dalam kehidupan keluarga. Interaksi yang biasa dilakukan antara orang tua dan anak dalam bentuk pengasuhan dan komunikasi untuk memperkuat keluarga karena keluarga adalah satu sistem dan jika satu anggota memiliki masalah dalam berinteraksi akan membuat interaksi sosial dalam keluarga berubah.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan perubahan interaksi dalam keluarga di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kersik Tuo Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari 2020. Berdasarkan pendekatan, penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Pendekatan kualitatif menurut Creswell yaitu sebagai pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti harus melakukan serangkaian kegiatan yang dimulai dari melakukan wawancara, kemudian menganalisis hasil wawancara dan menarik suatu kesimpulan (Herdiansyah, 2010: 51). Pendekatan kualitatif seperti yang sudah dijelaskan di atas menurut penulis menjadi pendekatan yang paling tepat untuk menemukan dan mengungkap perubahan pola interaksi dalam keluarga di Kawasan Kaki

Gunung Kerinci Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, karena dalam pendekatan kualitatif tidak dimulai dari teori akan tetapi dimulai dari data yang ada di lapangan kemudian data yang diperoleh akan dipaparkan secara deskriptif tanpa harus menggunakan angka sebab lebih mengutamakan proses yaitu terdiri dari pengumpulan data, penulis melakukan observasi dan wawancara terhadap informan.

Penulis juga memilih tipe penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan tipe penelitian deskriptif yakni tipe penelitian yang memandu penulis untuk mengeksplorasi atau memotret situasi sosial yang akan diteliti. Pada tipe penelitian deskriptif data yang dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka- angka. Hasil penelitian tertulis berisi kutipan- kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, videotape, dokumen pribadi, memo dan rekaman resmi lainnya (Emzir, 2012: 3). Informan diambil dengan menggunakan purposive sampling yaitu masyarakat yang berada di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Dalam penelitian ini pemilihan informan menggunakan metode Purposive sampling artinya peneliti dengan sengaja menentukan siapa yang menjadi informan penelitian sesuai dengan data yang diinginkan untuk tujuan penelitian. Informan yang dipilih adalah orang-orang yang betul- betul memahami permasalahan yang diteliti (Sukardi, 2009: 64).

Data diambil melalui observasi dijadikan pengumpulan data pertama dalam penelitian ini karena teknik ini merupakan metode yang paling mendasar untuk memperoleh informasi tentang dunia sekitarnya. Selain itu, untuk memperkuat data maka peneliti melakukan wawancara guna untuk memberi gambaran pernyataan tentang perubahan pola interaksi dalam keluarga di Kawasan Kaki

(4)

Gunung Kerinci Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi dan menjawab pertanyaan dari penelitian. Kemudian dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan maka akan didukung lagi dengan studi dokumentasi.

Sugiyono (2011) dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi secara terang- terangan dan tersamar seperti yang diklasifikasikan oleh Sanafiah Faisal (2010).

Penulis dalam pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas penulis. Tetapi dalam suatu saat penulis juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka penulis tidak akan diizinkan untuk melakukan observasi. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan setting kegiatan yang terjadi dalam kegiatan dan makna yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan. (Moelong, 2004: 66).

Selain metode observasi, penulis juga menggunakan metode wawancara. Wawancara adalah proses interaksi atau komunikasi secara langsung antara pewawancara dengan informan.

Dalam proses ini hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya pewawancara, informan, dan topik penelitian. Wawancara yang penulis lakukan adalah wawancara mendalam.

Sesuai dengan pengertiannya, wawancara mendalam bersifat terbuka. Pelaksanaan wawancara tidak hanya sekali atau dua kali melainkan berulang-ulang dengan intensitas yang tinggi. Penulis tidak hanya percaya dengan begitu saja pada apa yang dikatakan informan, melainkan perlu mengecek dalam kenyataan melalui pengamatan. Itulah sebabnya check dan re-check dilakukan secara silih berganti dari hasil wawancara pengamatan di lapangan, atau informan yang satu ke informan yang lain (Mulyana, 2010: 180).

Penulis melakukan wawancara pada pagi hari yaitu pada pukul 06.30 WIB sampai pukul 08.00 WIB terutama dengan informan orangtua yaitu sebelum berangkat bekerja di pagi hari.

Kemudian, pada pukul 16.00 WIB sampai pukul 18.00 WIB saat orangtua dan masyarakat sudah pulang bekerja. Selanjutnya wawancara yang penulis lakukan dengan masyarakat yang belum menikah yang berada di kawasan kaki gunung kerinci tersebut umumnya dilakukan pada sore hari hingga malam hari ketika mereka sudah berada di rumah. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan penulis melakukan wawancara dengan masyarakat yang masih berstatus menjadi seorang anak atau belum menikah pada saat mereka berada di luar rumah atau ketika mereka berkumpul dengan teman sebaya mereka. Studi dokumentasi ini merupakan cara pengambilan data ketiga yang dilakukan untuk memperkuat data yang telah didapat melalui observasi dan wawancara. Selain itu juga untuk mendapatkan data tentang perubahan pola interaksi dalam keluarga di Kawasan Kaki Gunung Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi yaitu dengan mengambil data kependudukan yang dimiliki oleh di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Kegiatan ini dilakukan dengan mencari data mengenai demografis dan geografis di Kawasan Kaki Gunung Kayu Aro agar diketahui bagaimana kondisinya.

Untuk mendapatkan validitas data dilakukan tiga metode triangulasi yaitu triangulasi sumber, waktu dan metode.

Langkah-langkah proses triangulasi digambar- kan sebagai berikut. Pertama, adalah triangulasi sumber, berguna untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh kepada beberapa sumber atau informan yang berbeda-beda dengan pertanyaan yang sama, dibentuk pertanyaan yang ditanyakan berulang kali kepada anggota masyarakat sebagai informan. Kedua, adalah triangulasi waktu. Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data, untuk itu

(5)

dalam rangka menguji kredibilitas data dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan dalam waktu dan situasi yang berbeda. Triangulasi ini peneliti gunakan untuk mengetahui kapan waktu yang mereka gunakan untuk beraktifitas dan berinteraksi. Dalam penelitian ini peneliti selalu melakukan cek baik itu pagi, siang maupun sore hari. Apabila data yang dihasilkan relatif sama maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut dinyatakan reliabel. Penelitian tidak hanya dilakukan sekali tetapi berulang kali dalam waktu yang berbeda. Ketiga, adalah triangulasi metode yang dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Jika peneliti masih mendapatkan data yang berbeda setelah menggunakan triangulasi, peneliti akan membahas data dengan informan untuk mendapatkan data yang benar. Data dianalisis menggunakan model analisis Miles dan Huberman.

Menurut Miles dan Huberman (1984) analisis interaktif adalah “Kegiatan analisis yang dilakukan sebagai suatu inisiatif berulang-ulang secara terus-menerus sehingga membentuk suatu proses siklus interaktif (berhubungan satu sama lain)”. Ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu: Reduksi Data, yaitu merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abtraksi, dan pentransformasian “data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Reduksi data adalah suatu bentuk analis yang mempertajam, memilih, memfokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat digambarkan dan diverifikasikan.

Model Data (Data Display). Model adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk yang paling sering dari model data kualitatif selama ini adalah teks naratif yang berasal dari catatan lapangan yang masih berserakan, tidak berurutan dan sangat luas. Model tersebut mencakup berbagai jenis matrik, grafik,

jaringan kerja, dan bagan. Semua dirancang untuk merakit informasi dapat diakses secara langsung, bentuk yang praktis, dengan demikian peneliti dapat melihat apa yang terjadi dan dapat dengan baik menggambarkan kesimpulan.

Penarikan Kesimpulan. Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan data atau verifikasi kesimpulan. Dalam hal ini secara ringkas, makna muncul dari data yang yang teruji kepercayaannya, kekuatannya, dan validitasnya. Dengan cara lain kita berhenti dengan cerita-cerita menarik tentang kebenaran yang tidak diketahui dan bermanfaat (Emzir, 2010: 129-135).

Gambar 1. Komponen Analisis Data: Model Interaktif

Proses analisis ini jika dikembalikan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka kegiatan yang penulis lakukan adalah aktif untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari informan tentang perubahan pola interaksi dalam keluarga di kawasan kaki gunung kerinci. Data tersebut masih dalam bentuk bervariasi, kemudian seluruh data yang sudah terkumpul direduksi secara mendalam untuk kemudian penulis dapat menarik kesimpulan yang akurat atas data yang sudah terkumpul.

PEMBAHASAN

Interaksi awalnya berasal dari kata

“inter” dan “aksi” inter artinya saling atau antar sedangkan aksi yaitu kegiatan (Nursila 2019). Interaksi sosial adalah hubungan antarmanusia yang memiliki karakteristik

(6)

yang dinamis. Hubungan ini berkaitan dengan hubungan individu-individu, individu- kelompok dan hubungan kelompok-kelompok.

Interaksi sosial dalam masyarakat menentukan keharmonisan di antara anggota masyarakat seperti apa yang mereka harapkan. Kontak sosial dan komunikasi adalah dua syarat dalam interaksi sosial. Interaksi bukan hanya tentang kontak fisik, orang dapat memiliki hubungan tanpa melihat atau menyentuh satu sama lain. Dengan perkembangan teknologi saat ini, individu dapat saling terhubung melalui telepon (gadget). Sehingga bisa jadi mengatakan bahwa koneksi fisik bukan satu- satunya persyaratan. Perubahan interaksi dijelaskan oleh Veblen dan Ogburn (1929) dalam perspektif Materialistis. Ia menjelaskan bahwa masyarakat pada negara bagian ditentukan oleh teknologi.

Secara harfiah, teknologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “teknologia” yang berarti pembahasan sistematik mengenai seluruh seni dan kerajinan. Dari makna harfiah tersebut, teknologi dalam Bahasa Yunani Kuno dapat didefenisikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya.

Teknologi dapat pula dimaknai sebagai

“pengetahuan mengenai bagaimana membuat sesuatu (know-how of making things) atau

“bagaimana melakukan sesuatu” (know- how of doing things), dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil nilai yang tinggi, baik nilai manfaat maupun nilai jualnya. Menurut Henslin (2006), kita dapat menggunakan konsep teknologi-baru untuk menunjuk pada timbulnya suatu teknologi yang membawa dampak penting pada kehidupan sosial. Manusia mengembangkan teknologi yang sederhana. Namun, mereka mengembangkan teknologi yang membawa dampak besar pada kehidupan manusia.

Perubahan kehidupan manusia yang semula berbasis pertanian menjadi berbasis industri juga sangat dipengaruhi perkembangan teknologi. Bagi Marx, teknologi merupakan

alat, dalam pandangan materialism historis hanya menunjuk pada sejumlah alat yang dapat dipakai manusia untuk mencapai kesejahteraan.

Sedangkan Weber mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia itu sendiri.

Teknologi mempengaruhi dan kemudian mengubah pola interaksi, introduksi teknologi yang tak bebas nilai cenderung menimbulkan konflik-konflik dan karenanya membawa permasalahan dalam masyarakat. Determinisme teknologi berusaha untuk menunjukkan perkembangan teknis, media, atau teknologi secara keseluruhan, sebagai penggerak utama dalam sejarah dan perubahan sosial. Ini adalah teori yang dianut oleh “hyperglobalists” yang menyatakan bahwa sebagai konsekuensi dari ketersediaan teknologi yang luas, percepatan globalisasi tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, perkembangan dan inovasi teknologi menjadi motor penggerak utama perubahan sosial, ekonomi atau politik.

Penganut determinisme teknologi yang ketat tidak percaya bahwa pengaruh teknologi berbeda berdasarkan seberapa banyak teknologi dapat atau dapat digunakan. Alih- alih menganggap teknologi sebagai bagian dari spektrum aktivitas manusia yang lebih besar, determinisme teknologi melihat teknologi sebagai dasar untuk semua aktivitas manusia.

Determinisme teknologi telah diringkas sebagai Kepercayaan pada teknologi sebagai kekuatan pengatur utama dalam masyarakat (Merritt Roe Smith, 1994 ). Gagasan bahwa perkembangan teknologi menentukan perubahan sosial (Bruce Bimber, 1990) mengubah cara orang berpikir dan bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain dan dapat digambarkan sebagai ‘proposisi logis tiga kata: “Teknologi menentukan sejarah” (Rosalind Williams, 1991). Itu adalah, keyakinan bahwa kemajuan sosial didorong oleh inovasi teknologi, yang pada gilirannya mengikuti jalan yang tak terelakkan (Michael L. Smith, 1994). Ide

(7)

kemajuan› atau doktrin kemajuan ini terpusat di sekitar gagasan bahwa masalah sosial dapat diselesaikan dengan kemajuan teknologi, dan inilah cara masyarakat bergerak maju. Penentu teknologi percaya bahwa Anda tidak dapat menghentikan kemajuan, menyiratkan bahwa kita tidak dapat mengendalikan teknologi. Ini menunjukkan bahwa kita agak tidak berdaya dan masyarakat mengizinkan teknologi untuk mendorong perubahan sosial karena, masyarakat gagal untuk menyadari alternatif nilai yang tertanam di dalamnya yaitu teknologi (Merritt Roe Smith 1994).

Determinisme Teknologi

Determinisme teknologi didefinisikan sebagai pendekatan yang mengidentifikasi teknologi, atau kemajuan teknologi, sebagai elemen penyebab utama dalam proses perubahan sosial. Saat teknologi distabilkan, desainnya cenderung mendikte perilaku pengguna, akibatnya mengurangi hak pilihan manusia. Namun sikap ini mengabaikan keadaan sosial dan budaya di mana teknologi dikembangkan.

Veblen dan Ogburn fokus pada pengaruh teknologi terhadap pemikiran dan perilaku manusia. Ia menjelaskan bahwa, pola pikir dan perilaku manusia dibentuk oleh cara mereka menghasilkan uang dan mendapatkan kesejahteraan hidup. Veblen tidak melihat perubahan teknologi sebagai penyebab perubahan sosial. Pengembangan teknologi adalah salah satu aspek penting di Indonesia menentukan perubahan.

Tatanan masyarakat sangat ditentukan oleh teknologi. Teknologi telah membuat tatanan yang ada di masyarakat menjadi sama bahkan untuk menghancurkan tatanan yang ada Vablen (1993: 206). Pesan yang ditolak akan dihancurkan dan dihilangkan oleh masyarakat, semua yang dikumpulkan oleh masyarakat berisi aturan yang diadopsi oleh masyarakat setempat. Teknologi telah

memahami kehidupan orang-orangnya, yang akan bertentangan dengan budaya dan perilaku masyarakat. Perubahan sosial menurut Vablen dan Ogburn sangat memberikan kontribusi berharga dengan menunjukkan bagaimana perubahan teknologi menjadi sebuah masalah bagi manusia.

Masalah dan Teknologi

Ada empat masalah yang disebabkan oleh teknologi dalam masyarakat, yaitu (dalam Lauer, 1993: 211-212): 1) Masalah pertama berasal dari pandangan teknologi sebagai faktor yang sangat mempengaruhi perubahan. Pandangan ini tercermin oleh Ogburn, yaitu mencoba menjelaskan perubahan hanya dari sudut pandang teknologi sebagai kekuatan pendorong. 2) Kedua masalah pandangan teknologi sebagai kekuatan berpengaruh yang tak terhindarkan dari perubahan. Seperti yang dikatakan McLuhan (2004) “setiap teknologi secara bertahap menciptakan sebuah lingkungan kehidupan manusia yang sepenuhnya baru”.

Dalam pandangan ini, teknologi adalah kekuatan yang sangat kuat dan tidak akan memperlambat pengaruhnya terhadap perubahan. Perubahan teknologi juga menghasilkan ekonomi yang sangat besar, seperti perubahan sosial dan politik di sebuah desa (dalam Lauer: 1993: 212). 3) Masalah ketiga adalah pandangan teknologi sebagai “penyelamat” seperti halnya orang Amerika cenderung terpesona oleh teknologi, dan 4) Masalah keempat adalah gagasan dalam teknologi. Teknologi adalah sumber ketidaktahuan manusia, menyebabkan manusia menjadi malas dan menyembah teknologi.

Dari empat masalah tersebut, untuk menganalisis penelitian ini dapat menggunakan dua bentuk masalah dalam penelitian ini.

Masalah pertama berasal dari pandangan teknologi sebagai faktor yang mempengaruhi perubahan. Pandangan ini tercermin oleh Ogburn yaitu mencoba menjelaskan perubahan semata-mata dari sudut pandang teknologi sebagai kekuatan pendorong. Teknologi adalah

(8)

salah satu alat itu memicu perubahan sosial yang akan menyebabkan perubahan yang sangat signifikan pada jalinan kehidupan manusia.

Mengenai penelitian yang dilakukan, gadget atau teknologi telah membawa perubahan pada masyarakat di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Dengan munculnya ponsel membuat interaksi keluarga dalam komunitas sekitar Kawasan Kaki Gunung Kerinci sudah mulai berkurang. Interaksi keluarga yang sebelumnya berlangsung secara intensif dan memberikan kehangatan di tengah- tengah keluarga tetapi dengan munculnya telepon genggam membuat kehangatan di keluarga mulai berkurang. Sebagian besar yang menggunakan ponsel adalah orang-orang muda yang sibuk dengan gadgetnya masing- masing. Perubahan sosial sangat jelas, yang pada awalnya masyarakat biasanya berkomunikasi langsung tanpa ada perantara antara komunikan, tetapi dengan munculnya gadget ini maka interaksi secara langsung sudah tidak lagi dilakukan secara intensif. Biasanya sebelum adanya telepon genggam atau ponsel semua keluarga di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro biasanya sebelum matahari terbenam, mereka berkumpul untuk bercerita, bercanda, menonton TV, tetapi dengan munculnya gadget hal-hal seperti ini sudah mulai menghilang di dalam masyarakat. Anak-anak atau pun orang tua sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Kedua, Vablen dan Ogburn menjelaskan Teknologi adalah kekuatan yang sangat besar pengaruhnya dan tak terhentikan dalam membuat sebuah perubahan. Perubahan teknologi telah menyebabkan perubahan besar seperti perubahan ekonomi, sosial dan politik di sebuah desa.

Perubahan ekonomis yaitu perubahan dalam hal pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat. Perubahan di bidang sosial, yaitu menjadikan masyarakat tidak peduli dan bersikap acuh dengan lingkungan di mana ia berada. Masyarakat cenderung bersifat individualis dan tidak mempertimbangkan

hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Awalnya hubungan yang bersifat organik berubah menjadi mekanik. Perubahan di bidang politik, yaitu perubahan dalam pemerintah aparat desa, yaitu pemerintah daerah dengan mudah memberi izin kepada semua masyarakat untuk menggunakan gadget.

Ibu Poniah (45 tahun), di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro, masyarakat wawancara pada tanggal 24 Januari 2020 mengungkapkan sebagai berikut:

Ado perubahaan dingan tijadi di kawasan kami ini, lah banyak nian uhang dingan nahu hp dak do dingan idak nahu hp minin uhang nak ngimbau anaknyo balik idak agi lewat bahaso langsung tapi lewat chat di whatshap atau mesengger.

Adanya perubahan pola interaksi dalam keluarga yang terjadi di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Hal ini terbukti dengan meningkatnya pengguna gadget.

Rio Narki (24 tahun) di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro, masyarakat wawancara pada tanggal 24 Januari 2020 juga mengungkapkan sebagai berikut:

Minin dikawasan kami ini idak uhang tuo bae dingan ado nahu hp anak budak anak kicik lah ado galo nahu hp. Kalu nak nuik kanti idak geh ngato secaro langsung tapi lah lewat whatshap misalnyo tau sosial mediaa dingan lain.

Pengguna gadget di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro tidak hanya di kalangan orang dewasa melaikan di semua kalangan dari anak-anak, remaja hingga dewasa.

Sehingga, interaksinya yang dilakukan secara langsung dan tatap muka berubah menjadi interaksi melalui gadget. Sapa menyapa yang biasanya dilakukan secara langsung berubah menjadi virtual melalui gadget dengan memanfaatkan sosial media yang ada seperti whatsApp, telegram dan lain sebagainya.

(9)

Amelia (19 tahun) di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro, masyarakat wawancara pada tanggal 23 Januari 2020 mengungkapkan hal serupa sebagai berikut:

Bisa dikato umah dingan ado di kawasan kaki gunung kinci ini lah dijadikah jadi penginapan atau lah disewakah, dibagih pulo wifi toh.

Hampir semua rumah masyarakat yang berada di Kawasan Kaki Gunung Kerinci yang dijadikan home stay atau penginapan serta memiliki koneksi internet (wifi), artinya perubahan pola interaksi di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro sedang terjadi saat ini.

Hal ini secara tidak langsung menjadi faktor pendorong berubahnya proses interaksi di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro.

Perhatian terhadap anak-anak dan fungsi keluarga berkurang. Hal ini bisa dilihat dari perubahan interaksi pola dalam keluarga yang menyebabkan berkurangnya perhatian pada anak-anak.

Selain itu, fungsi keluarga berkurang karena penggunaan gadget oleh anggota keluarga sebagai bagian dari masyarakat. Ikatan antara orang tua dengan anak-anak tidak berjalan dengan baik, komunikasi, dukungan dan peran orang tua tidak lagi dilakukan secara maksimal. Seperti definisi keluarga dari sudut pandang fungsional menyatakan bahwa keluarga adalah tempat untuk memenuhi fungsi tugas dan psikologis. Fungsi tersebut berisi pemeliharaan, sosialisasi, emosi, materi, dan peran ke arah anak-anak.

Ibu Nurhayati (50 tahun) di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro, masyarakat wawancara pada tanggal 23 Januari 2020 mengungkapkan sebagai berikut:

Kalu nak ngima uhang menandai langsung minin kimak bae waktu ahi malam sudah senjo biasotoh waktu itu uhang sedang bekumpu dingan keluargoanyo same makan atau nonton tv.

Interaksi langsung atau tatap muka di keluarga di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro hanya bisa dilihat pada malam hari atau setelah senja ketika semua anggota keluarga beristirahat, makan malam atau menonton televisi.

Bapak Soleh, (26 tahun) di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro, masyarakat wawancara pada tanggal 20 Januari 2020 mengungkapkan sebagai berikut:

Uhang menandai minin secara langsung baik dingan anaknyo dingan uhang tuo ataupun dingan anggota kelauarganyo dingan lain umumnyo waktu ahi malam karno kalu siang uhangtuo nak menandai dingan anak ataupun sebaliknyo pasti lewat hp. Interaksi langsung dalam keluarga pada saat ini hanya terjadi pada malam hari, karena pada siang hari anak-anak dan orang tua biasanya menggunakan gadget untuk berinteraksi. Penggunaan gadget untuk berinteraksi di siang hari didasari oleh jarak antara orangtua dan anak-anak mereka, di mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah seperti; berkumpul dengan teman-teman, duduk di cafe, bermain dan lain sebagainya.

PENUTUP

Berdasarkan temuan dan diskusi, dapat disimpulkan bahwa di Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro ada perubahan interaksi yang sebelumnya dilakukan secara langsung tatap muka tetapi sekarang diganti dengan interaksi melalui gadget. Perubahan sosial interaksi dalam keluarga menciptakan pola perilaku individu. Penulis menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat mengupas secara lebih dalam perubahan pola interaksi dalam keluarga, sehingga data yang diperoleh lebih berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Rofiq. 2017. “Perubahan Masyarakat Desa Wisata Bejiharjo”Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. 4 (1): 1-12.

(10)

Amran, Ali. 2015. “Peranan Agama Dalam Perubahan Sosial Masyarakat”.

Jurnal HIKMAH. 2 (1).

Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikas:

Teori, Paradigma, dan Diskursus. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif, Analisis Data. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Gerungan, WA. 2009. Psikologi Sosia. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Haris Herdiansyah. 2010. Metodologi Peneliti- an Kualitati. Jakarta: Selemba Humanik.

Hilman Nugraha, Dasim Budimansyah, Mirna Nur Alia A. 2017. Perubahan Sosial dalam Perkembangan Pariwisata Desa Cibodas Kecamatan Lembang. Jurnal Sosietas. 5 (1), 151-272.

Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial Prepektif Klasik, Modern, Pos- modern dan Perkolonial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Narwoko, J. Dewi & Bagong Suyanto. 2004.

Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta: Prenada Media.

Setiadi, M Elly dan Usman Kolip. 2011. Pengantar Sosiologi. Pe- ngantar Sosiologi. Pemahaman Fakta dan Pemikiran Permasalahan Sosial:

Permasalahan. Jakarta: Kencana.

Soekanto Soerjono. 2014. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Syafin, M Soulisa. 2019. Perubahan Sosial Masyarakat Negeri Hena Lima Pasca Bencana Banjir Wae Ela di Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial. 12 (1).

Wawancara Ibu Poniah (45 tahun). 2020.

Masyarakat Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Kerinci, 24 Januari 2020.

Wawancara Ibu Nurhayati (50 tahun). 2020.

Masyarakat Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Kerinci, 23 Januari 2020.

Wawancara Rio Narki (24 tahun). 2020.

Masyarakat Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Kerinci, 24 Januari 2020.

Wawancara Amelia (19 tahun). 2020. Masyarakat Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro.

Kerinci, 23 Januari 2020.

Wawancara Soleh (26 tahun). 2020.

Masyarakat Kawasan Kaki Gunung Kerinci Kayu Aro. Kerinci, 20 Januari 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Kebutuhan manusia akan rasa aman baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang tidak akan ada habisnya. Rasa khawatir akan keselamatan hidup, kesehatan, pendidikan

Semangat dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik

- Ijazah yang diperoleh dari Perguruan Tinggi Luar Negeri, yang telah mendapat penetapan penyetaraan dari Panitia Penilaian Ijazah Luar Negeri Kementerian Riset, Teknologi, dan

Ide dasar teori ini sangat relevan dengan penelitian peneliti yang menggambarkan tentang penggunaan simbol oleh komunitas Tanah Aksara dalam interaksi sosial, yang

Penanganan yang dilakukan juga terdapat kendala-kendala yang bisa menghambat tujuan tersebut, baik yang berasal dari anak jalanan, orang tuanya, serta dari

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

Secara rinci, pada tahap perencanaan ini, prosedur tindakan yang dilakukan peneliti adalah (1) membagi guru dalam beberapa kelompok kecil, (2) peneliti memberikan

32 Maka dipanggil oleh Jesus akan murid-muridnja, lalu katanja, "Hatiku sangat kasihan akan orang banjak ini, karena sudah tiga hari lamanja mereka itu tinggal bersama-sama