• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEBARAN TINGKAT KEBISINGAN DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI PERAKITAN KOMPONEN OTOMOTIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS SEBARAN TINGKAT KEBISINGAN DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI PERAKITAN KOMPONEN OTOMOTIF"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEBARAN TINGKAT KEBISINGAN DI BAGIAN PRODUKSI INDUSTRI PERAKITAN KOMPONEN OTOMOTIF Noise Level Distribution Analysis in the Production Section of Automotic Component Assembling Industry

Amirah Puspitasari Nurhusna, Margareta Maria Sintorini

*

, Melati Ferianita Fachrul Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lanskap dan Teknologi Lingkungan,

Universitas Trisakti

*E-mail: sintorini@trisakti.ac.id

Sejarah artikel:

Diterima: Februari 2021 Revisi: Maret 2021 Disetujui: April 2021 Terbit online: Mei 2021

ABSTRAK

PT XY adalah perusahaan yang bergerak pada produksi kompresor dan komponen otomotif yang memerlukan ketelitian dalam pembuatannya. Kebisingan pada lingkungan kerja merupakan salah satu faktor potensi bahaya bagi kesehatan karyawan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kebisingan di PT XY menggunakan pemetaan secara visualisasi manual dan pola sebaran kebisingan dengan program surfer 11. Penelitian ini menggunakan data sekunder pengukuran tingkat kebisingan bulan Maret dan Oktober tahun 2018 serta bulan Juni dan Oktober tahun 2019 dari PT XY dengan metode SNI 7231-2009 tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di Tempat Kerja yang diambil sesaat selama 1 jam dengan interval 6 menit.

Alat pengukuran tingkat kebisingan yang digunakan adalah Sound Level Meter tipe SL-4011. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja. Dari hasil analisis yang didapat digambarkan dalam pemetaan dan pola sebaran. Dari hasil keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan kegiatan produksi di PT XY hanya 3 titik yang melebihi standar baku mutu, Tingkat kebisingan di PT XY berkisar dari 74 dB(A)-88 dB(A). Pemetaan tingkat kebisingan dengan visual basic dari keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan, sumber bising yang melebihi baku mutu berada di area kerja gasket ring, horn press, dan sp part machining. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah membatasi sumber bising dan pekerja, merotasi jam kerja, dan membuat aturan penggunaan ear plug.

Kata kunci: komponen otomotif; tingkat kebisingan; surfer 11 ABSTRACT

PT XY is a company engaged in the production of compressors and automotive components that require precision in their manufacture. Noise in the work environment is a potential hazard for employee health. The purpose of this study was to analyze the noise level at PT XY using manual visualization mapping and noise distribution patterns with the 11 surfer program. This study used secondary data on noise level measurements in March and October 2018 and June and October 2019 from PT XY with the SNI 7231-2009 method concerning the Noise Intensity Measurement Method in the Workplace which is taken for a moment for 1 hour with an interval of 6 minutes. The noise level measurement tool used is the SL-4011 Sound Level Meter. The data from the measurement of noise levels are compared with the Regulation of the Minister of Manpower of the Republic of Indonesia Number 5 of 2018 concerning Occupational Safety and Health in the Work Environment. From the analysis results obtained are described in the mapping and distribution patterns.

From the overall results of the measurement of the noise level of production activities at PT XY, only 3 points

exceed the quality standard. The noise level at PT XY ranges from 74 dB (A)-88 dB (A). Noise level mapping

with a visual basic of all noise level measurements, noise sources that exceed the quality standard are in the

gasket ring, horn press, and sp part machining work areas. The controls that have been done are limiting

noise sources and workers, rotating working hours, and making rules for the use of ear plugs.

(2)

1. PENDAHULUAN

Pada setiap sektor industri, kebisingan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi potensi bahaya pada kesehatan karyawan. Bunyi mesin, alat kerja, hingga aktivitas karyawan menjadi sumber bising pada industri. Menurut Eko, dkk (2017) setiap kegiatan di masyarakat mempunyai potensi bahaya, faktor yang mempengaruhi potensi bahaya adalah faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi.Kebisingan dapat berdampak pada gangguan pendengaran, gangguan dapat terjadi secara tiba-tiba maupun secara perlahan dalam hitungan bulan sampai tahun yang terkadang tidak disadari (WHO, 2004).

Pada penelitian ini, penulis meneliti di perusahaan perakitan komponen otomotif. Dengan kebutuhan pasar yang tinggi, kerja mesin juga akan mengikuti tingginya angka penjualan. Dengan tuntutan kerja yang ada kebutuhan faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan pada karyawan perlu diperhatikan. Kebisingan di tempat kerja dapat berakibat komunikasi antar pekerja yang tidak lancar hingga terjadinya kecelakaan kerja. Jika perusahaan tersebut tidak dapat menjaga atau mengkondisikan tempat kerja yang aman, maka resiko kerja terhadap karyawan tinggi (Mochamad dkk, 2016). Dalam hal ini maka dilakukan analisis tingkat kebisingan di PT XY sebagai bahan parameter yang penting untuk diperhatikan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kebisingan di PT XY menggunakan pemetaan secara visualisasi manual dan pola sebaran kebisingan dengan program surfer 11.

2. METODOLOGI

Lokasi penelitian berada di Tanjung Priok, Jakarta. Pada penelitian ini lokasi sampling di fokuskan pada bagian karyawan produksi, yaitu area kerja karyawan yang bekerja langsung dalam kegiatan proses produksi dan karyawan yang berhubungan dengan area pabrik. Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil oleh pihak laboratorium. Data tersebut diambil oleh pihak laboratorium dengan pengukuran 6 bulan sekali. Data yang didapatkan adalah data bulan Maret dan Oktober tahun 2018 serta data bulan Juni dan Oktober tahun 2019.

Metode pengambilan data sampling tingkat kebisingan menggunakan SNI 7231-2009

tentang Metoda Pengukuran Intensitas Kebisingan di tempat kerja yang diambil sesaat

selama 1 jam dengan interval 6 menit. Alat pengukuran tingkat kebisingan yang

digunakan adalah Sound Level Meter (SLM) tipe SL-4011. Metode analisis data tingkat

kebisingan dari hasil pengukuran yang didapat lalu dibandingkan dengan standar baku

mutu tingkat kebisingan. Baku mutu mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Lingkungan Kerja. Dari data analis yang di dapat, lalu akan digambarkan dalam pemetaan

dan pola sebaran. Pemetaan dan pola sebaran akan diolah menjadi pemetaan secara

visual dengan warna dan pola sebaran menggunakan surfer 11.

(3)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan

Titik pengukuran tingkat kebisingan lingkungan kerja berada di area produksi. PT XY menghasilkan produk seperti radiator, spark plug, horn , stick coil dan O

2

Sensor.

Perbedaan proses produksi mempengaruhi tingkat kebisingan lingkungan kerja.Hasil data pengukuran yang didapat lalu di bandingkan dengan Standar Baku mutu Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 5 tahun 2018. Untuk pengukuran selama yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 Nilai Ambang Batas Tingkat Kebisingan Waktu Pemajanan Per

Hari

Intensitas Kebisingan dalam dB(A)

8

Jam

85

4 88

2 91

1 94

30

Menit

97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12

Detik

115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Tidak diijinkan sesaat pun 140

(4)

Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Data Tingkat Kebisingan

3.1.1 Titik 1 (Area Kerja Soldering )

Area kerja soldering proses pada produksi radiator. Berdasarkan Tabel 1 diketahui tingkat kebisingan tertinggi dari 4 periode pengukuran adalah bulan Maret 2018 dengan nilai 83 dB(A), sedangkan yang terendah adalah bulan Oktober 2019 dengan nilai 77 dB(A). Jika membandingkan hasil tingkat kebisingan tertinggi dengan baku mutu maka tingkat kebisingan masih sesuai dengan baku mutu. Faktor yang mempengaruhi penurunan tingkat kebisingan pada titik ini adalah menurunnya jumlah pemesanan produk radiator, aktivitas kerja akan sebanding dengan jumlah pemesanan produk yang bersangkutan dengan proses produksi di titik 1. PT XY menerapkan untuk wajib menggunakan APD ear plug pada area kerja ini.

3.1.2 Titik 2 (Area Kerja Leak Test Washing )

Area kerja ini merupakan salah satu tahapan pada produksi radiator . Berdasarkan Tabel 1 diketahui tingkat kebisingan tertinggi pada tahun 2018 di bulan Maret sebesar 79 dB(A) dan tingkat kebisingan tertinggi di tahun 2019 pada bulan Oktober sebesar 83 dB(A). Jika membandingkan nilai tertinggi dari 4 periode pengukuran dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 2 berada di bawah baku mutu. Pada tiga periode awal pengukuran, tingkat kebisingan berada di bawah 80 dB(A). Telinga manusia dapat beradaptasi dengan tingkat kebisingan yang sama jika terpapar secara terus-menerus.

Maka dari itu, biarpun tingkat kebisingan pada titik 2 rendah, karyawan patut mengecek pendengaran secara berkala. PT XY menerapkan untuk wajib menggunakan APD ear plug pada area kerja ini.

3.1.3 Titik 3(Area Kerja Painting )

Area kerja pada titik ini merupakan salah satu tahapan untuk proses produksi radiator.

Berdasarkan Tabel 1 diketahui tingkat kebisingan tertinggi pada tahun 2018 di bulan

No Lokasi

Tahun 2018 Tahun 2019 Standar Baku Mutu dB(A) Maret

dB(A) Oktober

dB(A) Juni

dB(A) Oktober dB(A)

1 Soldering 83 78 79 77

2 Leak Test Washing 79 76 79 83

3 Painting 82 78 77 74

4 Oil Cooler 84 84 - -

5 SP Assy 79 78 81 81

6 Horn Assy 83 84 82 79

7 Machinery 81 82 77 80 85

8 Gasket Ring 86 88 85 76

9 Horn Press 83 83 86 84

10 Stick Coil 80 80 82 -

11 O

2

Sensor 78 76 79 78

12 SP Part Machining 81 83 86 84

13 Cold Forging 84 81 80 84

(5)

Maret sebesar 82 dB(A) dan tingkat kebisingan tertinggi di tahun 2019 pada bulan Juni sebesar 77 dB(A). Jika membandingkan nilai tertinggi dari 4 periode pengukuran dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 3 berada di bawah baku mutu. Sumber bising di titik 3 adalah mesin air brush yang memiliki tingkat kebisingan rendah dan lokasi painting memiliki pembatas dari tempat kerja sekitar. Dengan adanya pembatas di tempat kerja maka tingkat kebisingan lingkungan dapat dikurangi. Pengendalian ini sesuai dengan Rahmat (2015), mengendalikan kebisingan dapat dengan mengadakan isolasi ruangan atau alat-alat penyebab kebisingan. Area kerja painting masuk dalam proses produksi radiator dan PT XY membuat aturan untuk wajib menggunakan APD ear plug pada proses kerja di produksi radiator.

3.1.4 Titik 4 (Area Kerja Oil Cooler )

Titik 4 merupakan area kerja pembuatan komponen Oil Cooler , area kerja inimenghasilkan salah satu komponen untuk produk radiator . Pada titik 4 pengukuran dilakukan terakhir di bulan Oktober 2018 dikarenakan pada tahun 2019 proses kegiatan ini dipindahkan ke cabang PT XY lainnya. Dari hasil pengukuran tingkat kebisingan pada tahun 2018 di Tabel 1 diketahui hasil tingkat kebisingan pada bulan Maret dan Oktober tahun 2018 sebesar 84 dB(A). Jika membandingkan hasil pengukuran dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 4 berada di bawah baku mutu, namun angka kebisingan di titik ini mendekati baku mutu. Maka dari itu karyawan di area ini harus mematuhi aturan yang sudah diberikan yaitu menggunakan ear plug . Sumber bising di titik 4 adalah mesin press, yaitu mesin produksi untuk menghasilkan produk oil cooler.

3.1.5 Titik 5 (Area Kerja Spark Plug Assembling )

Kegiatan di area ini adalah perakitan komponen-komponen untuk menghasilkan produk Spark Plug. Berdasarkan Tabel 1pada tahun 2018 tingkat kebisingan tertinggi di bulan Maret sebesar 79 dB(A) dan pada tahun 2019 kedua periode pengukuran sebesar 81 dB(A). Jika membandingkan nilai tertinggi dari 4 periode pengukuran dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 5 berada di bawah baku mutu. Tingkat kebisingan yang di di bawah 85 dB(A) tidak menyebabkan kerusakan pendengaran, namun jika terus- menerus dapat menyebabkan penurunan performa kerja dan penyebab stress hingga gangguan kesehatan lainnya. Sumber bising di titik 5 adalah mesin perakitan spark plug.

Pengendalian sumber bising di beri penghalang agar meredam bising yang dihasilkan dan juga untuk melindungi proses produk dari hal yang tidak diinginkan.

3.1.6 Titik 6 (Area Kerja Horn Assembling )

Kegiatan di area ini adalah perakitan komponen-komponen untuk menghasilkan produk Horn. Berdasarkan Tabel 1 tingkat kebisingan tertinggi dari keempat periode pengukuran adalah bulan Oktober tahun 2018 sebesar 84 dB(A). Jika tingkat kebisingan tertinggi dibandingkan dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 6 masih berada di bawah batas aman. Walaupun tingkat kebisingan di titik 6 masih berada di bawah batas aman tapi angka tersebut sudah mendekati batas aman, maka dari itu diperlukan pengendalian secara prefentif supaya tingkat kebisingan tidak melebihi baku mutu. Pada area ini sumber bising adalah mesin perakitan untuk membantu produktifitas pekerja.

Sifat kebisingan pada titik ini termasuk kebisingan kontinu. Jika di lihat secara

keseluruhan tingkat kebisingan di titik ini mengalami penurunan di tahun 2019 sebesar 3

dB(A). Turunnya tingkat kebisingan berhubungan dengan penurunan jumlah produksi

horn di PT XY.

(6)

3.1.7 Titik 7 (Area Kerja Machinery )

Kegiatan area kerja ini adalah untuk memproduksi komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membuat produk yang dihasilkan di PT XY. Berdasarkan Tabel 1 diketahui hasil tingkat kebisingan tertinggi dari keseluruhan periode pengukuran adalah bulan Oktober tahun 2018 sebesar 82 dB(A). Jika membandingkan hasil pengukuran tingkat kebisingan tertinggi dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 7 masih dalam batas aman standar baku mutu. Sumber bising di titik 7 adalah mesin press dan aktivitas kerja di area kerja . Untuk itu pengendalian kebisingan yang dapat dilakukan di tempat ini, selain dengan memberi penghalang pada mesin yang digunakan, karyawan di area ini menggunakan ear plug .

3.1.8 Titik 8 (Area Kerja Gasket Ring )

Pada area kerja ini menghasilkan salah satu komponen untuk produksi spark plug.

Berdasarkan Tabel 1 diketahui hasil pengukuran tingkat kebisingan pada area kerja Gasket Ring pada periode tahun 2018 berada di atas standar baku mutu yaitu, pada bulan Maret sebesar 86 dB(A) dan bulan Oktober sebesar 88 dB(A). Pengukuran tingkat kebisingan periode tahun 2019, tingkat kebisingan pada bulan Juni sebesar 85 dB(A) dan pada bulan Oktober sebesar 76 dB(A). Dari keseluruhan data tingkat kebisingan maka pengukuran di tahun 2018 melebihi baku mutu. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah memberi pembatas dari sumber bising dalam hal ini adalah mesin press dan menggunakan alat pelindung diri berupa ear plug untuk mengurangi bunyi yang dihasilkan oleh mesin.

3.1.9 Titik 9 (Area Kerja Horn Press )

Area kerja ini adalah tahapan proses produksi horn. Berdasarkan Tabel 1 diketahui hasil pengukuran tingkat kebisingan di area kerja Horn Press pada periode pengukuran di tahun 2018 stabil di angka 83 dB(A), sedangkan di tahun 2019 terjadi kenaikan di bulan Juni. Tingkat kebisingan bulan Juni tahun 2019 sebesar 86 dB(A) dan di bulan Oktober sebesar 84 dB(A). Tingkat kebisingan tertinggi jika dibandingkan dengan standar baku mutu sudah melewati di batas aman. Upaya pengendalian yang data dilakukan menurut Tarwaka (2004) adalah pengendalian secara teknis dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Upaya yang sudah dilakukan PT XY adalah aturan untuk karyawan di tempat kerja horn press wajibuntuk menggunakan ear plug.

3.1.10 Titik 10 (Area Kerja Stick Coil )

Titik 10 merupakan area kerja pembuatan produk Stick Coil. Berdasarkan Tabel 1 diketahui hasil pengukuran tingkat kebisingan di area kerja Stick Coil pada periode pengukuran di tahun 2018 stabil di angka 80 dB(A). Pada tahun 2019 pengukuran terakhir dilakukan pada bulan Juni dengan hasil sebesar 79 dB(A), pada bulan Oktober tidak dilakukan pengukuran karena produksi stick coil di PT XY dihentikan. Jika membandingkan tingkat kebisingan tertinggi dengan standar baku mutu maka pada area kerja di titik 10 berada di bawah baku mutu. Sumber bising pada titik 10 adalah mesin produksi yang bekerja untuk melilit kawat. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah membuat pembatas di sekitar mesin produksi.

3.1.11 Titik 11 (Area Kerja O

2

Sensor)

Titik 11 merupakan area kerja pembuatan O

2

Sensor, produk yang dihasilkan adalah O

2

sensor untuk kendaraan roda empat. Berdasarkan Tabel 1diketahui hasil pengukuran

tingkat kebisingan di area kerja O

2

Sensor pada tahun 2018 tingkat kebisingan tertinggi

berada di bulan Maret sebesar 78 dB(A) dan tingkat kebisingan tertinggi di tahun 2019

(7)

pada bulan Juni sebesar 79 dB(A). Jika membandingkan tingkat kebisingan tertinggi dari keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan di area kerja O

2

sensor maka tingkat kebisingan masih ada di bawah baku mutu. Sumber bising di titik 11 adalah mesin perakitan. Intensitas kebisingan ini akan meningkat sejalan dengan kekuatan mesin dan jumlah produksi dari industri. Tingkat kebisingan di titik 11 berhubungan dengan besarnya jumlah produk O

2

sensor yang dibutuhkan konsumen PT XY.

3.1.12 Titik 12 (Area Kerja Spark Plug Machining )

Titik12 merupakan area kerja Spark Plug Machining, pada area kerja ini menghasilkan komponen untuk produksi spark plug /busi . Berdasarkan Tabel 1 diketahui hasil pengukuran tingkat kebisingan tertinggi di area kerja Spark Plug Part Machining di periode pengukuran bulan Juni tahun 2019 yaitu sebesar 86 dB(A). Jika membandingkan dengan baku mutu maka tingkat kebisingan di titik 12 melebihi baku mutu.Tingkat kebisingan di titik 12 pada bulan Juni tahun 2019 masuk kategori kebisingan intensitas tinggi, kebisingan intensitas tinggi dapat merusak indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengan yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian (Moekijat, 2002). Upaya pengendalian yang telah dilakukan oleh PT XY merujuk pada Tarwaka (2004), yaitu dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja, selain itu PT XY membuat aturan khusus karyawan di area kerja ini wajib menggunakan ear plug .

3.1.13 Titik 13 (Area Kerja Cold Forging )

Pada area kerja ini menghasilkan komponen housing spark plug untuk produksi spark plug . Berdasarkan Tabel 1 diketahui nilai tertinggi pengukuran tingkat kebisingan di area kerja Cold Forging berada di bulan Maret tahun 2018 dan Oktober tahun 2019 sebesar 84 dB(A). Jika membandingkan nilai tertinggi tingkat kebisingan dengan baku mutu maka titik 13 masih di bawah baku mutu. Tingkat kebisingan di titik 13 termasuk dalam kebisingan intensitas rendah menurut Moekijat (2002), jika terpapar terus-menerus pendengaran karyawan dapat rusak secara berkala. Dampak dari pendengaran yang rusak dapat berimbas pada gangguan kesehatan lainnya seperti kehilangan keseimbangan, gangguan mental dan lain-lain. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan memberi batas atau sekat antara mesin dan pekerja serta menggunakan ear plug untuk karyawan yang bekerja di titik ini.

3.2 Pemetaan Tingkat Kebisingan dengan Cara Visualisasi Manual

Berdasarkan Tabel 1, nilai tingkat kebisingan divisualisasikan menggunakan program excel yang didefinisikan dalam kisaran seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Interval Tingkat Kebisingan

Range dB(A)

<70 65

70-74,9 70

75-79,9 75

80-85 80

>85 85

(8)

Tabel 4 Visualisasi Intensitas Kebisingan

Level tingkat kebisingan berdasarkan pada tingkat kebisingan terendah dan tertinggi yang kemudian dibuat dengan kisaran sebesar 5 dB(A) sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja Republik Indonesia, Jakarta. Pada Tabel 4 memperlihatkan tingkat kebisingan berdasarkan visualisasi kebisingan. Berdasarkan hasil pemetaan visualisasi pada Tabel 4 pengukuran tingkat kebisingan pada periode tahun 2018, lokasi kerja gasket ring melebihi baku mutu yang dapat dilihat pada Gambar 1 untuk pengukuran bulan Maret dan Gambar 2 untuk pengukuran bulan Oktober.

Sedangkan pengukuran tingkat kebisingan di periode Juni tahun 2019, lokasi kerja horn press dan sp part machining melebihi baku mutu yang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada hasil pemetaan visualisasi di bulan Oktober tahun 2019 tidak ada lokasi kerja yang melebihi baku mutu, dapat dilihat pada Gambar 4.

No Lokasi Tahun 2018 Tahun 2019 Standar

Baku Mutu dB(A) Maret

dB(A) Oktober

dB(A) Juni

dB(A) Oktober dB(A)

1 Soldering 83 78 79 77

85

2 Leak Test Washing 79 76 79 83

3 Painting 82 78 77 74

4 Oil Cooler 84 84 - -

5 SP Assy 79 78 81 81

6 Horn Assy 83 84 82 79

7 Machinery 81 82 77 80

8 Gasket Ring 86 88 85 76

9 Horn Press 83 83 86 84

10 Stick Coil 80 80 82 -

11 O

2

Sensor 78 76 79 78

12 SP Part Machining 81 83 86 84

13 Cold Forging 84 81 80 84

(9)

Gambar 1 Pemetaan Visualiasi Manual Tingkat Kebisingan Bulan Maret Tahun 2018

Gambar 2 Pemetaan Visualiasi Manual Tingkat Kebisingan Bulan Oktober Tahun 2018

(10)

Gambar 3 Pemetaan Visualiasi Manual Tingkat Kebisingan Bulan Juni Tahun 2019

Gambar 4 Pemetaan Visualiasi Manual Tingkat Kebisingan Bulan Oktober Tahun 2019

(11)

3.3 Pemetaan Tingkat Kebisingan dengan Surfer 11

Data tingkat kebisingan dan titik koordinat titik sampling dimasukkan ke dalam software surfer 11 untuk melihat pola sebaran tingkat kebisingan di area kerja PT XY di bagian produksi. Pola penyebaran di bagi per periode pengukuran. Pada Gambar 5 menggambarkan pola sebaran kebisingan bulan Maret tahun 2018, penyebaran bising dari titik 8 ke area kerja terdekat, dimana titik 8 adalah area kerja gasket ring dan area kerja terdekat adalah area kerja oil cooler dan horn assy. Sebaran kebisingan lebih mendekati area kerja oil cooler maka dari itu perlu diperhatikan karyawan area tersebut untuk menggunakan ear plug.

Sebaran kebisingan bulan Oktober tahun 2018 menyebar dari titik lokasi kerja gasket ring ke arah lokasi kerja horn press, horn assy, oil cooler, dan sp part machining. Sebaran kebisingan yang ke arah lokasi kerja sp part machining, kebisingan terdengar sampai area luar bagian produksi. Pola sebaran kebisingan bulan Oktober tahun 2018 dapat dilihat pada Gambar 6. Pola sebaran kebisingan bulan Juni 2019 dari area kerja horn press dan sp part machining . Area kerja horn press menyebar ke arah area kerja gasket ring . Sebaran kebisingan horn press dan sp part machining menyebar hingga area luar pabrik sehingga karyawan yang di luar berada di luar dapat terganggu pendengarannya.

Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan mengisolasi sumber bising di area kerja horn press dan sp part machining supaya menekan bunyi yang dihasilkan dan peringatan kepada karyawan untuk menggunakan ear plug. Pola sebaran bulan Juni tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 7.

Pola sebaran kebisingan bulan Oktober tahun 2019 menyebar dari area kerja leak test

washing mengarah ke sp assy dan sebaran kebisingan dari area kerja horn press, sp part

machining, dan cold forging mengarah ke area kerja di luar bagian produksi, pola sebaran

dapat dilihat pada Gambar 8. Jika melihat pada langsung di lokasi kerja, maka bising

yang dirasakan akan berkurang karena terdapat jarak dan pembagian wilayah yang

dibatasi oleh sekat tembok bangunan.

(12)

Gambar 5 Peta Sebaran Kebisingan Bulan Maret Tahun 2018

Gambar 6 Peta Sebaran Kebisingan Bulan Oktober Tahun 2018

(13)

Gambar 7 Peta Sebaran Kebisingan Bulan Juni Tahun 2019

Gambar 8 Peta Sebaran Kebisingan Bulan Oktober Tahun 2019

Dari hasil keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan ke-empat periode, pada 13 titik pengukuran tingkat kebisingan kegiatan produksi di PT XY rata-rata tingkat kebisingan

masih berada di bawah nilai ambang batas bising. Karyawan di PT XY bekerja selama 8 jam per hari dan tambahan waktu kerja untuk karyawan adalah 3 jam. Maksimal

karyawan terpapar kebisingan adalah 11 jam. Sumber bising di PT XY adalah mesin

(14)

3.3.1 Isolasi

Isolasi yang dilakukan adalah dengan memasang pembatas atau barrier pada mesin.

Upaya ini bertujuan untuk mengurangi bunyi yang dihasilkan oleh mesin produksi.

3.3.2 Pengendalian Administratif

Pengendalian administratif di PT XY adalah dengan mengatur waktu kerja, waktu istirahat, dan rotasi kerja untuk mengurangi kelelahan dan kejenuhan. Pada masing- masing area produksi terdapat tempat untuk istirahat karyawan.

3.3.3 Alat Pelindung Diri

Tingkat kebisingan dari masing-masing mesin produksi yang digunakan menghasilkan tingkat kebisingan yang berbeda maka dari itu penggunaan alat pelindung diri berupa ear plug dan ear muff diberikan kepada karyawan sesuai dengan tempat karyawan bekerja.

4. KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian di bagian produksi PT XY adalah:

1. Mengacu pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia nomor 5 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Lingkungan Kerja, data lingkungan yang di dapatkan dari hasil keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan kegiatan

produksi di PT XY hanya 3 titik yang melebihi standar baku mutu, yaitu sebesar 85 dB(A). Tingkat kebisingan di PT XY berkisar dari 74 dB(A)-88 dB(A).

2. Hasil pola sebaran tingkat kebisingan dan intensitas penerangan sebagai berikut:

a. Pemetaan tingkat kebisingan dengan visualisasi manual dari keseluruhan pengukuran tingkat kebisingan, sumber bising yang melebihi baku mutu berada di area kerja gasket ring, horn press, dan sp part machining.

b. Pemetaan visualisasi intensitas penerangan dengan visualisasi manual dari keseluruhan pengukuran intensitas penerangan, are kerja yang belum memenuhi standar minimal pencahayaan adalah tube line, soldering radiator, gasket ring,TIE, dan prod eng office, machinery, inspection room.

c. Pola sebaran kebisingan bulan Maret 2018, penyebaran bising dari gasket ring menyebar ke area kerja oil cooler dan horn assy. Penyebaran bulan Oktober 2018 memiliki pola sebaran seperti pola sebaran Maret 2018. Pola sebaran kebisingan bulan Juni 2019 menyebar dari area kerja horn press menyebar kearah gasket ring dan sumber bising di titik sp part machining menyebar ke area terdekatnya. Pola sebaran kebisingan pada bulan Oktober tahun 2019 menyebar dari titik leak test washing, sp part machining, dan cold forging hingga menyebar ke area kerja di luar bagian produksi.

d. Pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan memberi pembatas antara sumber bising dan pekerja, merotasi jam kerja, dan memberi aturan penggunaan APD pendengaran sesuai dengan tempat kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Erdanto S M N. 2014. Hubungan Dosis Pajanan Bising Harian dengan Keluhan Gangguan Pendengaran pada Pekerja PT NGK Busi Indonesia, Jakarta.

European Agency for Safety and Health at Work (2005): Http://dutaselarassolusindo.com/

jenis-Jenis-kebisingan/ (diakses: 22 Februari 2021).

(15)

Moekijat. 2002. Tata Laksana Kantor . Mandar Jaya, Bandung.

National Institute Of Occupational Safety Hazards (Niosh). 2006. Occupational snd Environmental Exposure of Skin to Chemic . Diunduh dari:

Http://www.mines.edu/outreach/oee Sc.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2018 tentang Keselamatan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja. Republik Indonesia, Jakarta. 2018.

Prasetyo E, Caesar D L, dan Yusianto W. 2017. Evaluasi Kesehatan Kerja di Home Industri Pengolahan Roti. Prosiding HEFA (Health Events for All) 1.1.

Rahmat R. 2015 Cara Mengendalikan Kebisingan. https://environment- indonesia.com/cara-mengendalikan-kebisingan/.

Rahmat R. 2015. Cara Mengendalikan Kebisingan. https://environment- indonesia.com/cara-mengendalikan-kebisingan/.

Sasongko D, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Sihar, Tigor Benjamin Tambunan. 2005. Analisis Tingkat Kebisingan di Tempat Kerja dan Keselamatan Kerja. Jakarta.

Sihar, Tigor Benjamin Tambunan. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja.

Standar Nasional Indonesia SNI 16-7062-2004 tentang Pengukurann Intensitas Penerangan di Tempat Kerja.

Tachyudin M, Solichin, dan Marji. 2016. Pengaruh Tingkat Kebisingan dan Pencahayaan

Terhadap Kinerja pada Karyawan CV. Mitra Jaya Malang. Jurnal Teknik Mesin.

24(1).

Tambunan S T B. 2005. Kebisingan di Tempat Kerja ( Occupational Noise ). Yogyakarta C.V. Andi Offset.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Tarwaka. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan Produktivitas Kerja.

Cetakan Pertama. Surakarta: Uniba Press.

WHO. 2004. Occupational Noise . Geneva: Protection of the Human Environment.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tanggung jawab sosial perusahaan yang diteliti mengarah kepada model pengembangan yang berbasis two way communication dalam rangka meningkatkan mutu community

Sine­ ma için de aynı şey geçerli: Bugün yapılan filmler, her şeyi -toplumsal ve siyasi yaşam, genel manzara, savaş, vb-ele geçiren sinema biçiminin göz­

Untuk itu saya melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Organisasi dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Keuangan dengan Kinerja Karyawan sebagai

Berdasarkan pengamatan dan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan komposisi media dan dosis pupuk organik cair Faktor komposisi

(3) Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Uji aktivitas antimalaria dilakukan dengan pemeriksaan parasitemia dan jumlah leukosit dalam darah mencit yang telah diinduksi parasit, setelah pemberian oral

3 Persentase pemenuhan dukungan pencapaian Nilai Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran. 3 Melaksanakan layanan dukungan manajemen

Jika percobaan ini tidak sesuai dengan hukum Mendel, maka telah terjadi penyimpangan pada hukum