• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam semesta. Dari beberapa sumber jurnal yang didapat oleh penulis dari internet, defenisi tumbuhan secara umum adalah organisme yang dapat mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik atau dengan kata lain tumbuhan adalah jenis makhluk hidup yang dapat mengolah makanannya sendiri dengan bantuan energi sinar matahari (fotosintesis).

Karakteristik tumbuhan antara lain: tumbuhan liar, tumbuhan budidaya, tumbuhan makanan pokok, tumbuhan makanan sekunder, tumbuhan perangsang, tumbuhan sayuran, tumbuhan buah-buahan, tumbuhan ornamen, tumbuhan obat- obatan dan seterusnya. Yang diklasifikasikan lagi secara sempit menjadi tumbuhan jenis pohon-pohonan, tumbuhan jenis bunga-bungan, tumbuhan semak perdu, tumbuhan lumut dan seterusnya.

Atharvaveda (tritib, 2001) mengatakan, tumbuhan memiliki semua sifat- sifat kebaikan dan tumbuhan adalah juruselamat kemanusiaan. Jika manusia menghancurkan tumbuh-tumbuhan dalam formasi hutan, maka ia menghancurkan

“penjagaaan kemanusiaan” siapapun, apakah manusia maupun hewan akan hidup selamat dan sejahtera dibumi kalau kebersihan atmosfir terpelihara dengan segala cara.

(2)

Masyarakat tradisional diberbagai belahan bumi memiki kepercayaan yang kuat terhadap tumbuhan sebagai sumber kehidupan. Berbagai macam jasa tumbuhan untuk menunjang kehidupan manusia sehari-hari antara lain sebagai bahan makanan, bahan sandang, bahan obat-obatan, bahan pewarna baik itu pewarnaan makanan maupun pewarnaan tekstil, bahkan tum buhan juga digunakan untuk menjadi pelengkap dari upacara adat istiadat yang merupakan elemen penunjang dasar kehidupan kebudayaan manusia mulai dari awal sejarah.

Semua kelompok masyarakat atau etnis sesuai dengan karakter wilayah dan adat mereka masing-masing memiliki ketergantungan terhadap tumbuhan, paling tidak diguanakan untuk menjadi sumber pangan. Dalam kehidupan moderen telah dikenal lebih dari seratu jenis tumbuhan untuk sumber makanan, tetapi sebenarnya telah dipergunakan ribuan jenis tumbuhan diberbagai belahan bumi oleh berbagai etnik. Keterkaitan budaya suatu etnis dengan sumber daya tumbuhan dilingkungannya memiki kaitan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Salah satu faktor penyebabnya adalah adanya persepsi dan konsep budaya suatu kelompok etnis dalam mengatur sistem pengetahuan anggotanya kelompok etnis tersebut dalam menghadapi dan memperlakukan tumbuhan dalam lingkungan hidup sehari-hari. Keberadaan manusia dan kebudayaan tidak mungkin sempurna tanpa kehadiran tumbuhan. Tidaklah berlebihan bagi manusia untuk menyatakan rasa hormat terhadap tumbuhan, karena manusia telah mendapat jasa yang luar biasa dari tumbuhan.

Salah satu jenis tumbuhan yang juga yang memiliki manfaat bagi manusia adalah bunga. Bunga atau kembang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sampai saat ini ungkapan kasih sayang identik dengan

(3)

yang namanya “bunga’. Selain harum dan indah, bunga juga bisa menjadi simbol dari sebuah kasih saying.

Berbagai macam manfaat bunga telah dirasakan oleh manusia. Seperti untuk mandi aroma terapi dengan bunga yang dapat merelaksasikan pikiran.

Bunga juga biasa digunakan dalam berbagai upacara seperti pernikahan,kelahiran, selamatan bahkan kematian. Sampai saat ini ungkapan kasih sayang identik dengan yang namanya “bunga’. Selain harum dan indah, bunga juga bisa menjadi simbol dari sebuah kasih sayang.

Begitu banyak manfaat bunga sehingga tanpa disadari beberapa macam bunga memiliki makna filosofis tersendiri untuk masing-masing etnis yang ada diseluruh belahan dunia. Misalnya seperti pada etnis Tionghoa ada beberapa jenis bunga-bungaan yang memiliki makna dan nilai filosofis bahkan menjadi simbol didalam kebudayaan mereka, salah satunya adalah bunga meihua (plum blossom).

Meihua adalah bunga yang berasal dari negeri Cina, karena keindahannya maka negara Cina menjadikannya sebagai bunga nasional. Bunga meihua dianggap sebagai lambang kebahagiaaan, keuletan, dan kesejahteraan. Bunga meihua juga bias dipakai sebgai dekorasi pada saat perayaan imlek, namun biasanya bunga meihua yang digunakan sebagai dekorasi adalah imitasi atau plastik. Bunga meihua sebenarnya adalah jenis bunga yang mampu bertahan hidup dan berkembang disegala musim, baik musim dingin maupun musim panas. Meihua memiliki betuk dan ukuran yang kecil dengan warna merah muda dan sedikit kombinasi warna putih. Sekilas bunga ini tampak seperti bunga sakura, yang membedakannya adalah jika bunga sakura biasanya tumbuh bergeromol disatu ranting pohon namun bunga meihua tumbuh berjarak dari bunga yang satu dengan

(4)

bunga yang lain disatu ranting. Selain bunga meihua, ada juga beberapa bunga lain yang memiliki makna dan nilai filosofis pada etnis Tionghoa seperti bunga lotus, dimana bunga lotus dianggap sebagai lambang kesucian, kemurnian, dan kesempurnaan kemudian juga bunga krisan (seruni) yang dianggap sebagai lambang kehormatan dan kemakmuran. Warna putih atau terang pada bunga krisan (seruni) melambangkan keabadian, hal ini berhubungan dengan para pertapa digunung yang hidupnya bergantung dari ramuan bunga krisan (Marcus, 2003:255).

Seperti halnya bunga, pohon juga merupakan jenis tumbuhan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Pada umumnya pohon digunakan sebagai bahan untuk memenuhi kebutuhan sandang bagi manusia. Namun selain bermanfaat secara fisik, beberapa jenis pohon juga digunakan sebagai falsafah hidup suatu etnis atau golongan. Seperti pohon pinus dalam kebudayaan etnis Tionghoa yang dianggap sebagai lambang dari panjang umur dan keuletan, ini dikarenakan pohon pinus mampu bertahan hidup dalam segala musim, bahkan dalam musim paling dingin sekalipun, seperti dimusim salju pohon pinus tetap bisa mennujukkan warna daunnya yang berwarna. Selain bagi etnis Tionghoa, pinus juga memiliki nilai falsafah bagi masyarakat Korea dan Jepang. Bagi masyarakat Korea, pinus merupakan lambang dari kasih sayang dan cinta kasih.

Sedangkan bagi masyarakat Jepang, pinus merupakan perlambang keberuntungan. Di setiap awal tahun tahun baru mereka biasanya meletakkan hiasan (kadomatsu) hasil perpaduan antara ranting daun pinus dan potongan bambu di depan pintu rumah atau kantornya. Kadomatsu dimaksudkan sebagai tempat menginap dewa selama tahun baru, dengan harapan penghuni

(5)

rumah/kantor tersebut akan memperoleh keberuntungan selama tahun itu. Bagi orang Jepang, hijaunya daun pinus di setiap musim dijadikan sebagai alat bantu untuk menciptakan ketenangan saat mereka melakukan meditasi

Selain pinus, bambu juga merupakan jenis tumbuhan yang memiliki nilai filosofis bagi etnis Tionghoa, hampir sama dengan pinus, bambu merupakan simbol dari keuletan karena pohon bambu juga merupakan jenis tumbuhan yang mampu bertahan hidup dalam segala kondisi dan iklim, tanpa mengalami kering dan rontok, daunnya tetap hijau sepanjang tahun. Selain simbol dari keuletan, bambu juga simbol dari kesucian dan keabadian (Marcus, 2003:89).

Selain etnis Tionghoa, sebenarnya berbagai etnis lain diseluruh belahan dunia juga memiliki persepsi mereka sendiri dalam menilai secara filosofis terhadap berbagai jenis tumbuhan dan merepresentasikan tumbuhan tersebut dalam kehidupan sehari-hari bahkan menjadikannya sebagi salah satu unsur budaya. Namun penulis dalam penulisan ini akan membahas mengenai nilai dan makna tumbuhan dalam ruang lingkup etnis Tionghoa dengan judul “Fungsi Dan Makna Alam Tumbuhan Dalam Kehidupan Etnis Tionghoa”. Latar belakang permasalah yang menjadi alasan didalam penulisan adalah karena pada etnis Tionghoa dikenal ada beberapa jenis tumbuhan yang memiliki makna dan nilai filosofis tersendiri bagi mereka. Dari sekian banyak jenis tumbuhan yang memiliki nilai dan makna tersebut, penulis didalam penulisan ini ingin membahas 6 jenis tumbuhan yang terdiri dari 2 jenis pohon pohonan dan 4 jenis bunga- bungaan yaitu bambu, pinus, bunga meihua (plum blossom), bunga lotus, bunga anggrek dan bunga krisan (seruni). Hal ini dikarenakan keenam jenis tumbuhan tersebut memiliki nilai dan makna filosofis yang baik dalam kehidupan

(6)

etnis Tionghoa sehari-hari, bahkan mereka menjadikan keenam jenis tumbuhan tersebut menjadi simbol dalam kebudayaan mereka. Oleh karena alasan tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap keenam jenis tumbuhan tersebut dengan maksud ingin memperjelas lagi bagaimana sebenarnya etnis Tionghoa dalam memaknai dan menilai keenam jenis tumbuhan tersebut, kemudian seperti apa pula etnis Tionghoa merepresentasikan keenam jenis tumbuhan tersebut didalam kehidupan mereka sehari-hari dan menjadikannya sebagai bagian dari kebudayaan mereka.

1.2 Pembatasan Masalah

Penulis akan membatasi penulisan hanya pada jenis dan makna dari dua jenis pohon-pohonan dan empat jenis bunga-bungaan yang identik pada etnis Tionghoa, yaitu : bambu, pinus, bunga meihua (plum blossom), bunga lotus, bunga anggrek dan bunga krisan (seruni). Alasan penulis membatasi penulisan

hanya pada dua jenis pohon dan empat jenis bunga-bungaan tersebut adalah dikarenakan keenam jenis tumbuhan tersebut tidak hanya merupakan jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai simbol untuk hal-hal yang baik dalam kehidupan etnis Tinghoa tetapi juga memiliki makna dan nilai filosofis yang baik bagi etnis Tionghoa.

1.3 Rumusan Masalah

(7)

Dalam merepresentasikan alam, etnis Tionghoa memiliki filosofinya sendiri terhadap beberapa jenis pohon dan bunga. Berkaitan dengan hal tersebut maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana fungsi keenam jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa?

2. Bagaimana makna dari tumbuhan-tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui fungsi dari keenam jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa.

2. Untuk mengetahui makna apa yang terdapat pada masing-masing jenis tumbuhan tersebut bagi etnis Tionghoa.

1.4.2 Tujuan umum:

1. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan program Strata 1 pada Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra China.

2. Untuk mengaplikasikan ilmu dan menambah pengetahuan tentang kebudayaa etnis Tionghoa, yang telah diperoleh oleh penulis selama diperkuliahan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.Manfaat Teoritis

Secara teoritis diharapkan penelitian ini bisa memberi wawasan baru kepada para pembaca untuk lebih bisa menghargai dan memaknai tumbuhan sebagai

(8)

makhluk hidup. Serta penelitian ini daiharapakan bisa bermanfaat yang turut memberi kontribusi dalam melestarikan tumbuh-tumbuhan.

2.Manfaat praktis

1. Penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat unruk menjadi bahan referensi bagi penelitan-penelitian yang berkaitan selanjutnya.

2. Penelitian ini bisa diharapkan bisa bermanfaat untuk memberi sumbagan pemikiran bagi pengembangan ilmu budaya, khususnya mengenai kebudayaan etnis Tionghoa dalam hal memaknai secara filosofis dari beberapa jenis pohon dan bunga yang identik dengan etnis Tionghoa.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil simulasi WLS State Estimation pada lima penyulang jaringan distribusi 20 KV di Surabaya menunjukkan bahwa dengan metode ini, jumlah bus yang tegangannya dapat

Sasaran eksternal adalah peningkatan pengetahuan anak jalanan terkait dampak negatif penyalahgunaan lem sehingga anak jalanan tersebut dapat mengurangi bahkan

Komputer berhasil menemukan solusi pada saat gilirannya Komputer dapat mencari langkah terbaik dari kotak miliknya dan meletakkannya pada papan game dan giliran permainan

Raya Kalimalang Jati Waringin, Cipinang Melayu, Jakarta Timur, telp..

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dasar (benchmark data) bagi penelitian lebih lanjut dalam bidangnya sebagai sumbangan bagi pengembangan ilmu

Namun, ada tantangan yang cukup besar yang dihadapi yaitu masalah dimensi dari data yang digunakan karena banyak teknik yang menggunakan representasi matriks dalam penerapannya

Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2015 | 21 Diagnosis pasien IMS dapat ditegakkan berdasarkan pendekatan sindrom bagi sarana pelayanan kesehatan yang tidak

Namun demikian secara umum dapat diketahui bahwa tingkat keterkaitan RPP yang dibuat oleh guru Sekolah Dasar di Kota Sumedang berada pada kategori tinggi, dimana seluruh