• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN TERHADAP PDRB HARGA KONSTAN DI KABUPATEN JEPARA ( )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN TERHADAP PDRB HARGA KONSTAN DI KABUPATEN JEPARA ( )"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH VARIABEL KEPENDUDUKAN TERHADAP PDRB HARGA KONSTAN DI KABUPATEN JEPARA (1986-2008)

BUNGARAN SILALAHI NIM. C2B006018 Dosen Pembimbing : Drs. Nugroho SBM, MT.

ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUAN UNIVERSITAS DIPONEGORO

ABSTRAKSI

Isu kependudukan telah lama menjadi permasalahan dalam ekonomi dunia.

Ketidakseimbangan komposisi demografi kependudukan suatu negara ataupun daerah dikawatirkan tidak dapat diimbangi dengan produktifitas yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah yang terlihat dari jumlah PDRB harga konstan untuk tiap daerah setiap tahunnya. Penduduk sebagai objek pembangunan sekaligus subjek pembangunan, sehingga permasalahan kependudukan (demografi) dapat mempengaruhi perekonomian maupun pembangunan ekonomi dalam jangka panjang.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari variabel kependudukan berupa laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dan migrasi keluar (out Migration) terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara, dimana PDRB harga konstan merupakan ukuran rill maupun indikator penting dalam melihat perekonomian suatu daerah. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan jenis data time series tahunan periode 1986-2008 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Dengan menggunakan model analisis Ordinary Least Square (OLS) menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk dan rasio ketergantungan berpengaruh negatif terhadap PDRB harga konstan, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah mewakili sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap PDRB harga konstan, sedangkan migrasi keluar tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB harga konstan. Dari hasil koefisien determinasi (R2) diperoleh nilai 0.87, memiliki pengertian variabel kependudukan berupa pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk pada sekolah menengah dan migrasi keluar memiliki pengaruh 87 % terhadap PDRB harga konstan.

Kata Kunci : Kependudukan, PDRB Harga Konstan, Ordianry Least Square

(2)

2 PENDAHULUAN

Salah satu masalah paling mendasar dalam peningkatan PDB dan pembangunan nasional adalah demografi atau faktor kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dilihat dari kenaikan produk bruto daerah, namun di sisi lain diperlukan angka pertumbuhan penduduk yang tinggi untuk meningkatkan produksi daerah. Dalam nilai universal, penduduk merupakan pelaku dan sasaran pembangunan sekaligus yang menikmati hasil pembangunan. Intinya, dalam menuju sasaran pertumbuhan ekonomi suatu negara terdapat unsur ataupun faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi. Salah satu pengaruh paling potensial adalah masalah kependudukan ataupun demografi khususnya pada negara berkembang seperti Indonesia.

Isu kependudukan telah lama menjadi permasalahan global, Thomas Robert Malthus (1766-1834) merupakan seorang pendeta berkebangsaan Inggris berpendapat bahwa pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali merupakan ancaman besar bagi negara.

Malthus mengatakan bahwa jumlah penduduk meningkat tidak terkendali mengikuti barisan ukur (1, 2, 4, 8, dan seterusnya) sedangkan produksi pangan bertambah menurut barisan hitung (1, 2, 3, 4, dan seterusnya) sehingga diprediksi manusia akan mengalami kekurangan pangan tidak mampu mencukupi ledakan penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga dapat sebagai penghalang bagi pertumbuhan ekonomi. Di negara berkembang, pertumbuhan penduduk tidaklah sejalan terhadap pembangunan, karena ekonomi negara berkembang memiliki karakteristik seperti modal yang kurang, teknologi masih sederhana, tenaga kerja kurang ahli, karena itu pertumbuhan penduduk benar-benar dinggap sebagai hambatan pembangunan ekonomi.

Indonesia merupakan negara ke-empat dengan penduduk terbesar terbesar di dunia, namun dalam arah sasaran pembangunan Indonesia dan pertumbuhan ekonomi ternyata belum dapat mengimbangi laju penduduk ataupun peningkatan populasi penduduk. Tingginya jumlah penduduk Indonesia dikarenakan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk di daerah atau provinsi termasuk Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah merupakan provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur, besarnya jumlah penduduk Jawa Tengah tidak lepas dari tingginya laju pertumbuhan penduduk di setiap kabupaten ataupun kota di Jawa Tengah. Provinsi Jawa Tengah memiliki 35 kabupaten maupun kota dan merupakan salah satu jumlah kabupaten/kota terbanyak dalam satu provinsi di

(3)

3

Indonesia. Salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Jepara. Sebagai salah satu bagian dari Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara memiliki jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan data statistik resmi Kabupaten Jepara tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Jepara tercatat sebesar 1.090.839 jiwa dan terus mengalami perubahan. Perubahan Demografi Kabupaten Jepara dalam beberapa tahun dapat terlihat pada tabel 1

Tabel 1

Perubahan Demografi Kabupaten Jepara Tahun 2005-2008 Tahun Pertambahan alami Perpindahan

Penduduk

Jumlah Penduduk

Lahir Mati Datang Pindah

2005 19 271 4 779 1 332 2 105 1 078 037

2006 20 365 4 568 1 271 1856 1 058 064

2007 19 906 4 356 1 895 2 466 1 073 631

2008 19 049 4 845 3 461 3 383 1 090 839

Sumber : BPS Kabupaten Jepara (Jepara dalam angka)

Implikasi dari naiknya atau menurunnya jumlah penduduk di Kabupaten Jepara adalah pengaruhnya terhadap PDRB, yang menggambarkan total produksi akhir dari semua sektor ekonomi. Terdapat faktor yang dapat mendorong sekaligus juga dapat penghambat pertumbuhan ekonomi yang dibagi kedalam faktor ekonomi dan faktor non-ekonomi. Salah satu faktor dalam non-ekonomi adalah faktor demografi (kependudukan), yakni pengaruh akibat struktur ataupun komposisi penduduk suatu negara atau daerah. Demografi dikatakan sebagai faktor pendorong berupa pertambahan penduduk yang menambah jumlah tenaga kerja atau akan meningkatnya jumlah pasar bagi hasil produksi, namun sebagai faktor penghambat, pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan berkembangnya usia ketergantungan penduduk. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari sisi demografi penduduk sangat beragam diantara adalah, masalah laju pertumbuhan ekonomi, angka ketergantungan, permasalahan pendidikan berupa rasio penduduk sekolah di sekolah menengah dan laju migrasi merupakan masalah yang sangat krusial untuk diteliti, dimana ke-empat variabel tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Tingkat perekonomian suatu daerah terlihat dari produksi daerahnya yang tertuang dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), untuk ukuran Jawa Tengah PDRB Kabupaten Jepara bukan merupakan yang tertinggi. Jika dibandingkan dengan PDRB Kabupaten/kota lain di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki jumlah penduduk yang besar PDRB Kabupaten Jepara baik PDRB harga berlaku maupun harga konstan tahun 2000 masih sangat rendah. Kabupaten Jepara

(4)

4

merupakan salah satu kabupaten yang memiliki penduduk lebih dari satu juta (1.000.000) namun PDRB yang tergolong rendah dibandingkan kabupaten lain yang memiliki penduduk lebih dari satu juta. Rendahnya PDRB Kabupaten Jepara mengindikatorkan jumlah penduduk yang besar Kabupaten Jepara tidak mampu sebagai faktor penunjang terhadap pertumbuhan ekonomi daerah yang di ukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), atau dapat disimpulkan perekonomian Kabupaten Jepara masih lemah dibandingkan kabupaten yang memiliki penduduk yang besar lainnya di Jawa Tengah.

Hubungan langsung akibat tingginya laju pertumbuhan penduduk adalah rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio) yakni perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun atau dapat diartikan sebagai perbandingan penduduk yang tidak bekerja/tidak prodiktif (menurut indikator usia kerja nasional) dengan penduduk yang bekerja/produktif. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif.

Dalam mewujukan pembangunan nasional kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor yang sangat penting. Selain Gross National Product (GNP) dan pendapatan perkapita sebagai indikator utama, pendidikan beserta dengan distribusi pendapatan, jumlah penduduk miskin merupakan indikator yang menggambarkan sukses atau tidaknya pembangunan nasional yang akan mengarah terhadap pertumbuhan ekonomi. Kualitas SDM dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk. Indikator yang paling umum dan mudah digunakan dalam mengukur kemajuan pendidkan adalah jumlah penduduk di sekolah menengah. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan penduduk usia sekolah menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja ataupun pendidikan tinggi. Jenjang pada penduduk sekolah menengah dianggap sebagai jenjang pendidikan wajib tertinggi sebelum benar-benar siap pada angkatan kerja. Selain itu juga dapat melihat tingkat pertisipasi penduduk terhadap program pendidikan yang diselenggarakan pemerintah. Jenjang pendidikan sekolah menengah merupakan gabungan dari pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas.

(5)

5

Pengaruh demografi yang juga dianggap berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah migrasi penduduk, dimana migrasi sering diartikan sebagai perpindahan penduduk yang relatif parmanen dari suatu daerah ke daerah lainnya, dalam hal ini seberapa besar penduduk yang melakukan perpindahan di Kabupaten Jepara. Arus migrasi bergerak dari daerah dengan tingkat perekonomiaan lebih rendah menuju ke daerah dengan tingkat perekonomiaannya lebih tinggi, yang ditimbulkan karena adanya disparitas sosial yang menyebabkan mobilitas sosial yang kurang menguntungkan bagi imigran, sehingga akan menciptakan ketidakseimbangan pembangunan dan perekonomiaan atau adanya disparitas antar daerah dalam region yang lebih luas. Semakin tinggi penduduk produktif yang keluar dari suatu daerah akan mengurangi produktifitas yang diukur dari PDRB harga konstan. Migrasi keluar dari Kabupaten Jepara termasuk cukup tinggi, hal baik dikarenakan kemauan indifidu masyarakat untuk memperbaiki tingkat ekonomi maupun akibat kebijakan pemerintah melalui program transmigrasi, tujuan migrant dari Kabupaten Jepara tertuju pada kota-kota besar di Indonesia ataupun menjadi pekerja di luar negeri.

Ke-empat faktor tesebut merupakan variabel kependudukan (demografi) yang paling dominan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari PDRB harga konstan disamping faktor di luar konteks demografi kependudukan, seperti sumber daya alam (SDA), modal, teknologi dan sebagainya. Masalah demografi (kependudukan) harus menjadi perhatian serius pemerintah dalam mewujudkan proses pembangunan nasional dan sasaran pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, karena menyangkut sumber daya manusia yang juga merupakan input pembangunan. Jumlah penduduk perlu diperhatikan karena selain subjek pembangunan, penduduk juga merupakan objek pembangunan

Rumusan Masalah : apakah kenaikan laju pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, pendidikan usia sekolah di sekolah menengah dan jumlah migrasi keluar yang tergabung dalam permasalahan demografi kependudukan di Kabupaten Jepara berpengaruh terhadap produksi daerah yang dilihat dari PDRB harga konstan secara nominal dan seberapa besar pengaruhnya.

Tujuan Penelitian : Menganalisis baik secara individu (parsial) maupun secara bersama-sama pengaruh tingkat pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, penduduk sekolah di sekolah menengah dan migrasi keluar terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara.

(6)

6 TELAAH TEORI

1. PDRB

PDRB dapat didefenisiskan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah, sedang menurut BPS (2002) pengertian PDRB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah, menerapkan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga sedangkan PDRB harga konstan menunjukkan nilai tambah dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar perhitungan. Kegunaan PDRB antara lain :

 Menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi menghasilkan oleh suatu daerah atau provinsi,

 Menunjukkan pendapatan yang memungkinkan dapat dinikmati oleh seluruh penduduk suatu region atau provinsi,

 Digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dari tahun ketahun,

PDRB merupakan ukuran hitungan yang digunkan pada perhitungan pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dan PDB untuk ukuran negara. Secara umum pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, sedangkan Prof.

Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dihitung berdasarkan laju PDRB Harga konstan, karena perkembangan berdasarkan laju harga konstan dianggap lebih rill tanpa melihat laju inflasi suatu daerah

2. Demografi (Kependudukan)

Secara arti sempit demografi diartikan sebagai kajian penduduk, berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya, dalam arti luas demografi merupakan ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi penduduk dan perubahannya (J. Bougue). Berdasarkan Multilingual Demograpihic Dictionarai (IUSSP, 1982) Demografi ditujukan untuk mempelajari penduduk pada suatu wilayah terutama mengenai jumlah, struktur (Komposisi Penduduk dan perkembangannya. Dalam proses pengumpulan data

(7)

7

Demografi, maka sumber data kependudukan dapat dikelompokkan atas tiga dasar besar, yaitu Sensus Penduduk, survey dan registrasi.

Isu kependudukan talah berkembang menjadi suatu cabang ilmu, beberapa pakar kependudukan yang mengemukakan teori menyangkut kependudukan dan pengaruhnya

a. Aliran Malthussian

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malhus, seorang pendeta Inggris (1766-1834) yang menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat permukaan bumi. Malthus berpendapat bahwa manusia hidup membutuhkan makanan, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap penduduk maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan.

b. Aliran Neo-Malthusian

Menurut kelompok ini pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Paul Ehrlich dalam bukunya “The Population Bomb” pada tahun 1971, menggambarkan penduduk penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini yakni pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia;

kedua, keadaan bahan makanan sangat terbatas, dan ketiga karena terlalu banyak manusia sehingga lingkungan sudah banyak rusak dan tercemar.

c. Jhon Stuart Mill

Jhon Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Ingris berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat mempengaruhi perilaku demografinya, jika produktifitas seseorang tinggi maka terdapat kecenderungan memiliki keluarga kecil (fertilitas rendah). Mill menyanggah bahwa kemiskinan tidak dapat dihindarkan akibat pengaruh pertumbuhan penduduk, jika suatu waktu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan tersebut hanyalah bersifat sementara dan dapat ditanggulangi dengan mengimpor makanan atau memindahkan penduduk kedaerah lain. Jhon Stuart Mill menyarankan peningkatan pendidikan sehingga penduduk lebih rasional sehingga mempertimbangkan perlu tidaknya menambah jumlah anak sesuai dengan karier dan usaha yang ada.

(8)

8 d. Michael Thomas dan Doubley

Kedua ahli ini adalah penganut teori fisisologis, sadler mengemukakan, bahwa daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu negara atau wilayah, jika kepadatan penduduk tinggi maka daya produksi rendah, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah.. Doubley berpendapat bahwa reproduksi penduduk berbanding terbalik dengan makanan yang tersedia, jika suatu jenis makluk diancam bahaya, mereka akan mempertahankan diri dengan daya yang mereka miliki, mereka akan mengimbanginya dengan reproduksi yang lebih besar.

3. Laju Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk merupakan perubahan penduduk yang terjadi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dinyatakan dalam persentase. Laju pertumbuhan penduduk dapat diukur dengan cara pembagian selisih total jumlah penduduk yang bersangkutan dengan total jumlah penduduk sebelumnya, diukur dengan persentase (%).

Perkembangan penduduk dapat menjadi pendorong maupun penghambat pembangunan, namun lebih condong sebagai penghambat pembangunan.. Laju pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap pendapatan perkapita, standar kehidupan, pembangunan pertaniaan, lapangan kerja, tenaga buruh maupun dalam hal pembentukan modal yang pada akhirnya pertumbuhan penduduk yang pesat dapat memberikan efek negatif terhadap kemiskinan. Jumlah penduduk yang besar berdampak langsung terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berupa tersedianya tenaga kerja yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan proses produksi, akan tetapi kuantitas penduduk tersebut juga memicu munculnya permasalahan yang berdampak terhadap pembangunan ekonomi seperti pesatnya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan produksi menyebabkan tingginya beban pembangunan berkaitan dengan penyediaan pangan, sandang dan papan. Sebagai akibat dari pertambahan penduduk yang begitu cepat akan mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dengan alam sebagai bahan baku primer produksi maupun fasilitas kehidupan yang tersedia.

4. Rasio Ketergantungan Penduduk

rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio) didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14 tahun ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun atau dapat diartikan sebagai

(9)

9

perbandingan penduduk yang bekerja/produktif dengan penduduk yang tidak bekerja/tidak prodiktif (menurut indikator usia kerja nasional).

Tingginya angka rasio beban tanggungan merupakan faktor penghambat pembangunan di negara berkembang termasuk di Indonesia, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh dari golongan produktif, terpakasa harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan kelompok yang belum produktif, dengan tanggungan penduduk yang kecil akan lebih mudah memobilisasi dana masyarakat dan anggaran pemerintah untuk investasi yang lebih produktif. Pada negara dengan rasio ketergantungan penduduk yang rendah terjadi proses penghematan bahan makanan dan bahan baku lainnya sekaligus terjadi kulitatif kehidupan penduduk, hal ini selanjutnya akan meningkatkan angka harapan hidup (life expentancy) negara tersebut.

5. Rasio Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi terutama dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, karena selain berfungsi meningkatkan produktifitas kerja juga mampu menyerap penggunaan teknologi yang dibutuhkan melalui proses pendidikan itu sendiri. Indonesia sebagai negara yang masih berkembang di setiap daerah termasuk di Kabupaten Jepara, dimana yang masih menjadi tolak ukur dalam pendidikan adalah persentase penduduk yang menyelesaikan pendidikan sampai ke jenjang sekolah menengah, karena tahap sekolah menengah dianggap telah mencapai standar pendidikan formal sesuai standar nasional. Rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dianggap sebagai salah satu variabel dalam kependudukan (demografi) karena dipengaruhi dan mempengaruhi struktur atau proporsi penduduk dan memiliki data tersendiri dalam demografi.

Rasio jumlah penduduk sekolah di sekolah menengah dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tingkat sekolah menengah dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan pada wilayah dan waktu tertentu.

6. Pengertian Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap ketempat lain melampaui batas politik ataupun negara batas administratif atau bagian suatu negara (Rozy Munor, 1981), sedangkan dalam arti luas migrasi merupakan perubahan tempat tinggal secara parmanen atau semi parmanen . Mantra Kastro dan Keban (1999 ) menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapa seseorang melakukan migrasi diantaranya adalah karena kebutuhan dan tingkat stress seseorang, Setiap individu memiliki beberapa macam kebutuhan yang berupa

(10)

10

kebutuhan ekonomi, sosial budaya dan psikologis. Semakin besar kebutuhan yang tidak terpenuhi maka semakin besar stress yang dialami seseorang. Apabila stress sudah berada diatas batas toleransi, maka seseorang akan berpindah ketempat lain yang memiliki kefaedahan supaya kebutuhan dapat terpenuhi.

Migrasi merupakan komponen penambahan penduduk yang paling sulit diukur tingkatnya, karena pada hakekatnya mobilitas seseorang (penduduk) tidak dapat diatur oleh negara, mobilitas seseorang merupakan kebebasan dan hak warga negara selama masih dalam cakupan satu negara. Salah satu motivasi penduduk melakukan migrasi adalah peningkatan ekonomi, yang mungkin dikarenakan perbedaan bakat seseorang terhadap suatu daerah ke daerah lain. Adam Smith menyatakan dibutuhkan spesialisasi dalam peningkatan produktifitas sesorang, imigrasi merupakan salah satu spesialisasi seseorang dilihat dari perbedaan tempat, sehingga dimungkinkan adanya imigrasi akan berdampak pada peningkatan perekonomian individu yang kemudian akan berdampak pada perekonomian secara keseluruhan, yakni adanya peningkatan produktifitas seseorang meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional.

Migrasi keluar dilakukan oleh satu keluarga atau penduduk yang telah tercatat dalam admistratif daerah, sehingga penduduk yang melakukan migrasi keluar adalah penduduk yang berada pada usia produktif. Dengan semakin meningkatnya penduduk yang melakukan migrasi keluar daerah memungkinkan semakin berkurangnya penduduk produktif didaerah asal, kemudian akan mengurangi total produksi daerah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara variabel demografi terhadap PDRB harga konstan tahun 2000, dengan menggunakanan variabel antara lain :

a. Nominal PDRB Harga Konstan Tahun 2000 (Y) b. Laju Pertumbuhan Penduduk (X1)

c. Rasio Ketergantungan Penduduk (X3)

d. Rasio Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah (X3) e. Migrasi Keluar (X4)

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berbentuk time series.

Data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan informasi yang telah tersusun, baik oleh instansi maupun penelitian atau kajian ilmiah yang telah dilakukan sebelumnya. Pada penelitian data yang dikumpulkan berupa : Data PDRB Harga konstan tahun dasar 2000, data laju

(11)

11

pertumbuhan penduduk yang berbentuk persentase (%). data rasio ketergantungan penduduk, data rasio penduduk pada sekolah menengah, Data migrasi keluar penduduk.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menghitung atau memperkirakan besarnya pengaruh secara kuantitatif suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, yakni untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (laju pertumbuhan penduduk, rasio beban ketergantungan benduduk, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dan laju migrasi keluar daerah) terhadap variabel dependen (nominal PDRB harga konstan tahun 2000).

Persamaan regresi yang dipakai adalah sebagai berikut : Y = α + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Dimana :

Y = Variabel PDRB Harga Konstan Tahun Dasar 2000;

α = Konstanta

b = Koefisien Regresi;

X1 = Variabel Pertumbuhan Penduduk.

X2 = Variabel Rasio Beban Tanggungan Penduduk

X3 = Variabel Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah X4 = Variabel Migrasi Keluar Penduduk

Digunakan analisis linier berganda dengan metode rata-rata kuadrat terkecil biasa ordinary least square (OLS), dengan bantuan E-Views Versi 6.

Uji Asumsi Klasik.

1. Uji Autokorelasi ; cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Breusch-Godfrey (BG Test). Apabila χ2 tabel lebih kecil dibandingkan dengan Obs*R-squared, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model dapat ditolak.

Nilai χ2 tabel diperoleh hasil degree of freedom (df) atau hasil dari (n-k).

2. Uji Multikoliniearitas : diuji dengan menggunakan auxiliary regressions. Kriterianya adalah jika R2 regresi persamaan utama lebih besar dari R regresi auxiliary maka di dalam model tidak terdapat multikolinearitas. Langkah pertama yang digunakan dalam melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model adalah dengan mengkorelasi koefisien antara variabel

(12)

12

parsial, jika terdapat koefisien yang lebih rendah maka dalam model terdapat gejala multikolineritas sehingga tahap berikutnya dibutuhkan regresi auxiliary,

3. Uji Heteroskedastisitas : Cara untuk mendeteksinya dilakukan dengan Uji White. Secara manual uji ini dilakukan dengan melakukan regresi residual (μt2) dengan variable bebas kuadrat dan perkalian bebas, didapatkan nilai R2 untuk menghitung X2, Pengujiananya adalah jika : X2- statisti < X2-tabel, maka model dikatakan terbebas dari gejala heteroskedastisitas atau dengan cara melihat Probalitas > Alpha (α), berarti model tersebut bebas heteroskedatisitas.

4. Uji Normalitas : Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, dapat dilakukan dengan cara menghitung koefisien Jarque-bera (J-B), apabila J-B hitung < nilai χ2 (Chi-Square) tabel, maka nilai residual terdistribusi normal.

Pengujian Hipotesis

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinan (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (dependen). Nilai koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel- variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen.

2. Uji F– Statistik

Uji f-statistik merupakan pengujian signifikan yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Dalam penelitian ini Uji f digunakan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara variabel X1, X2,X3

dan X4 terhadap Variabel Y, apakah variabel X1, X2,X3,X4 benar-benar berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel Y.

Pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95% atau taraf signifikansi adalah 5% (α = 0,05) dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika tingkat signifikansi (α) < 0,05 atau Jika F-statistik > F tabel , H0 ditolak dan H1

diterima, berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen..

(13)

13

b. Jika tingkat signifikansi (α) > 0,05 atau Jika F-statistik < F tabel , H0 diterima dan H1

ditolak, berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

3. Uji T–Statistik (UJi Parsial)

Uji-t dapat dilakukan satu arah ataupun dua arah, dalam penelitian ini, uji-t yang dilakukan adalah uji-t dua arah. Hipotesis yang dipakai adalah berupa hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1), sebagai berikut :

H0 = Koefisien regresi tidak signifikan H1 = Koefisien regresi signifikan

Pengambilan keputusan dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95% atau taraf signifikansi adalah 5% (α = 0,05) dengan kriteria sebagai berikut :

a. Jika tingkat signifikansi (α) < 0,05 atau Jika t-statistik > t tabel, maka H0 ditolak dan H1

diterima. Berarti masing-masing variabel independen secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Jika tingkat signifikansi (α) > 0,05 atau Jika t-statistik < t tabel, maka H0 diterima dan H1

ditolak. Berarti masing-masing variabel independen secara individu tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskkripsi PDRB Kabupaten Jepara

Kabupaten Jepara dikenal sebagai daerah penghasil ukiran, kerajinan mebel dan kebutuhan rumah tangga lainnya yang memanfaatkan kayu rotan yang tergolong kualitas tinggi yang tersebar merata hampir di seluruh kecamatan dengan keahlian masing-masing. Kabupaten Jepara merupakan pengekspor selain migas terbesar di Jawa Tengah, sehingga dalam penyangga output produksi Kabupaten Jepara sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar dari output rill daerah.

Sektor pengolahan industri, pertaniaan dan perdagangan merupakan sektor yang paling berperan dalam kegiatan ekonomi dilihat dari total sumbangan PDRB total di Kabupaten Jepara, ketiga sektor tersebut mampu menyumbang lebih dari 55% dari total PDRB Kabupaten Jepara pada tahun 2008. Dilihat dari nominal produksi tingkat PDRB harga konstan Kabupaten Jepara dari tahun 1986 sampai dengan 2008 selalu mengalami peningkatan. Dengan menggunakan harga dasar tahun 2000, PDRB harga konstan Kabupaten Jepara selalu berada diatas satu trilliun

(14)

14

Rupiah, walaupun tingkat PDRB Kabupaten Jepara bukan merupakan tertinggi di Jawa Tengah.

PDRB Kabupaten Jepara menurut harga konstan dapat dilihat pada table dibawah Tabel 2

PDRB Kabupaten Jepara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Periode Tahun 1986-2008

Tahun PDRB (Juta Rupiah)

1986 1 365 571,39

1987 1 459 229,24

1988 1 533 256,00

1989 1 609 637,50

1990 1 704 239,90

1991 1 800 656,44

1992 1 918 503,33

1993 2 066 878,13

1994 2 212 348,61

1995 2 382 559,12

1996 2 556 816,67

1997 2 667 018,83

1998 2 667 760,10

1999 2 685 614,22

2000 2 811 311, 44

2001 2 915 878,17

2002 3 032 806, 33

2003 3 146 838, 58

2004 3 272 708, 72

2005 3 411 159, 47

2006 3 554 051, 11

2007 3 722 677, 82

2008 3 889 988, 85

Sumber : BPS Kabupaten Jepara, PDRB Kabupaten Jepara (data diolah)

Laju pertumbuhan PDRB harga konstan dari ke tahun menggambarkan pertumbuhan ekonomi. Dari tahun 1986-2008 laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1993 dengan pertumbuhan sebesar 7,73% dengan selisih PDRB sebesar 148 milliar rupiah. Pada pergantian tahun dari tahun 1996 ke tahun 1998 pertumbuhan PDRB mengalami penurunan yang sangat mencolok drastis, dan PDRB harga konstan berlanjut pada tahun 1998, yang berada pada kisaran 0,02% yakni tidak adanya perubahan yang signifikan antara PDRB tahun 1997 dengan tahun 1998 dan merupakan tingkat pertumbuhan PDRB paling rendah selama kurun waktu perhitungan penelitian, walaupun pertumbuhan tidak mengalami pertumbuhan negatif dengan jumlah PDRB Rp2.667.760,10 juta. Rendahnya tingkat pertumbuahan ekononi pada tahun 1997-1999 disebabkan oleh krisis moneter atau krisis ekonomi yang melanda negara Indonesia, yang

(15)

15

berdampak pada produksi tiap wilayah termasuk Kabupaten Jepara menurun. Pada saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia tingkat inflasi yang sangat tinggi (kenaikan harga secara umum) sehingga mengakibatkan melemahnya mata uang rupiah yang kemudian merambah ke situasi politik dan keamanan di Indonesia, namun tingkat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara masih lebih baik dari pertumbuhan nasional yang terpuruk pada kisaran -18,26% ataupun pertumbuahan ekonomi di Jawa Tengah yang berada pada kisaran -11,74%.

Setelah krisis ekonomi pada tahun 1998, pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara mulai mengalami kenaikan, walaupun tidak terlalu signifikan, namun pertumbuhan PDRB Kabupaten Jepara pada tahun 2000 berada pada kisaran 4,68%, yang merupakan awal pulihnya perekonomian Kabupaten Jepara.

Variabel Kependudukan Kabubaten Jepara

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Jepara dari tahun 1986 – 2008 mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Jepara dari tahu 1986 sampai dengan tahun 2008 sebesar 2%. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 1990 ke tahun 2000 yakni sebesar 10,26 %, hal ini disebabkan tingkat kelahiran di semua kecamatan di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, sedangkan pengaruh adanya imigrasi pada tahun tersebut ke Kabupaten Jepara sangatlah kecil. Pertumbuhan penduduk terendah terjadi pada tahun 2006, yakni sebesar -1,85%, selain karena rendahnya tingkat kelahiran, melonjaknya penduduk yang ke luar Kabupaten Jepara (out migration) menjadi pengaruh menurunnya jumlah penduduk.

Selama periode tahun 1986-2008 rasio ketergantungan (Dependency ratio) di Kabupaten Jepara cenderung mengalami penurunanan, walaupun penurunan tidak diikuti pada tahun 2001 sampai tahun 2008. Sampai dengan akhir tahun 1980-an dependency ratio di Kabupaten Jepara cenderung lebih tinggi dan merata yakni diatas 73%, hal ini menandakan tingginya penduduk non produktif sehingga menjadi beban penduduk produktif. Dependency ratio tetinggi terjadi pada tahun 1989 yakni 75,05%. Tingginya dependency ratio pada tahun 1989 dikarenakan oleh tingginya angka kelahiran kasar Kabupaten Jepara pada tahun sebelumnya sehingga jumlah penduduk dibawah 15 tahun tinggi yakni berjumlah 304.983, sedangkan penduduk usia kerja (15-65) tahun tidak mengalami pertubahan yang signifikan. Setelah tahun 1989 yang ditandai oleh tingginya dependency ratio, awal tahun 1990 dependency ratio cenderung mengalami penurunan walaupun masih mengalami fluktuasi, dependency ratio terendah terjadi pada tahun

(16)

16

2000 yakni 49,55% atau setengah dari penduduk produktif. Selain tahun 2000, secara keseluruhan rasio ketergantungan penduduk belum mampu dibawah 50 %, yang mengindikasikan banyaknya penduduk produktif, atau berarti penduduk produktif lebih dari setengah penduduk non produktif.

Untuk variabel rasio penduduk sekolah menengah di Kabupaten Jepara selama tahun 1986-2008 tidaklah mengalami peningkatan atau penurunan yang mencolok, hal ini karena dalam melihat rasio penduduk penduduk sekolah pada menengah juga melihat perkembangan jumlah penduduk. Tinggi rasio penduduk pada sekolah menengah selain karena dipengaruhi oleh umur usia penduduk pada sekolah menengah juga dipengaruhi oleh banyaknya jumlah sekolah baik sekolah negeri maupun sekolah swasta di Kabupaten Jepara, dari data Jawa Tengah dalam angka tahun 2008, total sekolah pada jenjang pendidikan menengah di Kabupaten Jepara terdapat 229 sekolah, yang terbagi dari 156 sekolah SLTP dan 73 sekolah SLTA.

Migrasi keluar Kabupaten Jepara selama 22 tahun (1986-2008) tidak mengalami formula perubahan, kadang terjadi migrasi keluar yang sangat tinggi, namun pada tahun berikutnya terjadi migrasi keluar yang rendah, migrasi keluar Kabupaten Jepara dari tahun 1986-2008 selalu berada diatas 1500 penduduk tiap tahunnya kecuali pada tahun 2000 yakni hanya 616. Hal ini menandakan tingkat mobilitas penduduk Kabupaten Jepara cukup tinggi. Motif penduduk untuk berpindah keluar dari Kabupaten Jepara berbeda dari tahun ketahun.

Untuk melihat perubahan demografi Kabupaten Jepara pada tahun 1986-2008 terlihat pada table berikut

Tabel 3

Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 1986 – 2008 Tahun Pertumbuhan

Penduduk (%) (X1)

Dependency Ratio (%)

(X2)

Rasio Penduduk Rasio pada Sekolah Menengah

(X3)

Migrasi Keluar Penduduk

(X4)

1986 1,70 73.18 0.0479 3 749

1987 1,45 73.22 0.0491 2 887

1988 1,38 73.78 0.0478 3 696

1989 0,86 75.05 0.0465 2 638

1990 0,60 62.50 0.0487 3 146

1991 4,27 53.26 0.0467 2 369

1992 0,86 62.49 0.0458 3 362

1993 0,70 63.37 0.0484 1 913

1994 0,61 65.37 0.0449 1867

1995 2,98 65.37 0.0564 1 660

(17)

17

1996 2,82 65.41 0.0589 2 730

1997 0,93 65.37 0.0564 1 512

1998 0,55 65.40 0.0684 1 618

1999 1,07 65.38 0.0687 1 970

2000 10,26 49.55 0.0691 616

2001 0,60 51.27 0.0697 3 710

2002 0,23 51.50 0.0684 2 532

2003 6,21 51.05 0.0635 1 552

2004 1,91 51.27 0.0636 2 806

2005 1,74 51.27 0.0614 2 105

2006 -1,85 51.27 0.0677 1856

2007 1,47 51.27 0.0713 2 466

2008 1,60 51.27 0.0696 3.383

Sumber : BPS Kabupaten Jepara (Jepara dalam angka berbagai periode) Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

1. Uji Autokorelasi : Pada model persamaan pengaruh pengaruh pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah di sekolah menengah dan migrasi keluar terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara tahun 1986-2008 dengan n = 23 (banyaknya observasi + 1) dan k = 5, maka diperoleh degree of freedom (df) = 18 (n-k), dan menggunakan α = 0,05 diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 37,156. Dibandingkan dengan nilai Obs*R-squared uji Breusch-Godfrey regresi sebesar 4,967073, maka nilai Obs*R-squared uji Breusch-Godfrey lebih kecil dibandingkan nilai χ2 tabel (4,967073 < 37,156), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi persamaan tersebut bebas dari gejala autokorelasi.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinieritas Koefisien Antar Variabel Indpenden

Y X1 X2 X3 X4

Y 1.000000 0.033210 -0.805873 0.861632 -0.296042 X1 0.033210 1.000000 -0.268317 0.126767 -0.437336 X2 -0.805873 -0.268317 1.000000 -0.673747 0.247564 X3 0.861632 0.126767 -0.673747 1.000000 -0.279633 X4 -0.296042 -0.437336 0.247564 -0.279633 1.000000

Hasil auxiliary regression dapat disimpulkan bahwa semua R2 regresi masing-masing variabel pada persamaan tersebut lebih kecil dari nilai R2 regresi utama, yakni sebesar 0.871810 (R2 = 0,871810) sehingga tidak terdapat hubungan linear antar variabel independen. Hasil tersebut menunjukkan tidak terdapatnya multikolineritas dalam model (terbebas dari gejala multikolineritas).

(18)

18

3. Uji Heteroskedastisitas : Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan membandingkan nilai Obs*R-squared Uji White dengan nilai χ2 tabel. Pada model ini, dengan degree of freedom (df) = 18., α = 5%, diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 37,156, dibandingkan dengan Obs*R-squared dari hasil regresi Uji White yakni sebesar 14,14808, maka nilai Obs*R-squared Uji White lebih kecil dibandingkan nilai χ2 tabel (14,14808 < 37,156), sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi persamaan tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Normalitas :Dalam penelitian ini digunakan dengan cara menghitung koefisien Jarque- Bera (J-B Test). Degree of freedom (df) = 18 , α = 5 % (α = 0,05), diperoleh nilai χ2 tabel sebesar 37,156. Dibandingkan dengan nilai Jarque sebesar 1,220219 lebih kecil dari χ2 tabel sebesar 37,156 (1,220219 < 37,156) sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tersebut terdistribusi secara normal karena nilai Jarque Bera lebih kecil dibanding nilai χ2 tabel.

Hasil Uji Statistik Analisis Regresi 1. Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi (R2) dalam model diperoleh 0.871810 (R2 = 0.871810) yang artinya adalah bahwa perubahan atau variasi dari tingkat pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah dan migrasi keluar dapat mempengaruhi PDRB harga konstan tahun 2000 sebesar 87 persen, sedangkan 13 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari persamaan model.

2. Pengujian Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian koefisien regresi secara bersama-sama (uji-f) dilihat dari signifikan F-tatistik.

Nilai F-statistik adalah 30,60408. Dengan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen), degree of freedom for numerator (dfn) = 4 (k-1 = 5-1) dan degree of freedom for denominator (dfd) = 18 (n-k = 23-5), diperoleh F-tabel sebesar 4,25. Karena F-Statistik lebih besar lebih besar dari F-Tabel (30,60408 > 4,25), maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signfikan atau variabel independen berpengaruh secara besama-sama terhadap variabel dependen (F-Statistik > F-Tabel).

(19)

19

2. Pengujian Signifikansi Parameter Individual (Uji T-Statistik) Tabel 3

Uji T-Statistik, Probabilitas Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen

Variabel T-Statistik T-Tabel (α = 5%) Probabilitas

X1 (PT) -2,228681 1,734 0,0388

X2 (DR) -3,996231 1,734 0,0008

X3 (ED) 4,587198 1,734 0,0002

X4 (MIG) -1,272197 1,734 0,2195

Berdasarkan tabel diatas maka uji signifikasi secara individu dapat diterangkan sebagai berikut : a. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk (X1) Terhadap PDRB Harga Konstan

Dari hasil regresi terlihat bahwa t-statistik lebih besar dari t-tabel (2,228681 > 1,734), maka H1 diterima sedangkan H0 ditolak yang berarti bahwa Pertumbuhan Penduduk (X1) berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Jepara. Berdasarkan probabilitasnya, maka jika probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima dan jika probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak. Dari hasil perhitungan diketahui sig atau significance adalah 0,0388 , maka H0 ditolak ; H1 diterima artinya pertumbuhan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara selama periode 1986-2008 hal ini dikarenakan probabilitas < 0,05 (0,038 < 0,05).

b. Pengaruh Rasio Ketergantungan Penduduk (X2) Terhadap PDRB Harga Konstan

Dari hasil regresi diperoleh t-statistik > t-tabel (3,996231> 1,734). Terlihat bahwa t- statistik lebih besar dari t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa rasio ketergantungan penduduk berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB harga konstan Kabupaten Jepara selama periode 1986-2008. Berdasarkan probabilitasnya hasil perhitungan diketahui sig. atau significance adalah 0,0008 atau probabilitas dibawah 0,05 (0,0008 < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga rasio ketergantungan penduduk (dependency ratio) berpengaruh signifikan terhadap PDRB harga konstan.

c. Pengaruh Rasio Penduduk Sekolah pada Sekolah Menengah (X3) Terhadap PDRB Harga konstan

Dari hasil regresi terlihat t-statistik lebih besar dari t-tabel (4,587198 > 1,734), maka H0

ditolak dan H1 diterima, yang berarti bahwa rasio penduduk sekolah di sekolah menengah berpengaruh signifikan terhadap PDRB harga konstan Kabupaten Jepara. Dilihat Berdasarkan

(20)

20

probabilitasnya jauh di bawah 0.05 (0,0002 < 0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya rasio penduduk sekolah di sekolah menengah benar-benar berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB di Kabupaten Jepara selama periode 1986-2008.

d. Pengaruh Migrasi Keluar (X4) Terhadap PDRB Harga Konstan

Jika dilihat dari hasil regresi migrasi keluar/out-migration (X4) t-statistik lebih kecil dari t-tabel (-1,272197 < 1,734), maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa migrasi keluar penduduk (X4) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB harga konstan di Kabupaten Jepara. Berdasarkan probabilitas diketahui probabilitas sebesar 0,2195 atau probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (0,2195 > 0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya migrasi keluar penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB konstan di Kabupaten Jepara selama periode 1986-2008.

Interpretasi Hasil dan Pembahasan

Tabel 4

Hasil Output Regresi OLS Dependent Variable: PDRB

Method: Least Squares Sample: 1986 2008 Included observations: 23

Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 2931626. 1103162. 2.657476 0.0160

PT -68767.94 30855.89 -2.228681 0.0388

DR -40146.09 10045.99 -3.996231 0.0008

ED 41786067 9109280. 4.587198 0.0002

EMIG -113.5660 89.26766 -1.272197 0.2195 R-squared 0.871810 Mean dependent var 2538587.

Adjusted R-squared 0.843323 S.D. dependent var 763931.4 S.E. of regression 302382.7 Akaike info criterion 28.26643 Sum squared resid 1.65E+12 Schwarz criterion 28.51328 Log likelihood -320.0640 Hannan-Quinn criter. 28.32852 F-statistic 30.60408 Durbin-Watson stat 1.057839 Prob(F-statistic) 0.000000

Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini dengan menggunakan model regresi linier berganda (OLS), maka diperoleh hail estimasi sebagai berikut:

Y = 2931626 – 68767,94X1 – 40146,09X2 + 4178606X3 -113,56X4

(21)

21

Pada persamaan tersebut terdapat nilai konstanta sebesar 2931626 dan bertanda positif menyatakan bahwa ; jika variabel independen (tingkat pertumbuhan penduduk, rasio ketergantungan penduduk, rasio penduduk bersekolah di sekolah menengah dan migrasi keluar) dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan maka akan terjadi peningkatan PDRB sejumlah Rp 2.931.626.000.000

Selain menjelaskan perubahan PDRB harga konstan, interpertasi hasil regresi juga menjelaskan pengaruh terhadap variabel bebas yakni sebagai berikut :

1. Laju Pertumbuhan Penduduk (X1)

Dari hasil analisis regresi yang dilakukan diketahui bahwa laju pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap PDRB, dengan koefisien sebesar - 68767,94 yang memili pengertian bahwa adanya kenaikan 1 persen (%) pertumbuhan penduduk akan menyebabkan penurunan PDRB sebesar Rp 68.767.940.000. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan membuat konsumsi dimasa mendatang yang tinggi sehingga mengurangi investasi saat ini. Tingginya laju pertumbuhan penduduk akan meningkatkan jumlah penduduk, namun ketika penduduk penduduk tidak mampu memenuhi kriteria lapangan kerja yang dibutuhkan akan terjadi kondisi un-employment (pengangguran), dimana pengangguran merupakan kondisi penduduk yang tidak menghasilkan output baik sesuai dengan jam kerja maupun tingkat upah.

Walaupun penduduk merupakan output produksi, tetapi ketika penduduk tidak dapat berpartisipasi ke dalam proses setiap sektor ekonomi yang dibutuhkan maka tingginya laju pertumbuhan penduduk tidak menambah produksi rill malah akan menambah pengeluaran terhadap beban tanggungan.

2. Rasio ketergantungan Penduduk (X2)

Dari hasil analisis regresi yang telah dilakukan terhadap rasio ketergantungan penduduk, hubungan rasio ketergantungan penduduk terhadap PDRB harga konstan Kabupaten Jepara memperoleh koefisien –40146,09 dan signifikan berpengaruh . Nilai koefisien sebesar –40146,09 dapat diartikan peningkatan rasio ketergantungan di Kabupaten Jepara sebesar satu persen akan mengurangi PDRB harga konstan tahun 2000 sebesar Rp 40.146.090.000.

Rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Jepara yang umumnya berada diatas tingkat 50 % kecuali pada tahun 2000 yang berada pada tingkat 49 % mengindikasikan beban tanggungan masyarakat lebih dari setengah. Beban ketergantungan dikatakan akan memperburuk perekonomian hal ini dikarenakan pendapatan yang diterima masyarakat sebagian harus

(22)

22

disisihkan untuk kelompok penduduk yang tidak produktif. Tingginya angka kelahiran akan menyebabkan peningkatan beban penduduk yang akan menyebabkan naiknya pengeluaran mayarakat. Dengan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi akan mengurangi tabungan dan investasi masyarakat. Secara teori dikatakan rendahnya investasi yang dilakukan masyarakat akan mengurangi produksi, karena modal dalam bentuk investasi salah satu input dalam produksi.

3. Rasio Penduduk Sekolah di Sekolah Menengah (X3)

Hasil analisis regresi diperoleh koefisien sebesar 4178606, yang menandakan adanya peningkatan rasio penduduk bersekolah pada sekolah menengah sebesar satu persen (1 %) dapat meningkatkan PDRB harga konstan sebesar Rp 4.178.606.000.000. Pendidikan sebagai sumber investasi penduduk dimasa mendatang, dan juga sebagai input produksi karena digolongkan sebagai peningkatan skill dan pengenalan teknologi, dengan meningkatnya kualitas pendidikan penduduk akan meningkatkan tata produktifitas individu penduduk. Pendidikan memainkan peran kunci dalam hal kemampuan suatu masyarakat untuk mengadopsi teknologi modern dan dalam membangun kapasitasnya bagi pembangunan dan pertumbuhan produktifitas yang berkelanjutan. Semakin tinggi jenjang pendidikan pendudukan semakin mudah menyerap teknologi dan potensi yang dimiliki. Pendidikan menengah merupakan dasar awal yang dibutuhkan masyarakat peningkatan kualitas kerja, baik sebagai tenaga kasar maupun tenaga ahli sehingga akan menambah total produktifitas daerah Kabupaten Jepara.

5. Migrasi Keluar (X4)

Dari hasil analisis regresi yang memperlihatkan perbandingan t-statistik dengan t-tabel dan dilihat probabilitas yang lebih besar dari α 5% ditemukan bahwa migrasi keluar (out migration) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PDRB harga konstan Kabupaten Jepara periode tahun 1982 sampai dengan 2008. Migrasi Keluar (out-migration) hanya mencatat jumlah nominal penduduk yang keluar dari daerah, sehingga jika diperbandingkan dengan keseluruhan penduduk Kabupaten Jepara sangatlah kecil. Secara teori alasan penduduk melakukan migrasi atau perpindahan secara permanen dikarenakan oleh keinginan untuk memperbaiki tingkat ekonomi. Adanya informasi bersifat positif terhadap daerah tujuan migrasi akan mendorong masyarakat pindah dari daerah asal yang menurut para migran tersebut, dengan melakukan perpindahan akan meningkatkan taraf ekonomi. Kebanyakan para penduduk yang melakukan migrasi keluar merupakan golongan masyarakat adalah ekonomi lemah atau dapat

(23)

23

dikatakan penduduk yang melakukan migrasi keluar kurang mempunyai kontribusi terhadap total PDRB di Kabupaten Jepara, sehingga adanya penduduk yang melakukan migrasi keluar dari Kabupaten Jepara Tidak mempengaruhi jumlah total produksi daerah yang terlihat dari PDRB harga konstan.

KESEIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pertumbuhan penduduk memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB harga konstan

2. Dependency ratio/ketergantungan penduduk memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap PDRB harga konstan

3. Rasio penduduk sekolah pada sekolah menengah memiliki pengaruh positif dan signifikan PDRB harga konstan tahun 2000.

4. Out Migration atau penduduk yang ber-migrasi keluar dari Kabupaten Jepara periode tahun 1986-2008 tidak memilik pengaruh yang signifikan terhadap PDRB harga konstan tahun 2000 di Kabupaten Jepara,

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat disampaikan terkait dengan aspek demografi penduduk antara lain:

1. Hendaknya ke depan laju pertumbuhan penduduk dapat dikontrol dengan baik. Intervensi pemerintah dan kesadaran masyarakat memegang peranan penting dan sangat dibutuhkan dalam menahan laju pertumbuhan penduduk. Program Keluarga Berencana (KB) dapat menjadi prioritas dalam pengurangan laju pertumbuhan penduduk baik berupa peningkatan pelayanan KB maupun sosialisasi berkaitan dengan pertambahan penduduk, dan dengan program lainnya. Disarankan kedepannya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara mampu menyeimbangkan industry padat modal dan industry padat karya, karena selain meningkatkan PDRB juga akan mengurangi pengangguran dari industry padat karya.

2. Dibutuhkan suatu kebijakan dalam mengontrol kelahiran salah satunya dengan program Keluarga Berencana (KB), sehingga akan mengurangi ledakan penduduk khususnya penduduk usia muda.

(24)

24

3. Diharapkan sektor pendidikan mampu menjadi alat dalam pengenalan teknologi dan mendidik wirausaha dalam masyarakat sehingga kedepannya masyarakat siap berpartisipasi dalam produktifitas daerah, oleh karena itu, kesadaran masyarakat secara umum akan pentingnya pendidikan sangat juga memegang peranan penting.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin, 1997. “Ekonomi Pembangunan” Edisi III, FE UGM, Yogyakarta _________________. “Kabupaten Jepara Dalam Angka” Berbagai Tahun Terbitan”

Kabupaten Jepara

_________________. “PDRB Kabupaten Jepara”, Kabupaten Jepara Bagoes Mantra, Ida, 2003 “Demografi Umum” : Edisi Kedua, Pustaka Pelajar 2003

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta Damodar Gujarati, “Ekonometrika Dasar”, Jakarta, Erlangga

Febi Kristina. 2009. “Analisis Pengaruh Demografi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cianjur Periode Tahun 1983-2003” Skripsi S1 (tidak dipublikasikan)

Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang

Ira Setiawati, 1996. “Pengaruh Penggunann Variabel Demografi dalam Model Pertumbuhan Ekonomi pada 25 Provinsi di Indonesia (1985-1992)” Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol XLIV no. 2 121-161

Kuncoro, Mudrajat. 1997. “Masalah Pembangunan Manusia dari Kependudukan, Kependudukan, Pengangguran, Wanita Hingga Migrasi” Jurnal Ekonomi Pembangunan (JEP) Vol. V

Meiri Damhudi. 2009. “Pengaruh Pertambahan Penduduk terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kota Bengkulu (1995 – 2005)” Skripsi S1 (Tidak di publikasikan) Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu. Bengkulu

Neni Pancawati.2000. “Pengaruh Rasio Kapital Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok Kapital dan Pertumbuhan Penduduk Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP

Indonesia” Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol.2

Omas Bulun, Rajagukguk.2007. “Pengantar Demografi” Staff penelitian Lembaga Demografi FE UI. Disampaikan dalam Pelatihan Demografi bagi Staff Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Jakarta

(25)

25

Todarao, Michael.P dan Steven.C. 1993. “Pembangunan Ekonomi” Edisi Kesembilan Jilid Satu dan Dua, Penerbit Erlangga.Jakarta

Widarjono, Agus, 1999. “Penduduk dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia : Analisis Kausalitas”. JEP Vol IV No. 2

Wing Wahyu Winarno. 2007. “Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews”

UPP STIM YKPN. Yogyakarta

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengoptimalkan penggunaan CT scan toraks sebagai modalitas radiologi dalam menentukan jenis sitologi/histologi kanker paru serta membantu meningkatkan ketepatan

Tidak ada pengaruh interaksi maupun antar perlakuan yang nyata pada hasil pengamatan terhadap pertumbuhan diameter batang bawah, diameter batang atas dan jumlah

Abstrak: Di dalam khazanah sastra Sunda klasik terdapat sebuah cerita rakyat yang amat populer dan bernilai mitis-religio-magis bagi masyarakat Sunda masa lalu, yaitu Carita

Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan &amp; menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri,.. parasit, jamur, virus, tumor serta sel-sel

♦ Menghubungkan Pengurangan Resiko Benana dengan Adaptasi Perubahan Iklim melalui dukungan terhadap prakarsa uji coba, serta investasi dalam tindakan adaptasi dan ketahanan

Penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi sentralisasi manajemen pembiayaan dan dampaknya di sekolah binaan PDM Kota Magelang. Penelitian menggunakan

PENUNJUKAN PERSONIL KELOMPOK KERJA PADA BAGIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE TAHUN ANGGARAN 2017. SUSUNAN KEANGGOTAAN PERSONIL

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya mendapatkan kepuasan dalam empat indikator, yakni indikator informasi, pengalihan, kegunaan sosial, dan penarikan