• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tumbuh sikap apresiatif dan kreatif dalam jiwa peserta didik. Hal ini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sehingga tumbuh sikap apresiatif dan kreatif dalam jiwa peserta didik. Hal ini"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan seni di sekolah diarahkan untuk menumbuhkan rasa estetik sehingga tumbuh sikap apresiatif dan kreatif dalam jiwa peserta didik. Hal ini sesuai dengan aturan pemerintah yang menjelaskan bahwa

“Pendidikan seni di sekolah umum pada dasarnya diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga tumbuh sikap kritis, apresiatif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini hanya meliputi kegiatan pengamatan, penilaian, dan penumbuhan rasa memiliki melalui keterlibatan siswa dalam segala aktifitas seni di dalam kelas dan di luar kelas (Depdiknas, 2003 :1) “

Sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi, Indonesia banyak sekali mewariskan ragam kesenian yang bernilai seni tinggi. Salah satunya adalah pupuh. Bagi dunia pendidikan, keluhuran ajen (nilai) pupuh tidak bisa dianggap

rendah. Hal ini karena pupuh memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh seni vokal yang lain.

Ciri khas pupuh yakni walaupun pupuh termasuk ke dalam sekar irama merdeka yang tidak terikat oleh irama tetapi dalam menyanyikannya bukan berarti tanpa ketukan sama sekali, ketukan masih tetap ada sesuai dengan ungkapan perasaan pada waktu penyanyi membawakan lagunya. Penyanyi bisa lebih fleksibel menambah mamanis lagu sesuai dengan teknik hiasan vokal sekar serta penghayatan lagunya, seperti ada istilah teknik leot, reureueus, cacag dll.

Ada hal yang tidak boleh diubah dalam pupuh yakni dalam membuat rumpaka (syair) terikat oleh patokan (pola) yang telah baku. Di dalam sebuah

(2)

situs dikemukakan bahwa pupuh terikat oleh guru lagu dan guru wilangan.

(http://www. tampolongsunda.com 12.12 2011)

Pada saat ini, kecintaan terhadap pupuh seolah pudar seiring perkembangan jaman. Lagu-lagu yang sering dinyanyikan oleh para siswa saat ini adalah lagu- lagu pop yang bervariasi irama maupun syairnya. Pada saat ini jarang sekali terdengar para peserta didik ngahariring (menyanyikan) pupuh.

Arus globalisasi yang sangat deras bisa jadi merupakan penyebab terasingnya budaya pupuh dari dunia pendidikan. Namun tentunya hal tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor. Ada faktor lain yang memperkuatnya, diantaranya adalah kebijakan pemerintah daerah menghapuskan mata pelajaran karawitan di sekolah. Sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman pada budaya daerahnya sendiri.

Selain itu faktor yang tidak kalah pentingnya adalah peran guru dalam memperkenalkan dan mengemas materi pupuh menjadi materi yang menarik, sehingga kecintaan terhadap kesenian tradional akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut penulis berusaha memasukan materi pelajaran pupuh ke dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK).

Berdasarkan pengalaman penulis khususnya siswa kelas 4 SD Al Muttaqin Kota Tasikmalaya, sepertinya kurang bergairah ketika mempelajari pupuh, hal ini disebabkan pupuh buhun dalam penyajiannya dirasakan kurang menarik dan terkesan monoton. Peneliti akan mencoba menerapkan media audio dalam pembelajaran pupuh karena di sekolah tersebut belum pernah dicoba dengan menggunakan media audio.

(3)

Untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, peneliti memilih pupuh Balakbak yang memiliki watek heureuy (watak gembira, senang, lucu) sebagai

bahan ajar. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia Sekolah Dasar (SD) yang senang bermain (playing with game), aktif bergerak (dinamis), senang bekerja dalam kelompok (working with group), dan memperagakan secara langsung (demonstratif). (http://www.sekolahdasar.net).

Karakter anak usia Sekolah Dasar (SD) yang senang bermain dan riang gembira ini sesuai pula dengan uraian Suprana.

.... dalam kaitannya dengan pertumbuhan jiwa anak, musik memiliki fungsi edukatif, yakni sebagai sarana bermain, sarana dari proses sosialisasi anak dengan lingkungan, sarana pembentuk daya kreatifitas dan sarana pembinaan mental (Suprana, 1988:77)

Selain memilih pupuh balakbak untuk meningkatkan hasil belajar pupuh, penulis memilih pupuh raehan yang dikembangkan oleh M. Yusuf Wiradiredja.

Seniman Jawa Barat yang akrab disapa Yus Wiradiredja ini telah mengembangkan pupuh buhun menjadi pupuh raehan.

Melalui kreatifitas dan inovasinya di dalam mengembangkan pupuh, Yus Wiradiredja mengharapkan agar pupuh menjadi suatu hal yang menarik untuk dipelajari khususnya bagi siswa SD,SMP, dan SMA. (Wawancara.11.3.2012).

Yus Wiradiredja melakukan pengembangan rumpaka lagu tanpa mengubah aturan guru lagu dan guru wilangannya, serta aransemen musiknya dibuat agar pupuh

tidak kalah menarik dengan musik yang sedang berkembang pada saat ini . (Wawancara.11 Maret 2012)

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti akan mencoba mengajarkan pupuh dalam bentuk pupuh raehan dengan menggunakan media

(4)

audio elektronik . Hal ini dilakukan dengan harapan agar pembelajaran pupuh yang disajikan di kelas 4 SD Al-Muttaqin menjadi lebih bermakna. Dalam arti peserta didik lebih antusias sehingga tumbuh kecintaan terhadap seni budaya daerah. Hal ini tentunya akan mempermudah tercapainya Tujuan Pendidikan Nasional.

Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan tema tersebut. Maka penulis mencoba menentukan judul sebagai berikut “ Penerapan Media Audio Pupuh Raehan Karya M. Yusuf Wiradiredja dalam Pembelajaran Pupuh di Kelas 4 SD Al. Muttaqin Kota Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

Dari judul yang telah dikemukakan di atas, peneliti akan mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diangkat dalam penelitian. Adapun masalah yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk media audio pupuh raehan karya Yus Wiradiredja?

2. Bagaimana proses pembelajaran pupuh raehan dengan menggunakan media audio di kelas 4 SD Al Muttaqin Kota Tasikmalaya?

3. Bagaimana meningkatkan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pupuh di kelas 4 SD Al. Muttaqin Kota Tasikmalaya?

(5)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk menjawab permasalahan yang ada. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui bentuk media audio pupuh raehan karya Yus Wiradiredja.

2. Mengetahui proses pembelajaran pupuh dengan menggunakan media audio pupuh raehan di kelas 4 SD Al Muttaqin Kota Tasikmalaya.

3. Mengetahui peningkatan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pupuh di kelas 4 SD Al. Muttaqin Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai dilakukan, diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi bahan masukan bagi:

1. Peneliti

Sebagai pengalaman yang berharga untuk bekal pengajaran selanjutnya dalam pembelajaran pupuh terutama dalam pembelajaran pupuh raehan.

2. Jurusan Pendidikan Sendratasik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dan menambah referensi tentang pembelajaran pupuh khususnya pupuh raehan.

3. Bagi Guru Seni Musik

Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu metode dan masukan untuk pembelajaran pupuh dengan menggunakan medaia audio pupuh raehan.

(6)

E. Asumsi

Pembelajaran pupuh dengan menggunakan media audio pupuh raehan karya Yus Wiradiredja dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas 4 SD Al Muttaqin Kota Tasikmalaya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

F. Kajian Pustaka

Menurut buku Peperenian Sunda yang ditulis oleh Faturrohman,T dkk, pupuh merupakan peninggalan jaman Mataram. Meskipun pupuh tidak diketahui secara jelas tahun ditemukan dan siapa penciptanya tetapi pupuh seolah-olah telah menjadi salah satu warisan Budaya Sunda. Dalam sebuah situs dikatakan bahwa

Pada awalnya Pupuh terikat oleh patokan (aturan) berupa guruwilangan, guru lagu dan watek. Guru wilangan adalah jumlah engang (suku kata) tiap padalisan (baris). Guru lagu adalah bunyi vocal akhir tiap padalisan. Watek adalah karakteristik pupuh. Ada 17 pupuh dengan masing-masing watek dan karakternya.(http://tampolong sunda.com.12.12.2011)

Pupuh dikenal di kalangan dunia pendidikan setelah Mang Koko menuliskan notasinya dalam sebuah buku yang berjudul “Seni Swara Sunda (1974). Sejak saat itu pupuh buhun telah dikenal di masyarakat dan menjadi bagian dari seni budaya Indonesia. Dalam hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh M Thoyibi bahwa

Seni Budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan sejarah peradaban manusia”

(http://carapedia.com.7.3.2012)

(7)

Pada saat ini salah satu seniman Jawa Barat telah menggarap pupuh dalam bentuk pupuh raehan yaitu Yus Wiradiredja. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada tanggal 11 Maret 2012 dengan Yus Wiradiredja mengatakan bahwa ia menciptakan Pupuh Raehan sekitar tahun 2003-2004. Sejak tahun 2008 Pupuh Raehan mulai dilombakan untuk siswa tingkat SD, SMP, dan SMA (Wawancara.11.3.2012).

Pembelajaran musik melalui media audio merupakan salah satu media yang efektif digunakan dalam pembelajaran seni musik karena siswa diajak untuk mendengar langsung terhadap bunyi-bunyian. Edgar Dale (dalam Sadiman, dkk, 2003:7-8) mengemukakan bahwa “Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung” Melalui media audio ini siswa diajak terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar.

G. Definisi Operasional

Agar penelitian ini sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, maka diperlukan adanya pembatasan guna menghindari perbedaan penafsiran.

Adapun batas istilah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Penerapan: proses cara, perbuatan melaksanakan rancangan, keputusan ( Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991:554)

2. Media audio: alat/bahan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pemberi pesan kepada penerima pesan yang isinya hanya diterima melalui indera pendengaran saja (Setyosari dan Sihkabuden,2005:148).

(8)

3. Pembelajaran: proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991: 14)

4. Pupuh Raehan: pupuh yang telah mengalami pengembangan/ arransemen baik dari segi sekar (vokal) maupun waditra (instrumen) tanpa menghilangkan nilai keaslian pupuh pada umumnya (Yus Wiradiredja Wawancara 11.3.2011).

H. Metode Penelitian

1. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang diadakan di dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki serta meningkatkan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pupuh dengan menggunakan media audio pupuh raehan di kelas 4 SD Al Muttaqin Tasikmalaya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Peneliti akan menguraikan data penelitian meliputi data proses pembelajaran pada saat tahap awal pembelajaran, saat pemberian tindakan pembelajaran siklus1 dan siklus 2, dan saat setelah tindakan pembelajaran dilaksanakan. Adapun tekniknya sbb:

a. Perencanaan

Data perencanaan meliputi pembuatan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), perumusan tujuan, strategi kegiatan belajar mengajar, materi pembelajaran, media pembelajaran dan evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan

(9)

Data pelaksanaan merupakan implementasai (pelaksanaan) dari semua rencana yang telah dibuat. Tahap ini adalah realisasi pembelajaran yang mengacu pada kurikulum yang berlaku.

c. Pengamatan

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Data ini diambil pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, berupa deskripsi pembelajaran selama kegiatan belajar mengajar yang ditulis dalam catatan lapangan selama proses pembelajaran.

d. Refleksi

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat selama obesevasi (pengamatan) berlangsung, kemudian diamati dan dianalisis. Hal ini dilakukan pada tiap pertemuan untuk mengadakan perbaikan pada tahap selanjutnya. Data hasil evaluasi belajar siswa yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini menggunakan instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti, sebagaimana yang dinyatakan oleh Bogdan dan Bikelen (1982) bahwa peneliti adalah orang yang paling mengetahui seluruh data dan cara menyikapinya. Adapun instrumen penunjang adalah pedoman observasi , catatan lapangan, dokumentasi, dan foto (Moleong, 1995:153).

(10)

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mengumpulkan data selama proses kegiatan belajar mengajar berupa aktifitas guru dan siswa selama pembelajaran.

Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang dilihat, didengar, dirasakan dan dipikirkan selama pembelajaran terutama saat proses penerapan media audio pupuh raehan di kelas 4 SD Al . Muttaqin Kota Tasikmalaya.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan pencipta pupuh raehan yaitu Yus Wiradiredja sebagai narasumber pada tanggal 11 Maret 2012. Tujuannya adalah ingin mengetahui latar belakang serta konsep Yus dalam menciptakan pupuh raehan. Selain dengan narasumber, peneliti melakukan wawancara juga kepada peserta didik yang bertujuan ingin mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mempelajari pupuh khususnya pupuh raehan Balakbak.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang bersumber dari arsip selama proses kegiatan belajar mengajar. Dokumentasi ini berupa RPP ( Rencana Persiapan Pembelajaran), hasil evaluasi tes praktek dan angket siswa pada akhir pembelajaran. Dokumentasi foto digunakan untuk mendokumentasikan foto selama proses penelitian dilaksanakan. Foto ketika melakukan wawancara dengan pencipta pupuh raehan, Yus Wiradiredja maupun foto ketika peristiwa di dalam kelas pada saat pembelajaran, latihan, dan tes praktek.

(11)

e. Angket

Angket dilakukan pada siswa di akhir pembelajaran untuk mengetahui sejauh mana minat siswa dalam mempelajari pupuh raehan.

f. Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan meliputi kegiatan pengamatan dan pengkajian buku- buku sumber, kajian literatur, artikel, internet dan lainnya yang menunjang wawasan untuk pembahasan penelitian.

J. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SD Al Muttaqin “Full Day School” Kota Tasikmalaya yang beralamat di Jl. Sutisna Senjaya No. 235 Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.

K. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil adalah siswa kelas 4C SD Al-Muttaqin Kec. Tawang Kota Tasikmalaya yang berjumlah 36 siswa yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 17 orang perempuan. Alasan memilih kelas 4C karena kelas ini mendapat nilai awal pembelajaran pupuh dengan rata-rata paling rendah, selain itu sesuai dengan materi pembelajaran SBK yang sedang dilaksanakan, penulis ingin mengetahui peningkatan minat serta peningkatan nilai hasil belajar siswa terhadap pembelajaran pupuh dengan menggunakan media audio pupuh raehan karya Yus Wiradiredja.

(12)

L. Pengolahan Data

Setelah proses pengumpulan data selesai, diharapkan peneliti dapat:

1. Mengetahui bentuk media audio Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja.

2. Mengetahui proses pembelajaran pupuh dengan menggunakan media audio Pupuh Raehan di kelas 4 SD Al Muttaqin Tasikmalaya.

3. Mengetahui peningkatan nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran pupuh di kelas 4 SD Al. Muttaqin Kota Tasikmalaya.

Referensi

Dokumen terkait

Proses kalibrasi pada DAS Rawatamtu Ketiga metode dapat dikatakan optimal dalam memisahkan aliran dasar (debit terhitung) terhadap aliran total (debit terukur di

Materi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian yang diadakan di SMA kelas X yaitu, mengenai sub bab protista mirip hewan dengan menggunakan media

Untuk maksud tersebut, bersama ini kami kirimkan daftar isian terlampir untuk diisi dan mohon segera dikirim kembali melalui email kreativitas.belmawa@qmait.com paling

Berdasarkan model yang terbentuk diatas dapat menjelaskan bahwa pada saat persentase tingkat partisipasi angkatan kerja kurang dari 62,53068 artinya adalah jika

pada agama, dan juga masuk d alam lapang pergerakan ko- munis , dan saya mengaku juga bahwa tambah terbukanya fikiran saya di lapang kebenaran atas perintah agama Islam itu, tidak

Sementara itu dari kawasan eropa, setelah bergerak fluktuatif, pasar saham Ero- pa berhasil ditutup menguat diawal pekan seiring kenaikan harga minyak dalam dua hari

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa peneliti menggunakan teori semiotika dari John Fiske untuk penelitian ini karena setiap level yang dipaparkan oleh

Berdasarkan permasalahan tersebut maka diusulkan sebuah pembangunan aplikasi pengelolaan pendaftaran izin parsial kependudukan kabupaten bandung secara online yang