• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB V KESIMPULAN DAN SARAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab empat serta saran baik teoretis maupun saran praktis.

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang positif antara self esteem dan self control pada remaja kelas 1 di SMA X Tangerang. Uji korelasi ini dilakukan dengan menggunakan rumus Pearson Correlation. Dari hasil korelasi ditemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif

namun signifikan antara self esteem dan self control pada remaja kelas 1 di SMA X Tangerang dengan r = -0.139 dan p = 0.000 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan bahwa jika tingkat self esteem mengalami peningkatan maka tingkat self control akan mengalami penurunan, begitu pula sebaliknya.

Selain hubungan dari kedua variabel, untuk memahami lebih lanjut peneliti juga melakukan analisa tambahan berdasarkan dimensi-dimensi yang ada pada setiap variabel. Berdasarkan dimensi self esteem yang dihubungkan dengan dimensi self control peneliti menarik kesimpulan bahwa:

a. Hubungan antara dimensi self liking dan risk seeking memiliki r = 0.039 dan p = 0.556, hal ini berarti tidak terdapat korelasi antara dimensi self liking dan risk seeking.

(2)

b. Hubungan antara dimensi self liking dan a bad temper memiliki r = 0.277 dan p = 0.000, hal ini berarti terdapat korelasi antara dimensi self liking dan a bad temper.

c. Hubungan antara dimensi self liking dan careless memiliki r = 0.081 dan p = 0.220, hal ini berarti tidak terdapat korelasi antara dimensi self liking dan careless.

d. Hubungan antara dimensi self liking dan impulsivity memiliki r = -0.147 dan p = 0.025, hal ini berarti terdapat korelasi antara dimensi self liking dan impulsivity.

e. Hubungan antara dimensi self liking dan restless memiliki r = -0.179 dan p = 0.006, hal ini berarti terdapat korelasi namun negatif antara dimensi self liking dan dimensi restless.

f. Hubungan antara dimensi self liking dan present-orientation memiliki r = 0.041 dan p = 0.536, hal ini berarti tidak terdapat korelasi antara dimensi self liking dan dimensi present-orientation.

g. Hubungan antara dimensi self competence dan risk seeking memiliki r = -0.012 dan p = 0.852, hal ini berarti tidak terdapat korelasi antara dimensi self competence dan dimensi risk seeking.

h. Hubungan antara dimensi self competence dan a bad temper memiliki r = -0.454 dan p = 0.000, hal ini berarti terdapat korelasi namun negatif antara dimensi self competence dan dimensi a bad temper.

i. Hubungan antara dimensi self competence dan careless memiliki r = -0.122 dan p = 0.063, hal ini berarti tidak terdapat korelasi antara dimensi self competence dan dimensi careless.

(3)

j. Hubungan antara dimensi self competence dan impulsivity memiliki r = 0.246 dan p = 0.000, hal ini berarti terdapat korelasi antara dimensi self competence dan dimensi self competence dan dimensi impulsivity.

k. Hubungan antara dimensi self competence dan restless memiliki r = 0.293 dan p = 0.000, hal ini berarti terdapat korelasi antara dimensi self competence dan dimensi restless.

l. Hubungan antara dimensi self competence dan present-orientation memiliki r = -0.049 dan p = 0.457, hal ini berarti tidak terdapat korelasi antara dimensi self competence dan dimensi present-orientation.

Jika dilihat dari hasil di atas, terdapat 12 hubungan antar dimensi yang terdiri dari 6 hubungan antar dimensi yang tidak memiliki hubungan positif dan signifikan, 3 hubungan antar dimensi yang memiliki hubungan positif dan signifikan, dan 3 hubungan antar dimensi yang memiliki hubungan negatif namun signifikan.

Di dalam penelitian ini juga dilakukan uji perbedaan antara self esteem dan self control berdasarkan data demografis usia dan jenis kelamin yang

dilakukan untuk mendukung hasil penelitian yang dilakukan. Dari hasil uji korelasi ini diperoleh hasil sebagai berikut:

a. Di dalam uji perbedaan antara tingkat self esteem dan self control berdasarkan usia didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat self esteem antara remaja usia 15, 16, dan 17 tahun dengan nilai

signifikansi 0.825. Sedangkan terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat self control antara remaja usia 15, 16, dan 17 tahun dengan nilai signifikansi 0.020 dengan signifikansi p > 0.05. Untuk lebih jelasnya,

(4)

dapat dilihat juga dari nilai rerata dari masing-masing usia. Nilai rerata usia 15 adalah 104.7475, usia 16 adalah 103.5238, dan usia 17 adalah 106.4286. Gunarsa (2009) mengatakan bahwa semakin dewasa usia seseorang, maka ia akan menjadi lebih bertanggung jawab dan dapat mengendalikan diri dengan lebih baik jika dibandingkan mereka yang usianya lebih muda. Dari hasil penelitian subjek penelitian berusia 17 tahun memiliki tingkat self esteem dan self control paling tinggi bila dibandingkan subjek penelitian berusia 15 dan 16 tahun.

b. Di dalam uji perbedaan antara tingkat self esteem dan self control berdasarkan jenis kelamin, didapatkan hasil p = 0.148 untuk hasil perbedaan antara perempuan dan laki-laki pada variabel self esteem dan 0.357 untuk hasil perbedaan antara perempuan dan laki-laki pada variabel self control dengan nilai signifikansi p > 0.05.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan di dalam penelitian ini. Pertama adalah dari observasi yang dilakukan saat penyebaran kuesioner, dapat dilihat bahwa tidak semua responden mengisi kuesioner yang dibagikan dengan serius, kebanyakan dari mereka sudah merasa malas mengisi kuesioner karena jumlah item pernyataan kuesioner yang tidak sedikit. Hal ini dapat dilihat dari sikap mereka saat mengisi kuesioner, seperti tiduran, sambil mengobrol dengan teman, mengisi secara asal tanpa membaca pernyataan kuesioner, dan lain sebagainya.

Kedua adalah penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sehingga data yang terkumpul tidak terlalu mendalam.

(5)

5.3 Saran

Saran di dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu saran teoretis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Teoretis

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti sarankan untuk melakukan analisis data dengan bantuan metode kualitatif agar dapat mengetahui hal-hal yang tidak didapatkan dari metode kuantitatif. Peneliti juga menyarankan agar lebih berhati-hati dalam pembuatan kata-kata untuk item kuesioner sehingga dapat meminimalisasikan bias.

Sebaiknya penelitian selanjutnya juga meneliti di beberapa sekolah sehingga hasilnya dapat digeneralisasikan pada sekolah-sekolah lain, tidak hanya SMA X.

5.3.2 Saran Praktis 5.3.2.1 Saran Umum

Untuk para orang tua di rumah dan guru di sekolah serta pembimbing anak-anak di lingkungan masyarakat. Peneliti menyarankan agar lebih memperhatikan anak-anak terutama saat masa remaja karena masa remaja inilah yang menentukan masa depan mereka nantinya. Tingkat self esteem dan self control pada masa remaja masih belum stabil

sehingga perlu banyak sekali bimbingan dari orang tua di rumah dan guru di sekolah. Orang tua dan guru dapat memantau tingkah laku mereka dan bersikap adil terhadap pengambilan keputusan. Hal-hal seperti ini harus diperhatikan mengingat remaja dan hal ini juga dapat

(6)

dilakukan untuk meminimalisasi bahkan meniadakan kasus-kasus yang banyak terjadi pada remaja, seperti narkoba, kehamilan di luar nikah, tawuran, dan lain sebagainya.

5.3.2.2 Saran Khusus

1. Untuk responden penelitian, yaitu remaja, peneliti menyarankan agar remaja tidak membeda-bedakan teman karena pada masa remaja diperlukan pertemanan sehingga remaja dapat mencapai salah satu tugas perkembangannya, yaitu mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok. Jika remaja tidak dapat mencapai tugas perkembangan tersebut, ia akan merasa kesepian yang juga mengalami penurunan tingkat self esteem. Cara agar remaja tidak membeda-bedakan teman adalah dengan melihat sisi positif dari setiap teman yang dijumpai, belajar melihat kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri masing-masing individu sehingga dapat mengerti bahwa setiap orang juga memiliki kekurangan dibalik kelebihan yang dimilikinya, belajar terbuka dan menerima diri orang lain apa adanya.

2. Peneliti juga menyarankan kepada remaja untuk mulai merencanakan masa depan agar memiliki persiapan sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan self esteem dan self control pada diri remaja tersebut. Peningkatan self esteem dapat dilakukan dengan cara belajar untuk menerima dirinya sendiri apa adanya dan mencari hal-hal positif di dalam dirinya, juga selalu

(7)

bersyukur dengan diri sendiri dan apa yang dimiliki. Peningkatan self control dapat dilakukan dengan belajar untuk menjadi sabar

terhadap orang lain dan tidak mudah tersinggung. Self esteem dan self control yang baik akan mendatangkan keuntungan bagi diri

sendiri dan orang lain karena emosi dapat lebih terkendali dan lebih mudah di dalam berinteraksi sosial, juga dapat membantu individu yang bersangkutan untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

3. Untuk sekolah yang peneliti jadikan tempat penelitian. Sekolah dapat menjadi tempat untuk para siswa siswi berkreasi dan tempat mereka mempelajari banyak hal yang dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka selanjutnya. Ada berbagai macam cara yang dapat dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan self esteem dan self control pada remaja. Salah satunya adalah dengan membantu

remaja meningkatkan prestasi akademiknya yang dapat meningkatkan self esteem pada diri remaja tersebut. Mungkin dapat dilakukan bimbingan belajar bagi siswa siswi dengan prestasi akademik yang kurang baik untuk meningkatkan prestasi akademiknya namun dengan cara yang menarik sehingga mereka tidak merasa bahwa bimbingan belajar adalah hal yang membosankan. Pada saat belajar pun dapat diselingi dengan games yang berhubungan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari atau siswa siswi diajak untuk mendiskusikan kasus-kasus atau fakta-fakta yang terjadi yang berhubungan dengan mata pelajaran yang sedang dipelajari.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil risk assessment pada perakitan hingga pengoperasian gondola dan lingkungan kerja dari pekerja gondola dilakukan dengan menggunakan tabel semikuantitatif yaitu

Bapak Susatyo Yuwono selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.. Bapak ibu dosen

Hal tersebut, menunjukkan prinsip-prinsip kemitraan yang dibangun dan dijaga mencerminkan hubungan kemitraan yang setara secara garis lurus ( linear) tanpa ada pihak

Dalam rangka menjalankan amanahnya pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) kota Surakarta harus bisa menjaga kekompakan, yang dijalin dengan persaudaraan atau

E-Course Sukses Berbisnis di Internet dalam 29 Hari Halaman 7 Hak Cipta © 2008 oleh BelajarBisnisInternet.com v1.0 - Agustus 2008 Setelah login ke account Anda, maka Anda

Semakin banyak jumlah cabang sekunder yang terbentuk memberikan pengaruh terhadap jumlah daun pada tanaman jarak pagar, sehingga meskipun secara statistik hasil buah

Pengaruh lain dari periklanan bagi konsumen adalah bisa menimbulkan minat beli terhadap produk atau jasa yang diiklankan.. Minat beli ini, seperti yang dikemukakan oleh Rossiter

Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis kepada sekretaris tiga Fungsi Protokol dan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia di Manila Bapak Abun Bunyamin, beliau