• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V. Kesimpulan, Diskusi Dan Saran. hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

76   

BAB V  

Kesimpulan, Diskusi Dan Saran

Pada bab ini akan dijelaskan permasalahan penelitian dengan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, serta saran untuk penelitian sejenis lainnya.

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well being pada narapidana kasus pembunuhan mutilasi dengan melihat gambaran psychological well being per-dimensi.

a. Kehidupan narapidana pembunuhan mutilasi

- Latar belakang keluarga para subjek mempengaruhi pembunuhan yang dilakukan para subjek. Keadaan ekonomi yang sulit dan tekanan hidup yang dirasakan menjadi pemicu para subjek dalam melakukan pembunuhan.

- Alasan membunuh disertai mutilasi

Kedua subjek menyatakan bahwa salah satu alasan mereka melakukan mutilasi karena mereka merasa bingung, takut dan panik ketika mendapati korban meniggal dunia. Subjek pertama mengaku untuk menghilangakan jejak ia memotong-motong tubuh korban dan memasukkannya ke dalam kantong plastik lalu membuangnya di terminal bus. Pada subjek kedua,

(2)

subjek juga memotong-motong tubuh korban dan memasukkannya ke dalam lemari.

- Tanggapan lingkungan atas statusnya sebagai narapidana

Tanggapan dan dukungan keluarga dianggap penting bagi kedua subjek dibandingkan tanggapan dan dukungan teman. Subjek pertama mengatakan tetap diterima anak dan kelurganya bahkan mendapat dukungan penuh, subjek memiliki rencana untuk menata hidup yang baru setelah bebas dari Lapas. Sedangkan pada subjek kedua walaupun memiliki dukungan penuh dari anak dan keluarga namun subjek keinginan subjek untuk berkumpul dengan keluarga dan anaknya terhalang oleh vonis seumur hidup yang dijatuhkan padanya.

- Penghayatan sebagai narapidana kasus pembunuhan disertai mutilasi

Subjek pertama dan kedua sama-sama memaknai kehidupannya yang dijalani di Lapas, mereka sama-sama merasakan perubahan ke arah yang lebih positif selama menjadi narapida dan menghuni Lapas. Mereka merasa nyaman dengan lingkungan Lapas dan mereka membina hubungan baik dengan sesama warga binaan.

b. Dimensi Psychological Well Being

- Penerimaan diri

Subjek pertama dan kedua memiliki penerimaan diri yang cukup baik sebagai narapidana. Mereka bersikap positif terhadap diri dan menerima

(3)

berbagai aspek diri, baik positif maupun negatif. Mereka merasa positif terhadap kehidupan yang mereka jalani saat ini di Lapas. Sementara itu subjek kedua masih kurang menerima diri dengan. Ia merasa tidak puas dengan vonis seumur hidup yang dijatuhkan padanya dan ia sangat menyesalkan hal tersebut karena menurutnya subjek masih ingin mengatur kehidupannya.

- Hubungan positif dengan orang lain

Subjek pertama dan kedua memiliki hubungan positif dengan sesama narapidana. Pada subjek pertama ia memiliki hubungan yang hangat dan saling percaya dengan sesama narapidana. Ia menjadi tempat saling berbagi dengan para temannya dalam berbagi masalah. Sedangkan pada subjek kedua kurang memiliki hubungan positif dengan orang lain, ia mengalami kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka, dan percaya pada temannya.

- Otonomi

Kedua subjek merupakan individu yang otonom selama berada di Lapas, mereka mampu mengarahkan diri dan menolak tekanan sosial mengenai status mereka sebagai narapidana. Mereka mampu untuk mengatur perilaku dari dalam diri serta mengevaluasi diri mereka berdasarkan standar pribadi, sehingga mereka bisa mengontrol diri agar tidak bertengkar dengan sesama warga binaan.

(4)

Subjek pertama dan kedua mampu menguasai lingkungan dengan cukup baik. Mereka mampu memanfaatkan kesempatan yang ada. Mereka mampu memilih lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadinya.

- Tujuan hidup

Kedua subjek dalam penelitian ini memiliki tujuan hidup. Mereka memiliki pemikiran yang sama mengenai tujuan dan arah hidupnya setelah mereka bebas dari Lapas. Namun pada subjek kedua tujuannya masih terhalang oleh vonis seumur hidup yang dijatuhkan padanya.

- Pertumbuhan Pribadi

Subjek pertama memiliki pertumbuhan pribadi dengan baik, subjek ingin berkembang dan merealisasikan potensi yang ada dalam dirinya. Sementara itu pada subjek kedua kurang mengalami pertumbuhan pribadi dengan baik. Ia merasa tidak memiliki potesi dalam dirinya dan kurang mampu untuk berusaha menggali potensi dalam dirinya.

c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Psychological well being

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi psychological well being para subjek, yaitu usia dukungan sosial, dan pertumbuhan pribadi. Subjek pertaman dan kedua dipengaruhi usia dalam dimensi penguasaan lingkungan dan otonomi, subjek A lebih mampu asertif dan dalam mengambil keputusan subjek dapat memegang kendali sendiri. subjek B yang jika dilihat dari dimensi

(5)

penguasaan lingkungan, dimana sebelum masuk kedalam Lapas kemandirian subjek masih belum stabil, namun setelah masuk Lapas dan bertambahnya Usia subjek merasa dapat lebih mandiri.

Kedua partisipan mendapat dukungan sosial. Subjek pertama menerima dukungan dari keluarga dan teman-teman dalam menjalani kehidupannya. Subjek kedua juga mendapat dukungan dari keluarga dan teman dalam menjalani kehidupannya sebagai narapidana, namun hubungan pertemanan yang dijalani subjek kedua tidak seperti subjek pertama, pada subjek pertama hubungan yang dijalin lebih hangat, dan terbina kepercayaan.

5.2. Diskusi

Dimensi Penerimaan Diri

Dimensi penerimaan diri pada kedua subjek terlihat dari kemampuan mereka dalam menerima diri sendiri apa adanya sebagai narapidana. Kedua subjek mampu menerima diri sebagai narapidana dan dengan kesadaran penuh mereka menyadari kesalahana yang telah diperbuatnya. Pada subjek pertama, ia mampu menerima dirinya sebagai narapidana namun, ia belum merasa puas dengan kehidupannya karena ia harus terpisah dengan anak-anaknya dan keluarganya, namun itu semua subjek terima karena subyek yakin setelah bebas ia akan hidup lebih baik bersama keluarganya, sehingga hal tersebut tidak mengurangi dimensi penerimaan diri subjek. Pada subjek kedua, ia dapat menerima dirinya sebagai narapidana atas pembunuhan yang ia lakukan, namun tidak merasa puas pada kehidupannya dalam menjalani hukuman, karena subjek kedua mendapat vonis

(6)

seumur hidup sehingga ia tidak mempunyai kesempatan lagi untk berkumpul bersama anak dan keluarganya, terlebih umur subjek yang masih relatif muda, sehingga hal tersebut membuat penerimaan diri subjek sedikit rendah.

Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain

Dimensi hubungan positif dengan orang lain terlihat dinamika yang berbeda pada kedua subjek, khususnya dalam hubungan antara mereka dan teman-teman sesama narapidana, namun untuk lingkungan Lapas dan keluarga kedua subjek memiliki kesamaan. Pada subjek pertama ia memiliki hubungan yang hangat dan saling percaya pada teman terdekatnya dan ia juga memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman lainnya. Hal itu terlihat dari sikap subjek pertama yang sering menjadi tempat berbagi cerita ketika temannya sedang memiliki masalah dan sedih, subjek juga membantu temannya untuk menemukan jalan keluar dan memberikan saran untuk masalah temannya, karena subjek dituakan oleh mereka. Subjek kedua juga memiliki hubungan baik dengan teman-teman sesama warga binaan, namun hubungan subjek tidak sehangat dan sedekat subjek pertama, tidak ada kepercayaan dalam diri subjek pada temannya sehingga jika ada masalah subjek lebih banyak diam dan memendamnya hal tersebut berdampak pada kesehatan subjek, karena subjek mengaku jika ia sudah tidak tahan dengan masalahnya ia kerap pusing dan pingsan. Sedangkan pada kedua subjek memiliki hubungan yang hangat dan baik dengan keluarga mereka, dan hal tersebut semakin menunjukkan adanya keterkaitan antara dimensi penerimaan diri dengan dimensi hubungan positif dengan orang lain.

(7)

Dimensi Otonomi

Pada dimensi otonomi kedua subjek memiliki kesamaan dalam hal pengambilan keputusan, kedua subjek sama-sama bertanya pada orang lain untuk saran atau pendapat yang mereka perlukan dalam mengambil keputusan tetapi pada akhirnya mereka berdua tetap memegang kendali pada keputusannya yang mereka buat. Namun hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi psychological well being kedua subjek karena kedua subjek memiliki masih memiliki kemandirian dalam diri mereka sehingga mereka dapat menentukan seberapa jauh subjek mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Dimensi Penguasaan Lingkungan

Dimensi penguasaan lingkungan pada kedua subjek merupakan dimensi yang memiliki dinamika yang agak sama. Keduanya mampu menerima lingkungan sekitarnya, mampu menggunakan peluang secara efektif sehingga mereka, merasakan kenyamanan selama tinggal di Lapas, namun subjek kedua merasa kurang dalam hal perencanaan dirinya sebelum ia masuk Lapas, setelah ia masuk Lapas ia mengaku baru memiliki rencana untuk hidupnya. pada subjek kedua suka melakukan hal-hal yang bersifat spontan, untuk subjek pertama ia lebih suka melakukan hal yang terencana. Kedua subjek merasa selama menghuni lapas mereka mampu mengontrol pergaulannya sehingga kedua subjek tidak pernah bertengkar dengan sesama warga binaan, mereka menjaga perilaku dan sikap mereka agar terhindar dari keributan. Dimensi penguasaan lingkungan dapat dikatakan berkaitan dengan identitas subjek sebagai narapidana.

(8)

Dimensi Tujuan Hidup

Dimensi tujuan hidup pada kedua subjek menunjukkan dinamika yang sama kedua memiliki tujuan hidup untuk hidup bahagia bersama keluarga dan segera bebas dari hukuman mereka. kedua subjek ingin mencapai kebahagiaan dalam hidup dan menata kembali kehidupan baru mereka setelah keluar dari penjara. Untuk subjek pertama tujuan untuk bebas dan berkumpul bersama anak dan keluarga masih mungkin ia capai, sedangkan untuk subjek kedua hal tersebut masih dirasa sulit mengingat vonis seumur hidup yang dijatuhkan padanya.

Dimensi Pertumbuhan Pribadi

Dimensi pertumbuhan pribadi lebih berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan seluruh aspek kepribadian subjek. subjek pertama menyadari kemampuan yang di milikinya dan mempunyai keinginan untuk terus mengembangkan dan merealisasikannya, hal yang sama tidak dirasakan oleh subjek kedua, ia tidak mampu untuk mengenali kemampuan dalam dirinya dan ia tidak mempunyai keinginan untuk menggali potensi dalam dirinya. Pertumbuhan yang dirasakan tidak hanya berhubungan dengan kemampuan diri melainkan juga pengaruh dari interaksi dengan orang lain. Dimensi ini juga dipengaruhi oleh adanya dukungan sosial yang dimiliki oleh kedua subjek.

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi keputusan subjek untuk melakukan pembunuhan mutilasi. Ketakutan dan kepanikan subjek merupakan hal utama yang mempengaruhi keputusan subjek untuk memutilasi korbannya. Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang peneliti lakukan denga subjek.

(9)

Status subjek sebagai narapidana dan menjalani hukuman di Lapas membuat mereka memiliki perubahan yang besar dalam hidupnya. kehidupan mereka di Lapas memberi damapak positif bagi kehidupan keduanya. Subjek juga mengaku menjalani hukuman atas perbuatannya membuat mereka lega dan terbebas dari rasa bersalah yang terus menghantui mereka seperti sebelum menjalani hukuman.

Pencapaian tingkat psychological well being yang baik disebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan akan ketermapilan yang diperoleh melalui kegiatan yang mereka peroleh di Lapas dan melalui hubungan pertemanan dan keluarga yang mereka jalani (Baruch et al, 1983, dalam Ningiassari, 2006). Pertemanan yang dijalin oleh subjek kedua dirasakan kurang hangat dan tidak ada kepercayaan satu sama lain.

Dalam menjalani kehidupan sebagai narapidana kasus pembunuhan mutilasi para subjek waria menyatakan bahwa salah satu hambatannya adalah mendapat penolakan dari lingkungan sebagai pembunuh. Karena masih terdapat pandangan yang negatif, diskriminasi dan tekanan dari masyarakat untuk itu para narapidana selalu berusaha menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan baik di lingkungan tempat tinggal mereka agar mereka bisa hidup berdampingan dengan masyarakat yang dapat menerima dan memaafkan perbuatan yang mereka lakukan (pembunuhan disertai mutilasi).

(10)

5.4. Saran

Bagi penelitian selanjutnya, disarankan agar dilakukan lagi penelitian dengan membandingkan psychological well being pada narapidan pembunuhan mutilasi perempuan dengan laki-laki. Serta membandingkan narapidana yang dijauhi keluarga dengan yang masih diterima oleh keluarga, disarankan juga untuk mendapatkan subjek lebih banyak agar diperoleh perbandingan diantaranya.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti sulitnya mencari subjek yang bersedia untuk dimintai kesediaanya untuk dijadikan subjek penelitian, maka dari itu disarankan untuk lebih mendekatkan atau mengenal subjek lebih dalam agar tumbuh rasa nyaman pada subjek ketika bercerita. Selain itu buku referensi yang berkaitan dengan psychological well being dan pembunuhan mutilasi masih sulit ditemuakan oleh peneliti sehingga teori yang mendasari psychological well being pembunuhan mutilasi beserta karakteristik yang sesuai dalam penelitian ini menjadi sangat sedikit.

Berdasarkan hasil penelitian yang sesuai dengan teori diketahui bahwa dukungan sosial bagi para narapidana pembunuh mutilasi mempengaruhi kehidupannya. Oleh sebab itu, diharapkan kepada keluarga dan lingkungan agar memberikan dukungan yang memadai agar kebutuhan intimasinya tetap dapat terpenuhi. Penting untuk memberi pengetahuan bagi para orang tua yang memiliki anak terlibat dengan kasus pembunuhan mutilasi agar tetap memberi dukungan dan perhatian, karena perhatian dan dukungan dari orang tua atau keluarga menjadi hal yang sangat dibutuhkan untuk mengembalikan kepercayaan dirinya,

(11)

agar mereka dapat menerima diri dan mengembangkan potensi dan tetap dapat bersosialisasi dengan baik.

Secara praktis disarankan bagi orang-orang yang memiliki keluarga atau teman yang terlibat dalam kasus pembunuhan mutilasi untuk tidak menolak, menghakimi dan mengucilkan mereka karena pada umumnya tidak sedikit narapidana yang mendapat tekanan dalam pergaulan dan mereka sulit untuk hidup normal berdampingan dengan masyarakat lainnya setelah bebas dari hukuman.

Untuk Lapas disarankan untuk memberikan pembinaan yang lebih baik dan memfasilitasi Lapas dengan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan keterampilan para narapidana selama menjadi warga binaan dan terus memberikan pelajaran-pelajaran yang positif agar para warga binaan dapat hidup yang lebih baik setelah mereka keluar dari Lapas.

Referensi

Dokumen terkait

Analisis parsial adalah analisis yang dilakukan untuk mendalami dua variabel secara terpisah, dalam hal ini untuk mendalami variabel tanggapan siswa terhadap penggunaan

Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengembangkan sebuah taksonomi dari model-model penelitian yang akan verguna dalam penelitian IS, berdasarkan literature penelitian

Kami sampaikan dengan hormat bahwa dalam Program Peningkatan Mutu Pendidikan, Dinas Dikpora Kabupaten Jepara bermaksud akan melaksanakan kegiatan Evalusai Hasil UN 2013 serta

Berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dan melihat tujuan dilakukannya penelitian ini, maka kesimpulan penelitian mengenai implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya

1) Pencegahan primordardial : pencegahan munculnya faktor predisposisi terhadap PJK pada individu atau populasi sehat yang belum tampak. Faktor yang jadi risiko PJK atau

platform dinilai relevan mengingat kebiasaan para wisatawan Indonesia yang tercatat sebagai pengguna internet dan smartphone yang aktif (Fuad, 2014). AReS akan membantu baik pihak

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI TAHUN 2021 PROVINSI ACEH.. JUMLAH PESERTA :

Perlu dikaji formula minuman fungsional temu mangga dengan penambahan barbagai jenis flavoring agent (jeruk nipis, jeruk lemon, dan jeruk nipis+lemon) serta berbagai