• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

Pembangunan perekonomian suatu wilayah tentunya tidak terlepas dari kontribusi dan peran setiap sektor yang menyusun perekonomian daerah tersebut.

Setiap sektor baik sektor utama maupun bukan, nantinya akan membentuk keragaman perekonomian daerah tersebut. Dalam bagian ini akan dibahas mengenai peran sektor perekonomian dalam pembangunan Kabupaten Karimun berdasarkan indikator ekonomi pendapatan wilayah (PDRB) atas harga berlaku dan atas harga konstan tahun 2000.

Untuk mengetahui suatu sektor basis atau non basis digunakan analisis LQ (Location Quotient) dan untuk mendukung hasil analisis LQ dilakukan perhitungan surplus pendapatan. Selanjutnya modifikasi LQ adalah kuosien lokalisasi yang mencerminkan tingkat aglomerasi (memusat) akibat sektor tertentu. Kemudian untuk mentelaah keunggulan komparatif suatu wilayah dalam produksi suatu komoditi maka digunakan kuosien spesialisasi.

5.1. Analisis LQ Sektor – Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan analisis LQ dapat diketahui sektor basis dan sektor non basis di wilayah Kabupaten Karimun dengan menggunakan data PDRB berdasarkan harga berlaku dan harga konstan 2000 untuk periode 2003-2005. Pada penelitian ini metode LQ digunakan untuk mengetahui basis dan non basis setiap sektor perekonomian di tingkat kabupaten (wilayah bawah) terhadap propinsi (wilayah atas). Nilai-nilai LQ tersebut merupakan rasio antara masing-masing sektor di

(2)

Kabupaten Karimun dengan peran sektor-sektor tersebut di Provinsi Kepulauan Riau.

Sektor basis adalah sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dari satu, artinya suatu sektor telah mampu memenuhi kebutuhan akan sektor tersebut di daerahnya dan mempunyai potensi untuk diekspor ke luar daerah. Sebaliknya jika nilai LQ kurang dari satu berarti daerah yang bersangkutan termasuk sektor non basis dan harus mengimpor dari luar daerah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Nilai LQ Kabupaten Karimun berdasarkan harga berlaku dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Berlaku (2003-2005)

Nilai LQ No Lapangan Usaha

2003 Ket 2004 Ket 2005 Ket

1 Pertanian 5,43 B 5,28 B 5,33 B

2 Penggalian dan Pertambangan 0,88 NB 0,81 NB 0,82 NB 3 Industri Pengolahan 0,18 NB 0,16 NB 0,14 NB 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,29 B 1,14 B 1,09 B

5 Bangunan 2,28 B 2,08 B 2,07 B

6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,23 B 3,08 B 3,19 B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,13 B 2,82 B 3,04 B 8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,67 NB 0,63 NB 0,58 NB

9 Jasa-jasa 2,62 B 2,44 B 2,22 B

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan :

B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis

Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 19 dari seluruh sektor perekonomian Kabupaten Karimun berdasarkan indikator PDRB dengan harga berlaku dalam kurun tiga tahun (tahun 2003-2005), terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun.

Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih,

(3)

Sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 5,43, tahun 2004 sebesar 5,28 dan tahun 2005 sebesar 5,33. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif.

Berdasarkan nilai LQ dari PDRB berdasarkan harga berlaku menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki keunggulan nilai kontribusi terbesar dalam pembangunan perekonomian Kabupaten Karimun. Sedangkan nilai LQ berdasarkan harga konstan tahun 2000 disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Nilai LQ Sektor-Sektor Perekonomian di Kabupaten Karimun Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (2003-2005)

Nilai LQ No Lapangan Usaha

2003 Ket 2004 Ket 2005 Ket

1 Pertanian 6,49 B 6,61 B 6,74 B

2 Penggalian dan Pertambangan 0,64 NB 0,70 NB 0,74 NB 3 Industri Pengolahan 0,19 NB 0,18 NB 0,18 NB 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,32 B 1,27 B 1,23 B

5 Bangunan 2,35 B 2,34 B 2,41 B

6 Perdangan, Hotel dan Restoran 3,19 B 3,16 B 3,13 B 7 Angkutan dan Komunikasi 2,74 B 2,69 B 2,73 B 8 Bank dan Lembaga Keuangan 0,77 NB 0,76 NB 0,76 NB

9 Jasa-jasa 2,60 B 2,61 B 2,57 B

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah) Keterangan :

B : Sektor Basis NB : Sektor Non Basis

Hasil perhitungan nilai LQ dari Tabel 20 terlihat bahwa berdasarkan harga konstan tahun 2000 juga terdapat 6 sektor perekonomian yang merupakan sektor basis utama di Kabupaten Karimun. Keenam sektor tersebut adalah sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdagangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa.

(4)

Sama halnya dengan perhitungan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku, pada perhitungan LQ dengan menggunakan harga konstan tahun 2000 sektor pertanian merupakan sektor basis yang memiliki nilai LQ terbesar dan cenderung mengalami meningkatan dari tahun ketahun. Pada tahun 2003 nilai LQ sektor pertanian sebesar 6,49; tahun 2004 sebesar 6,61 dan tahun 2005 sebesar 6,74. Sektor perekonomian yang merupakan sektor basis lainnya juga cenderung berfluktuatif.

Hasil perhitungan LQ baik dengan harga berlaku maupun harga konstan dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor basis utama Kabupaten Karimun disamping sektor listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Hal ini menunjukkan bahwa keenam sektor perekonomian memiliki keunggulan nilai kontribusi dalam perekonomian, serta layak untuk dikembangkan dalam pembangunan Kabupaten Karimun.

Secara keseluruhan berdasarkan nilai LQ tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karimun telah mampu mencukupi kebutuhannya sendiri dan bahkan dapat memasarkan surplus produksinya ke wilayah lain. Ekspansi yang dilakukan ke luar wilayah tersebut akan memperbesar arus pendapatan ke dalam wilayah sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat, meningkatkan volume kegiatan sektor lainnya dan meningkatkan investasi yang ada pada gilirannya akan memperluas pendapatan wilayah secara keseluruhan.

(5)

5.2. Analisis Surplus Pendapatan

Analisis surplus pendapatan digunakan untuk mengidentifikasikan adanya surplus pendapatan dari sektor perekonomian tertentu. Hasil perhitungan surplus pendapatan dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Nilai Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun Tahun (2003-2005)

Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Juta)

Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 (Rp Juta) No Lapangan

Usaha

2003 2004 2005 2003 2004 2005 1 Pertanian 122.915,28 142.994,46 175.735,79 121.483,82 129.909,38 140.419,16 2 Penggalian

dan

Pertambangan

(810,92) (1.693,80) (2.048,74) (1.313,50) (1.115,98) (996,06)

3 Industri Pengolahan

(8.890,80) (9.607,49) (10.625,51) (6.951,75) (7.119,70) (7.333,63) 4 Listrik, Gas,

dan Air Bersih

124,63 57,36 42,12 66,65 55,90 48,11

5 Bangunan 8.917,88 9.476,36 11.981,86 5.808,53 5.909,93 6.681,03 6 Perdagangan,

Hotel dan Restoran

53.390,60 62.317,03 83.475,31 39.869,71 40.326,29 41.071,34

7 Angkutan dan Komunikasi

10.185,97 22.078,14 34.127,86 11.494,25 11.998,90 13.233,42 8 Bank dan

Lembaga Keuangan

(1.087,80) (1.426,88) (1.922,74) (530,06) (567,65) (603,72)

9 Jasa-jasa 8.395,90 8.650,78 8.751,29 5.575,54 5.853,61 5.896,14 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah).

Pada Tabel 21 terlihat bahwa nilai surplus pendapatan pada sektor-sektor basis perekonomian Kabupaten Karimun memiliki nilai yang positif. Sedangkan pada sektor non basis cenderung memiliki surplus pendapatan yang bernilai negatif.

Sektor yang memiliki nilai surplus pendapatan terbesar adalah sektor pertanian (baik bedasarkan PDRB harga berlaku maupun harga konstan) mengalami peningkatan selama periode tahun 2003-2005. Hal tersebut terjadi

(6)

karena besarnya peningkatan kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Karimun sebanding dengan peningkatan kontribusi sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Riau. Nilai surplus pendapatan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2005 sebesar Rp 175.735,79 juta mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 142.994,46 juta. Bila dilihat berdasarkan harga konstan tahun 2004 sebesar Rp 129.909,38 juta mengalami kenaikan menjadi Rp 140.419,16 juta.

Dari hasil analisis surplus pendapatan ini memberikan suatu penjelasan bahwa sektor pertanian menghasilkan surplus pendapatan yang positif. Hal ini berarti sektor pertanian telah memenuhi kebutuhan wilayah tersebut dan surplus produksinya telah diekspor ke luar daerah. Hal ini sejalan dengan peran sektor pertanian sebagai sektor basis utama perekonomian Kabupaten Karimun. Begitu juga dengan sektor-sektor basis dalam perekonomian lainnya. Untuk sektor listrik, gas, dan air bersih merupakan sektor basis yang memiliki nilai surplus pendapatan terkecil dibandingkan dengan sektor basis lainnya.

5.3. Analisis Spesialisasi

Bila nilai kuosien spesialisasi sama dengan satu maka ada spesialisasi kegiatan suatu sektor perekonomian di wilayah Kabupaten Karimun, sebaliknya bila nilai kuosien spesialisasinya kurang dari satu maka tidak terdapat spesialisasi kegiatan sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Karimun. Hasil perhitungan nilai kuosien spesialisasi dapat dilihat pada Tabel 22.

(7)

Tabel 22. Nilai Kuosien Spesialisasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun tahun 2003-2005

Berdasarkan Harga Berlaku

Berdasarkan Harga Konstan Thn 2000 No Lapangan Usaha

2003 2004 2005 2003 2004 2005

1 Pertanian 0,24 0,24 0,26 0,28 0,28 0,29

2 Penggalian dan Pertambangan

(0,01) (0,01) (0,01) (0,02) (0,02) (0,01) 3 Industri Pengolahan (0,04) (0,05) (0,05) (0,04) (0,04) (0,04) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01

5 Bangunan 0,07 0,06 0,06 0,07 0,07 0,07

6 Perdangan, Hotel dan Restoran

0,12 0,12 0,13 0,11 0,11 0,11 7 Angkutan dan Komunikasi 0,06 0,10 0,12 0,09 0,09 0,09 8 Bank dan Lembaga

Keuangan

(0,02) (0,02) (0,03) (0,01) (0,01) (0,01)

9 Jasa-jasa 0,09 0,08 0,07 0,08 0,08 0,08

Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah).

Berdasarkan Tabel 22 terlihat bahwa nilai kuosien spesialisasi selama tiga tahun (2003-2005) di Kabupaten Karimun lebih kecil dari satu, yang berarti tidak ada spesialisasi atau cenderung kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian beragam (menyebar) pada setiap daerah di Kabupaten Karimun.

Namun demikian, keenam sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Karimun yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan perdangan, hotel dan restoran angkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa memiliki nilai kuosien spesialisasi bernilai positif baik menurut harga berlaku maupun harga konstan.

Tingkat spesialisasi yang bernilai positif atau lebih besar dari satu ini memberikan suatu penilaian bahwa produk dari sektor-sektor tersebut berpotensi sebagai komoditas spesialisasi untuk Kabupaten Karimun. Hal ini berarti, bahwa keenam sektor mempunyai keunggulan komparatif dalam hal produksi di Kabupaten Karimun.

(8)

Keunggulan komparatif ini merupakan keunggulan yang bersifat alamiah artinya keunggulan tersebut sudah ada. Dengan potensi yang ada pada keenam sektor basis perekonomian memungkinkan Kabupaten Karimun meningkatkan kontribusi keenam sektor tersebut dalam jangka panjang sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Karimun.

5.4. Analisis Kuosien Lokalisasi

Pada dasarnya penentuan lokalisasi potensial berdasarkan analisis kuosien lokalisasi hanya dapat memberikan gambaran awal tentang potensi kegiatan perekonomian disuatu daerah dibandingkan daerah/wilayah lainnya. Oleh karena itu, penentuan lokalisasi tersebut dilihat dari aspek teknis, sosial dan ekonomi belum memenuhi untuk dapat dijadikan dalam pelaksanaan pengembangan pembangunan suatu wilayah. Namun lokalisasi potensial yang ditentukan tersebut dapat dijadikan informasi awal untuk perencanaan pembangunan dalam melakukan analisis lain yang lebih kompleks. Nilai kuosien lokalisasi sektor – sektor perekonomian Kabupaten Karimun dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Nilai Kuosien Lokalisasi Sektor – Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun

Berdasarkan Harga Berlaku

Berdasarkan Harga Konstan Thn 2000 No Lapangan Usaha

2003 2004 2005 2003 2004 2005 1 Pertanian 0,24 0,24 0,23 0,27 0,27 0,28 2 Penggalian dan Pertambangan (0,01) (0,02) (0,02) (0,03) (0,02) (0,02) 3 Industri Pengolahan (0,51) (0,51) (0,52) (0,54) (0,55) (0,55) 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

5 Bangunan 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04

6 Perdangan, Hotel dan Restoran 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,17 7 Angkutan dan Komunikasi 0,05 0,07 0,08 0,06 0,06 0,06 8 Bank dan Lembaga Keuangan (0,02) (0,02) (0,02) (0,01) (0,01) (0,01) 9 Jasa-jasa 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Riau dan Kabupaten Karimun (diolah)

(9)

Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa selama periode 2003-2005 sektor- sektor basis dalam perekonomian (yaitu sektor pertanian, listrik, gas, dan air bersih, bangunan, perdangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, serta jasa-jasa.) di Kabupaten Karimun mempunyai nilai kuosien lokalisasi/ aglomerasi yang tidak sama dengan satu dengan tingkat aglomerasi positif, baik berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan sektor-sektor basis dalam perekonomian di Kabupaten Karimun lokasinya relatif menyebar dalam wilayah Kabupaten Karimun.

Pada dasarnya lokalisasi yang relatif menyebar tersebut akan lebih berorientasi pasar. Orientasi pasar ini dapat diartikan bahwa konsumen yang berasal dari luar lokasi bisa menjangkau ke lokasi pemasaran produk sektor basis dalam perekonomian, sehingga memberikan keuntungan bahwa pertumbuhan sektor-sektor basis tersebut lebih cepat berkembang pada lokasi tertentu.

5.5. Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten Karimun

Untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun digunakan Analisis shift share. Analisis ini digunakan untuk mendukung untuk hasil analisis LQ yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam analisis shift share dilakukan perhitungan indeks rasio pertumbuhan dan analisis komponen pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun. Dalam analisis komponen pertumbuhan wilayah Kabupaten Karimun dianalisis 3 komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW).

(10)

5.5.1. Analisis indeks Rasio Pertumbuhan

Rasio PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau dapat ditunjukan dalam bentuk nilai Ra, Ri, dan ri. Jika nilai PDRB Kabupaten Karimun dan PDRB Provinsi Kepulauan Riau tiap sektor diperbandingkan antara dua titik waktu, yaitu tahun 2005 sebagai tahun akhir analisis dan tahun 2003 sebagai tahun dasar analisis, maka setiap sektor mempunyai rasio yang berbeda- beda.

Nilai Ra diperoleh dari pembagian antara total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2005 dengan total PDRB Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2003. nilai Ra tiap sektor untuk setiap daerah di Provinsi Kepulauan Riau memiliki besaran yang sama, karena merupakan pembagian total PDRB, yaitu sebesar 1,13. lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Nilai Ra, Ri dan ri

Lapangan Usaha Ra Ri ri

Pertanian 1,13 1,11 1,13

Pertambangan dan Penggalian 1,13 0,94 1,06 Industri Pengolahan 1,13 1,16 1,07

Listrik dan Air Bersih 1,13 1,14 1,03

Bangunan 1,13 1,12 1,13

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,13 1,14 1,09 Pengangkutan dan Komunikasi 1,13 1,21 1,18 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,13 1,15 1,10

Jasa-jasa 1,13 1,13 1,10

Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)

Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2005 dengan PDRB Provinsi Kepulauan Riau sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Provinsi Kepulauan Riausektor i pada tahun 2003. Nilai Ri setiap sektor di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau bernilai

(11)

positif, ini berarti bahwa setiap sektor-sektor perekonomian mengalami pertumbuhan yang positif.

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai Ri terbesar yaitu sebesar 1,21. Hal ini didukung oleh tingkat pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi yang merupakan terbesar di Kepulauan Riau, yaitu Rp 931.37,.47 juta pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 1.129.091,06 juta pada tahun 2005. Lebih rinci mengenai pertumbuahn PDRB sektor-sektor perekonomian di Kepulauan Riau dapat dilihat pada Tabel 25 Sedangkan nilai Ri terkecil ditempati sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar 0.94.

Tabel 25. Pertumbuhan PDRB Propinsi Kepulauan Riau Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha, 2003-2005 (%)

No Lapangan Usaha Pertumbuhan

1 Pertanian 11.40

2 Pertambangan dan Penggalian (5.62)

3 Industri Pengolahan 15.54

4 Listrik dan Air Bersih 13.51

5 Bangunan 12.23

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 13.65 7 Pengangkutan dan Komunikasi 21.23 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 14.79

9 Jasa-jasa 13.35

Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)

Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Kabupaten Karimun sektor i dan pada tahun 2005 dengan PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003 dibagi PDRB Kabupaten Karimun sektor i pada tahun 2003. Nilai ri Kabupaten Karimun dari masing-masing sektor bernilai positif. Pada Tabel 23, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki nilai ri terbesar yaitu 1,18.

(12)

Sedangkan nilai ri yang terkecil dimiliki oleh sektor Listrik dan Air Bersih yaitu sebesar 1,03.

5.5.2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Karimun

Analisis shift share diasumsikan bahwa perubahan tenaga kerja/produksi disuatu wilayah antara tahun dasar dengan tahun akhir analisis dibagi menjadi tiga komponen pertumbuhan yaitu komponen pertumbuhan regional/nasional (PR), komponen pertumbuhan proporsional (PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Berdasarkan Tabel 24, dapat dilihat bahwa komponen pertumbuhan regional semua sektor-sektor perekonomian Kabupaten Karimun bernilai positif. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Karimun yaitu sebesar Rp 58.484,03 juta. Hal ini berarti bahwa sektor pertanian sangat berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten Karimun, artinya bila terjadi perubahan kebijakan ekonomi maka sektor pertanian akan mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dari analisis LQ Kabupaten Karimun yang telah dilakukan sebelumnya.

Dimana dalam hal ini sektor pertanian dengan penunjang utamanya adalah sektor perikanan.

Sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terkecil terhadap PDRB pada komponen pertumbuhan regional, yaitu sebesar Rp 558,66 juta. Hal ini berarti sektor listrik dan air minum tidak begitu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi yang terjadi di Kabupaten Karimun. Sektor terkecil kedua ditempati oleh sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan, yaitu sebesar Rp 6.167,94 juta. Jika terjadi perubahan kebijakan ekonomi di Kabupaten

(13)

Karimun, maka sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap perubahan kebijakan ekonomi.

Tabel 26. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005

No Lapangan Usaha

Pertumbuhan Regional (Juta Rupiah)

Persen

1 Pertanian 58.484,03 13,47

2 Pertambangan dan Penggalian 9.741,36 13,47

3 Industri Pengolahan 22.582,66 13,47 4 Listrik dan Air Bersih 558,66 13,47

5 Bangunan 11.378,10 13,47

6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 48.032,98 13,47 7 Pengangkutan dan Komunikasi 17.489,05 13,47 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 6.167,94 13,47

9 Jasa-jasa 9.233,41 13,47

Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)

Berdasarkan Tabel 26, dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan sektor- sektor perekonomian di Kabupaten Karimun sebesar 13,47 persen. Hal ini menunjukkan tingkat pertumbuhan regional Kabupaten Karimun yang cenderung baik.

Berdasarkan Tabel 27, diketahui bahwa beberapa sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karimun memberikan kontribusi yang negatif terhadap PDRB. Jika nilai PP suatu sektor (Ppi<0), maka dapat diidentifikasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang lambat dan memiliki daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan sektor lain yang PP-nya positif. Sektor- sektor yang memberikan kontribusi negatif adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi sebesar rp -13.806,05 juta (-19.09 persen), sektor bangunan sebesar rp - 1.040,80 juta (-1,23 persen) dan sektor jasa-jasa sebesar rp - 78,81 juta (-0,11 persen).

(14)

Tabel 27. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005

No Lapangan Usaha

Pertumbuhan Proporsional (Juta Rupiah)

Persen

1 Pertanian 8.972,77 2,07

2 Pertambangan dan Penggalian (13.806,05) -19,09 3 Industri Pengolahan 3.470,52 2,07 4 Listrik dan Air Bersih 1,64 0,04 5 Bangunan (1.040,80) -1,23 6 Perdagangan. Hotel dan Restoran 637.68 0,18 7 Pengangkutan dan Komunikasi 10.081,40 7,76 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 606,84 1,32 9 Jasa-jasa (78,81) -0,11 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)

Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi yang positif dengan persentase yang lebih dari nol (PP>0), secara berurutan antara lain sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan. hotel dan restoran, dan sektor keuangan. persewaan dan jasa perusahaan serta sektor listrik dan air bersih. kelima sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan yang cepat daripada sektor-sektor lainnya yang ada di Kabupaten Karimun.

Tabel 28. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Kabupaten Karimun Tahun 2003-2005

No Lapangan Usaha Pertumbuhan Pangsa Wilayah

(Juta Rupiah) Persen

1 Pertanian 7.359,12 1,69

2 Pertambangan dan Penggalian 8.399,49 11,61

3 Industri Pengolahan (15.151,27) -9,03 4 Listrik dan Air Bersih (420,33) -10,13

5 Bangunan 286,10 0,34

6 Perdagangan. Hotel dan Restoran (17.491,29) -4,90 7 Pengangkutan dan Komunikasi (3.897,78) -3,00 8 Keuangan. Persewaan dan Jasa

Perusahaan

(2.000,56) -4,37 9 Jasa-jasa/ Service (2.431,21) -3,55 Sumber: BPS Kabupaten Karimun, 2003-2005 (diolah)

(15)

Komponen pertumbuhan selanjutnya adalah komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Suatu wilayah mempunyai daya saing wilayah terhadap sektor i apabila PPW-nya positif (PPW>0). Berdasarkan Tabel 28, diketahui bahwa sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya adalah sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 8.399,49 juta (11,61 persen), sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 7.359,12 juta (1,69 persen) dan sektor bangunan memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar Rp 286,10 juta (0,34 persen).

Sedangkan enam sektor lain dalam perekonomian Kabupaten Karimun mempunyai daya saing wilayah yang kurang baik. Persentase nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari keenam sektor tersebut kurang dari nol (PPW<0).

Gambar

Tabel 21. Nilai Surplus Pendapatan Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten  Karimun Tahun (2003-2005)
Tabel 22. Nilai Kuosien Spesialisasi Sektor-Sektor Perekonomian Kabupaten  Karimun tahun 2003-2005  Berdasarkan Harga  Berlaku  Berdasarkan Harga Konstan Thn 2000  No Lapangan  Usaha  2003 2004 2005 2003  2004 2005  1 Pertanian  0,24  0,24  0,26  0,28  0,2
Tabel 26. Komponen Pertumbuhan Regional Kabupaten Karimun Tahun  2003-2005   No Lapangan  Usaha  Pertumbuhan Regional   (Juta Rupiah)  Persen  1 Pertanian  58.484,03  13,47
Tabel 27. Komponen Pertumbuhan Proporsional Kabupaten Karimun  Tahun 2003-2005   No Lapangan  Usaha  Pertumbuhan  Proporsional   (Juta Rupiah)  Persen   1  Pertanian         8.972,77  2,07

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang menunjukkan bahwa dodol yang disimpan pada hari ke-0 dan ke-5 pada perlakuan yang dilapisi kitosan, baik 1% dan 2% tidak berbeda nyata dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perubahan sosial budaya dan tingkat kesejahteraan migran Batak yang bekerja di sektor informal di kota Bogor.. Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang kehadiran genus Eutropis di Hutan Wanagama I dan data mengenai pengaruh faktor jarak dari sumber air

Suparno, M.Pd Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta 37 Dra.. Endang Triningsih Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Berjumlah sepasang, terletak dibawah dan atas kantung kemih. Merupakan tempat untuk menampung sperma sehingga disebut dengan kantung semen. Menghasilkan getah

Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Qardh, Istishna, dan Ijarah pada dua.. bank umum syariah

Masa kerja dimulai baik sejak menjadi guru honorer atau guru bantu maupun ketika diangkat langsung menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil, dan (3) variabel terikat

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman bawang merah yaitu 100-200 mm/bulan, sedangkan selama pertumbuhannnya curah hujan melebihi kebutuhan tersebut. Kondisi ini