• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL DALAM AIR MINUM DAN AIR BERSIH DENGAN METODE TITRIMETRI DILABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL DALAM AIR MINUM DAN AIR BERSIH DENGAN METODE TITRIMETRI DILABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DILABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

NURADDINA ARIA PURNAMI 162401031

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(2)

DILABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

NURADDINA ARIA PURNAMI 162401031

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2019

(3)

PERNYATAAN

ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL DALAM AIR MINUM DAN AIR BERSIH DENGAN METODE TITRIMETRI

DILABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya menyatakan bahwa laporan ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2019

NURADDINA ARIA PURNAMI 162401031

(4)
(5)

ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL DALAM AIR MINUM DAN AIR BERSIH DENGAN METODE TITRIMETRI DILABORATORIUM

KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis kadar kesadahan total pada air minum dan air bersih di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Analisis ini dilakukan dengan metode titrimetri dengan menggunakan larutan standar EDTA dan indikator EBT. Dari hasil analisis yang dilakukan diperoleh nilai kesadahan total pada air minum adalah (1) 24 mg/L, (2) 40 mg/L, (3) 64 mg/L, (4) 84 mg/L sedangkan pada air bersih adalah (1) 40 mg/L, (2) 64 mg/L, (3) 68 mg/L, dan (4) 100 mg/L. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa air minum dan air bersih masih memenuhi standar sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI No.492/Menkes/IV/2010 yang menyatakan bahwa kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan didalam air minum adalah 500 mg/L.

Kata kunci : Air Bersih, Air Minum, Kesadahan, Titrimetri

(6)

ANALYSIS OF TOTAL HARDNESS LEVELS IN DRINKING WATER AND CLEAN WATER BY THE TITRIMETRIC METHOD IN THE HEALTH

LABORATORY IN THE NORTH SUMATERA PROVINCE

ABSTRACT

Analysis of the total hardness levels in drinking water and clean water at the Regional Health Laboratory of North Sumatera Province. This analysis was carried out using the titrimetric method using standard EDTA solutions and EBT indicators. From the results of the analysis carried out, the total hardness value of drinking water is obtained (1) 24 mg/L, (2) 40 mg/L, (3) 64 mg/L, (4) 84 mg/L while in clean water are (1) 40 mg/L, (2) 64 mg/L, (3) 68 mg/L, and (4) 100 mg/L. From the results it can be conluded that drinking water and clean water still meet the standards according to RI Minister of Health Regulation No.492/Menkes/IV/2010 which states that the maximum allowed hardness in drinking water is 500 mg/L.

Keywords : Water Clean, Drinking Water, Hardness, Titrimetric

(7)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Penulisan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi syarat dalam mengikuti ujian akhir Diploma 3 Kimia di Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara.

Tugas Akhir ini ditulis berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan Praktek Lapangan Kerja (PKL) dengan judul “ANALISIS KADAR KESADAHAN TOTAL DALAM AIR MINUM DAN AIR BERSIH DENGAN METODE TITRIMETRI DI LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA”

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak menemukan kendala. Namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Kerista Sebayang, MS selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua program studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Juliati Br. Tarigan, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang banyak

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

5. Bapak/Ibu Dosen serta pegawai Program Studi Diploma III Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis dalam penulisan Tugas Akhir ini.

6. Teristimewa kepada orang tua penulis Ayahanda tercinta Erwan dan Ibunda tersayang Asniah yang telah memberikan dukungan baik semangat, doa dan tentunya material sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

7. Seluruh Pihak UPT LABORATORIUM KESEHATAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

8. Teman-teman Mahasiswa Diploma III Kimia stambuk 2016 FMIPA USU dan seluruh

(8)

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut andil dalam membantu penulis sehingga selesainya Tugas Akhir ini.

Walaupun penulis berupaya semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan yang ada pada penulis. Akhir kata penulis berharap Tugas Akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukannya khususnya bagi penulis.

Penulis,

Nuraddina Aria Purnami

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN TUGAS AKHIR i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

PENGHARGAAN iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

DAFTAR SINGKATAN xi

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3.Tujuan 2

1.4.Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air 4

2.1.1. Sumber-Sumber Air 5

2.1.2. Kegunaan Air 7

2.1.3. Kualitas Air 9

2.1.4. Golongan Air 9

2.1.5. Klasifikasi Mutu Air 10

2.1.6. Indikator Pencemaran Air 11

2.1.7. Sumber Air Bersih Dan Aman 13

2.2. Teori Kesadahan 13

2.2.1. Penyebab Kesadahan 14

2.2.2. Klasifikasi Kesadahan 15

2.2.3. Penentuan Kesadahan Air 17

2.2.4. Cara-Cara Titrasi EDTA 18

2.2.5. Menghilangkan Kesadahan 19

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat Dan Bahan 21

(10)

3.1.1. Alat 21

3.1.2. Bahan 21

3.2 Prosedur Penelitian 21

3.2.1. Indikator Eriochrome Black T( EBT) 21

3.2.2. Larutan Penyangga pH 10 ± 0,1 22

3.2.3. Pembuatan Larutan Na2EDTA 0,01 M 22

3.2.4. Kesadahan Total Pada Air Bersih 23

3.2.5. Kesadahan Total Pada Air Minum 23

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 24

4.2. Perhitungan 25

4.2.1. Kesadahan Total Pada Air Minum 25

4.2.2. Kesadahan Total Pada Air Bersih 26

4.3. Pembahasan 27

4.4. Reaksi 28

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 31

5.2 Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 33

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR LAMPIRAN JUDUL HALAMAN

1. Persyaratan Kualitas Air Minum 33

(12)

DAFTAR SINGKATAN

Ca : Kalsium

Mg : Magnesium

Sr : Strontium

Fe : Besi

Na : Natrium

Hg : Raksa

Zn : Seng

Mn : Mangan

Cr : Krom

S : Belerang

EDTA :Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid EBT :Eriochrome Black T

CaCO3 : Kalsium Karbonat

AAS :Atomic Absorption Spectrofotometric pH : Potensial Hidrogen

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakang

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Rumus kimianya adalah H2O, yang setiap molekulnya mengandung satu oksigen dan dua atom hidrogen yang dihubungkan oleh ikatan kovalen. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es.

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung zat cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer.

Air sangat penting dalam kehidupan kita, tanpa air kelangsungan hidup hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel; kandungan air bagi setiap jaringan tubuh sangat bervariasi misalnya jaringan otot sekitar 7,5%; jaringan lemak sekitar 2%; darah sekitar 90%. Air merupakan bahan pelarut didalam tubuh dan membantu dalam pelembutan makanan. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur oleh air dengan cara penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit. Kebutuhan air untuk diminum setiap hari sekitar 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan air sekitar 60 liter/hari (untuk minum, cuci dan sebagainya).

Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010 menyatakan bahwa air minum yang aman dikonsumsi harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan mikrobiologi. Persyaratan fisika yang harus dipenuhi adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, tidak keruh, tidak mengandung zat kimia beracun, kesadahannya rendah dan tidak boleh mengandung bakteri patogen seperti Escherichia coli. Berdasarkan peraturan tersebut jelas disebutkan bahwa salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam

(14)

kualitas air minum dengan parameter kimia adalah kesadahan. Kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 500 mg/L.

Air sadah adalah air yang mengandung bebrapa jenis mineral yaitu Ca, Mg, Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga menyebabkan air menjadi keruh dan dapat mengurangi daya kerja sabun serta menimbulkan kerak pada dasar periuk atau ketel. Air sadah dapat dibagi menjadi 2 yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap dimana air sadah sementara disebabkan oleh bikarbonat dan dapat dihilangkan dengan cara pemanasan, sedangkan air sadah tetap disebabkan oleh ion klorida atau sulfat yang bersenyawa dengan Ca atau Mg. Kesadahan ini tidak dapat dihilangkan dengan pemanasan. Kedua kesadahan tersebut dinamakan kesadahan total (Gabriel, 2001).

Oleh karena pentingnya kadar kesadahan didalam air, maka penulis tertarik untuk menentukan “ analisis kadar kesadahan total dalam air minum dan air bersih dengan metode titrimetri di laboratorium kesehatan daerah provinsi sumatera utara”

1.2.Permasalahan

- Berapakah kadar kesadahan total pada air minum dan air bersih yang dianalisis dengan metode titrimetri di laboratorium kesehatan daerah provinsi sumatera utara

- Apakah kadar kesadahan total pada air minum dan air bersih yang dianalisi dengan metode titrimetri di laboratorium kesehatan daerah sumatera utara sudah memenuhi standar dan layak untuk dikonsumsi

1.3. Tujuan

- Untuk menganalisis kadar kesadahan total pada air minum dan air bersih dengan metode titrimetri di laboratorium kesehatan daerah provinsi sumatera utara

(15)

- Untuk menentukan kadar kesadahan total pada air minum dan air bersih yang dianalisis dengan metode titrimetri di laboratorium kesehatan daerah provinsi sumatera utara

1.4. Manfaat

- Memberikan informasi tentang kadar kesadahan total pada air minum dan air bersih yang dianalisis dengan metode titrimetri di laboratorium kesehatan daerah provinsi sumatera utara

- Memberikan informasi apakah air minum dan air bersih yang dianalisis sudah sesuai dengan standar dan layak untuk dikonsumsi

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia dibumi ini. Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, air untuk mandi dan mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun dilaut. Kegunaan air tersebut termasuk sebagai kegunaan air secara konvensional. Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air, dalam hal ini air sangat diperlukan agar industri dan teknologi dapat berjalan dengan baik.

Air yang ada dibumi ini tidak pernah terdapat dalam keadaan murni bersih, tetapi selalu ada senyawa atau mineral (unsur) lain yang terlarut didalamnya. Hal ini tidak berarti bahwa semua air dibumi ini telah tercemar, sebagai contoh air yang diambil dari mata air pegunungan dan air hujan, keduanya dapat dianggap sebagi air yang bersih, namun senyawa atau mineral (unsur) yang terdapat didalamnya berlainan seperti tampak pada keterangan berikut ini :

Air hujan mengandung : SO4, Cl, NH3, CO2, N2,, C, O2,, debu dan air dari mata air mengandung : Na, Mg, Ca, Fe, O2

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsep titrasi ion hidrogen didalam air (Wardhana, 1995).

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan

(17)

untuk memasak, mencuci, mandi dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah.

Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadan kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana.

Volume air dalam tubuh manusia rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi terhadap masing-masing orang, danjuga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang banyak mengandung air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6% dan darah 83% (Chandra, 2007).

Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri 60 - 70% air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air, juga hara-hara dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya. Oleh karena itu, kehidupan ini tidak mungkin dapat dipertahankan tanpa air. Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus diperlihara (Achmad, 2004).

2.1.1 Sumber-Sumber Air

Menurut Gabriel, (2001) secara garis besar dapat dikatakan air bersumber dari : 1. Air laut

Air yang dijumpai didalam alam berupa air laut sebanyak 80%, sedangkan sisanya berupa air tahan/daratan. Air laut turut menentukan iklim kehidupan dibumi.

Kadar garam pada air laut sangat bervariasi dari setiap tempat. Larutan garam ini merupakan larutan elektrolit. Perbandingan molekul air dengan garam sekitar 100 berbanding 1, sedangkan perbandingan air dengan ion-ion sekitar 150 berbanding 1.

(18)

Disekitar ion mempunyai medan listrik yang tinggi dan air disekitar ion ikut pula mempunyai medan listrik yang tinggi. Akibat garam terdapat didalam air laut maka secara fisik air laut dibedakan dengan air tanah.

Banyak kation pada air laut, namun hanya kalsium dalam status jenuh pada permukaan laut dan konsentrasi kalsium ditentukan oleh kalsium karbonat. Konsentrasi barium dikedalaman air ditentukan oleh presipitasi dari barium sulfat. Hadirnya kation K, Na, Mg dan kalsium (Ca) menimbulkan pembentukan dan perubahan mineral pada dasar air laut.

Air laut mendapat pencemaran dari 3 tempat, yaitu dari darat, udara dan laut.

Dari darat hampir 90% bahan pencemar berasal dari darat, melalui sungai, air rembesan yang belum tersaring dengan baik, melalui pipa WC, dari udara bahan pencemar dibuang dari pesawat terbang, dari laut bahan pencemar dibuang dari kapal laut dan perahu nelayan.

2. Air hujan

Pada musim panas matahari memanasi permukaan bumi; seperti sungai, danau, air laut sehingga terjadi evaporasi (penguapan), tumbuh-tumbuhan, hewan maupun manusia terjadi proses transpirasi/penguapan pula. Uap air ini akan membumbung naik keatas sampai suatu titik dimana suhu udara sekitarnya sama dengan suhu air yang menguap, selanjutnya terjadi titik kondensasi dan terbentuk awan. Pada saat ini akan terjadi proses presipitasi melalui 2 teori :

Teori Bergeron : awan yang terletak diatas dari uap air, mengandung kristal es, sedangkan uap air dalam fase dibawah titik beku disebut dalam keadaan super coated, sehingga air cendrung sublimasi langsung diatas kristal es. Kristal es tumbuh menjadi besar dan oleh karena gaya gravitasi es akan jatuh ke bumi. Namun karena suhu udara dibawah awan berada diatas titik beku es, maka kristal es akan mencair dan jatuh sebagai hujan.

(19)

Teori Collision (teori tumbukan dan penyatuan) : teori ini menjelaskan bahwa uap air itu saling bertumbukan dan kemudian terjadi penyatuan sehingga terbentuk uap air /bintik-bintik yang lebih besar dan arena pengaruh gaya gravitasi, butir-butir itu akan jatuh sebagai hujan.

3. Air tanah

Air tanah disebut juga air tawar oleh karena tidak terasa asin. Berdasarkan lokasi air maka air tanah dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :

a. Air permukaan tanah

Air permukaan tanah adalah air hujan yang mengalir dipermukaan bumi dan yang termasuk air permukaan tanah adalah sungai, rawa-rawa, danau, dan waduk (buatan). Kesemuanya itu sangat tergantung curah hujan. Apabila curah hujan lebat, air sungai dan danau akan pasang. Air permukaan tanah ini sering dicemari oleh sampah keluarga, kotoran hewan, limbah industri sehingga dalam mengkonsumsi air ini perlu ekstra hati-hati.

b. Air jauh dari permukaan tanah/air tertekan

Air tertekan adalah air yang tersimpan didalam lapisan tanah dan yang termasuk air tanah adalah sumur galian dan sumur bor.

2.1.2 Kegunaan Air

Sepanjang sejarah, kuantitas dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan hidupnya. Kuantitas air berhubungan dengan adanya bahan bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi kimia air.

Seluruh peradaban manusia dan makhluk hidup lainnya dapat lenyap karena kurangnya air yang disebabkan berbagai faktor terutama akibat dari perubahan iklim.

(20)

Kualitas air yang buruk yang disebabkan adanya berbagai jenis bakteri patogen dan kandungan bahan-bahan kimia berbahaya dapat membunuh berjuta manusia terutama dinegara-negara sedang berkembang.

Air permukaan terdapat dalam danau, sungai dan sumber - sumber air lainnya, sedangkan air tanah (ground water), terdapat didalam tanah. Air tanah dapat melarutkan mineral-mineral bahan induk dari tanah yang dilewatinya. Sebagian besar mikroorganisme yang semula ada dalam air tanah berangsur-angsur disaring sewaktu itu meresap dalam tanah.

Terdapat perbedaan yang cukup besar antara air tanah dengan air permukaan.

Hal ini disebabkan oleh kandungan berbagai zat, baik yang terlarut maupun yang tersuspensi dalam perjalanan menuju kelaut. Air permukaan yang terkumpul dalam danau atau waduk mengandung nutrisi penting untuk pertumbuhan ganggang. Air permukaan yang mengandung bahan organik mudah terurai dalam konsentrasi tinggi secara normal akan mengandung bakteri dalam jumlah tinggi pula yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas air permukaan.

Air yang digunakan oleh manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Pada daerah kering sebagian kebutuhan airnya berasal dari lautan, suatu sumber yang akan menjadi penting setelah persediaan air tawar dunia relatif berkurang dibandingkan kebutuhan. Meningkatnya kebutuhan air ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah penduduk dunia yang makin bertambah juga sebagai akibat dari peningkatan taraf hidupnya yang diikuti oleh peningkatan kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga, industri, rekreasi dan pertanian (Achmad, 2004).

2.1.3 Kualitas Air

Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang

(21)

harus dipenuhi telah ditentukan oleh standar, baik standar internasional, standar nasional, maupun standar perusahaan.

Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu pengujian fisika, kimia, dan mikrobiologi. Pengujian fisika untuk mengetahui rasa dan bau dari air yang diuji. Pengujian kimia, untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam air, sedangkan pengujian mikrobiologi, untuk mengetahui kandungan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam air. Air yang mengandung bakteri dan mikroorganisme tidak dapat langsung diminum, akan tetapi harus direbus terlebih dahulu (Sunu, 2001).

2.1.4 Golongan Air

Kualitas air diatur oleh pemerintah dalam beberapa peraturan, yakni Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 Tahun 1990 pengendalian pencemaran air, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 416/MENKES/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, serta Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 907/Menkes/Sk/VII/2002 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air minum.

Menurut Effendi, (2003) dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 20 Tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagi berikut:

1. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

3. Golongan C : Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan

(22)

4. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Menurut definisi di atas, bila suatu sumber air yang termasuk dalam golongan B (Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami pencemaran yang berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi dimanfaatkan untuk air baku air minum, maka kualitas sumber air tersebut telah tercemar.

2.1.5 Klasifikasi Mutu Air

Menurut Sianturi, (2018) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas, yakni kelas satu, dua, tiga, dan empat.

a. Kelas Satu

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku, air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut b. Kelas Dua

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pasaran/sarana reaksi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c. Kelas Tiga

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

(23)

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.1.6 Indikator Pencemaran Air

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati melalui :

a. Perubahan Suhu Air

Kegiatan industri sering kali suatu proses disertai dengan timbulnya panas reaksi atau panas dari suatu gerakan mesin. Agar proses industri dan mesin-mesin yang menunjang kegiatan tersebut dapat berjalan baik maka panas yang terjadi harus dihilangkan. Penghilangan panas dilakukan dengan proses pendinginan yang akan mengambil panas yang terjadi. Air yang menjadi panas tersebut kemudian dibuang ke lingkungan. Apabila air yang panas tersebut dibuang ke sungai maka air sungai akan menjadi panas. Air yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Setiap kehidupan memerlukan oksigen untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara yang secara lambat terdifusi kedalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.

b. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5-7,5. Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya pH air atau besarnya konsentrasi ion hidrogen di dalam air. Air yang mempunyai pH yang lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH lebih besar dari normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang dibuang kesungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu kehidupan organisme di dalam air.

(24)

c. Perubahan Warna, Bau dan Rasa Air

Bahan buangan dan air limbah dari kegiatan industri yang berupa bahan anorganik dan bahan organik sering kali dapat larut didalam air. Apabila bahan buangan dan air limbah industri dapat larut dalam air maka akan terjadi perubahan warna air. Air dalam keadaan normal dan bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening dan jernih. Selain itu degradasi bahan buangan industri dapat pula menyebabkan terjadinya perubahan warna air. Tingkat pencemaran air tidak mutlak harus tergantung pada warna air, karna bahan buangan industri yang memberikan warna belum tentu lebih berbahaya dari bahan buangan industri yang tidak memberikan warna. Seringkali zat-zat yang beracun justru terdapat didalam bahan buangan industri yang tidak mengakibatkan perubahan warna pada air sehingga air tampak jernih.

Bau yang keluar dari dalam air dapat langsung berasal dari bahan buangan atau air limbah dari kegiatan industri, atau dapat pula berasal dari hasil degradasi bahan buangan oleh mikroba yang hidup di dalam air. Bahan buangan industri yang bersifat organik atau bahan buangan dari air limbah bahan kegiatan industri pengolahan bahan makanan sering kali menimbulkan bau yang sangat menyengat hidung. Mikroba di dalam air akan mengubah bahan buangan organik, terutama gugus protein, secara degradasi menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau.

Timbulnya bau pada air lingkungan secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Air normal yang digunakan untuk suatu kehidupan pada umumnya tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut) maka hal itu berarti telah terjadi pelarutan sejenis garam-garaman. Air yang mempunyai rasa biasanya berasal dari garam-garam yang terlarut. Bila hal ini terjadi maka berarti juga telah ada pelarutan ion- ion logam yang dapat mengubah konsentrasi ion hidrogen dalam air. Adanya rasa pada air pada umumnya di ikuti pula dengan perubahan pH air (Wardhana, 1995).

(25)

2.1.7 Sumber Air Bersih Dan Aman

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut, antara lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun c. Tidak berasa dan tidak berbau

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga e. Memenuhi standard minimal yang ditentukan WHO dan departemen kesehatan

RI

Air dinyatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan kimia yang berbahaya dan sampah atau limbah industri (Chandra, 2007).

2.2 Teori Kesadahan

Air sadah (Hard Water) adalah air yang memiliki kandungan kalsium (Ca) dan atau magnesium (Mg) yang tinggi. Air jenis ini tidak berbahaya untuk dikonsumsi bahkan memiliki keuntungan tersendiri. Akan tetapi, jika digunakan untuk mencuci, air jenis ini memerlukan sabun/deterjen yang lebih banyak dari yang seharusnya. Hal ini karena, sebelum digunakan untuk membersihkan kotoran, sabun/deterjen bereaksi dengan ion kalsium (Ca2+) dan atau ion magnesium (Mg2+) terlebih dahulu. Selain menyebabkan pemborosan sabun/deterjen, air sadah juga menyebabkan pembentukan kerak Ca/Mg pada peralatan memasak dan pipa air. Air sadah sangat dihindari di dunia industri karena dapat menyebabkan kerusakan pada pipa-pipa pengangkut air (Sianturi, 2018).

Kesadahan adalah gambaran kation logam divalent (valensi dua). Kation-kation ini dapat bereaksi dengan sabun (soap) membentuk endapan (presipitasi) maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk endapan atau karat pada peralatan logam. Pada perairan tawar, kation divalen yang paling berlimpah adalah

(26)

kalsium dan magnesium, sehingga kesadahan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah kalsium dan magnesium. Kalsium dan magnesium berikatan dengan anion penyusun alkalinitas, yaitu bikarbonat dan karbonat. Keberadaan kation yang lain, misalnya strontium, besi valensi dua (kation fero) dan mangan juga memberikan konstribusi bagi nilai kesadahan total, meskipun perannya relatif kecil. Alumunium dan besi valensi tiga (kation ferri) sebenarnya juga memberikan konstribusi terhadap nilai kesadahan. Namun demikian mengingat sifat kelarutannya yang relatif rendah pada pH netral maka peran kedua kation ini sering kali diabaikan. Kesadahan dan alkalinitas dinyatakan dengan satuan yang sama, yaitu mg/liter Ca (Efendi, 2003).

Sifat kesadahan sering kali ditemukan pada air yang menjadi sumber baku air bersih yang berasal dari air tanah atau daerah yang tanahnya mengandung deposit garam mineral dan kapur. Air semacam ini memerlukan penanganan khusus sehingga biaya purufikasi tentunya menjadi tinggi.

Kesadahan pada air ini dapat terjadi karena air mengandung:

1. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan bikarbonat

2. Persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat dan klorida 3. Garam-garam besi, zink dan silica

Kesadahan pada air ini dapat berlangsung sementara (temporary) maupun menetap (permanent). Kesadahan air yang bersifat sementara disebabkan oleh adanya persenyawaan dari kalsium dan magnesium dangan bikarbonat, sedangakan yang bersifat permanen terjadi bila terdapat persenyawaan dari kalsium dan magnesium dengan sulfat, nitrat, dan klorida. Kedua kesadahan tersebut dinamakan kesadahan total (Chandra, 2007).

2.2.1 Penyebab Kesadahan

Kesadahan disebabkan kation logam divalent. Dengan kata lain kemampuan ion untuk bereaksi dengan sabun untuk menimbulkan endapan dan tentunya dengan

(27)

kehadiran anion dalam air untuk membentuk kerak. Dalam prinsipnya kesadahan disebabkan kation antara lain, Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+.

Kesadahan air juga disebabkan kontak dengan tanah dan formasi bebatuan. Air hujan sebenarnya tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan ion-ion penyusun kesadahan yang banyak terikat di dalam tanah dan batuan kapur, meskipun memiliki kadar karbon dioksida yang relatif tinggi. Larutnya ion-ion yang dapat meningkatkan nilai kesadahan tersebut lebih banyak disebabkan oleh aktivitas bakteri didalam tanah, yang banyak mengeluarkan karbon dioksida.

Keberadaan karbon dioksida membentuk kesetimbangan dengan asam karbonat.

Pada kondisi yang relatif asam, senyawa-senyawa karbonat yang terdapat di dalam tanah dan batuan kapur yang sebelumnya tidak larut berubah menjadi senyawa bikarbonat yang bersifat larut. Batuan kapur pada dasarnya tidak hanya mengandung karbonat, tetapi juga mengandung sulfat, klorida dan silikat. Ion-ion ini juga ikut terlarut dalam air (Pratama, 2017).

2.2.2 Klasifikasi Kesadahan

Kesadahan diklasifikasikan berdasarkan dua cara, yaitu berdasarkan ion logam (metal) dan berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam. Berdasarkan ion logam (metal), kesadahan dibedakan menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium. Berdasarkan anion yang berasosiasi dengan ion logam, kesadahan dibedakan menjadi kesadahan karbonat dan kesadahan non-karbonat.

1. Kesadahan Kalsium dan Magnesium

Kesadahan perairan dikelompokkan menjadi kesadahan kalsium dan kesadahan magnesium karena pada perairan alami kesadahan lebih banyak disebabkan oleh kation kalsium dan magnesium. Kesadahan kalsium dan magnesium sering kali perlu diketahui untuk menentukan jumlah kapur dan soda abu yang dibutuhkan dalam proses pelunakan

(28)

air. Pada penentuan nilai kesadahan (baik kesadahan total, kesadahan kalsium, maupun kesadahan magnesium), keberadaan besi dan mangan dianggap sebagai pengganggu karena dapat bereaksi dengan pereaksi yang digunakan. Oleh karena itu, kesadahan kalsium menjadi lebih besar dari pada kadar ion kalsium. Demikian pula halnya, jika kesadahan magnesium lebih besar dari pada kadar ion magnesium.

2.Kesadahan karbonat dan Non- Karbonat

Pada kesadahan karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan ion CO32- dan HCO3-. Pada kesadahan non-karbonat, kalsium dan magnesium berasosiasi dengan ion SO42-, Cl-, dan NO3-. Kesadahan karbonat sangat sensitif terhadap panas dan mengendap dengan mudah pada suhu tinggi.

Ca(HCO3)2

→ CaCO3 + CO2 + H2O Mengendap

Mg(HCO3)2 → Mg(OH)2 + 2CO2 Mengendap

Oleh karena itu, kesadahan karbonat disebut juga kesadahan sementara.

Kesadahan non-karbonat disebut kesadahan permanen karena kalsium dan magnesium yang berikatan dengan sulfat dan klorida tidak mengendap dan nilai kesadahan tidak berubah meskipun pada suhu yang tinggi.

Kesadahan karbonat dapat diketahui dengan persamaan di bawah ini, sedangkan kesadahan non- karbonat dapat ditentukan juga dengan persamaan:

Apabila alkalinitas total ˂ kesadahan total Maka kesadahan karbonat = alkalinitas total.

Apabila alkalinitas total ≥ kesadahan total

(29)

Maka kesadahan karbonat = kesadahan total

Kesadahan non-karbonat = kesadahan total - kesadahan karbonat.

Jika alkalinitas total melebihi kesadahan total maka sebagian dari anion penyusun alkalinitas (bikarbonat dan karbonat) berasosiasi dengan kation valensi satu (monovalen), misalnya kalsium (K+) dan sodium (Na+), yang tidak terdeteksi pada penentuan kesadahan. Di perairan yang banyak mengandung kalium dan sodium, nilai alkalinitas total dapat mencapai 6.000 mg/liter CaCO3, akan tetapi tidak ditemukan nilai kesadahan.

Sebaliknya, jika kesadahan total melebihi alkalinitas total maka sebagian dari kation penyusun kesadahan (kalsium dan magnesium) berikatan dengan sulfat (SO42-), klorida (Cl-), silikat (SiO32-), atau nitrat (NO32-), yang tidak terdeteksi pada penentuan alkalinitas. Oleh karena itu, hubungan antara nilai kesadahan dan alkalinitas tidak selalu positif; atau semakin besar nilai kesadahan tidak selalu disertai dengan semakin tingginya alkalinitas dan sebaliknya (Effendi, 2003).

2.2.3 Penentuan Kesadahan Air

Kesadahan pada awalnya ditentukan dengan titrasi menggunakan sabun standar yang dapat bereaksi dengan ion penyusun kesadahan. Dalam perkembangannya, kesadahan ditentukan dengan titrasi dengan menggunakan EDTA (ethylene diamine tetra acetic acid), atau senyawa lain yang dapat bereaksi dengan kalsium dan magnesium, dan dengan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan juga dapat ditentukan dengan menjumlahkan ion Ca2+ dan Mg2+

yang dianalisa secara terpisah misalnya dengan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry) (Santika, 1987).

Pada penetuan kesadahan air, diperlukan sedikit motivasi dari cara titrasi langsung Mg-Ca murni, karena dalam air sering dijumpai sedikit pengotoran oleh ion

(30)

besi dan logam-logam lain, dan bila digunakan Eriochrome Black T sebagai indikator akan terjadi blocking indikator oleh ion besi. Maka ditambahkanlah buffer pH 10 dalam titrasi ini dapat menyingkirkan besi sebagai endapan.

Titrasi kompleksometri meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks atau dengan membentuk molekul netral yang terisosiasi dalam larutan. Kalsium dapat ditetapkan dengan adanya Mg (magnesium) dengan menggunakan EDTA sebagai titran karena tetapan kestabilan untuk kompleks EDTA kira-kira 1x1011, dan untuk Mg-EDTA kira-kira 1x105, jadi magnesium tidak mengganggu reagensia.

Eriochrome Black T (EBT) adalah jenis indikator yang berwarna merah muda dan apabila berada dalam larutan yang mengandung ion kalsium dan magnesium pada pH 10.

2.2.4 Cara-cara Titrasi EDTA 1. Cara tirasi langsung

Cara ini terbatas pada kation yang bereaksi cepat dengan EDTA. Contoh cara ini adalah penentuan kesadahan air.

2. Cara titrasi kembali

Cara ini digunakan untuk kation yang bereaksi dengan EDTA atau apabila terdapat indikator yang cocok. Dalam cara ini analat yang diberi larutan baku EDTA berlebih lalu kelebihan itu ditentukan dengan menitrasinya dengan larutan baku suatu kation yang cocok, misalnya larutan baku untuk titrasi kembali itu larutan Mg2+ dengan indikator Eriochrome Black T (EBT).

3. Cara tidak langsung

Cara tidak langsung digunakan pada penentuan sulfat dengan menambahkan larutan baku barium berlebih dan menitrasi kelebihan tersebut dengan EDTA.

(31)

4. Cara pergeseran

Cara ini baik untuk kation yang membentuk khelat-EDTA yang lebih kuat dari Mg-EDTA atau Zn-EDTA.

5. Titrasi alkalimetri

Dalam metode ini ditambahkan larutan Na2H2Y berlebih kepada larutan analat yang bereaksi netral. Ion hidrogen yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku basa (Banurea, 2008).

2.2.5 Menghilangkan Kesadahan

Kesadahan pada air dapat dihilangkan. Metode yang dapat digunakan untuk menghilangkan kesadahan tersebut, antara lain:

1. Pendidihan

Jika air dididihkan, hanya kesadahan sementara yang dapat dihilangkan.

Bikarbonat dipecah menjadi karbonat, air dan karbondioksida Ca(HCO3)2  CaCO3↓ + H2O + CO2

Kalsium Kalsium Air Karbon

bikarbonat karbonat dioksida

2. Penambahan kapur (Metode Clark)

Kapur mati (kalsium hidroksida) juga hanya memisahkan kesadahan sementara.

Kapur harus ditambahkan pada jumlah yang telah diperhitungkan sehingga kapur tersebut hanya cukup menetralkan bikarbonat. Terbentuk kalsium karbonat yang tidak larut.

(32)

Ca(HCO3)2 + Ca(OH)2  2CaCO3↓ + 2H2O

Kalsium Kalsium Kalsium Air

bikarbonat hidroksida karbonat

(air sadah) (kapur mati) (tidak larut)

3. Penambahan soda pencuci

Metoda ini menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Soda pencuci (natrium karbonat) bereaksi dengan garam kalsium dan magnesium dalam air sadah membentuk garam natrium yang larut dan garam kalsium dan magnesium yang tidak larut, yang tertinggal sebagai endapan.

CaSO4 + Na2CO3  CaCO3↓ + Na2SO4

Kalsium Natrium Kalsium Sodium

sulfat karbonat karbonat sulfat

(air sadah) (soda pencuci) (tidak larut) (larut)

4. Proses pertukaran Ion

Metoda ini digunakan dalam rumah tangga dan industri untuk menghilangkan kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Proses ini meliputi penggunaan resin alami dan resin buatan seperti permutit dan zeolit. Air sadah dilewatkan melalui kolom yang diisi resin dan ion-ion kalsium dan magnesium dalam air ditukar dengan ion natrium dalam resin (Banurea, 2008).

(33)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

 Buret 50 mL Witeg

 Statif dan klem

 Erlenmeyer 250 mL Pyrex

 Spatula

 Pipet volume 10 mL Sibata

 Bola karet D&N

 Gelas ukur 100 mL Pyrex

3.1.2 Bahan

 Air bersih

 Air minum

 Air suling

 Larutan penyangga pH 10 ± 0,1 (NH4Cl dan NH40H pekat)

 Indikator EBT (Eriochrome Black T)

 Larutan standar EDTA 0.01 M

3.2 Prosedur Penelitian

3.2.1 Indikator Eriochrome Black T (EBT)

 Ditimbang 200 mg EBT dan 100 g Kristal NaCl, kemudian dicampur

 Digerus campuran tersebut hingga mempunyai ukuran 40 mesh sampai dengan 50 mesh

(34)

 Disimpan dalam botol yang tertutup rapat 3.2.2. Larutan penyangga pH 10 ± 0,1

a) CARA I

 Dilarutkan ammonium klorida (NH4Cl) sebanyak 16,9 g dalam 143 mL ammonium hidroksida (NH4OH) pekat

 Ditambahkan 1,25 g magnesium etilen diamin tetra asetat (Mg-EDTA)

 Diencerkan dengan air suling hingga volumenya menjadi 250 mL

b) CARA II

 Dilarutkan Na2EDTA dihidrat sebanyak 1,179 g dan magnesium sulfat penta hidrat (MgSO4.7H2O) 780 mg atau magnesium klorida heksa hidrat

(MgCl2.6H2O) 644 mg dalam 50 mL air suling

 Ditambahkan larutan tersebut kedalam 16,9 g NH4Cl dan 143 mL NH4OH pekat, sambil dilakukan pengadukan

 Diencerkan dengan air suling hingga volume menjadi 250,0 mL

3.2.3 Pembuatan Larutan EDTA 0,01 M

 Ditimbang EDTA dihidrat sebanyak 3,723 g

 Dilarutkan dengan air suling dalam labu ukur 1000 mL

 Ditetapkan sampai tanda tera

3.2.4 Kesadahan Total Pada Air Bersih

 Diambil 25 mL contoh uji air bersih secara duplo, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, diencerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.

 Ditambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1.

 Ditambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT.

 Dititrasi dengan larutan baku EDTA 0,01 M secara perlahan sampai terjadi

(35)

perubahan warna merah keunguan menjadi biru.

 Dicatat volume larutan baku EDTA yang digunakan.

3.2.5 Kesadahan Total Pada Air Minum

 Diambil 25 mL contoh uji air minum secara duplo, dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL, diencerkan dengan air suling sampai volume 50 mL.

 Ditambahkan 1 mL sampai dengan 2 mL larutan penyangga pH 10 ± 0,1.

 Ditambahkan seujung spatula 30 mg sampai dengan 50 mg indikator EBT.

 Dititrasi dengan larutan baku EDTA 0,01 M secara perlahan sampai terjadi perubahan warna merah keunguan menjadi biru.

 Dicatat volume larutan baku EDTA yang digunakan.

(36)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

No Sampel Volume Sampel

(mL)

Molaritas EDTA (M) Volume Titrasi (mL)

1 Air Minum (1) 50 0,01 0,6

2 Air Minum (2) 50 0,01 1,0

3 Air Minum (3) 50 0,01 1,6

4 Air Minum (4) 50 0,01 2,1

5 Air Bersih (1) 50 0,01 1,0

6 Air Bersih (2) 50 0,01 1,6

7 Air Bersih (3) 50 0,01 1,7

8 Air Bersih (4) 50 0,01 2,5

(37)

4.2 Perhitungan

4.2.1 Kesadahan Total Pada Air Minum

CaCO3 mg/L =

x VEDTA x MEDTA x 100

Keterangan :

VC.u. = Volume larutan contoh uji (mL)

VEDTA = Volume rata-rata larutan baku EDTA untuk titrasi kesadahan total (mL) MEDTA = Molaritas larutan baku EDTA untuk titrasi (mmol/mL)

Air minum (1) = x 0,6x 0,01 x 100 = 24 mg/L

Air minum (2) = x 1,0 x 0,01 x 100 = 40 mg/L

Air minum (3) = x 1,6x 0,01 x 100 = 64 mg/L

Air minum (4) = x 2,1x 0,01 x 100 = 84 mg/L

(38)

4.2.2 Kesadahan Total Pada Air Bersih

CaCO3 mg/L =

x VEDTA x MEDTA x 100

Keterangan :

VC.u. = Volume larutan contoh uji (mL)

VEDTA = Volume rata-rata larutan baku EDTA untuk titrasi kesadahan total (mL) MEDTA = Molaritas larutan baku EDTA untuk titrasi (mmol/mL)

Air bersih (1) = x 1,0x 0,01 x 100 = 40 mg/L

Air bersih (2) = x 1,6x 0,01 x 100 = 64 mg/L

Air bersih (3) = x 1,7x 0,01 x 100 = 68 mg/L

Air bersih (4) = x 2,5x 0,01 x 100 = 100 mg/L

(39)

4.3 Pembahasan

Garam dinatrium etilen diamin tetra asetat (EDTA) akan bereaksi dengan kation logam tertentu membentuk senyawa kompleks kelat yang larut. Pada Ph 10 ± 0,1, ion- ion kalsium dan magnesium dalam contoh uji akan bereaksi dengan indikator Eriochrome Black T (EBT), dan membentuk larutan berwarna merah keunguan. Jika EDTA ditambahkan sebagai titran, maka ion-ion kalsium dan magnesium akan membentuk senyawa kompleks, molekul indikator terlepas kembali, dan pada titik akhir titrasi larutan akan berubah warna dari merah keunguan menjadi biru, dari cara ini akan didapat kesadahan total (Ca + Mg).

Dari hasil analisa yang dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan di Lboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara didapat kan hasil sebagai berikut :

1. Pada air minum (1) kadar kesadahan adalah sebesar 24mg/l 2. Pada air minum (2) kadar kesadahan adalah sebesar40 mg/l 3. Pada air minum (3) kadar kesadahan adalah sebesar 64mg/l 4. Pada air minum (4) kadar kesadahan adalah sebesar 84mg/l 5. Pada air bersih (1) kadar kesadahan adalah sebesar 40mg/l 6. Pada air bersih (2) kadar kesadahan adalah sebesar 64mg/l 7. Pada air bersih (3) kadar kesadahan adalah sebesar 68 mg/l 8. Pada air bersih (4) kadar kesadahan adalah sebesar 100 mg/l

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa air minum yang dianalisa masih memenuhi standar yakin sekitar 24 mg/L-84 mg/L sedangkan untuk air bersih sekitar 40 mg/L-100 mg/L. Dimana menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010 menyatakan bahwa kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 500 mg/L.

Air sadah mengakibatkan konsumsi sabun lebih tinggi, karena adanya hubungan kimiawi antara ion kesadahan dengan molekul sabun menyebabkan sifat detergen sabun hilang. Kelebihan ion Ca2+ serta ion CO32- (salah satu ion alkalinity) mengakibatkan

(40)

terbentuknya kerak pada dinding pipa yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat CaCO3 (Santika, 1987).

Menurut Sutrisno, (1996) pengaruh langsung terhadap kesehatan akibat penyimpangan dari standar ini tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif lagi.

4.4 Reaksi

OH

NO2

N = N

OH

+ Ca 2+

Ca 2+ + Ind EBT Ca Ind + 2H+

-O3S

-O3S N= N

O - Ca - O

NO2

+ 2 H+

Merah Jambu

(41)

OH

NO2

N = N

OH

+ Mg 2+

Mg 2+ + Ind EBT Mg Ind + 2H+

-O3S

-O3S N= N

O - Mg - O

NO2

+ 2 H+

Merah Jambu

Ca Ind + EDTA Ca EDTA + Ind

-O3S N = N

O - Ca - O

NO2

+ N - CH2 - CH2 - N

CH2COOH

CH2COOH HOOCCH2

HOOCCH2

(42)

N - CH2 - CH2 - N

CH2COO-

CH2COOH

-OOCCH2

HOOCCH2

Ca

N = N

NO2

-O3S +

OH OH

+ 2 H+

Biru

Mg Ind + EDTA Mg EDTA + Ind

N = N O - Mg - O

NO2

-O3S

+ N - CH2 - CH2 - N

CH2COOH

CH2COOH HOOCCH2

HOOCCH2

N - CH2 - CH2 - N

CH2COO-

CH2COOH

-OOCCH2

HOOCCH2

Mg

+ N = N

NO2 O3S

OH OH

+ 2 H+

Biru

(43)

BAB 5 KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

1. Hasil analisis kesadahan total yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara diperoleh kadar kesadahan total untuk air minum yakni sekitar 24 mg/L-84 mg/L sedangkan untuk air bersih sekitar 40 mg/L-100 mg/L.

2. Kadar kesadahan total air minum dan air bersih masih memenuhi standar Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/IV/2010 yang menyatakan bahwa kadar kesadahan maksimum yang diperbolehkan dalam air minum adalah 500 mg/L.

Dengan demikian air minum dan air bersih yang dianalisis layak untuk dikonsumsi.

5.2 Saran

Sebaiknya kadar kesadahan pada air minum dan air bersih dihilangkan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi atau digunakan dengan cara pemanasan. Kadar kesadahan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerak pada pipa dan kurangnya keefektifan pada deterge

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad R, 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI

Banurea I, 2008. Penentuan Kadar Kesadahan Total Dalam Air Baku Dan Air Bersih Dengan Titrasi Kompleksometri Di PT Inalum Kuala Tanjung. Kuala Tanjung, Sumatera Utara. [Karya Ilmiah]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Diploma

Chandra B, 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC Effendi H, 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius

Gabriel JF,2001. Fisika Lingkungan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Hipokrates.

Pratama D, 2017. Analisa Kesadahan Dari Air Baku Dan Air Reservoir Sungai Belawan Dengan Metode Titrimetri Menggunakan Digital Titrator Di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal. [Karya Ilmiah]. Sunggal, Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Diploma

Santika SS,1987. Metodologi Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional.

Sianturi AH, 2018. Analisa Kesadahan Total Dan Alkalinitas Pada Air Bersih Sumur Bor Dengan Metode Titrimetri Di PT Sucofindo Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Medan, Sumatera Utara. [Tugas Akhir]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Diploma

Sunu P, 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

Sutrisno CT, 1996. Teknologi Penyediaan Air Bersih Cetakan Ketiga. Jakarta: Rineka Cipta

Wardhana WA, 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI

(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

8/PUU-VI/2008 terlihat bahwa MK melakukan penafsiran sistematis melalui (i) konstitusionalitas Pasal 58 huruf o UU Pemda yang mengatur masa jabatan kepala daerah atau wakil

[r]

Universitas Negeri

[r]

Dalam novel “Mawar Jepang” karya Rei Kimura men ggambarkan tokoh Sayuri Miyamoto yang melanggar kodrat dan aturan yang berlaku pada saat itu dimana perempuan

Gangguan yang pernah dialami setelah melahirkan berupa mules- mules, nyeri perut, nyeri jalan lahir, takut, cemas dan perut berkerut dan gangguan pada saat

Analisis klorida pada air minum dan air bersih dengan metode argentometri bermanfaat untuk menambah wawasan kepada penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis klorida

Persepsi keluarga pasien terhadap kegiatan bimbingan kerohanian yang dilakukan rohaniawan berkisar pada apakah rohaniawan Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang mampu