• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN TRANSFORMASI PARIWISATA HALAL DI KALIMANTAN TIMUR: STUDI ANALISIS FATWA PARIWISATA SYARIAH DAN UU JAMINAN PRODUK HALAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN TRANSFORMASI PARIWISATA HALAL DI KALIMANTAN TIMUR: STUDI ANALISIS FATWA PARIWISATA SYARIAH DAN UU JAMINAN PRODUK HALAL"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN

TRANSFORMASI PARIWISATA HALAL DI KALIMANTAN TIMUR: STUDI ANALISIS FATWA PARIWISATA SYARIAH DAN

UU JAMINAN PRODUK HALAL

TIM PENELITI:

DR. H. AKHMAD HARIES, S.AG, M.S.I HERVINA, S.H.I., M.AG

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT (LP2M) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SAMARINDA

2021

KLUSTER PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Transformasi Wisata Halal di Kalimantan Timur: Studi Analisis Fatwa Pariwisata Syariah dan UU Jaminan Produk Halal

Bidang Ilmu : Agama Islam/Hukum/Syariah/Hukum Islam/Hukum Ekonomi Syariah

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Dr. H. Akhmad Haries, S.Ag., M.S.I

b. NIP : 197505122000031003

c. Fakultas/Jurusan : Syariah/ Muamalah

d. Alamat Institusi : Jln. H.A.M. Rifaddin Loa Janan Ilir Samarinda e. HP/Email : 081349613907/akhmadharies12@gmail.com f. Biaya yang diusulkan : Rp. 15.000.000

Samarinda, 11 Oktober 2021 Mengetahui,

Direktur LP2M, Ketua Peneliti,

(Al Fitri, M.Ag, LLM, Ph.D) (Dr. H. Akhmad Haries, S.Ag., M.S.I)

Wakil Rektor I

(Dr. Muhammad Nasir, M.Ag)

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 11

C. Rumusan Masalah ... 12

D. Tinjauan Pustaka/Kajian (Penelitian) Terdahulu ... 12

E. Kontribusi Penelitian ... 15

F. Konsep dan Teori yang Relevan ... 16

G. Rencana Pembahasan ... 22

BAB II LANDASAN TEORI...23

A. Transformasi Pariwisata Halal ... 23

B. Konsep dan prinsip wisata halal ... 31

C. Fatwa DSN-MUI tentang pedoman Pariwisata halal ... 37

D. Undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal ... 44

E. Peluang dan Tantangan Wisata Halal di Indonesia ... 46

F. Pariwisata Syariah dan Konvensional ... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...55

A. Metode Penelitian dan Teknik Penggalian Data ... 55

B. Teknik Pengumpulan Data ... 56

C. Teknik Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...59

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 59

B. Hasil Penelitian ... 64

C. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP ...80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran-Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ...82

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri halal (Halal Industry) menjadi trend di zaman era milenial ini.

Banyak industri yang mulai mengembangkan produk atau pun layanan yang berlandaskan prinsip Islam, atau lebih dikenal dengan produk ―halal‖. Yang mana jika dilihat dari istilah ―halal‖ tentu tidak dapat dipisahkan dari agama Islam. Karena agama Islam memerintahkan umatnya untuk selalu melakukan hal yang halal, dan juga mengkonsumsi yang halal.1

Produk Halal menjadi hal yang diwajibkan sejak ditetapkannya Undang-undang Jaminan Produk Halal di Indonesia yaitu pada tanggal 17 Oktober 2019. 2 Walaupun Undang-undang tersebut sejatinya telah disetujui sejak 2014. Banyak hal yang mesti dilakukan untuk menerapkan Undang-undang tersebut. Selain dari masih minimnya kesadaran, kurangnya fasilitas yang dapat memudahkan percepatan penerapan

―sertifikasi halal‖ di Indonesia juga menjadi salah satu penghambatan penerapan Undang-undang JPH.

Indonesia yang memiliki penduduk sebanyak 87.2 % muslim, sangat berpotensi mengembangkan industri halal dari berbagai aspek. 3 Sebagaimana data pada World Population Review, total populasi di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat, sehingga permintaan terhadap produk halal pun akan meningkat pula. Perkiraan permintaan produk halal di Indonesia bahkan mencapai US 218,8 Miliar pada tahun 2017 berdasarkan laporan keuangan Republik Indonesia tahun 2019.4

1 Hussein Elasrag, Halal Industry: Key Challenges and Opportunities (Hussein Elasrag, 2016).

2 Mohani Abdul et al., ―Indonesian Small Medium Enterprises (SMEs) and Perceptions on Halal Food Certification,‖ African Journal of Business Management 7, no. 16 (2013): 1492–1500.

3 ―Badan Pusat Statistik,‖ accessed May 10, 2021,

https://kaltim.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/851/sensus-penduduk-2020-mencatat-jumlah- penduduk-kalimantan-timur-sebanyak-3-77-juta-jiwa.html.

4 Muhammad Anwar Fathoni, ―Potret Industri Halal Indonesia: Peluang dan Tantangan,‖

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam 6, no. 3 (October 23, 2020): 428, https://doi.org/10.29040/jiei.v6i3.1146.

(5)

2

Ketua Harian Halal Institute, SJ Arifin menuturkan, pelaksanaan jaminan produk halal pasti akan berjalan bertahap, tidak sekaligus, dan tidak akan menjadi ancaman buat siapapun. Ia menilai tujuan dari kebijakan ini guna memudahkan umat Islam Indonesia menjalankan perintah agamanya yang dijamin oleh konstitusi. ―Selain itu juga untuk meningkatkan standar hidup manusia Indonesia, karena pada dasarnya produk halal pasti merupakan produk sehat yang diproduksi dari bahan-bahan dan melalui proses yang baik, bersih, sehat, dan teliti,‖5

Indonesia menjadi salah satu negara yang giat mempromosikan dirinya sebagai pusat halal dunia dan pelopor globalisasi sertifikasi halal.6 Hal ini didukung dengan peran Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Kementerian Agama sebagai penyelenggara, serta bekerjasama dengan Lembaga Pemeriksa Halal yang termasuk juga LPPOM-MUI, serta stakeholder yang lain yang berperan aktif mengembangkan industri halal.7 Namun mensukseskan pengembangan industri halal sebagai produsen, Indonesia masih butuh banyak belajar dan mengkaji potensi yang dapat dikembangkan, termasuk di dalamnya industri wisata halal.

Sejak tahun 2017, Indonesia merupakan konsumen produk halal terbesar di dunia, yaitu sebesar 2.1 triliun dolar AS. Sehingga Indonesia menjadi negara incaran industri halal, baik makanan, kosmetik, maupun wisata.8 Data ini tentu menjadikan Indonesia terkenal karena menjadi sasaran pasar para produsen halal. Oleh karena itu, semestinya pemerintah dan juga pelaku usaha di Indonesia sudah masanya berfikir bagaimana mengembangkan potensi yang ada di Indonesia.

Sejalan dengan hal tersebut, banyak industri yang mulai melabelkan ―halal‖

pada istilah yang mulai berkembang di masyarakat Indonesia. Termasuk dari padanya adalah ―wisata halal‖ atau ―halal tourism‖9 yang mana trend ini mulai dikembangkan dan tidak sedikit yang sudah mulai menerapkan. Seperti Lombok yang kini dikenal

5 Azhar Ap, Halal Institute: Masa Transisi Penerapan UU JPH Harus Dikelola Baik, https://balicitizen.com/halal-institute-masa-transisi-penerapan-uu-jph-harus-dikelola-baik/, diakses 6 Maret 2020.

6 Evita Farcha Kamila, ―Peran Industri Halal Dalam Mendongkrak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Di Era New Normal,‖ n.d., 10.

7 Abdul et al., ―Indonesian Small Medium Enterprises (SMEs) and Perceptions on Halal Food Certification.‖

8 Annisa Ilmi Faried, ―Implementasi Model Pengembangan Industri Halal Fashion Di Indonesia‖ 4, no. 2 (2019): 11.

9 Norliza Katuk et al., ―Halal Certification for Tourism Marketing: The Attributes and Attitudes of Food Operators in Indonesia,‖ Journal of Islamic Marketing, 2020.

(6)

3

menjadi salah satu destinasi halal yang dirancang nyaman dan sesuai untuk wisatawan muslim.

Pariwisata halal juga dikenal dengan Muslim-Friendly Tourism, yang mana menteri Pariwisata dan ekonomi kreatif Sandiaga Uno mengungkapkan bahwa

―Pariwisata halal bulan tentang destinasinya, tetapi tentang extention of service, yaitu bagaimana sektor wisata ini dapat memperkaya dan meningkatkan layanan-layanan bagi para wisatawan muslim.‖10 pihak kementerian sedang mengkaji dan meninjau secara mendalam tentang konsep parowisata halal.

Berdasarkan riset yang dilakukan Mastercard-CrescentRating Global Muslim Travel Index (GMTI) 2018, Indonesia masuk peringkat kedua sebagai tujuan wisata halal dunia tahun ini. Studi tersebut juga semakin memperjelas bahwa pasar wisata Muslim akan terus tumbuh dengan pesat. CEO CreacentRating & HalalTrip, Fazal Bahardeen bahkan memproyeksikan kalau pasar wisata halal nilainya akan mencapai US$ 220 miliar pada 2020. Pasar tersebut diprediksi terus tumbuh terutama di kawasan Asia yang nilainya bisa mencapai US$ 300 miliar pada 2026.11

Perkembangan pariwisata halal di Indonesia juga terus meningkat secara signifikan. Hal ini dibuktikan dengan data index Global Muslim Travel dari tahun 2014-2019 terdapat 108 juta wisatawan Muslim yang melakukan wisata. Bahkan berdasarkan data disebutkan, prediksi proyeksi wisata halal mencapai 160 juta wisatawan muslim yang berwisata pada tahun 2020 dengan pengeluaran sebesar USD 40 Miliar, dan tahun 2026 diproyeksikan sebanyak 230 juta wisatawan muslim dengan besaran badget yang dikeluarkan sebesar USD 300 Miliar.12

Dari data tersebut di atas, dapat difahami bahwa potensi dan proyeksi pengembangan industri halal, termasuk pariwisata halal sangatlah penting untuk ditingkatkan. Indonesia yang kaya akan alamnya, tentu akan menjadi salah satu

10 Admin, ―Kemenparekraf Kaji Muslim-Friendly Tourism di Indonesia‖, https://travel.kompas.com/read/2021/04/20/080800727/kemenparekraf-kaji-muslim-friendly-tourism-di- indonesia, diakses 07 Mei 2021.

11 Arina Yulistara, Lombok Destinasi Wisata Halal Terfavorit di Dunia, https://www.cnbcindonesia.com/syariah/20180412114337-29-10722/lombok-destinasi-wisata-halal- terfavorit-di-dunia, diakses 6 Maret 2020.

12 Awafi Ridho Subarkah, Junita Budi Rachman, and Akim, ―Destination Branding Indonesia Sebagai Destinasi Wisata Halal,‖ Jurnal Kepariwisataan: Destinasi, Hospitalitas Dan Perjalanan 4, no.

2 (June 5, 2020): 84–97, https://doi.org/10.34013/jk.v4i2.53.

(7)

4

distinasi wisata halal yang menjadi pilihan wisatawan jika memenuhi kriteria wisata yang islami, dan juga ramah muslim.

Wisata sangat erat kaitannya dengan pariwisata, untuk menjelaskannya, maka harus difahami terlebih dahulu defenisi dari istilah pariwisata dan wisata. Pariwisata ialah suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.13

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan revisi dari UU No.9 tentang Kepariwisataan. Istilah Pariwisata pertama kali digunakan oleh presiden Soekarno dalam suatu percakapan sebagai pandanan istilah asing tourism. Sedangkan wisata adalah alat untuk membuat lingkaran. Atau sering dikenal dengan istilah yang berarti sebuah perjalanan, namun tidak semua perjalanan dapat dikatakan wisata. Jadi, wisata adalah perjalanan sebagai dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Sementara istilah ―halal‖ berasal dari bahasa arab yang berarti sesuatu yang dibolehkan dan dibenarkan menurut syara‟.14 Halal tersebut bukan hanya mencakup perkara yang berkaitan dengan makanan, namun semua aspek kehidupan, termasuk kosmetik, obat-obatan, pekerjaan, perbankan, pariwisata dan lain sebagainya.15

Maka pariwisata halal dapat dimaknai menjadi salah satu konsep yang muncul terkait dengan halal yang mencakup; makanan halal, transprotasi halal, hotel halal, logistik halal, keuangan Syariah, paket perjalanan Islami dan spa halal.16

Berkembangnya industri halal di dunia, mempengaruhi perkembangan pemahaman muslim terhadap pentingnya ―halal‖ dalam kehidupan mereka. Bukan hanya makanan dan minuman namun juga ―wisata halal‖ menjadi incaran para

13 Janianto Damanik dan Helmut F. Weber, Perencanaan Ekowisata dari Teori ke Aplikasi, (Yogyakarata:PUSPAR UGM, 2006), h. 11.

14 Yusuf Qardhawi, Halal wal Haram, (Beirut: Dar Al-Fikr, 2011), h.20.

15 Eka Dwi Satriana, Hayyun Durrotul Faridah, ―Wisata Halal : Perkembangan, Peluang dan Tantangan‖ , Journal of Halal Product and Research (JHPR), Vol.01, No.02, Mei-November 2018. h.34.

16 Eka Dwi Satriana, Hayyun Durrotul Faridah, ―Wisata Halal : Perkembangan, Peluang dan Tantangan‖ , Journal of Halal Product and Research (JHPR), Vol.01, No.02, Mei-November 2018. h.34.

(8)

5

wisatawan muslim akhir-akhir ini. Kini, ―halal life style‖ menjadi salah satu tujuan muslim, sehingga penerapan syariat dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan.

Berkenaan dengan pariwisata, dalam al-Qur‘an dijelaskan bahwasanya manusia diperintahkan untuk melihat ciptaan dan keagungan alam dan hamparan anugerah yang telah Allah titipkan untuk manusia. Seperti yang disebutkan pada Surat Al-An‘am ayat 11. Allah SWT berfirman:

اوُيرِس ْلُق ِف ۟

ِضْرَْلْٱ مُث

اوُرُظنٱ َفْيَك ۟

َناَك ُةَبِقََٰع َيِبِّذَكُمْلٱ

Terjemahan:“Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". (QS:Al- An‘an: 11)

Imam Qurthubi menafsirkan ayat ini sebagai perintah bagi umat Nabi Muhammad SAW untuk melakukan perjalanan dan melihat isi dunia dan memberikan kabar kepada manusia tentang keadaan kaum kafir sebelum mereka (Islam datang) yang berdusta dan kufur secara dzahir dan terang-terangan kepada Allah, maka mereka telah diberikan azab dan siksaan. Sehingga ayat menjelaskan perintah untuk melakukan perjalanan ―safar‖ menjadi hal yang sunnah atau mandub jika menjadikan perjalanan tersebut menjadi pelajaran dan peringatan ―ibrah” dalam kehidupan.17 Thahir Ibn‘ Asyur menambahkan bahwa ayat tersebut ditujukan bagi yang dusta kepada Nabi Muhammad Saw, yang telah diberikan siksaan, dan hal tersebut menjadi saksi untuk umat muslim.18

Dari penafsiran ayat tersebut dapat difahami bahwa berwisata dalam Islam adalah diperbolehkan ―Mubah‖ bahkan dapat menjadi ―Mandub‖ atau sunnah jika diniatkan untuk mengambil „Ibrah atau pelajaran dari setiap apa yang dilihat sepanjang perjalanan yang ditempuh. Bahwa semua yang ada di dunia adalah ciptaan Allah, maka berdusta dan ingkar akan hal tersebut adalah hal yang dilarang dalam Islam.

Dalam ayat lain juga dijelaskan tentang wisata yang diperbolehkan dalam Islam, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat al-Hajj ayat 46:

17 Qurthubi, Tafsir Qurthubi, (Beirut: Dal al-Fikr, 2002), jld.6, h.30.

18 Thahir Ibn ‗Asyur, Tafsir Tahrir wa Tanwir, (Kairo: Dar As-salam, 2009), jld.7, h.149.

(9)

6

اوُيرِسَي ْمَلَ فَأ ِف ۟

ِضْرَْلْٱ َنوُكَتَ ف

ْمَُلَ

بوُلُ ق َنوُلِقْعَ ي اَِبِ

ْوَأ ۟ ناَذاَء َنوُعَمْسَي اَِبِ

۟

اَهم نِإَف ِروُدُّصلٱ ِف ِتِملٱ ُبوُلُقْلٱ ىَمْعَ ت نِكََٰلَو ُرََٰصْبَْلْٱ ىَمْعَ ت َل

Terjemahan: “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS: Al-Hajj: 46)

Dalam Tafsir al-Muyassar dijelaskan bahwa ayat tersebut bermaksud: ―Maka tidak pernahkah orang-orang yang mendustakan Rasulullah Saw itu berjalan di muka bumi agar mereka dapat menyaksikan jejak negeri-negeri yang telah dibinasakan, sehingga mereka bisa berpikir menggunakan akal sehat agar mengambil pelajaran darinya, dan mendengar kisah-kisah mereka dengan seksama supaya mengambil peringatan darinya, karena sesungguhnya kebutaan yang hakiki bukanlah buta mata, namun kebutaan hakiki yang membinasakan dan menghinakan adalah kebutaan baṣīrah (ilmu dan iman); di mana orang yang memiliki kebutaan seperti ini tidak akan mungkin mendapatkan pelajaran dan peringatan.‖19

Maka, tujuan dari beriwisata adalah untuk menyaksikan ciptaan Allah SWT yang Maha Sempurna, dengan keindahaan dan keunikannya. Setiap destinasi memiliki keistimewaan tersendiri, sehingga dengan melihat banyaknya keistimewaan ciptaan Allah, akan menambahkan kesyukuran dan mengambil pelajaran dari setiap jejak sisi yang didapatkan.

Berangkat dari pentingnya sebuah konsep wisata halal, tentu haruslah disesuaikan dengan prinsip yang ada di dalam Islam. Sebagaimana dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya tentang kebolehan melakukan wisata, maka perlu diteiti lebih mendalam tentang prinsip dan juga konsep wisata halal yang sesuai dengan syari‘at Islam.

Indonesia dengan keberagaman suku, dan juga kekayaan alam serta budaya, dengan menghantarkannya menjadi salah satu negara kepulauan yang banyak dicintai

19 Aid Qarni, Tafsir al-Muyassar, (Mesir: Maktabah al-obeikan, 2010), jld.6, h.46.

(10)

7

wisatawan asing. Salah satunya adalah Kalimantan Timur, yaitu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi perekonomian yang sangat menjanjikan.

Selain penghasil batu bara, Kalimantan Timur juga memiliki jalur lintas sungai mahakam yang dapat memudahkan pemasaran industri perekonomian masyarakat.

Selain itu, Kalimantan Timur juga memiliki potensi pengembangan perekonomian di sektor pariwisata, dengan destinasi wisata yang tak kalah menarik dengan wisata yang terdapat di Pulau Bali, wisata halal di Lombok serta Labuan Bajo juga Raja Ampat. Diantara objek wisata yang terdapat di Kalimantan Timur adalah Maratua, hutan lindung yang terdapat di Bukit Soeharto, terdapat pula Desa Mancong Kutai, dan tak kalah menarik wisatawan yaitu Sungai Mahakam dengan pemandangan sungai yang indah, serta mengarungi sungai mahakam dengan menggunakan kapal pesut dengan tarif yang terjangkau, juga terdapat Pulau Kumala Tenggarong dengan keunikan yang dapat menarik minat pengunjung, hingga Pulau Sangakali Derawan yang terdapat di Berau, juga wisata lainnya yang semuanya snagat berkelas dengan keindahan yang unik dan memiliki potensi yang snagat baik untuk dikembangkan.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman pada 5 Agustus 2018 mengatakan: ―Destinasi pariwisata di Kaltim sangat banyak dan lengkap, mulai dari pariwisata alam hingga bahari. Untuk itu, setiap daerah harus melakukan perencanaan pembangunan di sektor pariwisata, sebab potensi tersebut akan mampu mendongkrak kunjungan wisatawan. Setiap daerah memiliki potensi pariwisata, namun yang terjadi saat ini belum mampu merencanakan secara matang sehingga wisatawan belum maksimal bisa didatangkan ke objek wisata tersebut,"20

Kota Samarinda dinobatkannya Indonesia sebagai destinasi wisata halal terbaik di dunia tahun 2019, maka diharapkan bisa menular di Kalimantan Timur. Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kaltim Muhammad Zulkifli mengatakan, Kaltim cocok sebagai salah satu destinasi halal di Tanah Air. Jadi perhotelan dan restoran harus mendukung itu. ―Dengan sertifikasi halal, perhotelan sudah turut serta dalam menerapkan tujuh sapta pesona wisata,‖ Adapun tujuh sapta pesona itu terdiri

20 Hessy Trishandiani, ―Kaya Potensi, Destinasi Kalimantan Timur Harus Dikembangkan‖, https://news.okezone.com/read/2018/08/04/1/1931855/kaya-potensi-destinasi-kalimantan-timur-harus- dikembangkan, diakses 21/03/2020.

(11)

8

dari rasa, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah-tamah dan kenangan. Oleh karena itu, Kaltim sangat berpotensi dikembangkan sebagai wisata halal. ―Ini bisa menjadi daya tarik tersendiri. Jika Kaltim menerapkan wisata halal, maka akan ada kepastian pasar. Seharusnya sertifikasi halal bisa menjadi peluang bagi pelaku industri perhotelan memperluas pangsa pasar halal dari mancanegara. Namun, saat ini sebagian besar hotel berbintang di Indonesia belum memiliki sertifikat halal. Tapi sudah banyak hotel berbintang yang ramah terhadap muslim. Sertifikat halal penting bagi wisatawan sebagai jaminan bahwa kebutuhan mereka sebagai seorang Muslim bisa terpenuhi. 21

Senada, Ketua PHRI Balikpapan Sahmal Ruhip menegaskan, ada perbedaan antara sertifikat halal dan hotel syariah. Untuk halal, lebih kepada fokus makanan dan minuman yang disajikan. ―kalau konsep penginapan syariah hampir semua fasilitas harus sesuai syariat halal. Ini sudah ada. Tinggal konsumen saja yang memilih,‖. 22

Dari informasi diatas dijelaskan bahwa Kalimantan Timur sangat memiliki potensi menjadi salah satu destinasi halal yang ada di Indonesia. Walaupun harus di ketahui lebih mendalam tentang wisata halal (halal tourism) , wisata islami (islamic tourism) dan wisata syariah (shari‟a tourism).

Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari 2019 tercatat sebesar 146 kunjungan atau berkurang 70 kunjungan dibandingkan dengan kunjungan sebelumnya yang mencapai 216 kunjungan. Secara komulatif, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kalimantan Timur pada periode Januari 2018- Januari 2019 adalah sebesar 2804 kunjungan.23 walaupun kunjungan wisatawan ke Kalimantan Timur mengalami penurunan pada bulan Januari 2019 dibandingkan kunjungan pada Januari 2018 mencapai 253 kunjungan,24 hal ini tentu perlu diteliti lebih mendalam penyebab penurunan kunjungan wisatawan ke Kalimantan Timur.

Melalui observasi yang peneliti lakukan dengan mengamati langsung sebagian sample wisata religi yang berpotensi dijadikan ―wisata halal‖ di Kalimantan Timur,

21 Admin, ―Kaltim Cocok Jadi Destinasi Halal‖, https://kaltim.prokal.co/read/news/362622- kaltim-cocok-jadi-destinasi-halal.html, diakses 18/03/2020.

22 Admin, ―Kaltim Cocok Jadi Destinasi Halal‖...

23 Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur, Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Januari 2019, (Kalimantan Timur: BPS Kaltim, 2019), h.1.

24 Badan Pusat Statistik Kalimantan Timur, Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Januari 2019, h.2.

(12)

9

seperti Mesjid Islamic Center Samarinda, Pulau Kumala Tenggarong, Pantai Lamaru Balikpapan, dan beberapa wisata lainnya yang sering dijadikan destinasi wisata oleh para wisatawan. Peneliti melihat ada beberapa hal yang harus ditingkatkan terutama dari segi pelayanan, fasilitas yang ramah Muslim (Muslim Friendly), serta lingkungan yang sesuai dengan wisatawan Muslim.

Banyak destinasi wisata di Kalimantan Timur yang berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan dengan transformasi wisata yang ada dengan konsep ―wisata halal‖ dan juga “muslim friendly” hal tersebut selaras dengan anjuran penerapan Fatwa Dewan Nasional Syariah Majelis Ulama Indonesia Nomor 108 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata berdasarkan Prinsip Syariah, dan juga amanat Undang-undang Nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal.

Sebagaimana dijelaskan dalam ketentuan umum Fatwa DSN MUI Nomor 108 tahun 2016 bahwa: 25

―Wisata syariah adalah wisata sesuai dengan prinsip syariah. Pariwisata syariah adalah pariwisata sesuai dengan prinsip syariah. Destinasi Wisata Syariah adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas ibadah dan umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang sesuai dengan prinsip syariah.‖

Dari ketentuan yang dimuat dalam Fatwa DSN MUI tersebut, bahwa wisata syariah, pariwisata syariah, dan destinasi wisata syariah adalah semua tempat atau distinasi wisatawan yang memiliki fasilitas yang sesuai dengan prinsip syariah.

Diantara prinsip wisata syariah dalam penyelenggaraan pariwisata syariah adalah sebagai berikut:

1. Terhindar dari kemusyrikan, kemaksiatan, kemafsadatan, tabdzir/israf, dan kemunkaran;

2. Menciptakan kemaslahatan dan kemanfaatan baik secara metarial maupun spiritual.

25 Fatwa DSN MUI NOmor 108 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah, Ketentuan umum, nomor 2, 4, 5.

(13)

10

3. Untuk mewujudkan sebuah ―wisata syariah‖ atau wisata halal mestilah memenuhi semua unsur dan prinsip yang telah ditetapkan dalam syariat Islam.

Hal tersebut untuk mewujudkan kenyamanan, keamanan dan perlindungan bagi wisata muslim khususnya.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Kalimantan Timur memiliki tempat wisata yang jika di kelola secara wisata syariah akan mampu memikat wisatawan muslim khususnya untuk berkunjung ke Kalimantan Timur, namun sampai saat ini konsep wisata halal atau wisata syariah belum diterapkan pada destinasi wisata yang ada di Kalimantan Timur. Walaupun sebagian fasilitas keagamaan telah pun tersedia, seperti mushola, toilet pria dan wanita, serta lingkungan yang ramah dengan muslim.

Sehingga transformasi ―wisata halal‖ di Kalimantan Timur menjadi salah satu solusi untuk memikat wisatawan muslim untuk berkunjung ke Kalimantan Timur, seperti destinasi Pantai, destinasi Mesjid, makam Ulama, Tepian Sungai Mahakam dengan Kapal Pesut nya, dan lain sebagainya, jika dikemas dalam bentuk ―wisata halal‖ yang ramah muslim ―Muslim Friendly‖ akan menjadi suatu paket yang menarik, dan memiliki daya pikat tersendiri yang tidak dimiliki oleah daerah lainnya.

Hal tersebut inilah yang menjadikan peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang penerapan konsep ―wisata halal‖ di Kalimantan Timur, untuk meningkatkan potensi kunjungan wisatawan ke provinsi Kalimantan Timur. Sesuai dengan amanat Mejelis Ulama Indonesia dalam Fatwa DSN MUI nomor 108 tahun 2016, tentang pedoman penyelenggaraan pariwisata sesuai dengan prinsip syariah, yaitu terhindar dari kemaksiatan, kemafsadatan, kemusyrikan, berlebihan, dan menciptkan kemaslahatan dan kemanfaatan baik bagi wisatawan maupun penyelenggara wisata atau pengusaha wisata. Dan juga arahan untuk menerapkan Jaminan produk halal, dan mengembangkan industri halal di Kalimantan Timur.

Terlebih provinsi Kalimantan Timur, direncanakan akan menjadi calon Ibu Kota Negara baru, sehingga potensi pengembangan wisata halal dapat terus ditingkatkan dengan ramainya pengunjung ke provinsi ini.

Destinasi wisata yang ada di Kalimantan Timur, pada dasarnya sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi wisata halal, walaupun pada saat ini, label

(14)

11

―pariwisata halal‖ belum disematkan. Namun pada praktiknya, hal ini mulai dikembangkan, dimulai dengan menyediakan ruangan ibadah/ Mushola, toilet yang khusus wanita dan laki-laki, juga fasilitas lain yang diproyeksikan dapat menjadi destinasi pilihan wisatawan muslim. Walaupun keadaan ini belum maksimal dan optimal, dikarenakan masih ramai pengunjung yang belum mematuhi lingkungan Islami, melalui penelitian ini, akan dikaji pula tantangan para pengelola wisata dalam menerapkan konsep wisata halal yang ditetapkan pada Fatwa DSN-MUI tentang prinsip pariwisata sesuai syariat, sehingga diharapkan penelitian ini bukan hanya menjadi masukan bagi pengelola, namun juga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya wisata halal yang ramah Muslim. Keamanan, kenyamanan, kebersihan dan keindahan akan menjadi modal dalam menarik minat pengunjung, serta secara perlahan akan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat, juga penerapan aturan yang telah ditetapkan pemerintah dalam mengusung sebuah konsep

―pariwisata halal‖ yang sesuai dengan syariat Islam.

Pada penelitian ini, akan dianalisis respon stakeholder penyelenggara jaminan produk halal yang ada di Kalimantan Timur serta akademisi hukum syariah dari UINSI Samarinda dalam menyikapi peluang transformasi wisata halal di Kalimantan Timur.

Hal ini dilakukan, sebagai langkah awal, untuk menganalisis kesiapan wisata halal di Kalimantan Timur. Dalam sebuah perubahan tentunya membutuhkan kepada banyak perbaikan dan penaik tarafan baik dari segi layanan maupun fasilitas, juga administrasi sertifikasi halal dan juga indikator wisata halal yang harus dipenuhi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji lebih mendalam tentang potensi ―wisata halal‖ dalam meningkatkan minat pengunjung ke Kalimantan Timur. Dengan mengangkat judul : ―Transformasi Parawisata Halal di Kalimantan Timur: Studi Analisis Fatwa dan Undang-undang Jaminan Produk Halal “.

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peluang pengembangan transformasi ―wisata halal‖ di Kalimantan Timur.

(15)

12

2. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap peluang transformasi ―wisata halal‖ di Kalimantan Timur yang berdasarkan UU Jaminan Produk Halal dan Fatwa DSN tentang Pariwisata berdasarkan Syariat Islam.

C. Rumusan Masalah

Selaras dengan penjelasan ―Pariwisata halal‖ yang ada di Kalimantan Timur, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakan peluang pengembangan transformasi ―Wisata Halal‖ di Kalimantan Timur?

2. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap peluang transformasi ―wisata halal‖ di Kalimantan Timur berdasarkan UU Jaminan Produk Halal dan Fatwa DSN tentang Pariwisata berdasarkan Syariat Islam?

D. Tinjauan Pustaka/Kajian (Penelitian) Terdahulu

Setelah melakukan penelusuran dalam pengumpulan data pada penelitian ini, melalui observasi referensi yang erat kaitannya dengan ―wisata halal‖, maka peneliti akan menjelaskan beberapa kajian yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya:

Penelitian oleh Aan Jaelani, dengan judul “ Industri Wisata Halal di Indonesia:

Potensi dan Prospek (Halal Tourism Industry in Indonesia: Potential and prospects).26 Penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan industri halal di Indonesia melalui wisata halal yang sering dilakukan masyarakat melalui wisata keagamaan. Selaras dengan perkembangan perekonomian Islam di Indonesia, penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia akan menjadi center wisata halal dunia pada masa akan datang. Penelitian ini secara objek memiliki kesamaan pada biadang wisata halal, namun perbedaannya terletak pada lokasi penelitian yang lebih khusus dilakukan di Kalimantan Timur, juga fokus analisis yang menggunakan Peraturan Perundang-undangan dan juga Fatwa DSN MUI tentang pariwisata berbasis syariah.

26 Aan, Jaelani, ― Industri Wisata Halal di Indonesia: Potensi dan Prospek (Halal Tourism Industry in Indonesia: Potential and prospects, paper, Munich Personal RePEc Archive paper, No.

76237, 17 Jan 2017, UTC.

(16)

13

Sebuah jurnal yang berjudul “ Analisis Pasar Parawisata Halal di Indonesia”27 yang ditulis oleh Kurniawan Gilang Widagdyo. Penelitian ini membahas tentang analisis pasar pada parawisata halal di Indonesia, dengan melihat pengembangan promosi melalui travel agent dan melakukan hubungan dengan local travel agent secara baik, bekerjasama dengan biro perjalanan dan maskapai demi meningkatkan pasar wisata halal di Indonesia. Juga menganalisis wisata halal yang ada di Timur Tengah, mengaktifkan Tourism Representative Office (VITO) untuk memberi informasi produk yang diminati wisatawan timur tengah. Penelitian ini secara umum memberikan gambaran bahwa Indonesia adalah salah satu pasar pariwisata halal, namun berbeda dengan penelitian ini yang mengkhususkan Kalimantan Timur yang menjadi destinasi wisata halal.

Penelitian karya Eka Dewi Satriana dan Hayyun Durrotul Faridah yang berjudul: “Wisata Halal: Perkembangan, Peluang, dan Tantangan”28 penelitian ini mengkaji tentang perkembangan wisata halal di beberapa negara, dengan mempelajari lebih mendalam konsep wisata halal, prinsip juga peluang yang dapat dikembangkan dari wisata halal, serta tantangan yang harus dihadapi sehingga dapat menerapkan parawisata yang sesuai dengan syariat. Secara umum penelitian ini memiliki kesamaan pada objek wisata halal yang mengkaji tentang peluang dan tantangan, namun perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada prinsip wisata halal yang sesuai dengan hukum Islam dan hukum positif. Dimana masih banyak pengelola wisata yang belum memahami konsep wisata halal yang sesuai dengan syariah.

Jurnal “Potensi dan Prospek Wisata Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah (Studi Kasus: Nusa Tenggara Barat)‖29 oleh Alwafi Ridho Subarkah. Jurnal ini mengkaji lebih mendalam tentang parawisata halal yang menjadi instrumen diplomasi publik Indonesia untuk meningkatkan kunjungan wisatawan juga meningkatkan perekonomian daerah. Potensi wisata halal diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi daerah terutama Provinsi Nusa Tenggara Barat.

27 Kurniawan Gilang Widagdyo, ‖Analisis Pasar Parawisata Halal di Indonesia‖, The Journal of Tauhidinomics, Vol.1, No. 1 (2015).

28 Eka Dewi Satriana dan Hayyun Durrotul Faridah, ―Wisata Halal: Perkembangan, Peluang dan Tantangan‖, Journal of Halal Product and Research (JHPR), Vol.1, No. 02, 2018.

29 Alwafi Ridho Subarkah, ―Potensi dan Prospek Wisata Halal Dalam Meningkatkan Ekonomi Daerah (Studi Kasus: Nusa Tenggara Barat)‖, Jurnal Sospol, Vol.1, No. 02, 2018.

(17)

14

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Indonesia berhasil menampilkan diri sebagai destinasi wisata halal dunia, hal ini dibuktikan dengan banyaknya wisatawan muslim yang berkunjung ke NTB dan hal ini berpotensi meningkatkan pendapatan daerah juga menarik investor untuk berinvestasi di Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menjadi salah satu contoh bahwa Indonesia telah menerapkan wisata halal secara konsep dan penerapan dapat meningkatkan wisatawan dan pengunjung. Begitupula yang diharapkan dengan melakukan penelitian yang peneliti lakukan, provinsi Kalimantan Timur dapat menjadi provinsi yang juga dapat mengembangkan pariwisata halal, dengan pantainya yang tidak kalah menariknya seperti objek wisata Pulau Derawan yang terletak di Kabupaten Berau.

Penelitian lain dihasilkan oleh Fitratun Ramadhany dan Ahmad Ajib Ridlwan, yang berjudul “Implikasi Pariwisata Syariah Terhadap Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat”30 Penelitian ini membahas tentang pariwisata halal dan kontribusinya pada peningkatan pendapatan masyarakat. Dari penelitian ini dapat difahami beberapa poin, bahwa parisiwata syariah memeliki implikasi positif pada peningkatan perekonomian masyarakat yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat. Secara teori, pariwisata halal diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini akan terwujud dengan banyaknya pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut. Namun bagaimanakah konsep dan prinsip wisata halal yang sesuai syariah dan juga Undang-undang Jaminan Produk Halal, inilah yang menjadi fokus penelitian yang peneliti lakukan.

Dari kajian pustaka yang telah diteliti sebelumnya, terdapat persamaan pada objek penelitian terkait wisata halal, namun juga terdapat banyak perbedaan diantaranya subjek penelitian yang berbeda yaitu pada penelitian ini akan meneliti tentang transformasi wisata halal sebagai solusi meningkatkan kunjungan wisatawan, dan tempat penelitian ini terletak di provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Juga pendekatan analisis yang berbeda, dimana penelitian ini akan menggunakan Fatwa dan juga Undang-undang Jaminan Produk Halal sebagai pendekatan penelitian.

30 Fitratun Ramadhany dan Ahmad Ajib Ridlwan, ―Implikasi Pariwisata Syariah Terhadap Peningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat‖, Jurnal Muslim Heritage, Vol.3, No.1, Mei 2018.

(18)

15

E. Kontribusi Penelitian

Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Secara teoritis

Secara umum hasil dari penelitian ini berguna untuk menambah wawasan pengetahuan. Selain itu juga bisa dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai ―Transformasi Parawisata Halal di Kalimantan Timur: Studi Analisis Fatwa dan Undang-undang Jaminan Produk Halal ―.

2. Secara praktis

a. Bagi Penulis

Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan penulis dapat memperluas wawasan, mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir, serta untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. Penulis dapat akan menganilisi teori dalam wisata halal dan potensi pengembangan konsep wisata halal di Kalimantan Timur, serta melihat peluang yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kalimantan Timur. Hal tersebut selaras dengan penerapan pariwisata syariah sesuai dengan fatwa DSN MUI nomor 108 tahun 2016.

Dan juga penerapan Undang-undang Nomor 33 tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

b. Bagi Masyarakat

Melalui penelitian ini pula, diharapkan pihak terkait pariwisata Kalimantan Timur terus berusaha mengembangkan sehingga dapat meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke Kalimantan Timur.

Masyarakat juga dapat lebih mengenal konsep wisata halal, sehingga dapat memahami secara komprehensif penerapan wisata halal di Kalimantan Timur.

Selain itu para pelaku usaha wisata, dapat mengembangkan konsep wisata halal ini untuk mengembangkan usahanya di bidang wisata halal. Sehingga dapat

(19)

16

meningkatkan jumlah kunjungan dengan pengelolaan yang sesuai dengan syariat Islam.

c. Bagi Praktisi

Hasil kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pengetahuan tentang konsep wisata halal dan pengelolaan wisata sesuai dengan syariat Islam. Sehingga diharapkan wisata halal ini dapat menjadi peluang pengembangan bisnis di bidang wisata halal di Kalimantan Timur. Studi ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang akurat dan mendalam tentang peluang potensi pengembangan pariwisata halal dengan mengembangkan konsep transformasi wisata menjadi pariwisata halal yang sesuai dengan syariat Islam.

F. Konsep dan Teori yang Relevan

Beberapa istilah dan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Transformasi menurut Zaeny berasal dari bahasa Inggris yaitu trasfrom yang bermakna mengendalikan suatu bentuk dari satu bentuk ke bentuk yang lain.

Sedangkan dalam Bahasa Indonesia Transformasi diartikan sebagai perubahan, berubah dari keadaan yang sebelumnya menjadi baru sama sekali.31 Dari defenisi ini dapat difahami bahwa transformasi erat kaitannya dengan perubahan sari satu bentuk ke bentuk yang lain. Yang mana pada penelitian ini yang menjelaskan bagaimanakan perubahan konsep pariwisata yang biasa menjadi sebuah destinasi ―pariwisata halal‖

yang menerapkan konsep ―Ramah Muslim‖

Istilah ―Wisata‖ yaitu darma wisata atau pariwisata.32 Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 pada Ketentuan Umum pasal 1 dijelaskan bahwa Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dan sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan kreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.33 defenisi ini selaras dengan pengertian yang juga

31 Daryanto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Surabaya:Apollo,1997), h.612.

32 Henky Hermantoro, Creative-Based Tourism Dari Wisata Rekreatif Menuju Wisata Kreatif , (Depok: Penerbit Aditri, 2011), h.77.

33 Fatwa DSN MUI, No.018/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

(20)

17

dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 018 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata berbasis Syariah.

Sementara itu istilah ―pariwisata‖ dapat diartikan sebagai kegiatan wisata yang didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.34

Menurut Oka A yoeti, istilah ―pariwisata‖ merupakan kata yang berasal dari dua suku kata yaitu ―pari‖ yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan

―wisata‖ yang diartikan perjalanan, bepergian.35 oleh karena itu ‗pariwisata‖ dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain, maka istilah ini serupa dengan kata ―tour‖ atau ―travel‖ dalam Bahasa Inggris. Sedangkan istilah ―kepariwisataan‖ sama maknanya dengan

―tourism‖.36

Selain itu, menurut UU Nomor 10 Tahun 2009, ―pariwisata‖ dirumuskan sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung dengan berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.‖37 Rumusan ini jelas lebih komprehensif yang pada dasarnya bahwa aktifitas kepariwisataan meliputi berbagai macam kegiatan wisata yang dapat dinikmati oleh para wisatawan yang dilengkapi dengan berbagai infrastruktur yang dibutuhkan dalam melayani kepentingan mereka. Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa kegiatan wisata itu adanya keterlibatan masyarakat dan pengusaha maupun pemerintah baik pusat atau daerah.38

Dari paparan diatas peneliti menyimpulkan bahwa ―pariwisata‖ adalah berbagai kegiatan yang dilakukan melalui perjalanan dengan tujuan tempat tertentu dan fasilitas tertentu. Fasilitas inilah yang dapat dikaitkan dengan prinsip ―halal‖ yang erat kaitannya dengan Hukum Islam. Dikarenakan dalam Islam telah diatur konsep ― halal dan haram‖ yang jelas dalam kehidupan seorang Muslim.

34 Fatwa DSN MUI, No.018/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

35 Masyuri Machfudz, Analisis Pasar Pariwisata, (Malang:t.p,2007, h.2.

36 Muhammad Djakfar, Pariwisata Halal Prespektif Multidimensi Peta Jalan Menuju Pengembangan Akademik dan Industri Halal di Indonesia, (Malang: UIN -MALIKI Press, 2017), h. 27.

37 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

38 Muhammad Djakfar, Pariwisata Halal Prespektif Multidimensi...h.28.

(21)

18

Adapun pengertian ―Halal‖ menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu

―halla”39 yang berarti didizinkan, dibolehkan atau tidak dilarang, dan lawan katanya adalah ―haram‖. Sedangkan ―halal‖ menurut istilah adalah segala sesuatu yang tidak dihukum bagi pelakunya atas perlakuannya, maka halal adalah segala sesuatu yang dibolehkan syariat atas perbuatannya.40

Menurut Yusuf Qardhawi ―Halal‖ adalah sesuatu yang mubah (diperkenankan), yang lepas dari ikatan larangan, dan diizinkan oleh pembuat Syariat (Syari‟) untuk dilakukan.41

Adapun pengertian ―wisata halal‖ yaitu kegiatan wisata yang dikhususkan untuk memfasilitasi kebutuhan berwisata ummat Islam.42

Dari penjelasan istilah ―wisata‖, ―pariwisata‖ dan ―halal‖ dapat difahami bahwa wisata halal adalah kegiatan wisata yang fasilitasnya memenuhi kebutuhan wisatawan muslim. Dan memcakup konsep wisata halal, yaitu kegiatan yang cenderung ke Muslim dan Family Friendly, artinya ramah dengan wisatawan Muslim. Muslim Friendly ini berarti tersedianya fasilitas dan tertatanya pariwisata yang ramah dengan umat Muslim seperti menyediakan tempat shalat, pemisahan dan penandaan antara makanan halal dan haram, pemisahan minuman beralkohol dan lain sebagainya.43 Sehingga hak perlindungan konsumen muslim dapat terpenuhi melalui konsep wisata halal tersebut.

Maka wisata halal adalah sebuah konsep, manajemen pengelolaan yang sesuai dengan syariat Islam, baik dari segi fasilitas yang tersedia di tempat wisata tersebut, maupun makanan dan minuman yang halal, sehingga konsep ‗Muslim Friendly‖ dapat terpenuhi dengan baik untuk mewujudkan perlindungan dan penjaminan produk yang digunakan sesuai dengan syariat Islam.

39 Louis Ma‘luf, Al-Munjid fi Al-Lughah, (Beirut: Dar al-Machreq Sarl Publisher, 1986), h.147.

40 Ahmad al syarbasi, Al-Mu‟jam Al-Iqtisadi Al-Islami, (tt: Dar al-Jaili, 1981), h.119.

41 Yusuf Qardhawi, al-Halalu wa al-Haramu fi Al-Islam, (Beirut: Dar al-Fikr, 1960), h.17.

42 Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, “Sekilas Tentang Wisata Halal”, http://disbudpar.acehprov.go.id/sekilas-tentang-wisata-halal/, diakses 18/03/2020.

43 Gigih Prayitno, Salah Kprah Orang Indonesia Memahami Konsep Wisata Halal, https://www.kompasiana.com/gigih98582/5d6cc745097f362d34323a82/salah-kaprah-orang-indonesia- memahami-konsep-wisata-halal?page=all, diakses 17/03/2020.

(22)

19

Kalimantan Timur adalah provinsi yang memiliki aneka ragam objek wisata yang menarik, diantaranya adalah pantai, pulau, taman, sungai mahakam, dan juga hutan lindung. Berdasarkan penelurusan google terdapat kurang lebih 99 destinasi wisata yang ada di Kalimantan Timur yang sangat menarik, wilayah ini memiliki beberapa objek wisata budaya dan juga alam yang ramai dikunjungi turis baik lokal maupun mancanegara. Di provinsi ini pula, industri gas alam serta tambang emas berada. Istimewanya lagi, provinsi ini merupakan rumah dari pusat pelestarian setidaknya 2.500 populasi orangutan. Layaknya pulau-pulau lain di Indonesia, Kalimantan Timur menyimpan berbagai jenis destinasi wisata budaya maupun alam, yaitu Pulau Derawan, Bukit Bangkirai, Desa Dayak Pampang, serta tempat konservasi hewan, seperti peternakan buaya di Balikpapan dan peternakan rusa di Penajam. Tak hanya itu, pelancong juga dapat mengunjungi Kebun Raya Unmul – berlokasi di Samarinda – untuk melihat beragam flora dan fauna yang dilindungi, seperti anggrek hitam, orangutan, elang kepala putih, serta burung merak. 44

Adapun landasan hukum wisata halal dari alqur‘an, hadits, dan kaidah fikih adalah sebagai berikut:

Allah Swt Berfirman dalam Surah Al-Mulk ayat 15:

اَف الْوُلَذ َضْرَْلا ُمُكَل َلَعَج ْيِذملا َوُه هِقْزِّر ْنِم اْوُلُكَو اَهِبِكاَنَم ِْفِ اْوُشْم

۟ ۟ ِهْيَلِاَو ُرْوُشُّنلا

Terjemahan: “Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya.

Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS: al-Mulk, 15).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT telah menciptakan bumi untuk dijelajahi, dan menciptakan rezeki bagi hambaNya. Hal ini sangat berkaitan dengan berwisata, yang mana ayat yang berarti ―Maka Jelajahilah‖ merupakan bentuk perintah yang mana di dalam kaidah Ushul, ―dasar pada suatu perintah adalah wajib‖ pada dasarnya sebuah kata perintah mengandung makna arti wajib. Sampai ada keterangan

44 Traveloka, 99 Destinasi wisata New Normal Kalimantan Timur, https://www.traveloka.com/id-id/activities/indonesia/region/kalimantan-timur-101786, diakses 07/05/

2021.

(23)

20

atau dalil lain yang menunjukkan bahwa perintah tersebut bukanlah wajib, melainkan sunnah ataupun mubah.

Pada konteks berwisata dalam Islam, hal ini merupakan suatu perbuatan yang diperbolehkan, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ِصَت اْوُرِفاَس :َلاَق َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِبَِّنلا َّنَأ َةَرْ يَرُى ِْبَِأ ْنَع اْوُ نْغَ تْسَت اْوُزْغاَو اْوُّح

)دحمأ هاور(

Artinya:

”Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi Saw bersabda: Bepergianlah kalian niscaya kalian menjadi sehat dan berperanglah niscaya kalian tercukupi” (HR. Ahmad).45

اَمُهْ نَع ُللها َيِضَر ٍساَّبَع ِْبَِأ ْنَع اْوُّحِصَت اْوُرِفاَس :َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر َلاَق

اْوُمَنْغَ تَو

Artinya:

―Dari Ibnu Abbas ra. Berkata, Bahwa Rasulullah Saw bersabda: Bepergianlah, kalian akan sehat dan akan mendapatkan rezeki”

Hadis di atas menunjukkan bahwa Islam membolehkan untuk melakukan perjalanan dengan berwisata ke suatu tempat destinasi yang dituju. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keimanan dan juga ketakwaan kepada Allas SWT yang telah menciptakan aneka ragam tempat rekreask untuk manusia dapat berfikir keagungan dan kebesaran Allah SWT.

Dari keterangan ayat dan juga hadis yang bekaitan dengan perintah untuk menjelajahi bumi, serta perintah untuk mencari pelajaran dari apa yang dilihat, ini merupakan suatu bukti, bahwa berwisata adalah perbuatan yang boleh dilakukan, bahkan dapat bernilai sunnah apabila disertakan dengan niatan yang baik untuk ibadah atau pun hal yang dapat memberikan pelajaran bagi kehidupan beragama seseorang.

45 Ahmad bin Hanbal, Al Musnad, (Kairo: Dar as-salam, 2008), h.3352.

(24)

21

Misal disunnahkan untuk melakukan umrah, maka akan mendapat pahala orang yang berkunjung ke Mekkah dan Madinah dengan tujuan ibadah Umrah, begitupula dapat bernilai Wajib apabila kunjungan tersebut dilakukan atas perintah kewajiban seperti Haji bagi yang mampu, dimana seorang yang berhaji akan meninggalkan kampung halamannya selama kurun waktu tertentu menuju destinasi negara Saudi, mengunjungi Mekkah dan Madinah untuk melakukan ibadah Haji.

Oleh karena itu, hukum yang dapat dikaitkan dengan berwisata inipun disesuaikan dengan tujuan tempat yang dituju dan juga maksud tujuan dari berwisata ke tempat tersebut. Jika hanya berniat jalan-jalan, melancong, atau keliling-keliling maka hal tersebut bernilai mubah, namun bisa juga bernilai makruh dan haram apabila memiliki niatan yang tidak baik.

Selain itu beberapa kaidah fikih juga menunjukkan kebolehan berwisata, diantaranya adalah:

ةحابلإا تلاماعلما فِ لصلْا

Maknanya: “Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah diperbolehkan”

فلما ءرد ا لحاصلما بلج ىلع مدقم دس

Maknanya: “Mencegah Kerugian lebih didahulukan daripada mengambil maslahat”

عستا قاض اذإ رملْا

Maknanya: ―Apabila sempit suatu urusan, maka (urusan itu) menjadi luas.”

Kaidah-kaidah fikih tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya segala bentuk muamalah yang dilakukan manusia adalah diperbolehkan sampai ada dalil yang melarangnya. Demikian pula halnya aturan aturan yang berkaitan dengan hal-hal yang mudharat diperbolehkan demi tercapainya suatu kemaslahatan.

Pedoman pariwisata halal telah ditetapkan berdasarkan Fatwa DSN-MUI nomor 16 tahun 2009 tentang pariwisata berdasarkan prinsip syariat Islam.

Beberapa ketentuan telah ditetapkan terkait dengan fasilitas, mekanisme, prinsip yang harus diterapkan sehingga wisata tersebut dapat dikategorikan wisata halal.

(25)

22

Begitupula aturan yang terkait dengan pengembangan industri halal yang telah disebutkan dalam Undang-undang Jaminan Produk Halal nomor 33 tahun 2014. Dimana pemerintah dalam hal ini, akan terus meningkan berbagai strategi dalam mengembangkan industri halal di Indonesia, termasuk wisata halal. Halal tourism diyakini pemerintah dapat menjadi salah satu penarik minat wisatawan asing mengunjungi destinasi wisata di Indonesia. Maka aturan ini harus terus ditingkatkan dan diterapkan sehingga pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata, masyarakat dan juga pengelola wisata halal, dapat saling mendukung dalam mensukseskan industri halal di bidang pariwisata.

G. Rencana Pembahasan

Penelitian terdiri dari 5 bab dengan kajian yang meliputi:

Bab I mencakup Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Kegunaan, Tinjauan Pustaka, Kerangka Teori yang relevan, dan juga rencana pembahasan.

Pada Bab II membahas tentang landasan teori yaitu teori tentang transformasi, wisata, pariwisata halal, konsep dan prinsip wisata halal, Fatwa DSN-MUI tentang pedoman Pariwisata halal dan juga undang-undang nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal.

Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini yang terdiri dari jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data dan juga teknik analisis data.

Pada bab IV membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang mengkaji secara umum gambaran lokasi penelitian, juga hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara dan juga dokumentasi, serta pembahasan yang mengalisis transformasi wisata halal yang dikaitkan dengan teori pedoman wisata halal menurut Fatwa DSN MUI tentang pariwisata halal dan juga penerapan Undang-undang Jaminan produk halal yang meliputi wisata halal sebagai bentuk pengembangan industri halal di Kalimantan Timur.

Bab V berisi Kesimpulan dan saran yang dihasilkan dari penelitian ini. Juga daftar pustaka sebagai referensi yang digunakan, dan lampiran yang didapatkan dari dokumentasi penelitian

Gambar

Tabel 3 Respon Informan terhadap Peluang Transformasi Wisata Halal
Tabel 4 Kriteria Destinasi Family Friendly
Tabel 6 Kesadaran terhadap Destinasi Wisata dan Wisata Halal

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 15 jenis fitoplankton yang tergolong ke dalam 6 kelas dan 4 divisi pada kolam pengendapan limbah tailing bauksit di Senggarang Besar,

Hasil pengamatan terhadap penggunaan habitat mikro menunjukkan bahwa pada siang hari katak banyak berada pada lokasi yang terlindung dari matahari seperti di sela-sela daun,

Faktor lain yang menyebabkan sifat fi sika dan mekanika papan partikel tanpa perekat dari TKKS lebih rendah daripada papan dengan bahan lain karena masih adanya residu minyak sawit

Bagaimanakah Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMPN 13 Malang Hasil penelitian dari penelitian yang dilakukan oleh Salusa Habba Salima

Adapun model ekonometrika yang digunakan merupakan modifikasi dari jurnal (Pratama dkk, 2015) dengan judul “Analisis Pengaruh Angkatan Kerja, Upah Karyawan

Menengok ke masa yang lalu, aktivitas masyarakat Wajo dalam mengelola persuteraan sudah dilakukan secara turun temurun baik diusahakan sebagai kegiatan sampingan

Untuk melakukan proses penilaian dilakukan dengan menentukan kriteria yang akan digunakan, dan melakukan penilaian terhadap kriteria-kriteria tersebut dengan

Pendapat diatas sesuai dengan hasil penelitian di Desa Jatirejo Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang karena sebagian besar yang bersifat positif yaitu 19 responden pernah