• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEADAAN UMUM PERUSAHAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Sejarah Pengusahaan

Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 1083/Menhut-IV/1995 tanggal 24 Juli 1995 Kelompok Hutan Teluk Kepau disetujui menjadi Hutan Tanaman Industri (HTI) Sagu PT. National Timber and Forest Product yang merupakan areal hutan produksi bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Siak Raya Timber Plywood. HTI Sagu PT. National Timber and Forest Product berganti nama menjadi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu pada Hutan Tanaman Industri (IUPHHBK-HTI) Sagu PT. National Timber and Forest Product ber- dasarkan SK dari Menteri Kehutanan No. SK.353/Menhut-II/2008 tanggal 24 September 2008.

PT. National Timber and Forest Product dengan surat Nomor 21/NT/HTI- D/IV/2009 tanggal 20 Februari 2009 berubah namanya menjadi PT. National Sago Prima dengan alasan untuk lebih meningkatkan kinerja perusahaan agar lebih fokus dalam pengelolaan dan pengembangan IUPHHBK-HTI Sagu. PT.

National Sago Prima telah diberikan IUPHHBK-HTI seluas 21 620 ha, di Kabupaten Kepulauan Meranti (merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengka- lis), Propinsi Riau sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 380/

Menhut-II/2009 tanggal 25 Juni 2009.

Latar Belakang Pengusahaan Sagu

Sagu dapat tumbuh dengan baik di lahan rawa dan lahan gambut. Pada lahan tersebut tanaman lain tidak dapat tumbuh kecuali dengan adanya drainase dan perbaikan tanah. Luas lahan gambut di Indonesia lebih dari 20 juta hektar.

Sebesar 6.29 juta ha terdapat di Sumatera, sementara 4.044 juta ha diantaranya

terdapat di Propinsi Riau (sekitar 51.71 % dari luas total Propinsi Riau). Gambut

di daerah Riau menyimpan karbon sebesar 14 605 juta ton. Jika lahan gambut

tidak dikelola dengan baik, maka akan berdampak pada pelepasan karbon ke

udara sehingga meningkatkan efek rumah kaca (Darajat, 2006).

(2)

Selain menjadi sumber karbohidrat, tanaman sagu memiliki kemampuan menyerap CO

2

lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain. Hal tersebut terjadi karena dalam satu rumpun sagu terdapat banyak anakan yang memiliki kemampuan untuk menyerap CO

2

. Menurut Miyazaki et. al., (2007), tanaman sagu dapat menyerap CO

2

sebesar 25-27 mg CO

2

/dm

2

/jam. Oleh karena itu, penanaman sagu dapat mengurangi emisi CO

2

ke udara.

Latar belakang pemikiran tersebut memberikan landasan kepada PT.

National Sago Prima untuk mengembangkan industri pengolahan sagu. Selain itu, tujuan yang hendak dicapai yaitu pengusahaan perkebunan sagu secara optimal demi kesejahteraan dan peningkatan pendapatan penduduk setempat pada khusus- nya, serta peningkatan kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dengan landasan manajemen hutan berkelanjutan.

Letak Geografi

Lokasi HTI Sagu PT. National Sagu Prima secara administratif terletak di Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Meranti, Selat Panjang, Propinsi Riau. PT.

National Sagu Prima diapit beberapa desa, yaitu Desa Sungai Tohor, Desa Teluk Buntal, Desa Tanjung Sari, Desa Kayu Ara, Desa Lukun, Desa Sungai Pulau, dan Desa Kepau Baru.

Secara geografis PT. National Sago Prima terletak pada koordinat 0

o

31’LU-1

o

08’LU dan 101

o

43’BT-103

o

08’BT yang dilewati beberapa aliran sungai, yaitu Sungai Mukun, Sungai Pulau, dan Sungai Buntal. dengan ketinggian 0-5 m di atas permukaan laut. Topografi tanah tergolong datar dengan kemiringan lahan tergolong kelas lereng L1 (kelerengan 0-8 %) (Fauzan, 2010).

Keadaan Iklim dan Tanah

Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan iklim di suatu daerah, yaitu suhu udara, tekanan udara, angin, kelembaban udara, dan curah hujan.

Menurut sistem klasifikasi Schmidt and Ferguson areal HTI PT. National Sago

Prima termasuk tipe iklim B dengan Q=33.3 %. PT. National Sago Prima mem-

punyai suhu udara antara 24.2

o

C-26.4

o

C, kelembaban udara sebesar 85-90 %, dan

(3)

kecepatan angin di areal kebun mencapai 2-4 m/s yang tergolong angin lemah hingga sedang. Berdasarkan pengukuran curah hujan yang tercatat oleh BMG pada tahun 1971-2000, curah hujan rata-rata tahunan sebanyak 2 191 mm dengan jumlah hari hujan 280 hari/tahun, curah hujan tertinggi pada bulan November dan curah hujan terendah pada bulan Agustus. Pada tahun 2008, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April dan curah hujan terendah pada bulan Juli. Rata-rata curah hujan pada tahun 2008 mencapai 1 409 mm dengan 65 hari hujan. Rata-rata curah hujan tahunan pada tahun 2007-2008 sebesar 1 966 mm (Fauzan, 2010).

Jenis tanah yang terdapat di areal PT. National Sago Prima adalah tanah organosol seluas 19 820 hektar (99.6 %) dan tanah alluvial seluas 80 hektar (0.4%). Jenis tanah termasuk tanah lekat, porositas tanah tergolong sedang, dan reaksi tanah yang sangat masam dengan pH tanah sekitar 3.1-4.0. Kepekaan terjadinya erosi tergolong tinggi, tetapi kemungkinan terjadi erosi rendah karena topografi wilayah tersebut datar (Fauzan, 2010).

Karakteristik tanah organosol memiliki solum dalam ( >100 cm) dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 %. Tekstur lapisan bawah halus (liat) sedangkan lapisan atas merupakan hemik dengan tingkat pelapukan sampai tingkat menengah. Konsistensi tanah lekat, porositas tanah sedang, reaksi tanah tergolong sangat masam dengan pH 3.1-4.0. Kepekaan terhadap erosi relatif tinggi, tetapi mengingat topografi wilayah tersebut datar maka kemungkinan terjadi erosi rendah.

Tanah organosol atau lebih dikenal dengan tanah gambut yaitu tanah yang

terbentuk oleh lingkungan yang khas yaitu rawa atau suasana genangan yang

terjadi hampir sepanjang tahun selama ratusan tahun. Secara nasional, luas lahan

gambut lebih dari 20 juta ha, sebesar 6.29 juta ha terdapat di Sumatera, sementara

4.044 juta ha diantaranya terdapat di Propoinsi Riau. Menurut data KLH

diperkirakan gambut di Riau menyimpan karbon sebesar 14 605 juta ton, yang

jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan efek rumah kaca. Daratan Riau

(54.71 %) merupakan lahan gambut yang sebagian besar merupakan gambut

dalam yang kedalamannya lebih dari 3 m. Berdasarkan hasil pengukuran pada

peta geologi 1:100 000 susunan batuan di areal HTI Sagu PT. National Sago

Prima terdiri atas jenis batuan endapan alluvium muda berumur holosem dengan

(4)

litologi lempung, lanau, kerikil kecil, dan sisa pertumbuhan di rawa gambut (Fauzan, 2010).

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah izin pengusahaan hutan produksi yang kegiatannya mulai dari penanaman, pemeliharaan, pemungutan hasil, dan pemasaran. PT. National Timber and Forest Product (sekarang menjadi PT.

National Sago Prima) adalah salah satu pemegang HPH di Propinsi Riau ber- dasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 135/ KPTS/ UM/3/ 1974 tanggal 14 Maret 1974 dengan masa konsesi 20 tahun.

Pada tahun 1995, setelah masa konsesi HPH berakhir PT. National Timber and Forest Product memperoleh Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri dengan Surat Menteri Kehutanan nomor 1083/Menhut-IV/1995 tanggal 24 Juli 1995. Pada tahun 1996 PT. National Timber and Forest Product selanjutnya mengajukan Izin Penebangan Kayu (IPK) dengan surat keputusan nomor 17/

Kpts/HUT/1996.

Izin Penebangan Kayu (IPK) diberikan dengan ketentuan bahwa setelah dilakukan penebangan maka areal tersebut harus ditanam kembali dengan tanaman industri (sagu). Selain pengusahaan sagu (Metroxylon spp.), PT. National Sago Prima juga harus melakukan penanaman tanaman unggulan setempat yaitu geronggang (Cratoxylon spp.), tanaman kehidupan (Cocos nucifera Linn.) dan mempertahankan hutan konservasi seluas 10%.

Menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.353/MENHUT II/2008 PT. National Sago Prima memiliki luas areal pertanaman seluas 21 620 ha dengan areal yang baru diusahakan seluas 12 000 ha yang terbagi menjadi 12 divisi. Luas areal untuk setiap divisi yaitu 1 000 ha yang terbagi menjadi 20-24 blok dengan rata-rata luas areal 50 ha per blok.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Areal tanaman sagu dibagi menjadi 12 divisi yang berfokus pada 4 divisi

(Divisi 1, 2, 3, dan 4) serta pembukaan lahan pada Divisi 5 dan 7. Areal tanaman

(5)

sagu tersebar ke dalam 8 lokasi/blok dengan kegiatan budidaya setiap tahun disesuaikan dengan luas masing-masing blok. Masa panen pertama dicapai pada tahun ke-11 setelah tanam dan setiap divisi mulai dapat dipanen terus-menerus setiap dua tahun sekali pada tahun ke-15 setelah tanam.

Sagu yang ada di perusahaan ditanam pada tahun 1996. Jenis sagu yang ditanam yaitu sagu berduri (tuni) dan sagu tidak berduri (molat). Jarak tanam sagu yang digunakan perusahaan yaitu 8 m x 8 m, sehingga dalam 1 ha lahan terdapat 156 tanaman sagu.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Susunan organisasi atau struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu susunan dan hubungan antara komponen atau bagian-bagian dan posisi dalam suatu perusahaan. Pada suatu perusahaan, pelaksanaan organisasi dapat dijadikan sebagai alat kontrol. Organisasi dan manajemen merupakan hal penting dalam menentukan operasional pengelolaan perusahaan. Kedua hal tersebut akan menentukan perkembangan dan masa depan perusahaan yang dikelola.

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. National Sago Prima adalah sistem organisaasi lini atau garis. Sistem tersebut merupakan bentuk organisasi dengan pimpinan sebagai pemegang wewenang tunggal. Garis komando kuat dan hanya satu yaitu secara vertikal dari atas ke bawah. Segala keputusan kebijaksana- an dan tanggung jawab ada pada satu tangan.

Kelebihan struktur organisasi lini yaitu kesatuan komando terjamin sepenuhnya karena pimpinan berada pada satu orang, garis komando berjalan secara tegas karena pimpinan berhubungan langsung dengan bawahan, proses pengambilan keputusan cepat, koordinasi dapat dilaksanakan dengan baik, rasa solidaritas tinggi karena saling mengenal antara karyawan, disiplin dan loyalitas tinggi, rasa pengertian antar anggota tinggi, dan pengendalian secara ketat dapat dilaksanakan.

Kekurangan struktur organisasi lini yaitu seluruh organisasi hanya

bergantung pada satu orang saja, ada kecenderungan pimpinan akan bertindak

secara otoriter. Pada pelaksanaannya, seringkali tujuan pribadi pimpinan puncak

(6)

susah dibedakan dengan tujuan perusahaan, kaderisasi dan kesempatan karyawan untuk berkembang terbatas.

Pimpinan puncak di PT. National Sago Prima dipegang oleh General Manager (GM). General Manager memiliki wewenang tertinggi untuk memimpin, mengelola, dan melakukan pengawasan secara tidak langsung terhadap kinerja kebun. Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab langsung kepada GM untuk kegiatan administrasi. Kepala tata usaha membawahi empat bagian yaitu bagian personalia, bagian pembukuan, bagian umum, dan bagian gudang. Tim teknis dan koordinator bertanggung jawab secara langsung kepada GM atas pelaksanaan pengelolaan kebun.

Tenaga kerja di PT. National Sago Prima terdiri atas tenaga kerja bulanan tetap sebanyak 18 orang, karyawan harian tetap sebanyak 40 orang, tenaga kerja rombongan sebanyak 4-5 rombong per divisi dengan 5-6 orang per rombong, karyawan swakelola pembibitan sebanyak 10 orang, dan buruh harian lepas sebanyak 40 orang.

Deskripsi Kerja Karyawan

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu perusahaan. Tenaga kerja yang ada di perusahaan yaitu buruh harian lepas, karyawan harian tetap, tenaga kerja bulanan, dan tenaga kerja rombongan/regu.

1. Buruh Harian Lepas (BHL)

Buruh harian lepas adalah tenaga kerja yang tidak terikat oleh perusahaan.

Buruh harian lepas bekerja pukul 06.30-14.30 WIB dengan istirahat selama satu jam pada pukul 12.00-13.00 WIB. Buruh harian lepas mengisi daftar hadir 15 menit sebelum jam kerja. Buruh harian lepas bekerja selama tujuh jam kerja per hari dengan enam hari kerja dalam satu minggu.

Buruh harian lepas memperoleh gaji sebesar Rp 45 000,00/HOK yang

dibayarkan sesuai dengan jumlah hari orang tersebut bekerja. Pembayaran dilaku-

kan setiap dua minggu sekali. Masa kerja maksimal buruh harian lepas adalah tiga

bulan kerja. Jika buruh harian lepas sudah bekerja selama tiga bulan berturut-turut

(7)

tanpa libur, maka pada bulan keempat buruh harian lepas dapat diangkat menjadi karyawan harian tetap.

2. Karyawan Harian Tetap

Karyawan harian tetap adalah tenaga kerja tetap perusahaan yang me- rupakan bagian dari perusahaan yang terikat oleh perusahaan. Karyawan harian tetap di PT. National Sago Prima yaitu bagian keamanan, bagian mesin, dan pelaksanaan kegiatan teknis kebun.

Jam kerja karyawan harian tetap sama dengan jam kerja buruh harian lepas. Gaji yang diperoleh karyawan harian tetap sama dengan pendapatan buruh harian lepas yang bekerja satu bulan penuh yang dibayarkan setiap bulan sekali.

Namun, karyawan harian tetap mendapatkan cuti kerja selama empat hari dalam satu bulan, mendapatkan tunjangan beras, dan tunjangan kesehatan.

Karyawan harian tetap yang telah bekerja selama tiga bulan berturut-turut tanpa libur dan kinerjanya dinilai baik menurut perusahaan, maka pekerja tersebut dapat dipromosikan menjadi tenaga kerja bulanan dengan gaji yang sesuai dengan keputusan perusahaan.

3. Tenaga Kerja Bulanan

Tenaga kerja bulanan adalah tenaga kerja tetap perusahaan yang meru- pakan bagian dalam perusahaan yang terikat oleh perusahaan. Tenaga kerja bulanan meliputi kepala tata usaha, tim teknis, mandor atau pengawas, krani atau sekretaris divisi, asisten divisi, bagian personalia, bagian gudang, dan bagian umum.

Tim teknis merupakan tim yang bertugas dalam kegiatan perencanaan dan

pengontrolan seluruh kebun. Pada kegiatan perencanaan, tim teknis melakukan

pengecekan terhadap apa yang akan dikerjakan oleh divisi. Hasil pengecekan

tersebut kemudian dibuat laporan berupa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang

selanjutnya akan diserahkan kepada kepala urusan tata usaha sebagai acuhan

untuk menentukan besarnya pembayaran. Setelah itu, tim teknis membuat Surat

(8)

Perjanjian Kerja (SPK) agar hasil pekerjaan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) perusahaan.

Mandor atau pengawas yaitu tenaga kerja yang bertugas mengawasi seluruh kegiatan teknis di kebun. Selain itu, mandor mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pengarahan dan melaporkan hasil yang didapat dari pekerjaan tersebut.

Krani atau sekretaris divisi mempunyai tugas membuat pelaporan hasil kerja divisi baik harian, mingguan, maupun bulanan dan merekap daftar hadir pekerja. Laporan dan daftar hadir tersebut diserahkan kepada bagian pembukuan.

Asisten divisi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan teknis dan manaje- rial bagian yang dipimpinnya. Asisten divisi membawahi dan menerima pertang- gungjawaban dari krani, serta mandor lapangan secara langsung. Asisten divisi bertanggung jawab atas areal pertanaman sagu seluas 1 000 ha yang terbagi menjadi  20 blok.

Tenaga kerja bulanan bekerja mulai pukul 07.00-15.00 WIB dengan istirahat selama satu jam pada pukul 12.00-13.00 WIB. Jumlah hari kerja tiap yaitu 26 hari per bulan karena libur menggunakan cuti bulanan. Waktu cuti dibagi menjadi tiga kali dalam satu bulan. Pembagian waktu cuti dilakukan secara ber- tahap dengan waktu 4 hari/orang/divisi/minggu. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kekosongan sumber daya manusia.

4. Tenaga Kerja Rombongan

Tenaga kerja rombongan/kontrak/regu diterapkan perusahaan dalam pelak-

sanaan kegiatan tertentu, seperti kegiatan pembukaan lahan, pembibitan, dan pe-

nebasan. Tenaga kerja tersebut dilakukan berdasarkan Surat Perjanjian Kerja-

sama yang telah disepakati antara perusahaan dengan kontraktor yang mem-

bawahi tenaga kerja kontrak.

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dihitung prevalensi dan intensitas infeksi.Hasil penelitian menjelaskan larva nematoda yang menginfeksi Auxis rochei teridentifikasi sebagai Anisakis sp

ANALISIS LEGENDA DEWI BUNGUR SARI, OPAT JAWARA PALEDANG, DAN BUYUT KUNTA MANGLAYANG JEUNG BUYUT KUNTA PALASARA DI MASYARAKAT UJUNGBERUNG BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia

Kelas hutan bukan untuk produksi adalah kawasan hutan yang karena berbagai-bagai sebab tidak dapat disediakan untuk penghasilan kayu dan/atau hasil hutan lainnya, yang

Investigasi dilakukan untuk mendalami isu-isu pengembangan kapasitas yang muncul dicermati lebih jauh melalui interview (dengan staf ahli) atau FGD dan analisis

Mendukung Sistem Logistik Ikan Nasional” dengan menggunakan metode linear programming, dan yang terakhir penelitian yang dilakukan oleh Leni Herdiani dan Rizki Kustiawan

Madrasah memiliki kurikulum, metode dan cara mengajar sendiri yang berbeda dengan sekolah. Meskipun mengajarkan ilmu pengetahuan umum sebagaimana yang diajarkan di sekolah,

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian dari Futri dan Gede (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan auditor maka semakin tinggi pula

(1) Perubahan APBD disebabkan perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 141 ayat (1) huruf a dapat berupa terjadinya