1
Ketuban Pecah Dini (KPD), adalah masa dimana pecahnya ketuban sebelum waktunya, dimana yang seharusnya pecah dan keluar karena kontraksi rahim menjelang persalinan justru pecah sebelum saat persalinan tiba. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada akhir kehamilan atau bahkan jauh sebelum waktunya melahirkan (Prawihardjo, 2010).
KPD menurut World Health Organization (WHO) (2015) berkisar 5-10%
dari semua kelahiran. KPD preterm terjadi 1% dari semua kehamilan dan 70%
kasus KPD terjadi pada kehamilan aterm. Angka kejadian KPD di dunia mencapai 12,3% dari total persalinan, sebagian besar tersebar di Negara berkembang di Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Laos, dan Myanmar. KPD di Indonesia berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh kehamilan. Angka tersebut merupakan permasalahan yang masih belum terselsaikan, terutama di negara berkembang (Human Development, 2015).
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKN) (2015) insiden ketuban pecah dini di Jawa Barat berkisar antara 8-10% dari semua kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antar 6-19%. Sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Pada tahun 2014- 2016 terdapat 1812 persalinan di RSUP Dr. Hasan Sadikin, 248 dari persalinan tersebut mengalami KPD pada kehamilan > 37 minggu, yaitu berjumlah 13,9%
dari seluruh persalinan. Dari 248 jumlah sampel didapatkan 94 pasien
mengalamin ketuban pecah dini > 6 jam (38%) dan 154 pasien mengalami ketuban pecah dini < 6 jam (62%). Di RSUP Dr. Hasan Sadikin didapatkan bahwa kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) lebih banyak terjadi pada pasien dengan rentang 20-35 tahun (77,8%) dan pada pasien multipara (54,4%) (Abrar et al., 2017).
Berdasarkan data RISKESDAS (2017) tingkat persalinan sectio caesarea di Indonesia 15,3% sempel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun. Faktor resiko ibu melahirkan dengan sectio caesarea atas indikasi KPD adalah 5,49%. Komplikasi utama persalinan sectio caesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus saat dilangsungkannya operasi, komplikasi anastesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli.
Menurut Achidat (2011) penyebab Ketuban Pecah Dini (KPD) masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan KPD, namun faktor- faktor mana yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi dari terjadinya ketuban pecah dini adalah adanya infeksi, servik yang inkompetensia, tekanan intra uterin, dan kelainan letak.
Dampak yang dapat disebabkan ketuban pecah dini pada ibu yaitu infeksi intrapartal. Dampak lainnya pada insiden ketuban pecah dini yang paling sering terjadi pada ibu bersalin yaitu infeksi masa nifas, partus lama, perdarahan post partum, meningkatkan kasus bedah caesarea, dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal (Rahayu & Sari, 2017). Dampak terhadap janin sering terjadi pada KPD yaitu hipoksia, asfiksia, penurunan tali pusat, sindrom deformitas janin,
dan meningkatkan mordibitas dan mortalitas perinatal. Dampak yang terjadi ketika adanya gawat janin salah satunya adalah terjadinya kematian janin, diakibatkan karena tidak adanya asupan oksigen sehingga janin mengalami hipoksia (Rahayu & Sari, 2017).
Penatalaksanaan yang diberikan berbeda. Pada kehamilan > 37 minggu dilakukan pemberian antibiotika profilaksis untuk menurunkan derajat infeksi, dan pada kehamilan < 37 minggu dilakukan pemberian kortikosteroid pada KPD kurang bulan agar terjadinya pematangan paru. Dan jika muncul tanda-tanda infeksi, segera lakukan induksi persalinan (Wiknjosastro et al., 2010).
Penatalaksanaan konservatif yang bisa dilakukan adalah pemantauan leukosit setiap hari, observasi tanda-tanda vital terutama cek suhu tubuh setiap 4 jam sekali, dan observasi denyut jantung janin. Jika selama pengelolaan konservatif pasien mengalami infeksi maka segera lakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini secara aktif yaitu melakukan induksi. Jika induksi tidak berhasil maka dilakukan tindakan Sectio Caesarea.
Penatalaksanaan KPD salah satunya dilakukan persalinan dengan sectio caesarea. Tindakan Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vaginam atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Mochtar, 2011).
Selain itu, faktor janin yang dapat menjadi indikasi dilakukan Sectio Caesarea yaitu adanya kelainan letak dan terjadi kegawatan pada janin. Dalam data SDKI (2017) juga sebesar 18,8% persalinan SC dilakukan karena KPD (Susanto et al., 2019).
Kematian ibu lebih besar jika dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Sulit untuk memastikan hal tersebut terjadi apakah dikarenakan prosedur operasinya atau karena alasan menyebabkan ibu hamil tersebut harus dioperasi.
Takipneu sesaat pada bayi baru lahir lebih sering terjadi pada persalinan sectio caesarea dan kejadian-kejadian trauma persalinanpun tidak dapat disingkirkan (Mulyawati et al., 2015).
Resiko Sectio Caesarea jangka panjang yang dapat terjadi adalah terjadinya plasenta previa, solusio plasenta akrata dan ruptur uteri. Dampak Sectio Caesarea pada ibu bersalin dapat menyebabkan korioamnionitis karena kelahiran prematur. Terjadinya Korioamnionitis adalah infeksi bakteri yang terutama berasal dari traktus urogenitalis ibu (Atnur, 2017).
Menjadi perawat pelaksana yang memberikan Asuhan Keperawatan memiliki tanggung jawab dalam merawat pasien. Sebagai perawat harus mampu memberikan perawatan pada pasien post Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah Dini dan gawat janin terbebas dari nyeri, memberikan kenyamanan, mencegah dari terjadinya infeksi yang dapat ditimbulkan dari adanya luka operasi, mencegah terjadinya resiko perdarahan akibat involusio uterus. Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R 37 TAHUN P4A0 POST PARTUM PREMATURUS HARI KE 1 DENGAN SECTIO CAESAREA (SC) ATAS INDIKASI KPD DAN GAWAT JANIN”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan Asuhan Keperawatan kepada “Ny. R 37 Tahun P4A0 Postpartum Prematurus Hari Ke 1 Dengan Sectio Caerea (SC) atas Indikasi KPD dan Gawat Janin”.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus yang penulis harapkan setelah memberikan asuhan keperawatan kepada Ny. R, adalah:
a. Melakukan pengkajian pada Ny. R 37 Tahun P4A0 Post Partum Prematurus hari ke 1 dengan Sectio Caesarea (SC) atas Indikasi KPD dan Gawat Janin.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. R 37 Tahun P4A0 Post Partum Prematurus hari ke 1 dengan Sectio Caesarea (SC) atas Indikasi KPD dan Gawat Janin.
c. Membuat intervensi keperawatan pada Ny. R 37 Tahun P4A0 Post Partum Prematurus hari ke 1 dengan Sectio Caesarea (SC) atas Indikasi KPD dan Gawat Janin.
d. Memberikan implementasi keperawatan pada Ny. R 37 Tahun P4A0 Post Partum Prematurus hari ke 1 dengan Sectio Caesarea (SC) atas Indikasi KPD dan Gawat Janin.
e. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang sudah diberikan pada Ny. R 37 Tahun P4A0 Post Partum Prematurus hari ke 1 dengan Sectio Caesarea (SC) atas Indikasi KPD dan Gawat Janin.
C. Metode Telaah dan Teknik Pengambilan Data
Metode telaah menggunakan metode deskriptif yang membentuk studi kasus.
Adapun teknik pengambilan data yang digunakan yaitu:
1. Teknik Wawancara
Mengumpulkan data dengan cara melakukan komunikasi secara lisan yang informasinya didapat dari klien sendiri yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang sedang dialami dan dirasakan oleh klien saat ini.
2. Teknik Observasi
Dilakukan dengan cara mengamati keadaan klien dan respon klien, untuk memperoleh data objektif tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan.
3. Teknik Pemeriksaan Fisik
Dengan cara memeriksa keadaan fisik klien secara sistematis dan menyeluruh dengan menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi pada klien.
4. Studi Dokumentasi
Membaca catatan perkembangan dan catatan medis yang berhubungan dengan klien selama klien berada dirumah sakit.
5. Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi dari bahan-bahan bacaan sebagai literatur yang relevan dengan kasus yang diambil sebagai bahan dalam pembuatan karya tulis.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan karya tulis ini dibagi menjadi empat bab, yaitu:
1. BAB I Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dari penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus dan sistematika penulisan.
2. BAB II Tinjauan Teoritis
Berisi tentang teori dan konsep dari penyakit berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien dan konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi pada pasien post partum prematus dengan Sectio Caesarea (SC) hari ke 1 atas indikasi ketuban pecah dini dan gawat janin diruang Alamanda B Rumah Sakit Dr.
Hasan Sadikin Bandung.
3. BAB III Tinjauan Kasus dan Pembahasan
Pada bagian pertama berisi tentang laporan kasus kalien yang dirawat, sistematika dokumentasi proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pada bagian kedua merupakan pembahasan yang berisi tentang analisa terhadap kesenjangan antara konsep dasar dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah dilakukan.
4. BAB IV Simpulan dan Saran
Pada bagian ini adalah kesimpulan yang diambil oleh penulis setelah melakukan asuhan keperawatan serta mengemukakan saran dari seluruh proses kegiatan yang telah dilakukan.