PEDOMAN
KODE ETIK
BPJS KESEHATAN
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang ... 3
B. Tujuan Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ... 4
C. Ruang Lingkup ... 4
D. Dasar Hukum ... 5
E. Daftar Istilah... 5
BAB II KODE ETIK BPJS KESEHATAN 11 A. Pengertian ... 11
B. Tujuan Kode Etik BPJS Kesehatan ... 11
C. Manfaat Kode Etik BPJS Kesehatan ... 11
D. Sumber Acuan Kode Etik BPJS Kesehatan ... 11
E. Ruang Lingkup Kode Etik BPJS Kesehatan ... 11
F. Kode Etik Organisasi ... 12
1. Pengertian ... 12
2. Tujuan ... 12
3. Sasaran ... 12
4. Cakupan Kode Etik Organisasi ... 12
a. Etika Kerja ... 12
b. Perilaku Anti Korupsi, Suap, dan Gratifikasi ... 13
c. Pengelolaan Benturan Kepentingan ... 15
d. Aktivitas Politik dan Organisasi Profesi ... 18
e. Pengelolaan dan Pendayagunaan Aset ... 18
f. Pengamanan Data dan Informasi ... 19
g. Hubungan Kerja ... 20
h. Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Berlaku ... 20
G. Kode Etik Pengelolaan ... 21
1. Pengertian ... 21
2. Tujuan ... 21
3. Sasaran ... 22
4. Cakupan Kode Etik Pengelolaan ... 22
BAB III
PENGELOLAAN KODE ETIK BPJS KESEHATAN 23
A. Komitmen ... 23
B. Sosialisasi Pedoman Kode Etik... 23
C. Komite Etika ... 24
1. Pengertian ... 24
2. Pembentukan Komite Etika ... 24
3. Tugas ... 24
4. Wewenang ... 25
5. Koordinasi Kerja Komite Etika ... 25
D. Penegakan atas Pelanggaran Kode Etik ... 25
1. Ketentuan Pelanggaran... 25
2. Pelaporan Dugaan Pelanggaran ... 26
3. Media Pelaporan Dugaan Pelanggaran ... 26
4. Pemeriksaan atas Dugaan Pelanggaran ... 27
5. Sanksi atas Pelanggaran Kode Etik ... 27
6. Kebijakan Perlindungan Pelapor Pelanggaran Kode Etik ... 28
7. Penghargaan dan Sanksi terhadap Pelaporan Pelanggaran Kode Etik ... 28
8. Pemulihan Nama baik ... 29
E. Apresiasi Atas Kepatuhan terhadap Kode Etik ... 29
BAB IV PENUTUP 30 A. Penerapan dan Pengembangan... 30
B. Evaluasi dan Perbaikan ... 30
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 – Tata Nilai BPJS Kesehatan ... 31
Lampiran 2 – Komitmen BPJS Kesehatan ... 32
Lampiran 3 – Pakta Integritas Dewan Pengawas dan Direksi ... 34
Lampiran 4 – Pakta Integritas Pegawai BPJS Kesehatan ... 35
Lampiran 5 – Proses Pelaporan Pelanggaran Kode Etik ... 36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BPJS Kesehatan merupakan Badan Hukum Publik yang mengelola dana masyarakat dan pemerintah dalam melaksanakan tugas untuk menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan masyarakat, BPJS Kesehatan dituntut pengelolaan organisasi yang profesional dan akuntabel, serta semaksimal mungkin mengerahkan segala sumber daya organisasi untuk komitmen memberikan pelayanan prima.
BPJS Kesehatan menyadari arti pentingnya implementasi Tata Kelola yang Baik (Good Governance) dalam meningkatkan profesionalisme pengelolaan dana jaminan dan layanan kesehatan sekaligus menjaga pertumbuhan serta menjamin kesinambungan penyediaan jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk menerapkan Tata Kelola yang Baik (Good Governance) secara konsisten, termasuk di antaranya adalah dengan menyusun Kode Etik BPJS Kesehatan.
Kode etik BPJS Kesehatan membingkai hubungan setiap Organ, Kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan dengan sesama rekan kerja, peserta, mitra kerja organisasi, pemerintah dan masyarakat umum dalam interaksi yang berlandaskan kepada nilai-nilai kejujuran, keadilan dan penghargaan terhadap martabat kemanusiaan.
Kode etik BPJS Kesehatan ini berlaku bagi seluruh Organ, Kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan. Kode Etik BPJS Kesehatan juga wajib dipahami oleh pihak lain yang bertindak atas nama BPJS Kesehatan, pemangku kepentingan dan mitra kerja yang tindakannya dapat mempengaruhi citra BPJS Kesehatan. Kode Etik mengikat mitra kerja yang ditetapkan oleh suatu perikatan dalam perjanjian kerja sama antara mitra kerja dan BPJS Kesehatan.
LAMPIRAN PERATURAN DIREKSI
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 08 TAHUN 2021
TENTANG PEDOMAN KODE ETIK
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
BPJS Kesehatan berkomitmen dan mendorong implementasi Kode Etik ini serta mewajibkan setiap Pimpinan untuk bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang kondusif dan memastikan bahwa Kode Etik dipatuhi dan dijalankan dengan baik dalam unit kerjanya. Keberhasilan penerapan Kode Etik akan sangat tergantung pada semangat, komunikasi dan komitmen semua pihak untuk mengimplementasikannya dalam aktivitas operasional sehari-hari.
Untuk menunjukkan komitmen tersebut, setiap Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan menandatangani pernyataan komitmen untuk melaksanakan Kode Etik secara berkala setiap 1 (satu) tahun. Internalisasi nilai-nilai organisasi dan upaya peningkatan pemahaman terhadap Kode Etik dilakukan melalui serangkaian strategi dan program sosialisasi, promosi, pendidikan, dan pelatihan serta workshop dan diskusi mengenai Kode Etik dan segala aspek permasalahannya.
Dalam upaya mengarah pada keberhasilan penerapan, penegakan dan pengelolaan Kode Etik, BPJS Kesehatan merasa perlu poin-poin uraian Kode Etik dituangkan dan dibukukan secara sistematis dalam bentuk Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan.
Karena pada saat Kode Etik dituangkan dalam bentuk Pedoman maka akan memudahkan semua pihak mengakses, mempelajari, menyosialisasikan dan menerapkan dalam aktivitas operasional sehari-hari.
BPJS Kesehatan menyadari bahwa Kode Etik bersifat dinamis yang harus selalu disesuaikan dengan dinamika perkembangan bidang hukum, kompleksitas operasional, norma sosial, tuntutan masyarakat dan perubahan regulasi. Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang mengharuskan adanya Kode Etik masing-masing Organ, yakni Dewan Pengawas dan Direksi, maka BPJS Kesehatan perlu untuk melakukan pengkinian atas Pedoman Kode Etik yang telah ada dan diberlakukan sebelumnya.
B. Tujuan Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan
Tujuan penyusunan Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan yaitu:
1. Menjadi acuan, panduan dan pedoman lengkap tata kelola dan tata laksana penerapan, penegakan dan pengelolaan Kode Etik di BPJS Kesehatan
2. Memberikan media bagi seluruh Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan untuk memperoleh secara lengkap Kode Etik BPJS Kesehatan
3. Menjadi dasar kebijakan implementasi Kode Etik BPJS Kesehatan
C. Ruang Lingkup
Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan mencakup:
1. Kode etik yang bersifat umum dan berlaku untuk Organ, kelengkapan Organ
2. Kode etik yang bersifat kekhususan untuk masing-masing Organ BPJS Kesehatan
D. Dasar Hukum
Dasar hukum Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ini di antaranya:
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134);
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137);
4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150);
5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61);
6. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116);
7. Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 38);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 88 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Adminstratif bagi Anggota Dewan Pengawas dan Anggota Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 240);
9. Peraturan Direksi Nomor 65 Tahun 2020 tentang Pedoman Tata Kelola Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (Lembaran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2020 Nomor 77);
E. Daftar Istilah
Berikut adalah istilah-istilah umum yang terdapat dalam Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ini diuraikan dan didefinisikan untuk dapat dipahami dengan persepsi yang sama
Aset Organisasi : Segala sesuai yang dimiliki organisasi yang memberi nilai tambah bagi organisasi termasuk produk organisasi, produk kerja karyawan, informasi hak milik organisasi, dan merek dagang organisasi
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
: Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan jaminan sosial kesehatan.
Untuk selanjutnya disebut dengan singkatan BPJS Kesehatan
Benturan Kepentingan : Keadaan dimana terdapat konflik antara kepentingan ekonomis organisasi dan kepentingan ekonomis pribadi Budaya Organisasi : Perilaku yang melekat dalam perilaku kerja individu
dalam organisasi
Dewan Pengawas : Organ BPJS Kesehatan yang bertugas melakukan pengawasan atas pelaksanaan pengurusan BPJS Kesehatan oleh Direksi dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam penyelanggaraan program Jaminan Sosial Kesehatan
Direksi : Organ BPJS Kesehatan yang berwenang dan bertangung jawab penuh atas pengurusan BPJS Kesehatan, sesuai dengan asas, tujuan dan prinsip BPJS Kesehatan, serta mewakili BPJS Kesehatan baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan peraturan perundang- undangan
Gratifikasi : Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik
Hubungan Keluarga : Hubungan keluarga karena pertalian darah atau perkawinan
Informasi non-publik : Setiap informasi yang belum diungkapkan organisasi atau tidak secara umum tersedia untuk publik, yang dapat mencakup informasi yang berkaitan dengan pegawai, karya temuan, kontrak, rencana strategis dan rencana usaha, perubahan besar dalam pimpinan, peluncuran produk baru, merger dan akuisisi, spesifikasi teknis, penentuan harga, proposal, data keuangan, dan biaya produk.
Jaminan Sosial : Salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak
Kedinasan : Seluruh aktivitas resmi organ, kelengkapan organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan jabatannya.
Kelengkapan Organ : Unit kerja yang dibentuk untuk membantu kelancaran pelaksanaan fungi, tugas dan wewenang organ.
Kode Etik : Norma atau azas yang diterima oleh suatu komunitas tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun tempat kerja
Kode Etik BPJS Kesehatan
: Pedoman perilaku bagi Organ, Kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan kesadaran adanya tanggung jawab sosial BPJS Kesehatan terhadap pemangku kepentingan.
Kode Etik Organisasi : Aturan tertulis tentang perilaku yang disusun secara sistematis berdasarkan prinsip moral dan tata nilai organisasi yang wajib ditaati oleh organ, kelengkapan organ, dan pegawai BPJS Kesehatan dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenangnya
Kode Etik Pengawasan : Norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang wajib ditaati oleh anggota Dewan Pengawas sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya di bidang pengawasan
Kode Etik Pengelolaan : Norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang wajib ditaati oleh Direksi BPJS Kesehatan sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan
Kolusi : Pemufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas dan Pegawai BPJS Kesehatan atau antara anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas dan Pegawai BPJS Kesehatan dengan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, organisasi, dan/atau negara.
Komite Etika : Organ pendukung Direksi yang bertugas mengawasi kepatuhan terhadap Kode Etik
Korupsi : Perbuatan yang dilakukan secara curang atau melawan hukum oleh anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas, kelengkapan organ Dewan Pengawas dan Pegawai BPJS Kesehatan yang bertentangan dengan kepentingan organisasi, atau penyalahgunaan wewenang jabatan/
kepercayaan yang diberikan kepadanya dengan tujuan memperkaya diri sendiri, atau orang lain atau korporasi.
Mitra Kerja : Perorangan, badan usaha, fasilitas kesehatan, pihak terkait lainnya yang telah dan/atau akan diterima dan disetujui untuk melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Nepotisme : Setiap perbuatan anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas dan Pegawai BPJS Kesehatan secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan/atau kroninya di ats kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Organ BPJS Kesehatan : Dewan Pengawas dan Direksi BPJS Kesehatan Organisasi : BPJS Kesehatan dan Unit-Unit kerja di bawahnya
Pakta Integritas : Surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam segala hal yang berakibat akan mencoreng nama pribadi maupun nama organisasi
Pegawai : Orang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat BPJS Kesehatan yang berwenang sebagai pegawai, baik sebagai pejabat struktural dan fungsional, baik pegawai tetap maupun pegawai tidak tetap, untuk melakukan pekerjaan dengan menerima upah atau imbalan dari BPJS Kesehatan.
Pejabat : Pegawai tetap yang ditetapkan oleh Direksi untuk memangku suatu jabatan baik struktural ataupun fungsional
Pelanggaran : Perbuatan yang melanggar peraturan perundang- undangan; peraturan terkait dan peraturan internal organisasi, serta dapat dilaporkan
Pelapor Pelanggaran (Whistleblower)
: Anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas, kelengkapan organ Dewan Pengawas dan Pegawai BPJS Kesehatan atau pihak lain dari luar organisasi (peserta, pemasok, masyarakat) yang melakukan pelaporan pelanggaran
Pelaporan Pelanggaran (Whistleblowing)
: Pengungkapan tindakan pelaggaran atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/
tidak bermoral atau perbuatan lain yang yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan yang dilakukan oleh anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas, kelengkapan organ Dewan Pengawas, dan Pegawai BPJS Kesehatan kepada pimpinan organisasi atau pejabat berwenang yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Pemasok : Setiap penjual produk atau jasa ke organisasi, termasuk konsultan, kontraktor, agen dan fasilitas kesehatan (Faskes). Definsi ini juga mencakup setiap pemasok yang oleh organisasi secara aktif dipertimbangkan untuk digunakan, meskipun pada akhirnya tidak jadi berbisnis Pemangku Kepentingan : Pihak-pihak yang memiliki hubungan keterkaitan dengan
keberlangsungan program Jaminan Kesehatan sesuai yang diamanatkan kepada BPJS Kesehatan.
Pemberi Gratifikasi : Para pihak, baik perseorangan, sekelompok orang, badan hukum atau lembaga yang memberikan gratifikasi kepada penerima gratifikasi
Pengendalian Gratifikasi : Suatu sistem yang bertujuan untuk mengendalikan penerimaan gratifikasi secara transparan dan akuntabel melalui serangkaian kegaiatan yang melibatkan partisipasi aktif badan pemerintahan, dunia usaha dan masyarakat untuk membentuk lingkungan pengendalian gratifikasi
Perlindungan terhadap pelapor
: Jaminan kerahasiaan dan kepastian hukum atas pelaporan sesuai dengan pertauran perundang-undangan yang berlaku.
Peserta : Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
Saksi : Seseorang yang melihat dan mendengar atau
mengalami sendiri tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Terlapor dan bersedia memberikan keterangannya kepada Tim Penyidik.
Sistem Pelaporan Pelangaran (Whistle Blowing System)
: Sistem yang mengelola pengaduan/penyingkapan mengenai perilaku melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak semestinya secara rahasia, anonim dan mandiri yang digunakan untuk mengoptimalkan peran serta anggota Direksi, anggota Dewan Pengawas, kelengkapan organ Dewan Pengawas dan Pegawai BPJS Kesehatan dan pihak lainnya dalam mengungkapkan pelanggaran yang terjadi di lingkungan BPJS Kesehatan.
Suap : Aktivitas memberikan/menawarkan/menerima apa pun yang berharga kepada/dari pihak lain (penyelenggara negara, mitra kerja, dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan organisasi), dimana pemberian tersebut diketahui atau patut diduga digunakan untuk mempengaruhi atau menggerakkan pihak-pihak tersebut melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya
Tata Kelola : Tata Kelola, untuk selanjutnya disebut tata kelola yang baik adalah suatu sistem yang dirancang sebagai pedoman bagi BPJS Kesehatan dalam menyelenggarakan program Jaminan Sosial
Tata Nilai : Panduan budaya dalam bekerja dan berinteraksi di dalam organsiasi yang tercermin dalam perilaku kerja setiap Pegawai BPJS Kesehatan
Tim Pemeriksa : Tim yang dibentuk dengan penetapan Surat Keputusan Direksi untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran disiplin sedang dan berat
Whistle Blowing : Pengungkapan oleh pelapor (Whistle Blower) atas perilaku Duta BPJS Kesehatan yang melanggar hukum, atau pengungkapan perbuatan yang melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan
BAB II
KODE ETIK BPJS KESEHATAN
A. Pengertian
Kode Etik BPJS Kesehatan merupakan pedoman perilaku bagi Organ, Kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi, kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, dan kesadaran adanya tanggung jawab sosial BPJS Kesehatan terhadap pemangku kepentingan.
B. Tujuan Kode Etik BPJS Kesehatan
Kode Etik BPJS Kesehatan bertujuan untuk membentuk, mengatur dan mengarahkan keselarasan tingkah laku yang sesuai dengan prinsip moral, nilai dan budaya BPJS Kesehatan dalam mewujudkan pengelolaan organisasi secara transparan, profesional, efektif, dan efisien.
C. Manfaat Kode Etik BPJS Kesehatan
Manfaat yang diharapkan dari Kode Etik BPJS Kesehatan ini adalah:
1. Mewujudkan pengelolaan organisasi yang transparan, profesional, efektif, dan efisien 2. Menumbuhkan keyakinan atas pengelolaan jaminan kesehatan yang prudent,
efisien, akuntabel dan transparan sehingga meningkatkan kepercayaan pada organisasi dan sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
D. Sumber Acuan Kode Etik BPJS Kesehatan
Kode Etik BPJS Kesehatan disusun dengan mempertimbangkan:
1. Peraturan Perundangan tentang pengelolaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 2. Budaya dan Tata Nilai BPJS Kesehatan
3. Komitmen BPJS Kesehatan
4. Norma dan prinsip moral yang berlaku umum di masyarakat
E. Ruang Lingkup Kode Etik BPJS Kesehatan Kode Etik BPJS Kesehatan terdiri dari:
1. Kode Etik Organisasi, yang berlaku bagi Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan
2. Kode Etik Pengawasan, yang berlaku khusus bagi anggota Dewan Pengawas
Pedoman Kode Etik ini menjelaskan Kode Etik Organisasi dan Kode Etik Pengelolaan. Kode Etik Pengawasan dijelaskan tersendiri dalam Peraturan Dewan Pengawas BPJS Kesehatan.
F. Kode Etik Organisasi 1. Pengertian
Kode Etik Organisasi adalah aturan tertulis tentang perilaku yang disusun secara sistematis berdasarkan prinsip moral dan tata nilai organisasi yang wajib ditaati oleh Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam menjalankan fungsi, tugas dan wewenangnya.
Kode Etik Organisasi juga dapat diberlakukan bagi Mitra Kerja, Tenaga Alih Daya, Tenaga Ahli Dewan Pengawas, dan Pihak lain yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama.
2. Tujuan
Tujuan Kode Etik Organisasi adalah:
a. Panduan perilaku dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prinsip tata kelola BPJS Kesehatan.
b. Panduan perilaku yang wajib dipatuhi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan yang dilandasi nilai moral yang tinggi, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kesadaran adanya tanggung jawab sosial BPJS Kesehatan terhadap pemangku kepentingan
3. Sasaran
Kode Etik Organisasi ditujukan bagi Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan
4. Cakupan Kode Etik Organisasi
Kode Etik Organisasi mengatur antara lain:
a. Etika kerja
b. Perilaku anti korupsi, suap, dan gratifikasi c. Pengelolaan Benturan Kepentingan d. Aktivitas politik dan organisasi profesi e. Pengelolaan dan pendayagunaan aset f. Pengamanan data dan Informasi g. Hubungan kerja
h. Kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang berlaku a. Etika Kerja
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib mematuhi Etika Kerja sebagai berikut:
1) Mendahulukan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu/kelompok 2) Selaras antara pikiran, ucapan dan tindakan
3) Berani mengakui dan mempertanggungjawabkan kesalahan 4) Meningkatkan kompetensi secara berkesinambungan 5) Mengutamakan kualitas proses dan hasil kerja
6) Berpikir positif dan mau menyesuaikan diri terhadap perubahan 7) Bersikap proaktif terhadap kebutuhan peserta
8) Berempati dan sabar dalam melayani peserta
9) Merencanakan anggaran berdasarkan prioritas kebutuhan 10) Hemat dan rasional dalam penggunaan anggaran
b. Perilaku Anti Korupsi, Suap, dan Gratifikasi
Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
1) Menjunjung tinggi perilaku anti korupsi, suap, dan gratifikasi 2) Melakukan pencegahan tindak pidana korupsi, suap, dan gratifikasi 3) Melaporkan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau Unit
Pengendalian Gratifikasi (UPG) atas gratifikasi yang diterima
4) Menyampaikan informasi mengenai indikasi ataupun pelanggaran terhadap kecurangan melalui sistem pelaporan pelanggaran (whistleblowing system)
5) Membuat pernyataan anti korupsi, suap dan gratifikasi setiap 6 (enam) bulan
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu organisasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dengan cara menyalahgunakan kewenangan, memanfaatkan kesempatan atau sarana jabatan
2) Menerima dan/atau memberi dalam bentuk uang, barang, rabat (diskon), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, baik yang diterima dan/atau diberi di dalam negeri maupun di luar negeri, yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik
Penerimaan Gratifikasi
Pada prinsipnya, Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dilarang menerima gratifikasi dari pihak manapun yang patut diduga
menggerakan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannnya dan atau dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas dalam pengambilan keputusan saat ini dan di masa mendatang.
Penerimaan gratifikasi dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:
1. Penerimaan gratifikasi yang dianggap suap, yaitu penerimaan gratifikasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama yang terkait dengan jabatan dan/atau pekerjaan secara langsung maupun tidak langsung dapat menimbulkan benturan kepentingan serta dapat mendorong terjadinya tindak pidana korupsi
2. Penerimaan gratifikasi dalam rangka kedinasan, yaitu penerimaan gratifikasi baik secara sendiri-sendiri atau secara bersama-sama pada saat kegiatan/penugasan resmi dari BPJS Kesehatan. Misalnya penerimaan honorarium, plakat, seminar kit, souvenir, doorprize yang diterima pada saat menjadi narasumber, menghadiri seminar atau penugasan lainnya.
3. Penerimaan yang tidak termasuk gratifikasi, yaitu penerimaan diperoleh berdasarkan kontrak atau prestasi tertentu yang sah, dengan ketentuan bahwa penerimaan tersebut:
a. Tidak termasuk dalam kategori penerimaan gratifikasi yang dianggap suap b. Tidak terkait dengan kegiatan/penugasan kedinasan
c. Tidak ditujukan untuk kepentingan pribadi dan/atau kelompok tertentu Contoh penerimaan ini adalah penerimaan barang, fasilitas,
akomodasi atau hadiah lain dari keluarga/teman/atau pihak lain yang tidak berhubungan kedinasan baik secara langsung maupun tidak langsung pada saat ulang tahun, pernikahan, musibah dan acara pribadi lain sesuai dengan nilai wajar yang ditetapkan pimpinan
Panduan perilaku terhadap situasi penerimaan gratifikasi adalah:
1. Terhadap penerimaan gratifikasi yang dapat dianggap suap, Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan wajib menolak dalam kesempatan pertama dan segera melaporkan kepada Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)
2. Penerimaan Gratifikasi dalam rangka kedinasan segera dilaporkan kepada Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)
3. Terhadap penerimaan yang tidak termasuk gratifikasi tidak perlu dilaporkan kepada Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG)
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan harus mewaspadai upaya pemberian gratifiasi yang dapat dianggap suap, yang disampaikan
Dalam hal Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dihadapkan pada keadaan yang tidak memungkinkan untuk menolak gratifikasi, maka Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan wajib melaporkan gratifikasi tersebut kepada Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG).
Pemberian Gratifikasi
Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dilarang untuk memberi gratifikasi kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Penyelenggara Negara yang memiliki hubungan kerja atau bisnis yang bertujuan untuk mempengaruhi pihak dimaksud untuk melakukan dan/atau tidak melakukan sesuatu hal yang berkaitan dengan jabatan/kedudukannya.
Dalam kondisi yang tidak dapat dihindari yang mengharuskan Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan untuk memberi gratifikasi di luar batas kewenangannya, maka yang bersangkutan harus mendapatkan izin tertulis dari atasannya dan dilaporkan kepada Unit Pengendalian Gratifikasi (UPG).
BPJS Kesehatan dapat memberikan donasi/sumbangan terkait dengan tanggung jawab terhadap lingkungan sekitar yang tidak terkait dengan politik atau untuk mempengaruhi BPJS Kesehatan, setelah mendapatkan otorisasi dari pejabat yang ditunjuk.
c. Pengelolaan Benturan Kepentingan
Situasi benturan kepentingan merupakan awal dari tindakan dan perilaku tidak etis yang mengarah pada keputusan dan tindakan Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan yang tidak dmaksudkan untuk kepentingan terbaik organisasi. Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan wajib menghindarkan diri dari situasi benturan kepentingan dan segera melaporkan setiap situasi benturan kepentingan yang diketahui.
Pedoman Kode Etik Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan terhadap benturan kepentingan diatur dalam hal wajib dan dilarang sebagai berikut:
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
1) Menghindarkan diri dan proaktif mengomunikasikan situasi yang berpotensi menjadi benturan kepentingan yang mengarah pada keputusan dan tindakan yang tidak dimaksudkan untuk kepentingan
2) Melaporkan setiap situasi yang berpotensi menjadi benturan kepentingan kepada atasan langsung dan atau Komite Etika
3) Menggunakan saluran pelaporan etika sebagai saluran untuk menyampaikan kondisi dan pengaduan tentang situasi benturan kepentingan dan tidak menyebarkan fitnah yang dapat mengganggu keharmonisan hubungan kerja
4) Menyampaikan laporan berdasarkan data dan fakta yang dapat dipertanggungjawabkan kepada Komite Etika tentang situasi benturan kepentingan yang diduga melibatkan Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Menyalahhgunakan kewenangan, membuat keputusan, dan mengambil tindakan dalam jabatan yang dapat memengaruhi objektivitas pelaksanaan tugasnya
2) Menetapkan kebijakan atau keputusan dalam jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga atau pihak-pihak lain di atas kepentingan organisasi
3) Memberikan informasi rahasia jabatan atau organisasi dipergunakan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang tidak terkait organisasi 4) Memiliki bisnis yang mempunyai keterkaitan dengan penyelenggaraan
Jaminan Sosial
5) Mendirikan atau memiliki seluruh atau sebagian badan usaha yang terkait dengan program Jaminan Sosial
6) Memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga antar anggota Dewan Pengawas, antar anggota Direksi, dan antara anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi
7) Memberikan perlakuan khusus kepada Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan atau pihak tertentu untuk tidak mengikuti proses dan prosedur yang berlaku
Sebagai tambahan pengetahuan, ada beberapa hal yang perlu diketahui tekait pengelolaan benturan kepentingan ini, yaitu:
Sumber Benturan Kepentingan
Benturan kepentingan biasanya bersumber dari:
1) Adanya kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki oleh Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan
2) Adanya hubungan afiliasi baik berupa hubungan keluarga atau hubungan pertemanan yang dapat mempengaruhi tindakan dan pengambilan
3) Penerimaan gratifikasi oleh Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan yang patut diduga terkait dengan jabatan dan/
atau dapat mempengaruhi independensi dan objektivitas dalam pelaksanaan tugas
4) Aktivitas dan rangkap jabatan Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan di luar kedinasan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mendorong pemanfaatan kewenangan dalam jabatan di BPJS Kesehatan.
5) Kelemahan sistem pengendalian internal yang bersumber dari struktur, proses bisnis dan/atau budaya organisasi.
6) Adanya keinginan untuk memenuhi keperluan/kepentingan pribadi (vested interest) dari Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam memanfaatkan kewenangan yang dimiliki
Bentuk Situasi Benturan Kepentingan
Bentuk situasi benturan kepentingan antara lain:
1) Situasi yang menyebabkan Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan menerima gratifikasi atas suatu keputusan dalam jabatan 2) Situasi yang menyebabkan penggunaan aset atau jabatan untuk
kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang tidak terkait
3) Situasi yang menyebabkan informasi rahasia jabatan atau organisasi dipergunakan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang tidak terkait
4) Situasi pemanfaatan jabatan untuk kepentingan pelaksanaan aktivitas atau jabatan lain di luar BPJS Kesehatan
5) Situasi dimana terdapat hubungan afiliasi Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dengan pihak lainnya yang memiliki kepentingan atas keputusan dan/atau tindakan Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam jabatannya
6) Situasi yang memberikan perlakuan khusus kepada Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan atau pihak tertentu untuk tidak mengikuti proses atau prosedur yang berlaku
7) Situasi yang mengakibatkan proses pengawasan tidak berlangsung secara objektif dan tidak sesuai prosedur karena adanya pengaruh dari pihak yang diawasi
8) Pelaksanaan penilaian dan evaluasi oleh Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan atas suatu objek yang merupakan hasil dari kegiatan atau keputusan dari penilai
9) Situasi dimana Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan menetapkan kebijakan atau keputusan yang menyangkut kepentingan keuangan atau ekonomi diri sendiri
d. Aktivitas Politik dan Organisasi Profesi
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
Melaporkan setiap keanggotaan atau kepengurusan dalam organisasi profesi yang terkait langsung dengan jabatan atau fungsi BPJS Kesehatan kepada atasan dan kepada fungsi Kesekretarian Badan Bidang Tata Kelola
Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Merangkap jabatan sebagai anggota partai politik, pengurus organisasi masyarakat atau organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan program Jaminan Sosial, pejabat struktural dan fungsional pada lembaga pemerintahan, pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya
2) Melakukan aktivitas profesi atau kegiatan terkait dengan perkumpulan atau organisasi yang tidak diakui oleh Pemerintah dan dapat menimbulkan benturan kepentingan dan/atau citra yang negatif bagi BPJS Kesehatan.
3) Melakukan aktivitas profesi atau kegiatan terkait yang memengaruhi kontribusi Dewan Pengawas, kelengkapan Organ Dewan Pengawas, Direksi, dan Pegawai kepada BPJS Kesehatan seperti pengurangan jam kerja serta konsentrasi kerja, objektivitas dan mengabaikan kewajiban kepada organisasi
4) Melakukan aktivitas profesi atau kegiatan terkait dengan memanfaatkan dan menyalahgunakan fasilitas dan aset BPJS Kesehatan
e. Pengelolaan dan Pendayagunaan Aset
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
1) Menggunakan aset organisasi baik fisik maupun non-fisik secara optimal 2) Menjaga, merawat, dan menggunakan aset atau inventaris secara
efektif dan efisien untuk kepentingan organisasi
3) Melaporkan pelanggaran ataupun kelemahan dalam pengelolaan dan/
atau pendayagunaan aset
Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi
2) Menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial
3) Melakukan subsidi silang antarprogram menggunakan aset Dana
4) Menempatkan investasi aset BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial pada jenis investasi yang tidak terdaftar pada Peraturan Pemerintah
5) Menanamkan investasi kecuali surat berharga tertentu dan/
atau investasi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial
6) Membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku catatan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial.
f. Pengamanan Data dan Informasi
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
1) Menjaga kerahasiaan data dan informasi yang bersifat rahasia terkait dengan kegiatan organisasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku
2) Berkoordinasi dengan fungsi Kesekretariatan Badan sebelum memberi, menyampaikan atau menyetujui untuk menerima atau menyampaikan data dan informasi yang bersifat rahasia
3) Melindungi kekayaan intelektual organisasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4) Melaporkan kepada fungsi Kesekretariatan Badan bila mengetahui ada pihak ketiga menggunakan data dan informasi, serta kekayaan intelektual organisasi tanpa persetujuan.
5) Mengelola seluruh dokumen organisasi dengan baik dan tertib sesuai ketentuan perundang-undangan
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Menyimpan atau menggunakan dokumen organisasi untuk kepentingan pribadi
2) Menyebarluaskan data dan informasi tanpa izin organisasi kepada pihak lain yang tidak berkepentingan baik selama bekerja maupun setelah pengakhiran hubungan kerja
3) Memberikan informasi rahasia jabatan atau organisasi, dan kekayaan intelektual milik pihak lain tanpa izin dipergunakan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4) Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan dihapuskannya suatu laporan dalam buku catatan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi
5) Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau merusak catatan pembukuan BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial.
g. Hubungan Kerja
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
1) Menjaga hubungan kerja yang saling menghormati sesuai peran masing-masing, menghargai perbedaan pendapat, dan persamaan hak 2) Menghormati hak sesama rekan kerja untuk menyimpan dan menjaga
data pribadi sesuai dengan prosedur yang berlaku di BPJS Kesehatan 3) Menciptakan dan menjaga kebersihan, keamanan dan kenyamanan
lingkungan kerja
4) Bersinergi, saling percaya dan saling menghormati dalam lingkungan kompetitif yang sehat dengan komitmen bersama untuk keberhasilan BPJS Kesehatan
5) Memahami dan mematuhi kebijakan dan ketentuan yang ditetapkan BPJS Kesehatan terkait kesehatan, keselamatan kerja dan pelestarian lingkungan hidup
Organ, Kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Mengarah pada segala bentuk tekanan, provokasi dan diskriminasi terhadap orang lain
2) Melakukan tindakan intimidasi dan pelecehan terhadap orang lain karena latar belakang agama, ras, suku, hubungan pribadi (pertemanan dan kekerabatan), jenis kelamin (termasuk kehamilan), usia, perbedaan dan keterbatasan fisik atau karakteristik lain yang dilindungi undang-undang 3) Melakukan kegiatan pribadi selama jam kerja yang mengganggu orang
lain atau yang mengganggu konsentrasi sehingga membuat rekan kerja lainnya tidak dapat melaksanakan tanggung jawab pekerjaan dengan baik
h. Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan yang Berlaku
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya wajib:
1) Menaati dan mematuhi peraturan dan hukum yang relevan dan berlaku 2) Menaati kewajiban perpajakan dan pelaporan harta kekayaan sesuai
ketentuan yang berlaku (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
3) Mempertimbangkan ketentuan perundang-undangan serta norma- norma yang berlaku pada masyarakat dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan
4) Melakukan pekerjaan sesuai dengan pedoman, kebijakan ataupun petunjuk teknis yang telah ditetapkan oleh organisasi sesuai dengan bidang tugasnya.
5) Menghindari setiap tindakan, perbuatan tercela, dan perilaku yang dapat menimbulkan pelanggaran terhadap hukum dan norma kesusilaan
6) Mengupayakan penyelesaian perselisihan melalui musyawarah untuk mufakat dan menghormati proses hukum dan segala putusannya
Organ, kelengkapan Organ, dan Pegawai BPJS Kesehatan dalam melakukan kegiatannya dilarang:
1) Melakukan tindakan menghasut/membujuk/mengajak Pegawai atau pihak lain untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan organisasi atau bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku
2) Menyalahgunakan, menjual, memproduksi, menyebarkan, memiliki, menggunakan zat-zat yang diawasi atau berada di bawah pengaruh narkotika, obat-obatan terlarang dan minuman keras di tempat kerja atau saat menjalankan pekerjaan terkait tugas.
G. Kode Etik Pengelolaan 1. Pengertian
Kode Etik Pengelolaan adalah seperangkat prinsip moral atau nilai yang dipergunakan dan harus diikuti oleh Direksi BPJS Kesehatan sebagai pedoman tingkah laku dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan Nasional
2. Tujuan
Tujuan Kode Etik Pengelolaan adalah:
a) Sebagai acuan bagi anggota Direksi berkaitan dengan prinsip-prinsip etika dalam pengelolaan BPJS Kesehatan
b) Menetapkan aturan perilaku pengelolaan BPJS Kesehatan yang diwujudkan dengan ucapan, sikap dan perbuatan oleh Anggota Direksi guna menjaga integritas, profesional, dan independensi dalam melaksanakan fungsi, tugas dan wewenangnya
3. Sasaran
Kode Etik Pengelolaan diberlakukan khusus bagi Direksi BPJS Kesehatan
4. Cakupan Kode Etik Pengelolaan
Berdasarkan Undang-Undang BPJS Nomor 24 Tahun 2011 Pasal 52, Direksi dilarang:
a) Memiliki hubungan keluarga sampai derajat ketiga antaranggota Dewan Pengawas, antaranggota Direksi, dan antara anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi;
b) Memiliki bisnis yang mempunyai keterkaitan dengan penyelenggaraan Jaminan Sosial;
c) Melakukan perbuatan tercela;
d) Merangkap jabatan sebagai anggota partai politik, pengurus organisasi masyarakat atau organisasi sosial atau lembaga swadaya masyarakat yang terkait dengan program Jaminan Sosial, pejabat struktural dan fungsional pada lembaga pemerintahan, pejabat di badan usaha dan badan hukum lainnya;
e) Membuat atau mengambil keputusan yang mengandung unsur benturan kepentingan;
f) Mendirikan atau memiliki seluruh atau sebagian badan usaha yang terkait dengan program Jaminan Sosial;
g) Menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan dihapuskannya suatu laporan dalam buku catatan atau dalam laporan, dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS Kesehatan dan/atau Dana Jaminan Sosial
h) Menyalahgunakan dan/atau menggelapkan aset BPJS Kesehatan dan/atau Dana Jaminan Sosial;
i) Melakukan subsidi silang antarprogram;
j) Menempatkan investasi aset BPJS Kesehatan dan/atau Dana Jaminan Sosial pada jenis investasi yang tidak terdaftar pada Peraturan Pemerintah;
k) Menanamkan investasi kecuali surat berharga tertentu dan/atau investasi peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial;
l) Membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku catatan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, atau laporan transaksi BPJS Kesehatan dan/atau Dana Jaminan Sosial; dan/atau
m) Mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, menghapus, atau menghilangkan adanya suatu pencatatan dalam pembukuan atau dalam laporan, atau dalam dokumen atau laporan kegiatan usaha, laporan transaksi atau merusak catatan pembukuan BPJS Kesehatan dan/atau
BAB III
PENGELOLAAN
KODE ETIK BPJS KESEHATAN
A. Komitmen
Komitmen dan tanggung jawab Organ dan kelengkapan Organ terhadap Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ini adalah sebagai berikut:
1. Membaca, memahami, dan mengimplementasikan Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan
2. Mengisi pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan setiap tahunnya melalui penandatanganan Pakta Integritas
3. Melaporkan setiap tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan ketentuan organisasi
4. Menjadi panutan bagi pegawai di lingkungan organisasi
5. Memberikan perlindungan bagi pegawai yang melakukan pelaporan
Komitmen dan tanggung jawab sebagai Pegawai BPJS Kesehatan terhadap Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ini adalah sebagai berikut:
1. Membaca, memahami, dan mengimplementasikan Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan
2. Mengisi pernyataan kepatuhan terhadap Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan setiap tahunnya melalui penandatanganan Pakta Integritas
3. Melaporkan setiap tindakan yang tidak sesuai dengan hukum dan ketentuan organisasi lain
Komitmen Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan ini dituangkan dalam Pakta Integritas yang terdapat pada Lampiran 3 dan 4
B. Sosialisasi Pedoman Kode Etik
Sosialisasi Pedoman Kode Etik merupakan proses penting dalam rangka internalisasi nilai-nilai organisasi dan Kode Etik kepada Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan serta membangun pemahaman bagi mitra kerja dan pemangku kepentingan.
Sosialisasi Kode Etik dilaksanakan dengan memperhatikan hal berikut:
1. Sosialisasi Kode Etik diintegrasikan dalam kegiatan orientasi Organ, kelengkapan
2. Membangun pemahaman dan komitmen seluruh mitra kerja dan para pemangku kepentingan lainnya.
3. Bahwa penerapan Kode Etik merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses bisnis dan penilaian kinerja seluruh Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan
4. Kode Etik jika diperlukan dapat dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai kebijakan dan peraturan BPJS Kesehatan
5. Pengukuran atas pemahaman Kode Etik, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana Organ, kelengkapan Organ Dan Pegawai BPJS Kesehatan telah menyadari dan memahami Kode Etik.
C. Komite Etika 1. Pengertian
Komite Etika adalah organ pendukung Direksi yang membantu Direksi untuk meningkatkan internalisasi nilai organisasi, koordinasi, monitoring dan evaluasi implementasi dari Kode Etik di lingkungan BPJS Kesehatan
2. Pembentukan Komite Etika
a. Komite Etika diangkat dan diberhentikan oleh Keputusan Direksi
b. Penanggung Jawab Komite Etika adalah Direktur yang membidangi Sumber Daya Manusia.
c. Komite Etika beranggotakan paling banyak 7 (tujuh) orang termasuk Penanggung Jawab.
d. Komite Etika dapat dibantu oleh pegawai yang ditunjuk sebagai Sekretariat.
e. Untuk menjamin kesinambungan peran Komite Etika, tugas dan wewenang anggota Komite Etika melekat pada orang yang menjabat. Bila diperlukan, Komite Etika dapat dibantu oleh Penasihat Etika yang independen, dari luar organisasi.
f. Komite Etika bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
g. Anggota Komite Etika tidak dapat mendelegasikan tugas kepada orang di luar Komite Etika.
h. Komite Etika bertanggung jawab dalam menciptakan situasi kerja kondusif dan perilaku kerja yang etis
i. Komite Etika bersifat sebagai forum yang mengarahkan (steering committee)
3. Tugas
Tugas Komite Etika adalah sebagai berikut:
a. Mempersiapkan perangkat, mekanisme dan sistem yang berlaku serta dibutuhkan dalam implementasi Kode Etik BPJS Kesehatan
b. Memastikan bahwa Kode Etik telah disosialisasikan kepada seluruh Organ,
c. Menetapkan perilaku dan praktik yang termasuk dalam kategori menyimpang dari Kode Etik
d. Mengawasi implementasi Kode Etik di seluruh tingkat Unit Kerja
e. Menerima dan mengumpulkan laporan pelanggaran Kode Etik serta menindaklanjuti laporan pelanggaran Kode Etik melalui pemberian rekomendasi sanksi kepada pejabat berwenang sesuai peraturan yang berlaku
f. Memberikan saran dan rekomendasi sanksi kepada Pejabat berwenang sesuai peraturan yang berlaku
g. Memberikan rekomendasi mengenai hal-hal yang terkait dengan implementasi Kode Etik kepada Unit Kerja terkait
h. Memberikan saran kepada Kepala Corporate University BPJS Kesehatan untuk materi presentasi mengenai Kode Etik dalam setiap program pelatihan jika diperlukan
i. Melaksanakan evaluasi dan mengembangkan Kode Etik di lingkungan BPJS Kesehatan secara berkesinambungan
j. Menyampaikan laporan atas penerapan Kode Etik di lingkungan BPJS Kesehatan kepada Direktur Utama BPJS Kesehatan secara periodik paling sedikit 3 (tiga) bulan sekali
4. Wewenang
Wewenang Komite Etika:
a. Meminta data dan informasi serta dokumen yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugasnya.
b. Melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran etika
c. Memberikan rekomendasi sanksi atas dugaan pelanggaran etika
5. Koordinasi Kerja Komite Etika
Dalam melaksanakan tugasnya, Komite Etika dapat melakukan koordinasi dengan berbagai pihak, baik pada pelaporan pelanggaran maupun pemeriksaan, yang di antaranya meliputi:
a. Tim Pemeriksa
b. Tim Pengelola Pengaduan Pelanggaran (PPP) Whistle Blowing System (WBS) c. Tim Pertimbangan Kepegawaian
d. Bidang Kepatuhan Internal
D. Penegakan atas Pelanggaran Kode Etik 1. Ketentuan Pelanggaran
a. Pelanggaran adalah sikap, perilaku, perkataan dan perbuatan yang menyimpang dari Kode Etik BPJS Kesehatan.
2. Pelaporan Dugaan Pelanggaran
Ketentuan Pelaporan Dugaan Pelanggaran Kode Etik adalah sebagai berikut:
a. Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan yang mengetahui dugaan terjadinya suatu pelanggaran Kode Etik segera menyampaikan laporan secara lisan atau tertulis kepada atasan dan/atau Komite Etika BPJS Kesehatan.
b. Laporan memuat kronologis dugaan pelanggaran, pihak yang diduga terlibat dengan dilengkapi bukti awal pelanggaran.
c. Laporan sedapat mungkin dilengkapi dengan identitas pelapor untuk memudahkan komunikasi dan tindak lanjut
d. BPJS Kesehatan berkomitmen untuk menindaklanjuti dan menyelesaikan setiap laporan dugaan pelanggaran dalam waktu sesegera mungkin.
e. Untuk menyelesaikan laporan dugaan pelanggaran, BPJS Kesehatan menetapkan prosedur tertulis yang mengatur tata cara atau proses penerimaan laporan pelanggaran, penanganan dan penyelesaian laporan pelanggaran, perlindungan pelapor, dan pemantauan penanganan dan penyelesaian pelaporan pelanggaran. Proses secara umum dalam penerimaan laporan dan tindak lanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 5
f. Laporan dugaan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Pegawai BPJS Kesehatan ditindaklanjuti oleh Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa
1) Komite Etika dapat membentuk atau mengusulkan pembentukan Tim Pemeriksa untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan dugaan pelanggaran kode etik.
2) Tim Pemeriksa adalah tim yang dibentuk dengan penetapan Surat Keputusan Direksi untuk menindaklanjuti dugaan pelanggaran sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Kepegawaian
3) Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa menentukan pembagian tugas dalam menindaklanjuti pelaporan atas dugaan pelanggaran terhadap Kode Etik g. Laporan dugaan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh Direksi BPJS
Kesehatan ditindaklanjuti oleh Komite Etika sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
3. Media Pelaporan Dugaan Pelanggaran
Media yang digunakan sebagai pelaporan dugaan pelanggaran adalah:
a. Menyampaikan secara langsung (tatap muka) kepada atasan atau Komite Etika b. Menyampaikan melalui media telepon, surat, layanan pesan singkat, dan/
atau surat elektronik (email) kepada Atasan atau Komite Etika
c. Menyampaikan melalui kotak pengaduan atau aplikasi Whistle Blowing System (WBS)
d. Bentuk lainnya, dengan prinsip sedapat mungkin tidak menyampaikan kepada publik atau media eksternal, tetapi mengedepankan penyelesaian
4. Pemeriksaan atas Dugaan Pelanggaran
a. Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan harus bekerja sama sepenuhnya dengan segala bentuk penyelidikan internal maupun eksternal yang berwenang secara wajar, termasuk namun tidak terbatas pada pemeriksaan-pemeriksaan yang terkait dengan Kode Etik
b. Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan dilarang menahan, mengubah, maupun menolak untuk menyampaikan informasi terkait pemeriksaan, misalnya dengan membuat pernyataan palsu atau menyesatkan pemeriksa internal maupun eksternal. Pelaksanaan atas pelanggaran ini akan dikenakan sanksi berat.
c. BPJS Kesehatan akan melindungi setiap Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan yang menyampaikan kekhawatiran dengan jujur, tetapi merupakan pelanggaran atas Pedoman Kode Etik jika dengan sengaja melontarkan tuduhan palsu dan membohongi pemeriksa.
d. Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa bekerja dengan menerapkan asas praduga tak bersalah (presumption of innocence)
5. Sanksi atas Pelanggaran Kode Etik
Ketentuan pemberian sanksi atas pelanggaran Kode Etik adalah sebagai berikut:
a. Komite Etika dan Tim Pemeriksa merekomendasikan sanksi kepada Direktur Utama, bila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya pelanggaran Kode Etik b. Jika pelanggaran Kode Etik dilakukan oleh Pegawai BPJS Kesehatan,
maka Direksi berwenang menetapkan sanksi mengikuti ketentuan sanksi yang diatur dalam Peraturan Kepegawaian.
c. Mekanisme pemberian sanksi bagi Pegawai BPJS yang melanggar Kode Etik mengikuti ketentuan yang diatur dalam Pedoman Kepegawaian.
d. Jika pelanggaran Kode Etik dilakukan oleh Komite Etika, maka Direksi berwenang menetapkan sanksi berdasarkan peraturan terkait.
e. Jika pelanggaran dilakukan oleh Anggota Dewan Pengawas atau Anggota Direksi, maka:
1) Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi yang melanggar dapat dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara; dan/atau pemberhentian tetap.
2) Sanksi administratif berupa peringatan tertulis dikenai oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
3) Sanksi administratif berupa pemberhentian sementara dan/atau pemberhentian tetap dikenai oleh Presiden dengan memperhatikan pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
6. Kebijakan Perlindungan Pelapor Pelanggaran Kode Etik
Fasilitas dan perlindungan bagi pelapor atas pelanggaran kode etik adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas pelaporan yang independen, bebas dan rahasia, seperti telepon, surat, pesan singkat, email dan aplikasi Whistle Blowing System
b. Pelapor atas Pelanggaran Kode Etik berhak mendapatkan perlindungan hukum sebagai berikut:
1) Perlindungan dari tindakan balasan atau perlakuan yang bersifat administratif kepegawaian yang tidak objektif dan merugikan Pelapor, namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan, penurunan penilaian kinerja, usulan pemindahan/mutasi atau hambatan karir lainnya.
2) Pemindahtugasan/mutasi bagi Pelapor dalam hal timbul initmidasi atau ancaman fisik, dan
3) Bantuan hukum dan kerahasiaan identitas sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan BPJS Kesehatan
c. Pejabat BPJS Kesehatan dilarang memberikan perilaku diskriminatif atau tindakan yang merugikan Pelapor yang menyampaikan laporan pelangggaran kode etik
d. Dalam hal terdapat ancaman fisik dan/atau psikis kepada Pelapor, Pelapor dapat meminta perlindungan kepada instansi yang berwenang sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku
e. Prinsip perlindungan terhadap Pelapor wajib dipenuhi dalam rangka untuk mendorong Pelapor untuk tidak ragu-ragu menyampaikan tindakan pelanggaran yang diketahuinya.
7. Penghargaan dan Sanksi terhadap Pelaporan Pelanggaran Kode Etik
Pelaporan pelanggaran kode etik didasarkan atas itikad baik untuk kepentingan organisasi. BPJS Kesehatan akan memberikan penghargaan kepada Pelapor apabila kasus yang dilaporkan mengandung kebenaran dan BPJS Kesehatan mendapat dampak positif dari adanya laporan tersebut sesuai dengan Peraturan Kepegawaian atau kebijakan Direksi. Pemberian penghargaan juga diberikan sebagai bentuk apresiasi atas keberanian dan kepedulian untuk melaporkan tindak pelanggaran, serta memotivasi bagi Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan yang lainnya untuk melakukan keberanian dan kepedulian yang sama.
Sebaliknya, Pelapor pun dapat dikenakan sanksi, apabila Pelapor telah terbukti menyampaikan laporan pelanggaran yang bersifat palsu atau fitnah, dimana ketentuan sanksi diatur sebagai berikut:
a. Sanksi terhadap kepalsuan pelaporan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan Pegawai mengikuti ketentuan sanksi yang diatur dalam Peraturan
b. Sanksi terhadap kepalsuan pelaporan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan Direksi mengikuti ketentuan sanksi yang diatur dalam Peraturan Perundang- undangan yang berlaku.
8. Pemulihan Nama baik
BPJS Kesehatan berkewajiban mengembalikan nama baik atau rehabilitasi terhadap Terlapor yang tidak terbukti melakukan pelanggaran
E. Apresiasi atas Kepatuhan terhadap Kode Etik
Segenap Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan patuh terhadap Kode Etik merupakan kewajiban dan keharusan. Akan tetapi, BPJS Kesehatan akan memberikan apresiasi kepada Organ, kelengkapan Organ dan pegawai BPJS Kesehatan yang memberikan kepatuhan terhadap Kode Etik dengan mekanisme, ketentuan dan bentuk penghargaan yang diatur dalam Peraturan tersendiri
BAB IV PENUTUP
A. Penerapan dan Pengembangan
Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Tata Kelola yang baik (Good Governance). BPJS Kesehatan mengharapkan setiap Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS Kesehatan untuk selalu berpikir dan bertindak secara benar dan tepat dalam situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mengedepankan kepentingan organisasi.
Pedoman Kode Etik ini disusun dengan mempertimbangkan Tata Nilai dan Budaya Organisasi yang merupakan esensi dari gerak organisasi. Oleh karena itu, Pedoman Kode Etik ini diharapkan menjadi tolak ukur dalam setiap tindakan Organ, kelengkapan Organ dan Pegawai BPJS kesehatan
B. Evaluasi dan Perbaikan
BPJS Kesehatan menyadari bahwa Kode Etik bersifat dinamis yang harus selalu disesuaikan dengan dinamika perkembangan bidang hukum, kompleksitas operasional, norma sosial, tuntutan masyarakat dan perubahan regulasi. Oleh karena itu, Pedoman Kode Etik senantiasa dilakukan evaluasi, penyesuaian, dan penyempurnaan sesuai kebutuhan organisasi sehingga Pedoman Kode Etik ini senantiasa selaras dengan nilai-nilai yang berlaku dan senantiasa mencerminkan standar etika, moral, perilaku dan budaya yang diharapkan.
Selanjutnya, diharapkan pula peran dari semua pihak untuk memberikan masukan guna pengembangan Pedoman Kode Etik BPJS Kesehatan ini agar sejalan dengan nilai-nilai organisasi. Keberhasilan penerapan Kode Etik akan sangat tergantung pada semangat, komunikasi dan komitmen semua pihak untuk mengimplementasikannya dalam aktivitas operasional sehari-hari
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
Lampiran 1 – Tata Nilai BPJS Kesehatan
TATA NILAI BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehatan menetapkan dan mengembangkan nilai-nilai organisasi yang diharuskan menjadi Tata Nilai bagi seluruh Duta BPJS Kesehatan, yaitu cerminan sikap seluruh Duta BPJS Kesehatan dalam menjalankan tugas dan tangung jawabnya di organisasi
Tata Nilai yang harus dijadikan Tata Nilai Kerja oleh Duta BPJS Kesehatan terdiri dari:
1. Integritas (Integrity), merupakan prinsip dalam menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab melalui keselarasan berpikir, berkata dan berperilaku sesuai keadaan sebenarnya
2. Profesional (Professional), merupakan karakter melaksanakan tugas dengan kesungguhan, sesuai kompetensi dan tanggung jawab yang diberikan
3. Pelayanan Prima (Service Excellent), merupakan tekad dalam memberikan pelayanan terbaik dengan ikhlas kepada seluruh peserta
4. Efesiensi Operasional (Operational Efficiency), merupakan upaya untuk mencapai kinerja optimal melalui perencanaan yang tepat dan penggunaan anggaran yang rasional sesuai dengan kebutuhan
Lampiran 2 – Komitmen BPJS Kesehatan
KOMITMEN BPJS KESEHATAN
Komitmen BPJS Kesehatan Kepada Peserta
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memenuhi kebutuhan jaminan layanan kesehatan bagi para peserta, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk:
1. Memberikan jaminan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan berkualitas.
2. Memberikan informasi yang jelas mengenai hak, kewajiban dan prosedur pelayanan yang harus ditempuh oleh peserta.
3. Memberikan kenyamanan dalam mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan.
4. Memberikan pelayanan administrasi yang mudah dan cepat.
5. Menyelesaikan keluhan peserta dengan menerapkan prinsip-prinsip pelayanan prima
Komitmen BPJS Kesehatan Kepada Pemerintah
Dalam upaya menjaga kepercayaan Pemerintah atas pengelolaan dana jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk:
1. Mengelola dana jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat yang dipercayakan kepada BPJS Kesehatan dengan akuntabel, efisien, dan transparan.
2. Membina hubungan, komunikasi dan interaksi yang baik dengan Pemerintah dengan senantiasa mematuhi ketentuan hukum yang berlaku terutama program Pemerintah dalam pemberantasan korupsi serta mempertimbangkan Kode Etik yang berlaku bagi Aparatur Sipil Negara.
3. Mempersiapkan tata laksana jaminan kesehatan untuk seluruh peserta di Indonesia sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Pasal 4, 19 sampai dengan 28 dan Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 Pasal 10, 11 dan 13.
4. Menerapkan strategi dan upaya menajemen terbaik untuk senantiasa menjaga tingkat kesehatan keuangan BPJS Kesehatan
Komitmen BPJS Kesehatan Kepada Pegawai
BPJS Kesehatan sangat menyadari bahwa pegawai merupakan aset terpenting dalam pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu, BPJS Kesehatan memberikan kesempatan yang sama terhadap semua pegawai untuk secara aktif berpartisipasi dalam upaya mencapai visi dan misi BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan berkomitmen untuk:
1. Menerapkan sistem rekrutmen, promosi, pengembangan karir dengan pengelolaan berbasis kompetensi sesuai dengan kebutuhan organisasi.
2. Memberi kesempatan yang sama kepada semua pegawai tanpa diskriminasi untuk
3. Memelihara kesejahteraan pegawai melalui penerapan sistem kompensasi dan benefit yang proporsional dan mendorong peningkatan kinerja.
4. Menyediakan fasilitas dan sarana kerja yang menjamin keselamatan, kesehatan kerja dan kelestarian lingkungan hidup sehingga memungkinkan pegawai untuk berkontribusi secara optimal.
5. Memberikan kebebasan kepada pegawai untuk berkontribusi menyampaikan pendapat dan aspirasi dengan tata cara yang beretika dan tidak bertentangan dengan peraturan.
6. Mempertimbangkan faktor kepatuhan terhadap pedoman etika dalam pelaksanaan evaluasi, penilaian kinerja, pengembangan dan pemberian penghargaan kepada para Duta BPJS Kesehatan
Komitmen BPJS Kesehatan Kepada Masyarakat
BPJS Kesehatan menyadari bahwa keberhasilan jaminan sosial nasional di bidang kesehatan tidak akan berhasil tanpa dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Oleh karena itu BPJS Kesehatan berkomitmen:
1. Mendukung terselenggaranya program Pemerintah untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat.
2. Menghormati norma dan kearifan lokal yang berlaku dan tidak melakukan tindakan- tindakan yang mengarah kepada diskriminasi masyarakat berdasarkan suku, agama, ras, dan antar golongan
3. Menjalin kemitraan dan kerja sama dengan elemen masyarakat dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan visi dan misi BPJS Kesehatan
Komitmen BPJS Kesehatan Kepada Mitra Kerja
Hubungan dengan mitra kerja dilaksanakan atas dasar prinsip dan praktik yang sah, fair dan efisien dalam rangka peningkatan kualitas jaminan layanan kesehatan yang prima.
Untuk itu BPJS Kesehatan berkomitmen untuk:
1. Memberikan kesempatan yang sama kepada fasilitas kesehatan yang telah terakreditasi untuk menjadi mitra kerja BPJS Kesehatan
2. Memberikan informasi yang jelas terkait benefit dan pembiayaan BPJS Kesehatan sesuai Undang-Undang dan peraturan yang telah ditetapkan
3. Memberikan informasi yang jelas mengenai prosedur dan ketentuan kerja sama dengan BPJS Kesehatan
4. Menunjuk mitra kerja yang memenuhi kualifikasi dan dapat memenuhi jaminan layanan kesehatan bagi peserta melalui mekanisme proses yang akuntabel.
5. Membuat perjanjian dan melaksanakan hubungan kerja yang jujur, adil, setara, saling menguntungkan dan sesuai ketentuan perundangan yang berlaku.
Lampiran 3 – Pakta Integritas Dewan Pengawas dan Direksi
PAKTA INTEGRITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami isi Kode Etik BPJS Kesehatan.
Saya, sebagai bagian dari Organ BPJS Kesehatan harus mematuhi dan melaksanakan Kode Etik BPJS Kesehatan dalam upaya meningkatkan dan memaksimalkan hasil pekerjaan untuk kemajuan BPJS Kesehatan.
Apabila saya mempunyai permasalahan mengenai kemungkinan pelanggaran terhadap standar etika yang tercantum dalam Kode Etik BPJS Kesehatan, saya akan memberitahukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Yang membuat pernyataan
(...) Nama & Tanda Tangan
Lampiran 4 – Pakta Integritas Pegawai BPJS Kesehatan
PAKTA INTEGRITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami isi Kode Etik BPJS Kesehatan.
Saya, sebagai Pegawai BPJS Kesehatan harus mematuhi dan melaksanakan Kode Etik BPJS Kesehatan dalam upaya meningkatkan dan memaksimalkan hasil pekerjaan untuk kemajuan BPJS Kesehatan.
Apabila saya mempunyai permasalahan mengenai kemungkinan pelanggaran terhadap standar etika yang tercantum dalam Kode Etik BPJS Kesehatan, saya akan memberitahukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Yang membuat pernyataan
(...) Nama & Tanda Tangan
Lampiran 5 – Proses Pelaporan Pelanggaran Kode Etik
PROSES PELAPORAN PELANGGARAN KODE ETIK
Proses pelaporan pelanggaran Kode Etik dan pemberian sanksi meliputi 4 (empat) tahapan, yaitu tahapan pelaporan, verifikasi laporan, pemeriksaan laporan, dan sanksi
Detail mekanisme proses pelaporan dan pemberian sanksi diatur secara terpisah.
A. Pelaporan
Pelaporan dugaan pelanggaran Kode Etik dilakukan melalui media yang tersedia, di antaranya:
1. Atasan Langsung di Unit Kerja
Pegawai BPJS Kesehatan melaporkan dugaan pelanggaran Kode Etik kepada Atasan Langsung di Unit Kerjanya, yang kemudian diteruskan secara berjenjang sampai kepada Kedeputian Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia dan Revolusi Mental (MSDMRM) 2. Aplikasi Whistle Blowing System (WBS)
Pegawai BPJS Kesehatan dapat melaporkan dugaan pelanggaran Kode Etik melalui aplikasi Whistle Blowing System (WBS) yang tersedia
3. Komite Etika
Pegawai BPJS Kesehatan dapat melaporkan dugaan pelanggaran Kode Etik kepada Komite Etika, baik melalui tatap muka ataupun media lain seperti email ataupun telepon.
B. Verifikasi Laporan
Laporan atas dugaan pelanggaran Kode Etik diverifikasi untuk memastikan kelengkapan informasi laporan. Verifikasi dilakukan sebagai berikut
1. Pelaporan dugaan pelanggaran yang berasal dari unit kerja dan sampai ke Kedeputian Bidang Manajemen Sumber Daya Manusia dan Revolusi Mental (MSDMRM) diverifikasi oleh Tim MSDMRM.
a. Jika termasuk kategori Kode Etik, maka akan diteruskan kepada Tim Pemeriksa b. Jika termasuk kategori fraud dan kerugian, maka akan diteruskan kepada
Kedeputian Bidang Pengawasan Internal (Wasin)
2. Pelaporan dugaan pelanggaran melalui Whistle Blowing System (WBS) diverifikasi oleh Tim Pengelola Pengaduan Pelanggaran (Tim PPP) Whistle Blowing System.
a. Jika termasuk Kode Etik, laporan diteruskan kepada Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa
b. Jika termasuk kategori fraud dan kerugian, laporan diteruskan kepada Kedeputian Bidang Pengawasan Internal (Wasin)
c. Jika termasuk kategori operasional, laporan diteruskan kepada Unit Kerja terkait 3. Pelaporan dugaan pelanggaran yang diterima oleh Komite Etika, diverifikasi oleh
Komite Etika.
4. Pelaporan pelanggaran yang diterima langsung oleh Direksi tanpa diketahui pelapornya (Surat Kaleng) diverifikasi oleh Direksi atau tim yang ditunjuk, untuk kemudian diteruskan kepada pihak terkait berdasarkan Disposisi Direktur Utama.
a. Jika termasuk Kode Etik, laporan diteruskan kepada Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa
b. Jika termasuk kategori fraud dan kerugian, laporan diteruskan kepada Kedeputian Bidang Pengawasan Internal (Wasin).
C. Pemeriksaan Pelanggaran
Pemeriksaan atas laporan dugaan pelanggaran Kode Etik dilakukan oleh:
1. Tim Pemeriksa, untuk laporan yang diterima oleh Kedeputian Bidang MSDMRM
2. Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa, untuk laporan yang diterima melalui Aplikasi WBS, laporan yang disampaikan langsung kepada Komite Etika, dan informasi Surat Kaleng yang sudah diberikan disposisi oleh Direktur Utama
Komite Etika dan/atau Tim Pemeriksa memberikan rekomendasi kepada Direktur Utama berdasarkan hasil pemeriksaan.
D. Pemberian Sanksi
Pemberian sanksi terhadap pelanggaran Kode Etik ditetapkan oleh Direktur Utama sesuai dengan ketentuan, setelah sebelumnya dikonsultasikan dengan Tim Pertimbangan Kepegawaian.