• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya penyakit baru yang muncul pada dewasa ini, merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya penyakit baru yang muncul pada dewasa ini, merupakan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Banyaknya penyakit baru yang muncul pada dewasa ini, merupakan implikasi dari pertumbuhan dan mutasi virus, ini terjadi karena faktor lingkungan dan pola gaya hidup yang buruk, membuat mudahnya virus untuk masuk kedalam tubuh.Tubuh terdiri dari sel – sel yang tumbuh, kadang kala pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan.Kebanyakan tidak menimbulkan bahaya,tetapi bila terdapat pertumbuhan sel – sel yang berlebihan dibagian tubuh tertentu, maka akan terjadi suatu benjolan atau tumor. Tumor dapat bersifat jinak maupun ganas, tumor yang ganas inilah yang disebut dengan kanker (Ziera, 2011).

Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi, karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali, sehingga pertumbuhannya menyebabkan kerusakan, baik bentuk dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh (Sjamsuhidajat & De Jong, 2005). Penyakit kanker merupakan penyebab kematianterbesar di seluruh dunia dan 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker (pusat data & informasi kementrian kesehatan RI, 2015).

Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel telah mengalami kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali (LeMone,

(2)

2008).Kanker dapat bertumbuh di semua organ tubuh manusia, misalnya payudara, otak, tulang, jantung, mata dan organ – organ lainnya.Penyakit ini menjadi polemik dalam kehidupan manusia, karena setiap manusia berpotensi mendapatkan penyakit tersebut.Dapat disimpulkan, bahwa kanker merupakan suatu pertumbuhan sel yang tidak normal dan tidak terkendali, sehingga menyebabkan kerusakan bentuk,serta fungsi organ sel, pada bagian tubuh yang ditempati.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, menyatakan bahwa 5 besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar, kanker lambung, dan kanker hati.WHO mengestimasikan bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dari tahun 2005-2015 dan hasil yang diperoleh adalah delapan sampai sembilanpersen wanita mengalami kanker payudara.Hal itu membuat kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita setelah kanker leher rahim (American Cancer Society, 2008).

Menurut RS Kanker Dharmais tahun 2010 – 2013, kanker payudara, kanker servik dan kanker paru, merupakan tiga penyakit terbanyak di RS kanker Dharmais, dengan jumlah kematian yang semakin meningkat tiap tahun nya. Pada tahun 2012, dari 809 kasus terdapat 130 pasien yang meninggal dunia dan data terakhir tahun 2013, dari 819 kasus terdapat 217 orang pasien meninggal dunia (pusat data & informasi kementrian kesehatan RI, 2015).

(3)

Hasil riset kesehatan yang dilakukan RS Dharmais tahun 2013, menurut Kementrian Kesehatan,faktor penyebab penyakit kankerdisebabkan oleh faktor perilaku dan pola makan.Usia 25 – 54 tahun merupakan jumlah terbanyak terkena kanker, hal ini disebabkan oleh,faktor perilaku dan pola makan yang tidak sehat.Kurangnya konsumsi sayur dan buah,merupakan faktor risiko tertinggi pada semua kelompok umur. Dalam data di peroleh bahwa, penduduk yang gemar merokok,obesitas dan sering mengkonsumsi makanan berlemak tinggi, terdapat pada umur 25-54 tahun. Kebiasaan mengonsumsi makanan hewani berpengawet, makanan dibakar/ dipanggang, cenderung terkena pada kelompok umur yang lebih muda. Menurut data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kanker dikarenakan pola hidup yang tidak sehat (pusat data & informasi kementrian kesehatan RI, 2015).

Berdasarkan data penelitian Harianto dkk di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko terkena kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga (15,79%), menarche dini (8,77%), nullipara (7,02%) dan pemakaian pil yang mengandung estrogen jangka panjang (42,11%) (Harianto, 2005).

Menurut WHO dalam penelitiannya yang bernama Globocan 2012:

“Estimated Cancer Incidance, Morality and Prevalance Worldwide2012“kejadian kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker payudara, terdapat 48.998 kasus dengan angka kematian sebesar 19.750 (Globocan, 2012).

(4)

Kanker payudara terus meningkat selama 4 tahun, dengan kejadian 5.297 kasus di tahun 2004, 7.850 kasus di tahun 2005, 8.328 kasus di tahun 2006, dan 8.277 kasus di tahun 2007, data diatas berdasarkan Profil Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 (Depkes RI, 2008).Penelitian di Jakarta Breast Cancer pada bulan April 2001 sampai April 2003 menunjukan bahwa, dari 2.834 orang yang memeriksakan benjolan di payudaranya, 2.229 diantaranya (78%) merupakan tumor jinak, 368 orang (13%) terdiagnosis kanker payudara dan sisanya merupakan infeksi dan kelainan bawaan payudara (Djoerban dkk, 2003).

Kanker payudara adalah pertumbuhan abnormal pada sel jaringan payudara seseorang. Payudara wanita terdiri dari lobulus (kelenjar susu), duktus (saluran susu), lemak dan jaringan ikat, pembuluh darah dan limfe.

Sebagian besar kanker payudara bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal), beberapa bermula di lobulus (kanker lobular), serta sebagian kecil bermula di jaringan lain (Ellis, E.O dkk, 2003). Dengan kata lain, kanker payudara adalah suatu penyakit dengan kondisi pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan terjadinya kerusakan pada jaringan sel pada organ payudara.

Kanker payudara memang merupakan jenis kanker yang sering ditemukan pada wanita, tetapi tidak menutup kemungkinan pria untuk terkena kanker payudara.

Sama seperti wanita, pria juga memiliki jaringan payudara yang tumbuh selama masa pubertas. Namun pada pria, perkembangan jaringan payudara tidak sebanyak wanita. Dengan demikian, walaupun jarang, pria

(5)

dapat terkena penyakit kanker payudara. Meskipun sama – sama memiliki payudara, pria dan wanita memiliki struktur payudara yang berbeda. Payudara pria tidak besar karena tidak memiliki lemak dan tidak memiliki struktur yang sama dengan wanita. Perbedaan ini dikarenakan pada wanita memiliki hormon estrogen dan pria memiliki hormon testosteron.

Meskipun kasus kanker payudara pada pria hanya 1:100 namun resiko kematian yang di derita oleh penderita kanker payudara pada pria jauh lebih besar. Hal ini karena, lapisan jaringan pada payudara pria lebih sedikit dari pada wanita, sehingga sel kanker lebih cepat menyebar. Selain itu, kanker payudara pada pria terjadi karena, mereka tidak memperhatikan bentuk payudara mereka dan mengganggap bahwa pria tidak dapat terserang penyakit yang berhubungan dengan payudara. Informasi ini diperoleh peneliti dari hasil wawancara dengan 5 orang pria dewasa di RS Kanker Dharmais pada tahun 2016, mengenai kanker payudara pada pria, sehingga kasus kanker payudara pada pria yang datang, kondisinya dalam stadium akhir.

Kanker payudara pada pria, biasanya ditandai dengan tonjolan dibawah puting. Hal ini berbeda dengan wanita, wanita dapat muncul diseluruh payudara dan tidak selalu di bawah puting. Walaupun tandanya berbeda, kanker payudara pada pria dan wanita mempunyai jenis dan cara penyebaran yang sama. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kanker payudara pada pria adalah 85% kanker payudara pada pria, memiliki reseptor estrogen pada membran selnya. Reseptor estrogen pada membran sel, memungkinkan molekul estrogen untuk berikatan dengan sel-sel

(6)

kanker.Estrogen mengikat sel-sel kanker dan merangsang pertumbuhan dan multiplikasi sel. Kondisi tersebut membuat 20 kali lebih mungkin untuk terserang kanker payudara, dibandingkan pria pada umumnya. Pria yang memiliki hormon estrogen yang tinggi, dapat ditandai dengan Sindrom Klinefelter, sindrom ini adalah kondisi di mana bayi pria dilahirkan dengan kadar estrogen yang jauh lebih tinggi dari normal. Sejumlah gen yang bermutasi juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara pria. Misalnya, mutasi gen BRAC2 telah ditemukan pada 5% dari pria dengan kanker payudara. Sayangnya banyak dari mereka tidak sadar, bahwa kejadian tersebut dapat menimpa mereka. Perbandingan faktor risiko kanker payudara antara pria dan wanita, memiliki perbandingan 1:100 (http://www.info- kes.com/2013/06/kanker-payudara-pada-pria-mungkinkah.html).

Hal ini di perkuat oleh penelitian yang di lakukan John dkk. Pada tahun 2000, bahwa terdapat 0,1 angka kemungkinan hidup dari seluruh kasus kanker payudara pada pria . Kasus pria dengan mutasi BRCA2, mempunyai resiko lebih tinggi terkena penyakit kanker payudara. Peluang hidup dari keseluruhan populasi ini adalah 0,1%. Keadaan ini dikarena beberapa faktor, yaitu faktor riwayat keluarga, mutasi genesis (BRCA 2, BRCA 1), usia, Klenefelter Syndrome, Chest Radiation dan Altered testosterone – estrogen level (Fentiman, 2006).

Kejadian pria meninggal akibat kanker payudara, jauh lebih besar dari pada kanker testicular/penis. Sebanyak 9.355 pria terdiagnosa kanker payudara di Amerika Serikat dan dari tahun 2004 – 2008 terdapat 1934 kasus

(7)

kematian. Untuk kasus kanker testicular / penis terdapat 39.641 kasus, dengan 1758 angka kematian(United States Cancer Statistics,2012). Dapat dilihat bahwa, kasus kematian akibat kanker payudara pada pria jauh lebih tinggi dari pada kasus kanker testicular/penis.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa pria berpotensi terserang kanker payudara. Dengan demikian pria juga harus tanggap dan peduli pada keadaan tubuh mereka. Banyaknya kasus yang terjadi, dikarenakan kaum adam yakin bahwa yang terkena kanker payudara hanyalah kaum hawa, mereka tidak merasakan sesuatu yang janggal di bagian payudara atau yang biasa sebut dada pada pria. Pada kenyataanya pria dapat terkena penyakit kanker payudara, karena sel kanker berada di semua organ tubuh manusia. Meskipun memiliki perbedaan, kanker payudara pada pria maupun wanita memiliki jenis kanker dan penyebaran yang sama, sehingga cara penanganan dan pengobatannya pun sama yaitu dengan cara pengangkatan jaringan payudara. Selain itu dapat melakukan penanganan medis seperti kemoterapi, biopsy dan juga radiasi.

Menurut Persatuan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (2005), penatalaksanaan atau pengobatan utama penyakit kanker meliputi empat macam yaitu pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan terapi hormon.

Kemoterapi dilakukan untuk membunuh sel kanker dengan obat anti kanker (sitostatika) (Sukardja dkk, 2003). Menurut Dirdjo tahun 2009, pelaksanaan kemoterapi yang direkomendasikan oleh ASCO/ONSChemotherapy Administration Safety Standards (2009), secara umum menjelaskan

(8)

pelaksanaan pemberian kemoterapi meliputi persiapan (tenaga medis, pasien, obat), pelaksanaan atau pengelolaan, dan monitoring dan evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, sangat diperlukan pelaksanaan kemoterapi yang aman dan sesuai prosedur, mengingat efek samping yang dapat timbul, dalam pelaksanaan kemoterapi, berlaku bagi pasien, petugas kesehatan dan lingkungan sekitar.

Frekuensi pemberian kemoterapi dapat menimbulkan beberapa efek yang dapat memperburuk status fungsional pasien. Efek kemoterapi yaitu supresi sumsum tulang, gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, kehilangan berat badan, perubahan rasa, konstipasi, diare, dan gejala lainnya alopesia, fatigue, perubahan emosi, dan perubahan pada sistem saraf (Nagla, 2010). Menurut Ogce & Ozkan, 2008, kanker merupakan penyakit yang kompleks dengan manifestasi yang bervariasi. Umumnya pasien kanker mengalami perubahan dalam gejala fisik, psikologis, dan gangguan fungsional. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek kemoterapi dapat memperburuk status fungsional (mencakup ketidak mampuan dalam menjalankan perannya) setelah pemberian kemoterapi pada periode kedua (Lee, 2005). Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi emosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah depresi.

Menyediakan informasi bagi pasien, merupakan faktor penentu yang penting, bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan, tingkat kecemasan dan tingkat depresi penderita kanker (Schwartz dkk, 2009).

(9)

Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker sekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi. Dampak kecemasan dan depresi pada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya saja, tetapi juga bisa berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat. Kebanyakan penderita pun merasa khawatir, kecemasan akan tidak diterima dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, karena penyakit kanker merupakan penyakit yang masyarakat anggap sebagai penyakit yang menyeramkan (Hawari, 2004).

Respon fisik yang terjadi pada wanita penderita kanker dengan kemoterapi meliputi mual dan muntah, konstipasi, alopecia, penurunan nafsu makan, toksisitas kulit (perubahan warna vena), kelelahan (fatigue), penurunan berat badan, neuropati perifer, perubahan rasa dan nyeri.

Aspek psikologis yang muncul ketika terkena kanker yaitu kecemasan akan tidak diterima dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat, karena penyakit kanker merupakan penyakit yang masyarakat anggap sebagai penyakit yang menyeramkan (Hawari, 2004).

Sementara respon psikologis yang terjadi pada wanita penderita kanker dengan kemoterapi meliputi kecemasan, berjuang untuk menjadi normal, kesedihan, harga diri (self esteem) negatif dan kepasrahan (Wardani, 2014).Dampak psikologis berupa ketakutan akan kanker, ancaman terhadap body image, seksualitas, intimasi dari hubungan ( Osborn, et al., 2010).

(10)

Reich, et al. (2008) juga menyebutkan dampak psikologis dari kanker payudara adalah berupa ketakutan pada kematian, cemas, depresi, gangguan pada body image dan seksualitas. Menurut Carbonel pada tahun 2004, kecemasan pada penderita kanker terjadi akibat dari perubahan konsep diri, body image, kesakitan dan kematian. Banyak penderita kanker payudara yang mengalami kecemasan, terutama yang baru pertama kali akan menjalani kemoterapi disebabkan kurangnya pengetahuan dan memiliki konsep diri negative. Menurut Dian, et al., tahun 2006, pengangkatan payudara (masektomi), kehilangan akan satu atau kedua payudara adalah peristiwa traumatic dalam kehidupan wanita dan berdampak pada aspek psiko-sosial serta kehidupan seksualnya. Pengangkatan payudara melalui operasi, menjadi hal utama yang berdampak dalam body image melalui kehilangan bagian tubuh, jaringan parut, atau perubahan pada kulit yang berpengaruh pada vitalitas pasien, aktualisasi diri, fungsi social, fungsi fisik dan kualitas hidup (Franco, et al., 2010).

Menurut American Cancer Society tahun 2017, munculnya body image negative dapat berdampak pada 31% - 67% dari total 3,1 juta survivor kanker terjadi karena dampak dari terapi yang di laksanakan seperti kehilangan rambut, masectomy dan rendahnya kesehatan mental, adalah self – image yang sering muncul pada penderita kanker.

(http://www.cancer.org/research/acsresearchupdates/breastcancer/body-image- a-focus-in-breast-cancer-care). Terdapat berbagai macam dampak yang ditimbulkan dari proses kemoterapi bagi penderita kanker, khususnya pada

(11)

subjek wanita yang terkena kanker payudara. Namun belum banyak peneliti yang membahas mengenai dampak psikologis kanker payudara pada pria, sehingga peneliti ingin meneliti mengenai, apakah pria memiliki dampak psikologis yang sama dengan wanita pasca kemoterapi berlangsung? Ataukah terdapat perbedaan didalamnya. Wanita cenderung melihat paras dan bentuk kesempurnaan fisik terlebih dahulu dari pada bagian tubuh lainnya. Tetapi bagi para pencinta body building (pria dengan tubuh atletis) bagian dada pun penting untuk menunjang penampilan pria, sehingga dapat memungkinkan untuk menimbulkan suatu efek dari kejadian tersebut.

Melihat dari fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mencari tahu, apakah dampak psikologis yang muncul, pasca melakukan proses kemoterapi, antara pasien kanker payudara pria dan wanita. Maka dari itu peneliti menganggap bahwa dampak psikologis merupakan hal yang penting untuk mendapat fokus lebih. Dengan memperoleh gambaran dampak psikologis, maka akan menentukan cara penanganan pasien dari sisi psikologis.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah mencari gambaran dampak psikologis pada pasien kanker payudara pria dan wanita yang telah menjalani kemoterapi.

(12)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kecemasan pada pasien penderita kanker payudara pria dan wanita.

1. Memperkaya wawasan dalam penangan pasien kanker payudara terhadap pria dan wanita.

2. Untuk mengetahui gambaran dampak psikologis antara pria dan wanita setelah menjalani proses kemoterapi.

1.4.Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk pengembangan teori psikologi klinis, terkait dengan dampak psikologis pada pasien kanker payudara pria dan wanita.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adapun kegunaan praktis dalam penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan masukan bagi pasien dan keluarga pasien agar dapat membantu perawatan pasien kanker yang telah menjalani kemoterapi. Khususnya dalam penjagaan hal psikis.

2. Sebagai bahan masukan kepada praktisi kesehatan dalam melakukan konseling untuk meningkatkan penanganan psikologis pada pasien kanker payudara pria dan wanita.\

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan eksperimen dan pengujian metode Content Based Image Retrieval untuk menganalisa jenis lovebird yang telah dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh

Berdasarkan konsep diatas, dapat disimpulkan bahwa personal selling merupakan cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan promosi terhadap

Melaksanakan kegiatan P2 kusta meliputi penemuan dini,  pengobatan penderita kusta, pemeriksaan kontak penderita kusta,   pemeriksaan anak sekolah, penyuluhan kusta dan

Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Klien yang Mengalami Post Stroke dengan Masalah Defisit Perawatan Diri di Wilayah Kerja Puskesmas.. Kedungkandang”

• CF dari gejala flu sebagai kesimpulan dari Rule 1 dihitung sebagai CF dari premis Rule 1 (bernilai 1.0) dikalikan dengan CF dari rule tersebut. Diperoleh: 1.0*0.5

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul

0DNVXGDO)ƗUƗEƯPHQJHPXNDNDQSDKDP emanasi ini adalah untuk menghindarkan arti banyak dalam zat Allah. Karenanya Allah tidak bisa secara langsung menciptakan alam yang

Pasal 29 Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, dinyatakan bahwa pelaksanaan Pengelolaan Batas Wilayah Laut dan Pesisir