• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN ANGKA PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL PADA PEMILU Tesis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN ANGKA PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL PADA PEMILU Tesis"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

Tesis

Zulfan 197054014

MAGISTER ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

Judul Tesis

STRATEGI KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN ANGKA PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL PADA PEMILU 2019

Dengan ini penulis menyatakan bahwa dalam penulisan tesis ini yang merupakan sebagai syarat untuk memperoleh gelar magister ilmu politik pada Program Studi Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya dari penulis sendiri.

Bila adapun pengutipan-pengutipan dalam penyusunan tesis ini yang penulis lakukan dari hasil karya orang lain dalam penyusunan tesis ini, tidak lupa penulis mencamtumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Jika dikemudian hari, ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan dari hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya menurut peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 25 Agustus 2021 Penulis,

Zulfan

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MAGISTER ILMU POLITIK

ZULFAN (197054014)

STRATEGI KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN ANGKA PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL PADA PEMILU 2019

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah apa yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal. Serta ingin mengetahui strategi apakah yang dilakukan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal. Di mana pada Pemilu tahun 2019 tingkat partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal masih rendah tingkat partsipasi pemilihnya. Maka diperlukan perhatian yang serius dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie sebagai penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Adanya keterlibatan dari relawan demokrasi yang telah dibentuk dan direkrut juga menjadi perpanjangan tangan KIP Kabupaten Pidie dalam menyampaikan pemahaman dan edukasi kepemiluan kepada masyarakat sebagai upaya dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal melalui peningkatan kegiatan sosialisasi secara maksimal dan masif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partisipasi politik, teori Pemilu dan teori strategi. Dimana dari hasil penelitiannya diperoleh yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) adanya sikap apatis, (2) masing kurang pemahaman dan edukasi kepemiluan (3)calon yang diusung tidak sesuai dengan harapan (4) adanya janji politik yang tidak dipenuhi (5) lebih mengutamakan kebutuhan sehari-hari, (6) tidak ada perubahan dan perbaikan dari setiap pelaksanaan pemilu.

Aktor-aktor yang dapat meningkatkan tingkat partisipasi pemilih adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau orang yang dituakan dalam wilayah gampong tersebut. Serta strategi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal adalah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi secara maksimal dan masif dengan melibatkan relawan demokrasi.

Kata Kunci : Partisipasi, Pemilih Marginal, Pemilu 2019, Kabupaten Pidie

(4)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE MASTER OF POLITICAL SCIENCE

ZULFAN (197054014)

THE STRATEGY OF THE INDEPENDENT ELECTION COMMISSION OF PIDIE DISTRICT IN INCREASING THE PARTICIPATION RATE OF MARGINAL VOTER IN THE 2019 ELECTION

ABSTRACT

This study aims to determine what steps are taken by the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency in increasing the level of marginal voter participation. And want to know what strategy the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency has done in increasing the level of marginal voter participation. Where in the 2019 election, the level of voter participation, especially marginal voters, is still low. So serious attention is needed from the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency as the election organizer in increasing the level of marginal voter participation in the 2019 Simultaneous Election in Pidie Regency. The involvement of democratic volunteers who have been formed and recruited has also become an extension of the Pidie District KIP in conveying electoral understanding and education to the public as an effort to increase voter participation rates, especially marginal voters through maximum and massive increase in socialization activities. The research method used in this study is a qualitative research method with a descriptive approach. The theory used in this research is political participation theory, election theory and strategy theory. Where from the results of his research, it was obtained that the low level of marginal voter participation was caused by several factors, including (1) apathy, (2) lack of understanding and education on elections (3) candidates who were carried out were not in line with expectations (4) there was a promise politics that are not fulfilled (5) prioritize daily needs, (6) there is no change and improvement in every election implementation. Actors that can increase voter participation are community leaders, religious leaders or elders in the gampong area. And the strategy taken by the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency in increasing the participation rate of marginal voters is to increase socialization activities to the maximum and massively by involving democratic volunteers.

Keywords: Participation, Marginal Voters, 2019 Election, Pidie Regency

(5)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Pengesahan

Tesis ini telah dipertahankan di hadapan panitia penguji Tesis Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Dilaksanakan pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 25 Agustus 2021

Pukul : 13.00 WIB

Tempat : Dilakukan secara daring

Tim Penguji:

Ketua:

Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si ( )

NIP. 197409302005011002

Anggota I:

Dr. Arifin Saleh, S.Sos., MSP ( )

NIP. 197401302005011001

Anggota II:

Dr. Hatta Ridho, MSP ( )

NIP. 197105132006041001

Anggota III:

Drs, Heri Kusmanto, MA, Ph.D ( )

NIP. 196410061998031002

(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Tesis ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh

Nama : Zulfan

NIM : 197054014

Departemen : Magister Ilmu Politik

Judul : Strategi Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Pidie dalam Meningkatkan Angka Partisipasi Pemilih Marginal pada Pemilu 2019

Menyetujui:

Ketua

Magister Ilmu Politik,

( Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA ) NIP. 196207031987111001

Mengetahui:

Dekan FISIP USU,

( Drs. Hendra Harahap M.Si., Ph.D ) NIP. 196710021994031002 Dosen Pembimbing,

( Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si ) NIP. 197409302005011002

Dosen Pembaca,

( Dr. Hatta Ridho, MSP ) NIP. 197105132006041001

(7)

Karya ini dipersembahkan untuk Ibunda, Istri dan Anak Saya Tercinta

(8)

KATA PENGANTAR

Tesis ini dengan judul “ Strategi Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Pidie Dalam Meningkatkan Angka Partisipasi Pemilih Marginal Pada Pemilu 2019”. Di mana dalam tesis ini menjelaskan tentang strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal. Strategi yang dilakukan yang dilakukan oleh komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie adalah melalui peningkatan kegiatan sosialisasi secara optimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah dibentuk dan direkrut dalam menyukseskan penyelanggaraan Pemilu di Kabupaten Pidie, kaitannya dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal pada Pemilu tahun 2019. Sehingga dengan adanya kegiatan sosialisasi tersebut akan dapat meningkatkan pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan kepada masyarakat atau pemilih akan pentingnya keikutsertaan masyarakat sebagai pemilih dalam menyukseskan pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, dengan harapan akan dapat mengurangi adanya golput dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan di Kabupaten Pidie.

Dengan izin Allah SWT, serta dengan Rahmat dan pertolongan-Nya, Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan sempurna dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Proses dalam penyusunan tesis ini semua ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan dan motivasi dari semua pihak yang ikut memberi semangat dan motivasi dalam penyusunan tesis yang penulis lakukan, maka itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Ketua komisi pembimbing yang telah memberi masukan dan bimbingannya selama dalam proses penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

2. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Ketua Jurusan Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(9)

3. Bapak Drs. Heri Kusmanto, MA., Ph.D, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai anggota komisi penguji yang telah memberikan masukan dan arahannya dalam proses penyempurnaan Tesis ini.

4. Bapak Dr. Arifin Saleh, S.Sos., MSP, selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan dalam proses penyusunan tesis ini.

5. Bapak Dr. Hatta Ridho, MSP, selaku anggota komisi penguji yang telah memberikan masukan dalam proses penyempurnaan tesis yang penulis lakukan.

6. Seluruh staf pengajar program studi magister ilmu politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah dengan secara ikhlas memberikan ilmu pengetahuan melalui pemberian materi kuliah kepada penulis selama masa perkuliahan berjalan.

7. Untuk Kak Windi, selaku stafnya Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah dengan ikhlas membantu penulis dalam proses konsul bimbingan tesis ini dari awal sampai dengan akhir dalam penyusunan tesis ini.

8. Kak Nina selaku staf Program Studi Magister Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah dengan sabar dan keikhlasan dalam membantu Penulis pada proses administrasi dari awal perkuliahan hingga selesai perkuliahan.

9. Untuk Ketua dan Anggota KIP Kabupaten Pidie, serta Ibu Neti Saparita, selaku Kasubbag Teknik dan Hupmas KIP Kabupaten Pidie yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan tesis yang penulis lakukan, serta memberikan bantuan dan dukungannya melalui pemberian informasi data dalam kelancaran penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

10. Untuk Pak Wahyu, selaku Anggota KIP Kabupaten Pidie, Divisi Sosialisasi, pendidikan Pemilih, partisipasi masyarakat dan Sumber Daya

(10)

Manusia yang telah memberi informasi data dan masukannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini sampai dengan selesai.

11. Rekan-rekan staf sekretariatan KIP Kabupaten Pidie yang telah ikut membantu dalam pemberian data dan informasi penelitian yang peneliti perlukan dalam kesempurnaan penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

12. Untuk kedua orang tua yang tercinta, Ayahanda Alm. M. Djuned Usman dan Ibunda Faridah Daud, yang selalu mendoakan dan memberikan kasih sayangnya. Serta memberikan semangat dan motivasinya dalam menyelesaikan kuliah ini sampai dengan selesai.

13. Buat istriku tercinta Ainal Mardhiah, Amd.Ak dan anak-anak ku tersayang. Terima kasih atas doa dan dukungan serta motivasi yang telah kalian berikan untuk ayah dalam menyelesaikan perkuliahan ini sampai dengan selesai.

14. Buat teman-teman seangkatan reguler dan Tata Kelola Pemilu tahun 2019, terima kasih atas segala dukungan dan motivasi bagi penulis dalam mengikuti perkuliahan ini sampai dengan selesai dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam proses penyusunan tesis ini sampai dengan selesai.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan motivasinya dalam penyusunan tesis ini sampai dengan selesai. Penulis mendoakan semoga semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, selalu diberikan kesehatan dan kebaikan oleh Allah SWT. Amin Ya Allah.

Medan, 25 Agustus 2021

(ZULFAN)

(11)

RIWAYAT HIDUP

Zulfan, dilahirkan di Bambi Kabupaten Pidie Provinsi Aceh, pada tanggal 14 Maret 1980. Merupakan anak ke empat dari 6 (enam) bersaudara dari pasangan M. Djuned Usman dan Faridah Daud.

Pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar Inpres Bambi, lulus pada tahun 1993, dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, SMP Negeri 1 Bambi, lulus pada tahun 1996. Setelah itu melanjutkan pendidikan di sekolah menengah umum, SMUN 1 Peukan Baro dan lulus pada tahun 1999.

Kemudian melanjutkan pendidikan stara S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIEI) Lamlagang Banda Aceh, lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2019 melanjutkan pendidikan Magister Ilmu Politik pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara program Studi Magister Ilmu Politik dan lulus pada tahun 2021.

Medan, 25 Agustus 2021

(Zulfan)

(12)

DAFTAR ISI

(13)

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 13

1.3. Tujuan Penelitian ... 15

1.4. Manfaat Penelitian ... 15

1.5. Batasan Penelitian ... 16

1.6. Penelitian terdahulu ... 17

1.7. Uraian Teoritis ... 23

1.7.1. Teori Partisipasi Politik ... 23

1.7.2. Teori Pemilu ... 28

1.7.3. Teori Strategi ... 29

1.8. Metode Penelitian... 33

1.8.1. Jenis Penelitian ... 33

1.8.2. Defenisi Konsep ... 35

1.8.3. Kategori Penelitian ... 36

1.8.4. Narasumber/Informan ... 37

1.9. Teknik Pengumpulan Data ... 41

1.10. Teknik Analisis Data ... 44

1.11. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

1.12. Sistematika Penulisan ... 49

BAB II PROFIL KABUPATEN PIDIE DAN PEMILIH MARGINAL ... 51

2.1. Keadaan Demografis, Geografis dan Pemerintahan Kabupaten Pidie ... 51

2.1.1. Jumlah Penduduk di Wilayah Kabupaten Pidie ... 55

2.2. Pemilu dan Lembaga penyelenggara Pemilu Di Kabupaten Pidie... 57

2.3. Profil Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie ... 58

2.3.1. Visi dan Misi KIP Kabupaten Pidie ... 60

2.3.2. Kelembagaan KIP Kabupaten Pidie ... 61

2.3.3. Tugas Pokok dan Fungsi Sekretariat KIP Kabupaten Pidie ... 62

2.3.4. Pemilih Marginal dan Ketegori Pemilih Marginal ... 79

(14)

BAB III STRATEGI KOMISI INDEPENDEN PEMLIHAN (KIP) KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN TINGKAT

PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL ... 82

3.1. Pelaksanaan Pemilu 2019 di Kabupaten Pidie ... 82

3.1.1. Tahapan Pemilu tahun 2019 ... 82

3.1.2. Daerah Pemilihan (Dapil) ... 84

3.1.3. Jumlah Peserta Pemilu Tahun 2019 ... 87

3.1.4. Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) Tahun 2019 ... 88

3.1.5. Hasil Pemilu Tahun 2019 ... 90

3.2. Strategi KIP Kabupaten Pidie ... 91

3.2.1. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Rendahnya Tingkat Partisipasi Pemilih Marginal ... 92

3.2.2. Aktor-Aktor Atau Tokoh Yang Dapat Meningkatkan Tingkat Partisipasi Pemilih Marginal ... 102

3.2.3. Strategi KIP Kabupaten Pidie Dalam Meningkatkan Tingkat Partisipasi Pemilih Marginal ... 105

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI STRATEGI KIP KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL PADA PEMILU 2019 ... 113

BAB V PENUTUP ... 121

5.1. Kesimpulan ... 121

5.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126

DAFTAR LAMPIRAN ... 133

Lampiran 1 ... 133

Lampiran 2 ... 139

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data Kuantitatif Tingkat Partisipasi PemilihPemilu

Tahun 2014 dan Pemilu Tahun 2019 Kabupaten Pidie ... 11 Tabel 1.2 Data Tingkat Partisipasi Pemilih Marginal dan

Non Marginal Pemilu Tahun 2014 dan Pemilu

Tahun 2019 di Kabupaten Pidie ... 12 Tabel 1.3 Kategori Penelitian ... 36 Tabel 2.1 Jumlah Kecamatan dan Gampong dalam Kabupaten

Pidie ... 53 Tabel 2.2 Jumlah penduduk menurut kecamatan pada tahun

2010,2018 dan tahun 2019 di Kabupaten Pidie ... 55 Tabel 2.3 Persentase pemeluk agama di Kabupaten Pidie... 56 Tabel 3.1 Tahapan Pemilihan Umum Tahun 2019 di Kabupaten

Pidie ... 83 Tabel 3.2 Jumlah Daerah Pemilihan dan Alokasi Kursi Anggota

DPRK Kabupaten Pidie Pemilihan Umum Tahun2019 ... 86 Tabel 3.3 Daftar Partai Peserta Pemilu dan Calon Tetap Anggota

DPRK Kabupaten Pidie Pemilu tahun 2019 ... 88 Tabel 3.4 Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan

Umum Tahun 2019 di Kabupaten Pidie ... 89 Tabel 3.5 Rekapitulasi Perolehan Suaran dan Kursi Partai

Politik Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Pidie ... 90 Tabel 3.6 Kegiatan Sosialisasi Basis Pemilih Marginal Pemilu

Tahun 2019 ... 111

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Alur Pemikiran ... 48 Gambar 2.1 Peta Kecamatan Kabupaten Pidie ... 54 Gambar 2.2 Struktur Komisioner Kip Pidie Periode

2018-2023 ... 77 Gambar 2.3 Struktur Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

Kabupaten Pidie ... 78

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam pelaksanaan Pemilu yang mencapai hasil yang maksimal dan dapat diterima oleh masyarakat dan kalayak ramai sudah pasti memerlukan suatu teknis dan metode yang terukur dalam pelaksanaan suatu Pemilu tersebut. Pelaksanaan Pemilu merupakan sebuah pilar demokrasi dalam perwujudan suatu kedaulatan rakyat yang implimentasinya melalui pelaksanaan Pemilu yang akhirnya menghasilkan sebuah pemerintah yang demokratis.

Dalam kaitan ini suatu pelaksanaan Pemilu tersebut dapat dikatakan sukses dalam pelaksanaannya dapat dilihat dari tingkat angka partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, itu memerlukan suatu cara atau teknik dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan. Seperti halnya dalam pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie mengalami penurunan tingkat partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal atau pinggiran.

Untuk meningkatkan angka partisipasi pemilih tersebut, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu melakukan sebuah langkah atau strateginya sebagai penyelenggara Pemilu di Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal dalam pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Di mana strategi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie adalah melalui peningkatan

(17)

kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah direkrut dan dibentuk oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut akan terbangun komunikasi yang baik dengan masyarakat akan pentingnya keikutsertaannya sebagai pemilih dalam proses pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan. Karena partisipasi dari masyarakat sebagai pemilih merupakan aspek yang sangat penting dalam sebuah Negara yang berdemokrasi.

Program Relawan Demokrasi diharapkan mampu menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya Pemilu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya relawan demokrasi ini dapat menggerakkan masyarakat tempat mereka berada, agar mau menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana serta penuh tanggung jawab, sehingga partisipasi pemilih dan kualitas Pemilu 2019 dapat lebih baik dibandingkan Pemilu-Pemilu sebelumnya.1

Kabupaten Pidie yang melaksanakan Pemilu Serentak tahun 2019 pada hari rabu tanggal 17 April 2019 telah melaksanakan Pemilu yang sukses dan lancar pelaksanaannya. Di mana dalam Pemilu 2019 tersebut, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) nya berjumlah 300.597 pemilih, dengan rincian pemilih laki- laki berjumlah 145.463 pemilih dan pemilih perempuan berjumlah 155.134 yang tersebar di 23 Kecamatan, 730 Gampong yang ada di Kabupaten Pidie2. Jika kita melihat hasil dari penggunaan hak pilihnya, maka tingkat partisipasi pemilihnya

1Dikutip dari Juknis Relawan Demokrasi Pemilu Tahun 2019.

2Dikutip dari Berita Acara Nomor : 1291/PL.01.2-BA/11/Pidie/XII/2018 Tentang Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan Kedua (DPTHP-2) Kabupaten Pidie Pemilihan Umum Tahun 2019.

(18)

mengalami peningkatan, dibandingkan tingkat partisipasi pemilih kaum marginal masih rendah dari hasil pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019, sama halnya dengan hasil pelaksanaan Pemilu sebelumnya, yaitu Pemilu 2014 di Kabupaten Pidie.

Rendahnya tingkat angka partisipasi pemilih marginal yang terjadi secara umum dapat dikatakan itu terjadi lantaran karena adanya suatu sikap yang apatis yang masih tinggi terhadap suatu aktivitas kegiatan politik yang ada dan pemahaman tentang Pemilu yang masih rendah, dan ini menandakan bahwa semakin banyaknya pemilih marginal dalam setiap pelaksanaan Pemilu, menandakan bahwa pelaksanaan Pemilunya belum dapat dikatakan berhasil pelaksanaannya. Ini dapat dilihat, di mana rakyat sebagai pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang diselenggarakan lebih memilih untuk menjalankan rutinitasnya sebagaimana lazimnya mereka lakukan biasanya, baik itu bekerja, berolahraga, kegiatan keorganisasian, rekreasi dan sebagainya. Mungkin lain halnya seperti yang di kampung-kampung biasanya masyarakat lebih memilih pergi ke sawah atau berladang, serta bernelayan yang menurut mereka dapat memberikan suatu manfaat yang berarti bagi mereka dalam proses kelangsungan penghidupan mereka sehari-hari daripada harus ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan umum yang diselenggarakan yang menurut mereka tidak memberikan manfaat yang berarti buat mereka, serta tidak ada perubahan dalam setiap pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

(19)

Pengaruh dari tingkat pendidikan dari suatu masyarakat sangat berpengaruh dalam peningkatan tingkat partisipasi pemilih yang akan dicapai dari suatu penyelenggaraan Pemilu, ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan suatu masyarakat yang masih rendah akan berakibat pada tingkat partisipasi masyarakat dalam agenda perpolitikan umumnya, akan mengalami rendah tingkat partisipasinya. Semakin banyak pemilih marginal dalam pelaksanaan Pemilu, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan Pemilunya belum berhasil pelaksanaannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, tentang Pemilu legislatif, dan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, telah diatur bahwa warga Negara yang sudah berumur 17 tahun atau telah menikah dan memiliki identitas kependudukan yang sah berhak untuk menyalurkan suara pada pemilihan umum dan pemilihan Presiden. Lantas bagaimana dengan warga yang berada kelompok pemilih marginal seperti penyandang cacat, disabilitas, penderita kusta, ODHA, gelandangan, jompo, orang gila dan kelompok pemilih marginal lannya. 3 Karena pemilih marginal juga memiliki hak sama dalam menggunakan hak pilih sebagai warga Negara yang baik dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kepemiluan yang diselenggarakan.

Pemilih marginal itu sendiri adalah merupakan kelompok marginal yang mempunyai basis sosialisasi dan pendidikan pemilih disebabkan kelompok marginal tersebut belum memiliki sumber daya, akses informasi dan kepercayaan

3 Dikutip dari Kpu-pematangsiantarkota.go.id

(20)

yang cukup. Kaum marginal dapat diartikan juga merupakan suatu kelompok yang di identikan dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan atau

“terasing” dari kehidupan masyarakat yang terjadi karena tatanan ekonomi, sosial, budaya. Ada beberapa kelompok-kelompok yang dikategorikan termasuk kaum marginal, seperti pengemis, pemulung, LBGT, gelandangan, tukang becak, anak jalanan yang telah memiliki hak pilih, masyarakat miskin kota, masyarakat tradisional daerah terpencil, dan sebagainya.4

Pemilih marginal tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa masyarakat atau kelompok dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu 2019, di antaranya adalah masyarakat nelayan pinggiran, komunitas pekerja komersil serta komunitas waria,dll5. Di mana dalam pelaksanaan Pemilu, pemilih marginal tersebut juga memiliki hak yang sama dalam penggunaan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik. Walaupun pada kenyataannya dalam implementasi pelaksanaan Pemilu tingkat partisipasi dari kaum marginal tersebut masih rendah persentase tingkat partispasi pemilihnya. Maka dengan polemik persentase tingkat partisipasi kaum marginal yang masih rendah tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan Pemilu, diperlukan perhatian yang serius dari penyelenggara Pemilu di Kabupaten Pidie, yaitu Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

4Dikutip dari Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Volume XXIII Nomor 3 Desember 2019, hlm.246

5Sumber KIP Kabupaten Pidie, Modul Relawan Demokrasi Pemilihan Umum Serentak Tahun 2019

(21)

Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie sebagai penyelenggara Pemilu diharapkan dapat memberi kontribusi serta perannya dalam peningkatan tingkat partisipasi pemilih marginal dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019. Di mana dalam hal ini Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie sebagai penyelenggara pemilihan umum juga dituntut harus profesional, akuntabel, dan juga berintegritas yang tinggi dalam melaksanakan semua tahapan Pemilu yang telah diatur menurut aturan dan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan Pemilunya. Penyiapan intrumen hukum perlu juga dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie, di mana dengan adanya hal tersebut akan memberikan jaminan kepada para pemilih dalam penggunaan hak pilihnya sebagai warga Negara dalam pelaksanaan pemilihan umum. Ini juga tidak terlepas dari suatu misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilu, dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dalam penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan, sehingga rakyat sebagai pemilih akan menggunakan hak pilihnya dengan ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan Pemilu yang dilaksanakan dalam rangka terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

Partisipasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan umum yang demokrasi merupakan sebuah indikator dari implementasi penyelenggaraan kekuasaan Negara tertinggi yang absah oleh rakyat dalam keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi atau pemilihan umum. Di mana makin tingi tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu, maka akan ada anggapan bahwa rakyat mengikuti dan

(22)

memahami serta ikut melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya bila tingkat partisipasi pemilihnya masih rendah, ini menandakan bahwa rakyat kurang peduli atau berpartisipasi dalam kegiatan kenegaraan tersebut yang diimplementasikan melalui pelaksanaan Pemilu. Rendahnya tingkat partisipasi pemilih dapat dilihat dalam sikap golongan putih atau golput dalam pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung.

Di mana salah satu indikator dari kesuksesan penyelenggaraan Pemilu adalah adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Di mana untuk meningkatkan tingkat angka partisipasi pemilih yang tinggi dari masyarakat, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu melakukan kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat dengan berbagai macam cara serta teknik dalam pelaksanaannya. Sehingga dengan adanya pendidikan politik menjadi sebuah sarana dalam meningkatkan pengetahuan kepemiluan kepada rakyat sebagai pemilih, agar dapat ikut berpartisipasi secara aktif dan maksimal dalam penyelenggaraan pemilihan umum yang dilaksanakan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu melakukan kegiatan sosialisasi secara maksimal kepada masyarakat agar tumbuh rasa atau keinginan dari masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik dalam pelaksanaan Pemilu secara optimal.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, menegaskan bahwa Pemilu diselenggarakan dengan partisipasi masyarakat. Poin ini menunjukkan partisipasi masyarakat menjadi salah satu indikator penting

(23)

penyelenggaraan Pemilu. Tanpa partisipasi atau keterlibatan pemilih, maka sesungguhnya Pemilu tidak memiliki makna. Ukuran partisipasi tentu bukan sekadar kehadiran pemilih dalam memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pemungutan suara atau voter turn out, tetapi keterlibatan pemilih pada keseluruhan tahapan Pemilu.6

Dengan adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dengan sendirinya akan memberikan dampak yang berarti dalam peningkatan tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Pidie, khususnya pemilih marginal sehingga akan dapat mengurangi adanya pemilih yang golput dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Strategi lain yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie selain peningkatan kegiatan sosialisasi dalam peningkatan angka partisipasi pemilih adalah melalui perekrutan relawan demokrasi dalam kegiatan sosialisasi di mana dengan adanya relawan demokrasi sebagai mitra KPU yang terbentuk akan memberi dampak yang sangat berarti bagi Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019.

Sehingga diharapkan mampu mendorong tumbuhnya kesadaran yang tinggi dan tanggung jawab penuh dari masyarakat sebagai pemilih dalam menggunakan hak pilihnya sabagai warga negara dalam pelaksanaan Pemilu secara optimal.

6 Dikutip dari Juknis Relawan Demokrasi Pemilu Tahun 2019.

(24)

Keberadaan dari Relawan demokrasi disetiap Kabupaten/kota sendiri juga telah diatur dalam ketentuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu, selain itu keberadaan dari relawan demokrasi juga diatur dalam PKPU Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, sebagaimana diubah dengan Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2010, dan tertuang juga dalam PKPU Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota7.

Adanya relawan demokrasi yang terbentuk dalam memaksimalkan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie akan dapat menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya Pemilu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga pada akhirnya, keberadaan relawan demokrasi pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie akan dapat menumbuhkan keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara, sehingga akan berpengaruh pada tingkat partisipasi pemilih marginal dan kualitas dari penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie akan lebih

7Sumber KIP Kabupaten Pidie, Juknis Pedoman Pelaksanaan Program Relawan Demokrasi (RELASI) Pemilu Tahun 2019, hlm. 3-4

(25)

baik hasilnya dibandingkan dengan Pemilu-Pemilu sebelumnya. Karena tujuan dibentuknya program relawan demokrasi bertujuan sebagai berikut 8:

1. Meningkatkan kualitas proses Pemilu, 2. Meningkatkan partisipasi pemilih,

3. Meningkatkan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi,

4. Membangkitkan kesukarelaan masyarakat sipil dalam agenda Pemilu dan demokratisasi.

Relawan demokrasi sendiri mempunyai tiga tugas utama dalam mengawal pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 yang dilaksanakan di Kabupaten Pidie.

Pertama melawan hoak yang berkembang di kalangan masyarakat, di mana dalam hal tersebut perlu dilakukan pendidikan bagi pemilih dalam hal untuk menanggulangi berita hoak sangat efektif untuk dilakukan, di mana dengan adanya hal tersebut pemilih akan dapat mengetahui mana berita benar atau hoak melalui data dari relawan demokrasi. Yang kedua tugas dari relawan demokrasi adalah melawan politisasi suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Serta yang ketiga tugas dari relawan demokrasi adalah melawan politik uang dan memberikan pendidikan politik terkait edukasi serta pemahaman tentang kepemiluan kepada masyarakat.

8Dikutip dari http://etd.iain-padangsidimpuan.ac.id/6024/1/1410300025.pdf. hlm 17

(26)

Tabel 1.1:

Data Kuantitatif Tingkat Partisipasi Pemilih Pemilu Tahun 2014 dan Pemilu Tahun 2019 Kabupaten Pidie

No Keterangan

Pemilu Legislatif

2014

Pemilu Presiden

& Wakil Presiden

2014

Pemilu Legislatif

2019

Pemilu Presiden &

Wakil Presiden

2019 1 Jumlah Data

Pemilih 289.553 289.553 300.597 300.597 2 Pengguna Hak Pilih 222.974 174.596 223.482 236.793 3 Tingkat Partisipasi

Pemilih 77 % 60,39 % 75,27 % 79,76 %

Sumber : KIP Kabupaten Pidie, 2021

Bila melihat dari hasil tingkat partisipasi pemilih pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie, mengalami peningkatan tingkat partisipasi pemilihnya dibandingkan dengan partisipasi pemilih pada Pemilu tahun 2014 di Kabupaten Pidie. Tetapi lain halnya dengan tingkat partisipasi pemilih marginal yang masih rendah tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan Pemilu di Kabupaten Pidie, baik itu dalam pelaksanaan Pemilu tahun 2014 maupun dalam pelaksanaan Pemilu tahun 2019 masih rendah tingkat partisipasi pemilihnya. Terkait dengan data partisipasi pemilih tersebut, maka dapat dilihat dari tabel berikut ini :

(27)

Tabel 1.2:

Data Tingkat Partisipasi Pemilih Lansia, Disabiltas, dan Marginal Pemilu Tahun 2014 dan Pemilu Tahun 2019 di Kabupaten Pidie

No

Rincian Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih

% Yang Tidak Memilih Keterangan

Pemilu Legislatif

tahun 2014

Pilpres Tahun 2014

Pemilu Legislatif

tahun 2019

Pilpres Tahun 2019

1. Lansia 13.319 22.991 14.868 12.168 20 %

2. Disabilitas 3.330 5.748 3.717 3.042 5 %

3. Marginal 49.948 86.218 55.753 45.631 75 % Total Yang

Tidak

Menggunakan hak Pilih

66.597 114.957 74.338 60.841 100 %

Sumber : KIP Kabupaten Pidie, 2021

Maka bila melihat tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pemilih marginal pada Pemilu tahun 2014 maupun Pemilu tahun 2019 tergolong rendah tingkat partisipasi pemilihnya. Sehingga dengan fenomena ini diperlukan adanya perhatian yang serius dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam upaya meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal atau pinggiran tersebut dalam pelaksanaan Pemilu.

Dalam hal ini Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu membuat rencana atau strategi untuk meningkatkan tingkat partisipasi pemilih kaum marginal atau pinggiran melalui peningkatan kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang sudah ada melalui pemberian pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan kepada masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik dengan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

(28)

Secara umum, terlepas dari peran dan tugas relawan demokrasi dalam kegiatan sosialisasi, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie juga menggunakan kegiatan sosialisasi yang tidak monoton, di mana dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasinya mengikuti setiap dari perkembangan inovasi yang baru sesuai dengan perkembangan zaman dan trends dari suatu teknologi yang ada sebagai implementasi dari kegiatan sosialisasi yang diterapkan dan dilaksanakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dengan harapan akan dapat meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019, serta mengajak masyarakat untuk tidak golput, karena suara masyarakat sangat menentukan 5 (lima) tahun masa depan Indonesia untuk kedepannya.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih, khususnya untuk pemilih marginal pada Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Hal ini menarik untuk diteliti, sehingga penulis menuangkan dalam bentuk tesis yang berjudul “ STRATEGI KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN KABUPATEN PIDIE DALAM MENINGKATKAN ANGKA PARTISIPASI PEMILIH MARGINAL PADA PEMILU 2019”

1.2. Perumusan Masalah

Karakteristik dari negara yang menganut asas demokrasi adalah adanya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan maupun dalam halnya peran

(29)

masyarakat dalam proses peyelenggaraan pemilihan umum. Karena tingkat partisipasi pemilih merupakan sebuah indikator dalam kesuksesan pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan. Di mana dengan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi akan berpengaruh terhadap kualitas dari pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan di Kabupaten Pidie.

Seperti diketahui bahwa tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Pidie termasuk tinggi dalam pemilihan umum tahun 2019, yaitu mencapai angka sebesar 75,27 % untuk Pemilu legislatif dan 79,76 % untuk Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Walaupun secara keseluruhan tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Pidie termasuk dalam kategori tinggi, namun hal tersebut berbanding berbalik dengan tingkat partisipasi pemilih kaum marginal dalam pelaksanaan Pemilu Serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie yang tingkat partisipasinya masih rendah. Rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu 2019 di Kabupaten Pidie menandakan bahwa masih banyak pemilih atau masyarakat yang belum menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara atau tidak memilih (Golput) dalam proses pesta demokrasi yang berlangsung di Kabupaten Pidie melalui pelaksanaan Pemilu setiap 5 (lima) tahun sekali. Dan ini menandakan bahwa masih banyak masyarakat yang kurang menaruh apreasi atau minatnya dalam kegiatan kenegaraan dengan rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, pertanyaan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(30)

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal di Pemilu tahun 2019 ?

2. Siapa aktor-aktor atau tokoh yang dapat meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal ?

3. Bagaimana strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal di Pemilu tahun 2019.

2. Untuk mengetahui dan menganalis siapa aktor-aktor atau tokoh yang dapat meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, agar dapat menjadi masukan serta kontribusi yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan dalam implementasinya pada penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie

(31)

kaitannya dengan strategi dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal atau pinggiran di Kabupaten Pidie.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau referensi dalam melakukan penelitian terhadap masalah kepemiluan yang berhubungan dengan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan atau diselenggarakan. Serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam melakukan penelitian tentang strategi yang digunakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal di Kabupaten Pidie. Serta dengan penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan masukan yang baik dan bermanfaat bagi akademis sebagai salah satu bahan kajian tentang kepemiluan kaitannya dengan tingkat partisipasi pemilih.

1.5. Batasan Penelitian

Agar dalam penelitian ini tidak keluar dari pokok permasalahan yang diteliti, serta terarah dari tujuan yang benar dan tepat dalam melakukan penelitian ini, maka penulis hanya membatasi pada strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal dengan melakukan kegiatan sosialisai secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah terbentuk pada proses pelaksanaan Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

(32)

1.6. Penelitian terdahulu

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tentang strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal pada Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

Untuk menjadi sebagai bahan kajian dalam melakukan penelitian ini, maka terdapat beberapa penelitian terdahulu dalam melakukan penelitian ini yang dapat digunakan sebagai pembanding dan rujukan serta memiliki keterkaitan dari penelitian yang peneliti lakukan.

Adapun penelitian yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Eni Lestari, Garmien Mellia dengan judul penelitiannya “Peran KPU Kota Metro Dalam Meningkatkan Partisipasi Penyandang Disabilitas pada Pemilu Serentak Tahun 2019”9. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, di mana hasil penelitian membuktikan bahwa rendahnya partisipasi penyandang disabilitas di Kota Metro pada Pemilu 2019 dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni (1) kesulitan pendataan pemilih disabillitas; (2) kegiatan sosialisasi yang belum optimal; dan (3) belum adanya wadah resmi yang menaungi seluruh penyandang disabilitas di Kota Metro.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Sri Juniarti Hasibuan,dkk (2018) dengan judul penelitian “Strategi Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan Gubernur

9Eni Lestari, Garmien Mellia. 2019. Peran KPU Kota Metro Dalam Meningkatkan Partisipasi Penyandang Disabilitas pada Pemilu Serentak tahun 2019.

(33)

Sumatera Utara 2018”10. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, di mana dalam hasil penelitian membuktikan bahwa strategi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 sangatlah tersistem dan variatif.

Ini dapat dilihat dari formulasi dan sasaran jangka panjang KPU Sumatera Utara yang memiliki rencana sendiri dengan melaksanakan program-program yang sangat bervariasi dengan tujuan untuk menyentuh lapisan masyarakat.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Choirullah Pulungan, dkk (2020) dengan judul penelitiannya “Strategi Komisi Pemilihan Umum Kota Bekasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Serentak Tahun 2019”.11 Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam melakukan penelitiannya. Di mana dari hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan oleh KPU Kota Bekasi dalam kegiatan sosialisasi secara masif, merata dan menyasar keseluruh beragam elemen masyarakat. Strategi perluasan pasar juga dilakukan oleh KPU Kota Bekasi dalam mengoptimalkan kegiatan sosialisasi dengan melibatkan relawan demokrasi dengan sasaran 11 basis pemilih.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Tommy Supratama Solin, (2019) dengan judul “Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Dairi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilgub 2013 dan 2018”12. Penelitian ini

10 Sri Juniarti Hasibuan,Dkk. 2018. Strategi Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018.

11Muhammad Choirullah Pulungan,Dkk.2020. Strategi Komisi Pemilihan Umum Kota Bekasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Serentak Tahun 2019.

12Tommy Supratama Solin. 2019. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Dairi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilgub 2013 dan 2018.

(34)

menggunakan metode penelitian kualitatif. Di mana dari hasil penelitian didapatkan bahwa dalam meningkatkan partisipasi pemilih, KPU Kabupaten Dairi melakukan kegiatan sosialisasi dalam kaitannya tentang pelaksanaan pilgubsu kepada masyarakat sebagai pemilih. Serta pelaksanaan sosialisasinya bervariasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Dairi, baik itu melalui media massa maupun bertemu langsung dengan masyarakat.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Yulia Sariwaty S dan Rahmawati, (2019) dengan judul penelitiannya “Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Mensosialisasikan Pemilihan Umum serentak 2019 pada Kelompok Marginal Kota Bandung”13. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan studi deskriptif. Di mana dari hasil penelitian didapatkan bahwa adanya antusiasme kelompok marginal dalam mengikuti kegiatan sosialisasi dan diskusi yang dilakukan pada kegiatan sosialisasi yang sedang berlangsung.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Siti Hardiyanti (2020) dengan judul “Model Sosialisasi Pemilihan Presiden 2019 di Komisi Independen Pemilihan Kota Banda Aceh”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Di mana hasil dari penelitian didapatkan bahwa model sosialisasi yang dilakukan oleh KIP Kota Banda Aceh adalah dalam bentuk kerjasama (socialization cooperation) dengan organisasi/komunitas, yang meliputi : KIP

13 Yulia Sariwaty S dan Rahmawati. 2019. Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Mensosialisasikan Pemilihan Umum Serentak Tahun 2019 pada Kelompok Marginal Kota Bandung.

(35)

goes to community (LSM Radar), KIP Goes to Community (GPS), KIP Goes To Campus ke BEM Unsyiah, Sosialisasi ke basis keluarga, Sosialisasi ke KPI.14

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Fadly Gintara (2019) dengan judul “ Strategi Sosialisasi Pemilu KPU Kota Tangerang dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Tahun 2019". Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Di mana dari hasil penelitiannya didapatkan bahwa strategi yang dilakukan oleh KPU Kota Tangerang pada Pemilu 2019 tersebut merupakan strategi politik perluasan pasar, yakni strategi dan strategi menembus pasar dari Peter Schroder. Tetapi peningkatan partisipasi Pemilu yang di Kota Tangerang tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh kinerja KPU saja. Tetapi juga tidak terlepas dari peran partai politik pengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden dan calon Legislatif.15

Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Tohap Hasugian mahasiswa Universitas Lampung (2019) dengan judul “Strategi Komisi Pemilihan Umum dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih (Studi pada Pemilih Pemula, Perempuan dan Kelompok Marginal Pada Pemilihan Bupati 2018 di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara” . Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan deskriptif. Di mana dari hasil penelitian menjelaskan bahwa KPU Kabupaten Dairi bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam merampungkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan perencanaan

14Siti Hardiyati. 2020. Model Sosialisasi Pemilihan Presiden 2019 di Komisi Independen Pemilihan Kota Banda Aceh.

15 Mochamad Fadly Gintara. 2019. Strategi Sosialisasi Pemilu KPU Kota Tangerang dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2019.

(36)

sosialisasinya yang disebut “ KPU goes to onan” yang dapat menjangkau para pemilih pemula dan perempuan dan sayangnya kurang menjangkau kelompok marginal. 16

Kesembilan, penelitian yang dilakukan oleh Andi Chandra, Erik Darmawan dan Yesi (2018) dengan judul “ Upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Selatan dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilkada Serentak dan Pemilu Serentak 2019”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Di mana dari hasil penelitan menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh KPU Provinsi Sumatera Selatan mencapai 350 hal. Adapun pencapaian yang diraih oleh mereka adalah peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum yang pada awalnya pada tahun 2013 63 %, mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 69,2 % dan pada tahun 2019 mengalami lonjatan sampai dengan angka 81,42 % dan diharapkan dapat terus meningkat dikemudian hari.17

Kesepuluh, penelitian yang dilakukan oleh Dwi Haryono dengan judul

“ Strategi KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Tahun 2015”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilihan Walikota dan Wakil

16 Tohap Hasugian. 2019. Strategi Komisi Pemilihan Umum dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih (Studi Pada Pemilih Pemula, Perempuan dan Kelompok Marginal Pada Pemilihan Bupati 2018 di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara.

17Andi Chandra, Erik Darmawan dan Yesi. 2018. Upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Selatan dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih pada Pilkada Serentak dan Pemilu Serentak 2019.

(37)

Walikota Samarinda 2015 dilakukan dengan 3 (tiga) strategi, yaitu strategi penguatan kelembagaan, strategi Sosialisasi Politik, dan Strategi Pendidikan Politik Pemilih Pemula.18

Kesebelas, penelitian yang dilakukan oleh Ryan Yudi Andila dengan judul

“Strategi KPU dalam mengurangi Angka Golput (Studi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2015)”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Di mana hasil penelitiannya didapatkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bandar Lampung dalam mengurangi angka golput pada tahapan sosialisasi adalah melalui penggunaan 4 (empat) stretegi, yaitu strategi penguatan, strategi rasionalisasi, strategi bujukan dan strategi konfrontasi.19

Beberapa penelitian terdahulu yang ditampilkan di atas meneliti tentang strategi dari penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, sedangkan yang lain dalam penelitian yang terdahulu meneliti tentang strategi dari penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, baik itu pemilih disabilitas maupun pemilih kaum marginal atau pinggiran. Serta ada juga penelitian terdahulu yang meneliti tentang model sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan pemahaman tentang kepemiluan dalam pelaksanaan Pemilu, sehingga dengan adanya kegiatan sosialisasi akan berdampak kepada pemahaman masyarakat

18 Dwi Haryono. 2018. Strategi KPU dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Tahun 2015.

19 Ryan Yudi Andila. 2017. Strategi KPU Dalam Mengurangi Angka Golput (Studi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2015).

(38)

tentang kepemiluan, serta ada juga penelitian terdahulu yang meneliti tentang upaya atau strategi dari penyelenggara Pemilu dalam mengurangi angka golput dalam pelaksanaan pemilihan. Perbedaan dalam penelitian terdahulu terletak pada segi atau cara dan teknik sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, baik itu pemilih disabiitas maupun pemilih kaum marginal.

1.7. Uraian Teoritis

Teori yang digunakan dalam penelitian tentang strategi peningkatan angka partisipasi pemilih adalah teori partisipasi pemilih menurut ahli dari Gabriel Almont yang merupakan sebuah bentuk partisipasi dalam bentuk konvensional berupa pemberian suara, kegiatan kampanye, aktifitas membentuk dan bergabung dengan kelompok lain. Dalam hal ini, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi pollitik adalah status sosial dan ekonomi, pengalaman dalam berorganisasi, kesadaran politik serta kepercayaan terhadap pemerintah.

1.7.1. Teori Partisipasi Politik

Menurut Mirriam Budiarjo, partisipasi politik adalah merupakan kegiatan seseorang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara, dan secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy)20, kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan

20Dikutip dari https://media.neliti.com/media/publications/108550-ID-partisipasi-politik-masyarakat-dalam- pem.pdf. Mirriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta; PT. Gramedia Widisarana Indonesia, hlm 140

(39)

dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.

(Budiarjo,1982:1). 21

Lain halnya dengan Samuel P Huntington dan Joan M.Nelson menyatakan bahwa partisipasi politik tersebut adalah aktivitas pribadi warga Negara untuk mempengaruhi pembuatan keputusan pemerintah (Hutington & Nelson, 1990:94).

Sedangkan menurut pendapat Closky, partisipasi politik tersebut adalah kegiatan- kegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung (direct) atau secara tidak langsung (indirect) dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum (Harun & Sumarno,2006:130). 22

Lebih lanjut Huntington dan Nelson menyatakan bahwa partisipasi politik sebagai kegiatan warga negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, dengan maksud mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisasi atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, dan efektif atau tidak efektif. Justru itu partisipasi politik mencakup banyak aspek, termasuk keterlibatan yang tidak sukarela (Huntington dan Nelson dalam buku Anwar, 2015:78). Teori Huntington dan Nelson dengan Indikator sebagai berikut :

21 Dikutip dari file:///C:/Users/pc/Downloads/2416-6644-2-PB.pdf. Jurnal Signal Volume 7 No.2, Juli – Desember 2019, hlm 150-155.

22 Dikutip dari file:///C:/Users/pc/Downloads/2416-6644-2-PB.pdf.

(40)

1. Partisipasi politik menyangkut kegiatan-kegiatan dan bukan sikap-sikap.

2. Subyek partisipasi politik adalah warga negara atau orang per orang dalam peranannya sebagai warga negara biasa, bukan orang-orang profesional di bidang politik.

3. Kegiatan dalam partisipasi politik adalah kegiatan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan pemerintah dan ditujukan kepada pejabatpejabat pemerintah yang mempunyai wewenang politik.

4. Partisipasi politik mencakup semua kegiatan mempengaruhi pemerintah, terlepas apakah tindakan itu mempunyai efek atau tidak.

Kenyataan menunjukkan bahwa tindakan politik warga Negara itu memang selalu bergerak dari tidak terlibat sama sekali, terlibat secara terbatas sampai dengan terlibat secara penuh dalam kegiatan politik. Mereka yang tidak terlibat sama sekali dalam kegiatan politik dalam arti sikap masa bodoh atau apati (apathy) dapat disebabkan karena: (1) sikap acuh tak acuh, (2) tidak tertarik pada politik, (3) kurang mengerti masalah politik, atau (4) tidak yakin bahwa usaha dalam mempengaruhi kebijakan publik akan berhasil.

Perspektif yang lain, menunjukkan bahwa warga Negara yang tidak ikut memilih misalnya, mungkin karena yakin keadaan sudah stabil dan siapa pun yang terpilih tidak akan mengubah keadaan. Justru itu warga negara yang disebut apati (apathy) itu, tidak berkonotasi negatif atau kecewa. Melainkan sudah merasa puas dan percaya terhadap sistem politik yang ada. Sebaliknya warga negara yang apati atau masa bodoh itu, selain karena kecewa dan frustasi terhadap kehidupan

(41)

politik yang ada, tetapi juga merasa bahwa kandidat yang maju dalam pemilihan, tidak ada yang memenuhi syarat untuk memperbaiki keadaan politik (Anwar, 2015:79).23

Sementara itu Milbart dan Goel membedakan partisipasi menjadi beberapa kategori, pertama, apatis. Artinya, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Kedua, spektator, artinya orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan umum. Ketiga, gladiator. Artinya mereka yang secara aktif melakukan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye, dan aktivis masyarakat. Keempat, pengkritik, yakni dalam bentuk partispasi tak konvesional.24

Mengenai partisipasi politik menurut Bradi (1999) partisipasi politik mencakup 4 (empat) elemen; aktivitas atau aksi, warga Negara biasa, politik dan pengaruh. Aktivitas atau aksi merupakan hal yang dilakukan oleh warga Negara biasa yang bersifat politis atau bertujuan untuk mempengaruhi keputusan suatu pemerintahan dan sukarela. Partisipasi masyarakat dalam berpolitik merupakan hal yang vital, karena itu menjadi bukti bahwa sadar atau tidaknya masyarakat terhadap masalah kenegaraan. Terlebih lagi dalam Pemilu, tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Presiden, dewan ataupun kepala Negara menentukan legitimasi Pemilu tersebut terutama di dalam Negara demokrasi.25

23 Dikutip dari http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/204/5/128510024_file5.pdf. hlm 9 - 11

24 Dikutip dari http://etd.iain-padangsidimpuan.ac.id/6024/1/1410300025.pdf. hlm 21

25 Dikutip dari

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/55641/1/MOCHAMAD%20FADLY%20GINTAR A.FISIP.pdf. hlm 27

(42)

Sementara itu, menurut Ramlan Surbakti partisipasi politik terbagi menjadi dua, yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi aktif adalah mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternative kebijakan umum yang berlainan dengan kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan kritik dan perbaikan untuk meluruskan kebijakan, membayar pajak dan memilih pemimpin pemerintah. Sebaliknya, kegiatan yang termasuk dalam kategori partisipasi pasif berupa kegiatan-kegiatan yang menaati pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah. 26

Selain itu, ilmuwan politik mengindentifikasikan beberapa kecenderungan perilaku politik masyarakat, menurut Michael Rush dan Althoff (1989:131) dalam efriza (2012: 170) menyebutkan sebagai berikut :

a. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.

b. Sinesme diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor, tidak dapat dipercaya dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun sia- sia dan tidak ada hasilnya.

c. Alienasi sebagai perasaan keterasingan seseoarang dari politik dan pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk orang lain tidak adil.

26 Dikutip dari https://media.neliti.com/media/publications/108550-ID-partisipasi-politik-masyarakat-dalam- pem.pdf

(43)

d. Anomie sebagai suatu perasaan kehidupan nilai dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan ketidak efektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk bertindak.27 1.7.2. Teori Pemilu

Pelaksanaan pemilihan umum sebuah agenda nasional yang dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun sekali, yang merupakan sebuah bentuk Negara yang berdemokrasi melalui perwujudan pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, baik itu dalam memilih anggota legislatif, kepala daerah maupun dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu itu sendiri merupakan suatu proses untuk memilih orang-orang yang akan menduduki kursi di pemerintahan, melalui pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

Menurut Sarbaini (2015 : 107) menyatakan, bahwa Pemilu merupakan arena pertarungan untuk mengisi jabatan politik di pemerintahan yang dilakukan menggunakan cara pemilihan yang dilakukan oleh warga negara bersyarat. Secara umum dapat dikatakan bahwa Pemilu adalah cara yang dilakukan oleh rakyat atau warga Negara dalam menentukan pimpinan atau wakil mereka di pemerintahan, dan dapat dikatakan merupakan hak dari masyarakat sebagai warga Negara dalam menentukan pilihan wakilnya di pemerintahan.28

Selain itu, menurut Morissan (2005 :17) menyebutkan bahwa pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat mengenai arah

27 Dikutip dari http://digilib.unila.ac.id/26668/10/TESIS%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf. hlm 29 -30

28 Dikutip dari http://eprints.umpo.ac.id/5513/3/BAB%20II.pdf.

(44)

dan kebijakan Negara. Bisa juga dikatakan bahwa pelaksanaan pemilihan umum adalah implementasi dari sistem pelaksanaan demokrasi yang sesungguhnya29.

Pemilu juga berarti sebuah indikator dari majunya sebuah demokrasi di suatu Negara, karena pemilihan umum merupakan pilar utama dalam Negara berdemokrasi. Pemilihan umum juga merupakan tanggung jawab politik dari setiap warga Negara, karena itu sangat diperlukannya partisipasi dari setiap warga Negara. Karena Pemilu tanpa partisipasi akan menjadi sebuah ironi30.

Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum, pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.31

1.7.3. Teori Strategi

Strategi adalah serangkaian tahapan yang harus ditempuh guna menuju target yang telah ditetapkan . Strategi yang baik tentunya dapat memberikan gambaran secara komprehensif terkait langkah utama maupun pola keputusan yang harus diambil dalam rangka mewujudkan tujuan.

Strategi itu sendiri selalu memiliki tujuan utama yaitu “kemenangan”.

Dalam konteks Pemilu fokus strategi adalah pemenangan Pemilu bagi kandidat ,

29http://eprints.umpo.ac.id/5513/3/BAB%20II.pdf. hlm. 8

30 Dikutip dari majalah Suara Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Pidie (2019), hlm. 13

31 Lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Bab I Pasal 1.

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukkan  jadwal  kegiatan  sosialisasi  basis  pemilih  marginal  yang dilaksanakan oleh KIP Kabupaten Pidie dengan melibatkan peran  dari  relawan  demokrasi,  perangkat  gampong  serta  tokoh  masyarakat  di  wilayah  gampong  terseb

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komitmen, integritas dan kompetensi terhadap kinerja Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh dengan kinerja

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui bentuk – bentuk sosialisasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum Kota Pematangsiantar pada Pemilihan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mengetahui bentuk – bentuk sosialisasi yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum Kota Pematangsiantar pada Pemilihan Umum

Dari penelitian yang dilakukan penulis dengan Strategi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pangkep Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilkada 2020 ditengah

1.5.3 Faktor – faktor yang berpengaruh pada peran humas Komisi Pemilihan Umum Kabupaten dalam meningkatkan partisipasi pemilih milenial pada Pilkada di kabupaten

Tujuan dalam penelitian ini adalah menganalisis strategi Komisi Pemilihan Umum KPU dalam aktifitas media online terkait informasi peristiwa politik yang terjadi saat itu yang menjadi

Komisi Pemilihan Umum (KPU) merupakan lembaga negara yang menyelenggarakan pemilihan umum di Indonesia. Suksesnya penyelenggaraan pemilihan umum salah satu nya

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan bahan evaluasi terhadap peran Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Dairi dalam meningkatkan