• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSPEKTIF, 11 (2) (2022): DOI: /perspektif.v11i PERSPEKTIF. Available online

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERSPEKTIF, 11 (2) (2022): DOI: /perspektif.v11i PERSPEKTIF. Available online"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERSPEKTIF

Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/perspektif

Strategi Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Pidie dalam Meningkatkan Angka Partisipasi Pemilih Marginal pada Pemilu

2019

The Strategy of the Independent Election Commission of Pidie District in Increasing the Participation Rate of Marginal Voter in the 2019

Election

Zulfan, Muryanto Amin* & Arifin Saleh

Magister Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, Indonesia

Diterima: 07 September 2021; Direview: 11 November 2021; Disetujui: 30 Desember 2021 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui langkah apa yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal. Serta ingin mengetahui strategi apakah yang dilakukan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori partisipasi politik, teori Pemilu dan teori strategi. Dimana dari hasil penelitiannya diperoleh yang menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah (1) adanya sikap apatis, (2) masing kurang pemahaman dan edukasi kepemiluan (3) calon yang diusung tidak sesuai dengan harapan (4) adanya janji politik yang tidak dipenuhi (5) lebih mengutamakan kebutuhan sehari-hari, (6) tidak ada perubahan dan perbaikan dari setiap pelaksanaan pemilu. Aktor-aktor yang dapat meningkatkan tingkat partisipasi pemilih adalah tokoh masyarakat, tokoh agama atau orang yang dituakan dalam wilayah gampong tersebut. Serta strategi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal adalah dengan meningkatkan kegiatan sosialisasi secara maksimal dan masif dengan melibatkan relawan demokrasi.

Kata Kunci: Partisipasi; Pemilih Marginal; Pemilu 2019; Kabupaten Pidie Abstract

This study aims to determine what steps aretaken by the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency in increasing the level of marginal voter participation. And want to know what strategy the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency has done in increasing the level of marginal voter participation. The research method used in this study is a qualitative research method with a descriptive approach. The theory used in this research is political participation theory, election theory and strategy theory. Where from the results of his research, it was obtained that the low level of marginal voter participation was caused by several factors, including (1) apathy, (2) lack of understanding and education on elections (3) candidates who were carried out were not in line with expectations (4) there was a promise politics that are not fulfilled (5) prioritize daily needs, (6) there is no change and improvement in every election implementation. Actors that can increase voter participation are community leaders, religious leaders or elders in the gampong area. And the strategy taken by the Independent Election Commission (KIP) of Pidie Regency in increasing the participation rate of marginal voters is to increase socialization activities to the maximum and massively by involving democratic volunteers.

Keywords: Participation; Marginal Voters; 2019 Election; Pidie Regency

How to Cite: Zulfan. Amin, M. & Saleh, A (2022). Strategi Komisi Independen Pemilihan Kabupaten Pidie Dalam Meningkatkan Angka Partisipasi Pemilih Marginal Pada Pemilu 2019. PERSPEKTIF, 11(2): 428-442

*Corresponding author:

E-mail: [email protected] ISSN 2085-0328 (Print)

ISSN 2684-9305(Online)

(2)

PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan Pemilu yang mencapai hasil yang maksimal dan dapat diterima oleh masyarakat dan kalayak ramai sudah pasti memerlukan suatu teknis dan metode yang terukur dalam pelaksanaan suatu Pemilu tersebut. Pelaksanaan Pemilu merupakan sebuah pilar demokrasi dalam perwujudan suatu kedaulatan rakyat yang implimentasinya melalui pelaksanaan Pemilu yang akhirnya menghasilkan sebuah pemerintah yang demokratis.

Dalam kaitan ini suatu pelaksanaan Pemilu tersebut dapat dikatakan sukses dalam pelaksanaannya dapat dilihat dari tingkat angka partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, itu memerlukan suatu cara atau teknik dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan. Seperti halnya dalam pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie mengalami penurunan tingkat partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal atau pinggiran.

Untuk meningkatkan angka partisipasi pemilih tersebut, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu melakukan sebuah langkah atau strateginya sebagai penyelenggara Pemilu di Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal dalam pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Di mana strategi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie adalah melalui peningkatan kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah direkrut dan dibentuk oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut akan terbangun komunikasi yang baik dengan masyarakat akan pentingnya keikutsertaannya sebagai pemilih dalam proses pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan. Karena partisipasi dari masyarakat sebagai pemilih merupakan aspek yang sangat penting dalam sebuah Negara yang berdemokrasi (Noviani et al., 2021; Hasibuan et al., 2018; Zega et al., 2018; Darmila et al., 2019).

Program Relawan Demokrasi diharapkan mampu menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya Pemilu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada akhirnya relawan demokrasi ini dapat menggerakkan masyarakat tempat mereka

berada, agar mau menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana serta penuh tanggung jawab, sehingga partisipasi pemilih dan kualitas Pemilu 2019 dapat lebih baik dibandingkan Pemilu-Pemilu sebelumnya (Juknis Relawan Demokrasi Pemilu, 2019).

Kabupaten Pidie yang melaksanakan Pemilu Serentak tahun 2019 pada hari rabu tanggal 17 April 2019 telah melaksanakan Pemilu yang sukses dan lancar pelaksanaannya.

Di mana dalam Pemilu 2019 tersebut, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) nya berjumlah 300.597 pemilih, dengan rincian pemilih laki- laki berjumlah 145.463 pemilih dan pemilih perempuan berjumlah 155.134 yang tersebar di 23 Kecamatan, 730 Gampong yang ada di Kabupaten Pidie (Rekapitulasi Daftar Pemilih Tetap, 2019). Jika kita melihat hasil dari penggunaan hak pilihnya, maka tingkat partisipasi pemilihnya mengalami peningkatan, dibandingkan tingkat partisipasi pemilih kaum marginal masih rendah dari hasil pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019, sama halnya dengan hasil pelaksanaan Pemilu sebelumnya, yaitu Pemilu 2014 di Kabupaten Pidie.

Rendahnya tingkat angka partisipasi pemilih marginal yang terjadi secara umum dapat dikatakan itu terjadi lantaran karena adanya suatu sikap yang apatis yang masih tinggi terhadap suatu aktivitas kegiatan politik yang ada dan pemahaman tentang Pemilu yang masih rendah, dan ini menandakan bahwa semakin banyaknya pemilih marginal dalam setiap pelaksanaan Pemilu, menandakan bahwa pelaksanaan Pemilunya belum dapat dikatakan berhasil pelaksanaannya. Ini dapat dilihat, di mana rakyat sebagai pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang diselenggarakan lebih memilih untuk menjalankan rutinitasnya sebagaimana lazimnya mereka lakukan biasanya, baik itu bekerja, berolahraga, kegiatan keorganisasian, rekreasi dan sebagainya. Mungkin lain halnya seperti yang di kampung-kampung biasanya masyarakat lebih memilih pergi ke sawah atau berladang, serta bernelayan yang menurut mereka dapat memberikan suatu manfaat yang berarti bagi mereka dalam proses kelangsungan penghidupan mereka sehari-hari daripada harus ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pemilihan umum yang diselenggarakan yang menurut mereka tidak memberikan manfaat yang berarti buat mereka, serta tidak ada

(3)

perubahan dalam setiap pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

Pengaruh dari tingkat pendidikan dari suatu masyarakat sangat berpengaruh dalam peningkatan tingkat partisipasi pemilih yang akan dicapai dari suatu penyelenggaraan Pemilu, ini dapat dilihat dari tingkat pendidikan suatu masyarakat yang masih rendah akan berakibat pada tingkat partisipasi masyarakat dalam agenda perpolitikan umumnya, akan mengalami rendah tingkat partisipasinya.

Semakin banyak pemilih marginal dalam pelaksanaan Pemilu, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan Pemilunya belum berhasil pelaksanaannya. Dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012, tentang Pemilu legislatif, dan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, telah diatur bahwa warga Negara yang sudah berumur 17 tahun atau telah menikah dan memiliki identitas kependudukan yang sah berhak untuk menyalurkan suara pada pemilihan umum dan pemilihan Presiden.

Lantas bagaimana dengan warga yang berada kelompok pemilih marginal seperti penyandang cacat, disabilitas, penderita kusta, ODHA, gelandangan, jompo, orang gila dan kelompok pemilih marginal lannya (Kpu- pematangsiantarkota.go.id). Karena pemilih marginal juga memiliki hak sama dalam menggunakan hak pilih sebagai warga Negara yang baik dengan ikut berpartisipasi dalam kegiatan kepemiluan yang diselenggarakan.

Pemilih marginal itu sendiri adalah merupakan kelompok marginal yang mempunyai basis sosialisasi dan pendidikan pemilih disebabkan kelompok marginal tersebut belum memiliki sumber daya, akses informasi dan kepercayaan yang cukup. Kaum marginal dapat diartikan juga merupakan suatu kelompok yang di identikan dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan atau “terasing” dari kehidupan masyarakat yang terjadi karena tatanan ekonomi, sosial, budaya. Ada beberapa kelompok-kelompok yang dikategorikan termasuk kaum marginal, seperti pengemis, pemulung, LBGT, gelandangan, tukang becak, anak jalanan yang telah memiliki hak pilih, masyarakat miskin kota, masyarakat tradisional daerah terpencil, dan sebagainya (Lengoan, 2022).

Pemilih marginal tersebut dapat dikategorikan dalam beberapa masyarakat atau kelompok dalam kegiatan sosialisasi yang

dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu 2019, di antaranya adalah masyarakat nelayan pinggiran, komunitas pekerja komersil serta komunitas waria, dll (KIP Kabupaten Pidie, 2019). Di mana dalam pelaksanaan Pemilu, pemilih marginal tersebut juga memiliki hak yang sama dalam penggunaan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik.

Walaupun pada kenyataannya dalam implementasi pelaksanaan Pemilu tingkat partisipasi dari kaum marginal tersebut masih rendah persentase tingkat partispasi pemilihnya. Maka dengan polemik persentase tingkat partisipasi kaum marginal yang masih rendah tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan Pemilu, diperlukan perhatian yang serius dari penyelenggara Pemilu di Kabupaten Pidie, yaitu Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan (Kurniawan et al., 2021; Ivanna et al., 2018; Anandhi & Prayetno, 2020).

Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie sebagai penyelenggara Pemilu diharapkan dapat memberi kontribusi serta perannya dalam peningkatan tingkat partisipasi pemilih marginal dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019.

Di mana dalam hal ini Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie sebagai penyelenggara pemilihan umum juga dituntut harus profesional, akuntabel, dan juga berintegritas yang tinggi dalam melaksanakan semua tahapan Pemilu yang telah diatur menurut aturan dan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan Pemilunya. Penyiapan intrumen hukum perlu juga dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie, di mana dengan adanya hal tersebut akan memberikan jaminan kepada para pemilih dalam penggunaan hak pilihnya sebagai warga Negara dalam pelaksanaan pemilihan umum.

Ini juga tidak terlepas dari suatu misi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilu, dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih dalam penyelenggaraan Pemilu yang dilaksanakan, sehingga rakyat sebagai pemilih akan menggunakan hak pilihnya dengan ikut berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan Pemilu yang dilaksanakan

(4)

dalam rangka terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis.

Partisipasi pemilih dalam pelaksanaan pemilihan umum yang demokrasi merupakan sebuah indikator dari implementasi penyelenggaraan kekuasaan Negara tertinggi yang absah oleh rakyat dalam keterlibatan mereka dalam pesta demokrasi atau pemilihan umum. Di mana makin tingi tingkat partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu, maka akan ada anggapan bahwa rakyat mengikuti dan memahami serta ikut melibatkan diri dalam kegiatan kenegaraan. Sebaliknya bila tingkat partisipasi pemilihnya masih rendah, ini menandakan bahwa rakyat kurang peduli atau berpartisipasi dalam kegiatan kenegaraan tersebut yang diimplementasikan melalui pelaksanaan Pemilu. Rendahnya tingkat partisipasi pemilih dapat dilihat dalam sikap golongan putih atau golput dalam pelaksanaan pemilihan umum yang berlangsung.

Di mana salah satu indikator dari kesuksesan penyelenggaraan Pemilu adalah adanya tingkat partisipasi yang tinggi dari masyarakat. Di mana untuk meningkatkan tingkat angka partisipasi pemilih yang tinggi dari masyarakat, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu melakukan kegiatan pendidikan politik kepada masyarakat dengan berbagai macam cara serta teknik dalam pelaksanaannya. Sehingga dengan adanya pendidikan politik menjadi sebuah sarana dalam meningkatkan pengetahuan kepemiluan kepada rakyat sebagai pemilih, agar dapat ikut berpartisipasi secara aktif dan maksimal dalam penyelenggaraan pemilihan umum yang dilaksanakan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu melakukan kegiatan sosialisasi secara maksimal kepada masyarakat agar tumbuh rasa atau keinginan dari masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik dalam pelaksanaan Pemilu secara optimal.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, menegaskan bahwa Pemilu diselenggarakan dengan partisipasi masyarakat. Poin ini menunjukkan partisipasi masyarakat menjadi salah satu indikator penting penyelenggaraan Pemilu. Tanpa partisipasi atau keterlibatan pemilih, maka sesungguhnya Pemilu tidak memiliki makna.

Ukuran partisipasi tentu bukan sekadar

kehadiran pemilih dalam memberikan suara di tempat pemungutan suara (TPS) pada hari pemungutan suara atau voter turn out, tetapi keterlibatan pemilih pada keseluruhan tahapan Pemilu (Juknis Relawan Demokrasi Pemilu Tahun, 2019).

Dengan adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dengan sendirinya akan memberikan dampak yang berarti dalam peningkatan tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Pidie, khususnya pemilih marginal sehingga akan dapat mengurangi adanya pemilih yang golput dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Strategi lain yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie selain peningkatan kegiatan sosialisasi dalam peningkatan angka partisipasi pemilih adalah melalui perekrutan relawan demokrasi dalam kegiatan sosialisasi di mana dengan adanya relawan demokrasi sebagai mitra KPU yang terbentuk akan memberi dampak yang sangat berarti bagi Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019. Sehingga diharapkan mampu mendorong tumbuhnya kesadaran yang tinggi dan tanggung jawab penuh dari masyarakat sebagai pemilih dalam menggunakan hak pilihnya sabagai warga negara dalam pelaksanaan Pemilu secara optimal.

Keberadaan dari Relawan demokrasi disetiap Kabupaten/kota sendiri juga telah diatur dalam ketentuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum, Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih dan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilu, selain itu keberadaan dari relawan demokrasi juga diatur dalam PKPU Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, sebagaimana diubah dengan Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2010, dan tertuang juga dalam PKPU Nomor 06 Tahun 2008 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum

(5)

Kabupaten/Kota (Relawan Demokrasi Pemilu, 2019).

Adanya relawan demokrasi yang terbentuk dalam memaksimalkan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie akan dapat menumbuhkan kembali kesadaran positif terhadap pentingnya Pemilu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga pada akhirnya, keberadaan relawan demokrasi pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie akan dapat menumbuhkan keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara, sehingga akan berpengaruh pada tingkat partisipasi pemilih marginal dan kualitas dari penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie akan lebih baik hasilnya dibandingkan dengan Pemilu-Pemilu sebelumnya. Karena tujuan dibentuknya program relawan demokrasi bertujuan sebagai

berikut (http://etd.iain-

padangsidimpuan.ac.id/6024/1/1410300025.

pdf. ):

1. Meningkatkan kualitas proses Pemilu, 2. Meningkatkan partisipasi pemilih, 3. Meningkatkan kepercayaan publik

terhadap proses demokrasi,

4. Membangkitkan kesukarelaan masyarakat sipil dalam agenda Pemilu dan demokratisasi.

Relawan demokrasi sendiri mempunyai tiga tugas utama dalam mengawal pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 yang dilaksanakan di Kabupaten Pidie. Pertama melawan hoak yang berkembang di kalangan masyarakat, di mana dalam hal tersebut perlu dilakukan pendidikan bagi pemilih dalam hal untuk menanggulangi berita hoak sangat efektif untuk dilakukan, di mana dengan adanya hal tersebut pemilih akan dapat mengetahui mana berita benar atau hoak melalui data dari relawan demokrasi. Yang kedua tugas dari relawan demokrasi adalah melawan politisasi suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).

Serta yang ketiga tugas dari relawan demokrasi adalah melawan politik uang dan memberikan pendidikan politik terkait edukasi serta pemahaman tentang kepemiluan kepada masyarakat.

Dalam hal ini Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie perlu membuat rencana atau strategi untuk meningkatkan tingkat partisipasi pemilih kaum

marginal atau pinggiran melalui peningkatan kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang sudah ada melalui pemberian pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan kepada masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik dengan ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan.

Secara umum, terlepas dari peran dan tugas relawan demokrasi dalam kegiatan sosialisasi, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie juga menggunakan kegiatan sosialisasi yang tidak monoton, di mana dalam pelaksanaan kegiatan sosialisasinya mengikuti setiap dari perkembangan inovasi yang baru sesuai dengan perkembangan zaman dan trends dari suatu teknologi yang ada sebagai implementasi dari kegiatan sosialisasi yang diterapkan dan dilaksanakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dengan harapan akan dapat meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019, serta mengajak masyarakat untuk tidak golput, karena suara masyarakat sangat menentukan 5 (lima) tahun masa depan Indonesia untuk kedepannya.

Adapun penelitian yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sri Juniarti Hasibuan, dkk (2018) dengan judul penelitian “Strategi Komisi Pemilihan Umum Sumatera Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018”. Hasil penelitian membuktikan bahwa strategi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2018 sangatlah tersistem dan variatif. Ini dapat dilihat dari formulasi dan sasaran jangka panjang KPU Sumatera Utara yang memiliki rencana sendiri dengan melaksanakan program-program yang sangat bervariasi dengan tujuan untuk menyentuh lapisan masyarakat (Hasibuan, Dkk., 2018).

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Choirullah Pulungan, dkk (2020) dengan judul penelitiannya “Strategi Komisi Pemilihan Umum Kota Bekasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Serentak Tahun 2019”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi yang dilakukan

(6)

oleh KPU Kota Bekasi dalam kegiatan sosialisasi secara masif, merata dan menyasar keseluruh beragam elemen masyarakat.

Strategi perluasan pasar juga dilakukan oleh KPU Kota Bekasi dalam mengoptimalkan kegiatan sosialisasi dengan melibatkan relawan demokrasi dengan sasaran 11 basis pemilih (Pulungan,Dkk, 2020).

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Solin, (2019) dengan judul “Peran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Dairi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilgub 2013 dan 2018”. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam meningkatkan partisipasi pemilih, KPU Kabupaten Dairi melakukan kegiatan sosialisasi dalam kaitannya tentang pelaksanaan pilgubsu kepada masyarakat sebagai pemilih. Serta pelaksanaan sosialisasinya bervariasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Dairi, baik itu melalui media massa maupun bertemu langsung dengan masyarakat.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Yulia Sariwaty S dan Rahmawati, (2019) dengan judul penelitiannya “Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Mensosialisasikan Pemilihan Umum serentak 2019 pada Kelompok Marginal Kota Bandung”. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya antusiasme kelompok marginal dalam mengikuti kegiatan sosialisasi dan diskusi yang dilakukan pada kegiatan sosialisasi yang sedang berlangsung.

Keenam, penelitian yang dilakukan oleh Siti Hardiyanti (2020) dengan judul “Model Sosialisasi Pemilihan Presiden 2019 di Komisi Independen Pemilihan Kota Banda Aceh”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Di mana hasil dari penelitian didapatkan bahwa model sosialisasi yang dilakukan oleh KIP Kota Banda Aceh adalah dalam bentuk kerjasama (socialization cooperation) dengan organisasi/komunitas, yang meliputi : KIP goes to community (LSM Radar), KIP Goes to Community (GPS), KIP Goes To Campus ke BEM Unsyiah, Sosialisasi ke basis keluarga, Sosialisasi ke KPI.

Ketujuh, penelitian yang dilakukan oleh Mochamad Fadly Gintara (2019) dengan judul “ Strategi Sosialisasi Pemilu KPU Kota Tangerang dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Tahun 2019". Hasil penelitian didapatkan bahwa strategi yang dilakukan oleh KPU Kota Tangerang pada Pemilu 2019 tersebut merupakan strategi politik perluasan

pasar, yakni strategi dan strategi menembus pasar dari Peter Schroder. Tetapi peningkatan partisipasi Pemilu yang di Kota Tangerang tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh kinerja KPU saja. Tetapi juga tidak terlepas dari peran partai politik pengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden dan calon Legislatif.

Kedelapan, penelitian yang dilakukan oleh Tohap Hasugian mahasiswa Universitas Lampung (2019) dengan judul

“Strategi Komisi Pemilihan Umum dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih (Studi pada Pemilih Pemula, Perempuan dan Kelompok Marginal Pada Pemilihan Bupati 2018 di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara” . Hasil penelitian menjelaskan bahwa KPU Kabupaten Dairi bekerja sama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam merampungkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) dan perencanaan sosialisasinya yang disebut “ KPU goes to onan” yang dapat menjangkau para pemilih pemula dan perempuan dan sayangnya kurang menjangkau kelompok marginal.

Kesembilan, penelitian yang dilakukan oleh Andi Chandra, Erik Darmawan dan Yesi (2018) dengan judul “ Upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Selatan dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilkada Serentak dan Pemilu Serentak 2019”. Hasil penelitan menjelaskan bahwa upaya yang dilakukan oleh KPU Provinsi Sumatera Selatan mencapai 350 hal. Adapun pencapaian yang diraih oleh mereka adalah peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum yang pada awalnya pada tahun 2013 63 %, mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 69,2 % dan pada tahun 2019 mengalami lonjatan sampai dengan angka 81,42 % dan diharapkan dapat terus meningkat dikemudian hari.

Kesepuluh, penelitian yang dilakukan oleh Dwi Haryono dengan judul “ Strategi KPU Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Tahun 2015”. Hasil penelitian didapatkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Samarinda dalam meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda 2015 dilakukan dengan 3 (tiga) strategi, yaitu strategi penguatan kelembagaan, strategi Sosialisasi Politik, dan Strategi Pendidikan Politik Pemilih Pemula.

(7)

Kesebelas, penelitian yang dilakukan oleh Ryan Yudi Andila dengan judul “Strategi KPU dalam mengurangi Angka Golput (Studi Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2015)”. Hasil penelitiannya didapatkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bandar Lampung dalam mengurangi angka golput pada tahapan sosialisasi adalah melalui penggunaan 4 (empat) stretegi, yaitu strategi penguatan, strategi rasionalisasi, strategi bujukan dan strategi konfrontasi.

Beberapa penelitian terdahulu yang ditampilkan di atas meneliti tentang strategi dari penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, sedangkan yang lain dalam penelitian yang terdahulu meneliti tentang strategi dari penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, baik itu pemilih disabilitas maupun pemilih kaum marginal atau pinggiran. Serta ada juga penelitian terdahulu yang meneliti tentang model sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan pemahaman tentang kepemiluan dalam pelaksanaan Pemilu, sehingga dengan adanya kegiatan sosialisasi akan berdampak kepada pemahaman masyarakat tentang kepemiluan, serta ada juga penelitian terdahulu yang meneliti tentang upaya atau strategi dari penyelenggara Pemilu dalam mengurangi angka golput dalam pelaksanaan pemilihan. Perbedaan dalam penelitian terdahulu terletak pada segi atau cara dan teknik sosialisasi yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih dalam pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, baik itu pemilih disabiitas maupun pemilih kaum marginal.

Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih, khususnya untuk pemilih marginal pada Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena dengan tujuan akan dapat memahami dan mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan dalam pelaksanaan tahapan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie sebagai upaya dalam

meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Ini disebabkan adanya aspek yang ditekankan dalam pembahasan ini adalah kualitas dari data yang diperoleh, tetapi bukan banyaknya (kuantitas) data perolehannya (Kriyantono, 2012). Sedangkan format penelitian ini adalah deskriptif, di mana dalam hal ini peneliti bertujuan untuk dapat menggambarkan, meringkaskan berbagai keadaan dan kondisi atau berbagai fenomena realitas sosial yang terjadi di masyarakat yang menjadi objek dari sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti.

Menurut Strauss dan Corbin (2007), penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Meskipun datanya dapat dihitung dan disampaikan dalam angka-angka sebagaimana dalam sensus, analisis datanya bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merujuk pada analisis data non-matematis. Prosedur ini menghasilkan temuan yang diperoleh melalui data-data yang dikumpulkan dengan beragam sarana, antara lain wawancara, pengamatan, dokumen atau arsip, dan tes.

Dalam tradisi kualitatif, proses penelitiannya tidak sesederhana penelitian kuantitatif. Dalam penelitian kualitatif, sebelum hasil penelitian dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan, perlu melampaui tahapan proses berpikir kritis-ilmiah, yaitu proses berpikir secara induktif untuk menangkap fakta dan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di lapangan melalui pengamatan. Hasil pengamatan itu merupakan temuan yang perlu dianalisis, untuk selanjutnya menjadi dasar dalam melakukan teorisasi.

Penelitian ini juga didukung dengan studi literature terkait dengan penelitian yang akan dilakukan tentang strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal melalui kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi, sehingga akan berpengaruh dari minat pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS) mengalami peningkatan, dan juga akan berpengaruh pada tingkat partisipasi pemilih yang mengalami

(8)

peningkatan dengan adanya kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) secara maksimal dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

Dalam pengambilan sampel penelitian ini, peneliti menggunakan informan atau narasumber yang dianggap berkompeten dalam memberi informasi dan data yang dibutuhkan oleh seorang peneliti dalam kegiatan penelitian yang peneliti lakukan adalah disebabkan informan atau narasumber tersebut memiliki keterkaitan serta terlibat langsung dalam proses pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie kaitannya dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal atau pinggiran pada pelaksanaan Pemilu Serentak Tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

Untuk itu penulis memilih beberapa informan atau narasumber untuk memperoleh informasi atau data yang diperlukan dalam melengkapi bahan atau referensi dalam penulisan tesis ini. Dengan menggunakan metode wawancara secara langsung dengan informan dan narasumber tersebut dalam melakukan penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan tesis ini.

Posisi narasumber sebagai sumber data penelitian sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi. Narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan terhadap masalah yang ditanyakan, tetapi juga memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang dimilikinya. Karena itu, menurut Sutopo (2002), untuk menghadapi narasumber diperlukan sikap lentur, terbuka, dan kritis dari peneliti dalam memahami beragam informasi yang penting, dan berdampak langsung terhadap kualitas penelitian.

Untuk mendapatkan keterangan tentang masalah yang dikaji, dan saran tentang sumber bukti lain yang mendukung penelitian, peneliti dapat menentukan informan kunci (Yin, 2000:109), selain itu juga dapat memanfaatkan informan tambahan. Agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan beragam, narasumber dapat dipilih dalam posisinya dengan beragam peran yang berbeda, yang memungkinkan akses informasi yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Kata-kata dan tindakan narasumber penting fungsinya sebagai data penelitian, sehingga dalam proses pengumpulan data penting untuk dicatat, direkam, difoto dan diamati secara cermat. Namun demikian dalam kegiatan pemanfaatan narasumber, peneliti harus tetap sadar terhadap rencana dan tujuan penelitian, agar penelitian tetap fokus dan terarah. Mengingat berbagai macam informasi yang tersedia dari narasumber tidak semuanya perlu digali, kecuali yang sesuai dengan masalah penelitian.

Dalam melakukan penelitian ini, informan atau narasumber yang akan diwawancarai adalah :

1. Muhammad Ali, Ketua Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie. Di mana yang bersangkutan juga sebagai Ketua Divisi Keuangan, Umum, Rumah Tangga &

Logistik serta mengetahui tentang rencana yang telah dibuat, kaitannya dengan strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal dalam pelaksanaan Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Serta terlibat langsung dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten pada Pemilu tahun 2019.

2. Sri Wahyuzha, S.Pd Anggota Komisioner Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie yang menangani Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan Sumber Daya Manusia. Di mana yang bersangkutan terlibat langsung dalam memberikan materi dari kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie, pada penyelenggaraan Pemilu tahun 2019.

3. Nety Saparita, S.H, M.H. Kasubbag Teknis dan Hupmas Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie.

4. Syarifah Dewi Mutiawati, Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kecamatan Batee., karena yang bersangkutan terlibat langsung dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih.

5. Syarwan, Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Kecamatan Muara Tiga, karena yang bersangkutan terlibat

(9)

langsung dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih.

6. Muhammad Ikhsan, Anggota Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) kecamatan Kembang Tanjong, yang bersangkutan juga terlibat dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih.

7. Mukhtar, tokoh masyarakat dalam kecamatan Batee, karena yang bersangkutan menjadi peserta dan juga sasaran dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih.

8. Bustamam, tokoh komunitas nelayan gampong pusong Kecamatan Kembang Tanjong, karena yang bersangkutan menjadi peserta dan juga menjadi sasaran dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih.

9. Hasanuddin, tokoh pemuda yang ada di Gampong Pasie Beurandeh Kecamatan Batee.

10. Ibrahim, masyarakat gampong pusong kecamatan Kembang Tanjong.

11. Sulaiman, sebagai masyarakat yang ada di gampong Batee kecamatan Muara Tiga 12. Zakaria, AR, masyarakat gampong Pasie

Beurandeh Kecamatan Batee

13. Masyarakat gampong pusong kecamatan Kembang Tanjong, sebanyak 2 (dua) orang

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui, Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula, yang mana wawancara merupakan kontak langsung atau tatap muka antara pencari informasi dan sumber informasi yang bertujuan memperoleh data tentang masalah di atas.

Di mana pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab langsung kepada pihak-pihak atau tokoh-tokoh yang ada keterkaitan dan terlibat langsung dengan kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi

pemilih marginal pada Pemilu 2019 di Kabupaten Pidie.

Wawancara secara mendalam juga dilakukan oleh peneliti agar memperoleh keterangan data dan informasi yang akurat dan spesifik untuk keperluan penulis dalam penelitian ini. Menurut Yin (2000 :108), wawancara mendalam (In-depth Interviewing) merupakan teknik pengumpulan data yang esensial dalam studi kasus. Sehingga metode wawancara yang dilakukan secara mendalam akan dapat menggali informasi yang lebih mendalam tentang fokus penelitian yang akan diteliti dalam memperoleh informasi dan data dari informan atau narasumber yang telah dipilih oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan terbuka di mana tidak tertutup kemungkinan untuk memunculkan pertanyaan yang berkembang dari jawaban informan, sebagai tambahan pertanyaan yang telah disiapkan oleh peneliti selama masih berkaitan dengan topik penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Oleh karena itu, dalam penyempurnaan tugas akhir ini, diperlukan kegiatan wawancara dalam melengkapi keperluan data dan informasi yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini, kaitannya dengan strategi dari Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal. Di mana dalam hal ini informasi tersebut dapat diperoleh dari informan, informan utama dan informan tambahan. Sehingga segala dengan adanya informan-informan tersebut akan dapat memberikan informasi dan data sesuai dengan keperluan dari peneliti dalam melakukan penelitian.

Dokumentasi. Merupakan teknik pengumpulan data yang didapatkan melalui dokumen dari berbagai catatan, buku-buku, arsip serta peraturan-peraturan yang ada kaitannya dengan penelitian yang diteliti.

Pengambilan informasi malalui dokumentasi juga dapat diperoleh dari peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), baik itu Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU), Surat Keputusan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Aceh, serta surat- surat yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti. Di mana untuk peraturan-peraturan dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) tersebut juga dapat diakses melalui link jdih.kpu.go.id.

(10)

Penulis juga mengumpulnya dari beberapa Undang-Undang, Undang-Undang Pemerintah Aceh (UUPA) serta Qanun yang memiliki keterkaitan dengan Pemilu. Selan itu juga dari hasil studi berbagai literatur dan peneletian- penelitian terdahulu yang mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian yang penulis teliti.

Dalam menganalisis data pada penelitian ini menggunakan analisis konten, di mana dalam analisis ini didasarkan pada isi hasil wawancara dengan informan yang mempunyai keterkaitan dan terlibat langsung dalam kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie, kaitan dengan rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal pada Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Dalam melakukan kegiatan pengumpulan data pada studi kasus dapat diperoleh dari sumber informasi. Di mana dalam penelitian studi kasus, selain melakukan wawancara yang mendalam, ada beberapa teknik pengumpulan data dalam penelitian studi kasus, di antaranya adalah melalui dokumentasi, observasi langsung, observasi terlibat (participant observation), dan artifak fisik. Di mana masing-masing teknik pengumpulan data tersebut saling melengkapi.

Dan ini merupakan kekuatan dari penelitian studi kasus dibandingkan dengan metode lain dalam penelitian kualitatif.

Menurut Yin (1994 : 9) pembacaan literatur sangat penting untuk memperluas wawasan peneliti di bidang yang akan diteliti dan mempertajam rumusan masalah yang akan diajukan. Namun demikian, dalam upayan pengumpulan bahan bacaan peneliti perlu mempertimbangkan dua aspek penting, yakni relevansi (relevance) bahan bacaan/leteratur tersebut dengan topik bahasan (kasus) yang diangkat dan kemutakhiran (novelty). Semakin mutakhir bahan bacaan, semakin baik, sehingga peneliti dapat mengikuti perkembangan keilmuan paling up date atau “state of the arts”

bidang yang digeluti. Sebab, ilmu pengetahuan senantiasa mensyaratkan hal-hal baru.

(Tentang pentingnya “state of the arts” dalam penelitian telah dibahas dalam tulisan tersendiri). Terkait dengan bahan bacaan, sering pula ditemukan peneliti mengumpulkan bahan bacaan yang sangat banyak, tetapi tidak relevan dengan objek kajian yang diangkat, sehingga laporan penelitian menjadi sangat tebal. Padahal, kualitas penelitian tidak

ditentukan oleh tebalnya atau banyaknya halaman hasil/laporan penelitian, tetapi oleh ketepatan metode penelitian, keluasan perspektif teoritik peneliti, keandalan dan kecukupan data, kedalaman analisis, kebaruan temuan dan sumbangannya bagi ilmu pengetahuan.

Maka dalam melakukan penelitian penggunaan metode sangat penting dalam melakukan sebuah penelitian, sehingga akan menghasilkan penelitian yang baik hasilnya.

Serta diperlukan keandalan dan kecukupan data, pendalaman analisis dalam melakukan sebuah penelitian, sehingga pada akhirnya akan dapat menghasilkan sebuah penelitian yang bermanfaat dalam penelitian yang kita lakukan dalam kegiatan memperoleh informasi dan pengumpulan data kaitannya dengan penelitian yang sedang kita lakukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Implementasi Strategi Kip Kabupaten Pidie Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Marginal Pada Pemilu 2019

Rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal di Kabupaten Pidie pada Pemilu tahun 2019 disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah adanya sikap apatis dari pemilih, minat pemilih yang datang ke TPS masing rendah, kurangnya pengetahuan tentang kepemiluan, calon yang diusung oleh partai tidak sesuai dengan keinginan atau harapan dari masyarakat sebagai pemilih, ada janji yang tidak dipenuhi saat sudah manjabat, serta masih kurangnya kualitas SDM dari penyelengara Pemilu ditingkat gampong atau desa. Faktor ini membuktikan bahwa setelah KIP Kabupaten Pidie melakukan sosialissasi secara maksimal dan masif dengan melibatkan relawan demokrasi yang telah direkrut, hasilnya belum juga dapat meningkatkan partisipasi pemilih marginal secara menyeluruh.

Hasil penelitian menunjukkan rendahnya partisipasi pemilih marginal di Kabupaten Pidie dapat di kategorikan ke dalam teori politik Milbart dan Goel yaitu kategori apatis di mana orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik. Ilmuan politik juga menidetifikasi beberapa kecenderungan politik masyarakat, menurut Michael Rush dan Althoff dalam efriza menyebutkan sebagai berikut :

(11)

a. Apatis (masa bodoh) dapat diartikan sebagai tidak punya minat atau tidak punya perhatian terhadap orang lain, situasi, atau gejala-gejala.

b. Sinesme diartikan sebagai “kecurigaan yang busuk dari manusia”, dalam hal ini dia melihat bahwa politik adalah urusan yang kotor, tidak dapat dipercaya dan menganggap partisipasi politik dalam bentuk apa pun sia-sia dan tidak ada hasilnya.

c. Alienasi sebagai perasaan keterasingan seseoarang dari politik dan pemerintahan masyarakat dan kecenderungan berpikir mengenai pemerintahan dan politik bangsa yang dilakukan oleh orang lain untuk orang lain tidak adil.

d. Anomie sebagai suatu perasaan kehidupan nilai dan ketiadaan awal dengan kondisi seorang individu mengalami perasaan ketidak efektifan dan bahwa para penguasa bersikap tidak peduli yang mengakibatkan devaluasi dari tujuan-tujuan dan hilangnya urgensi untuk bertindak.

Sehingga berdasarkan teori Pemilu, Pemilu juga berarti sebuah indikator dari majunya sebuah demokrasi di suatu Negara, karena pemilihan umum merupakan pilar utama dalam Negara berdemokrasi. Pemilihan umum juga merupakan tanggung jawab politik dari setiap warga Negara, karena itu sangat diperlukannya partisipasi dari setiap warga Negara. Karena Pemilu tanpa partisipasi akan menjadi sebuah ironi.

Dilihat dari teori strategi yang dikemukakan oleh Newman dalam Pito, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie melakukan strategi konfrontasi dalam meningkatkan angka partisipasi pemilih marginal, di mana strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memilih kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih. Sehingga strategi konfrontasi ini dapat mengembalikan kepercayaan pemilih yang telah hilang.

Rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal di Kabupaten Pidie pada Pemilu tahun 2019, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dapat melibatkan aktor-aktor atau tokoh yang berpengaruh pada peningkatakan partisipasi pemilih marginal, yaitu aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh

agama dan orang yang dituakan dalam wilayah gampong setempat, sehingga akan lebih mudah untuk diterima dan didengar oleh mereka sebagai pemilih, lain halnya ajakan atau penyampaikan dari penyelenggara Pemilu, mungkin mereka tidak begitu peduli atau mau mendengarnya.

Dilihat dari teori partisipasi politik menurut Mirriam Budiarjo, partisipasi politik adalah merupakan kegiatan seseorang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan Negara, dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy), kegiatan ini mencakup seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen dan sebagainya.

Selain itu, Teori pemilu menurut Morissan menyebutkan bahwa pemilihan umum adalah cara atau sarana untuk mengetahui keinginan rakyat mengenai arah dan kebijakan Negara. Bisa juga dikatakan bahwa pelaksanaan pemilihan umum adalah implementasi dari sistem pelaksanaan demokrasi yang sesungguhnya. Sehingga aktor- aktor atau tokoh tersebut dapat membantu KIP Kabupaten Pidie dalam meningkatkan partisipasi pemilih marginal pada pemilu tahun 2019.

Aktor-aktor atau tokoh yang terlibat dapat melakukan strategi dalam meningkatkan partisipasi pemilih marginal pada pemilu tahun 2019, berdasarkan teori strategi yang di kemukakan oleh Newman dalam pito, yaitu strategi penguatan,di mana dalam hal ini Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie menciptakan budaya dalam keterbukaan informasi publik, sehingga akan terbangun komunikasi yang efektif antara penyelenggara Pemilu ditingkat Kabupaten, yaitu KIP Kabupaten Pidie dengan penyelenggara Pemilu ditingkat bawah, yaitu PPK, PPS dan KPPS.

Strategi bujukan, dilakukan melalui kegiatan sosialisasi dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi untuk menarik perhatian dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif serta mengajak masyarakat untuk tidak golput dalam pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

(12)

Strategi Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada Pemilu tahun 2019 dengan melibatkan relawan demokrasi, berdasarkan teori partisipasi politik menurut pendapat Closky, di mana partisipasi politik tersebut adalah kegiatan- kegiatan sukarela (voluntary) dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung (direct) atau secara tidak langsung (indirect) dalam proses pembentukan kebijaksanaan umum.

Dilihat dari teori Pemilu dalam Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan umum, KIP Kabupaten Pidie telah melakukan tugasnya, di mana pemilihan umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Strategi yang dilakukan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan partisipasi pemilih marginal dalam pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019, dapat menggunakan teori strategi menurut Newman dalam Pito, yaitu Strategi Penguatan, strategi rasionalisasi, strategi bujukan dan strategi konfrontasi. Strategi Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal, dapat kita analisis sebagai berikut :

Strategi Penguatan. Di mana dalam hal ini KIP Kabupaten Pidie menciptakan budaya dalam keterbukaan informasi publik, sehingga akan terbangun komunikasi yang efektif antara penyelenggara Pemilu ditingkat Kabupaten, yaitu KIP Kabupaten Pidie dengan penyelenggara Pemilu ditingkat bawah, yaitu PPK, PPS dan KPPS pada pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

Strategi Rasionalisasi. Di mana Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam memaksimal kegiatan sosialisasinya dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi melalui penyampaian tentang pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan

kepada masyarakat atau pemilih, sehingga masyarakat akan ada kesadaran dan kemauan untuk ikut berpartisipasi secara aktif dalam ikut memberikan hak pilihnya sebagai warga Negara yang baik. Di mana dalam melakukan kegiatan sosialisasinya KIP Kabupaten Pidie menggunakan metode door to door (rumah ke rumah), bertemu langsung atau tatap muka langsung dengan masyarakat perihal penyampaian tentang pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan.

Strategi Bujukan. Di mana Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam melaksanakan stretegi bujukan dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi untuk menarik perhatian dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif serta mengajak masyarakat untuk tidak golput dalam pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Dalam hal ini KIP Kabupaten Pidie melakukan kegiatan sosialisasinya menggunakan metode secara turun langsung ke lapangan dalam penyampain pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan, sehingga dengan adanya kegiatan sosialisasi tersebut masyarakat akan lebih memahami dan mengerti tentang pelaksanaan Pemilu serta apa tujuan dari pelaksanaan Pemilu itu sendiri, sehingga dengan adanya peningkatan pemahaman dan edukasi Pemilu kepada masyarakat melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Pidie secara maksimal akan berpengaruh juga pada peningkatan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

Terkait hal tersebut di atas, dalam wawancara dengan Muhammad Ali, Ketua KIP Kabupaten Pidie, menyebutkan bahwa :

“Kita langsung bertatap muka langsung dengan masyarakat kaitannya penyampaian pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan, serta turun langsung ke lapangan ke desa-desa pinggiran. Di Kabupaten Pidie sendiri ada di Geumpang di pucok banyak masyarakat belum tahu apa Pemilu, maka dengan adanya kita turun kelapangan melalui kegiatan sosialisasi dengan melibatkan peran relawan demokrasi, kita langsung memberikan masukan serta pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan, kemudian ada juga di daerah pusong kita juga terus ke lapangan langsung dalam memberikan edukasi dan pemahaman kepemiluan. Sehingga

(13)

dari kegiatan pemantauan terakhir maka ada peningkatan dari daerah yang telah kita lakukan kegiatan sosialisasi dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah dibentuk dan direkrut oleh KIP Kabupaten Pidie dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie”.

Strategi Konfrontasi. Di mana dalam melakukan strategi konfrontasi, KIP Kabupaten Pidie dalam melakukan kegiatan sosialisasi hanya pada kalangan atau kelompok masyarakat yang masih apatis (tidak peduli) serta cenderung tidak begitu peduli pada kegiatan Pemilu yang dilaksanakan. Di mana dalam hal ini Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dalam upaya meningkatkan pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan kepada masyarakat dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah terbentuk dengan menggunakan metode door to door (rumah ke rumah) atau secara tatap muka langsung dengan terjun kelapangan langsung, juga melalui menempelkan spanduk- spanduk di masing-masing gampong yang ada di wilayah Kabupaten Pidie. Sehingga dengan penggunaan metode tersebut merupakan langkah atau strategi yang tepat dalam meningkatkan tingkat partisipasi pemilih marginal pada Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Pidie.

SIMPULAN

Penyebab rendahnya tingkat partisipasi pemilih marginal pada Pemilu tahun 2019 di Kabupaten Pidie disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah adanya sikap apatis dari pemilih, minat pemilih yang datang ke TPS masing rendah, kurangnya pengetahuan tentang kepemiluan, calon yang diusung oleh partai tidak sesuai dengan keinginan atau harapan dari masyarakat sebagai pemilih, ada janji yang tidak dipenuhi saat sudah manjabat, serta masih kurangnya kualitas SDM dari penyelengara Pemilu ditingkat gampong atau desa.

Belum optimalnya peran pemerintah dan partai politik dalam miningkatkan pemahaman dan edukasi kepemiluan. Aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama atau orang yang dituakan dalam wilayah gampong setempat,

lebih mudah untuk diterima dan didengar oleh mereka sebagai pemilih, lain halnya ajakan atau penyampaikan dari penyelenggara Pemilu, mungkin mereka tidak begitu peduli atau mau mendengarnya dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi pemilih, khususnya marginal pada pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019 di Kabupaten Pidie. Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie telah melakukan strategi dalam meningkatkan partisipasi pemilih marginal melalui kegiatan sosialisasi secara maksimal dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi yang telah terbentuk dan direkrut oleh KIP Kabupaten Pidie. Di mana dalam melakukan kegiatan sosialisasi tersebut Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie dibantu oleh relawan demokrasi, PPK dan PPS serta perangkat gampong yang ada di wilayah gampong setempat dengan menggunakan metode door to door atau dari rumah ke rumah dalam memberi pemahaman dan edukasi tentang kepemiluan kepada pemilih marginal atau pinggiran.

Penggunaan metode door to door (rumah ke rumah) yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Pidie, bersifat positif dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang kepemiluan kepada pemilih marginal tersebut, mereka akan lebih memahami dan mengerti

“apa itu Pemilu” serta “apa tujuan dari pelaksanaan Pemilu itu sendiri”. Selain metode

“door to door” strategi yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Pidie dalam meningkatkan partisipasi pemilih, khususnya pemilih marginal adalah sosialisasi melalui tulisan, spanduk-spanduk yang ditempelkan di setiap gampong-gampong melalui PPS wilayah gampong tersebut.

Kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh KIP Kabupaten Pidie telah maksimal dan masif dengan melibatkan peran dari relawan demokrasi melalui metode door to door dengan turun langsung ke lapangan, dengan demikian masyarakat akan lebih memahami tujuan dan manfaat dari pelaksanaan Pemilu yang dilaksanakan, ada minat atau keinginan masyarakat untuk ikut berpartisipasi secara aktif dan ikut terlibat dalam kegiatan kepemiluan yang diselenggarakan.

DAFTAR PUSTAKA

Anandhi, M., & Prayetno, P. (2020). Gerakan Partai Keadilan Sejahtera dalam Menumbuhkan

(14)

Partisipasi Politik Generasi Millenial Kota Kisaran Timur pada Pemilihan Presiden 2019. Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS), 2(3), 644-657.

doi:https://doi.org/10.34007/jehss.v2i3.

136

Chandra, A., Darmawan, E., & Yesi, Y. (2018). Upaya Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Selatan dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih pada Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu Serentak 2019. Jurnal Studi Sosial dan Politik, 2(1), 12-30.

Corbin, JM., & Strauss,J.M. (2007). Bacics of Qualitative Reseacrh: Techniques and Procedures for Developing Grounded Theory (3 rd ed). Thousand Oaks, CA: Sage

Darmawan,S.S. (2018). Strategi Kpu Kota Serang Untuk Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pilkada Provinsi Banten Tahun 2017.

Dalam http://eprints.untirta.ac.id/1004/.

Diakses pada tanggal 18 April 2020 pukul 21.30 WIB

Darmila, L. Ivanna, J. & Iqbal, M. (2019) Perilaku Partisipasi Politik Masyarakat Desa Gunung Tua Tonga pada Pemilihan Bupati/Wakil Bupati Tahun 2013. PERSPEKTIF, 8 (2): 58- Dian Wahyuni,S. and Tri Haryanto,A. (2019). 71.

Strategi KPU Dalam Meningkatkan Tingkat Partisipasi Pemilih Disabilitas Di Kabupaten

Boyolali. Dalam

http://ejurnal.unisri.ac.id/index.php/MAP/a rticle/viewFile/3085/2645. Diakses pada tanggal 26 April 2020 pukul 10.00 WIB Gintara, M.F., (2019). Strategi Sosialisasi Pemilu KPU

Kota Tangerang dalam Peningkatan Partisipasi Pemilih pada Pemilu Tahun 2019.

Dalam

https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstr eam/123456789/55641/1/MOCHAMAD%2 0FADLY%20GINTARA.FISIP.pdf. Diakses pada tanggal 26 Juni 2021 pukul 1.11 WIB Hardiyanti, S. (2020). Model Sosialisasi Pemilihan

Presiden 2019 di Komisi Independen Pemilihan Kota Banda Aceh. Dalam file:///C:/Users/pc/Downloads/4184- 17069-2-PB%20(2).pdf. Diakses pada tanggal 21 Juni 2021 pukul 12.25 WIB Haryono, D. (2018). Strategi KPU Dalam

Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Samarinda Tahun 2015. Dalam http://e- journals.unmul.ac.id/index.php/JAR/article/

view/1900. Diakses pada tanggal 01 Juli 2021 pukul 01.57 WIB

Hasibuan, S. J., Kadir, A., & Nasution, M. H. T. (2018).

Strategi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan

Gubernur Sumatera Utara

2018. PERSPEKTIF, 7(1), 1-5.

Hasibuan, S.J. Kadir, A. & Nasution, M.H.T. (2018).

Strategi Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pada Pemilihan Gubernur Sumatera Utara 2018. PERSPEKTIF, 7 (1): 1-5.

Hasugian, T. (2019). Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih (Studi Pada Pemilih Pemula, Perempuan Dan Kelompok Marginal Pada Pemilihan Bupati Dan Wakil Bupati 2018 Di Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara).

Dalam

http://digilib.unila.ac.id/56237/3/TESIS%2 0TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf.

Diakses pada tanggal 27 Juni 2021 pukul 14.51 WIB

Ivanna, J. Pardede, A.J. & Iqbal, M. (2018). Peran Media Cetak dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Di Kelurahan Bandar Selamat Kecamatan Medan Tembung Kota Medan.

Journal of Education, Humaniora and Social Sciences (JEHSS). 1 (1): 25-35.

Kurniawan, M., Badaruddin, B., & Humaizi, H.

(2021). Partisipasi Masyarakat Tionghoa dalam Pelaksanaan Musrenbang Pada Kelurahan Sukadamai. PERSPEKTIF, 10(1), 218-229.

doi:https://doi.org/10.31289/perspektif.v1 0i1.4300

Lengkoan, I. C. J., Liando, D. M., & Kumayas, N.

(2022). Efektivitas Program Relawan Demokrasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum 2019 Di Kota Bitung. GOVERNANCE, 2(1).

Noviani, L., Subhilhar, S., & Amin, M. (2021). Analisis Faktor Determinan Tingkat Partisipasi Pemilih Penyandang Disabilitas Pada Pemilihan Umum 2019. PERSPEKTIF, 10(1), 88-99.

doi:https://doi.org/10.31289/perspektif.v1 0i1.4074

Pulungan, M. C., Rahmatunnisa, M., & Herdiansah, A.

G. (2020). Strategi Komisi Pemilihan Umum Kota Bekasi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pemilu Serentak Tahun 2019. Politea: Jurnal Politik Islam, 3(2), 251- 272.

Rahmawati, D. (2019). Peran Komisi Pemilihan Umum Dalam Mensosialisasikan Pemilihan Umum Serentak 2019 pada kelompok Marjinal Kota Bandung. JURNAL SIGNAL, 7(2), 150-155.

Ryan, Y,A.(2017). Strategi Komisi Pemilihan Umum Dalam Mengurangi Golput (Studi Pemilhan Walikota dan Wakil Walikota Bandar Lampung Tahun 2015). Dalam

(15)

(http://digilib.unila.ac.id/26668/10/TESIS

%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf.

diakses pada tanggal 7 Juli 2021 pukul 8.12 WIB

Solin, T. S. (2019). Peran Komisi Pemilihan Umum (Kpu) Kabupaten Dairi Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Pada Pilgub 2013 Dan 2018 (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara).

Zega, M.A. Muda, I. Batubara, B.M. & Suharyanto, A.

(2018). Pengaruh Program Rumah Pintar Pemilu Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Pada Kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Medan, PERSPEKTIF, 7 (2): 60- 65.

Situs Internet :

http://digilib.unila.ac.id/96/9/Bab%203%20.pdf.

Diakses pada tanggal 19 April 2020 pukul 23.00 WIB

Wikipedia. Dalam

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pi die#Jumlah_Penduduk_per_Kecamatan.

Diakses pada tanggal 28 Mei 2021, jam 11.44 WIB

Pemerintah Kabupaten Pidie. Dalam http://pidiekab.go.id/geotapo/. Diakses pada tanggal 29 Mei 2021 pukul 12.05 WIB Badan pusat Stasistik. Dalam

https://pidiekab.bps.go.id/dynamictable/20 20/06/12/71/jumlah-penduduk-menurut- kecamatan-di-kabupaten-pidie-2018-dan-

2019.html. Diakses pada tanggal 30 Mei 2021 pukul 03.15 WIB

Undang-Undang dan Peraturan : Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu

Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2016 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum dan Pemilihan Aceh.

PKPU Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata Kerja Komisi Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, sebagaimana diubah dengan Peraturan KPU Nomor 01 Tahun 2010

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Uraian Tugas Staf Pelaksana Pada Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum, Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2018 tentang Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, dan Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum

Laporan Penyelenggaraan Tahapan Pemilihan Umum Tahun 2019

Referensi

Dokumen terkait

calon yang akan diusung oleh partai dalam Pemilukada. Kandidat Hasil Seleksi, Dalam rangka memperoleh calon kandidat terbaik yang hendak diusung dan/atau didukung

Ini berarti responden yang berumur 20-24 tahun saat melahirkan pertama kali akan cenderung memiliki lebih dari 2 anak lahir hidup daripada tidak memilki anak lahir

Mengingat pesan komunikasi di era siber juga dilakukan dengan kanal termediasi, maka strategi hubungan masyarakat, menurut Holtz (2002), perlu memerhatikan beberapa aspek

Untuk mempermudah dalam membaca hasil penelitian maka tingkat partisipasi masyarakat terhadap kebersihan lingkungan di Kelurahan Sei Kera Hilir II berdasarkan 5

Banyak terjadi perceraian di pengadilan- pengadilan agama yang disebabkan dengan berbagai alasan, diantaranya karena faktor ekonomi, karena Kekerasan Dalam Rumah

Tujuan dari penelitian ini yaitu apakah program rumah pintar pemilu mempunyai pengaruh terhadap partisipasi politik masyarakat (studi kasus pada kantor komisi pemilihan umum

Secara umum, terlepas dari peran dan tugas relawan demokrasi dalam kegiatan sosialisasi, Komisi Independen Pemilihan (KIP) Kabupaten Pidie juga menggunakan kegiatan

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Biro Analisis Dan Kajian Strategi Badan Pendidikan Dan Pelatihan Pusat DPP PDI Perjuangan, Utomo (2021), partai dalam