• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN RUMAH HATI RUMAH BAKAT DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN RUMAH HATI RUMAH BAKAT DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

954

KEMITRAAN PEMERINTAH DAERAH DAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN RUMAH HATI RUMAH BAKAT DI KOTA MAKASSAR

Nur Ikhsan1, Shinta Alfiah Nur2, Lulu Qurrata A’yun3 Universitas Muhammadiyah Makassar, Indonesia Alamat Korespondensi: shintaalfianur.ha@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Kemitraan Pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dalam Pengelolaan Rumah Hati Rumah Bakat di Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan intrumen observasi dan wawancara. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi sebuah komunikasi yang kurang baik antara Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial, sehingga dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat terkendala dalam mendidik Anak Jalanan. Selanjutnya dalam tahap peroses tersebut yang awalnya menggunakana pola kemitraan kontra produktif kemudian menjadi kemitraan semi produktif. Dalam pola tersebut, kedua lembaga ini hanya menjalankan peran dan fungsinya masing-masing dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat, akibat tidak adanya kejelasan terhadap pembinaan yang berkelanjutan bagi anak jalanan. Setelah melalui proses kemitraan kontra produktif dan semi produktif dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat kemudian terjadilah kemitraan produktif, terjadinya pola kemitraan peroduktif karena Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial menyadari bahwa pentingnya menjalin kemitraan yang baik, dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat. Sehingga terwujudlah perogram yang ingin di capai dalam bermitra yaitu mendidik penyandang masalah kesejahteraan sosial agar menjadi agen sosial yang terlatih dan terampil. Dinas Sosial sebagai fasilitator yang telah memberikan kepercayaan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial dalam pembinaan serta mobilisasi, anak jalanan dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial mendukung positif program pemerintah Dinas Sosial Kota Makassar.

Kata Kunci : Kemitraan, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat

ABSTRACT

This study aims to find out how the Local Government Partnership and Non-Governmental Organizations Social Care Forum (NGO FPS) in the Management of the House of the Talent Heart in Makassar City. This study uses a qualitative approach, with observation and interview instruments. The results of this study indicate that there is an inadequate communication between the Social Service and Non-Governmental Organizations of the Social Care Forum, so that in managing the house of the house talent is constrained in educating Street Children. Then in the process of the process which initially uses a counter productive partnership pattern then becomes a semi productive partnership. In this pattern the Social Service and Non-Governmental Institutions Social Care Forum can still be seen only carrying out their respective roles and functions in the management of the talent house, due to the lack of clarity on the ongoing development of street children. After going through the process of counter-productive and semi-productive partnerships in the management of the talent home of the talent house, then there was a productive partnership, a peroductive partnership pattern took place because the Social Service and Non-Governmental Institutions Social Care Forum realized that it was important to establish a good partnership, in the management of a talent home. So as to realize the perogram to be achieved in partnering is to educate people with social welfare problems in order to become a trained and skilled social agent.

Social Service as a facilitator who has given trust to Non-Governmental Organizations Social Care Forum in coaching and mobilization, street children in the management of talent house hearts, and Non-Governmental Organizations Social Care Forum Socially supports the Government of Makassar's Social Service program positively.

Keywords : Partnership, Local Government, Non-Governmental Organizations

(2)

955 PENDAHULUAN

Kota Makassar adalah termaksud kota terbesar di bagian Indonesia Timur, dimana jumlah penduduk setiap tahun mengalami peningkatan akibat urbanisasi.

Hal tersebut terlihat dari data yang dilansir BPS Kota Makassar, Pada tahun 2016 jumlah penduduk Kota Makassar berada diangka 1449 401 Angka. Sedangkan tahun 2017 angka jumlah penduduk bertambah meningkat yang cukup besar sebanyak 1,469,60. (Makassar dalam angka, 2018). Pertumbuhan penduduk akan berdampak dengan pembangunan, khususnya bagian perkotaan yang selalu mengalami peningkatan. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan sulitnya permukiman dan pekerjaan diwilayah perkotaan sehingga mengakibatkan angka pengangguran ikut bertambah. Disisi lain dalam kehidupan masyarakat perkotaan terdapat celah kehidupan yang sangat memprihatinkan dengan munculnya anak jalanan yang berkeliaran dipersimpangan jalan (Busmiati, 2017).

Menurut Busmiati, (2017) pada sebuah pola kemitraan perlu adanya kerjasama dinas sosial dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam program pembinaan anak jalanan dengan pola kemitraan semi produktif. Dinas sosial dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) hanya melaksanankan fungsinya masing- masing, sehingga dikatakan dalam pelaksanaannya belum maksimal. Dengan kata lain, masih mementingkan kepentingan pribadi sehingga terdapat hambatan serta tantangan adapun hambatannya yaitu pendataan di lapangan, sarana & prasarana, koordinasi dengan lembaga sosial, anggaran dan visi & misi. Serta tantangannya yaitu keluarga dari anak jalanan, yang dimana masih ada yang tidak mengizinkan anaknya untuk mendapatkan pembinaan, pemerintah dengan hal tersebut harus memperkuat jaringan kerjasama antar SKPD yang terkait agar bagaimana dapat mengubah pola pikir anak jalanan.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Suyatna (Suyatna, 2011).

Pengoptimalan peran untuk penanganan anak jalanan sangat diperlukan bagi Rumah Singgah. Perlu adanya upaya revitalisasi baik dari sisi internal maupun eksternal. Dari sisi internal, rumah singgah perlu melakukan perbaikan dalam model, penanganan anak jalan. Sedangkan dari aspek eksternal, peran pemerintah dan swasta harus didorong agar tetap menjaga eksistensinya. Harapan dari kerjasama berbagai pihak yaitu penanganan anak jalanan yang lebih responsif.

(3)

956 Dalam berkembangnya Kota Makassar disisi lain masih ada masalah sosial yang harus diperhatikan dan ditangani oleh pemerintah daerah yaitu mengenai permasalahan anak jalanan. Anak jalanan seperti halnya anak-anak lain, memiliki hak yang sama, yakni mendapatkan pengasuhan dan pendidikan yang layak. Namun fenomena-fenomena keterlantaran yang terjadi di masyarakat tersebut membuat anak jalanan harus hidup di jalanan yang jauh dari kesejahteraan yang seharusnya mereka dapatkan.

Seperti yang tercantum dalam Pasal 9 ayat (1) UU No 35 Tahun 2014 perubahan UU No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dijelaskan: “Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat”. Pemerintah daerah kota makassar telah megeluarkan peraturan tentang bagaimana cara mengatasi masalah soasial yang di hadapai anak jalanan maka dibuatlah Perda No 2 tahun 2008 yaitu tentang pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen di kota makassar. Sebagai landasan untuk mengurangi masalah sosial khususnya anak jalanan, yang dimana dinas sosial Kota Maskassar sebagai sektor terkemuka dalam mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh anak jalanan.

Berbagai pembinaan anak jalanan yang sudah dilakukan oleh Dinas Sosial akan tetapi bentuk kemitraan masih dilakukan kepentingan masing-masing baik Dinas Sosial maupun lembaga swadaya masyarakat (LSM), (Busmiati, 2017).

Penanganan anak jalanan (anjal) seharusnya ditangani secara bersama oleh pihak Pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), misalnya dalam penyediaan tempat pembinaan khusus atau rumah singgah yang layak bagi anak jalanan agar tidak lagi berkeliaran disudut-sudut kota dan diperampatan jalan sehingga tidak meresahkan masyarakat.

Keberadaan perda adalah salah satu solusi dalam menangani masalah sosial yang di hadapi anak jalanan, maka dari itu harus diimplemantasikan oleh semua pihak, bukan hanya pemerintah akan tetapi lembaga swadaya masyarakat (LSM) dilibatkan dalam bentuk kerjasama dengan Pemerintah Daerah agar dapat mengatasi persoalan-persoalan sosial, khususnya bagaimana menyelesaikan permasalahan anak jalanan. Adapun hasil patroli anjal yang diamankan oleh Tim Reaksi Cepat Tahun 2017 jumlah anak jalan (anjal) mencapai 325 anak,

(4)

957 gelandangan pengemis sebanyak 244, pengamen 147, tuna susila 33 orang, waria 9, pengguna obat-obatan dari lem 160 orang dan pisikotik 118 orang. (Dinas Sosial Kota Makassar , 2017).

Pemerintah Daerah Dinas Sosial Kota Makassar kini telah melaksanakan Program baru yaitu Rumah Hati Rumah Bakat (RHRB) tidak lepas dari konsep rumah singgah yang dimana telah bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) untuk menyelesaikan persoalan anak jalanan.

Konsep rumah Singgah adalah salah satu bentuk upaya penanganan anak jalanan, sehingga perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pihak berwajib.

Keberadaan organisasi sosial dengan adanya rumah singgah sangat dinilai penting sebagai mitra pemerintah. Dilihat dari konseptual rumah singgah berfungsi untuk tempat perlindungnan dari perbagai bentuk kekerasan yang menimpa anak jalanan, rehabilitas, pelayanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan.

Melalui Perogram Rumah Hati Rumah Bakat (RHRB), para Penyandang Masalah Kesejahtraan Sosial (PMKS) yang terdiri dari anak jalanan, anak putus sekolah, pengangguran, dimana akan mendapatkan pembinaan berupa pengembangan bakat, sehingga membentuk kepribadian serta terbentuknya sebuah karakter yang mandiri. Dinsos Makassar akan mempersiapkan berbagai pelatihan keterampilan, antara lain bidang kesenian, pebengkelan, pendidikan dasar, dan menjahit agar menjadi agen sosial yang terampil dan terlatih. Dalam Program Rumah Hati Rumah Bakat (RHRB) ini perlu diteliti, berdasarkan Perda No.2 tahun 2008 tentang Pembinaan anak jalanan, gelandangan, pengemis dan pengamen di Kota Makassar, menjelaskan bahwa pembinaan dilakukan melalui pembinaan pencegahan, pembinaan lanjutan dan rehabilitasi sosial. Dinas sosial yang menjadi kunci utama dalam pembinaan anak jalanan akan bekerjasama dengan lembaga yang terkait untuk mengatasi masalah anak jalanan secara benar dan tepat, sangat diperlukan penanganan menyeluruh oleh pemerintah dan lembaga kemasyarakatan agar anak jalanan yang berada di Kota Makassar dapat hidup sosial bermasyarakat, dibina agar tidak turun kembali dijalanan.

METODE PENELITIAN

(5)

958 Atikel ini berangkat dari hasil penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Adapun pendapat (Sugiono, 2014) penelitian kualitatif sebuah metode penelitian berdasarkan objek yang alamiah dalam bentuk tehinik pengumpulan data yang bersifat induktif/kualitatif sehingga menghasilkan makna dari pada generalisasi. Penelitian ini, menggunakan tipe pendekatan fenomenologi karena terkait langsung dengan gejala-gejala yang muncul disekitar peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu, wawancara, observasi dan studi perpustakaan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari dinas sosial, lembaga swadaya masyarakat, anak jalanan serta masyarakat. Dalam menentukan sampel yang harus dilakukan yaitu memilih dari salah satu orang atau lebih, dan ketika belum bisa menjelaskan data atau inforamasi secara sistematis, maka dari itu peneliti kemudian mencari orang yang dimana dianggap lebih memahami informasi yang diberikan sebelumnya sehingga dapat melengkapi data yang di inginkan (Sugiyono 2014).

KERANGKA TEORI ATAU TINJAUAN PUSTAKA

Fenomena sosial khususnya anak jalanan di Kota Makassar menjadi bagian tersendiri bagi pemerintah Daerah Kota Makassar. Untuk mengatasi masalah tersebut, Dinas Sosial sangat berperan penting dalam penanganan anak jalanan melalui kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan (LSM), yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial dengan pola kemitraan. Dinas Sosial dengan lembaga kemasyarakatan (LSM) dalam kegiatan pembinaan akan melakukan pengelolaan yang baik di rumah singgah tersebut, dimana Dinas Sosial dan lembaga swadaya masyarakt (LSM) bermitra untuk melaksanakan mobilisasi anak jalanan kepada aktifitas yang bersifat produktif dalam hal memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri sehingga tidak kembali ke jalan menjadi anak jalanan.

Berdasarkan uraian kerangka teori di atas maka perlu diuraikan fokus penelitian pada Dinas Sosial Kota Makassar, Lembaga Sawadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) yang dimana Dinas Sosial Sebagai Failitator dan Lembaga Sawadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) sebagai mitra pemerintah yang dimana berperan dalam Pembinaan serta Mobilisasi dalam pengelolaan Rumah Hati Rumah Bakat di Kota Makassar.

(6)

959 Berdasarkan Fokus Penelitian diatas, maka dapat dikemukakan deskripsi fokusnya yaitu sebagai berikut:

1. Pemerintah Derah Peraturan Daerah (Perda) Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen merupakan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kota Makassar.

2. Dinas Sosial, menjadi Fasilitator dalam pembinaan anak jalanan di Kota Makassar.

3. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Organisasi luar pemerintah dan birokrasi yang tujuannya dapat memberikan sumbangsih terhadap pemerintah dalam Pengembangan.

4. Rumah Singgah, dapat menjadi tempat perlindungan dari berbagai macam kekerasan yang menimpa anak jalanan, rehabilitas, pelayanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan yang dimana tempat anak jalanan dapat mengatasi masalah sosial.

5. Anak Jalanan, adalah kelompok anak yang telah kehilangan sebagian atau keseluruhan haknya untuk mendapatkan pengasuhan.

6. Pembinaan, adalah suatu proses, cara, usaha, tindakan dan kegiatan, yang dilakukan secara efisen dan efektif untuk memperolah hasil yang lebih baik.

7. Pola Kemitraan, sebagai konsep hubungan kemitraan, dilakukan sesuai dengan sifat serta kondisi dan tujuan sehingga menghasilkan sebuah usaha yang kondusif.

1) Konsep Kemitraan

Kemitraan menurut (Masturi, 2017) adalah hubungan kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Tujuan terbentuknya sebuah kemitraan yaitu karena ingin menjalin hubungan kerjasama. Menurut Hafsah dalam (Fadilah, 2011) mengatakan terbentuknya suatu kemitraan yaitu strategi bisnis dalam bekerjasama oleh pihak tertentu melalui kontrak yang sudah ditentukan agar tercapainya tujuan, baik yang bermitra maupun sebagai mitra.

Menurut (Busmiati, 2017) sebagai konsep hubungan kemitraan, dilakukan sesuai dengan sifat serta kondisi dan tujuan sehingga menghasilkan sebuah perlakuan secara efektif dari berbagai pembinaan yang dilakukan. Untuk melakukan kerjasama terkait dengan pembinaan akan dipengaruhi oleh

(7)

960 kebijaksanaan yang berlaku di wilayah tersebut, maka dari itu diperlukan sebuah dukungan serta kebijaksanaan mutlak dalam melakukan kerjasama melalui kontrak secara komitmen untuk mengikuti kesepakatan yang telah disepakati bersama.

2) Kemitraan Masyarakat Dengan Pemerintah Derah

Kemitraan masyarakat berperan membantu aparat untuk lebih memahami daerahnya dan menangkap peluang-peluang pengembangan yang tersedia bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah adalah suatu sistem yang mengatur segala kegiatan masyarakat dalam suatu daerah/wilayah/negara yang meliputi segala aspek kehidupan berdasarkan norma-norma tertentu. Menurut (Melyanti, 2014) local government di masa depan paling tidak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pemerintah daerah yang bercorak wirausaha

2. Pemerintah daerah yang memiliki akuntabilitas publik 3. Pemerintah daerah yang bercirikan pemerintahan yang baik 4. Transparansi dalam pemerintahan

3) Konsep Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Dalam konteks ini menurut (Supriyanto, 2015) Lembaga Swadaya Masyarakat berpenan sebagai NGO atau organisasi Non Pemerintah dengan membantu rakyat mengorganisasi diri, mengidentifikasi kebutuhan lokal dan memobilisasi sumber daya yang ada pada mereka. Kemudian arah pengembangan NGO tersebut dilengkapi dengan manfaat dalam pemberdayaan rakyat atau empowering people, adapun manfaat Lembaga Swadaya Masyarakat antara lain:

1. Menjadi lembaga penampung bagi ribuan para sarjana generasi muda, untuk menyalurkan bakat serta ilmunya secara nyata.

2. Menjadi sebuah lembaga profesional.

3. Menjadi lembaga mitra negara, yang dapat meringankan beban-bebannya dibidang pengamatan dan penegakan keadilan Ekosospolhuk secara nasional.

4. Menghasilkan sebuah kader-kader penerus generasi bangsa, yang berjiwa nasionalis serta pengabdian untuk membangun bangsa dan dan negara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

(8)

961 5. Menjadi suatu lembaga yang mampu menciptakan pejabat pemerintahan yang bersih, berwibawaa, jujur, religius dan bijaksana agar terhindar dari korupsi, kolusi dan nepotisme dikemudian hari.

LSM dipandang mempunyai peran signifikan dalam demokrasi. Jenis organisasi ini diyakini memiliki fungsi sebagai penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota atau tujuan organisasi, untuk mewujudkan tujuan organisasi, penyalur aspirasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat, untuk memenuhi pelayanan sosial. LSM yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan keberadayaan masyarakat, memberikan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kesetiakawanan sosial, gotong royong, serta menjunjung tinggi toleransi dalam berkehidupan sosial dan mewujudkan tujuan negara (Afriska, 2017).

4) Konsep rumah Singgah

Konsep rumah Singgah adalah salah satu bentuk upaya penanganan anak jalanan, sehingga perlu adanya kerjasama antara masyarakat dan pihak berwajib.

Keberadaan organisasi sosial dengan adanya rumah singgah sangat dinilai penting sebagai mitra pemerintah. Dilihat dari konseptual rumah singgah berfungsi untuk tempat perlindungnan dari perbagai bentuk kekerasan yang menimpa anak jalanan, rehabilitas, pelayanan sosial seperti pendidikan dan kesehatan. Dengan adanya program ini, anak jalanan akan mendapatkan jati diri sehingga terbentuknya karakter yang dapat membantunya dalam membabaskan diri dari masalah sosial sehingga menjadi masyarakat yang produktif (Suyatna, 2011 )

Adapun pendapat (Komaruddin, 2012) yang dimana telah menjelasakan bahwa rumah singgah mempunyai tujuan dalam penaganan anak jalanan yang dimana memberikan alternatif untuk perkembangan kebutuhan hidup yang berkelanjutan bagi anak jalanan yaitu:

1. Membentuk sikap dan prilaku anak yang sesuai degan nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Mengupayakan agar bagaimana anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan dan apabila tidak memungkinkan makan anak jalanan akan di tempatkan disebuah lembaga/panti agar bagaimana mendapatkan pembinaan yang layak bagai anak jalanan.

(9)

962 3. Memberikan pelayanan alternatif untuk memenuhi kebutuhan anak dan

mempersiapkan masa depannya.

Anak Jalanan dan Faktor-Faktor Yang Mendukung Seseorang Anak Memasuki Dunia Jalanan

a. Anak jalanan

Berdasarkan undang-undang Perlindungan Anak No.23 tahun 2002 mendefinisikan hak-hak anak adalah hak asasi anak meliputi dapat hidup, tumbuh dan berkembang. (Ningsih, 2013) anak jalanan adalah kelompok anak yang telah kehilangan sebagian atau keseluruhan haknya untuk mendapatkan pengasuhan.

Yang dimana diakibatkan oleh masalah sosial dari keluarga karena faktor kemiskinan sehingga memilih hidup dijalan agar dapat bertahn hidup dengan cara mengemis, mengamen dan memulung (Tirtaningtyas, 2012)

b. Faktor pendukung anak jalanan adalah sebagai berikut : a) Pembangunan, terjadinya urbanisasi.

b) Kemiskinan, dominan menyebabkan timbulnya anak-anak jalanan.

c) Kekerasan keluarga, anak menjadi korban kekerasan fisik, mental dan seksual.

d) Broken home, Membuat anak menjadi shock dan tertekan.

e) Ikut-ikutan teman, menceritakan pengalamannya pada teman-temannya.

f) Kehilangan orang tua, karena kedua orang tuanya meninggal dan terpaksa hidup sendiri.

g) Budaya, ada beberapa daerah yang menganjurkan anak laki-laki mengadu nasib ke daerah lain (Ningsih, 2013)

5) Konsep Pembinaan

Pembinaan adalah suatu proses, cara, usaha, tindakan dan kegiatan, yang dilakukan secara efisen dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Pengertian pembinaan dalam konteks ini adalah usaha mewujudkan sesuatu yang tadinya belum terwujud dan akan mendapatkan hal-hal yang lebih baik bahkan sempurna, atau memperbaiki adanya perubahan dalam rangka kebaikan perkembangan yang dilakukan secara efektif dan efisen (Lumiati, 2017)

Secara konseptual, pembinaan atau pemberkuasaan (kekuasaan atau keberdayaan). Yang dimana telah di jelaskan oleh (Arifin, 2017) pembinaan adalah

(10)

963 kemampuan sesorang yang dapat membuat seseorang melakukan sebuah kegiatan yang sesuai dengan kemampuannya, pembinaan memfokuskan kepada kemampuan orang atau kelompok masyarakat, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka bisa memiliki kemapuan dan kekuatan serta skill yaitu, dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya sehingga mereka bisa bertahan hidup. Dapat menentukan pekerjaanya sendiri sehingga mereka mudah diterima di masyarakat apabila ingin bekerja sehingga dapat menambah pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa yang mereka perlukan. Ikut serta dalam pembangunan yang mempengaruhi hidup mereka.

Menurut (Arifin, 2017) fungsi pembinaan mencakup tiga subfungsi, yaitu subfungsi pengawasan (supervising), penyendalian (controlling), dan pemantauan (monitoring). Dimana fungsi pengawasan tersebut dilakukan terhadap sebauh lembaga penyelenggara program, fungsi pengendalian dilaksanakan oleh pelaksana kegiatan dan fungsi pemantauan dilaksanakan terhadap proses pelaksanaan program. Sehingga fungsi pembinaan bertujuan agar bagaimana memelihara dan menjamin untuk terlaksananya sebuah program yang dilakukan secara konsisten sebagaimana mestinya Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan

a. Diri Sendiri (Individu), maksud dari diri sendiri atau individu dalam hal ini adalah peserta didik. Peserta didik merupakan obyek sekaligus subyek dari pembinaan yang dilakukan. Pembinaan sangatlah berpengaruh oleh peserta yang didik itu sendiri, karena dapat meningkatkan: bakat, minat, kemampuan yang di anggap bisa, sehingga anak didik bisa menjadi terampil.

b. Lingkungan Masyarakat, lingkungan hidup adalah tempat sebuah proses untuk mencari jati diri. Pergaulan dalam sebuah lingkungan sangatlah berpengaruh terhadap moral anak. Terbentuknya sebuah moral dan akhlak yang baik tergantung dari lingkungan yang baik atau buruk, lingkungan yang baik akan membantu pembinaan yang dilakukan agar berjalan dengan baik. Akan tetapi, jika lingkungan yang buruk dapat menambah persoalan baru peserta didik sehingga perlu dilakukan pengawasan yang lebih dalam hal pembinaan.

c. Lembaga Pendidikan, pendidikan atau sekolah merupakan tempat yang diidealkan bagi anak untuk melakukan pembinaan akhlak. Di sinilah guru

(11)

964 mulai mengisi dan memberian pemahaman oleh peserta didik dengan berbagai model pembinaan akhlak yang dilakukan (Arifin, 2017).

Menurut (Syarifuddin,2015) pembinaan bertujuan untuk pembaharuan atau menciptakan sesuatu yang baru, terutama pada mutu-hidup manusia, baik secara fisik, mental, ekonomi, maupun sosial budaya dan meningkatkan sikap dan keterampilan dengan mengarahkan, membimbing dan mengembangkan potensi yang ada. Pembianaan adalah sebuah proses membuat manusia menjadi tumbuh dan berkembang seperti yang dikemukakan oleh (Siswanto,2015) pengertian pembinaan bahwa:

a. Pembinaan merupakan proses dalam melakukan sebuah pembangunan agar menjadi lebih baik.

b. Pembinaan adalah strategi yang dimana diatur dalam sistem yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah pambaharuan serta perubahan.

c. Pembinaan bertujuan untuk mencapai hasil efektivitas dan produktif dalam suatu perubahan dan pembaharuan yang dilakukan tanpa mengenal berhenti.

Untuk memahami tentang apa yang menjadi fokus penelitian, maka peneliti menggunakan data sekunder atau studi literature. Data skunder bersumber dari dokumen laporan, data-data dapat dihasilkan dari sumber dokumen, buku, catatan, laporan, maupun peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang ditelit. Peneliti menggunakan data sekunder agar dapat memperkuat penemuan sehinnga dapat melengkapi informasi, yang dihasilkan langsung melalui wawancara dengan pegawai di Kantor Dinas Sosia Kota Makassar, Lembaga Swadaya Masyarakt Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dan Anak Jalanan di Rumah Hati Rumah Bakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Dinas Sosial Kota Makassar

1) Misi Dinas Sosial Sebagai berikut:

Meningkatkan partisipasi sosial masyarakat melalui pendekatan kemitraan dan pemberdayaan sosial masyarakat dengan semangat kesetiakawanan sosial masyarakat, memperkuat ketahanan sosial dalam mewujudkan keadilan sosial melalui upaya memperkecil kesenjangan sosial dengan memberikan perhatian kepada warga masyarakat yang rentan dan tidak beruntung, mengembangkan

(12)

965 sistem perlindungan sosial, melakukan jaminan sosial, pelayanan rehabilitasi sosial secara optimal, mengembangkan pemberdayaan sosial.

2) Adapun tujuan Dinas Sosial Kota Makassar sebagai berikut:

Meningkatkan kualitas pelayanan kesejahteraan sosial yang bermartabat sehingga tercipta kemandirian lokal penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), meningkatkan pendayagunaan sumber daya dan potensi aparatur (Struktural dan Fungsional) dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk mampu memberikan pelayanan di bidang kesejahteraan sosial yang cepat, berkualitas dan memuaskan, meningkatkan koordinasi dan partisipasi sosial masyarakat stakehoders khususnya Lembaga Sosial Masyarakat dan Orsos Serta pemerhati di bidang kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Profil Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial

Forum Peduli Sosial bertujuan melindungi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dari Forum Peduli Sosial Masa Depan Makassar sebagai wadah kemasyarakatan yang berifat aspiratif dan akomodatif, siap untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan SDM dan membuka kesempatan mengakses layanan sosial unuk masyarakat dan membantu menyelesaikan masalah sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan yang terjadi dimasyarakat, sebagai organisasi kemasyarakatan yang progretif dan dinamis, serta ikut berperan aktif berpartisipasi dalam menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan sosial membina dan mendidik generasi muda bangsa, serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Forum Peduli Sosial masa depan makassar adalah salah satu lembaga sosial dan stakeholder yang dapat meringankan permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Forum Peduli Sosial masa depan makassar hadir karena adanya kesamaan dan ketertarikan anatara anggota kelompok untuk saling membantu dalam menghasilkan sesuatu yang telah ditentukan sebelumnya. Yang dimana dapat membantu masalah kesejahteraan sosial yang di hadapi masarakat salah satunya adalah masalah yang dihadapi anak jalanan yaitu dalam pembinaan serta apabila ada anak jalanan yang terkena hukuman dan penganiayaan oleh orang tua atau masyarakat. Serta membukan pengaduan pelayanan sosial.

3. Profil Rumah Hati Rumah Bakat

(13)

966 Rumah Hati Rumah Bakat, hal ini dimaksud untuk penampungan jangkauan Pelayanan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) bukan hanya tempat Penampungan tetapi juga wadah penyaluran minat, dan Pengembangan Bakat serta pembentukan Keterampilan seperti, Menjahit, Melukis, seni Musik, Seni Tari, Fotografer. Tujuan umum Rumah Hati Rumah Bakat adalah membantu Anak Jalanan, Anak Terlantar, dan Anak Disabilitas untuk mengatasi masalahnya sosial dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Adapun Sasaran yang dilaksanakan dalam pengelolaan Rumah Hati Rumah Bakat yaitu:

mencakup, Anak Jalanan, Anak Terlantar, Anak Disabilitas, dan sebagainya termasuk dalam kategori anak yang tinggal di jalanan dan tidak ada hubungan dengan keluarganya.

4. Kemitraan Pemerintah Daerah Dan Lembaga Swadaya Mayarakat Dalam Pengelolaan Rumah Hati Rumah Bakat

Di Kota Makassar Kemitraan masyarakat berperan membantu aparat untuk lebih memahami daerahnya dan menangkap peluang-peluang pengembangan yang tersedia bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kemitraan masyarakat tidak melihat bahwa pengembangan sebuah bantuan uang dari pihak luar, namun ia lebih menekankan kepada kerjasama antara berbagai pihak didalam wilayah kota makassar termaksud pemerintah, dan pentingnya arus informasi, saran dan tanggapan dari pihak-pihak tersebut yang dapat menunjang proses berjalannya pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hubungan kemitraan, dilakukan sesuai dengan sifat serta kondisi dan tujuan sehingga menghasilkan pembinaan yang baik. sebuah usaha yang kondusif, baik di dalam pembinaan maupun pelaksanaan operasionalnya. Dalam sebuah pembinaan dengan konsep kemitraan dipengaruhi oleh kebijaksanaan yang berlaku di wilayah tersebut, maka dari itu diperlukan sebuah dukungan serta kebijaksanaan mutlak dalam pelaksanaan kemitraan dengan melalui kontrak kerjasama secara konsisten mengikuti segala kesepakatan yang telah disepakati bersama antara lain melalui beberapa pola kemitraan agar hubungan kemitraan sesauai dengan yang di harapakan yaitu:

5. Pola Kemitraan Kontra Produktif

Konsep ini masih mengutamakan kepentingan shareholders dengan mengejar profit sebanyak-banyaknya. Sehingga pengelola mengambil keuntungan

(14)

967 yang maksimal, sementara kerjasama sekedar nawacita belaka. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan yang berasal dari Satuan bakti pekerja sosial (Sakti Peksos) Perlindungan Anak Dinas Sosial Kota Makassar tentang pola kemitraan kontra produktif yang di alami pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial(LSM FPS) dalam pengelolah rumah hati rumah bakat.

Kami selaku pemerintah dinas sosial sebagai penanggung jawab masalah penanganan anak jalanan, telah menjalankan fungsi kami selaku penanggung jawab rumah hati rumah bakat dengan penuh kerja keras, akan tetapi yang menjadi kendala terbesar adalah bagaimana kami membangun komunikasi yang baik dengan lembaga swadaya masyarakat yang kami temani bermitra, dalam hal pengelolaan rumah hati rumah bakat ini, karena biasanya LSM FPS belum bisa sepenuhnya melakukan pembinaan biasa masih dilakukan oleh dinas sosial bahkan menjaring anak jalana yang akan kami didik itu luar biasa susahnya, itulah yang menjadi kendala terbesar kami dalam menjalankan dan berusaha untuk menyukseskan Program ini. (hasil wawancara IR 2 Juni 2018).

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa saat ini pemerintah dinas sosial sebagai penanggung jawab masalah penanganan anak jalanan, akan tetapi tidak semua permasalahan sosial yang dihadapi anak jalanan dapat ditangani oleh dinas sosial, maka dari itu perlu adanya kerjasama antara dinas sosial dengan lembaga swadaya masyarakat forum peduli sosial (LSM FPS) dalam mengatasi masalah anak jalanan, akan tetapi dinas sosial masih mempunyai kendala dalam tahap proses pembinaan anak jalanan dirumah hati rumah bakat yaitu tidak terbangunnya komunikasi yang baik dengan lembaga swadaya masyarakat forum peduli sosial (LSM FPS) yang dianggap sebagai mitra pemerintah dalam pembinaan anak jalanan, karena tidak terbangunya komunikasi yang baik sehingga memperlambat proses pembinanaa anak jalanan di rumah hati rumah bakat.

Hal yang sama di ungkapkan oleh wakil sekertaris Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) mengenai pola kemitraan kontra produktif dalam pengelolah rumah hati rumah bakat.Dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat, kami dipercaya oleh dinas sosial sebagai rekan join untuk mengelolah rumah hati rumah bakat, akan tetapi dalam pengelolaan yang kami lakukan banyak

(15)

968 timbul kendala-kendala, seperti susahnya mengajak anak jalanan untuk masuk dan didik dalam rumah hati rumah bakat ini. Hal yang menjadi kendala cukup serius juga dalam menjalankan dan berusaha untuk menyukseskan program ini adalah komunikasi yang intens terhadap pemerintah dinas sosial yang kurang. (Hasil Wawancara IlS 3 Juni 2018)

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahawa Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dianggap sebagai non- pemerintah yang melakukan kemitraan terhadap Pemerintahan dinas sosial dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh anak jalanan dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat akan tetapi masih mempunyai kendala seperti mengajak anak jalanan untuk masuk dan dididik dalalam rumah hati rumah bakat, dan kurangnya komunikasi yang intes dari pemerintah dinas sosial sehingga memperlambat proses pembinanaa anak jalanan di rumah hati rumah bakat.

6. Pola Kemitraan Semi Produktif

Di dalam konsep ini sebuah perusahaan tidak mengetahui program-program pemerintah, tidak adanya komunikasi antara pemerintah dan pengusaha dalam semua pembangunan dalam dunia usaha dan masyarakat hanya memposisikan dirinya yang bersifat pasif. Sehingga pemerintah dan komunitas yang terkait t dianggap sebagai obyek abstrak. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, dimana informan tersebut yaitu kepala Bidang Usaha Kesejahteraan Sosial(UKS) Dinas Sosial Kota Makassar tentang pola kemitraan semi produktif yang di alami Pemerintah dinas sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dalam pengelolah rumah hati rumah bakat.

Kami selaku pemerintah yang bertugas dalam mengatasi masalah sosial yang terjadi terutama anak jalan dalam progaram rumah hati rumah bakat yang dimana anak jalan tersebut akan dibina sesuai dengan minat dan bakat mereka, mendidik penyandang maslah kesejahteraan sosial agar menjadi agen sosial yang terlatih dan terampil. Akan tetapi dalam proses pembinaan anak jalanan yang berkelanjutan, misal dimagangkan ditempat-tempat sesuai dengan pembinaan yang sudah dilakukan dirumah hati rumah bakat masih dalam tahap proses, yang saat ini kami lakukan hanya dengan bantuan dari lembaga forum peduli sosial hanya

(16)

969 membina anak jalanan dan memberiakan pemahaman dan modal sehingga mereka bisa mandiri. ( Hasil Wawancara HRT 2 Juli 2018)

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa dinas sosial telah menjalankan fungsisnya dalam mengatasi masalah anak jalanan dalam program rumah hati rumah bakat, akan tetapi dalam pembinaan yang berkelanjutan untuk memagangkan anak jalan tersebut telah selesai mendapatkan pembinaan di rumah hati rumah bakat masih dalam tahap proses sehingga saat ini pemerintah dinas sosial hanya melakukan pembinaan dan memberikan pemahaman bagi anak jalanan dan modal agar kelak anak jalanan tersebut bisa mandiri.

Hal yang sama di ungkapkan oleh anak jalanan yang mendapatkan pembinaan dalam rumah hati rumah bakat tentang apa yang selama ini didapatkan dalam pembinaan rumah hati rumah bakat menyatakan bahwa:Awalnya saya tidak mau dibina di rumah hati rumah bakat saya masih nyaman turun kejalan dan saya berfikiran bahwa kalau saya dibina saya tidak turun lagi kejalanan, akan tetapi saya mulai menyadari dan diberikan pemahaman agar bagaimana saya dapat hidup positif dan saya mulai berusaha merubah pola fikir saya dengan mengikuti tahap proses pembinaan dan saya mulai menyesuaikan diri di rumah hati rumah bakat dan saya mendapatkan sebuah pembinaan yang dimana saya di ajarakan berbagai macam kreatifitas seperti membuat pot bunga, seni musik, menjahit, foto grafer sesuai dengan minat dan bakat yang saya anggap bisa, akan tetapi saya tidak mengetahui apakah setelah saya selesai dibina sealnjutanya akan di arahkan kemana sealain itu yang saya tau di rumah hati rumah bakat saya di ajarkan tentang pendidikan, dan pelatihan agar bagaiaman cara menghasilkan uang dari hasil usaha saya sendiri. ”(Hasil Wawancara STMN 14 Agustus 2018)”

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahawa Pemerintah Dinas Sosial berusaha memberikan fasilitator bagi anak jalanan untuk menjawab masalah yang di hadapinya melalui rumah hati rumah bakat yang dimana bermitra dengan Lembaga Swdaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dengan cara memberikan pemahaman kepada anak jalanan agar bagaimana mereka mau dibina dirumah hati rumah bakat, akan tetapi masih adanya ketidakjelasan dalam pembahasan pembinaan yang berkelanjutan baik dari pihak pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakt Forum Peduli Sosial bagi anak jalanan yang selesai

(17)

970 mengikuti tahap pembinaan, karena yang terlihat saat ini anak jalanan mendapatkan pembinaan di rumah hati rumah bakat hanya diajarkan tentang pendidikan, dan pelatihan agar bagaiamana cara menghasilkan uang dari hasil usaha saya sendiri.

7. Pola Kemitraan Produktif

Konsep ini menjadikan mitra sebagai subyek dalam mengahsilkan sebuah pembangunan yang efektif. Pada pola ini sebuah perusahaan mempunyai kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, sehingga pemerintah memberikan fasilitator yang kondusif bagi dunia usaha dan masyarakat sangat antusias dan mendukungan positif kepada perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, dimana informan tersebut yaitu sebagai Kasi Pembina Keluarga (PK) dan tersebut yaitu sebagai Kasi Pembina Keluarga (PK) dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PKMS) Dinas Sosial PK dan PMKS Dinas Sosial Kota Makassar tentang pola kemitraan produktif yang di alami pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dalam pengelolah rumah hati rumah bakat.

Secara umum Dinas Sosial tidak bisa menangani masalah anak jalanan sendirian, kami sangat membutuhkan kerja sama baik itu dari satpol PP, pihak kepolisian untuk membantu dalam penjaringan anak jalanan di setiap titik rawan anak jalanan yang ada di Kota Makassar dan lembaga forum peduli sosial membantu dalam hal pembinaan anak jalanan serta menjadi tempat pengaduan kepada masyarakat apabila ada masalah sosial yang di hadapi oleh anak jalanan, lalau anak jalanan tesebut di data dan diberikan arahan serta memunjuk anak jalanan tersebut agar bagaimana mereka ingin dibina di rumah hati rumah bakat”.

(wawancara NA 2 JULI 2018)

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahwa masalah sosial yang dihadapi oleh anak jalanan sepenuhnya tidak bisa di tangani oleh dinas sosial, dinas sosial membutuhkan kerjasama dengan SKPD yang terkait dalam menjaring anak jalanan yang berkeliaran dipersimpangan jalan, dan Pemerintah Dinas Sosial bekerja sama dengan Lembaga Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dalam tahap pembinaan bagi anak jalanan, serta menjadi tempat pengaduan kepada masyarakat apabila ada masalah sosial yang di hadapi oleh anak jalanan.

(18)

971 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada informan, dimana informan tersebut adalah Masyarakat tentang bagaimana tanggapan mengenai kemitraan Pemerintah Daerah Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial dalam mengatasi anak jalanan melalui rumah hati rumah bakat.

Saya rasa program Pemerintah Dinas Sosial yaitu telah membuat rumah hati rumah bakat untuk mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh anak jalanan yang dimana telah bermitra dengan lembaga swadaya masyarakat forum peduli sosial itu sangat bagus, karena keberadaan lembaga sosial itu sangat membantu Pemerintah Dinas Sosial, apalagi dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat yang dimana anak jalanan akan dibina, dan saya berharap keberadaan rumah hati rumah bakat dapat menjawab permasalahan sosial yang dihadapi oleh anak jalanan agar bagaimana dapat mengurangi peningkatan anak jalanan yang berkeliaran dijalanan.

(Wawancara Akml 14 Agustus 2018)

Dari hasil wawancara diatas penulis menyimpulkan bahawa keberadaan rumah hati rumah bakat sangat didukung oleh masyarakat, masyarakat berharap melalui kerjasama Pemerintah Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat dapat mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh anak jalanan agar dapat mengurangi peningkatan anak jalanan yang berkeliaran dijalanan.

Dari hasil wawancara diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa Pemerintah Dinas Sosial Kota Makassar dalam mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh anak jalanan melakukan program rumah hati rumah bakat, dimana Pemerintah Dinas Sosial Kota Makassar memberikan kepercayaan terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM PFS) dalam pengelolaan rumah hati rumah bakat, dalam hal tersebut pemerintah sebagai fasilitator sedangkan Forum Peduli Sosial berperan sebagai pembina dan mobilisasi masyarakat yang telah terkena masalah sosial.

Lembaga Swadaya Masyarakat Form Peduli Sosial (LSM FPS) dipandang mempunyai peran signifikan dalam demokratis. Jenis organisasi ini diyakini memiliki fungsi sebagai penyalur kegiatan sesuai dengan kepentingan anggota atau tujuan organisasi, untuk mewujudkan tujuan organisasi, penyalur aspirasi

(19)

972 masyarakat, pemberdayaan masyarakat, untuk memenuhi pelayanan sosial.

Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan keberadayaan masyarakat, memeberian pelayanan kepada masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat Form Peduli Sosial (LSM FPS) merupakan organisasi yang berbasis pada gerakan moral yang memiliki peran penting dalam pengawasan dalam mengambil kebijakan. Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dibagi berdasarkan kegiatan menjadi dua kategori yaitu:

8. Kategori Pembinaan

Lembaga Forum Peduli Sosial (LSM FPS) sebuah organisasi yang telah memfokuskan perhatiannya pada sebuah program kemasyarakatan yang berbasis pemberdayaan yaitu dengan cara membina anak jalanan yang berada di rumah hati rumah bakat yang bertujuan untuk menjadiakan anak jalanan tersebut menjadi mandiri dan kreatif sehingga menghasilkan pembangunan masyarakat yang baik, baik dari segi kesehatan, pendidikan, kerajinan dan bentuk pembangunan ekonomi, dalam tahap proses pembinaan anak jalan LSM FPS dengan cara mendampingi dan mengajari anak tersebut dengan berbagai pilihan yang telah ditentukan sesuai dengan minat dan bakat anak jalanan tersebut, LSM FPS bekerja sama dengan Dinas Sosial dalam membina anak jalanan di Rumah Hati Rumah Bakat.

9. Kategori Mobilisasi

Lembaga Forum Peduli Sosial (LSM FPS) sebuah organisasi yang memfokuskan perhatiannya pada mobilisasi rakyat dalam tahap proses memobilisasi LSM FPS terlebih dahulu melakukan program pengaduan sosial, adanya program pengaduan sosial tersebut agar dapat mempermudah masyarakat untuk menyampaikan keluhan atau masalah sosial yang dihadapinya, serta apabila ada masyarakakat yang ingin anaknya dibina di Rumah Hati Rumah Bakat, yaitu forum peduli sosial mendatangi rumah masyarakat dan membantu orang yang tidak mampu dengan memberikan bantuan serta berperan dalam memobilisasi anak jalanan dengan cara mendatagi rumah anak jalanan tersebut dan memberikan pemahaman kepada orang tua/keluarga anak jalanan tersebut agar mereka

(20)

973 mengizinkan anaknya mendapatkan pembinaan di Rumah Hati Rumah Bakat, serta apabila ada anak jalanan yang mendapatkan tindak kekerasan forum peduli sosial melakukan pendampingan kepada anak jalanan dan melindunginya dari masalah hukum yang dihadapi, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) adalah lembaga yang berperan dalam penegakan dan perlindungan hak- hak masyarakat atau hak-hak anak.

Peran Lembaga Swadaya Masyarakat Form Peduli Sosial (LSM FPS) sangat penting, terutama terhadap anak jalanan. Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) menjadi mitra pemerintah dalam pembinaan dan pelayanan kepada anak jalanan. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mempunyai kepedulian terhadap masalah anak jalanan melalui layanan rumah singgah, yaitu Rumah Hati Rumah Bakat. Karena Rumah Hati Rumah Bakat merupakan salah satu wadah penyelesaian persoalan anak jalanan. Hubungan sinergis Pemerintah Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial menjadi bagian penting dalam good governance. Pemerintah diposisikan sebagai fasilitator, sedangkan tugas untuk pembangunan dalam proses pembinaan dan mobilisasi menjadi tanggung jawab Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial agar terbentuknya kemitraan yang ideal antara pemerintah Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS).

Adapun perbedaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Luar Negeri dari segi Program dan Pendanaan, kondisi kualitas SDM di Indonesia belum baik dibandingkan dengan negara maju, ini disebabkan karena tidak adanya jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, peroses pembangunan yang dilakukan oleh lembaga publik seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Indonesia yang biasanya bermitra dengan pemerintah dalam mewujdkan program yang ingin dicapai masih berorentasi pada kepentingan ekonomi jangka pendek semata. Dengan demikian proses pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dalam pelaksanaan pembagunan untuk memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah yang

(21)

974 kehidupan yang lebih baik secara seimbang, dapat dikatakan belum maksimal sepenuhnya.

Hal tersebut dikarenakan ketidakmampuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam memandirikan organisasi dan masih sepenuhnya terikat dengan Pemerintah dalam pelayanan publik demi kesejahteraan masyarakat, beda halnya dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang ada di negara maju atau biasa disebut Governmental Organizatiaon (NGO) yang cenderung melakukan pembagunan dalam sebuah pemberdayaan masyarakat sehingga Governmental Organizatiaon (NGO) tidak membebani anggaran pemerintah. Governmental Organizatiaon (NGO) dalam peroses pemberdayaan masyarakat yaitu peroses melibatkan multidisiplin metodologi. NGO membuka jaringan kerjasama dengan pihak selain pemrintah sebagai wujud tidak ketergantungan terhadap siapapun

Sehingga dampak positif yang didapat masyarakat adalah meningkatnya pengetahuan dan pengalaman masyarakat terhadap pemerintah dalam proses pembangunan. Namun demikian diantara kedua lembaga tersebut juga mempunyai perbedaan dalam banyak hal disebabkan oleh perbedaan “siapa” dan beroposisi sebagai “apa”yang kemudian akan menentukan “bagaimana” langkah yang akan ditempuh dalam mencapai tujuannya. Disamping itu, penghargaan atas hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap tahapan pembagunan merupakan tahap mutlak tercapainya eksistensi masyarakat melalui proses pemberdayaan masyarakat.

Dalam sebuah pembinaan dengan konsep kemitraan dipengaruhi oleh kebijaksanaan yang berlaku di wilayah tersebut, maka dari itu diperlukan sebuah dukungan serta kebijaksanaan mutlak dalam pelaksanaan kemitraan dengan melalui kontrak kerjasama/hubungan secara konsisten untuk mengikuti segala kesepakatan yang telah disepakati bersama, bentuk kemitraan pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) yang dimksud agar bagaimana dapat mendidik penyandang masalah kesejahteraan sosial.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penulis pada uraian sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan dari kemitraan pemerintah Daerah dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam mengelola Rumah Hati Rumah Bakat

(22)

975 Di Kota Makassar, yaitu dalam proses kemitraan yang dilakukan oleh Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dimana telah di anggarkan oleh Pemerintah Darah melalui anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) sebanyak 400 juta di alokasikan khusus untuk mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh anak jalanan yang terjadi di Kota Makassar, dengan dilakukannya kemitraan antara Dinas Sosail dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dapat menjawab masalah sosial yang di hadapi oleh anak jalanan.

Faktanya dari hubungan kemitraan antara Dinas Sosial Lembaga dan Sosial Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) dalam program pengelolaan Rumah Hati Rumah Bakat di Kota Makassar yang bisa dikatakan dalam tahap proses awalnya masih menggunakan pola kemitraan kontra produktif, di akibatkan karena sebuah komunikasi yang kurang baik sehingga terkendala dalam mendidik anak jalanan, selanjutnya dalam proses bertahap dimana Dinas Sosial dan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) masih menjalankan peran dan fungsinya masing-masing tidak adanya koordinasi yang jelas dalam proses bembinaan yang bekelanjutan bagi anak jalanan dalam hal ini pola kemitraan yang digunakan adalah pola kemitraan semi produktif.

Karena banyaknya masalah sosial yang di hadapi anak jalanan maka dari itu Dinas Sosial Kota Makassar tidak bisa mengatasi masalah sosial dengan sendiri sangat membutuhkan kerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS), dimana Pemerintah Dinas Sosial memberikan kepercayaan kepada Lembaga Swadaya Masyarakat Forum Peduli Sosial (LSM FPS) mendampingi anak jalan baik dalam tahap pembinaan, mobilisasi atau masalah hukum dan tindak kekerasan yang di hadapi oleh anak jalan, agar berjalannya program pengelolaan Ruamah Hati Rumah Bakat yang selama ini ingin dicapai dalam bermitra, sehingga Pemerintah memberikan fasilitator yang kondusif bagi anak jalanan dan Lembaga Forum Peduli Sosial (LSM FPS) sangat antusias dan mendukung positif program pemerintah. Sehingga menghasilkan kepercayaan yang semakin tinggi antara satu sama lain dan menghasilkan hubungan pola kemitraan yang produktif. (Hidayat, 2015) bermitra yaitu mendidik penyandang masalah kesejahteraan sosial agar menjadi agen sosial yang terlatih dan terampil.

(23)

976 DAFTAR PUSTAKA

Afriska, Meriy, 2017. Pengawasan Terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Arifin, Muhammad, 2017. Penerapan Role Pelaying Dalam Pembinaan Ahlak Siswa Di SMA Negri Tujung Tira Kabupaten Butu Bara.

Busmiati, 2017. Pola Kemitraan Dinas Sosial – Lembaga Sosial Dalam Program Pembinaan Anak Jalanan Di Kota Makassar.

Hidayat, dkk, 2015. Pemberdayaan Anak Jalanan Di Rumah Singgah, Jurnal Prosiding KS : Riset dan Pkm, vol 3, No1

Komaruddin, Hengki, 2012. Upaya Perlindungan Anak Oleh Pengelolah Rumah Singgah Ahmad Dahlan (RASAD) Terhadap Anak Jalanan Di Kota Yogyakarta

Lumiati, Sri, 2017. Pembinaan Karakter Religiaus Pada Anak Tunagrahlita Di SLB Dan C Mitra Amanda Trayu Banyudono Boyolali Tahun 2015/2016 Masturi, Beatrix, 2017. Pola Kemitraan Pemerintah Daerah, Swasta dan

Masyarakat dan Pewujudan Mamasa Sebagai Destinasi Pariwisata di Sulawesi Barat

Melyanti, Merry Imelda, 2014. Pola Kemitraan Pemerintah, Civil Society dan Swasta dalam Program Bank Sampah di Pasar Batu Kota Problolinggo, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik,vol 2, No 1.

Ningsih, Wahyu Enda Fuji, 2013. Penanganan Anak Jalanan Di Rumah Singgah Perlindungnan Sosial Anak Pelangi Oleh Dinas Sosial, Pemuda dan Olah Raga Kota Semarang

Siswanto, 2017. Peran Pekerja Sosial Dalam Pembinaan Anak Asuh Melalui Life Skill Di Panti Hasuhan Darul Hadlanah Pati, Jurnal Interdisipliner Komunikas, Vol 2, No 1

Supriyanto, Tegu, 2015. Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Terhadap Pemberdayaan Anak – Anak Korban Ekspoitas Seks Komersial Anak (Eksa) Di Kota Tanjung Pinang 2014 (Studi Kasus LSM Sirih Besar Tanjung Pinang)

(24)

977 Sugiyono, 2014. “Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Meathods)”. Bandung:

Alfabeta

Suyatna, Hempri, 2011. Revitalisasi Model Penanganan Anak Jalanan Di Rumah Singgah, Jurnal Ilmu Sosial Ilmu Politik, Vol 15, No 1

Syarifuddin, Ahmad, 2015. Pembinaan Warga Binaan Di Lembaga

Permasyarakatan Lamongan Melalui Keterampilan Kerajinan, Junal Pendidikan Seni Rupa, Vol 3, No 2

Tirtaningtyas, Nugraheny Fransisca, 2012. Pemberdayaan Anak Jalanan (Penelitian Deskriktif Pada LSM Rumah Impian Di Kalangan Sleman, NFEC, Vol 1, No 1

Referensi

Dokumen terkait

Kada policija utvrdi da je počinitelj počinio prekršaj kako bi od sebe ili drugoga otklo- nio istodobnu ili izravno dolazeću neskrivljenu opasnost koja se na drugi način nije mogla

Seperti yang disampaikan oleh Bapak Kamil Kamarudin 35 tahun, berikut ini: “Kami melakukan patroli rutin setiap hari untuk memantau anak jalanan, gelandangan, pengemis dan

Setiap ada permintaan navigasi ke pustaka, proses dilakukan bertahap mulai dari pencarian pustaka dengan OPAC, mendeteksi lokasi (AR), melakukan komputasi pathfinding,

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia (way of life), mengandung pengertian bahwa Pancasila merupakan pedoman dan pegangan atau petunjuk dalam kehidupan sehari- hari

Selanjutnya, dijelaskan kriteria diagnostik gangguan autistik berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-V). Kurangnya komunikasi dan interaksi

(2) Satuan Kerja Perangkat daerah Kota Makassar, organisasi non Pemerintah / lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi dan lembaga kemasyarakatan lainnya yang

Dalam implementasi kurikulum 2013 guru merupakan ujung tombak pendidikan dituntut untuk menjadi guru yang mampu meramu kurikulum 2013 secara tepat yaitu proses penilaian

Menurut Cretu et al., dalam Mourad dan Ahmed (2012:523) Green Brand tersebut adalah persepsi dan asosiasi dalam ingatan konsumen, bahwa merek tersebut komitmen