• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KINERJA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS KINERJA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI"

Copied!
183
0
0

Teks penuh

(1)

”TUGAS AKHIR”

ANALISIS KINERJA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN NIPAH MALL PANAIKANG PT. PP (Persero) Cabang VIII Makassar

Disusun Oleh :

VIJAYA KUSUMA IRIANTI YUSUF 45 10 041 052

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat, hikmat, bimbingan dan kasih anugerah-Nya yang selalu menyertai mulai dari awal pengumpulan ide, pembuatan proposal, penelitian di Laboratorium hingga penulis dapat menyelesaikan karya penulisan tugas akhir ini dan dalam tulisan ini penulis menyajikan pokok bahasan menyangkut masalah dibidang transportasi, dengan judul

“ANALISIS KINERJA KESELAMATAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN NIPAH MALL PANAIKANG PT. PP (Persero) Cabang VIII Makassar”

Adapun maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa Makassar.

Selesainya penelitian dan penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu, mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan dengan tulus. Bersama ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

(6)

vi

1. Bapak Dr. Ridwan, ST., M.Si selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Ibu Nurhadijah Yunianti, ST., MT. selaku Ketua Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar

3. Bapak Ir. Burhanuddin Badrun, M.Sp. selaku Dosen Pembimbing I, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Ibu Savitri Prasandi Mulyani ST., MT. Selaku Dosen Pembimbing II, yang senantiasa meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Seluruh Staf Dosen Jurusan sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

6. Secara khusus rasa hormat dan terimakasih kepada Kedua Orang Tua Saya, dan Adikku tercinta yang dengan tulus mendoakan, memberi semangat, membiayai dan selalu mendukung setiap proses studiku.

7. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar, khususnya angkatan 2010, aku bangga bisa bertemu, kenal dan menjadi teman kalian.

8. Semua sahabat-sahabatku terimakasih buat bantuannya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(7)

vii

Akhir kata semoga ALLAH SWT, senantiasa mencurahkan rahmat-Nya atas mereka.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya pengetahuan dan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan penulisan Tugas Akhir ini.

Makassar, Juni 2017

PENULIS

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Lembar Pengajuan ... iii

Surat pernyataan keaslian dan publikasi tugas akhir ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Lampiran ... xv BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Rumusan Masalah dan Tinjauan Penelitian ... I-3 1.1. Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ... I-3 1.2. Manfaat Penelitian ... I-4 BAB II LANDASAN TEORI ... II-1 2.1. Pekerjaan Proyek Konstruksi ... II-1 2.2. Kriteria Keberhasilan Proyek dan Faktor sukses ... II-2 2.2.1.Kriteria Keberhasilan Proyek ... II-3 2.2.2. Faktor Sukses ... II-4 2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) ... II-5

2.3.1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan

KesehataN Kerja (K3) ... II-5 2.3.2 Prinsip Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) ... II-6 2.3.3 Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) ... II6 2.3.4 Pembinaan Keselamatan Kerja ... II-7 2.4Undang-Undang dan Peraturan Mengenai

Keselamatan danKesehatan Kerja (K3)... ... II-9 2.4.1 UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja ... II-9

(9)

ix

2.4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.

01/1980 tentang K3 pada Konstruksi

Bangunan ... II-9 2.4.3 SKB Menteri PU dan Menteri Tenaga

Kerja No. 174/Men/1986-104/kpts/1986 tentang K3 pada Tempat Kegiatan

Konstruksi... II-10 2.4.4 Per. 05/Menteri Tenaga Kerja/1996 ... II-10 2.4.5 UU No 18 tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi... II-11 2.4.6Undang-Undang No. 13/2003

tentang Ketenagakerjaan... II-11 2.5.Sistem Manajemen K3 (SMK3) ... II-12 2.5.1 Pengertian SMK3 ... II-13 2.5.2 Tujuan SMK3 ... II-16 2.5.3 Proses SMK3 ... II-17 2.6. Kecelakaan dan Keselamatan Kerja ... II-18 2.6.1Konsep Kecelakaan ... II-18 2.6.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan ... II-19 2.6.3 Filosofi Keselamatan ... II-22 2.6.4 Persyaratan Keselamatan Kerja ... II-23 2.7. Alat Pelindung Diri (APD) ... II-25 2.8Fasilitas Pengaman Proyek ... II-31 2.9. Kesehatan Kerja ... II-32 2.10 Pembiayaan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) ... II-33 2.11 Manajemen Risiko ... II-34 2.11.1 Konsep Risiko ... II-34 2.11.2 Manajemen Risiko K3 ... II-35 2.11.3 Proses HIRARC dalam Manajemen Risiko ... II-36 2.12Proyek Pembangunan Nipah Mall Panaikang,

(10)

x

Makassar ... II-37

2.13 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada

Proyek Pembangunan Nipah Mall panaikang, Makassar II-38 2.13.1 Kebijakan K3 Proyek Pembangunan Nipah

Mall panaikang, Makassar ... II-38 2.13.2 Target K3 Proyek Pembangunan Nipah

Mall panaikang, Makassar ... II-38 2.14 Visi dan Misi Proyek Pembangunan Nipah

Mall panaikang, Makassar ... II-39 2.15 Kerangka Berfikir ... II-39

BAB IIIMETODE PENELITIAN... III-1 3.1Uraian Umum... III-1 3.2Lokasi dan Waktu Penelitian ... III-1 3.3.Jenis Data Dan Sumber Data ... III-2 3.4Analisis Data ... III-2 3.5Rambu-rambu Pemilihan Teknik Analisis Statistik ... III-4 3.6Penentuan Responden atau Sampel Penelitian ... III-9 3.7 Definisi Oprasional dan Pengukuran Oprasional Variabel ... III-13 3.7.1 Definisi OprasionalVariabe ... III-13 3.7.2 Skala Pengukuran Variabel ... III-20 3.8 Hipotesis ... III-21 3.9 Tahap Dan Prosedur Penelitian ... III-21 3.10 Uji Validitas dan Reliabilitas ... III-23 3.11 Uji Normalitas Data ... III-26 3.11.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ... III-27 3.11.2 Analisis Regresi Linier Berganda ... III-28 3.12 Uji Koefisien Determinasi Berganda ... III-29 3.13Uji Hipotesis ... III-30 3.14 Cara Kerja SPSS ... III-32

(11)

xi

3.15 peralatan penelitian... III-34 3.16 Diagram Alur Penelitian ... III-34 Bab IVPEMBAHASAN ... IV-1 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... IV-1 4.2. Deskripsi Data ... IV-1 4.2.1 Deskripsi Karakteristik Responden ... IV-1 4.2.2. Deskripsi Penilaian pengaruh Kinerja Penerapan K3

terhadapPelaksanaanProyekKonstruksi Berdasarkan

Hasil Survei ... IV-2 4.3. Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 terhadap Variabel Kinerja K3

pada Pelaksanaan Proyek Secara Bersama – sama ... IV-3 4.4. Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3

terhadapKinerja K3 Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi

Secara Parsial. ... IV-5 4.5 Uji Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kinerja K3 Pada

PelaksanaanProyek ... IV-13 4.5.1 Uji Autokorelasi ... IV-13 4.5.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 secara bersama –

sama terhadap Variabel Kinerja K3 PadaPelaksanaan

Proyek ... IV-14 4.5.3 Pengaruh masing – masing Variabel Pengetahuan K3

secara parsial terhadap Variabel Kinerja K3 ... IV-17 Bab VKESIMPULAN DAN SARAN ... V-1 5.1Kesimpulan ... V-1 5.1 Saran ... V-2 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 : HUBUNGAN JUMLAH BUTIR DENGAN RELIABILITAS INSTRUMEN

TABEL 4.1 : KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN JABATAN

TABEL 4.2 : KARAKTERISTIK RESPONDEN BERDASARKAN PENDIDIKAN

TABEL 4.3 : SIGNIFIKANSI PENGARUH VARIABEL BERSAMA- SAMA

TABEL 4.4 : SIGNIFIKANSI PENGARUH VARIABEL BERSAMA- SAMA

TABEL 4.5 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI

TABEL 4.6 : SIGNIFIKASI VARIABEL DEFINISI DAN INISIASI TABEL 4.7 : UJI – T VARIABEL DEFINISI DAN INISIASI

TABEL 4.8 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI VARIABEL X1

TABEL 4.9 : SIGNIFIKASI VARIABEL SISTEM MANAJEMEN TABEL 4.10 : UJI – T VARIABEL SISTEM MANAJEMEN

TABEL 4.11 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI VARIABEL X2

TABEL 4.12 : SIGNIFIKASI VARIABEL ALAT PELINDUNG DIRI TABEL 4.13 : UJI – T VARIABEL ALAT PELINDUNG DIRI

TABEL 4.14 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI VARIABEL X3

TABEL 4.15 : SIGNIFIKASI VARIABEL SARANA DAN PRASARANA

TABEL 4.16 : UJI – T VARIABEL SARANA DAN PRASARANA TABEL 4.17 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI VARIABEL

X4

TABEL 4.18 : SIGNIFIKASI VARIABEL RESIKO

(13)

xiii

TABEL 4.19 : UJI – T VARIABEL RESIKO K3

TABEL 4.20 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI VARIABEL X5

TABEL 4.21 : NILAI KORELASI DAN DETERMINASI

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 : HUBUNGAN BAHAYA DAN RISIKO GAMBAR 2.2 : DIAGRAM ALUR PENELITIAN

GAMBAR 3.1 : STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI PENENTUAN TARGET RESPONDEN KUESIONER

GAMBAR 3.2 : HUBUNGAN VARIABEL BEBAS DAN KEBERHASILAN PROYEK

GAMBAR 3.3 : CARA KERJA SPSS

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : MAPPING PEMBUATAN KUISIONER LAMPIRAN 2 : KUISIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 3 : TABULASI HASIL SURVEI LAMPIRAN 4 : HISTOGRAM VARIABEL

LAMPIRAN 5 : PEARSON PRODUCT MOMENT LAMPIRAN 6 : TABULASI DATA UJI INSTRUMEN

LAMPIRAN 7 : VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN LAMPIRAN 8 : NILAI DISTRIBUSI F

LAMPIRAN 9 : ANALISIS REGRESI SPSS

LAMPIRAN 10 : ANALISIS REGRESI MICROSOFT EXCEL LAMPIRAN 11 : AUDIT K3

(16)

I-1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di mana banyak sekali pembangunan yang sedang dilaksanakan. Pembangunan yang cukup signifikan terjadi pada pembangunan di bidang konstruksi.

Beberapa proyek konstruksi di Indonesia banyak terjadi di kota besar salah satunya kota Makassar. Dalam pengerjaannya,suatu proyek dikatakan berhasil apabila memenuhi ketepatan waktu, mutu, dan biaya sesuai dengan yang direncanakan. Selain itu, perusahaan konstruksi perlu juga memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada proyek, yang mana merupakan salah satu indikator penting dari pelaksanaan suatu proyek.

Mengapa penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan penting pada tercapainya suatu tujuan proyek?

Berdasarkan laporan International Labour Organization (ILO), setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan korban fatal sekiranya 6.000 kasus. Sementara di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan kerja pada bidang konstruksi. Tak hanya itu, menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang juga tinggi, yakni mencapai 4% dari

(17)

I-2

GNP (gross national product) (dikutip dari pikiran rakyat online edisi selasa, 15/01/2013).

Dalam suatu pencapaian kegiatan proyek konstruksi acap kali terganggu pelaksanaannya sampai meleset dari perkiraan semula yang sudah ditentukan, dikarenakan banyaknya kecelakaan kerja yang terjadi.

Hal seperti inilah yang memacu tidak optimalnya penyelesaian suatu kegiatan proyek konstruksi dilapangan.

Walaupun Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sudah didukung dengan pembinaan dan peraturan-peraturan yang berlaku tetapi yang kita lihat tingkat kecelakaan ditempat kerja khususnya dibidang konstruksi masih tetap tinggi. Biaya langsung dan tidak langsung dari dampak yang ditimbulkannya, meliputi biaya medis, kehilangan hari kerja, mengurangi produksi, hilangnya kompensasi bagi pekerja, kerusakan dan perbaikan peralatan, rendahnya moral staf, publisitas buruk, kehilangan kontrak karena kelalaian. Hal tersebut secara jelas menggambarkan tentang Pentingnya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam suatu proyek konstruksi.

Dari kondisi yang terjadi diatas maka Peneliti Mengambil judul

“Analisis Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Pelaksanaan Proyek Konstruksi” Studi kasus pada Proyek Pembangunan Nipah Mall Panaikang, PT. PP (Persero) Tbk. Cabang VIII Makassar”

guna mengetahui seberapa besar kinerja penerapan

(18)

I-3

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap pelaksanaan Proyek konstruksi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah dan Tinjauan Penelitian 1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni bagaimanakah Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Pelaksanaan proyek pembangunan Nipah Mall Panaikang, Makassar?

1.2.2 Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis Kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap Pelaksanaan proyek pembangunan Nipah Mall Panaikang, Makassar.

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah 1.3.1 Ruang Lingkup

Responden dibatasi hanya yang terlibat pada proyek pembangunan Nipah Mall Panaikang, Makassar.

1.3.2 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah:

a. Objek penelitian adalah pekerjaan konstruksi yang ada di daerah Makassar, Sulawesi Selatan.

b. Pekerjaan yang ditinjau adalah proyek pembangunan Nipah Mall Panaikang, Makassar.

(19)

I-4

c. Mengumpulkan data menggunakan study observasi lapangan (Kuesioner) dan literature

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan diantaranya adalah:

a. Dapat menganalisis Kinerja Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap tercapainya suatu tujuan proyek konstruksi.

b. Dapat mengetahui prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada suatu proyek konstruksi.

c. Selebihnya, diharapkan agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk membantu meningkatkan pelaksanaan SMK3 pada proyek konstruksi,sehingga pengerjaan proyek berjalan dengan lancar.

d. Dan juga diharapakan agar, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan usaha untuk membantu meningkatkan kelengkapan fasilitas K3 sehingga para pekerja dan lingkungan sekitar proyek merasa aman dengan adanya pengerjaan proyek.

(20)

II - 1 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pekerjaan Proyek Konstruksi

Pekerjaan Konstruksi menurut UUJK No. 18/1999 yang dikutip dalam Messah, 2008:10 adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain. Suatu pekerjaan konstruksi dapat dinilai kinerjanya baik atau buruk berdasarkan biaya, mutu, dan waktu yang dihasilkan.

Kinerja proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraan cara kerja pada kontrak kerja yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana.Tantangan utama sebuah proyek adalah mencapai sasaran- sasaran dan tujuan proyek dengan menyadari adanya batasan-batasan yang telah dipahami sebelumnya. Pada umumnya batasan-batasan itu adalah ruang lingkup pekerjaan, waktu pekerjaan dan anggaran pekerjaan. Dan hal ini biasanya disebut dengan "triple constrains" atau

"tiga batasan". Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan harkat dan martabat individu dalam menjalankan proyek, maka batasan ini kemudian berkembang dan ditambahkan dengan batasan keempat yaitu

(21)

II - 2

faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Tantangan selanjutnya adalah bagaimana mengoptimasikan dan pengalokasian semua sumber daya dan mengintegrasikannya untuk mencapai tujuan proyek yang telah ditentukan.

2.2 Kriteria Keberhasilan Proyek dan Faktor sukses

Salah satu konsep samar dari manajemen proyek adalah Keberhasilan proyek. Karena setiap individu atau kelompok orang yang terlibat dalam proyek memiliki kebutuhan yang berbeda dan harapan terhadap proyek yang dijalankan. "Bagi mereka yang terlibat dengan sebuah proyek, keberhasilan proyek biasanya dianggap sebagai pencapaian beberapa tujuan proyek yang telah ditentukan" (Lim &

Mohamed, 1999, p244), sedangkan masyarakat umum memiliki pandangan yang berbeda, umumnya didasarkan pada kepuasan pengguna. Tapi kriteria apa yang harus organisasi gunakan untuk mengidentifikasi keberhasilan? Faktor apa yang menyebabkan suatu proyek dikatakan sukses?Perbedaan antara kriteria dan faktor tidak jelas bagi banyak orang. Cambridge Advanced Learner's Dictionary menjelaskan kriteria sebagai "suatu standar yang Anda menilai, memutuskan tentang atau berurusan dengan sesuatu" sedangkan faktor yang dijelaskan sebagai "sebuah fakta atau situasi yang mempengaruhi hasil dari sesuatu". Jelas sekarang bahwa faktor-faktor kritis dapat mengakibatkan serangkaian peristiwa yang akhirnya memenuhi kriteria

(22)

II - 3

keberhasilan proyek secara keseluruhan, sehingga mereka tidak boleh digunakan sebagai istilah sinonim.

2.2.1 Kriteria Keberhasilan Proyek

Banyak daftar kriteria keberhasilan telah diperkenalkan di dekade sebelumnya oleh berbagai peneliti. kriteria keberhasilan Primal telah menjadi bagian yang terintegrasi dari teori manajemen proyek mengingat bahwa definisi awal manajemen proyek termasuk yang disebut kriteria keberhasilan adalah “Iron Triangel” atau “Besi Segitiga” - biaya, waktu dan kualitas. (Atkinson, 1999, P338). Namun untuk memenuhi kebutuhan mendesak modernisasi, kriteria keberhasilan tersebut dikelompokan lagi menjadi “Square rute”, dimana perubahan utama adalah penambahan tujuan kualitatif daripada kuantitatif, yaitu manfaat bahwa kelompok orang yang berbeda dapat menerima proyek tersebut. Hal ini jelas bahwa setiap bagian akan memiliki manfaat berbeda dari proyek. Misalnya satu organisasi dapat memperoleh keuntungan melalui pencapaian tujuan strategis ketika sebuah proyek selesaidan pada saat yang sama tujuan- tujuan tersebut memiliki dampak lingkungan yang berbeda-beda di masyarakat. Ini berarti bahwa proyek yang sukses harus tawar-menawar antara manfaat dari organisasi dan kepuasan pengguna akhir. Sudut keempat dari 'Square Root' adalah Sistem Informasi yang mencakup maintainability, reliabilitas dan validitas hasil proyek.

(23)

II - 4 2.2.2 Faktor Sukses

Jenis proyek menggarisbawahi beberapa faktor yang penting untuk kesuksesan. Sebagai contoh, jika sebuah proyek mendesak, faktor penting dalam kasus itu adalah waktu.Tetapi jika tidak di tangani dengan bijak, proyek bisa saja selesai tepat waktu namun kelebihan anggaran proyek mungkin saja akan terjadi sehingga dapat dikatakan proyek tersebut tidak berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan.Lingkungan eksternal juga dapat menjadi faktor pendukung suksesnya suatu proyek, seperti politik, ekonomi, sosial-budaya dan teknologi (PEST) konteks di mana proyek ini dijalankan. Peraturan pemerintah yang menguntungkan atau tidak menguntungkan juga dapat mempengaruhi proyek dalam semua fasa-fasanya. "Perhatikan bahwa jika klien berasal dari luar organisasi, ia juga harus dipertimbangkan sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja proyek" (Belassi & Tukel, 1996, p145). Peserta juga harus dicatat sebagai faktor eksternal yang dapat merusak keberhasilan proyek karena suatu proyekyang sedang dikerjakan bisa dibayangi oleh sebuah proyek yang lebih glamor dan sukses diluncurkan oleh organisasi lain. Faktor-faktor seperti cuaca dan Kecelakaan kerja juga tak kalah pentingnya bagi keberhasilan suatu proyek.

Untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi yang optimal, maka aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus mendapat perhatian tersendiri. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu

(24)

II - 5

aspek yang harus dipertimbangkan dalam melakukan suatu pekerjaan disamping dua aspek lain, yaitu pemenuhan target produksi sesuai mutu/speksifikasi dan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.

Ketiga aspek tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan suatu kesatuan yang saling terkait dan masing-masing memiliki peran yang strategis serta tidak dapat terlepas satu dengan lainnya.

2.3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 )

2.3.1 Pengertian dan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian umum dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu usaha untuk melaksanakan pekerjaan tanpa mengakibatkan kecelakaan atau nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja atau zero accident. Dengan demikian setiap personil didalam suatu lingkungan kerja harus membuat suasana kerja atau lingkungan kerja yang aman dan bebas dari segala macam bahaya untuk mencapai hasil kerja yang menguntungkan. Karena itu tujuan dan manfaat K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum, perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial, dan lainnya. Pada intinya tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah untuk mengadakan pencegahan agar setiap personil atau karyawan tidak mendapatkan kecelakaan terjaminnya kesehatannya dan alat-alat produksi tidak mengalami kerusakan ketika sedang melaksanakan pekerjaan sehingga

(25)

II - 6

proyek bisa berjalan dengan lancar dan tercapainya target yang diinginkan.

2.3.2 Prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Prinsip keselamatan kerja adalah bahwa setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan aman dan selamat. Suatu kecelakaan terjadi karena ada penyebabnya, antara lain manusia, peralatan atau kedua-duanya.

Penyebab kecelakaan ini harus dicegah atau menghindari terjadinya kecelakaan. Hala-hal yang perlu diketahui agar pekerjaan dapat dilakukan dengan aman, antara lain:

1) Mengenal dan memahami pekerjaan yang akan dilakukan

2) Mengetahui potensi bahaya yang bisa timbul dari setiap kegiatan pada setiap item pekerjaan yang akan dilakukan

3) Melaksanakan ketentuan yang tertuang dalam daftar Simak K3 Dengan mengetahui dan melaksanakan ketiga hal tersebut diatas akan tercipta lingkungan kerja yang aman dan tidak akan terjadi kecelakaan, baik manusianya maupun peralatannya.

2.3.3 Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat penting diperhatikan dan dilaksanakan antara lain untuk:

1) Menyelamatkan karyawan dari penderitaan sakit atau cacat, kehilangan waktu dan kehilangan pemasukan uang.

(26)

II - 7

2) Menyelamatkan keluarga dari kesedihan atau kesusahan, kehilangan penerimaan uang, dan masa depan yang tidak menentu 3) Menyelamatkan perusahaan dari kehilangan tenaga kerja,

pengeluaran biaya akibat kecelakaan, melatih kembali atau mengganti karyawan, kehilangan waktu akibat kegiatan kerja terhenti, dan menurunnya produksi.

Dengan demikian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sangat berperan penting pada keberhasilan suatu proyek konstruksi, juga merupakan suatu faktor yang saling terkait dengan efisiensi waktu pekerjaan, biaya dan pemenuhan target yang sesuai mutu dan spesifikasi.

2.3.4 Pembinaan Keselamatan Kerja

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan perlu dilakukan pembinaan keselamatan kerja terhadap karyawan agar dapat meniadakan keadaan yang berbahaya di tempat kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk membina keselamatan kerja para karyawannya, baik yang bersifat didalam ruangan (in-door safety development) atau praktik di lapangan (out-door safety development). Setiap perusahaan harus memiliki safety officer sebagai personil atau bagian yang bertanggung jawab terhadap pembinaan Keselamatan kerja karyawan maupun tamu perusahaan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam rangka pembinaan Keselamatan Kerja antara lain:

(27)

II - 8 1) Penyuluhan singkat atau safety talk

a. Motivasi singkat tentang Keselamatan Kerja yang umumnya dilakukan setiap mulai kerja atau pada hari-hari tertentu selama 10 menit sebelum pekerjaan dimulai.

b. Pemasangan poster Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) c. Pemutaran film atau slide tentang Keselamatan Kerja

2) Safety committee

a. Mengusahakan terciptanya suasana kerja yang aman.

b. Menanamkan rasa kesadaran atau disiplin yang sangat tinggi tentang pentingnya Keselamatan Kerja.

c. Pemberian informasi tentang teknik-teknik Keselamatan kerja serta peralatan Keselamatan Kerja.

3) Pendidikan dan Pelatihan

a. Melaksanakan kursus keselamatan kerja baik dengan cara mengirimkan karyawan ke tempat-tempat diklat keselamatan kerja atau mengundang para ahli Keselamatan kerja dari luar perusahaan untuk memberikan pelatihan didalam perusahaan.

b. Pelaksanaan No. 1.a dapat didalam negeri ataupun diluar negeri.

c. Latihan penggunaan peralatan Keselamatan kerja

Alat-alat Keselamatan kerja harus disediakan oleh perusahaan.

Alat tersebut berupa alat proteksi diri yang diperlukan sesuai dengan kondisi kerja.

(28)

II - 9

2.4 Undang-Undang dan Peraturan Mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

2.4.1 UU No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja

UU No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 2 ayat 2 menyatakan bahwa syarat keselamatan kerja diberlakukan di tempat kerja yang: ..., dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan.

Dalam UU No. 1 tahun 1970 ini juga, pada pasal 9 angka 1 kewajiban pengurus K3 untuk menunjukan dan menjelaskan kepada tiap tenaga kerja baru tentang kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang dapat timbul di tempat kerja.

2.4.2 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/1980 tentang K3 pada Konstruksi Bangunan

Pada Bab I pasal 3 ayat 1,2,3, isinya antara lain; pada pekerjaan konstruksi diusahakan pencegahan kecelakaan atau sakit akibat kerja, disusun unit keselamatan dan kesehatan kerja yang harus diberitahukan kepada setiap tenaga kerja, unit tersebut melakukan usaha pencegahan kecelakaan, kebakaran, peledakan, penyakit akibat kerja, P3K, dan usaha penyelamatan. Pasal 4 menyatakan bila terjadi kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditujuk.

(29)

II - 10

Pada Bab II pasal 5 mengharuskan di setiap tempat kerja dilengkapi dengan sarana untuk keluar masuk dengan aman; tempat, tangga, lorong, dan gang tempat orang bekerja atau sering dilalui harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup.

2.4.3 SKB Menteri PU dan Menteri Tenaga Kerja No. 174/Men/1986- 104/kpts/1986 tentang K3 pada Tempat Kegiatan Konstruksi Pada bab I terdiri dari kewajiban umum kontraktor, organisasi keselamatan dan kesehatan kerja dan PPPK. Bab II tentang pintu masuk dan keluar, lampupenerangan, ventilasi, kebersihan, pencegahan terhadap kebakaran dan alat pemadam kebakaran, perlindungan terhadap bahan-bahan jatuh dan bagian bangunan yang runtuh, perlindungan agar orang tidak jatuh. Bab III tentang perancah, yang diatur sangat rinci meliputi tempat bekerja, jalur pengangkut bahan, perancah dolken, perancah gantung, perancah dongkrak tangga, perancah siku dengan penunjang, perancah kuda-kuda, perancah pipa logam, perancah

bergerak, perancah kursi gantung dan sebagainya.

2.4.4 Per. 05/Menteri Tenaga Kerja/1996

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian darisistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan kerja

(30)

II - 11

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

2.4.5 UU No 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi

Pasal 23 ayat 2 menyatakan bahwa penyelenggaraan pekejaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang keteknikan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

2.4.6 Undang-Undang No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan

Pada pasal 86 menjelaskan bahwa setiap pekerja berhak untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan danperlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilaiagama. Pada pasal 87 menyatakan bahwa setiap perusahan wajib menerapkan sistem manajemen K3 yang terintregasi dengan sistem manajemen perusahaan

Pada dasarnya setiap Undang-Undang mengenai K3 tidak menghendaki sikap kuratif atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan bahwa kecelakaan kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan.

Jadi, jelaslah bahwa usaha-usaha peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja lebih diutamakan daripada penanggulangannya guna meminimalisir kerugian-kerugian yang akan diakibatkan. Secara umum, kecelakaan selalu di artikan sebagai “Kejadian yang tidak diduga

(31)

II - 12

sebelumnya”. Sebenarnya setiap kecelakaan kerja dapat diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara selamat, dan mengatur peralatan serta perlekangpan produksi sesuai standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan.

2.5 Sistem Manajemen K3 (SMK3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber daya manusia, keuangan dan pemasaran.

Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti apa adanya tanpa intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal tahun 1980an berupaya meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong lahirnya berbagai konsep mengenai Manajemen K3 (safety management). Semua system manajemen K3 bertujuan untuk mengelola resiko K3 yang ada dalam perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian dapat dicegah. Mengelola K3 sama juga dengan mengelola aspek lain dalam perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen modern mulai dari perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan.

(32)

II - 13

Selanjutnya International Labour Organization (ILO) mengeluarkan pedoman Sistem Manajemen K3 untuk digunakan dilingkungan kerja. Hal serupa juga terjadi di sector industry lainnya sehingga berkembang berbagai system manajemen keselamatan seperti Food Safety Management System, Railway Safety Management System, Marine Safety Management System, Road Safety Management System, Construction Safety Management System, Hospital Safety Management System, dan lainnya. Faktor inilah antara lain yang mendorong lahirnya system manajemen K3 OHSAS 18001.

2.5.1 Pengertian SMK3

Menurut KEPMENAKER 05 Tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

SMK3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan SMK3 telah berkembang sejak tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar

(33)

II - 14

K3 seperti James Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa ini terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga dan institusi didalam dan luar negeri, antara lain :

a. Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK

Dikembangkan oleh lembaga K3 diInggris sekitar tahun 1970 dan digunakan di berbagai perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberi penghargaan kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Pertamina dan Petrokimia telah memperoleh penghargaan ini.

b. British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety Management System

Merupakan standar tentang SMK3 yang diberlakukan diInggris dan Negara lain di sekitarnya.

c. Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OHSA, USA

d. International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV

Suatu SMK3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA yaitu Mr. Frank yang mengembangkan metode penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan nilai (System Scoring). Di Indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan sistem ini.

(34)

II - 15

e. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119 Merupakan SMK3 yang dirancang khusus untuk industri proses berisiko tinggi seperti perminyakan dan petrokimia. Di Indonesia dikenal dengan istilah Manajemen Keselamatan Proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh berbagai industri dan perusahaan.

f. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI

Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui Sucofindo.

g. American Petroleum Institute: API 9100A: Model Environmental Health and Safety (EHS) Management System

Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang sistem manajemen keselamatan kerja dan lingkungan.

h. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process Hazards

i. ILO – OHS 2001: Guideline on OHS Management System

Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman SMK3 yang banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai Negara dan perusahaan.

j. E&P Forum: Guidelines for Development and Application of HSE Management System

Semua SMK3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

(35)

II - 16 2.5.2 Tujuan SMK3

Berbagai tujuan SMK3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

d. Sebagai sertifikasi

Mengingat banyaknya SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini dapat disertifikasikan melalui lembaga sertifikasi dan diakui secara global. OHSAS 18000 pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1999 dan kemudian disempurnakan pada Tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001 sebagai standar atau persyaratan SMK3, dan OHSAS 18002 sebagai pedoman pengembangan dan penerapannya.

2.5.3 Proses SMK3

Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemen-elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk mencapai objektif tersebut. SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu proses manajemen dan elemen-elemen implementasinya.

(36)

II - 17

Proses SMK3 menjelaskan bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan elemen merupakan komponen- komponen kunci yang terintegrasi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen.

Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung jawab, wewenang, hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya. Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan program K3. Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan – Do – Check–Action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan.

Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secara berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.

SMK3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3. Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan tidak efektif. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, dilanjutkan dengan penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada, serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta

(37)

II - 18

untuk mengetahui kendala yang dapat mempengaruhi pelaksanaanya.

Dengan demikian, organisasi dapat segera melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.

2.6 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja

2.6.1 Konsep Kecelakaan

Dalam proses terjadinya (Ramli, 2010:30), kecelakaan terkait empat unsur produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia dengan alat, material dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi, penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Faktor-faktor penyebab kecelakaan seperti dikemukakan oleh H.W.

Heinrich (1930) dengan teori dominonya yang menggolongkan atas:

a. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau bekerja sambil bergurau. Tindakan ini

(38)

II - 19

dapat membahayakan dirinya dan orang lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.

b. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi di lingkungan kerja baik alat, material, maupun lingkungan yang tidak aman dan membahayakan.

Teori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Frank Bird yang menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic causes). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan penyebab tidak langsung merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut.

2.6.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan

Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling tekait mulai dari penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh karena itu, berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Banyak teori dan konsep yang dikembangkan para ahli, dan beberapa diantaranya yaitu:

(39)

II - 20 a. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik yaitu pada sumbernya, pada aliran energi (path way) dan pada penerima.

b. Pendekatan Manusia

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

1). Pembinaan dan Pelatihan

2). Promosi dan Kampanye K3 3). Pembinaan Perilaku Aman 4). Pengawasan dan Inspeksi K3

5). Audit K3

6). Komunikasi K3

7). Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practices) c. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses maupun lingkungan kerja yang tidak aman.

(40)

II - 21

Untuk mencegah kecelakaan yang bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:

1) Rancang bangun yang aman disesuaikan dengan persyaratan teknis dan standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.

2) Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan dalam pengoperasian alat atau instalasi.

d. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan bahaya dapat dikurangi

2) Penyediaan alat keselamatan kerja

3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3

4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan oleh faktor maajemen yang tidak kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan.

Upaya pencegahan yang dilakukan antara lain:

1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

(41)

II - 22

2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif

3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk manajemen tingkat atas.

2.6.3 Filosofi Keselamatan

Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Tidak ada kejadian apapun yang tanpa sebab sebagai pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka dengan sendirinya kecelakaan bisa dicegah.

Atas dasar tersebut, maka menurut Heinrich yaitu setiap kecelakaan dapat dicegah. Selanjutnya dikemukakan sepuluh aksioma sebagai berikut:

a. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat.

Tidak ada kecelakaan yang disebabkan oleh faktor tunggal, namun merupakan rangkaian sebab dan akibat yang saling terkait.

b. Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakannya yang tidak aman.

c. Bahwa kondisi yang tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan kecelakaan.

d. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku,kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya.

e. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha antara lain dengan melakukan perbaikan teknis,

(42)

II - 23

tindakan persuasif, penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan penegakan disiplin (law inforcement).

f. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya.

g. Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya dalam organisasi

h. Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam organisasi tidak akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam organisasi.

i. Pengawas merupakan unsur kunci dalam program K3 j. Bahwa usaha keselamatan menyangkut aspek ekonomis.

2.6.4 Persyaratan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspekyang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dancara kerja. Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No.1 tahun1970 adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian kebakaran atau kejadian lainnya

e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja

(43)

II - 24

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya 2.7 Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha–usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya. Sehingga pihak manajemen akan mengambil tindakan untuk melindungi pekerja itu dengan berbagai cara

(44)

II - 25

yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya pemakaian APD masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan.

APD adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

APD berperan penting terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam Pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku pembangunan, sehingga perlu dilakukan upaya– upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak pada perekonomian nasional.

Bahaya yang mungkin terjadi di lantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah:

(45)

II - 26 a. Tertimpa benda keras dan berat b. Tertusuk atau terpotong benda tajam

c. Terjatuh dari tempat tinggi

d. Terbakar atau terkena aliran listrik

e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan

f. Rusak pendengaran karena kebisingan

g. Rusak penglihatan karena cahaya berlebihan h. Terkena radiasi

Kerugian yang harus ditanggung apabila terjadi kecelakaan adalah

a. Produktivitas pekerja berkurang selama beberapa waktu

b. Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan meninggal

c. Kerugian atas kerusakan mesin

d. Menurunnya efisiensi perusahaan, dan lain-lain

APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat ini sangatlah besar sebab dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang masih belum mengenakan APD karena merasakan ketidaknyamanan saat bekerja. Berdasarkan Pasal 14 huruf c UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pengusaha wajib

(46)

II - 27

menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban pengusaha/pengurus perusahaan tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang. Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah disediakan. APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan faktor–faktor pertimbangan dimana APD harus :

a. Enak dan nyaman dipakai

b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya

d. Memenuhi syarat estetika

e. Memperhatikan efek samping penggunaan APD

f. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga terjangkau

Beberapa jenis APD antara lain : masker, kacamata, sepatu pengaman, sarung tangan, topi pengaman (helmet), perlindungan telinga, perlindungan paru-paru, dan APD lainnya. Penggunaan pelindung wajah dan alat pernafasan (Masker) pada tempat–tempat kerja tertentu

(47)

II - 28

seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: debu-debu kasar dari penggerindaan atau operasi- operasi sejenis; racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap; uap beracun atau gas beracun dari pabrik kimia; bukan gas beracun tetapi seperti Karbondioksida (CO2) yang menurunkan konsentrasi Oksigen (O2) di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu:

bagaimana menggunakan masker secara benar; macam dari kotoran debu yang perlu dihindari; dan lamanya menggunakan alat tersebut.

Jenis-jenis masker dan penggunaannya :

a. Masker penyaring debu, berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk- serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya b. Masker berhidung, berguna untuk menyaring debu atau benda

lain sampai ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu.

c. Masker bertabung, mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung. Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan tertulis untuk macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan.

(48)

II - 29

Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Orang-orang merasa enggan memakai kacamata (goggles) karena ketidaknyamanannya sehingga dengan alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Banyak upaya yang harus diselenggarakan ke arah pembinaan disiplin, atau melalui pendidikan dan penggairahan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan bahwa risiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka tidak akan mau memakainya. Kecelakaan mata berbeda-beda dan aneka jenis kacamata pelindung diperlakukan.

Misalnya, pekerjaan dengan kemungkinan adanya risiko dari bagian- bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlakukan lensa penyaringan sinar las yang tepat.

Sepatu pengaman (Safety Shoes) harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam-asam dan sebagainya Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik, cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam solnya. Lapis baja

(49)

II - 30

di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan.

Sarung Tangan (Gloves) harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas, terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi, dan sebagainya. Harus diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan ke mesin adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pekerjaan yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.

Helm Pengaman (Safety Helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang, atau benda-benda lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Telinga harus dilindungi selain dari suara yang berlebihan atau kebisingan, juga dari loncatan api, percikan logam, pijar, atau partikel-partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.

(50)

II - 31

Masih terdapat APD lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga pakaian khusus bagi tenaga kerja saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan.

2.8 Fasilitas Pengaman Proyek

Selain adanya APD maka perlu juga dilengkapi oleh alat pengaman pada proyek konstruksi yang gunanya untuk menunjang keamanan pada proyek tersebut. Menurut situs (http://www.ilmusipil.com/alat-pemadam- kebakarangedung) yang diakses pada 10 april 2015 menjelaskan macam- macam fasilitas pengaman proyek, antara lain:

1. Jaring pengaman, digunakan untuk mencegah adanya benda atau material proyek yang jatuh kebawah.

2. Rambu-rambu, dipasang untuk menginformasikan sesuatu yang ada di dalam proyek dan sebagi tanda bahaya.

3. Hydrant, digunakan untuk pertolongan pertama jika terjadi kebakaran pada proyek

4. Spanduk peringatan K3, adanya spanduk ataupun poster di proyek agar seluruh pekerja proyek paham mengenai K3 dan pencegahan kecelakaan kerja

(51)

II - 32

5. Alarm peringatan, digunakan untuk mengumumkan kepada semua orang yang berada di proyek jika terjadi suatu bahaya

6. Lampu peringatan, digunakan sebagai tanda bahaya di dalam maupun di luar proyek.

2.9 Kesehatan Kerja

Hal-hal yang terkait prihal kesehatan kerja diantaranya diatur dalam UUNo.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama yang tertuang dalam Bab tersendiri yaitu prihal Kesehatan Lingkungan dan Keseh2.6.2 Kesehatan Kerja

Perihal Kesehatan Kerja, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang upaya kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terhindar dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan, meliputi pekerja di sektor formal dan informal, serta berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah, serta menjamin lingkungan kerja yang sehat dan bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.

(52)

II - 33

Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati peraturan yang berlaku di tempat kerja.

Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.

2.10 Pembiayaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Biaya oprasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek.

Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.

Selanjutnya penyedia jasa kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk penyediaan prasarana, sumber daya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar. Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami prinsip-prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ini, agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya.

2.11 Manajemen Risiko

(53)

II - 34 2.11.1 Konsep Risiko

Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan mempelajari berbagai definisi risiko, diharapkan pemahaman tentang konsep risiko menjadi semakin jelas. Definisi yang pertama adalah risk is the chance of loss yang menyebutkan bahwa risiko adalah kans kerugian, biasanya dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian. Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Definisi berikutnya adalah risk is the possibility of loss yaitu risiko merupakan kemungkinan kerugian, dimana istilah possibility berarti bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara satu dan nol.

Selanjutnya risk is uncertainty yaitu risiko adalah ketidakpastian baik yang bersifat subjektif maupun objektif. Ketidakpastian subjektif merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko, sedangkan ketidakpastian objektif dimaksudkan sebagai frekuensi relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah.

2.11.2 Manajemen Risiko K3

Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Karena

(54)

II - 35

itu pengembangan SMK3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika tidak ada sumber bahaya yang harus dikelola. Perhatikan Gambar 2.1 yang memperlihatkan hubungan bahaya dengan risiko. Keberadaan bahaya dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan (Soehatman Ramli, 2010).

Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk dapat menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya. Adanya bahaya dan risiko tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Karena itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan manajemen risiko.

(55)

II - 36

Gambar 2.1 Hubungan Bahaya dan Risiko

(Sumber : Soehatman Ramli, 2010)

2.11.3 Proses HIRARC dalam Manajemen Risiko

Sesuai persyaratan OHSAS 18001,organisasi harus menetapkan prosedur mengenai identifikasi bahaya (Hazards Identification), penilaian risiko (Risk Assessment), dan pengendalian risiko (Risk Control) atau disingkat HIRARC. Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko (Risk Management). Bahaya RISIKO Kecelakaan Manajemen K3 Pihak Terdampak (Manusia Lingkungan Material Peralatan) HIRARCmerupakan elemen pokok dalam SMK3 yang berkaitan langsung dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya.

Disamping itu, HIRARC juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001, HIRARC harus dilakukan di seluruh

Pihak Terdampak

(Manusia Lingkungan Material Peralatan)

Bahaya Kecelakaan Manajemen K3

RISIKO

(56)

II - 37

aktivitasorganisasi untuk menentukan kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak serius terhadap K3.Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam program kerja. HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3.Jika HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah, acak atau virtual, karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam organisasi.

Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi, pengukuran, pengendalian rekaman dan lainnya adalah untuk menopang atau mengacu kepada program pengendalian risiko.

Jangan terjadi sebaliknya, dimana organisasi hanya fokus kepada elemen-elemen pendukung, lengkap dengan prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga kecelakaan masih akan dapat terjadi.

2.12 Proyek Pembangunan Nipah Mall Panaikang, Makassar

Nama Proyek : Pembangunan Nipah Mall

Lokasi Proyek : Panaikang, Makassar sulawesi Selatan

Waktu Pelaksanaan :

Owner :PT. Kalla Inti Karsa Properti

Kontraktor Pelaksana : PT. PP (Persero) Tbk. Cabang VIII

(57)

II - 38 Jumlah Pekerja : 668 Orang

Jumlah Karyawan PT. PP : 52 Orang

2.13 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Pembangunan Nipah Mall panaikang, Makassar

2.13.1 Kebijakan K3 Proyek Pembangunan Nipah Mall panaikang, Makassar

1) Kepedulian terhadap potensi bahaya dan kecelakaan Kerja yang berkesinambungan dengan melibatkan pihak terkait

2) Pelaksanaan pekerjaan yang memperhatikan Lingkungan kerja yang sehat, aman dan kebersihan disekitar serta mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan.

3) komitmen dalam penerapan peraturan dan sistem manajemen SHE sesuai ketentuan yang berlaku

2.13.2 Target K3 Proyek Pembangunan Nipah Mall panaikang, Makassar

1) ZERO ACCIDENT

2) Menerapkan peraturan-peraturan SHE dan sistem Manajemen SHE, persyaratan yang berlaku

(58)

II - 39

3) Sikap tenaga kerja atau orang yang berada dilingkungan kerja selalu dalam keadaan aman, sehat dan nyaman demi terwujudnya “ZERO ACCIDENT dan ZERO ILLNESS

4) Proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan

2.14 Visi dan Misi Proyek Pembangunan Nipah Mall panaikang, Makassar

Visi

Menjadi proyek yang terdepan dengan keuntungan yang besar, mempunyai manajemen SHEO dan kualitas yang terbaik, dengan menerapkan teknologi terbaru dalam bidang konstruksi serta menyediakan pelayanan yang baik ke costumer untuk menciptakan kepuasan yang terdepan untuk shareholders.

Misi

Menyediakan jasa manajemen proyek yang tangguh dengan dukungan wawasan global, pendidikan tinggi dan loyalitas yang tinggi untuk memberikan kepuasan hasil akhir bagi shareholders.

2.15 Kerangka Berfikir

Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakanhal penting dalam pelaksanaan sebuah proyek konstruksi yang dilakukan olehsebuah perusahaan konstruksi. Suatu manajemen Sistem

Referensi

Dokumen terkait

Ekstrakurikuler merupakan program diluar jam mata pelajaran yang diselenggarakan sekolah untuk mengembangkan potensi non akademik siswa. Salah satu sekolah yang

Penelitian ini telah dilakukan pada 36 responden, dukungan ekologi perkembangan sosial yang dilakukan selama tahun 2017 di TK AR Rahman Bandar Lampung adalah:

Berdasarkan surat Pejabat Pembuat Komitmen DIPA Direktorat Bina Pemagangan Nomor | 8.157llattas-l4ag/PPK/Vl/2013 tanggal 24 Juni 2013 tentang Penetapan Pemenang Pekerjaan

(Djaali, 2000: 86) menyatakan bahwa koefisien reliabilitas konsistensi gabungan item (butir diskor dikotomi dan sebagian butir diskor politomi) dapat dihitung dengan

Berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa tabungan memiliki hubungan yang positip terhadap pertumbuhan konsumsi , dan ini tidak menyalahi model , karena hasil

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

Di tengah fenomena umum maraknya tradisi penafsiran Al-Quran yang terjadi di kalangan Muhammadiyah, metodologi tafsir ternyata masih menjadi hal langka kaitannya dengan kajian

Hakikatnya putusan Mahkamah Konstitusi terhadap peninjauan kembali lebih dari satu kali adalah putusan yang berasaskan pada keadilan, kepastian dan kemanfaatan.. Kata Kunci :