1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era milenial ini tatangan sebgai guru semakin berbelit-belit dan secara bersamaan harus dicarikan solusinya oleh pihak terkait terutama oleh birokasi maupun organisasi kependidikan seperti Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) terkait dengan cara pembelajaran yang tentunya sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh guru zaman dahulu dengan guru zaman sekarang. Guru pada zaman dahulu tidak dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi guru zaman sekarang penguasaan teknologi informasi merupakan sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dapat dikatakan professional apabila ia memiliki sejumlah kompetensi atau dengan kata lain memiliki sejumlah karakteristik profesionalisme. Guru profesioonal adalah guru yang memiliki sejumlah keahlian, diantaranya adalah kompetensi intelektual, sosial, spiritual, kepribadian dan moral.1
Bila di masa lalu guru menjadi sumber utama untuk menjawab ketidaktahuan siswa, sekarang bukan lagi. Di rumah tersedia radio,
1 Wasehudin, “Perspektif Al-Qur’an Dan Undang-Undang Tentang Guru Profesional”, Tarbawy: Indonesia Journal of Islamic Education, Vol. 5, No. 1. (2018), 112- 113.
televisi, surat kabar, bahkan komputer dan internet. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa -dengan pengecualian di pedesaan-guru bukan lagi agen perubahan dalam masyarakat yang berdiri di barisan depan dalam perubahan masyarakat sebagaimana dipercayai di masa lalu, melainkan pengikut perubahan masyarakat yang bergerak jauh di depan mereka.
Dalam situasi demikian, tidak mudah menegakkan profesi keguruan.
Jadi, betapa pelikanya problematik dan betapa beratnya tantangan yang dihadapi profesi keguruan.2
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 BAB XI Ayat 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) diartikan sebagai upaya untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kecerdasan, akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, serta berguna bagi bangsa dan negara.3 Dengan adanya pendidikan, maka akan timbul dalam diri seseorang untuk berlomba- lomba dan memotivasi diri seseorang untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan bangsa ini, maka usahakan pendidikan mulai dari tingkat SD/MI sampai pendidikan di tingkat Universitas.
2 Dedi Supriadi, Mengangkat Citra dan Martabat Guru, (Bandung: Adicita Karya Nusa, 1999), 104-106.
3 Abdul Gani Jamora, Pendidikan Islam dalam Catatan Sejarah, (Yogyakarta : Magnum Pustaka Utama, 2017), 156.
Sebagai tenaga professional, hakikatnya guru Pendidikan Agama Islam mestinya menyadari bahwa esensi pokok suatu profesi atau jabatan adalah kemampuan teknis professional yang diperoleh melalui Pendidikan dan Latihan dalam jangka waktu yang lama. Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya guru Pendidikan agama Islam sangat memerlukan aneka ragam pengetahuan serta keterampilan keguruan yang memadai dalam arti sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan sains serta teknologi.4 HAR Tilar mengungkapkan bahwa seorang guru yang professional harus memiliki empat kirteria yaitu: kepribadian yang matang dan berkembang, penguasaan imu pengetahuan dan teknologi, keterampilan membangkitkan semangat anak didik, serta pengembangan profesi yang berkesinambungan.5
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 1 Tentang guru dan dosen disebutkan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mengajar, mendidik, mengarahkan, membimbing, melatih, menilai, serta mengevaluasi pada pendidikan dasar dan menengah.6 Selain itu terdapat
4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Cet. IX;
Bandung: Remaja Rosda Karya Offset, 2004), 1.
5 HAR Tilar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional Dalam Perspektif Abad 21 (Cet. III: Magelang: Indonesia Tera, 1999), 295-298.
6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Cet IV; Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 3.
di Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang bertujuan untuk memberikan kepastian hukum bagi peserta didik, orang tua dan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang profesional memenuhi kualifikasi dan kompetensi.7 Untuk mewujudkan hal tersebut, sangatlah penting untuk memiliki tenaga pendidik yang cakap dan terlatih yang mampu melahirkan SDM yang mau dan siap secara konsisten meningkatkan kualitasnya. Ini penting karena dunia pendidikan saat ini telah maju dengan cepat sesuai dengan perkembangan zaman di seluruh dunia. Dengan cara ini, untuk meningkatkan profesionalisme guru dituntut memiliki pemahaman yang luas di bidangnya agar memiliki opsi guna meningkatkan pembelajaran.
Dengan demikian seorang guru yang professional harus mampu mengembangkan peserta didiknya agar mengalami perubahan baik dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Agar hal tersebut dapat terwujud maka dalam hal proses mengajar guru dituntut mampu membuat perencanaan, pengorganisasian, evaluasi, pengarahan atau kepemipinan.8
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan seorang pendidik profesional merupakan kebutuhan bagi siswa, seiring dengan maraknya
7 Asrorun Ni’am Shaleh, Membangun Profesionalitas Guru, (Cet I; Jakarta: Elses, 2006), 12.
8 M Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan (Cet. XII; Bandung:
Remaja Rosda Karya Offset, 2003), 5.
persaingan yang semakin padat di era globalisasi sekarang ini.
Dibutuhkan seorang guru yang benar benar ahli di bidangnya, contohnya yang ditunjukkan oleh kemampuannya sehingga setiap orang dapat mengambil bagian yang paling penting. Selanjutnya, salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran adalah perlu ditunjukkan kepada guru yang memiliki kapabilitas yang ahli dibidangnya. Hal ini dikarenakan kemampuan pendidik secara langsung mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan demikian, guru yang memiliki kemampuan yang hebat akan mempengaruhi pemahaman pembelajaran siswa.
Permasalahan pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini adalah masih rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang pendidikan. Rendahnya mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah proses pembelajaran yang belum dapat menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Dalam proses belajar mengajar, seorang guru memiliki fungsi sangat strategis dalam pembentukan karakter dan kepribadian siswa. Proses belajar mengajar yang diharapkan seorang guru adalah adanya perubahan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, sehingga profesi ini tidak dapat dilakukan selain seorang guru yang memenuhi standar profesioanal, hal tersebut bertujuan agar proses dan hasil belajar mengajar terlaksana secara optimal.
Kewajiban dan tugas pendidik sebagai guru dalam membantu dan mengajar siswa untuk sampai pada perkembangan semua melalui ranah mental. Untuk menyelesaikan kewajiban dan tugasnya, mengingat bahwa pendidik berkewajiban untuk memahami segala upaya dan daya yang tertuju pada pemahaman dalam membantu dan mengelola siswa dalam mempersiapkan perubahan yang positif di seluruh ranah mentalnya. Dalam situasi ini, hal utama dalam memberikan bantuan dan pengarahan adalah menunjukkan peran pengajar, yang dituntut memiliki pilihan untuk menjadikan sekolah yang membebaskan warga negara dari jeratan kebutuhan dan berbagai permasalahan yang melanda seluruh komponen negeri ini.9
Guru profesioanal itu bukan berarti urusan pemerintah saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab guru, karena jabatan atau profesi guru memang membutuhkan kesadaran dan pengorbanan guru, terutama meluangkan waktunya setiap saat mempersiapkan diri dengan ilmu-ilmu baru melalui berbagai aktivitas profesional. Oemar Hamalik mengutarakan, “Pengajar yang memiliki skill akan lebih siap untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggembirakan,
9 Mulyasa E., Curikulum Yang Disempurnakan ( Bandung: Rosdakarya: 2006). 37.
dan lebih siap menghadapi kelas, sehingga pembelajaran siswa menjadi ideal.”10
Guru Agama mengambil bagian penting dalam pencapaian pembelajaran di sekolah. Fungsi dari guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar dan pendidik untuk membangkitkan motivasi dengan tujuan agar siswa dapat rajin belajar. Dalam pembelajaran, setiap siswa memiliki tingkat motivasi yang berbeda-beda. Tanggung jawab pendidik adalah membangkitkan motivasi siswa dengan tujuan yang dia butuhkan untuk belajar.
Motivasi yang kuat pada orang akan membimbing mereka untuk secara konsisten berusaha mencapai tujuan mereka. Terlebih lagi, motivasi ini akan mendorong pelaksanaan pembelajaran seseorang secara tepat dan dapat diterima. Tanpa motivasi yang kuat, belajar seseorang akan melemah. Guru yang profesional harus memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan. Banyak terjadi ketika proses belajar mengajar, sering ada siswa di kelas yang bersemngat dan ada juga yang lesu atau malas untuk memulai pelajaran, dan ada siswa yang suka menghindari mapel tertentu di kelas dan tidak serius saat mengikuti pembelajaran yang diterapkan
10 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 36.
oleh guru. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal; Pertama, guru yang tidak memotivasi atau memacu anak-anak untuk belajar Kedua, siswa yang kurang paham dan kurang mengerti dengan apa yang dijelaskan oleh guru. Ketiga, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru atau siswa yang tidak puas dengan cara mengajar guru sehingga siswa tidak bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Keempat, karena siswa tidak tahu apa-apa tentang manfaat dari pembelajaran yang diperkenalkan oleh guru.11
Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang berkaitan dengan beratnya tantangan yang dihadapi profesi keguruan dalam usaha meningkatkan kualitas guru. Pertama, penambahan jumlah guru secara besar-besaran membuat sulitnya standar mutu guru dikendalikan dan dijaga. Permasalahan ini terjadi pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Akibatnya, ada anggapan seakan-akan tidak ada relevansinya untuk berbicara tentang profesionalisme guru di tengah mendesaknya kebutuhan akan guru dalam jumlah besar. Kedua, tuntutan dan harapan masyarakat yang terus meningkat dan berubah membuat guru makin ditantang. Perubahan yang tejadi dalam masyarakat melahirkan tuntutan-tuntutan baru terhadap peran yang seharusnya dimainkan oleh guru. Akibatnya setiap penambahan kemampuan guru
11 Nashar,.Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam.Kegiatan Pembelajaran (Jakarta: Delia Perss, 2004). 18.
selalu berpacu dengan meningkatnya kemampuan dan harapan masyarakat tersebut kadang-kadang lebih cepat dari kemampuan guru untuk memnuhinya. Masalah terjadi apabila harapan atas peran guru memenuhinya terbatas.
Tantangan pendidikan yang kita hadapi semua ini tidak akan dapat diatasi apabila kita tidak mampu mengubah visi dan misi pendidikan kita, serta tidak memiliki lembaga pendidikan guru yang memiliki daya tahan hidup dan yang mampu menyiapkan guru yang benar-benar memiliki kompetensi dan profesi serta terlatih atau trampil melaksanakan tugasnya. Meskipun kebanyakan dari kita sependapat bahwa kualitas guru tidak terjadi dengan spontan, melainkan melalui proses pengalaman12
Seharusnya guru mampu menyedot perhatian siswa, shingga ia menjadi pusat perhatian siswa, mampu menghipnotis sehingga siswa merasa enjoy dalam setiap mengikuti pembelajarannya. Untuk mengubah situasi yang membosankan, syarat utama yang dibutuhkan adalah perubahan paradigma itu tidak semerta merta bisaterjadi begitu saja. Ia menuntut hadirnya seorang guru mempunyai kemampuan baik dalam maupun luar pembelajaran. Guru yang mempunyai kemampuan seperti ini dianggap sebagai guru yang profesional.
12 Nurfuadi, Profesionalisme Guru (Purwokerto: STAIN Press, 2012), 163.
Di tangan guru profesional inilah pendidikan akan melahirkan manusia yang berkualitas, berakhlak mulia, kompetitif, cerdas, dan berguna bagi bangsa serta negara sebagaimana diamanatkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut untuk mengambil judul skripsi tentang: "Profesionalisme.Guru PAI.Hubungannya Dengan Motivasi.Pembelajaran Siswa Di SMA Negeri 11 Kabupaten Tangerang”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan lantar masalah di atas, persoalan yang diidentifikasikan dengan Profesionalisme.Guru PAI.Relevansinnya Dengan Motivasi Belajar Siswa dalam penelitian ialah:
1. Tantangan guru di era milenial dituntut memiliki pemahaman yang luas di bidangnya agar memiliki opsi guna meningkatkan Pembelajaran Agama Islam (PAI) di SMAN 11 Kabupaten Tangerang agar hasil belajar mengajar terlaksana secara optimal, untuk membentuk perubahan baik dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan
2. Adanya relevansi profesionalisme guru Pembelajaran Agama Islam (PAI) dengan motivasi belajar siswa yang akan mendorong
pelaksanaan pembelajaran seseorang secara cepat, rajin dan giat untuk belajar.
C. Fokus Masalah
Dengan fokus masalah ini sehingga permaslahan akan jadi lebih jelas yang sedang diteliti dimana subyeknya terletak pada guru dan siswa, yang meliputi:
a. Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, serta profesionalisme yang diartikan merupakan kemampuan guru pelajaran PAI ketika mengajar bidang mata pelajarannya yang meliputi pengetahuan, kemampuan bahan pengajaran, evaluasi hasil serta proses belajar yang telah dilaksanakan.
b. Guru profesional dituntut mampu mengembangkan, menetapkan dan menggunakan semua metode mengajar secara efektif dan efisien. Selain itu untuk membentuk kepribadian yang bersifat optimis yang sesuai dengan ajaran agama Islam guna melahirkan sdm yang unggul dan berkualitas.
D. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Bagaimana profesionalisme guru PAI di SMAN 11 Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan motivasi belajar siswa di SMAN 11 Kabupaten Tangerang?
E. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan memahami:
1. Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 11 Kabupaten Tangerang.
2. Hubungan.profesionalisme guru Pendidikan.Agama Islam dengan motivasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Siswa, diharapkan dapat berkontribusi memberikan sejumlah manfaat.
1. Secara teoritis
Diharapkan kepada pendidik dapat menjadi tolak ukur dalam meningkatakan keterampilan guru pendidikan agama Islam dan dapat memotivasi siswa belajar di SMAN 11 Kab. Tangerang.
Sehingga dapat menciptakan kualitas unggul peserta didik.
2. Secara praktis
Menambah masukan bagi jurusan pendidikan agama Islam dalam mempersiapkan generasi-generasi pendidik yang profesional, berdedikasi dan mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap pengabdian dalam pendidikan agama islam. Serta dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengurus SMAN 11 Kabupaten Tangerang dalam menentukan langkah-langkah untuk memotivasi siswa belajar pada mata pelajaran pai.