• Tidak ada hasil yang ditemukan

Iklim organisasi dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai organisasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Iklim organisasi dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai organisasi"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH IKLIM ORGANISASI DAN STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

LATAR BELAKANG

Iklim organisasi merupakan konsep penting dalam memahami sikap dan perilaku manusia dan dampaknya pada kinerja karyawan. Robbins dan Timothy (2008) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suasana yang dirasakan oleh anggota organisasi dalam bekerja. Iklim organisasi dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai organisasi. Jika iklim organisasi yang tercipta kondusif, maka akan terjalin perilaku kerja saling menghormati dan menghargai antara seluruh anggota organisasi. Iklim organisasi yang baik dapat memberikan pengaruh terhadap kerja sama antara karyawan untuk mencapai tujuan dalam pekerjaan dan organisasi. Karena itu menurut Taguiri dan Litwin (dalam Soetopo 2010), iklim organisasi yang dialami anggota, mempengaruhi perilakunya, Tidaklah mudah bagi perusahaan untuk menciptakan iklim organisasi yang baik.

Sebaliknya sikap dan perilaku karyawan secara kolektif membentuk suasana atau iklim organisasi. Jika perilaku-perilaku dalam organisasi baik, maka dapat terbentuk iklim organisasi yang sehat yang baik dapat menyebabkan suasana iklim organisasi yang sehat, yang diantaranya dapat menyebabkan stres kerja yang rendah dan kinerja karyawan yang meningkat. Perilaku dan suasana kerja yang penuh stres misalnya di bayangkan akan membentuk iklim kerja yang tidak sehat, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kinerja.

Telah ada banyak penelitian yang mencoba membuktikan secara empiris relasi-relasi antara variabel di atas, yakni iklim kerja, stres kerja, dan kinerja. Dalam hal relasi iklim organisasi dan kinerja, Pasaribu (2014) menjelaskan iklim organisasi sangat mempengaruhi kinerja karyawan. Itu sejalan dengan penelitian Cahaya (2014) menyatakan bahwa iklim organisasi sangat berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan. Christine (2017) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara iklim organisasi dengan kinerja karyawan.

Dalam hal relasi stres dan kinerja, Massie (2018) menyatakan stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini menjelaskan bahwa jika stres kerja meningkat maka akan mengurangi potensi kinerja karyawan dan jika sebaliknya stres kerja menurun maka akan meningkatkan potensi kinerja karyawan. Penelitian Nugroho dkk (2017) juga menyatakan stres kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Riset AA Waruwu (2018) jugs menyatakan bahwa stres kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai.

Beberapa riset juga telah menguji relasi di antara ketiga variabel tersebut. Riset Rasyid (2016) secara lebih komprehensif menguji dampak iklim organisasi terhadap stres kerja dan kinerja karyawan.

Penelitian ini menyatakan bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap stres kerja dan kinerja karyawan, hasil riset itu juga menunjukkan bahwa iklim organisasi berpengaruh tidak langsung

(2)

2

terhadap kinerja karyawan melalui stres kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan Ameilya (2018) menguji pengaruh iklim organisasi dan stres kerja terhadap kinerja karyawan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat kemungkinan pengaruh yang lebih kompleks antara variabel-variabel stres kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan secara lebih komplet. Penelitian ini ingin menguji secara simultan pengaruh stres kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan. Penelitian terdahulu yang dilakukan hasilnya tidaklah konsinten sehingga perlu dilakukan penelitan kembali.

Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan persoalan penelitian sebagai berikut: (1) Apakah stres kerja berpengaruh secara langsung terhadap kinerja karyawan? (2) Apakah iklim organisasi berpengaruh secara langsung terhadap kinerja karyawan? (3) Apakah stres kerja dan iklim organisasi bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan?

Manfaat teoritis: untuk memberikan referensi terhadap kajian variabel Iklim Organisasi, Stres Kerja dan kinerja karyawan. Manfaat praktis: Penjelasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pengelolah organisasi dan juga untuk memberikan saran/ rekomendasi dalam upaya peningkatan kinerja karyawan di universitas kristen satya wacana.

LANDASAN TEORI Stres Kerja

Stres merupakan suatu perasaan negatif yang dialami seseorang dalam menyikapi suatu peristiwa yang dirasakan telah melebihi sumber daya seseorang atau kemampuan untuk mengatasinya (Hockenbury, 2010). Gibson (2012) lebih lanjut menegaskan stres merupakan respon penyesuaian diri yang dimediasi oleh disimilaritas personal dan mekanisme psikologis akibat dari setiap aktifitas, iklim, atau perihal yang membebankan terhadap paksaan psikologis atau persoalan fisik berlebihan pada seseorang.

Stres telah menjadi ancaman bagi organisasi di masa modern. Stres juga menimbulkan persoalan dan tantangan bagi kesehatan dan juga tingkat kesejahteraan seseorang. Dalam situasi seperti ini semakin tidak pasti untuk mengatasi tekanan, frustasi, tuntutan dan kegagalan yang dirasakan secara terus menerus di tempat kerja sehingga membuat stres kerja yang diakibatkan oleh anggota organisasi tidak bisa dihindari (Esterella, 2014). Stres kerja merupakan perspektif perbandingan dari paksaan lingkungan (stressor) dan kemampuan sesorang untuk mengisi tuntutan tersebut. Hubungan antara anggota organisasi dan lingkungan dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologi dan fisik seseorang.

Dapat dikatakan bahwa berkurangnya fisik dan psikologi dari anggota organisasi disebabkan oleh bahaya yang dirasakannya (Goswami, 2015).

Sobirin (2012) mengatakan jika tidak ada perbedaan utama dari definisi stres secara umum ataupun yang berhubungan dengan suatu organisasi maupun dunia kerja. Maka dari itu, agar dapat

(3)

3

mengetahui stres kerja perlu memahami beberapa hal. Pertama, stres berawal karena adanya tuntutan lingkungan eksternal yang terlalu berlebihan terhadap psikologi dan fisik dari diri seseorang. Kedua, walaupun secara normatif stresor merupakan penyebab stres, tidak dapat dikatakan seseorang akan mengalami stres bila berada dalam tekanan lingkungan yang sama. Ketiga, yaitu perbedaan respon yang di akibatkan latar belakang masing-masing anggota seseorang. Dan terakhir merupakan indikasi jika stresor mengakibatkan individu mengalami stres, bisa dilihat dari depresi dan ketidakseimbangan psikologis, fisiologis dan atau perilaku seseorang.

Menurut Robbins (2006) stres kerja karyawan adalah kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan serta dikarakteristikkan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Indikator Stres Kerja Menurut Robbins (2006) yaitu (1) Tuntutan tugas; (2) Tuntutan peran; (3) Tuntutan antar pribadi; (4) Struktur organisasi; (5) Kepemimpinan organisasi. Karyawan yang menderita stres akibat pekerjaan dapat diperhatikan dari gejala-gejala seperti (Robbins, 2007): karyawan mengalami ganguan pencernaan akibat tekanan dari pekerjaan, beban pekerjaan dapat menyebabkan karyawan selalu merasakan sakit kepala (gejala fisiologis); rasa putus asa yang selalu dirasaakan , mudah tersinggung, merasakan kegelisahan ketika bekerja (gejala psikologis) sering terlambat masuk kerja ataupun tidak masuk kerja, menjadi sulit untuk tidur akibat memikirkan pekerjaan yang harus di selesaikan, berkurangnya nafsu makan akibat stres yang berlebihan ataupun nafsu makan meningkat secara secara tidak wajar (gejala perilaku).

Rivai (2009) mendefinikan adanya lima unsur yang menyebabkan stres kerja yaitu (a) unsur- unsur yang terkandung di dalam pekerjaan seperti pakasaan fisik dan paksaan tugas; (b) kedudukan seseorang di organisasi; (c) peningkatan jenjang karir; (d) interaksi seseorang terhadap pekerjaan di dalam organisasi; (e) metode dan lingkungan organisasi. Luthans (2011) mengatakan bila awal mula atau faktor stres dapat di perhatikan dari empat point utama yaitu (a) extra organizational stressor yakni stres kerja yang di sebabkan oleh pengaruh dari eksternal organisasi; (b) organizational stressor adalah organisasi sendiri sebagai penyebab terjadinya stres; (c) group stressor yakni kelompok menjadi faktor yang mengakibatkan stres; (d) individual stressor yakni stres berasal dari iindividu tersebut.

Iklim Organisasi

Terminologi iklim organisasi (organizational climate) awalnya diperkenalkan oleh Lewin (1939) menggunakan terminologi iklim sosial (sosial climate). Iklim adalah suatu keadaan yang memiliki hubungan dengan pikiran, perasaan, dan perilaku dari karyawan organisasi. Iklim merupakan suatu penilaian subjektif dan terikat oleh manipulasi penuh dari pemegang kekuasaan dan memiliki pengaruh dalam organisasi (Denison, 1996). Schanke (1983) mendefinisikan bahwa iklim organisasi merupakan karateristik organisasi yang tercermin dalam deksripsi karyawan tentang kebijakan, praktik dan kondisi yang ada di lingkungan kerja. Secara lebih luas iklim organisasi didefinisikan oleh Wirawan (2008) sebagai pengertian bahwa anggota organisasi (secara kelompok dan individual) secara tetap

(4)

4

berhubungan dengan organisasi (misalnya, sebagai pemasok, pelaku konsumen, konsultan dan kontraktor) melalui rutinitas yang terjadi di lingkungan internal organisasi, yang mempengaruhi sikap serta perilaku dan kemudian menentukan kinerja organisasi. Iklim organisasi yakni suatu lingkungan atau psikologi yang dipandang mampu mempengaruhi perilaku setiap anggota di dalamnya dan iklim organisasi tersebut dibentuk oleh adanya kegiatan-kegiatan di dalam organisasi (Luthans dalam Simamora (2011).

Tagiurin dan Litwin (1968) melihat iklim organisasi sebagai seperangkat ‘variabel persepsi’

yang muncul sebagai dampak utama dari organisasi. Dalam definisi tersebut di atas bahwa ‘kualitas lingkungan internal organisasi’ tersebut dialami oleh para anggota. Jadi kualitas yang dimaksud bukan kondisi obyektif yang sama bagi semua karyawan, melainkan kondisi yang sudah diproses melalui persepsi sepanjang pengalaman subyektif. Selanjutnya pengalaman subyektif karyawan tersebut mempunyai pengaruh pada perilaku. Perilaku karyawan di sini adalah bagaimana ia bekerja dan bertindak di dalam organisasi. Definisi Taguirin menonjolkan persepsi subyektif karyawan tentang dimensi-dimensi dari pola perlakuan organisasi terhadap karyawan.

Konsep Tagiurin tentang iklim organisasi kemudian dijabarkan secara operasional oleh Litwin dan Stringer (1968). Dalam rumusannya tentang iklim organisasi Litwin dan Stringer (1968) mengemukanan ada 6 (enam) dimensi iklim organisasi: 1) struktur: merefleksikan perasaan karyawan diorganisasi dengan baik mengenai definisi yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab mereka; 2) standar: mengukur perasaan tekanan untuk memperbaiki kinerja dan derajat kebanggaan yang dimiliki karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan baik; 3) tanggung Jawab: merefleksikan perasaan karyawan bahwa mereka menjadi “pimpinan diri sendiri” dan tidak pernah meminta pendapat mengenai keputusannya dari orang lain; 4) pengakuan: perasaan karyawan apabila diberi imbalan yang layak setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik; 5) dukungan: merefleksikan perasaan karyawan mengenai kepercayaan dan saling mendukung yang berlaku di kelompok kerja. dan 6) komitmen:

merefleksikan perasaan kebanggaan dan komitmen sebagai anggota organisasi. Dalam pandangan Litwin dan Stringer (1968) kesemua dimensi iklim organisasi di atas bekerja dalam interaksi tidak secara terpisah-pisah. Secara keseluruhan saling keterkaitan faktor faktor iklim organisasi terkait dengan motivasi yang berkembang dalam organisasi, khususnya motivasi untuk membangun afiliasi kelompok, mencapai prestasi, dan menjalankan kekuasaan dan kewewenangan.

Kinerja Karyawan

Kinerja adalah pencapaian dalam melaksanakan sesuatu yang berdampak bagi keberhasilan organisasi dari tujuan-tujuan yang telah di tetapkan (Suandi, 2014). Lebih lanjut, Mangkunegara (2010) menjelaskan dalam menjalankan tugasnya secara baik yang di berikan perusahaan, dapat dinilai dari hasil kinerja karyawan secara kualitas dan kuantitas yang di capai

(5)

5

Untuk mencapai tujuan organisasi yang telah di tetapkan, sangat dibutuhkan yaitu pengeloaan terhadap kinerja karyawan. Keahlian dari karyawan sangat penting untuk menilai dan mengukur produktivitasnya dalam mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan (Shanzad, 2011). Management by objective, evaluasi dari supervisor menjadi cara yang baik bagi perusahaan untuk mengelolah dan mengawasi kinerja karyawan, evaluasi 360-derajat, dan evaluasi dari sesama anggota karyawan maupun tim kerja, dan lain sebagainya (Mondy, 2008) perusahaan harus mengetahui secara pasti bahwa karyawan telah memberikan reward bagi pengembagan diri mereka dan perusahaan (Shanzad, 2011).

Kinerja Karyawan Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan Mangkunegara (2014). Pengukuran variable kinerja karyawan diukurdengan indikator yang dijelaskan oleh Mondy, Noe, Premeaux dalam buku Priansa (2014) yaitu: a. Kuantitas Pekerjaan b.

Kualitas Pekerjaan c. Kemandirian d. Inisiatif e. Adaptabilitas f. Kerjasama.

Menurut Robbins (2006) kinerja merupakan pengukuran terhadap hasil kerja yang diharapkan berupa sesuatu yang optimal.. Kinerja karyawan adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan (Rivai, 2005). Menurut Hariandja (2002), kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan perannya dalam organisasi. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil yang dicapai oleh seseorang (karyawan) di dalam melakukan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan standar yang ditentukan oleh masing-masing perusahaan atau organisasi.

Menurut Robbins (2006) indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu terdapat lima indikator, yaitu: 1. Kualitas Pengukuran kualitas kinerja dilihat dari presepsi karyawan terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan karyawan. 2. Kuantitas Kuantitas yang dimaksud merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah seperti jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan. 3. Ketepatan waktu Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas yang diselesaikan pada awal waktu yang dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain. 4.

Efektifitas Efektivitas merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang, teknologi, dan bahan baku) yang dimaksimalkan dengan maksud menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya. 5. Kemandirian Kemandirian merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat menjalankan fungsi kerjanya sesuai komitmen kerja. Kemandirian juga merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap kantor.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

(6)

6

Riset yang dilakukan Massie (2018) menyatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan efek negatif stres kerja terhadap kinerja karyawan berarti jika stres kerja semakin berkurang dapat mempengaruhi peningkatan kerja para karyawan. Senada dangan riset Wartono (2017) Berdasarkan hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan yang sangat kuat atau positif antara stres kerja terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Handayani (2021) menyatakan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan. Dan juga Riset AA Waruwu (2018) menyatakan bahwa stres tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas maka penulis merumuskan Hipotesis sebagai berikut: H1: Stres kerja berpengaruh langsung secara negatif terhadap Kinerja karyawan di Universitas Kristen Satya Wacana.

Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan

Abdillah (2017) meneliti dampak iklim organisasi terhadap stres kerja dan kinerja karyawan.

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap stres kerja dan kinerja karyawan. Selain itu, hasil ini juga menunjukan bahwa pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja karyawan adalah pengaruh tidak langsung melalui stres kerja. Senada dengan penelitian yang di lakukan oleh Pasaribu (2014) menyatakan bahwa hasil penelitiannya memperlihatkan terdapat pengaruh yang sangat signifikan dari iklim organisasi terhadap kinerja karyawan. Selain itu riset lain dilakukan oleh Setiawan (2015) berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukan “terdapat pengaruh yang singnifakan antara iklim organisasi dengan kinerja karyawan. Dan juga riset yang sama dilakukan oleh Karundeng (2013) hasil penelitian tersebut mendapati hubungan pengaruh yang signifikan, antara iklim organisasi terhadap kinerja karyawan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu di atas maka penulis merumuskan Hipotesis sebagai berikut: H2: Iklim Organisasi berpengaruh langsung secara positif terhadap Kinerja karyawan di Universitas Kristen Satya Wacana.

Pengaruh Stres Kerja dan Iklim Organisasi bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Penelitian Sutarya (2018) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa Iklim Organsisi dan stres berpengaruh kurang baik terhadap kinerja karyawan. Berbeda dengan riset yang di lakukan oleh Nugroho (2017) menyatakan bahwa hasil penelitiannya berpengaruh secara signifikan. Iklim organisasi dan stres kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Riset Hariyanto (2019) senada dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh secara simultas terhadap kinerja karyawan. Riset dari Nafisa (2020) menyatakan hasil yang sama stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan.

(7)

7

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu makan penulis merumuskan Hipotesis sebagai berikut H3: Stres Kerja dan Iklim Organisasi berpengaruh secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja karyawan di Universitas Kristen Satya Wacana.

Model Konseptual Riset:

Berdasarkan hasil-hasil riset yang ada, penulis mengemban potensi hubungan antara variabel iklim organisasi, stres kerja, dan kinerja karyawan ke dalam model sebagai berikut:

H1

H3

H2

Gambar 1. Model Penelitian METODE PENELITIAN:

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada pengukuran dan pengujian hubungan variabel-variabel penelitian dengan angka dan memerlukan analisis data dengan prosedur statistik. Sifat penelitian ini adalah expalanatory. Menurut Sani &

Mashuri (2013) explanatory research adalah untuk menguji antar variabel yang di hipotesiskan. Varibel penelitian terdiri dari tiga variabel. Variabel pertama adalah variabel bebas yaitu stres kerja, variabel kedua adalah variabel bebas yaitu iklim organisasi. Variabel ketiga variabel terikat yaitu kinerja karyawan. Lokasi penelitian di laksanakan di Universitas Kristen Satya Wacana..

Populasi dan Sampel

Populasi Menurut Silaen (2018) populasi merupakan keseluruhan dari individu ataupun objek yang memiliki sifat – sifat ataupun karakteristik tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah staff atau karyawan di Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

Sampel Menurut Silaen (2018). Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diambil dengan cara tertentu untuk diamati maupun diukur karakteristiknya, kemudian diambil kesimpulan dari karakteristik tersebut yang dianggap mewakili populasi. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah. Teknik Sampling Insidental (Reliance Available Sampling) Teknik sampling ini mengandalkan pada keberadaan subjek untuk dijadikan sampel yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dipandang cocok sebagai sumber data maka subjek tersebut

Kinerja Karyawan (Y) Stres Kerja (X2)

Iklim Organisasi (X1)

(8)

8

dijadikakan sampel. suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh stres kerja dan iklim organisasi terhadap kinerja karyawan di Universitas Kristen Satya Wacana. Sampel yang akan diambil yaitu pegawai yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan dianggap cocok oleh peneliti untuk dijadikan sumber data. Pengambilan sampling semacam ini tidak dapat digunakan untuk membuat generalisasi sifat sampel menjadi sifat populasi (Retnawati, 2017).

Tabel 1. Pengukuran variabel operasional

Variabel Dimensi Indikator

Sres Kerja:

Menurut Robbins (2006) stres kerja karyawan adalah kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan serta dikarakteristikkan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk

menyimpang dari fungsi normal mereka.

Ada 5 dimensi Stres Kerja Menurut Robbins (2006) yaitu;

1)Tuntutan tugas 2) Tuntutan peran;

3) Tuntutan antar pribadi.

4)Struktur organisasi;

5)Kepemimpinan organisasi.

1) tekanan tugas. 2) di kejar waktu 3) teguran pimpinan.

4)pekerjaan tidak sesuai

keterampilan. 5)

peran yang

bertentangan di organisasi. 6) hasil tidak sebanding dengan kerja keras. 7) target di organisasi

membahayakan kesehatan. 8) organisasi

memiliki target tinggi sehingga terasa berat bagi

pegawai 9)

tuntutan pekerjaan menyebabkan rasa frustasi. 10) beratnya tanggung

jawab. 11)

Tanggung jawab dari organisasi sangat berat. 12) harapan

(9)

9

perusahaan kurang

jelas bagi

karyawan. 13) gaji tidak sesuai. 14) Target kerja organisasi tidak sesuai harapan.

Iklim Organisasi:

Litwin dan Stringer (1968)

mengemukanan ada 6 (enam) dimensi iklim organisasi: Dalam pandangan Litwin dan Stringer (1968) kesemua dimensi iklim organisasi bekerja dalam interaksi tidak secara terpisah-pisah.

Secara

keseluruhan saling keterkaitan faktor faktor iklim organisasi terkait dengan motivasi yang berkembang dalam organisasi, khususnya

motivasi untuk membangun afiliasi kelompok, mencapai prestasi, dan menjalankan

Ada 6 dimensi iklim organisasi menurut Stringer (1968) 1) Struktur:

2) Standar:

3)Tanggung Jawab:;

4) Pengakuan:

5) Dukungan:

6) Komitmen

1) uraian tugas jelas dan terstruktur. 2) proses

pengambilan sifatnya

demokratis. 3) tidak jelas kewenangan formal dalam pengambilan keputusan. 4) atasan dalam suatu proyek tidak di ketahui. 5) produktivitas kerja menurun akibat tidak terorganisasi.

6) Standar kerja organisasi tinggi.

7) rasa bangga dalam

menyelesaikan tugas. 8) Tugas diselesaikan dengan tuntas. 9) kepercayaan atasan terhadap kemampuan dalam menyelesaikan

(10)

10 kekuasaan dan

kewewenangan.

tugas.10) memiliki rasa tanggung jawab yang besar.

11) filosofi organisasi

menekankan pegawai menyelesaikan sendiri

masalahnya. 12) agar maju dan berkembang harus menyelesaikan tugas secara individu. 13) ancaman dan resiko melebihi gaji yang di terima.

14) sistem promosi membantu untuk memperoleh jabatan. 15) gaji tidak mencukupi dari pekerjaan yang harus di selesaikan. 16) penghargaan di terima sesuai kinerja.17) dalam unit kerja, rekan saling mendukung.

18) pemimpin dan rekan memberikan bantuan dalam menyelesaikan tugas yang sulit.

(11)

11

19) kurangnya rasa kepercayaan dari pegawai dalam organisasi.

Kepercayaan diri sebagai anggota yang baik. 20) merasa bangga menjadi anggota organisasi. 21) merasa bangga menjadi anggota organisasi. 22) tugas yang di kerjakan sangat

jelas dan

terstruktur. 23) pengambilan keputusan bersifat demokratis. 24) kewenangan

formal di

organisasi dalam membuat

keputusan tidak jelas. 25) tidak mengetahui pemimpin dalam suatu proyek Kinerja Karyawan:

Menurut Robbins (2006), kinerja merupakan pencapaian yang optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki

Menurut Robbins (2006) indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu terdapat lima indikator, yaitu:

1) tingkat pencapaian volume hasil kerja sesuai dengan harapan

organisasi.

2) Kuantitas kerja di berikan sesuai

(12)

12 seorang karyawan

merupakan hal yang selalu menjadi perhatian para pemimpin organisasi. Kinerja ini

menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam

melaksanakan tugas dan berusaha dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.

1) Kualitas 2) Kuantitas 3)Ketepatan Waktu 4) Efektifitas 5) Kemandirian.

kemampuan. 3) hasil pekerjaan lebih baik dari masa lalu. 4) mampu

menyelesaikan tugas yang di tetapkan. 5) target

dan tugas

organisasi dapat di

penuhi. 6)

memahami tugas dari organisasi. 7) memaksimalkan pencapaian target dari organisasi. 8) meminta arahan untuk

penyelesaian tugas. 9) tetap fokus selesai tugas walaupun

pimpinan tidak

berada di

organisasi. 10) berinisiatif

menyelesaikan pekerjaan tanpa adanya perintah.

11) cermat dan teliti dalam selesaikan

pekerjaan. 12) kemampuan sesuai dengan pekerjaan di organisasi. 13)

(13)

13

di tempatkan di bidang yang sesuai dengan

pengetahuan pegawai. 14) standar kualitas organisasi dapat di

capai. 15)

menghasilkan kualitas pekerjaan dari rekan kerja

lain. 16)

minimalisir kesalahan kerja.17) menguasai

komputer. 18) kualitas pekerjaan di selesaikan sesuai perintah atasan. 19) terbuka dalam menerima kritik dan saran. 20) hasil kerja sesuai dengan kualitas yang di tetapkan.

21) taat terhadap prosedur dan aturan organisasi.

22) tidak menunda pekerjaan. 23) pekerjaan dapat di selesaikan sesuai dengan waktu yang di tetapkan.

(14)

14

24) menyelesaikan pekerjaan tepat waktu agar tidak menjadi beban

kerja. 25)

membuat target waktu dalam penyelesaian pekerjaan. 26) data absen sesuai dengan kinerja.

27) bekerja sesuai prosedur dan jadwal. 28) efisiensi waktu dalam

penyelesaiaan pekerjaan. 29) mengatur prioritas pekerjaan. 30) banyaknya hasil kerja dilihat dari waktu kerja

Tekhnik Pengukuran Data

Dalam penelitian ini untuk mempermudah peneliti melakukan pengolahan data dan pengukuran data, jawaban dari para responden akan diberikan skor dan nilai. Dalam penelitian ini skala likert digunakan oleh peneliti untuk melakukan pengukuran skor. Menurut Sugiyono (2015: 165) skala likert digunakan untuk mengukur pendapat, sikap maupun persepsi seseorang ataupun sekelompok orang terhadap potensi dan permasalahan dari suatu objek. Skala menjabarkan variabel yang akan diukur menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item instrumen yang dapat berupa pertanyaan maupun pernyataan. Pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner memiliki 5 alternatif jawaban, sehingga responden hanya memilih dari alternatif tersebut.

Lima alternatif dari jawaban tersebut adalah sebagai berikut

Tabel 2. Klasifikasi Variabel Stres Kerja, Iklim Organisasi dan Kinerja Karyawan

(15)

15 Analisis Regresi Linear Berganda

Menurut Sugiyono (2017) analisis regresi linier berganda digunakan oleh peneliti, apabila peneliti meramalkan bagaimana naik turunnya keadaan variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor predictor dinaik turunkan nilainya (dimanipulasi). Analisis regresi berganda akan dilakukan apabila jumlah dari variabel independennya minimal 2.

a) Pengaruh Stres Kerja dan Iklim Organisasi terhadap Kinerja Karyawan

Penulis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda dikarenakan terdapat variabel bebas dalam penelitian yang jumlahnya lebih dari satu. Menurut Sugiyono (2017) persamaan regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: 𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + ε

Keterangan :

Y = Variabel Kinerja Karyawan 𝑎 = Konstanta

𝑏1, 𝑏2 , = Koefisien regresi variabel independen 𝑋1 = Variabel Kemampuan Kerja

𝑋2 = Variabel Keterlibatan Kerja 𝜀 = standar error

Adapun uji yang dilakukan berupa:

1. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kusioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kusioner yang akan diukur oleh kusioner tersebut. Untuk mengukur validitas dapat dilakukan dengan menggunakan Pearson Correlation antar skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel, tiap pertanyaan/pernyataan lebih besar atau t hitung

> r table barulah dikatakan valid.

2. Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang mempunyai indikator dari variabel atau konstruk. Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,63.

Skor Variabel

1-1.80 Sangat Rendah

1.81-2.60 Rendah

2.61-3.40 Sedang

3.40-4.20 Tinggi

4.21-5.00 Sangat Tinggi

(16)

16

3. Uji T (T-test). Ghozali (2016) Uji statistik ini digunakan untuk membuktikan signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan 5% dalam hal ini kriterianya yaitu apabila t hitung > t tabel maka ada pengaruh antara variabel independent dan dependent dan demikian sebaliknya. Analisis Regresi Linier Sederhana: analisis regresi linier sederhana adalah analisis yang hanya berkaitan dengan dua variabel saja, satu disebut variabel independent atau variabel bebas biasanya di beri notasi X, sedangkan variabel satunya disebut sebagai variabel dependent atau variabel terikat yang bisa diberi notasi Y. regresi linier sederhana mengikuti persamaan dibawah ini. Dimana: Y = merupakan variabel terikat (kinerja pegawai) X = sebagai variabel bebas (stres kerja) dan (iklim organisasi) α = konstanta b = koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan.

4. Uji F bertujuan untuk mencari apakah variabel independen secara bersama-sama (stimultan) mempengaruhi variabel dependen. Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Tingkatan yan di gunakan adalah sebesar 0.5 atau 5%, jika nilai signifikan F < 0.05 maka dapat di artikan variabel independen secara simultan mempengaruhi variabel dependen atau sebaliknya (Ghozali, 2016). Uji Simultan F (Uji Simultan) digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh secara bersama-sama atau simultan antara variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian statistik anova merupakan bentuk pengujian hipotesis dimana dapat menarik kesimpulan berdasarkan data atau kelompok statistik yang disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada Bagian ini, peneliti menunjukkan hasil dan pembahasan dari olah data yang telah dilakukan. Peneliti melakukan pengujian instrumen penelitian, uji validitas, uji reliabilitas, statistik deskriptif, Regresi Linier Berganda, Uji T (Test) serta Uji F. Data dalam bab ini diperoleh dengan membagikan kuesioner kepada 70 karyawan di Universitas Kristen Satya Wacana.

Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validasi item, yaitu menguji validasi terhadap kualitas soal-soal pada kusioner menggunakan program statistik SPSS dimana hasil output yang dihasilkan merupakan nilai koefisien korelasi. Nilai tersebut merupakan pengukuran yang menentukan valid atau tidaknya item soal dalam kusioner penelitian.

Setelah diperoleh harga koefisien korelasi product moment dari hasil perhitungan, kemudian harga hitung tersebut dibandingkan dengan harga r tabel produk moment, dimana jika harga r hitung >

r tabel, maka dapat dikatakan valid. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Uji Validitas pada Instrumen Penelitan

(17)

17 Variabel No Butir

Istru men

Pears o n Corel

a t i o n R Hitun

g

R t a b e l

Nilai Signi fikan si

Ketera n g a n

IKLIM ORGA NISAS I

1 0,462 1.9954

7

0,000 Valid

2 0,371 1.9954

7

0,002 Valid

3 0,494 1.9954

7

0,000 Valid

4 0,352 1.9954

7

0,003 Valid

5 0,419 1.9954

7

0,000 Valid

6 0,513 1.9954

7

0,000 Valid

7 0,572 1.9954

7

0,000 Valid

8 0,429 1.9954

7

0,000 Valid

9 0,326 1.9954

7

0,006 Valid

1 0

0,466 1.9954

7

0,000 Valid

1 1

0,354 1.9954

7

0,003 Valid

1 2

0,399 1.9954

7

0,001 Valid

1 3

0,442 1.9954

7

0,000 Valid

1 4

0,391 1.9954

7

0,015 Valid

1 5

0,396 1.9954

7

0,001 Valid

1 6

0,354 1.9954

7

0,003 Valid

1 7

0,390 1.9954

7

0,015 Valid

1 8

0,344 1.9954

7

0,042 Valid

1 9

0,571 1.9954

7

0,000 Valid

2 0

0,551 1.9954

7

0,000 Valid

2 1

0,472 1.9954

7

0,000 Valid

(18)

18 2

2

0,574 1.9954

7

0,000 Valid

2 3

0,347 1.9954

7

0,003 Valid

2 4

0,397 1.9954

7

0,001 Valid

2 5

0,323 1.9954

7

0,053 Valid

STRES KERJA

1 .583 1.9954

7

0.000 Valid

2 .315 1.9954

7

0.008 Valid

3 .506 1.9954

7

0.000 Valid

4 .378 1.9954

7

0.001 Valid

5 .584 1.9954

7

0.000 Valid

6 .589 1.9954

7

0.000 Valid

7 .566 1.9954

7

0.000 Valid

8 .740 1.9954

7

0.000 Valid

9 .703 1.9954

7

0.000 Valid

1 0

.800 1.9954

7

0.000 Valid

1 1

.641 1.9954

7

0.000 Valid

1 2

.673 1.9954

7

0.000 Valid

1 3

.491 1.9954

7

0.000 Valid

1 4

.717 1.9954

7

0.000 Valid

KINERJA KARY AWAN

1 0.510 1.9954

7

0.000 Valid

2 0.324 1.9954

7

0.006 Valid

3 0.368 1.9954

7

0.002 Valid

4 0.738 1.9954

7

0.000 Valid

5 0.685 1.9954

7

0.000 Valid

6 0.698 1.9954

7

0.000 Valid

7 0.681 1.9954

7

0.000 Valid

8 0.335 1.9954

7

0.005 Valid

9 0.396 1.9954 0.013 Valid

(19)

19

7 1

0

0.661 1.9954

7

0.000 Valid

1 1

0.675 1.9954

7

0.000 Valid

1 2

0.448 1.9954

7

0.000 Valid

1 3

0.540 1.9954

7

0.000 Valid

1 4

0.675 1.9954

7

0.000 Valid

1 5

0.622 1.9954

7

0.000 Valid

1 6

0.775 1.9954

7

0.000 Valid

1 7

0.439 1.9954

7

0.000 Valid

1 8

0.665 1.9954

7

0.000 Valid

1 9

0.502 1.9954

7

0.000 Valid

2 0

0.498 1.9954

7

0.000 Valid

2 1

0.653 1.9954

7

0.000 Valid

2 2

0.665 1.9954

7

0.000 Valid

2 3

0.747 1.9954

7

0.000 Valid

2 4

0.752 1.9954

7

0.000 Valid

2 5

0.576 1.9954

7

0.000 Valid

2 6

0.362 1.9954

7

0.002 Valid

2 7

0.615 1.9954

7

0.000 Valid

2 8

0.733 1.9954

7

0.000 Valid

2 9

0.582 1.9954

7

0.000 Valid

3 0

0.451 1.9954

7

0.000 Valid

Berdasarkan pengolahan menunjukan bahwa setiap indikator telah memenuhi syarat validitas, karena semua indikator berada di atas 0,30.

Uji Reliabilitas

Pengukuran terhadap reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha (α). Dimana biasanya reliabilitas suatu instrumen dapat diterima jika memiliki Cronbach Alpha miniman 0,60. Untuk lebih jelasnya mengenai Cronbach Alpha dapat dilihat pada tabel berikut:

(20)

20

Tabel 4. Hasil uji Reliabilitas

Variabel rxy R tabel keterangan

Iklim Organisasi 0,2369 0,704 Reliabel

Stres Kerja 0,2369 0,850 Reliabel

Kinerja

Karyawan

0,2369 0,922 Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terhadap kusioner yang disebarkan, diperoleh hasil bahwa seluruh faktor reliabel karena memiliki Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60

Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif variabel dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang akan dianalisis.

Analisis deskriptif ini memberikan gambaran mengenai suatu data yang dapat dilihat dari mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Berikut adalah hasil uji statistik deskriptif variabel:

a) Stres Kerja

Berikut adalah deskripsi jawaban responden mengenai stres kerja

Tabel 5. Deskripsi Jawaban Mengenai Stres Kerja

No Indikator Mean Kategori

1 Dalam menjalankan pekerjaan, karyawan ditekan dengan banyak peraturan

2.31 Rendah

2 Dalam bekerja, karyawan selalu dikejar waktu untuk untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik.

3.19 Sedang

3 Pimpinan selalu memberikan teguran yang keras pada karyawan yang melakukan kesalahan dalam bekerja kerja.

2.67 Rendah

4 Pekerjaan yang karyawan lakukan di

organisasi ini tidak sesuai dengan keterampilan saya.

2.23 Rendah

5 Peran yang karyawan terima di organisasi ini sering bertentangan satu sama lain sehingga membingungkan.

2.33 Rendah

6 Kerja keras karyawan tidak sebanding dengan hasil yang karyawan terima.

2.41 Rendah

7 Pekerjaan di organisasi ini membahayakan kesehatan karyawan.

1.91 Rendah

8 Target yang ditetapkan Organisasi

membahayakan kesehatan mental karyawan

1.90 Rendah

9 Organisasi menetapkan target terlalu tinggi sehingga memberatkan karyawan

1.99 Rendah

10 Tuntutan pekerjaan yang memberatkan sering membuat karyawan frustasi

1.91 Rendah

11 Tanggung jawab yang diberikan organisasi kepada karyawan sangat memberatkan.

2.00 Rendah

(21)

21 12 karyawan merasa kurang jelas tentang harapan

perusahaan terhadap karyawan

2.26 Rendah

13 Gaji yang karyawan terima tidak sesuai dengan harapan.

2.54 Rendah

14 Target kerja organisasi tidak sesuai dengan harapan karyawan.

2.30 Rendah

Total 3.1957 Sedang

Dari tabel deskriptif stres kerja dapat dilihat bawah rata-rata hitung nilai variabel stres kerja adalah 3,1957. Hal ini menunjuk kan bahwa karyawan/staff di Biro Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat stres yang rendah. Penilaian responden pada variabel stres kerja yang tinggi adalah pada item 2, “Dalam bekerja, karyawan selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik” dengan nilai mean sebesar 3,19. Sedangkan penilaian responden pada variabel stres kerja yang rendah adalah pada item 8, “Target yang ditetapkan Organisasi membahayakan kesehatan mental karyawan” dengan nilai mean sebesar 1,90.

Berdasarkan hasil penjabaran tersebut, mengindikasikan bahwa karyawan/staff di Universitas Kristen Satya Wacana yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat stres kerja yang rendah.

b) Iklim Organisasi

Berikut adalah jawaban responden mengenai Iklim Organisasi

Tabel 6. Deskripsi Mengenai Iklim Organisasi

No Indikator Mean Kategori

1 Uraian tugas saya di organisasi didefinisikan secara jelas dan atau terstruktur dengan baik.

4.26 Sangat tinggi 2 Proses pengambilan keputusan di unit kerja bersifat

demokratis.

4.07 Tinggi

3 Dalam organisasi ini kadang-kadang tidak jelas siapa yang mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan.

2.73 Sangat Tinggi

4 Dalam beberapa proyek yang dikerjakan karyawan tidak mengetahui siapa atasannya.

2.07 Rendah

5 Produktivitas kerja kadang-kadang menurun oleh karena kurang terorganisasi dan terencana.

2.63 Sedang

6 Di organisasi ini, kami menentukan standar kerja yang tinggi.

3.84 Tinggi

7 Dalam organisasi ini karyawan merasa bangga dengan pekerjaannya.

4.16 Tinggi

8 Karyawan melaksanakan tugas dengan tuntas. 4.44 Sangat Tinggi 9 Atasan kami percaya bahwa pekerjaan kami dikerjakan

dengan sangat baik.

4.29 Sangat Tinggi 10 Karyawan merasa memiliki tanggung jawab besar

terhadap apa yang dikerjakan.

4.43 Sangat Tinggi 11 Filosofi di organisasi ini menekankan bahwa para

karyawan harus menyelesaikan masalahnya sendiri.

2.91 Sedang

(22)

22

12 Di organisasi ini, karyawan harus mengerjakan segala sesuatu sendiri supaya bisa maju atau berkembang.

2.84 Sedang

13 Di organisasi ini, gaji yang karyawan peroleh biasanya melebihi ancaman atau resiko kerja.

2.74 Sedang

14 Di organisasi ini, sistem promosi membantu karyawan untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi.

2.99 Sedang

15 Di organisasi ini, gaji yang karyawan terima tidak mencukupi untuk penyelesaian pekerjaan dengan baik.

2.67 Sedang

16 Di organisasi ini pegawai diberikan penghargaan yang sesuai dengan kinerja mereka.

3.44 Tinggi

17 Dalam unit kerja saya, rekan kerja sangat mendukung tugas-tugas saya.

4.33 Sangat Tinggi 18 Bila karyawan mengalami kesulitan dalam

melaksanakan tugas, saya mendapat bantuan dari atasan dan atau rekan kerja

4.31 Sangat Tinggi

19 Didalam organisasi ini, diantara para karyawan i tidak menunjuk kan saling percaya satu dengan yang lain.

2.37 Rendah

20 karyawan merasa bahwa karyawan adalah anggota dalam unit kerja yanng berfungsi dengan baik.

4.24 Sangat Tinggi 21 Pegawai merasa bangga menjadi anggota dalam

organisasi ini.

4.24 Sangat Tinggi 22 Uraian tugas karyawan di organisasi didefinisikan

secara jelas dan atau terstruktur dengan baik.

4.04 Tinggi

23 Proses pengambilan keputusan di unit kerja karyawan bersifat demokratis.

4.44 Sangat Tinggi 24 Dalam organisasi ini kadang-kadang tidak jelas siapa

yang mempunyai kewenangan formal untuk mengambil keputusan.

2.30 Rendah

25 Dalam beberapa proyek yang dikerjakan karyawan tidak mengetahui siapa atasannya.

2.27 Rendah

Total 6.8900 Sangat Tinggi

Dari tabel deskriptif iklim organisasi dapat dilihat bawah rata-rata hitung nilai variabel iklim organisasi adalah 6,8900 Hal ini menunjukan bahwa karyawan/staff di Universitas Kristen Satya Wacana yang menjadi responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa iklim organisasi tercipta dengan sangat baik. Penilaian responden pada variabel iklim organisasi yang tinggi adalah pada item 8,

“karyawan melaksanakan tugas dengan tuntas.” dengan nilai mean sebesar 4.44 dan item 23 “Proses pengambilan keputusan di unit kerja karyawan bersifat demokratis” dengan nilai mean sebesar 4.44.

Sedangkan penilaian responden pada variabel Iklim organisasi yang rendah adalah pada item 4, “Dalam beberapa proyek yang dikerjakan karyawan tidak mengetahui siapa atasannya.” dengan nilai mean sebesar 2.07.

Berdasarkan hasil penjabaran tersebut, mengindikasikan bahwa karyawan/staff di Universitas Kristen Satya Wacana yang menjadi responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa iklim organisasi tercipta dengan sangat baik.

c) Kinerja Karyawan

(23)

23

Berikut adalah jawaban responden mengenai Kinerja Karyawan Tabel 7. Deskripsi Mengenai Kinerja Karyawan

No Item Pertanyaan Mean Keterangan

1 Tingkat pencapaian volume kerja yang karyawan hasilkan telah sesuai dengan harapan organisasi

3.91 Tinggi

2 Kuantitas kerja yang diberikan sudah sesuai dengan kemampuan karyawan

3.96 Tinggi

3 Selama bekerja, hasil pekerjaan karyawan lebih baik bila dibandingkan dengan waktu yang lalu

3.94 Tinggi

4 karyawan mampu menyelesaikan jumlah pekerjaan yang ditetapkan oleh organisasi

4.10 Tinggi

5 Target pekerjaan dan tugas dari organisasi dapat karyawan penuhi dengan baik dan cermat

4.06 Tinggi

6 karyawan mampu memahami tugas rutin yang dikerjakan di organisasi setiap harinya

4.21 Sangat Tinggi 7 karyawan memaksimalkan pencapaian target

yang ditargetkan oleh organisasi

4.11 Tinggi

8 karyawan meminta petunjuk dalam penyelesaian pekerjaan

3.90 Tinggi

9 Karyawan selalu fokus menyelesaikan pekerjaan walaupun atasan sedang tidak ada di organisasi

3.93 Tinggi

10 Dalam menyelesaikan pekerjaan karyawan selalu berinisiatif tanpa menunggu perintah dari atasan

3.96 Tinggi

11 karyawan mengerjakan suatu pekerjaan dengan penuh perhitungan, cermat dan teliti

4.11 Tinggi

12 Skill yang saya miliki sesuai dengan pekerjaan dan tugas yang karyawan kerjakan saat ini

4.01 Tinggi

13 Dengan pengetahuan yang dimiliki, karyawan dapat menguasai bidang yang dikerjakan dengan hasil yang baik

4.10 Tinggi

14 Standar kualitas kerja yang telah ditetapkan organisasi dapat karyawan capai dengan baik dan optimal

4.06 Tinggi

15 Karyawan selalu berusaha menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik dibandingkan dengan rekan kerja yang lain

4.00 Tinggi

16 Karyawan selalu meminimalisir tingkat kesalahan dalam bekerja

4.13 Tinggi

17 Dalam bekerja karyawan mengusai penggunaan komputer

4.14 Tinggi

18 karyawan menyelesaikan kualitas pekerjaan dengan baik sesuai perintah atasan

4.11 Tinggi

(24)

24

19 karyawan selalu terbuka untuk menerima kritik atau saran atas hasil kerja yang diperoleh

4.30 Tinggi

20 Hasil kerja karyawan sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan organisasi

4.00 Tinggi

21 karyawan taat terhadap semua aturan dan prosedur kerja yang ditetapkan dalam penyelesaian pekerjaan

4.19 Tinggi

22 karyawan mengerjakan suatu pekerjaan dengan cekatan dan tidak menunda- nunda

4.06 Tinggi

23 Seluruh pekerjaan selama ini dapat karyawan kerjakan dan hasilnya sesuai dengan waktu yang telah direncanakan

4.04 Tinggi

24 karyawan selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu untuk menghindari tertumpuknya pekerjaan yang akan menjadi beban pekerjaan

4.13 Tinggi

25 karyawan membuat target waktu untuk penyelesaian pekerjaan dan kegiatan

4.07 Tinggi

26 Berdasarkan data absen, karyawan datang dan pulang kantor tepat waktu

3.80 Tinggi

27 karyawan bekerja sesuai prosedur dan jadwal 4.06 Tinggi 28 mampu menggunakan waktu dengan efisien

dalam melaksanakan tugas pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan

4.03 Tinggi

29 karyawan mampu menentukan dan mengatur prioritas kerja secara efektif

4.07 Tinggi

30 Banyaknya hasil kerja yang karyawan selesaikan dapat dilihat dari waktu kerja

3.96 Tinggi

Total 12.1457 Sangat Tinggi

Dari tabel deskriptif kinerja karyawan dapat dilihat bawah rata-rata hitung nilai variabel iklim organisasi adalah 12,1457. Hal ini menunjuk kan bahwa karyawan/staff di Universitas Kristen Satya Wacana yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki kinerja yang tinggi. Penilaian responden pada variabel Kinerja karyawan yang tinggi adalah pada item 6, “karyawan mampu memahami tugas rutin yang saya kerjakan di organisasi setiap harinya” dengan nilai mean sebesar 4.21 Sedangkan penilaian responden pada variabel Iklim organisasi yang rendah adalah pada item 26, “Berdasarkan data absen, karyawan datang dan pulang kantor tepat waktu” dengan nilai mean sebesar 3,80.

Berdasarkan hasil penjabaran tersebut, mengindikasikan bahwa karyawan/staff di Universitas Kristen Satya Wacana yang menjadi responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa tingkat kinerja yang dihasikan sangat tinggi.

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

(25)

25

Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis regresi linier berganda pada table Hasil Uji Regresi Berganda, maka dapat di simpulkan tentang persamaan regresinya yaitu:

Tabel 8. Hasil Uji Regresi Berganda Model Unstandardized Coeficient Standart

Coeficient

B Std Eror

1 (Costant) 87.100 8.885

Stres Kerja (X1) -.246 .124 -.210 Iklim

Organisasi (X2)

.613 .125 .518

Y= 87.100 + -0,246X1 + 0.613

dari persamaan regresi linier berganda tersebut dapat diketahui bahwa:

a) Konstanta sebesar 87,100 menunjuk kan bahwa variabel stres kerja di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) dan iklim organisasi (X2) diasumsikan 0, maka besarnya variabel kinerja karyawan (Y) adalah 87.100.

b). Koefisien regresi variabel stres kerja di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) sebesar -.246 menunjukan apabila terjadi peningkatan stres kerja (X1) maka akan mengakibatkan menurunnya variabel kinerja karyawan (Y) sebesar -0.246 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tidak berubah. Hal ini mengindikasikan stres kerja berpengaruh negatif terhadap kinerja karyawan. Hal ini berarti semakin tinggi stres kerja yang dimiliki karyawan maka cenderung menurunkan kinerja karyawan.

c). Koefisien regresi variabel iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana(X2) sebesar 0.613 menunjuk kan apabila terjadi peningkatan iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana (X2) maka akan mengakibatkan peningkatan variabel kinerja karyawan (Y) sebesar 0.613 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan atau tidak berubah. Hal ini berarti semakin tinggi iklim organisasi yang dimiliki karyawan maka cenderung dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Pengujian Hipotesis

Tabel 9. Hasil Uji T

Model Unstandardized

Coeficient

Standart Coeficient

T Sig

(26)

26 a. Dependent variabel: Kinerja Karyawan Sumber: Hasil pengujian SPSS, 2020

a) Hasil uji t variabel stres kerja (X2), terhadap variabel kinerja karyawan (Y) menghasilkan nilai t hitung sebesar -1,992 sedangkan (α= 0,05; db residual = 68) sebesar 1,996 dengan probabilitas sebesar 0,050. Hasil pengujian tersebut menunjuk kan bahwa probabilitas >

alpha (5%) dan t hitung < t tabel maka pengaruh variabel stres kerja (X2) terhadap variabel kinerja karyawan (Y) adalah tidak signifikan. Hal ini berarti H0 di terima Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya stres kerja maka kinerja karyawan akan mengalami penurunan. Sedangkan untuk mengetahui besar pengaruh stres kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) dapat dilihat dari nilai koefiensi B = -0,246 (- 24,6%).

b) Hasil uji t variabel iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) terhadap variabel karyawan (Y) menghasilkan nilai thitung sebesar 4,910 sedangkan t tabel sebesar (α=0,05; db residual = 68) sebesar 1,996 dengan probabilitas sebesar 0,000 hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa probabilitas < alpha (5%) dan t hitung > t tabel maka pengaruh variabel iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) terhadap variabel kinerja karyawan (Y) adalah signifikan. hal ini berarti H0 ditolak Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatkan iklim organisasi maka kinerja karyawan akan mengalami peningkatan. Sedangkan unutk mengetahui besar pengaruh iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) terhadap kinerja Karyawan (Y) dapat dilihat dari nilai koefisiensi B = 0,613 (61,3%)

B Std

Eror

1 (Costant)

Stres Kerja (X1)

87.100

-.246

8.885

.124 -.210

9.803

-1.992

.000

.050

Iklim

Organisasi .613

.

125 .518 4.910

.000 (X2

(27)

27 Uji F

Berdasarkan tabel nilai F hitung sebesar 12.772 sedangkan F tabel (α = 0,05 ; df1 (regresi) = 2

; df2 (residual) = 67) adalah sebesar 3.132. Fhitung > Ftabel yaitu 12,772 > 3.132 dan nilai sig F < α yaitu 0,000 < 0,05 Hal ini berarti H0 di tolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan stres kerja di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) dan stres kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan.

Tabel 10. Hasil Uji F

Model Sum of

Squares

Mean Square F Sig

1 Regression 1133.171 566.685 12.772 .000b

Residual 2972.201 44.361 Total 4105.371

a. Dependent Variabel: Kinerja Karyawan

b. Predictors: (Constan), Iklim Organisasi X2, Stres Kerja X1 R Square (R2) = 0.276

Berdasarkan tabel Uji F menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0.276.

Koefisien determinasi (R2 ) bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas yaitu Stres Kerja di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) dan variabel Iklim Organisasi (X2) terhadap variabel terikat kinerja karyawan (Y) Dari tabel diatas dapat terlihat nilai R square 0.276 atau 27.6%. Angka tersebut menunjukan besar pengaruh Stres Kerja (X1) dan Iklim Organisasi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) secara gabungan sedangkan sisanya 72.4% dipengaruhi oleh faktor lain atau nilai eror yang tidak termasuk dalam penelitian ini

H1: Stres Kerja Berpengaruh Secara Langsung Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan uji T variabel stres kerja (X1) terhadap variabel kinerja karyawan (Y), dapat di lihat hasil dari nilai T hitung sebesar -1,992 sedangkan (α= 0,05; db residual = 67) sebesar 1,996 dengan probabilitas sebesar 0,050. dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa probabilitas > alpha (5%) dan T hitung < T tabel sehingga pengaruh variabel stres kerja (X1) terhadap variabel kinerja karyawan (Y) tidak signifikan. Dapat dikatakan H0 di terima dan Ha ditolak. Oleh sebab itu dapat disimpulkan

(28)

28

bila stres kerja meningkat maka kinerja karyawan akan menurun. Untuk melihat hasil pengaruh stres kerja (X2) terhadap kinerja karyawan (Y) dapat di perhatikan dari nilai koefiensi B = -0,246 (-24,6%).

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya Riset Massie (2018) penelitian tersebut menunjukkan efek negatif stres kerja terhadap kinerja karyawan bersifat negatif, karena tanda koefisien regresi negatif. Riset Wartono (2017) Berdasarkan hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan yang sangat kuat atau positif antara stres kerja terhadap kinerja karyawan dipengaruhi oleh fakto-faktor lainnya yang tidak diteliti. Handayani (2021) menguji hipotesis penelitian dan determinasi.

Hasil pengujian membuktikan bahwa stres kerja berpengaruh negative terhadap kinerja karyawan.

Sedangkan Riset Wartono (2017) memiliki perbedaan, berdasarkan hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh signifikan yang sangat kuat atau positif antara stres kerja terhadap kinerja karyawan Karyawan yang menderita stres tinggi akan mencoba untuk menarik dirinya agar bisa keluar dari penyebab stres (stressor). Selain ingin meninggalkan organisasi, karyawan yang menderita stres cenderung menciptakan masalah bagi organisasi seperti ketidakefisienan dalam kinerja, pemborosan sumber daya operasional, menjadi penyebab kendala kerja bagi karyawan lainnya dan lain sebagainya (Goswani, 2015). Hal ini cukup beralasan karena karyawan yang menderita stres yang tinggi sulit untuk berkonsentraasi, kurang semangat dalam bekerja (Robbins, 2007) sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan (Wu, 2011).

H2: Iklim Organisasi Berpengaruh Secara Langsung Terhadap Kinerja Karyawan

Berdasarkan hasil uji T dari variabel iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana (X2) terhadap variabel karyawan (Y) dapat di lihat nilai Thitung sebesar 4,910 sedangkan T tabel sebesar (α=0,05; db residual = 67) sebesar 1,996 dengan probabilitas sebesar 0,000 berdasarkan hasil dari pengujian tersebut menunjukan bahwa probabilitas < alpha (5%) dan T hitung > T tabel dapat di simpulkan bahwa pengaruh variabel iklim organisasi Biro Universitas Kristen Satya Wacana (X2) terhadap variabel kinerja karyawan (Y) signifikan. Hal ini menyatakan H0 ditolak Ha diterima oleh sebab itu dengan meningkatkan iklim organisasi maka kinerja karyawan akan mengalami peningkatan.

bagaimana mengetahui besar pengaruh iklim organisasi di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) terhadap kinerja Karyawan (Y) dapat dilihat dari nilai koefisiensi B = 0,613 (61,3%) Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menujukan bahwa iklim organisasi pada di Universitas Kristen Satya Wacana berpengaruh secara signifikan

Iklim organisasi memainkan peran langsung dalam meningkatkan perilaku dan kinerja individu (He et al., 2015) iklim organisasi yang kondusif (sehat) mampu menjaga dan melestarikan motivasi karyawan dan kinerja tinggi (Miller, 2002). Hal ini cukup beralasan karena iklim organisasi yang sehat dan cenderung diterima oleh karyawan merupakan salah satu faktor paling penting yang mempengaruhi dan berdampak pada kontribusi dan keterlibatan karyawan karyawan di tempat kerja (Shadur et al., 1999). Organisasi yang mampu mengembangkan iklim organisasi yang positif dan konstruktif (sehat)

(29)

29

dapat mendorong dan mendukung motivasi karyawan dan sebagai hasilnya meningkatkan kinerja (Suliman dan Harethi, 2013). Pasaribu (2014) menyatakan hasil penelitian memperlihatkan bahwa iklim organisasi sangat mempengaruhi kinerja. Selain itu Riset Setiawan (2015) berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukan “terdapat pengaruh yang singnifakan antara iklim organisasi dengan kinerja karyawan. Dan juga Riset Karundeng (2013). Penelitian tersebut mendapati hubungan pengaruh yang signifikan, antara iklim organisasi terhadap kinerja karyawan

H3: Stres Kerja dan Iklim Organisasi Berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan

Berdasarkan tabel Uji F menunjukkan bahwa koefisien determinasi (R2 ) sebesar 0.276.

Koefisien determinasi (R2 ) bertujuan untuk mengetahui besar kontribusi variabel bebas yaitu Stres Kerja di Universitas Kristen Satya Wacana (X1) dan variabel Iklim Organisasi (X2) terhadap variabel terikat kinerja karyawan (Y) Dari tabel diatas dapat terlihat nilai R square 0.276 atau 27.6%. Angka tersebut menunjukan besar pengaruh Stres Kerja (X1) dan Iklim Organisasi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) secara gabungan sedangkan sisanya 72.4% dipengaruhi oleh faktor lain atau nilai eror yang tidak termasuk dalam penelitian ini.

Mangkunegara (2015) menyatakan Kinerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya tidak terlepas dari faktor pribadi dan faktor lingkungan organisasi. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri karyawan itu sendiri seperti stres kerja. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan organisasi seperti iklim organisasi.

Pembeda dari pendukung penelitian ini adalah hasil yang tidak konsisten dari penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan untuk menguji iklim organisasi dan stres kerja di Biro Universitas Kristen Satya Wacana secara bersama-sama (Simultan) berpengaruh terhadap kinerja karyawan penlitian ini sejalan dengan riset yang dilakukan oleh Nugroho (2017) menunjukan hasil bahwa iklim organisasi dan stres kerja bekerja secara bersama-sama (simultan) terhadap kinerja karyawan. Riset Hariyanto (2019) senada dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh secara simultas terhadap kinerja karyawan. Riset serupa dari Nafisa (2020) menyatakan hasil yang sama stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan. Sedangkan hasil riset yang di lakukan oleh oleh Sutarya (2018) yang menyatakan bahwa Iklim Organisasi, Stres Kerja Dan Kinerja Karyawan Kurang baik.

KESIMPULAN

1) Stres Kerja berpengaruh langsung secara negatif terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian in memberikan bukti empiris yang menjelaskan bahwa semakin tinggi stres kerja karyawan semakin rendah kinerja karyawan. Sebaliknya jika stres kerja rendah maka kinerja karyawan akan meningkat.

(30)

30

2) Iklim Organisasi berpengaruh langsung secara positif terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris yang menjelaskan bahwa iklim organisasi yang sehat akan menigkat kan kinerja karyawan. Sebaliknya jika iklim organisasi tidak sehat maka kinerja karyawan pun akan menurun.

3) Stres Kerja dan Iklim Organisasi bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Stres Kerja dan Kinerja Karyawan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan. Semakin rendah tingkat stres maka kinerja akan meningkat, sebaliknya jika iklim organisasi sehat maka kinerja pun akan meningkat.

Implikasi Teori

Penelitian ini mendukung beberapa penelitian sebelumnya.

Stres Kerja: Riset yang dilakukan Massie (2018) menyatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan efek negatif stres kerja terhadap kinerja karyawan berarti jika stres kerja semakin berkurang dapat mempengaruhi peningkatan kerja para karyawan. Senada dangan riset Wartono (2017) Berdasarkan hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan yang sangat kuat atau positif antara stres kerja terhadap kinerja karyawan. Sedangkan Handayani (2021) menyatakan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan. Dan juga Riset AA Waruwu (2018) menyatakan bahwa stres tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Iklim Organisasi: Abdillah (2017) meneliti dampak iklim organisasi terhadap stres kerja dan kinerja karyawan. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap stres kerja dan kinerja karyawan. Selain itu, hasil ini juga menunjukan bahwa pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja karyawan adalah pengaruh tidak langsung melalui stres kerja. Senada dengan penelitian yang di lakukan oleh Pasaribu (2014) menyatakan bahwa hasil penelitiannya memperlihatkan terdapat pengaruh yang sangat signifikan dari iklim organisasi terhadap kinerja karyawan. Selain itu riset lain dilakukan oleh Setiawan (2015) berdasarkan hasil uji hipotesis yang menunjukan “terdapat pengaruh yang singnifakan antara iklim organisasi dengan kinerja karyawan. Dan juga riset yang sama dilakukan oleh Karundeng (2013) hasil penelitian tersebut mendapati hubungan pengaruh yang signifikan, antara iklim organisasi terhadap kinerja karyawan.

Kinerja Karyawan: Penelitian Sutarya (2018) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa Iklim Organsisi dan stres berpengaruh kurang baik terhadap kinerja karyawan. Berbeda dengan riset yang di lakukan oleh Nugroho (2017) menyatakan bahwa hasil penelitiannya berpengaruh secara signifikan. Iklim organisasi dan stres kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Riset Hariyanto (2019) senada dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh secara simultas terhadap kinerja karyawan. Riset dari Nafisa (2020)

(31)

31

menyatakan hasil yang sama stres kerja dan iklim organisasi berpengaruh secara simultan terhadap kinerja karyawan.

Dari hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa semakin tinggi stres kerja karyawan maka semakin rendah kinerja karyawan. Sebaliknya jika stres kerja rendah maka kinerja karyawan akan meningkat. Hasil ini juga senada dengan penelitian sebelumnya mengenai iklim organisasi yang menyatakan jika iklim organisasi sehat akan menigkatkan kinerja karyawan. Sebaliknya jika iklim organisasi tidak sehat maka kinerja karyawan pun akan menurun.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitan sebelumnya yang menyatakan bahwa stres kerja dan kinerja karyawan memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan. semakin rendah tingkat stres maka kinerja akan meningkat, sebaliknya jika iklim organisasi sehat maka kinerja pun akan meningkat.

Implikasi Terapan:

Stres Kerja: dari hasil penelitian menyatakan bahwa adanya pengaruh stres kerja terhadap kinerja maka untuk menigkatkan kinerja perlu memperhatikan stres. Karena hubungan stres dan kinerja adalah negatif maka perlu menurunkan tingkat stres. untuk menurunkan tingkat stres karyawan Universitas Kristen Satya Wacana perlu memperhatikan variabel deskripsi indikator stres kerja yang paling tinggi “Dalam bekerja, karyawan selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan baik”. Perlu adanya manajemen waktu yang lebih baik karena hasil deksripsi menyatakan inidkator tersebut membuat tingkat stres paling tinggi.

Iklim Organisasi: dari hasil penelitian menyatakan bahwa adanya pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja karyawan maka untuk meningkatkan kinerja perlu memperhatikan iklim organisasi.

Karena hubungan iklim organisasi dan kinerja adalah positif maka perlu meningkatkan iklim organisasi.

Untuk meningkatkan iklim organisasi Universitas Kristen Satya Wacana perlu memperhatikan variabel deskripsi indikator iklim organisasi yang rendah “Dalam beberapa proyek yang dikerjakan karyawan tidak mengetahui siapa atasannya.”. perlu lebih membangun hubungan yang positif antara pemimpin dan karyawan dalam melaksanakan pekerjaan karena hasil deskripsi menyatakan indikator tersebut membuat tingkat iklim organisasi sangat rendah.

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang bermakna antara asupan energi home food dengan kejadian gizi lebih (p=0,002), artinya asupan energi home food juga

Majelis hakim menimbang bahwa alasan yang dinyatakan oleh ayah pemohon tidak berdasarkan pada alasan syar’i oleh karena itu wali nikah pemohon harus dinyatakan

Harapannya modul yang dibuat berdasarkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada matakuliah ekologi dan masalah lingkungan, dengan judul Fitoremediasi

Dari pemaparan diatas, menurut hemat penulis dalam pespektif maqa&lt;sid al-shari&lt;’ah, adanya nikah siri setelah peminangan di Bani Yasin Kelurahan Bangkalan merupakan

Pengukuran menggunakan model nilai wajar akan menjadi sulit dan kemungkinan akan memerlukan biaya yang lebih mahal dari pada manfaatnya untuk aset biologis yang belum menghasilkan.

Mereka percaya bahwa Alkitab mengenai kesederajatan atau kesejajaran antara wanita dan laki-laki, sehingga baik laki-laki maupun wanita sama-sama melakukan peran yang

Sehingga perusahaan dituntut untuk dapat merebut pasar dalam persaingan yang ketat dengan perusahaan lain, maka setiap perusahaan harus mampu menyusun

Dari beberapa buku puisi Arab yang ada, makna kiasan yang digunakan oleh penyair Arab dalam menulis puisi lebih banyak mengandung simile dan metafora, tetapi