• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM PENCERNAAN DAN KESADARAN SISWA MEMILIH MAKANAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM PENCERNAAN DAN KESADARAN SISWA MEMILIH MAKANAN."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI

MASYARAKAT (STM) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM

PENCERNAAN DAN KESADARAN SISWA MEMILIH MAKANAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Pendidikan Biologi

Oleh:

Wulan Novia Tresnaati

0902027

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI

MASYARAKAT (STM) TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISTEM

PENCERNAAN DAN KESADARAN SISWA MEMILIH MAKANAN

Oleh:

Wulan Novia Tresnaati

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Wulan Novia Tresnaati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan dan

Kesadaran Siswa Memilih Makanan”.Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji

pengaruh model pembelajaran STM terhadap penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dan kesadaran siswa dalam memilih makanan serta keterkaitan antara penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dengan kesadaran siswa dalam memilih makanan. Metode penelitian yang digunakan adalah Quasy experimental dengan desain penelitian Non-rendomezed pretest-posttest control group design. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa SMA kelas XI IPA, pengambilan sampel mengunakan teknik convinience sampling. Hasil penelitian menunjukan penguasaan konsep tentang sistem pencernaan dan kesadaran memilih makanan siswa yang dalam pembelajarannya menggunakan model STM lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang dalam pembelajarannya secara tradisional. Selain itu, dari hasil perhitungan uji korelasi menunjukan korelasi yang lemah, hanya 14% kemampuan penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan yang menentukan kesadaran siswa memilih makanan sisanya yaitu 86% ditentukan oleh faktor lain. Pembahasan mengaitkan hasil penelitian dengan teori belajar yang mendukung, sehingga dapat disimpulkan pembelajaran dengan model STM berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep tentang sistem pencernaan dan kesadaran siswa memilih makanan.

Kata kunci: Sains Teknologi Masyarakat, STM, Penguasaan Konsep, Sistem Pencernaan, Kesadaran Memilih Makanan.

ABSTRACT

The study entitled "The Effect of Science Technology Society (STS) Model towards the Students’ Digestive System Concept Mastery and Awareness of Food Choices" was aimed to assessing the effect of STS modelon students'concept mastery of the digestive system and students’ awareness of food choices, and the relation between students' conceptmastery of the digestive system and students’awareness of food choices. The method employed is Quasy Experimental research design with non-randomized pretest-posttest control group design. The students of science class XI in secondary school was choosen by cluster random sampling technique. The result of the study showed that the students’ conceptmastery of the digestive system and awareness of food choicesinlearning using STS model are significantly better than intraditional learning. In addition, the result of calculation on the correlation test showed a weak correlation.There was only 14% of the students' awareness of food choices were determined by the students'ability in concept mastery of the digestive system, and the rest, 86% were determined by other factors. The discussion of the research relatesthe result with supporting learning theories. It can be concluded that the model of STS significantly influences the students’ concept mastery of the digestive system and awareness of food choices.

(5)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Maaalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Hasil Penelitian ... 5

F. Asumsi ... 6

G. Hipotesis ... 7

BAB II MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KESADARAN SISWA MEMILIH MAKANANAN ... 8

A. Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) ... 8

B. Sistem Pencernaan ... 18

C. Penguasaan Konsep ... 21

D. Kesadaran Siswa Memilih Makanan... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Definisi Oprasional ... 30

B. Jenis Penelitian ... 31

C. Desain Penelitian ... 31

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

F. Instrumen Penelitian... 33

G. Hasil Pengujian Instrumen ... 34

H. Teknik Pengambilan Data dan Analisis Data... 41

I. Prosedur Penelitian... 50

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Penguasaan Konsep Siswa tentang Sistem Pencernaan ... 53

B. Kesadaran Siswa Memilih Makanan... 60

C. Korelasi Penguasaan Konsep dan Kesadaran Siswa Memilih Makanan .. 86

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSATAKA ... 90

(7)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sudah seharusnya selalu berhubungan dengan tema-tema

kemanusiaan, karena pada dasarnya belajar itu mempunyai tujuan agar siswa

dapat meningkatkan kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai makhluk

sosial. Kebanyakan sekolah selama ini menerjemahkan pendidikan IPA sebagai

sekedar transfer of knowledge yang dimiliki guru kepada peserta didik dengan

hapalan-hapalan teori maupun rumus-rumus, sekedar untuk bisa menjawab

soal-soal ujian, tetapi sering kali tidak sanggup untuk menerjemahkannya ke dalam

realitas yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu, diperlukan jembatan yang

menghubungkan pendidikan dan teknologi terhadap kemasyarakatan.

Dewasa ini hampir setiap segi kehidupan manusia telah terkait dengan

teknologi. Teknologi lahir karena adanya kebutuhan manusia. Penemuan

teknologi ini terwujud dengan terciptanya alat-alat baru maupun penyempurnaan

dari alat-alat lama. Penemuan maupun penyempurnaan alat ini berdampak pula

pada penemuan dan pengembangan sains. Jadi meskipun sains itu berbeda dengan

teknologi, namun antara sains dan teknologi terdapat kaitan yang erat. Sampai

saat ini, perkembangan teknologi mememicu perkembangan sains, namun ada

kalanya perkembangan sains memicu pula perkembangan teknologi. Oleh karena

itu, kaitan antara sains dan teknologi merupakan suatu kaitan atau hubungan

timbal balik yang saling menguntungkan. Namun, perkembangan teknologi dalam

penggunaannya di masyarakat tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi

masyarakat tetapi dapat pula menimbulkan dampak negatif. Menurut Poedjiadi

(2007) masyarakat yang memanfaatkan teknologi perlu memiliki pemahaman

tentang sains yang dapat dijadikan bekal dalam upaya memelihara produk

teknologi tersebut. Oleh karena itu, pendidik sudah seharusnya memberi bekal

(8)

2

di kehidupan yang serba teknologi atau agar siswa dapat memelihara produk

teknologi. Selain itu, acuan penyusunan Kurikulum yang sekarang digunakan

yaitu Tingkat Satuan Pendidikan pun salah satunya yaitu pembelajaran harus

dikembangkan secara berkala dan berkesinambungan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Nugroho (2008). Pembelajaran

yang menghubungkan antara teknologi dan sains yaitu dengan model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) diharapkan menghasilkan

masyarakat yang nantinya dapat menilai dampak perkembangan teknologi.

Saat ini, kemajuan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) sudah

berkembang cukup pesat. Namun seiring perkembangan IPTEK yang terjadi saat

ini tidak sedikit menimbulkan dampak pada kesetimbangan kehidupan, terutama

kehidupan masyarakat. Penanaman penggunaan IPTEK dengan baik penting

dilkukan untuk memberikan pemahaman akan dampak yang ditimbulkan dari

produk IPTEK itu sendiri. Salah satunya, penerapan terhadap generasi muda

dalam pembelajaran dari sekolah. Pembelajaran sebaiknya tidak hanya

menyampaikan materi, tetapi dapat juga membuat peserta didik menjadi warga

negara yang baik, tanggap terhadap perkembangan teknologi, dan dapat menilai

secara kritis dampak positif dan dampak negatif kemajuan teknologi. Berdasarkan

hal tersebut sudah seharusnya diadakan pembelajaran yang menghubungkan sains

dan teknologi dengan kegunaannya di masyarakat. Model pembelajaran STM

(Sains Teknologi Masyarakat) merupakan model pembelajaran yang berangkat

dari isu-isu dan masalah yang berkembang di masyarakat akibat adanya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya pembelajaran yang

mengaitkan sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan masyarakat,

konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan dapat

bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan baik masalah

yang dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya (Poedjiadi, 2007).

Saat ini terdapat beberapa hasil produk dari IPTEK khususnya dalam

(9)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

komposisinya terdapat bahan-bahan yang apabila dikonsumsi secara berkelanjutan

akan menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Terkait hal tersebut,

pada umumnya masyarakat termasuk para pelajar belum begitu paham mengenai

dampak yang ditimbulkan bagi kesehatan jika secara berkelanjutan mengonsumsi

produk makanan yang mengandung bahan tambahan makanan sintetis seperti

antioksidan, antikempal, pengawet, pewarna alam dan sintetik, pemanis buatan,

pengatur keasaman, pengeras, sekuestran, pemutih dan pematang tepung,

pengemulsi, pengental, pemantap, penyedap rasa dan penguat rasa (Permenkes RI

No. 772/Menkes/Per/IX/88). Mayoritas produk makanan hasil teknologi tersebut

dibuat dengan kemasan yang menarik, penyajiannya lebih efesien, kemudian

produk makanan tersebut dipromosikan/ diiklankan dengan menonjolkan

kelebihan-kelebihannya. Dampaknya tidak jarang masyarakat yang mengonsumsi

produk-produk makanan tanpa membaca komposisi produk makanan pada

kemasannya. Pada umumnya masyarakat awam dan pelajar belum dapat

membedakan makanan yang sehat untuk dikonsumsi dan makanan yang kurang

baik untuk di konsumsi.

Pembelajaran mengenai sistem pencernaan dengan menggunakan model

pembelajaran STM diawali dengan mengangkat isu/masalah makanan yang

mengandung bahan berbahaya yang berkembang di masyarakat. Hal ini,

diharapkan siswa tidak hanya dapat menjelaskan perjalanan makanan

(pencernaan) dari mulut hingga anus dan sel-sel, tetapi juga memiliki pengalaman

untuk menguji kandungan bahan berbahaya pada makanan sehingga siswa dapat

mengidentifikasi ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya. Jika siswa

sudah mengetahui ciri-ciri makanan yang mengandung bahan berbahaya siswa

dapat menilai dan memilih makanan yang baik untuk di konsumsi.

Menurut Poedjiadi (2007) pembelajaran yang manfaat langsungnya sudah

diketahui, dapat menambah motivasi siswa untuk mempelajari suatu

pelajaran/ilmu. Inilah salah satu alasan yang mendasari penggunaan model

(10)

4

adalah dengan mengangkat isu/masalah yang berkembang di masyarakat sebagai

akibat hasil dari perkembangan teknologi, akan menambah wawasan siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap penguasaan konsep siswa mengenai sistem pencernaan dan kesadaran siswa dalam memilih makanan?”

Berikut penjabaran dari rumusan masalah untuk memperjelas masalah

penelitian yang dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian dibawah ini:

1. Bagaimanakah penguasaan konsep siswa mengenai sistem pencernaan

sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM)?

2. Bagaimanakah kesadaran siswa dalam memilih makanan sebelum dan setelah

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat (STM)?

3. Bagaimanakah hubungan (korelasi) antara penguasaan konsep siswa tentang

sistem pencernaan dengan kesadaran siswa dalam memilih makanan?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah pada ruang lingkup yang akan diteliti, maka

penelitian dibatasi pada hal-hal di bawah ini

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STM terdiri dari 5

tahap (Poedjiadi, 2007), yaitu; a. inisiasi/invitasi, yaitu “undangan” agar

siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran dengan mengeksplorasi

pengetahuan siswa mengenai isu kekurangan dan kelebihan macam-macam

vitamin, bahaya mengonsumsi produk makanan yang mengandung zat aditif

secara berkelanjutan, serta bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung

boraks dan formalin; b. pembentukan konsep, menggunakan metode

(11)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

point dan video animasi; c. aplikasi, dilakukan dengan mengaplikasikan

konsep yang didapat pada tahap pembentukan konsep untuk memecahkan

masalah yang berkaitan dengan isu/masalah yang dipaparkan pada tahap

inisiasi; d. pemantapan konsep, untuk mendeteksi adanya miskonsepsi; dan

e. evaluasi, dilakukan dengan memberi pertanyaan secara lisan kepada siswa.

2. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pencernaan yang

terdiri dari beberapa subkonsep yaitu; a. zat makanan; b. struktur dan fungsi

alat-alat pencernaan; dan c. proses pencernaan makanan;

Subkonsep-subkonsep tersebut dibelajarkan dalam empat kali pertemuan.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengaji pengaruh model pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM) terhadap penguasaan konsep siswa tentang

sistem pencernaan dan kesadaran siswa dalam memilih makanan serta

keterkaiatan antara penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dengan

kesadaran siswa dalam memilih makanan.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis

sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran, antara lain:

1. Bagi siswa:

Siswa juga mendapatkan pengalaman belajar yang berbeda dengan

pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah, menambah wawasan yang

lebih luas tentang macam-macam zat aditif sintetis dan bahaya yang akan

ditimbulkan jika dikonsumsi secara berkelanjutan, serta membantu siswa

meningkatkan penguasaan konsep tentang sistem pencernaan.

2. Bagi guru:

Memberikan informasi mengenai variasi model pembelajaran dan media

(12)

6

terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa dan kesadaran siswa memilih

makanan.

3. Bagi peneliti lain:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk

meneliti masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Penelitian ini juga

dapat dijadikan inspirasi atau acuan dalam penelitian sejenis dengan topik

yang berbeda dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengembangkan

penelitian lebih lanjut.

F. Asumsi

1. Pembelajaran dengan model yang bervariasi dapat menumbuhkan dan

meningkatkan motivasi belajar siswa, karena siswa tidak jenuh dengan

proses belajar yang sedang berlangsung (Anurrahman, 2009).

2. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) memiliki

kekhasan yaitu pada pendahuluan pembelajaran dikemukakan isu-isu atau

masalah yang ada di masyarakat sehingga siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran dan terpacu untuk menilai sebuah tindakan atau teknologi

(Peodjiadi, 2007).

3. Pembelajaran dengan model STM konsep yang diajarkan langsung

dikaitkan dengan kegunaan dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan

dirasakan siswa bahwa konsep-konsep dan pengetahuan yang dibelajarkan

tersebut bermanfaat untuk dipelajari dengan kesadaran bahwa ilmu yang

siswa miliki adalah untuk kesejahteraan masyarakat. Apabila pengetahuan

di sekolah dirasakan manfaatnya bagi kehidupan siswa, maka siswa

tersebut akan termotivasi untuk mempelajarinya, bahkan ingin mencari tahu

lebih banyak lagi (Poedjiadi, 2007).

4. Memperkenalkan siswa pada jenis-jenis zat aditif pada produk makanan

dapat memotivasi siswa untuk lebih cermat lagi dalam memilih makanan

(13)

Wulan Novia Tresnaati, 2013 G. Hipotesis

Berdasarkan asumsi yang telah dibuat, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

H1 = Pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam

materi sistem pencernaan berpengaruh secara signifikan terhadap

peningkatan penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan

H2 = Pembelajaran dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam

materi sistem pencernaan berpengaruh secara signifikan terhadap

peningkatan kesadaran siswa dalam memilih makanan.

H3 = Terdapat hubungan (korelasi) antara penguasaan konsep siswa tentang sistem

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional

Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel yang digunakan pada

penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional untuk menghindari

kekeliruan maksud dan tujuan yang ingin dicapai.

1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran STM pada

penelitian ini merupakan pembelajaran sistem pencernaan yang berangkat

dari suatu isu atau masalah yang sedang berkembang di masyarakat yang

berupa bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung boraks dan

makanan dengan zat aditif yang kurang baik, dimana makanan-makanan

tersebut merupakan produk teknologi. Pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran STM terdiri dari 5 tahap (Poedjiadi, 2007), yaitu:

a. inisiasi/invitasi, yaitu “undangan” agar siswa memusatkan perhatian pada

pembelajaran dengan mengeksplorasi pengetahuan siswa mengenai isu

kekurangan dan kelebihan macam-macam vitamin, bahaya mengonsumsi

produk makanan yang mengandung zat aditif secara berkelanjutan, serta

bahaya mengonsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin;

b. pembentukan konsep, menggunakan metode praktikum sederhana dan

motede tanya jawab dengan bantuan media power point dan video animasi;

c. aplikasi, dilakukan dengan mengaplikasikan konsep yang didapat pada

tahap pembentukan konsep untuk memecahkan masalah yang berkaitan

dengan isu/masalah yang dipaparkan pada tahap inisiasi; d. pemantapan

konsep, membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dibahas;

dan e. evaluasi, dilakukan dengan memberi pertanyaan secara lisan kepada

siswa.

2. Pembelajaran pada kelas kontrol merupakan pembelajaran yang biasa

(15)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

3. Penguasan konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami

konsep mengenai sistem pencernaan sebelum dan sesudah pembelajaran.

Penguasaan konsep yang diukur dalam penelitian ini adalah skor kognitif,

yang meliputi aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3),

dan menganalisis (C4). Pengusaan konsep diukur dengan cara memberikan

pretest dan posttest berupa soal pilihan ganda sebanyak 25 soal dengan

jawaban alternatif sebanyak lima opsi.

4. Kesadaran siswa memilih makanan yaitu kemampuan siswa dalam memilih

makanan (produk teknologi) berdasarkan pengetahuan siswa mengenai adanya

kandungan zat aditif yang kurang baik bagi tubuh pada makanan tertentu.

Kesadaran siswa memilih makanan diukur dengan cara memberikan pretest

dan posttest berupa soal pilihan ganda beralasan sebanyak delapan soal

dengan jawaban alternatif sebanyak empat opsi.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasy

Experimental”. Menurut Darmadi (2011), penelitian quasy experimental tidak

memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi seluruh variabel-variabel

luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Penelitian ini memiliki dua

kelompok sebagai subjek penelitian yaitu kelompok kontrol (pembelajaran yang

biasa dilakukan di sekolah yaitu dengan menggunakan metode ceramah

ekspositori dan tanya jawab) dan kelompok eksperimen (menggunakan model

pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode tanya jawab, ceramah

ekspositori, dan praktikum sederhana).

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah Non-randomized Pretest-Posttest

Control Group Design, dimana pemilihan kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen sebagai subjek penelitian dipilih secara tidak random (Sukardi, 2004).

Pada desain penelitian ini dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan

(16)

32

pembelajaran dan posttest untuk mengetahui kemampuan penguasaan konsep dan

kesadaran pemilihan makanan siswa setelah kegiatan pembelajaran. Pretest dan

posttest diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 3.1 Desain Penelitian Non-Randomized Pretest-Posttest Control Group

Design

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T3 - T4

Keterangan:

T1 = pretest pada kelompok eksperimen T2 = posttest pada kelompok eksperimen

X = simbol perlakuan dengan penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).

T3 = pretest pada kelompok kontrol T4 = posttest pada kelompok kontrol

Sumber: Sukardi (2004)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester II

tahun ajaran 2012/2013 SMAN 4 Bandung. Adapun sampel dalam penelitian ini

adalah kelas XI IPA 7 sebagai kelompok eksperimen dan XI IPA 4 sebagai

kelompok kontrol. Sampel dipilih dengan cara convinience sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan kemudahan atau kecocokan, seperti dalam

tugas, peranan, dan pengalaman (Sukmadinata, 2010). Dalam hal ini,

pertimbangan yang dimaksud adalah sampel (kelas kontrol dan eksperimen)

merupakan kelas yang secara profesional dianggap cocok untuk dijadikan sampel

penelitian dan kelas-kelas tersebut juga merupakan tanggung jawab yang

diberikan WAKASEK kurikulum serta salah satu guru biologi kepada peneliti.

Selain itu, kelas lain yang ada di sekolah telah digunakan oleh mahasiswa lain

(17)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jalan

Gardujati No. 20 Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama berlangsungnya

pembelajaran sistem pencernaan pada semester genap tahun ajaran 2012-2013.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk menjaring data pada

penelitian ini berupa instrumen penguasaan konsep mengenai materi sistem

pencernaan dan soal untuk mengukur kesadaran siswa dalam memilih makanan.

1. Tes Penguasaan Konsep

Instrumen penguasaan konsep diberikan pada saat pretest dan posttest

berupa soal test objektif pilihan ganda berdasarkan jenjang kognitif taksonomi

Bloom yang telah direvisi, terdiri atas jenjang C1, sampai C4. Tes objektif pilihan

ganda terdiri atas 25 soal yang disesuaikan dengan indikator pembelajaran yang

tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun kisi-kisi soal

penguasaan konsep sebagai berikut:

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pilihan Ganda Tes Penguasaan Konsep

No. Indikator Jenjang Kognitif Jumlah

C1 C2 C3 C4

2. Menjelaskan fungsi dan sumber

macam-macam vitamin 18,19

20,

22,24 5

3. Menjelaskan fungsi dan sumber

macam-macam mineral 17 21,23 3

5. Menjelaskan proses pencernaan

pada manusia 4,15

12.13.1

4 5

(18)

34

2. Tes Kesadaran Pemilihan Makanan

Tes Kesadaran pemilihan makanan digunakan untuk mengukur kesadaran

siswa dalam memilih makanan berdasarkan pengetahuan siswa mengenai zat

makanan dan adanya kandungan zat aditif yang kurang baik bagi tubuh pada

makanan tertentu. Tes yang digunakan berupa keharusan siswa untuk memilih

salah satu opsi makanan dari empat opsi makanan yang disediakan serta alasan

pemilihan makanan yang dipilih. Tes tersebut berjumlah delapan soal yang

diberikan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol pada saat pretest dan

posttest.

G. Hasil Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan perangkat

tes dan memberikan informasi untuk perbaikan terhadap perangkat tes yang masih

termasuk ke dalam katagori kurang atau jelek untuk kemudian diujicobakan

kembali. Sebelum dilakukan pengujian baik soal penguasaan konsep maupun soal

kesadaran pemilihan makanan terlebih dahulu dikonsultasikan atau judgment

kepada dosen ahli, terdapat sedikit perbaikan dalam konteks kalimat instrumen.

Pengujian instrumen penelitian ini terdiri dari taraf kesukaran, daya pembeda,

validitas, dan reliabilitas yang diolah menggunakan software AnatesV4.

Berdasarkan analisis tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan

reabilitas dari 54 soal penguasaan konsep yanag diujicobakan hanya 25 soal yang

memenuhi kriteria dan dari 13 soal kesadaran memilih makanan yang

diujicobakan hanya sebanyak 8 soal yang memenuhi kriteria. Berikut rincian

analisis taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas.

1. Uji Taraf Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah suatu angka atau bilangan yang menunjukan

sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto, 2012).

(19)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Keterangan:

TK = tingkat kesukaran

U = Jumlah siswa dari kelompok tinggi yang menjawab benar untuk tiap soal. L = Jumlah siswa dari kelompok rendah yang menjawab benar untuk tiap soal. T = Jumlah seluruh siswa dari kelompok tinggi dan kelompok rendah.

Adapun kategori tingkat kesukaran untuk mengklasifikasi setiap

instrumen tes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < P ≤ 0,30 Soal Sukar 0,30 < P ≤ 0,70 Soal Sedang 0,70 < P ≤ 1,00 Soal Mudah

(Arikunto, 2012)

Rangkuman hasil analisis tingkat kesukaran dari uji coba instrumen

penguasaan konsep dan kesadaran memilih makanan diuraikan pada Tabel 3.4

dibawah ini.

Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Analisis Tingkat Kesukaran

Kriteria Tingkat Kesukaran

Penguasaan Konsep Kesadaran Memilih

Makanan Keputusan

Nomor Soal Jumlah Nomor Soal Jumlah

(20)

36

Berikut rincian persentase analisis tingkat kesukaran soal penguasaan

konsep dan soal kesadaran siswa memiliih makanan yang digunakan.

Tabel 3.5 Rincian Persentase Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan

Konsep dan Soal Kesadaran Siswa Memiliih Makanan yang Digunakan.

Soal Penguasaan Konsep Soal Kesadaran Memilih Makanan

Kriteria

Perhitungan daya pembeda soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh

mana butir soal dapat membedakan siswa berkemampuan tinggi dengan

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda

disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Daya pembeda berkisar 0,00 sampai

1,00. Pada indeks diskriminasi mengenal tanda negatif (-) yang digunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukan kualitas testee.

Soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun kurang

pandai maka soal tersebut kurang baik karna daya pembedanya rendah atau

bernilai 0. Sedangkan soal yang hanya dapat di jawab dengan siswa pandai saja

maka soal tersebut daya pembedanya baik atau bernilai 1 (Arikunto, 2012).

Untuk menentukan nilai D perlu dibedakan siswa kelmpok atas dan

kelompok bawah yang ditentukan berdasarkan nilainya. Berikut rumus untuk

(21)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Adapun kategori daya pembeda untuk mengklasifikasi setiap instrumen

tes dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

penguasaan konsep dan kesadaran memilih makanan diuraikan pada Tabel 3.6

dibawah ini.

Tabel 3.7. Rangkuman Hasil Analisis Daya Pembeda

Kriteria Daya Pembeda

Penguasaan Konsep Kesadaran Memilih

Makanan Keputusan

Nomor Soal Jumlah Nomor Soal Jumlah

Jelek

2,44,45,46,47,49,50,51 17 4,5,8,10,11,12 6 Digunakan

- 0 13 1 Tidak

digunakan

Baik sekali - 0 3,9 2 Digunakan

(22)

38

Berikut rincian persentase analisis uji daya pembeda soal penguasaan

konsep dan soal kesadaran siswa memiliih makanan yang digunakan.

Tabel 3.8 Rincian Persentase Analisis Uji Daya Pembeda Soal Penguasaan

Konsep dan Soal Kesadaran Siswa Memiliih Makanan yang Digunakan.

Soal Penguasaan Konsep Soal Kesadaran Memilih Makanan

Kriteria

Uji validitas digunakan untuk mengetahui tingkat ketepatan/kevalidan

suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut mengukur apa

yang hendak diukur (Arikunto, 2012). Pengukuran validitas instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy =

Keterangan:

rxy = koefisian korelasi = validitas butir soal

N = jumlah seluruh siswa

X = skor tiap siswa pada butir soal Y = skor total tiap siswa

∑X = jumlah skor seluruh siswa pada butir soal ∑Y = jumlah skor total seluruh siswa pada tes

Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi

menggunakan tabel kategori validitas butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.9. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

0,61 – 0,80 Tinggi

0,41 – 0,60 Cukup

(23)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

0,00 – 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

Rangkuman hasil analisis daya pembeda dari uji coba instrumen

penguasaan konsep dan kesadaran memilih makanan diuraikan pada Tabel 3.8

dibawah ini.

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Butir Soal

Kriteria Daya Pembeda

Penguasaan Konsep Kesadaran Memilih

Makanan Keputusan

Nomor Soal Jumlah Nomor Soal Jumlah

Sangat

Berikut rincian persentase analisis validitas soal penguasaan konsep dan

soal kesadaran siswa memiliih makanan yang digunakan.

Tabel 3.11 Rincian Persentase Analisis Valditas Soal Penguasaan Konsep dan Soal

Kesadaran Siswa Memiliih Makanan yang Digunakan.

Soal Penguasaan Konsep Soal Kesadaran Memilih Makanan

Kriteria

Validitas Jumlah Persentase

Kriteria

Validitas Jumlah Persentase

Rendah 8 32% Rendah 0 0%

Cukup 16 64% Cukup 0 0%

Tinggi 1 4% Tinggi 8 100%

Jumlah 25 100% Jumlah 8 100%

(24)

40

Uji reliabilitas ini digunakan untuk mengetahui keajegan suatu

instrumen tes. Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi apabila tes

tersebut menghasilkan skor secara ajeg yaitu relatif stabil walaupun diberikan

pada situasi yang berbeda ketika diuji ulang dan dari satu pengukutan ke

pengukuran lainnya (Arikunto, 2012).

.

Rumus: r11 = ( (1- )

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah (q = 1- p) ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item

S = standar deviasi tes (akar varians)

Nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi

menggunakan tabel kategori reliabilitas butir soal sebagai berikut:

Tabel 3.12. Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

0,00 – 0,19 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

Hasil perhitungan reliabilitas soal penguasaan konsep memperoleh nilai r

sebesar 0,70 termasuk tinggi. Hal ini menunjukan bahwa soal yang digunakan

memiliki keajegan yang baik atau sifatnya relatif tidak berubah walaupun diteskan

pada situasi yang berbeda-beda. Hasil perhitungan reliabilitas soal kesadaran

memilih makanan memperoleh nilai r sebesar 0,85 termasuk sangat tinggi. Hal ini

menunjukan bahwa soal yang digunakan memiliki keajegan yang sangat baik atau

(25)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

H. Teknik Pengambilan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengambilan Data

Tahapan pengambilan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Memberikan pretest pada kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui

penguasaan konsep awal siswa dan tingkat kesadaran awal siswa dalam

memilih makanan sebelum dilakukan pembelajaran.

b. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen yaitu melaksanakan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat,

sedangkan pembelajaran pada kelas kontrol pembelajarannya dilakukan

dengan menggunakan model pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah

yaitu ceramah ekspositori dan tanya jawab.

c. Memberikan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol untuk mengetahui

penguasaan konsep dan kesadaran siswa dalam memilih makanan setelah

dilakukannya pembelajaran.

2. Analisis Data

Analisis atau pengolahan data yang dilakukan pertama kali adalah data

utama berupa tes objektif pilihan ganda dan tes objektif pemilihan makanan

(pretest dan posttest) pada kedua kelas (eksperimen dan kontrol). Data berupa

nilai pretest dan posttest tersebut diolah untuk mengetahui adanya peningkatan

penguasaan konsep tentang sistem pencernaan dan kesadaran siswa dalam

memilih makanan melalui pembelajaran dengan model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat. Adapun tahap-tahap dari pengolahan data tersebut sebagai

berikut:

Soal penguasaan konsep merupakan soal berupa tes objektif pilihan ganda

dengan jumlah opsi lima. Sama halnya dengan soal kesadaran memilih makanan

(26)

42

ganda dengan jumlah opsi empat, adapun alasan pemilihan makan dijadikan data

kualitatif atau hanya dideskripsikan.

Pengolahan data tes objektif pilihan ganda dilakukan dengan

langkah-langkah berikut:

a. Menghitung skor jawaban (pretest dan posttest) dengan memberi skor 1 untuk

jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah (skor = jumlah jawaban

benar).

b. Skor yang telah diperoleh kemudian diubah menjadi nilai dengan ketentuan:

Nilai siswa =

x 100

(Arikunto, 2012)

c. Melakukan uji statistika (uji kesamaan untuk pretest dan uji perbedaan untuk

posttest)

Data-data yang diperoleh dari hasil pretest dan postest dianalisis secara

statistik. Untuk keperluan pengolahan data digunakan software SPSS 20.0 dan

Microsoft Excel 2007.

Data hasil tes yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dianalisis melalui

analisis tahap awal dan analisis tahap akhir. Adapun proses analisis tahap awal

dan tahap akhir dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Analisis Tahap Awal

Analisis tahap awal dilakukan dengan menganalisis hasil data pretest kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

b. Analisis Tahap Akhir

Analisis tahap akhir bergantung dari hasil analisis tahap awal. Apabila

kemampuannya ekuivalen maka untuk analisis tahap akhir digunakan analisis

terhadap hasil postest kelas kontrol dan kelas eksperimen. Namun apabila

kemampuan awalnya berbeda secara signifikan maka digunakan analisis terhadap

indeks gain kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Adapun proses dari pengolahan data pretest dan posttest /indeks gain

(27)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Tidak Ya

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengolahan Data Kuantitatif

Gambar 3.1 dapat dijelaskan sebagai berikut. Data pretest masing-masing

kelompok diuji normalitasnya. Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka

dilanjutkan dengan pengujian homogenitas kedua kelompok. Jika kedua

kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan

dengan uji nonparametrik (Sudjana, 2005). Uji nonparametrik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji Mann-Whitney U. Setelah normalitas dan

homogenitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan

menggunakan uji t. Hal serupa dilakukan pada analisis tahap akhir yakni dengan

menggunakan data posttest apabila kemampuan awal kedua kelompok sama (tidak

berbeda signifikan) dan menggunakan indeks gain apabila kemampuan awal

kedua kelompok berbeda signifikan.

Berikut ini dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data

hasil pretest dan posttest/indeks gain:

a.Memberikan skor jawaban peserta didik sesuai kunci jawaban untuk kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Data Kuantitatif

Uji Normalitas

Uji Perbedaan Nonparametrik

Uji Homogenitas

Kolmogorov Smirnov

Uji Mann-Whitney U Levene Statistic

Uji t

(28)

44

b.Membuat tabel skor hasil tes peserta didik baik pretest, posttest, maupun indeks

gain.

c.Menguji normalitas.

Uji normalitas data hasil pretest dan hasil posttest/indeks gain kelas

eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapriro_Wilk dengan taraf signifikansi

5%.

Tabel 3.13 Uji Normalitas

Jenis Uji Penentuan Rumus (Formula) Keterangan

Uji Shapiro

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data pretest

adalah

H0 : Nilai pretest (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang

berdistribusi normal.

H1 : Nilai pretest (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari populasi yang

tidak berdistribusi normal.

Sedangkan perumusan hipotesis yang digunakan pada uji normalitas data

posttest/indeks gain adalah

H0 : Nilai posttest/indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari

populasi yang berdistribusi normal.

H1 : Nilai posttest/ indeks gain (kelas eksperimen atau kelas kontrol) berasal dari

populasi yang tidak berdistribusi normal.

Kriteria pengujiannya adalah

(29)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

 Nilai signifikansi (sig.) atau nilai probabilitas ≥ 0,05maka distribusi adalah

normal.

Sumber : Ansyori (2013)

d. Melakukan uji homogenitas.

Uji homogenitas data hasil pretest dan posttest/indeks gain untuk

mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varians yang

homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Levene.

Tabel 3.14 Uji Homogenitas

Jenis Uji Penentuan Rumus (Formula) Keterangan

Uji Levene

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji homogenitas data pretest dan

posttest/indeks gain adalah

H0 : Varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol homogen.

H1 : Varians antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol tidak homogen.

Kriteria pengujiannya adalah

 Nilai signifikansi < 0,05 maka data berasal dari populasi yang tidak memiliki

varians yang sama (tidak homogen).

 Nilai signifikansi ≥ 0,05 maka data berasal dari populasi yang memiliki

varians yang sama (homogen).

Nilai Signifikansi dapat dilihat pada tabel test of homogenity of variance di

baris based on mean (Ansyori,2013).

e. Menguji perbedaan.

Uji ini dilakukan untuk pengujian hipotesis penelitian yang telah

(30)

46

telah dipaparkan diatas maka dilanjutkan dengan uji perbedaan rata-rata

parametrik yaitu uji t, sedangkan apa bila data tidak memenuhi uji prasyarat maka

selanjutnya dilakukan uji perbedaan nonparametrik yaitu uji U Mann Whitney.

Tabel 3.15 Uji Kesamaan/Perbedaan

Uji Langkah Pengujian Rumus Keterangan

Uji U Mann-Whitney

Menggambungkan kedua

sampel hasil observasi -

U= nilai terkecil dari nilai U1 atau U2

Keterangan: * = Jumlah sampel lebih dari 20

Sumber: Toothaker (1986)

Hipotesis yang digunakan pada pengujian uji kesamaan pretest adalah:

H0: Kemampuan awal penguasaan konsep/ kesadaran siswa memilih makanan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.

H1: Kemampuan awal penguasaan konsep/ kesadaran siswa memilih makanan

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda.

Perumusan hipotesis yang digunakan pada uji perbedaan nilai

(31)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep/ kesadaran siswa

memilih makanan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

H1: Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep/ kesadaran siswa

memilih makanan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Adapun kriteria pengujiannya adalah

 Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.

 Jika nilai signifikansi <0,05 maka H0 ditolak.

Sumber : Ansyori (2013)

Apabila kemampuan awal kelas eksperimen dan kontrol sama, maka

dilakukan pengujian terhadap data posttest. Sedangkan apabila kemampuan awal

kelas eksperimen dan kontrol berbeda dilakukan pengujian terhadap indeks gain

dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menentukan indeks gain dari setiap

siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan berdasarkan kriteria

indeks gain dengan cara berikut.

� = −

Menentukan rata-rata indeks gain dari kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Hasil perhitungan rerata indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan

menggunakan kategori yang disajikan dalam Tabel 3.5 sebagai berikut.

Tabel 3.16 Kriteria Indeks Gain

Indeks gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

g ≤ 0,30 Rendah

(32)

48

Semakin tinggi rerata indeks gain, maka semakin tinggi pula peningkatan

yang terjadi akibat penerapan model pembelajaran pada kelas kontrol maupun

kelas eksperimen.

f. Melakukan uji korelasi terhadap nilai penguasaan konsep dan kesadaran siswa

memilih makanan.

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui adanya korelasi antara

penguasaan konsep dengan kesadaran siswa memilih makanan. Pada uji korelasi

yang dilakukan data yang digunakan adalah nilai posttest penguasaan konsep dan

posttest kesadaran siswa memilih makanan kelas eksperimen. Sebelum melakukan

uji korelasi dan regresi linier, terlebih dahulu dilakukan uji normalitasnya.

Sebelum dilakukan uji korelasi terlebih dahulu dilakukan uji regresi linier

atau linieritas regresi. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana

hubungan fungsional dua kejadian atau bagaimana persamaan matematis yang

menghubungkan (mempersentasikan) di antara dua kejadian. Uji ini dilakukan

dengan menggunakan bantuan software SPSS 20. Persamaan umum regresi adalah

sebagai berikut:

Ŷ = � �

Keterangan:

Ŷ = nilai-nilai taksiran untuk variabel tak bebas Y X = nilai-nilai variabel bebas

a = intersep (pintasan) bilamana X=0

b = koefisien arah atau slope dari garis regresi

Tabel 3.17 Uji Regresi Linier

Uji Rumus Keterangan

(33)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Sumber : Boediono dan Koster (2004)

Adapun hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0: Model regresi linier.

H1: model regresi tidak linier

Adapun kriteria pengujiannya adalah:

 Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

 Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

Sumber : Ansyori (2013)

Uji korelasi yang digunakan adalah tipe Pearson Correlation atau istilah

lainnya yaitu Product Moment Correlation. Uji korelasi Parson merupakan uji

korelasi untuk data kuantitatif atau data berskala interval atau rasio. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.

Tabel 3.18 Uji Korelasi

Uji Rumus Keterangan

Uji korelasi Parson

Adapun hipotesis pengujiannya adalah sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat hubungan (korelasi) antara penguasaan konsep siswa dengan

kesadaran siswa memilih makanan.

H1: Terdapat hubungan (korelasi) antara penguasaan konsep siswa dengan

kesadaran siswa memilih makanan.

Adapun kriteria pengujiannya adalah:

 Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima.

 Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak.

Sumber : Ansyori (2013)

Arti dari koefesien korelasi Person adalah sebagai berikut:

(34)

50

Tabel 3.19 Kategori Nilai Korelasi

Batasan Kategori

0,91 – 1,00 Sangat kuat

0,71 – 0,90 Kuat

0,51 – 0,70 Cukup

0,31 – 0,50 Lemah

0,00 – 0,30 Sangat lemah

Sumber : Boediono dan Koster (2004)

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini secara garis besar dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pasca pelaksanaan.

1.Tahap Persiapan

a. Melakukan studi literatur terkait dengan rumusan masalah yang akan diteliti.

Studi literatur tersebut meliputi kajian tentang model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat, sitem pencernaan manusia, macam-macam zat aditif

terutama pemanis, pewarna, dan pengawet makanan.

b. Penyusunan proposal penelitian untuk menggambarkan rancangan penelitian

yang akan dilakukan. Penyusunan proposal ini disertai dengan konsultasi

dengan dosen pembimbing.

c. Melaksanakan seminar proposal penelitian untuk memperoleh saran yang

terbaik mengenai penelitian yang akan dilakukan. Saran tersebut dapat

menjadi acuan dalam memperbaiki kekurangan pada rancangan penelitian.

d. Melakukan perbaikan proposal penelitian sesuai dengan saran yang diterima

saat seminar proposal dan kemudian dikonsultasikan dengan dosen

pembimbing.

e. Membuat surat izin penelitian.

f. Mengadakan studi pendahuluan ke SMA 4 Bandung.

g. Membuat instrumen penelitian (tes penguasaan konsep dan kesadaran siswa

memilih makanan) untuk menjaring data yang diperlukan dan menyusun

(35)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

h. Melakukan judgment pada dosen ahli terhadap instrumen yang telah dibuat

dan RPP. Hal ini dimaksudkan agar instrumen yang akan digunakan

benar-benar mengukur variabel yang terdapat pada penelitian.

i. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

j. Melakukan revisi instrumen penelitian berdasarkan hasil judgment dan hasil

uji coba.

k. Mempersiapkan perizinan penelitian di sekolah, tempat dilakukannya

penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data yang dilakukan selama

empat kali pertemuan. Pada tahap ini dilakukan implementasi model

pembelajaran STM pada kelas eksperimen dan secara konvensional pada kelas

kontrol, serta pemberian pretest dan posttest.

3. Tahap Pasca Pelaksanaan

a. Manganalisis/mengolah data pretest dan posttest siswa.

b. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian.

(36)

52

J. Alur Penelitian

Menyusun proposal penelitian

Seminar proposal penelitian

Melakukan judgment instrumen

Melakukan revisi instrumen penelitian

Pretest kelas eksperimen

Pembelajaran dengan model pembelajaran Sains Teknologi

Penentuan masalah

Studi literatur

Revisi proposal penelitian

Menyusun instrumen penelitian

Uji coba instrumen penelitian

Melaksanakan penelitian

Pretest kelas kontrol

(37)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Gambar3.2 Alur Penelitian

Posttest kelas kontrol

Analisis data

Penyusunan laporan penelitian

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penguasaan konsep tentang sistem

pencernaan dan kesadaran siswa memilih makanan yang telah dilakukan yaitu uji

kesamaan rata-rata pretest menunjukan tidak terdapat perbedaan penguasaan

konsep siswa tentang sistem pencernaan dan kesadaran siswa memilih makanan

antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

Hasil perhitungan uji perbedaan pada nilai posttest menunjukan terdapat

perbedaan penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan dan kesadaran

siswa memilih makanan. Selain itu, dilakukan pula perhitungan rata-rata N-gain

yang menunjukan bahwa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol termasuk

dalam kategori sedang. Walaupun keduanya termasuk dalam kategori sedang

selisih rata-rata N-gain antara kedua kelas tersebut cukup besar yaitu 0,31.

Dengan demikian dapat disimpulkan model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat (STM) berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan konsep

siswa tentang sistem pencernaan.

Hasil analisis data kesadaran siswa memilih makananpun menunjukan hal

yang serupa dengan penguasaan konsep. Hal ini berdasarkan uji perbedaan nilai

posttest soal kesadaran memilih makanan dari kelas eksperimen berbeda secara

signifikan dari kelas kontrol, dan setelah perhitungan niai rata-rata N-gain,

ternyata rata-rata N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol

atau rata-rata N-gain kelas eksperiman termasuk dalam kategori sedang,

sedangkan rata-rata N-gain kelas kontrol termasuk dalam kategori rendah. Selain

itu, apabila dilihat dari alasan-alasan pemilihan makanan, siswa dari kelas

(39)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

tinggi, sedangkan alasan yang ditulis dari siswa kelas kontrol kurang berhubungan

dengan zat aditif. Dengan demikian dapat disimpulkan tingkat kesadaran siswa

dalam memilih makanan siswa dengan model pembelajaran STM lebih tinggi

dibandingkan siswa dengan pembelajaran secara tradisional.

Hasil perhitungan uji korelasi menunjukan korelasi yang lemah, hanya

14% kemampuan penguasaan konsep siswa tentang sistem pencernaan yang

menentukan kesadaran siswa memilih makanan sisanya yaitu 86% ditentukan oleh

faktor lain. Faktor lain yang diduga menetukan pemilihan makanan yaitu,

kebiasaan, harga, dan kesukaan/ketidaksukaan terhadap makanan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disampaikan beberapa

saran sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan model STM pada penelitian ini kurang

memunculkan aspek teknologi dan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat pada

RPP (lampiran A1). Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya pada tahap

aplikasi siswa ditugaskan untuk membuat himbauan kepada msyarakat dalam

bentuk poster atau shere di media sosial mengenai kebenaran isu-isu yang

dibahas dalam pembelajaran. Penugasan ini dilakukan agar konsep-konsep

yang dibentuk pada tahap pembentukan konsep benar-benar teraplikasi dengan

menggunakan teknologi yang kemudian di munculkan di masyarakat. Dengan

demikian aspek teknologi dan masyarakatnya benar-benar muncul.

2. Bagi yang ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai model STM terhadap

kesadaran siswa memilih makanan, sebaiknya instrumen soal kesadaran

memilih makanan lebih dikembangkan dan dibuat dalam jumlah lebih banyak.

3. Bagi para guru dan calon peneleiti, model pembelajaran STM dapat dijadikan

sebagai salah satu alternatif dalam menyampaikan materi yang cukup banyak

dan lebih bersifat abstrak atau pembelajaran yang dirasa siswa kurang

bermanfaat untuk kehidupannya seperti konsep sel dan jaringan, metabolisme,

(40)

90

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, D. (2011). Minuman Isotonik Bahaya Tidak?. Tersedia [Online] : http://farmasi.unpad.ac.id/padi/minuman-isotonik-bahaya-tidak/.

[23Januari 2013].

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ansyori, M.I. (2013). Analisis Data dengan SPSS. Tersedia [Online] : http://undiksha.ac.id/e-learning/staff/dsnmateri/4/1-54.pdf. [29 Mei 2013].

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Aunurrahman (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Boediono dan Koster. W. (2004). Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Cahanar, P. dan Suhanda, I. (2007). “Zat Pengawet”, dalam KOMPAS Makan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Campbell, R. et al. (2004). Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga

Darmadi, H. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Fajar, A. (2009). Portofolio dalam Pembelajaran IPS. Bandung. Remaja Rosdakarya

Falanesa, L. (2010). Food for kids. Tersedia [Online]: http://www.foodforkids.biz/download/ebook.pdf. [23Januari 2013].

Hake, Richard. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. [online]. Tersedia:http://www.physics.indiana.edu. [22 Mei 2013]

(41)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Herliani. (2008).” Penggunaan Pendekatn STM terhadap Peningkatan Kreativitas Berpikir pada Mata Kuliah Dasar-dasar PBM Biologi FKIP Mulawarman”.

Dadikta. 9(1), 101-110.

Indrawati. (2010). Sains Teknologi Masyarakat untuk Guru SD. Jakarta: PPPPTK IPA.

Jayatri, D. (2010). Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat terhadap Kemampuan Memecahkan Masalah Konsep Pencemaran Lingkungan pada Siswa SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Khamid. (2007). “Bahaya Boraks bagi Kesehatan”, dalam KOMPASMakan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Khomsan, A. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta: Raja grafindo Persada.

Mandra, M.I. (2012). “Pengaruh Model Pembelaran Sains Teknologi Masyarakat terhadap Pemahaman Konsep Kimia dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X

SMA Kediri”. Jurnal Pendidikan. 2 (1), 1-23.

Mudjajanto, E.S. (2007). “Keamanan Makanan Jajanan Tradisional”, dalam KOMPASMakan Sehat Hidup Sehat. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Muliawati, T. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Pembelajaran Fisika di SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nugroho, A.K. (2008). Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Tersedia [Online]

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/kuncoro-asih-nugroho-spd-mpd-msc/ppm-sd-ktsp.pdf. [12Juni,2013]

Nur, M. (2006). Pembelajaran Fisika (Teknologi Nuklir) dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat (S-T-M). Jurnal Pendidikan. 12 (01) 61-67.

(42)

92

Poedjiadi, A. (2007). Sains Teknologi Masyarakat meodel pembelajaran kontekstual bermuatan nilai. Bandung: Rosda

Putra, A, (2011). Penetapan Kadar Siklamat Pada Beberapa Minuman Ringan Kemasan Gelas Dengan Metoda Gravimetri. Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Adalas Padang: tidak diterbitkan.

Putri, P.L.A. (2012). “Identifikasi Boraks dalam Makanan”. Makalah Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan, Semarang.

Raelani, R. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Prestasi dan Profil Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Fisika. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rahmawati, F. (2008). “Pengantar Pengawetan Makanan”. Makalah Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana, Yogyakarta.

Riyanto, Y. (2012). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta. Kencana

Rusmansyah, I.Y. (2001). Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Mayarakat (STM) dalam Pembelajaran Kimia di SMUN Banjarmasin. Tersedia [Online] : http://www.depdiknas.go.id/Jurnal /40/editorial40.htm - 34k -

[12Juni,2013] .

Rustaman, et al. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan FPMIP UPI.

Sadiah, A. (2013). Hubungan antara Pengetahuan tentang Sampah dan Kesadaran terhadap Pengelolaan Sampah dengan Partisipasinya dalam Mengelola Kebersihan Lingkungan. Tesis Jurusan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Universitas Siliwangi Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana

Sardiman, A.M. (2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sudjadi, B. dan Laila, S. (2007). Biologi Sains dalam Kehidupan SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.

(43)

Wulan Novia Tresnaati, 2013

Suhartono. (2010). Pengemasan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) sebagai Model Pembelajaran IPA SD. Tersedia [Online] : http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201041.pdf

[12Juni,2013]

Sukardi. (2004). Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : Bumi Aksara

Sukmadinata, N.S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sumaryanto, B. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Fisika SMA. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika pada FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Syafriani, R. et al. (2012). “Pengaruh Air Kelapa Genjah Salak (Cocos nucifera L) dan Minuman Isotonik terhadap Kadar Glukosa Darah”. Jurnal Medika Planta. 1 (5), 1-9.

Toothaker, L.E., Miller, L. (1986). Introductory Statistics for Behavioral Science. (2end ed). US: McGraw Hill

USEPA. (1992). Statistical Analysis Of data At RCRA Facilities Ground-Water Monitoring. Washington: USEPA public.

Waruwu, F.I.P. (2010). Pemeriksaan Kandungan Nitrit pada Produk Daging Sapi Olahan yang Dijual di Swalayan. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat UNSU Medan: tidak diterbitkan.

Widodo, A. (2006). “Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal”. Buletin Puspendik. 3(2), 18-29.

Widodo, A. (2007). “Kontruksivisme dan Pembeljaran Sains”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 64 (13), 91-105.

Winarno, F.G. (2002). Kimia pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Winarno, (2013). BADAN POM (Bahan Pewarna dalam Makanan). Tersedia [Online]: http://www.pom.go.id/index.php/home/brosur/154.

[12Juni,2013] .

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian Non-Randomized Pretest-Posttest Control Group
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pilihan Ganda Tes Penguasaan Konsep
Tabel 3.3. Kategori Tingkat Kesukaran
Tabel 3.5 Rincian Persentase Analisis Tingkat Kesukaran Soal Penguasaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seledri ( Apium graveolens L ) merupakan salah satu dari jenisterapi herbal untuk menangani penyakit hipertensi.Masyarakat Cina tradisional sudah lama menggunakan seledri untuk

PENGALAMAN KEPALA RUANGAN DALAM MENGELOLA KONFLIK DI RUANG PERAWATAN INTENSIF RUMAH.. SAKIT UMUM PEMERINTAH DI KOTA MEDAN:

Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko kredit adalah NPL.NPL mempunyai pengaruh yang positif terhadap risiko kredit. Hal ini dapat terjadi apabila NPL

Selain itu juga ditemukan nilai-nilai yang menjadi prioritas dalam pewarisan nilai pada anak, waktu penyampaian nilai, dan respon anak terhadap nilai yang disosialisasikan

Reorientasi Politik Islam bukan saja difokuskan pada mainstreaming paham-paham moderat dalam beragama, tetapi juga bagaimana agama itu dapat berperan dan berkontribusi positif

Prosedur analisa untuk menentukan kadar emas dan perak secara fire assay baik yang dilakukan peleburan memakai tungku dengan bahan bakar gas maupun dengan bahan bakar solar

Data collection tool used Yang hearts Research Singer is a test Initial And Final test BlindStanding Stork Balance Test -dariArnot R and C Gaines (1984) and

Tentu masih banyak hal baik lainnya yang berkaitan dengan serangga, meskipun demikian tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian kecil serangga merupakan hama tanaman,