• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBENTUKAN CHORAL SOUND : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBENTUKAN CHORAL SOUND : Studi Kasus Pada “Voice Of Satya Wacana Christian University”."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Asumsi ... 13

F. Metode Penelitian ... 13

(2)

BAB II KERANGKA TEORETIS

A. Olah Tubuh ... 15

B. Pengaturan Jarak (Spacing) ... 18

C. Teknik Vokal ... 20

D. Choral Sound ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode ... 29

1. Definisi Variabel Penelitian ... 30

2. Teknik Pengumpulan Data ... 31

a. Observasi/Pengamatan ... 31

b. Wawancara ... 34

c. Angket ... 37

d. Studi Dokumentasi ... 39

3. Kredibilitas Data ... 40

a. Triangulasi Data ... 40

b. Diskusi Teman Sejawat ... 41

c. Memperkaya Referensi ... 41

d. Pengecekan oleh Subjek Penelitian ... 41

B. Tahap Penelitian ... 42

1. Tahap Orientasi ... 42

2. Tahap Eksplorasi ... 42

(3)

4. Analisis Data ... 45

a. Telaah Data ... 45

b. Reduksi Data ... 45

c. Menyusun Satuan ... 46

d. Pengambilan Kesimpulan dan Verifikasi Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Profil “Voice of Satya Wacana Christian University” ... 47

a. Sejarah Singkat “Voice of SWCU” ... 47

b. Logo “Voice of SWCU” ... 49

c. Program Rutin Tahunan ... 50

d. Prestasi yang telah diraih oleh “Voice of SWCU” ... 51

e. Konser yang dilakukan oleh “Voice of SWCU” ... 52

f. Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan ... 53

g. Struktur Organisasi “Voice of SWCU” Periode 2010-2013 ... 54

h. Alamat Surat dan Korespondensi ... 54

2. Komposisi Anggota “Voice of SWCU” ... 55

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

1. Choral Sound dan Pengaturan Jarak (Spacing) ... 57

2. Karakter Vokal Anggota “Voice of SWCU” ... 60

(4)

paduan suara... 75

3. Penggarapan olah tubuh dan teknik vokal pada “Voice of SWCU” ... 85

4. Pembentukan Choral Sound pada “Voice of SWCU” ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN ... 131

B. REKOMENDASI ... 133

DAFTAR PUSTAKA ...136

(5)
[image:5.595.118.517.164.634.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Halaman

4.1 Logo “Voice of SWCU” 49

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

3.1 Jadwal Observasi Penelitian pada “Voice of SWCU”

33

4.1 Anggota “Voice of SWCU” 55

4.2 Pengajaran Lagu “Gunung Salahutu” 69 4.3 Pengajaran Lagu “Sinten Nunggang Sepur” 71 4.4 Jadwal Latihan “Voice of SWCU” Maret 2012

untuk Pesparawi Nasional XI di Kendari

74

4.5 Vowel 83

4.6 Konsonan 83

[image:6.595.119.518.164.641.2]
(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Keterangan Halaman

Lampiran 1 Daftar Nara Sumber dan Informan 141

Lampiran 2 Foto Penelitian 142

Lampiran 3 Daftar Repertoar yang dipelajari “Voice of SWCU” Periode Semester Genap

2011/2012

147

Lampiran 4 Sertifikat Penghargaan dan Rekapitulasi Nilai Dewan Juri

149

Lampiran 5 Publikasi tentang “Voice of SWCU” 154 Lampiran 6 Pedoman Wawancara dan Angket 158

Lampiran 7 Lagu-lagu 165

Lampiran 8 Instrumen Penelitian 176

Lampiran 9 Contoh Hasil Angket 182

Lampiran 10 Persuratan 187

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu medium musik pertama yang dimiliki manusia adalah vokal melalui bernyanyi. Suara manusia merupakan medium musikal yang mendasari medium-medium musik lainnya. Musik vokal atau bernyanyi memiliki ekspresi yang paling natural, komunikasi yang paling langsung, dan merupakan kehalusan dari gambaran perasaan, atau emosi serta kualitas kemanusiaan secara umum, sebab vokal berasal dari tubuh si penyanyi itu sendiri

Bernyanyi yang baik dan benar tidaklah sesederhana yang kita perkirakan. Menyuarakan notasi dalam bentuk teks lagu, bernapas, melembutkan, dan mengeraskan volume semestinya menyesuaikan dengan ekspresi lagu dan gerak tubuh. Dalam bernyanyi ada teknik-teknik yang harus dikuasai agar suara yang dihasilkan adalah benar-benar suara orang bernyanyi. Beberapa teknik yang perlu dikuasai adalah teknik produksi suara meliputi pembentukan suara, olah suara, pernapasan, pengucapan, penguatan resonansi, diksi, artikulasi, dan penjiwaan.

(9)

Ia semestinya aktif dalam menguji konsep dan prinsip, disertai dengan sikap kritis, terbuka, teliti dan tidak lekas puas. Ia juga dituntut memiliki kemampuan dalam menggunakan teori, konsep, trampil dalam mengkaji berbagai gejala dan memecahkan masalah, mengkaji ulang hipotesis, bongkar-pasang hipotesis dalam mencari kebenaran ilmiah harus menjadi metode kerjanya dalam proses pengolahan paduan suara. Sebagai seorang praktisi, dirigen harus mampu mengolah suara paduan suaranya, menerapkan hasil kajiannya secara praktis, mudah dicerna, mendatangkan rasa keberuntungan, menumbuhkan rasa kegembiraan, kecintaan, rasa percaya diri, tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi dalam diri penyanyi paduan suara yang dipimpinnya.

Seorang dirigen hendaknya tidak terlampau berteori, namun tetap menjaga dan meningkatkan kualitas penyanyinya, serta kualitas dari lagu-lagu yang dibawakan oleh paduan suaranya. Ia harus mampu mengolah suara paduan suaranya menjadi instrumen yang tepat bagi paduan suaranya, siap pakai dan berdaya guna.

(10)

Paduan suara adalah suatu kumpulan penyanyi yang menyanyi bersama. Secara umum dapat diartikan himpunan dari sejumlah penyanyi yang dikelompokkan menurut jenis suaranya.

Pemimpin dalam sebuah paduan suara adalah seorang dirigen. Ada beberapa syarat atau kualifikasi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dirigen. Kualifikasi tersebut dibedakan menjadi dua aspek, yaitu aspek non teknis dan aspek teknis. Aspek tersebut dijelaskan oleh Listya (2007: 2-6) yang berbunyi:

Aspek non teknis yaitu komunikatif, sikap terbuka, tekun dan kerja keras, kreatif dan inovatif, kooperatif, serta disiplin tinggi dan serius. Aspek teknis yaitu pendengaran yang baik, pengetahuan mengenai teknik vokal, pengetahuan mengenai teori musik, pengetahuan mengenai ilmu bentuk analisa, pengetahuan mengenai teknik mengabah, pengetahuan mengenai sejarah musik dan repertoire lagu paduan suara, kemampuan dalam hal sight-singing, serta kemampuan memainkan piano.

Dari aspek tersebut diharapkan bahwa seorang dirigen adalah seorang yang mumpuni dan menguasai dalam bidang paduan suara. Seorang dirigen memiliki peran yang sangat dominan dalam sebuah paduan suara. Kriteria-kriteria untuk dapat disebut sebagai dirigen adalah bukan orang sembarangan dan yang seolah-olah hanya sebagai sebuah pajangan hidup yang bergerak dengan tangannya dalam memimpin sebuah paduan suara secara asal. Akan tetapi lebih dari itu dituntut memiliki kecakapan-kecakapan dan kepekaan musikalitas yang tinggi terhadap seni paduan suara.

(11)

gejala-gejala kurangnya perhatian, penanganan, serta pembinaan paduan suara yang lebih serius.

Perekrutan anggota “Voice of SWCU” melalui mekanisme seleksi. Seleksi

tersebut didasarkan pada beberapa kriteria. Secara musikalitas kriteria tersebut meliputi materi suara, tes pendengaran (solfeggio), prima vista vokal atau sight reading, serta tes kemampuan menirukan dan memainkan irama. Melalui tes materi suara dapat diketahui jenis suara, jangkauan nada atau ambitus calon anggota paduan suara tersebut. Dengan demikian calon anggota yang nantinya diterima penyanyi dalam paduan suara ini ditempatkan sesuai jenis suaranya. Jenis suara terdiri dari Sopran, Alto, Tenor, dan Bas (SATB).

Melalui tes pendengaran (solfeggio), para penyanyi dituntut mampu mendengarkan, menirukan, atau membunyikan tinggi rendah bunyi atau nada, menirukan rangkaian melodi dan irama. Dengan demikian dapat diketahui tingkat kepekaan anggota terhadap nada atau bunyi yang didengarkan. Tes prima vista vokal/sight reading merupakan tes untuk mengetahui tingkat penguasaan anggota dalam membaca notasi musik. Sedangkan tes irama ditujukan untuk mengetahui tingkat kemampuan anggota dalam menguasai irama atau ritmik.

“Voice of Satya Wacana Christian University” (disingkat “Voice of

SWCU”) merupakan Paduan Suara Mahasiswa yang keanggotaannya terdiri dari

(12)

akan mempengaruhi terhadap kualitas bunyi dalam choral sound dari paduan suara ini, sehingga dapat diwujudkan sebuah paduan suara yang memiliki standar dan kualitas vokal yang baik.

Bila diamati dan didengarkan dengan seksama, penyajian para penyanyi di berbagai kesempatan, sungguh merupakan hal yang mengherankan. Banyak penyanyi yang mengaku ataupun diperkirakan telah mengikuti atau menerima pelajaran pembentukan suara (pelajaran vokal), tetapi kenyataannya tidak bernyanyi dengan baik.

Pengaturan nafasnya tidak memadai, terlihat dari adanya ketegangan otot pada leher di saat menyanyi. Resonansi kerap kali kecil kurang mempunyai kekuatan. Kejadian ini diduga si penyanyi banyak memakai waktunya untuk mengenal vokal. Namun karena dianggap tidak perlu, kurang menarik, membosankan, terlampau dasar dan hanya dibutuhkan oleh pemula. Dalam kondisi pada saat lagu-lagu pop sedang digandrungi masyarakat, teknik vokal dianggap tidak perlu. Ada asumsi bahwa teknik vokal adalah teknik musik klasik atau seriosa, jadi bila dipakai dikuatirkan akan meruntuhkan nilai artistik dan gaya musik pop.

(13)

atas pasir. Penyanyi harus kembali jauh ke belakang, mempelajari vokal dari awal, memperbaiki atau membangun kembali pondasi dari awal. Terkadang penyanyi tidak dapat lagi melakukan pekerjaan penawar ini, karena suaranya telah mengalami kerusakan. Hal ini tentu saja mempengaruhi dalam teknik paduan suara.

Seorang dirigen harus menyadari dan memahami pentingnya teknik pembentukan suara. Untuk mencapai hal itu dapat ditempuh melalui latihan teknik vokal dalam vokalisi melalui pemanasan (warm-up). Vokalisi akan menolong para penyanyi dalam mempersiapkan organ produksi suaranya. Seorang dirigen yang hanya sekedar mengajarkan repertoar tanpa memperhatikan aspek-aspek pengolahan suara dan interpretasi yang tepat dari lagu yang seharusnya dibawakan, akan mengalami hal yang sama seperti contoh di atas.

Dari persiapan yang kurang matang dapat didengar bahwa notasi-notasi terhadap lagu yang dinyanyikan tidak dapat dibunyikan secara tepat, ketika tiba saatnya untuk menyajikan lagu-lagu yang telah dilatihnya. Notasi-notasi dibunyikan kurang tepat dalam bidikan nadanya dan masing-masing kelompok suara bernyanyi dengan keras tanpa saling mendengarkan antar kelompok suara tersebut. Seolah-olah adu kekuatan antar kelompok suara Sopran, Alto, Tenor,dan Bas.

(14)

nada-nada tinggi, pitch pada bas tidak pernah bersih, alto terus bernyanyi seperti suara sopran perokok, dan sopran yang bernyanyi dengan intonasi yang tidak tepat. Penyajian paduan suara yang demikian menjadi tidak menarik. Dirigen atau pelatihnya boleh berdalih ataupun menganggap kejadian itu sudah berlalu, namun pada dasarnya pelatih telah membuat misi paduan suaranya gagal.

Dugaan penyebab kejadian semacam ini terlampau banyak. Para penyanyi tidak mengenal secara baik teknik produksi suara, bisa juga karena pelatih atau dirigen tidak mengajarkan cara bernyanyi yang benar. Berbagai alasan antara lain seperti: mereka bukan penyanyi klasik, tidak perlu memakai teknik vokal, dan sebagainya.

Sebuah paduan suara mungkin memiliki anggota-anggota yang cukup banyak memahami teknik vokal, tetapi lebih banyak kemungkinan didapatkan perbedaan luas wilayah jangkauan suara dan kemampuan di antara anggotanya. Sebuah paduan suara walau terdiri dari para penyanyi yang memiliki suara dengan materi yang baik dan cukup terlatihpun harus disatukan suaranya. Hal ini baru dapat dicapai melalui usaha dirigen untuk menyatukan keragaman suara itu. Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab dirigen untuk menginstruksikan kepada anggotanya untuk menguasai dan memiliki dasar teknik pembentukan suara.

(15)

kelompoknya akan meningkat, melalui usaha pembentukan suara dan pengalaman vokalnya.

Hampir setiap paduan suara memiliki beberapa penyanyi yang baik. Adalah suatu kenyataan bahwa penyanyi yang lemah membutuhkan diperkuat kemampuan suaranya, sehingga penyatuan suara dapat dicapai dalam tiap seksi suara dalam paduan suara. Apabila tidak, maka suara-suara yang kuat akan mendominasi seluruh himpunan penyanyi. Atau para penyanyi yang lemah akan menyeret-nyeret yang bersuara baik ke dalam tone yang buruk. Intonasi, irama atau ritmik yang salah, serta berbagai masalah lainnya yang dihadapi paduan suara.

Untuk memperkuat pemahaman mengenai pembentukan choral sound, peneliti menggunakan istilah mengenai choral sound yang terdapat dalam Casarow (T.Th: 6) yang menyebutkan bahwa:

Thus, by analyzing the sound of the ideal, imaginary choir, we have established that there are three essential qualities of choral sound: ensemble, intonation, and nuance.

(16)

nuansa berhubungan dengan tanggapan dan pemenuhan permintaan dirigen yang menitikberatkan pada segi ekspresivitas/ pengungkapan (expressivity).

Fitur-fitur dasar sonoritas atau kemerduan dalam paduan suara di atas sangatlah diperlukan. Untuk mempermudah dalam memahami karakteristik dan signifikansi dari ketiga elemen dasar tersebut, maka bila digambarkan dapat diilustrasikan pada tabel berikut ini:

Elemen Karakteristik Hasil

Ansambel Keseimbangan dan perpaduan dalam tiap bagian dan bagian bersama-sama

Kesatuan (unity)

Intonasi Presisi dan akurasi dalam menyelaraskan nada

Keindahan (beauty)

Nuansa Tanggapan dan pemenuhan permintaan dirigen

Pengungkapan (expressivity)

Berangkat dari penjelasan di atas, maka perlu diadakan pembahasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses pembentukan choral sound. Hal tersebut penting dilakukan mengingat setiap paduan suara memiliki ciri khas tersendiri. Di samping itu dalam paduan suara mahasiswa yang peneliti gunakan sebagai subjek penelitian anggotanya terdiri dari beragam latar belakang serta asal-usulnya dengan warna suara atau timbre yang sudah mereka bawa.

(17)

melaksanakan latihan, yang akan menjadi pondasi yang kokoh bagi paduan suara dalam mencapai sukses dan prestasi berpaduan suara.

B. Rumusan Masalah

Sumber informasi dan latihan-latihan mengenai pembentukan choral sound masih dirasa terbatas, sehingga diperlukan usaha-usaha dan ketelitian dari pelatihnya demi kemajuan paduan suara yang dipimpinnya. Dirigen atau pelatih yang mencari formula untuk dapat menghasilkan bunyi yang dikehendaki dalam satu kali latihan jelas tidak mungkin dapat menemukan. Rahasia dari semua bunyi vokal, terpancang dan terikat pada hukum yang fundamental dari produksi suara yang alami. Hukum ini berlaku terhadap suara anak-anak maupun dewasa. Tanpa pengetahuan tentang prinsip dasar bernyanyi, seorang dirigen tidak mungkin dapat melatih paduan suara dengan sukses.

Ruang lingkup yang dianggap penting dalam penelitian mengenai pembentukan choral sound ini berhubungan dengan pengolahan tubuh sebagai instrumen bagi penyanyi. Hal tersebut terkait dengan tahapan teknik-teknik vokal yang harus diajarkan oleh pelatih dan dilakukan oleh penyanyi, sehingga penyanyi dapat merasakan manfaat dari latihan-latihah teknik vokal yang diberikan oleh pelatih.

(18)

menjadi tolok ukur terhadap tingkat musikalitas para penyanyi dalam paduan suara.

Selanjutnya berhubungan dengan segi ekspresi atau penjiwaan dalam paduan suara. Pesan musikal dari lagu yang dibawakan sudah tentu berhubungan dengan isi lagu. Dalam hal ini berkaitan dengan pengolahan gerak bicara tubuh atau posture-gesture dalam menyampaikan pesan musikal, isi hati, dan pikiran dalam seni paduan suara.

Penelitian ini difokuskan pada masalah Pembentukan Choral Sound (Studi Kasus pada “Voice of Satya Wacana Christian University”). Dari penjelasan tersebut maka terbentuklah beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana karakter vokal anggota “Voice of Satya Wacana Christian

University”?

2. Bagaimana penggarapan olah tubuh dan teknik vokal pada “Voice of Satya Wacana Christian University”?

3. Bagaimana pembentukan choral sound pada “Voice of Satya Wacana

Christian University”?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:

(19)

2. Mendeskripsikan penggarapan olah tubuh dan teknik vokal pada “Voice of Satya Wacana Christian University”.

3. Mendeskripsikan pembentukan choral sound pada “Voice of Satya Wacana Christian University”.

Dari tujuan tersebut selanjutnya dikaji dan dianalisa, sehingga mendapatkan suatu hasil yang dapat dievaluasi dan dikembangkan untuk kepentingan dan pengembangan musik vokal. Kajian dan analisa dari penelitian tersebut dapat dideskripsikan ke dalam bentuk laporan hasil penelitian yang pada akhirnya dapat dijadikan sebuah acuan atau formula untuk pegangan bagi pelatih-pelatih paduan suara.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini peneliti anggap penting, karena diharapkan dapat memperluas khazanah pengetahuan dalam bidang seni vokal kususnya paduan suara.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi pelatih paduan suara tentang penggarapan olah tubuh dan keragaman teknik vokal dalam menunjang proses pembentukan choral sound.

3. Diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi acuan bagi penelitian berikutnya.

(20)

E. Asumsi

Berdasar pada latar belakang, maka pembentukan choral sound perlu dilakukan berbagai teknik vokal dan variasinya. Teknik ini dapat membantu meningkatan kemampuan dan kepekaan musikalitas dalam bernyanyi, yang dilakukan melalui latihan-latihan vokal secara bertahap dan alami (natural singing).

F. Metode Penelitian

Berangkat dari tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penyelesaian masalah dalam penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode ini merupakan prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada. Secara singkat dapat dikatakan bahwa metode ini merupakan langkah-langkah melakukan representasi objektif tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian dengan cara melakukan observasi secara langsung, serta mengumpulkan informasi dari para nara sumber. Demikian pula yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1983: 30), bahwa:

Penelitian yang bersifat deskriptif, memberi gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Adakalanya penelitian demikian bertolak dari beberapa hipotesa tertentu, adakalanya tidak. Seringkali arah penelitian dibantu oleh adanya hasil penelitian sebelumnya. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa sehingga akhirnya membantu pembentukan teori baru memperkuat teori lama.

(21)

ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menerapkan studi kasus. Penelitian kualitatif dilakukan secara alamiah langsung ke sumber data. Merujuk dari Alwasilah (2009: 44) menyatakan bahwa:

Mazhab kualitatif menentang pendekatan deduktif dengan fokus pada verifikasi dalam pembentukan sebuah teori dan definisi a priori dari konsep hipotesis. Mazhab ini mengagungkan ikhtiar menemukan gumpalan grounded theory, teori dasar, yakni berdasarkan data di lapangan lalu mengental sebagai teori. Melalui pendekatan induktif, mereka menemukan konsep dan hipotesis, dan ini ditempuh dengan strategi analisis komparatif secara berulang-ulang.

Selanjutnya melalui asumsi atau konsep dasar yang ditemukan akan diuji kelayakannya sehingga ditemukan sebuah kesimpulan yang utuh dan reliabel.

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini di Recital Hall Fakultas Seni Pertunjukan tempat berlatihnya Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Kristen Satya Wacana yang terletak di Jalan Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 Jawa Tengah, sedangkan subjek penelitian ini adalah Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Kristen

Satya Wacana Salatiga yang bernama “Voice of Satya Wacana Christian

(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode

Pendekatan dan metode yang tepat merupakan hal yang penting dalam sebuah penelitian, karena hal ini merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Keberhasilan sebuah penelitian sebagian besar tergantung pada teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya. Untuk memperoleh data seperti yang dimaksud, maka digunakan teknik, prosedur, alat, serta kegiatan yang nyata. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini menerapkan studi kasus. Dalam Yin (2011: 18) digambarkan sebagai berikut:

Studi kasus sebagai inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan yang nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak dengan tegas dan multisumber bukti dimanfaatkan. Studi kasus juga digambarkan sebagai suatu penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.

(23)

1. Definisi Variabel Penelitian

Dalam rangka memperoleh pemahaman dan gambaran yang mendalam mengenai pembentukan choral sound pada “Voice of SWCU”, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case studies). Metode ini dipilih berdasarkan kebutuhan pada tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan, menganalisis data dan informasi keadaan sebenarnya terhadap topik penelitian ini.

Mengutip pernyataan Stake dalam Denzin dan Lincoln (1994: 438-439) bahwa dalam penelitian studi kasus mencari apa yang umum dan apa yang khusus tentang sebuah kasus, tetapi hasil akhirnya secara teratur menggambarkan sesuatu yang tidak biasa, menariknya dari hal-hal berikut ini:

1. Sifat sebuah kasus 2. Latar sejarah kasus 3. Keadaan fisik

4. Konteks lain (misal ekonomi,politik, legalitas, dan estetika) 5. Melalui kasus lain di mana kasus tersebut dikenali

6. Melalui para informan di mana kasus tersebut dapat diketahui

Ditegaskan oleh Stake (1994: 436) bahwa studi kasus adalah

Proses penyelidikan tentang kasus dan hasil penyelidikan itu. Semakin spesifik objek studi, unik, sistem yang terbatasi, maka semakin besar manfaat dari alasan-alasan epistemologisnya.

(24)

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu instrumen dalam sebuah penelitian. Teknik ini menentukan sesuai atau tidaknya penelitian yang diharapkan. Dengan demikian diperlukan sebuah pendekatan yang tepat dalam teknik pengumpulan data.

Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bukti atau data untuk keperluan studi kasus menurut Yin (2011: 101) berasal dari enam sumber, yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik. Penggunaan keenam sumber ini memerlukan ketrampilan dan prosedur metodologis yang berbeda-beda. Teknik yang dipergunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi/ Pengamatan

Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif pengamatan dimanfaatkan secara maksimal, seperti yang diungkapkan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong (2010: 174-175), sebagai berikut:

(25)

secara langsung untuk mendapatkan hasil penelitian. Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Burns dalam Basrowi (2008: 93) menegaskan: „dengan observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan merefleksi secara sistematis terhadap kegiatan dan interaksi subjek penelitian‟.

Latihan rutin “Voice of SWCU” dilaksanakan sepanjang semester berjalan,

sedangkan seleksi dan audisi anggota baru biasanya dilaksanakan pada awal dimulainya semester ganjil. Dengan kata lain perekrutannya sekali dalam setahun dengan melihat kebutuhan penambahan anggota karena dari sebagian anggota ada yang sudah lulus dan berakhir masa studinya.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan pada saat berlangsungnya latihan-latihan rutin yang sudah dijadwalkan. Latihan rutin “Voice of SWCU” dilaksanakan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari Senin dan Kamis pukul 18.00 – 20.00 WIB bertempat di Recital Hall Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

Selain jadwal tersebut biasanya ada penambahan hari dan jam latihan dalam menyiapkan event yang mereka hadapi, seperti menyiapkan pementasan dalam acara seremonial di lingkungan kampus (wisuda, dies natalis, pengukuhan guru besar), pelayanan ke gereja-gereja, permintaan performance oleh sebuah instansi (perusahaan, pemerintah), dan persiapan menghadapi kompetisi.

(26)
[image:26.595.107.513.251.767.2]

Data yang peneliti peroleh yaitu melalui observasi atau pengamatan langsung pada hari dan jam latihan yang sudah ditentukan. Observasi yang dilakukan sebanyak 12 kali. Sedangkan susunan jadwal observasi penelitian yang telah dilakukan peneliti secara terperinci terhadap “Voice Of SWCU” dapat disimak pada tabel berikut ini:

Tabel 3. 1. Jadwal Obervasi Penelitian pada “Voice of SWCU”

No. Hari/Tanggal Waktu Tempat Keterangan

1. Kamis, 26 Januari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

2. Senin, 30 Januari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

3. Kamis, 2 Februari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

4. Senin, 6 Februari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

5. Kamis, 9 Februari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

6. Senin, 13 Februari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

7. Kamis, 23 Februari 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan Rutin

8. Senin, 27 Februari 2012

(27)

9. Senin, 5 Maret 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Latihan rutin

10. Kamis, 8 Maret 2012

18.00-20.00 WIB Recital Hall Gladi Kotor

11. Jumat, 9 Maret 2012

18.00-20.00 WIB Balairung Utama

Gladi Bersih

12. Sabtu, 10 Maret 2012

08.00-12.00 WIB Balairung Utama

Performing Acara Wisuda

b. Wawancara

Langkah yang ditempuh selanjutnya oleh peneliti adalah wawancara. Arti wawancara dalam Moleong (2010: 186) dinyatakan:

Wawancara yaitu percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara atau interviu yang dilakukan adalah melalui tatap muka langsung yang dilakukan di sela-sela latihan paduan suara atau waktu istirahat. Wawancara secara langsung ini lebih efektif karena partisipan berkomunikasi dan bertatap muka secara langsung. Dengan demikian peneliti dapat menerjemahkan ekspresi melalui bahasa dan gerak tubuh, atau berpendapat secara langsung.

(28)

1. Menentukan siapa yang akan diinterviu. 2. Menyiapkan bahan-bahan interviu. 3. Langkah-langkah pendahuluan.

4. Mengatur kecepatan menginterviu dan mengupayakannya agar tetap produktif.

5. Mengakhiri interviu.

Wawancara dilakukan terhadap tim artistik sekaligus pelatih yaitu Juanita Theresia Adimurti dan Poedji Soesila, pelatih harian atau dirigen yaitu Eriyani Tenga Lunga, dan Ketua “Voice of SWCU” yaitu Susanti Pudji Hastuti. Secara terperinci wawancara tersebut dijabarkan dalam beberapa poin pertanyaan. Dalam hal ini peneliti mencantumkan panduan wawancara yang bersifat spesifik dan berkaitan langsung terhadap topik kajian dalam penelitian ini pada lampiran.

Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap tim artistik “Voice of SWCU”

bertujuan untuk memperoleh data diantaranya yaitu mengenai kualifikasi sebuah Paduan Suara Mahasiswa yang baik, pemahaman mengenai choral sound yang baik dan usaha untuk mencapainya, serta sejauh mana tingkat pencapaian choral sound yang dihasilkan oleh “Voice of SWCU” (Pedoman wawancara lengkap terlampir).

Sedangkan wawancara terhadap pelatih harian atau dirigen “Voice of

SWCU” bertujuan untuk memperoleh data diantaranya yaitu mengenai

latihan-latihan teknik vokal yang diajarkan kepada anggota, usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tingkat choral sound yang baik, jenis atau gaya repertoar yang diajarkan kepada anggota, standar penerimaan anggota baru, serta target yang akan dicapai terhadap paduan suara “Voice of SWCU” (Pedoman wawancara

(29)

Selanjutnya wawancara terhadap Ketua “Voice of SWCU” bertujuan untuk

memperoleh data yang secara garis besar lebih bersifat kepada cara

pengorganisasiannya (non artistik) yaitu strategi dalam mengelola “Voice of

SWCU” dan program-program yang dilakukan (Pedoman wawancara lengkap

terlampir).

Dari informasi dan data yang diberikan Ketua “Voice of SWCU” yang diberikan kepada peneliti ada beberapa syarat atau kriteria untuk menjadi anggota paduan suara mahasiswa ini. Syarat atau kriteria dalam perekrutan anggota “Voice

of SWCU” ini adalah:

1. Tercatat sebagai mahasiswa aktif pada semester yang bersangkutan. 2. Memiliki IPK sekurang-kurangnya 2,75 yang dilampirkan saat audisi.

3. Lulus materi audisi meliputi: materi suara, solfeggio/tes pendengaran, primavista/sight reading, serta tes irama atau ritmik.

4. Lulus tes koreografi. Dalam tes koreografi auditor memperdengarkan sebuah gaya musik tertentu. Selanjutnya peserta menciptakan gerakan dan ekspresi tubuh dengan cara menari sesuai irama musik yang diperdengarkan.

5. Lulus tes wawancara.

(30)

Mahasiswa dan paduan suara yang lain, pemahaman mengenai choral sound yang baik dan usaha untuk mencapainya, keberadaan dan perkembangan Paduan Suara Mahasiswa di Indonesia saat ini serta pandangannya mengenai tingkat pencapaian choral sound yang dihasilkan oleh “Voice of SWCU” (Pedoman wawancara

lengkap terlampir).

Wawancara di atas diperlukan untuk melengkapi kebutuhan data yang tidak mungkin diperoleh hanya dengan melalui observasi saja agar lebih bersifat obyektif. Wawancara dilakukan dengan cara yang bersifat informal, dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada partisipan dalam memberikan jawaban tanpa merasa ada paksaan atau tekanan. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba dalam Moleong (2010: 186), antara lain:

Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan; merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian seabgai yang dialami masa lalu; memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang; memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia (triangulasi); dan memverifikasi, mengubah dan dan memperluas konstruksi yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.

c. Angket

Metode angket digunakan peneliti sebagai salah satu alat yang tepat dalam memperoleh data dalam penelitian kualitatif. Diungkapkan oleh Arikunto dan Jabar (2010: 116) bahwa

(31)

Angket ini berupa bentuk pertanyaan-pertanyaan tertulis yang diajukan kepada anggota maupun pianis “Voice of SWCU”. Dalam angket berisi pertanyaan yang dijawab secara terbuka oleh anggota maupun pianis paduan suara. Dalam Alwasilah (2009: 151) dikatakan bahwa:

Penelitian ini mendeskripsikan karakteristik atau ciri-ciri kelompok, kejadian, atau fenomena. Teknik-teknik deskriptif lazimnya dipakai untuk mengukur tiga hal, yaitu (1) eksistensi dan distribusi berbagai tingkah laku atau karakteristik yang terjadi secara alami; (2) frekuensi kemunculan kejadian yang terjadi secara alami; dan (3) hubungan serta besarnya hubungan-hubungan yang mungkin ada karakteristik, tingkah laku, kejadian, atau fenomena yang menjadi perhatian peneliti.

Angket ini akan memberikan gambaran yang bermakna tentang pemahaman anggota paduan suara terhadap pembentukan choral sound yang mereka lakukan dan mereka capai. Isi pertanyaan di dalam angket bagi anggota “Voice of SWCU” bertujuan untuk memperoleh data diantaranya yaitu lama anggota tercatat sebagai anggota pada saat penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pengetahuan anggota dalam berpaduansuara, manfaat yang didapatkan, latihan teknik vokal yang disukai, membandingkan situasi latihan jika mengikuti pada kelompok paduan suara di luar “Voice of SWCU”, pentingnya teknik vokal

untuk mencapai choral sound yang baik, choral sound yang dilakukan anggota, gaya atau repertoar yang disukai, pandangan mengenai tingkat ketrampilan/skill yang dimiliki pelatih, serta harapan dan saran bagi “Voice of SWCU” (Pedoman Angket terlampir).

Selain kepada anggota, angket juga diberikan kepada pianis “Voice of

SWCU” yaitu Samuel Kristiawan. Pianis ini merupakan mitra kerja bagi pelatih

(32)

latihan dan pementasan. Adapun pertanyaan dalam angket yang ditujukan kepada pianis tersebut bertujuan untuk memperoleh data diantaranya adalah manfaat yang didapatkan sebagai pianis, pandangannya terhadap penerapan teknik vokal yang diberikan pelatih kepada anggota, pandangannya terhadap choral sound yang dihasilkan oleh “Voice of SWCU”, jenis atau gaya repertoar yang disukai, tingkat ketrampilan/skill yang dimiliki pelatih, komunikasi dalam latihan dan pertunjukan yang dilakukan pelatih kepada pianis dan anggota, hal yang mengesankan sebagai pianis, serta harapan dan saran bagi “Voice of SWCU” (Pedoman angket terlampir).

d. Studi Dokumen

Untuk studi kasus, penggunaan dokumen yang paling penting adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain, hal ini diperkuat oleh pernyataan Yin (2011: 104) bahwa:

Pertama, dokumen membantu penverifikasian ejaan dan judul atau nama yang benar dari organisasi-organisasi yang telah disinggung dalam wawancara. Kedua, dokumen dapat menambah rincian spesifik lainnya guna mendukung informasi dari sumber-sumber lain. Ketiga, inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen.

Studi dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan bukan berdasarkan perkiraan. Ditegaskan oleh Basrowi (2008: 158) bahwa:

(33)

Berkaitan dengan hal tersebut, maka studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini dengan cara mengumpulkan file-file tulisan mengenai program-program yang sudah dilakukan pada waktu lalu dan rencana program yang akan dilakukan dalam sebuah file “Rapat Pengurus”. Buku-buku panduan latihan vokal yang dipergunakan, daftar lagu-lagu atau repertoar yang pernah dipelajari atau sedang dipelajari oleh “Voice of SWCU” (daftar repertoar yang

dipelajari “Voice of SWCU” periode semester genap 2011/2012 terlampir).

Selain itu data juga diperoleh melalui surat kabar yang diklipingkan yang

memberitakan tentang “Voice of SWCU”. Diantaranya adalah “Voice of SWCU

Rebut Emas di Jepang” yang terdapat dalam surat kabar Suara Merdeka yang

terbit pada Senin, 20 Agustus 2007 (dokumen terlampir).

Selanjutnya melalui dokumentasi foto dan video penampilan “Voice of

SWCU”, juga dalam bentuk catatan mengenai perkembangan teknik vokal dan

kualitas penyajian para anggota dalam setiap pementasan (konser) melalui lembar evaluasi yang dibagikan kepada audiens yang hadir menyaksikan untuk memberikan komentar tertulis.

3. Reabilitas Data/ Keterandalan

Reabilitas data dalam hal ini dimaksudkan untuk semakin memperkuat hasil penelitian dan membuat sah sebuah penelitian. Untuk mendapatkan kredibillitas data, maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Triangulasi Data

(34)

penyidik, dan teori. Triangulasi merujuk pada dua konsep yakni dimensionalitas melalui sudut pandang yang jamak dan stabilitas. Sumber-sumber, metode, dan teknik yang berbeda bila digabungkan meningkatkan kredibilitas (Alwasilah, 2009: 176).

b. Diskusi Teman Sejawat

Tujuan dilakukan diskusi atau tanya jawab dengan teman sejawat adalah guna meyakinkan apakah peneliti bersikap jujur, agar tidak menimbulkan bias, dan menggali makna penelitian, serta memperjelas landasan untuk membuat interpretasi.

c. Memperkaya Referensi

Sumber untuk memperkaya referensi bisa didapatkan dari buku tentang paduan suara dan segala informasi serta segala aspek yang berhubungan dengan paduan suara. Referensi yang lain didapatkan melalui informasi audio, audio visual yang berisi penampilan, konser, ataupun kompetisi paduan suara yang dapat diperoleh melalui media-media di internet dan referensi-referensi lain yang mendukung.

d. Pengecekan oleh Subjek Penelitian

(35)

B. Tahap Penelitian

Dalam tahap penelitian yang peneliti lakukan dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu:

1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini, peneliti melakukan pendekatan kepada subjek yang akan diteliti, kemudian melakukan perijinan kepada Ketua dan Pelatih “Voice of

SWCU” baik secara informal ataupun formal. Hal ini untuk mengetahui apakah

subjek penelitian memberikan sikap apresiatif dan terbuka untuk diteliti. Langkah pertama yang ditempuh peneliti dalam hal ini dengan cara komunikasi kepada

Ketua dan Pelatih “Voice of SWCU” melalui telepon selular dan surat elektronik

(email). Pada tahap ini peneliti mulai mempersiapkan pedoman atau susunan pertanyaan untuk wawancara dan observasi. Selanjutnya peneliti mencari dan mengumpulkan data-data pendukung dan alasan-alasan yang memperkuat penelitian pada “Voice of SWCU”.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini, kegiatan eksplorasi yang peneliti lakukan yaitu:

a. Observasi/pengamatan kegiatan latihan “Voice of SWCU” di Recital Hall

Fakultas Seni Pertunjukan UKSW Salatiga pada jam latihan yang sudah terjadualkan.

(36)

database paduan suara ini yang berupa catatan-catatan yang dibuat oleh pelatih-pelatih terdahulu, program-program kegiatan, buku-buku acuan yang dipergunakan, daftar repertoar yang sudah pernah diajarkan dan ditampilkan c. Wawancara secara intensif juga dilakukan kepada Ketua juga kepada alumni

atau mantan anggota “Voice of SWCU” yang sudah lulus untuk mendapatkan

informasi mengenai output untuk melihat dan mengevaluasi “Voice of

SWCU” di masa lalu dan masa sekarang.

d. Wawancara dengan anggota “Voice of SWCU” guna mengetahui sisi lain dari

fenomena yang dijadikan subjek penelitian. Wawancara ini dilakukan kepada anggota dalam persiapan menghadapi Pesparawi Nasional XI kategori Paduan Suara Remaja Pemuda di Kendari dan Pesparawi Mahasiswa Nasional XII di Ambon pada tengah tahun 2012 ini. Hal ini dilakukan atas dasar pertimbangan keluasan dan penyerapan wawasan anggota dalam berpaduan suara, penguasaan teknik vokal dan kematangan suara, serta lama anggota terlibat sebagai anggota “Voice of SWCU”. Anggota yang terpilih nantinya

secara umum adalah anggota yang sudah memiliki jam terbang berlatih dan perform yang dianggap cukup memadai sebagai bekal.

e. Wawancara formal dan informal kepada Bidang Artistik dan Bidang Non Artistik pada “Voice of SWCU”. Hal ini menjadi sebuah pertimbangan yang

(37)

mereka juga dapat memberikan pandangan tentang melatih dan bagaimana mengolah paduan suara sesuai dengan kondisi maupun kebutuhan “Voice of SWCU”.

f. Wawancara kepada pemerhati, pengamat, atau simpatisan untuk memperoleh sudut pandang yang berbeda dengan anggota atau pelatih “Voice of SWCU”.

g. Membagikan angket yang wajib diisi oleh Anggota, Pelatih, Pianis, dan Ketua “Voice of SWCU” untuk mengetahui dan memaknai pandangan mereka

tentang objek yang diteliti.

h. Studi dokumen “Voice of SWCU” melalui berbagai sumber rekaman yang berupa video, CD atau DVD dokumentasi dari kegiatan perform yang pernah dilakukan dari waktu ke waktu.

i. Menelaah dan merefleksi berita melalui berbagai media, termasuk surat kabar, serta informasi melalui berita di internet tentang “Voice of SWCU”.

3. Tahap Member Check

Tahap member check merupakan sebuah tahap pengecekan ulang kebenaran data dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari semua informan yang terlibat dalam pengumpulan data. Hasil informasi dari para informan dikumpulkan. Selanjutnya ditanyakan kembali kepada mereka supaya mendapatkan masukan, kritikan, ataupun evaluasi. Seperti yang diungkapkan oleh

Alwasilah (2009: 177) bahwa “Ada masukan atau feedback yang sangat penting

(38)

Tahap berikutnya peneliti mewawancarai kembali semua informan untuk menambahkan data yang sekiranya dirasa perlu ditambahkan dan kemudian diolah kembali hingga memperoleh hasil wawancara yang sesuai dengan gambaran yang diharapkan.

4. Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti berupaya mencari dan menata data sedemikian rupa hingga tersusun secara sistematis yang dapat berfungsi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya kepada orang lain. Proses atau tahapan analisis data tersebut sebagai berikut: a. Telaah Data

Di dalam tahap ini dimulai dengan mengumpulkan semua sumber data berupa observasi, wawancara, angket, dan studi dokumen yang kemudian dipilah-pilah sebagai data deskriptif dan data reflektif. Data deskriptif lebih menceritakan dan menyajikan keadaan dan kejadian dari pengamatan yang sedang dilakukan. Sedangkan data reflektif lebih bersifat ide, buah pemikiran, dan perhatian peneliti. b. Reduksi Data

(39)

c. Menyusun Satuan

Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang utuh dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian lain, berwujud kalimat faktual sederhana atau paragraf utuh. Satuan-satuan tersebut perlu dimasukkan dalam indeks supaya mudah dipelajari oleh orang lain (Widoyoko dalam Zaenuloh 2010: 50)

d. Pengambilam Kesimpulan dan Verifikasi Data

Intisari dari sebuah hasil penelitian merupakan kesimpulan. Hal tersebut peneliti lakukan setelah interpretasi data-data mengenai “Voice of SWCU” yang terkumpul sudah dikategorisasikan. Ditegaskan oleh Basrowi dan Suwandi (2008: 210) bahwa:

Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan.

(40)
(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pembentukan Choral Sound (Studi Kasus pada “Voice of Satya Wacana Christian University”) dapat disimpulkan bahwa paduan suara mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Jawa Tengah yang bernama “Voice of SWCU” telah mampu mencapai prestasi yang

tinggi dalam seni berpaduan suara. Data-data yang ada menunjukkan bahwa pembinaannya dapat dikatakan berhasil.

“Voice of SWCU” yang keanggotaannya terdiri dari mahasiswa yang

memiliki beragam etnis dan latar belakang yang berbeda-beda. Berkat kejelian pelatih atau dirigen dalam mengajarkan teknik vokal kepada anggota mampu meraih sebuah blend dan homogenitas yang baik, sehingga bunyi paduan suara atau choral sound dari paduan suara ini baik. Teknik vokal dalam vokalisi yang diterapkan pelatih kepada anggota “Voice of SWCU” saat latihan sudah menjadi

(42)

dalam menyesuaikan suaranya terhadap kelompok suara yang lain, serta meningkatkan kualitas individu dan kualitas choral sound nya.

“Voice of SWCU” menerapkan pengolahan tubuh dan latihan fisik dalam

proses latihan. Hal tersebut dilakukan karena postur, gestur tubuh penyanyi merupakan media ekspresi musikal dalam menyajikan musiknya. Hal ini perlu dilakukan karena orang bernyanyi sama halnya seperti seorang atlit yang melibatkan fisiknya. Seorang penyanyi dalam paduan suara di samping menggunakan suaranya juga menggunakan fisiknya untuk mengekspresikan musiknya.

Agenda kegiatan atau program yang terstruktur seperti konser dan kompetisi mampu memotivasi serta meningkatkan kualitas vokal anggota, sehingga dapat menjadi tolok ukur bagi perkembangan kemajuan paduan suaranya.

Tingginya frekuensi pergantian anggota karena yang bersangkutan telah menyelesaikan studi dan dinyatakan lulus menuntut pelatih untuk senantiasa siap memulai dan melatih anggotanya dengan materi dari nol lagi karena “Voice of

SWCU” merupakan wadah pembelajaran vokal dalam paduan suara bagi

mahasiswa di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

(43)

Temuan lain, kontinuitas latihan dan pemilihan repertoar yang terprogram secara baik dapat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam meraih prestasi dan penyajian dalam berpaduan suara. Dalam hal ini anggota harus memiliki

pegangan bahwa “proses” merupakan hal yang sangat penting untuk menunjukkan

“hasil”. Proses tersebut dapat mendukung demi tercapainya tujuan yang lebih luas

bagi paduan suara yaitu pencapaian kulitas vokal paduan suara dan kesinambungan regenerasi anggota paduan suara dalam wadah PSM.

Garis besar dari hasil penelitian ini adalah choral sound yang dihasilkan oleh “Voice of SWCU” adalah choral sound dengan karakter warna suara atau

timbre ringan dan terang serta berkarakter sonor dan bulat. Corak suara yang berkarakter demikian cenderung kuat dan bagus dalam membawakan lagu-lagu gaya Klasik, Barok. Akan tetapi untuk membawakan lagu-lagu Romantik dan Gospel/Spiritual ternyata lemah, karena dituntut warna suara yang berat, gelap, dan tebal.

B. Rekomendasi

(44)

kelompoknya masing-masing, sehingga dapat melakukan pendekatan yang tepat terhadap paduan suaranya. Teknik bernyanyi dan teknik berpaduan suara tidak hanya menjadi sebuah syarat dalam suatu tahapan pengembangan paduan suara, lebih dari itu menjadi kunci penting dalam meraih sukses dan prestasi sebuah paduan suara.

Sebuah paduan suara terdiri dari beragam anggota yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Sebuah paduan suara akan memiliki kekuatan jika setiap individu atau personil yang terlibat didalamnya menyadari akan potensi yang dimiliki dan menyadari kelemahannya. Para anggota perlu menyadari adanya perbedaan-perbedaan pada diri sendiri dengan anggota yang berbeda latar belakang. Kesadaran dan pemahaman pada setiap anggota akan memperkuat sikap toleransi dalam bernyanyi, bangga dan punya “rasa memiliki” sebagai tim. Penyesuaian atau adaptasi yang baik bagi anggotanya dapat memperkuat semangat kebersamaan, sehingga paduan suara akan lebih cepat berkembang sebagai Paduan Suara Mahasiswa (PSM) yang berkualitas.

(45)

Perlu dilakukan penelitian lanjutan sebagai perbandingan mengapa choral sound yang dihasilkan oleh Paduan Suara Mahasiswa (PSM) dari kawasan

Indonesia Timur (Nusa Tenggara Timur, Ambon, Papua dan sekitarnya) lebih unggul dalam membawakan repertoar Romantik dan Gospel/Spiritual akan tetapi lemah dalam repertoar Klasik. Dibandingkan dengan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) dari kawasan Indonesia Tengah dan Barat.

(46)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Cetakan

Albrecht, Sally K. (T.th.) The Choral Warm-Up Collection; A Sourcebook of 167 Choral Warm-Ups Contributed by 51 Choral Directors. CA: Alfred Publishing Co., Inc.

Alfian, Teuku Ibrahim. (2003). “Dimensi Teori dalam Wacana Ilmu Pengetahuan”

dalam Kembang Setaman, Persembahan untuk Sang Maha Guru. Ed. A.M. Hermin Kusmayati. Yogyakarta: B.P. ISI Yogyakarta.

Alwasilah, A. Chaedar. (2009). Pokoknya Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto, Suharsimi & C. Safrudin Abdul Jabar. (2010). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Basrowi & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Beckman, Gertrude Wheeler. (1955). Tools for Speaking and Singing. New York: G. Schirmer, Inc.

Caruso, Enrico & Luisa Tetrazzini. (1975). Caruso and Tetrazzini on The Art of Singing. New York: Dover Publications, Inc.,

Casarow, Pattye (T.th). Achieving Better Choral Sound. Clearwater Christian College.

Christy, V. A. (1995). Foundation in Singing. Iowa: W.M.C. Company Publishers.

Decker, Harold A. & Julius Herford. (1988). Choral Conducting Symposium. New Jersey: Englewood Cliffs.

Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. (1994). Hand Book of Qualitative Research. dalam “Case Studies” tulisan Robert E. Stake. London: Sage Publication.

Emilia, Emi. (2009). Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung: SPs UPI & CV. Alfabeta.

(47)

Gordon, L. (1989). Choral Director’s Reherseal and Performance Guide. New York: Parker Publishing Company.

Gunawan, Ester N. (2005). Potpouri. Kumpulan Makalah Seminar. Bandung: SCCM. Tidak diterbitkan.

Jacob, Arthur. (1963). Choral Music. Harmon Wordth Middle Penguin Book. Katamsi, Aning & Zen Hae. (2011). Pedoman Pelafalan Seriosa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia.

Kismiyati, Ch. (2008). Komponis dan Pianis Wanita Indonesia Trisutji Kamal (Sebuah Biografi). Tesis pada Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa Jurusan Ilmu-ilmu Humaniora SPs UGM Yogyakarta. Tidak diterbitkan.

Kodijat, Latifah. (1989). Istilah-istilah Musik. Jakarta: Djambatan.

Koentjaraningrat. (1973). Metodologi Penelitian Masyarakat. Jakarta: LIPI.

Listya, Agastya Rama. (2007). A-Z Direksi Paduan Suara. Jakarta: YAMUGER. Martinus, Surawan. (2008). Kamus Kata Serapan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

McKinney, James. (1985). Lima Pelajaran Praktis Seni Suara. Judul Asli: Five Practical Lessons in Singing. Bandung: Lembaga Literatur Baptis.

Miller, Richard. (1977). English, French, German, and Italian Techniques of Singing: A Study in National Tonal Prefrences and How They Relate to Functional Efficiency. Metuchen, N. J: The Scarrow Press, Inc.

_____, Richard. (1996). The Structure of Singing: System and Art in Vocal Technique. New York: Schirmer Books.

Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Randel, Don Michael. (1978). Harvard Concise Dictionary of Music. England: The Belknap Press of Harvard University.

Sadie, Stanlie. Ed. (1980). James G. Smith and Percy M. Young. (Chorus). The New Grove Dictionary of Music and Musicians. London: Mac Millan Publisher Ltd.

(48)

Sitompul, Binsar. (1999). Paduan Suara dan Pemimpinnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Swenson, Aida. (1994). “Membentuk Suara Paduan Suara”. Makalah Seminar dan Lokakarya Musik Gerejani. Tidak diterbitkan.

Prier, Karl Edmund. (1991). Sejarah Musik I. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi. Telfer, Nancy. (2006). Succesful Performing. Book 1. California: Kjos Music

Press.

Tim PML. (2009). Menjadi Dirigen II; Membentuk Suara. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

________ . (2011). Menjadi Dirigen III; Membina Paduan Suara. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Vennard, William. (1967). Singing: The Mechanism and The Technic. New York: Carl Fischer.

Yin, Robert K. (2011). Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: Rajawali Pers. Zeinullah, Arwin. (2010). Keragaman Teknik Vocalising pada Paduan Suara

Berlatar Belakang Multi Kultur. (Studi Kasus pada Paduan Suara Mahasiswa Universitas Padjadjaran Bandung dan Agria Swara Insitut Pertanian Bogor). Tesis pada SPs Pendidikan Seni UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

B. Sumber Lain

Jurnal:

Daugherty, James F. (2003). International Journal of Research in Choral Singing. Vol. 1 (1), dalam “Choir Spacing and Formation: Choral Sound Preferences in Random, Synergistic, and Gender-Spesific Chamber Choir Placements”. (hal. 48-59). Tersedia: choralresearch.org. Kansas: The University of Kansas.

(49)

Surat Kabar:

Harian Umum “Suara Merdeka”. Judul: “Voice of SWCU Rebut Emas di Jepang”. Terbit: Senin, 20 Agustus 2007.

E-mail:

Gambar

Gambar Keterangan
Tabel Keterangan
Tabel 3. 1. Jadwal Obervasi Penelitian pada “Voice of SWCU”

Referensi

Dokumen terkait

Pf,MENANC LELANG!. Nt6a

[r]

Mata bor helix kecil ( Low helix drills ) : mata bor dengan sudut helix lebih kecil dari ukuran normal berguna untuk mencegah pahat bor terangkat ke atas

Disemprotkan ( Jet Application of Fluid ), pada proses pendinginan dengan cara ini cairan pendingin disemprotkan langsung ke daerah pemotongan (pertemuan antara

Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa program pascasarjana berikut ini adalah mahasiswa yang sedang aktif

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa remaja putri merokok terjadi pada usia 15 tahun dan 18 tahun, dikarenakan diri sendiri dengan keinginan mencoba-coba atau iseng-iseng merokok dan

Berdasarkan angka 1 s.d 7 diatas, Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara mengumumkan pemenang seleksi umum paket pekerjaan

MALANG - Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) kini ditunjuk sebagai penyelenggara program pendidikan guru dalam jabatan.. Misinya