Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, DAFTAR ISI
PERNYATAAN ……….. i
ABSTRAK ……….. ii
KATA PENGANTAR ……….... iii
DAFTAR ISI ………... v
DAFTAR TABEL ………... vii
DAFTAR GAMBAR ……….. ix
DAFTAR LAMPIRAN……….... x
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Rumusan Masalah ……….. 8
C. Tujuan Penelitian ………... 9
D. Manfaat Penelitian ………. 10
E. Struktur Organisasi Tesis ………... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……… 12
A. Motivasi Belajar ………... 12
B. Pemahaman Konsep IPS ……….... 27
C. Pemahaman Konsep IPS Secara Struktural ……… 39
D. Pemahaman Konsep IPS Secara Substansial ………. 41
E. Pemahaman Konsep IPS yang Diharapkan ……… 44
F. Pembelajaran Collaborative ………... 47
G. Pembelajaran Collaborative MURDER ………. 51
H. Teori yang Relevan ………... 60
I. Penelitian Terdahulu ……….. 70
J. Kerangka Pemikiran ……….. 73
K. Hipotesis Penelitian ……… 74
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 75
A. Lokasi Penelitian ……… 75
B. Populasi dan Subjek Penelitian ……….. 75
C. Desain dan Metode Penelitian ……… 76
D. Definisi Operasional ………... 77
E. Alat Tes Penelitian ………. 79
F. Teknik Pengumpulan Data ………. 82
G. Teknik Pengembangan Alat Tes Penelitian ………... 84
H. Skenario Pelaksanaan Penelitian ……… 90
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 92
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
B. Pembahasan ……… 137
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 147
A. Kesimpulan……….. 147
B. Saran ………... 149
DAFTAR PUSTAKA ……….. 152
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Motivasi dalam proses belajar merupakan hal yang sangat penting.
Mitchell (1997:60-62) menyatakan bahwa “motivasi merupakan proses yang
menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu dalam mencapai
tujuannya”. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins et all (2008:57-67) bahwa
tiga elemen utama dalam definisi motivasi tersebut adalah intensitas, arah, dan
ketekunan. Sementara itu Sardiman (2010: 75) menyatakan bahwa “motivasi
merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu”. Dalam kegiatan belajar,
motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungannya, dan memberikan
arah sehingga tujuan yang dikehendaki subjek belajar dapat dicapai.
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.
Menurut Uno (2010: 23) dalam bukunya “Teori Motivasi dan pengukurannya”
menyatakan bahwa :
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Pendapat senada dinyatakan Anderson dan Fraust (Prayitno, 1998:10)
bahwa:
motivasi belajar dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menampakkan minat dan perhatian penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa merasa bosan. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya
dorong dan energi yang muncul dalam diri peserta didik berperan untuk
menggerakkan peserta didik untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan
sesuatu. Motivasi menjamin keberlangsungan kegiatan belajar dan memberikan
arah pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki dalam belajar tercapai.
Motivasi mengubah perilaku seseorang dalam mengarahkan energinya agar
aktivitas belajar berlangsung optimal.
Hal inilah yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian. Peneliti
memandang terdapat indikasi bahwa peserta didik khususnya kelas VII di SMP
Negeri 1 Pangalengan memiliki motivasi belajar yang rendah dalam pembelajaran
IPS, hal ini didasarkan atas beberapa informasi awal dari guru mata pelajaran,
diantaranya yaitu masih banyak ketidak hadiran tanpa keterangan peserta didik
dalam proses pembelajaran, masih terdapat beberapa siswa yang tidak
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan berbagai alasan, masih
terdapat peserta didik yang meminta izin untuk keluar dari kelas dengan alasan ke
toilet dan lain sebagainya. Atas dasar itulah peneliti memandang adanya indikasi
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
IPS sehingga untuk lebih meyakinkan maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang lebih lanjut.
Permasalahan lainnya bahwa pendidikan IPS dirancang untuk
mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik, rasa tanggung jawab
sebagai anggota masyarakat dan bangsa, pengembangan diri peserta didik sebagai
pribadi (Hasan, 1996:107). Selanjutnya disebutkan pula bahwa mata pelajaran IPS
bertujuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,
rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan
global (Permendiknas No 22 tahun 2006).
Namun pada kenyataannya dilapangan khususnya di tempat peneliti
merencanakan penelitian yaitu SMP Negeri 1 Pangalengan, ternyata tujuan di atas
kurang terlaksana sesuai harapan. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran
IPS adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini dapat terlihat dari
pra penelitian yang peneliti lakukan dengan melakukan observasi dan wawancara
terhadap guru mata pelajaran bahwa hasil tes harian yang mereka lakukan ternyata
belum mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami
pelajaran, hal ini dapat terlihat dari masih banyaknya peserta didik yang
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Lemahnya motivasi serta rendahnya pemahaman terhadap konsep-konsep
dalam materi pelajaran IPS salah satunya dapat terbentuk oleh proses
pembelajaran yang kurang memiliki makna dan tidak menyentuh ranah dimensi
peserta didik itu sendiri. Dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran
masih terjadi dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk
mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2007:1). Atas dasar
ini, tidaklah berlebihan kiranya apabila dalam kenyataan hidup di masyarakat,
mata pelajaran IPS dalam pandangan orang tua peserta didik menempati
kedudukan "kelas dua" dibandingkan dengan posisi IPA, demikian penegasan
Sumaatmadja, (dalam Achmad, 2005).
Sementara itu, menurut Somantri (2001:54), proses pembelajaran IPS di
tingkat persekolahan masih mengandung beberapa kelemahan diantaranya :
Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi, dan peran PIPS di sekolah, Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas (not
purposeful). Posisi, peran, dan hubungan fungsional dengan bidang studi
lainnya terabaikan. Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang
out of date dan kurang mendaya gunakan sumber-sumber lainnya serta proses
pembelajaran masih bersifat berpusat pada guru.
Lemahnya transfer informasi konsep dalam pendidikan IPS tidak memberi
tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan. Guru tidak dapat
meyakinkan peserta didik untuk belajar IPS lebih bergairah dan
bersungguh-sungguh. Peserta didik tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang
mandiri. Guru lebih mendominasi peserta didik (teacher centered). Kadar
pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar peserta didik tidak terlayani. Belum
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
dengan melibatkan peserta didik dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai
aktivitas kelas dan sekolah. Dalam pertemuan kelas tidak mengagendakan setting
lokal, nasional, dan global, khususnya berkaitan dengan struktur sistem sosial dan
perilaku kemasyarakatan. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari peran guru dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas.
Mengajar merupakan salah satu kunci yang mempengaruhi keberhasilan
sebuah proses pembelajaran, dan mengajar seperti ini pulalah yang mendapat
kritik keras dari Paulo Freire dengan model pembelajaran pasif, yakni guru
menerangkan, murid mendengarkan, guru mendiktekan, murid mencatat, guru
bertanya, murid menjawab, dan seterusnya (Freire dalam Schugurensky, 1958:71).
Secara umum peneliti memandang proses pembelajaran yang dilakukan
ditempat peneliti melakukan penelitian secara umum masih bersifat klasikal,
proses pembelajaran masih bersifat terpusat pada guru. Banyak akibat yang
ditimbulkan dari pembelajaran yang bersifat individual dan yang hanya
berorientasi pada hasil akhir/nilai diantaranya adalah munculnya para lulusan
yang tidak siap pakai dan kurang mampu bekerjasama untuk berkarya sebagai
akibat dari kurangnya proses selama dalam pendidikan. Selanjutnya akan muncul
generasi-generasi yang tidak kreatif dan kurang tanggap membaca peluang apalagi
untuk menciptakan lapangan kerja. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Koentjaraningrat (2000:45-49), yang menjelaskan bahwa “kelemahan
mentalitas bangsa Indonesia setelah revolusi adalah sikap mental yang
merendahkan mutu dan sudah hampir hilang kebutuhan akan kualitas dari hasil
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
dari pelaksanaan pendidikan yang bersifat individual serta hanya berorientasi pada
hasil tersebut adalah rendahnya minat dan motivasi peserta didik untuk melakukan
proses belajar sehingga dengan rendahnya motivasi untuk belajar mengakibatkan
peserta didik sulit sekali untuk memahami konsep-konsep IPS dalam materi
pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya proses
pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang cukup efektif,
menyenangkan, berpusat pada peserta didik, saling menjaga solidaritas, dan
menjaga rasa tanggung jawab. Metode pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran
collaborative.
Pembelajaran collaborative menurut Gerlach (Setyosari, 2009:7) adalah:
“Collaboration is a philosophy of interaction and personal lifestyle were
individuals are responsible for their action, including learning and respect the
abilities and contributions of their peers”. Menurut pandangan ini, kolaborasi
merupakan suatu landasan interaksi dan cara hidup seseorang dimana individu
bertanggung jawab atas tindakannya, yang mencakup kemampuan belajar dan
menghargai serta memberikan dukungan terhadap kelompoknya. Melalui aktivitas
kolaboratif kita dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku kolaborasi,
menempatkan perilaku tersebut dalam urutan yang sesuai dan pebelajar
mendemonstrasikannya. Hal yang inti berkenaan dengan
keterampilan-keterampilan kolaborasi ini adalah kemampuan untuk melakukan tukar pikiran
dan perasaan antar pebelajar yang satu dengan yang lainnya pada tingkatan yang
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Secara teoritis pembelajaran collaborative adalah suatu filsafat personal,
bukan sekedar teknik pembelajaran di kelas, collaborative adalah filsafat interaksi
dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang
dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai
tujuan bersama (Ted Panitz, 1996). Pada segala situasi, ketika sejumlah orang
berada dalam suatu kelompok, collaborative merupakan suatu cara untuk
berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai kemampuan dan
sumbangan setiap anggota kelompok. Didalamnya terdapat pembagian
kewenangan dan penerimaan tanggung jawab diantara para anggota kelompok
untuk melaksanakan tindakan/ tugas kelompok. Pokok pikiran yang mendasari
pembelajaran collaborative adalah konsensus yang terbina melalui kerjasama
diantara anggota kelompok sebagai kebalikan dari kompetisi yang mengutamakan
keunggulan individu.
Pembelajaran collaborative menekankan pentingnya pengembangan
belajar secara bermakna dan pemecahan masalah secara intelektual serta
pengembangan aspek sosial. Sumber belajar atau informasi tidak lagi hanya
berasal dari guru, tetapi peserta didik juga bisa menjadi sumber informasi dalam
belajar. Dengan demikian, pembelajaran collaborative dapat didefinisikan sebagai
filsafat pembelajaran yang memudahkan para peserta didik bekerja sama, saling
membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama baik dengan peserta
didik lain maupun dengan gurunya. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global
saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerja sama di dalam
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
negara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia.
Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan
orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga
dalam skala nasional bahkan internasional.
Dapatlah terlihat bahwa pembelajaran collaborative mengarahkan
pembelajaran pada pembentukan individu untuk dapat bekerjasama dalam
keseluruhan pembelajaran, sehingga terhindar dari sifat kompetisi dan saling
bersaing. Pembelajaran collaborative idealnya terjadi dalam sebuah kelas yang
didalamnya ada sebuah proses pembelajaran yang menginginkan tujuan
bersama-sama tanpa adanya egositas individu dalam mencapai keberhasilan tetapi
sebaliknya tujuan kolektiflah yang menjadi hal yang utama sehingga
pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi seluruh peserta didik.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka diharapkan pembelajaran
collaborative MURDER efektif dan dapat meningkatkan motivasi belajar pada
peserta didik dan meningkatkan kemampuan dalam memahami konsep dalam
pembelajaran IPS. Pembelajaran yang efektif dapat terjadi apabila para peserta
didik secara aktif terlibat dalam tugas-tugas yang bermakna dan aktif terlibat
dalam berinteraksi dengan materi pelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang konseptual dan faktual maka dapat
dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada pengaruh
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
terhadap motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas
VII SMP Negeri 1 Pangalengan. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut “Apakah penggunaan pembelajaran collaborative MURDER
dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman
konsep pada peserta didik bila dibandingkan dengan peserta didik yang
mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional ?”
Berdasar pada uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti dapat
mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS antara siswa yang
belajarnya memperoleh pembelajaran collaborative MURDER dengan
siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional ?
2. Apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep IPS antara siswa yang
belajarnya memperoleh pembelajaran collaborative MURDER dengan
siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah
dikemukakan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS
peserta didik melalui pembelajaran collaborative MURDER dibandingkan
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep IPS
peserta didik melalui pembelajaran collaborative MURDER dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional ?
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua
pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Bagi peserta didik, diharapkan dengan model pembelajaran collaborative
MURDER ini dapat membantu dan memberikan motivasi pada dirinya
untuk belajar aktif secara mandiri sehingga pemahaman konsep yang
berkaitan dengan materi pelajaran IPS dapat meningkat.
2. Bagi guru/ pendidik, diharapkan dapat memberikan masukan bahwa
collaborative MURDER merupakan salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah
satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep
IPS pada peserta didik.
3. Bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan merupakan bahan
masukan sebagai salah satu alternatif metode dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan motivasi belajar pemahaman
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, E. Struktur Organisasi Tesis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Tesis
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Motivasi Belajar
B. Pemahaman Konsep IPS
C. Pemahaman Konsep IPS Secara Struktural D. Pemahaman Konsep IPS Secara Substansial E. Pembelajaran Collaborative
F. Pembelajaran Collaborative MURDER G. Teori Yang Relevan
H. Penelitian Terdahulu I. Kerangka Pemikiran J. Hipotesis Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian
B. Populasi dan Subjek Penelitian C. Desain dan Metode Penelitian D. Definisi Operasional
E. Alat Tes Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik pengembangan Alat Tes Penelitian H. Skenario Pelaksanaan Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Rencana penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pangalengan yang
terletak di jalan Pasirmulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.
Pertimbangan pemilihan lokasi dan kelas untuk penelitian ini diantaranya bahwa
sekolah yang dipilih merupakan tempat penulis bekerja serta telah dilakukannya
pra penelitian yang telah disetujui oleh Kepala Sekolah SMP Negeri
1 Pangalengan, pra penelitian ini dilakukan agar peneliti mendapatkan
gambaran-gambaran secara khusus tentang permasalahan yang ada di SMP Negeri
1 Pangalengan khususnya berkaitan dengan proses pembelajaran.
B. Populasi dan Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 1
Pangalengan yang terdiri dari sepuluh kelas yaitu kelas VII A sampai Kelas VII J.
Sedangkan subjek penelitian yang diambil terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas VII
C, VII F dan VII D. kelas yang pertama dan kedua dijadikan sebagai kelas
eksperimen dan kelas yang ketiga dijadikan sebagai kelas kontrol. Agar dapat
menghasilkan subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik populasi, maka
penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang
ditentukan yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
berdasarkan pra peneltian yang peneliti lakukan bahwa : 1) Peserta didik dalam
kelas yang dijadikan subjek penelitian memiliki kemampuan akademik yang
merata. 2) Teknik yang dilakukan oleh sekolah yang menjadi tempat penelitian
mengenai penentuan kelas biasanya dilakukan dengan cara melihat nilai dan
prestasi peserta didik, artinya peserta didik yang yang berada di kelas awal
memiliki nilai yang merata.
Sehingga dapat dilihat berdasarkan hasil tes/ penilaian yang dilakukan oleh
guru mata pelajaran IPS bahwa kelas yang memiliki karakteristik yang hampir
sama dari nilai akademik yaitu kelas VII C, VII F dan VII D.
C. Desain dan Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
kuasi (quasi eksperimen) dengan menggunakan nonequivalent ( pretest and
posttest ) Control-Group Design, atau kelompok kontrol pretes-postes. Subjek
penelitian dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen diberi
perlakuan, yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Model
pembelajaran collaborative type MURDER. Sedangkan kelompok kontrol tidak
mendapatkan perlakuan, tetapi mendapatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial dengan metode klasikal. Menurut Creswell (1994:132) nonequivalent
(pretest and posttest) Control Group Design adalah ” in this design, a popular
approach to quasi eksperiments, the experimental group A and the control B are
sselected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Perlakuan yang diberikan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
kedua tipe pembelajaran yang diterapkan terhadap motivasi belajar dan
kemampuan pemahaman konsep. Adapun desain penelitiannya adalah :
Kelompok Pretes Perlakuan Posttest
A O X O
B O O
Waktu
(McMillan & Schumacher, 2001 : 467)
Keterangan:
A = Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan
B = Kelompok kontrol
O = Pre-test/ post-test yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol
X = Penerapan pembelajaran melalui Model pembelajaran Collaborative type
MURDER.
D. Definisi Operasional
Ada beberapa istilah yang perlu didefenisikan dengan jelas dalam
penelitian ini, yaitu :
1. Pembelajaran collaborative adalah pembelajaran yang memiliki filosofi
pribadi tidak sekedar teknik di kelas tetapi dalam semua situasi peserta
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
bertanggung jawab, saling membina, toleransi dan berkontribusi untuk
tujuan bersama (Panitz, Ted. 1996[online]). Pembelajaran collaborative
MURDER yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran
collaborative MURDER yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik yang terdiri dari langkah-langkah berikut : a) Menyiapkan suasan
hati peserta didik agar lebih nyaman dan siap menghadapi pelajaran, b)
penyampaian materi pembelajaran dan pembagian tugas terhadap
kelompok belajar, c) Pengulangan materi yang bertujuan untuk
memperkuat pemahaman, d) Pendeteksian dan koreksi terhadap
pemahaman konsep pada peserta didik apabila ada miskonsepsi, e) Proses
elaborasi yang dilakuakan oleh kelompok belajar, dan f) menampilkan
hasil tugas yang telah selesai dikerjakan dan selanjutnya di diskusikan.
2. Motivasi belajar adalah dorongan semangat serta perubahan energy dalam
diri peserta didik dengan munculnya perasaan dengan tanggapan adanya
tujuan (McDonal dalam Hamalik, 2003:158). Dalam hal ini semangat serta
dorongan dalam belajar yang diperoleh peserta didik dalam mempelajari
mata pelajaran IPS yang berasal dari dalam dan luar diri siswa setelah
mendapatkan pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran
collaborative MURDER
3. Pemahaman konsep IPS menurut Banks (1990:23), adalah kemampuan
pemahaman kemampuan seseorang anak (peserta didik) untuk
menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas,
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
(Anderson dan Kratwohl dalam aksela 2005). Konsep-konsep yang
tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diantaranya
adalah masyarakat, interaksi social, benua, waktu, peritiwa, kolonialisme
dan skarsitas
E. Alat Tes Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran,
tes motivasi belajar, tes pemahaman konsep, wawancara guru dan angket siswa.
1. Lembar Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik. Berkomunikasi yang tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek
alam yang ada di dalamnya (Sugiono, 2008:145).
Observasi digunakan karena memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut :
a. Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data.
b. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung
c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang
lain.
d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan terungkap oleh
responden dalam wawancara karena bersifat sensitive.
e. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden,
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
f. Peneliti tidak hanya mengumpulkan data untuk memperoleh kesan pribadi
dan merasakan suasana situasi yang diteliti (Sugiono, 2008:68)
Berdasarkan alasan tersebut, maka dilakukan observasi untuk memperoleh
data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran collaborative MURDER.
Data aktivitas siswa tersebut dituangkan dalam lembar obsrvasi aktivitas siswa.
2. Tes Motivasi Belajar
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengukur motivasi
adalah menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005: 118)
Secara garis besar variabel yang diukur peneliti jabarkan dalam
indikator-indikator yang terukur. Indikator yang terukur dijadikan titik tolak untuk membuat
item instrumen yang berupa pertanyaan dan pernyataan yang perlu dijawab
responden (peserta didik). Tes motivasi belajar yang diberikan peneliti kepada
siswa berupa angket motivasi dengan 5 pilihan alternatif mengenai sikap siswa
terhadap motivasi dalam belajar. Angket ini menggunakan skala likert, setiap
siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyataan dengan jawaban lima
untuk SS (sangat setuju), empat untuk S (setuju), tiga untuk N (netral), dua untuk
TS (tidak setuju), satu untuk STS (sangat tidak setuju). Sedangkan untuk
pernyataan negatif digunakan skor sebaliknya yaitu: satu untuk SS (sangat setuju),
dua untuk S (setuju), tiga untuk N (netral), empat TS (tidak setuju), lima untuk
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Berikut adalah indikator-indikator pengukuran pada variabel motivasi
belajar setelah dilakukan pembelajaran collaborative MURDER diantaranya yaitu:
minat belajar, ketajaman perhatian, konsentrasi, ketekunan belajar, belajar di
rumah, mempunyai terget dalam belajar, kemandirian dalam belajar, tanggung
jawab.
3. Tes Pemahaman Konsep IPS
Tes yang digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian ini adalah tes
tertulis yang berupa butir-butir soal yang bertujuan untuk mengukur pemahaman
konsep IPS pada materi pokok perkembangan masyarakat yang dilakukan
sebelum dan sesudah pembelajaran collaborative MURDER. Terdapat 25 butir
soal berbentuk pilihan ganda dengan empat opsi pilihan jawaban untuk mengukur
pemahaman konsep IPS pada materi perkembangan masyarakat. Langkah-langkah
penyusunan tes tertulis adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam pokok bahasan
perkembangan masyarakat.
b. Menyusun soal beserta kunci jawaban, soal dan kunci jawaban yang telah
disusun diajukan untuk memperoleh judgment dari dosen pembimbing dan
dosen ahli. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian
antara indikator dan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.
c. Melakukan uji coba soal yang telah memperoleh judgment kepada siswa
yang telah menerima materi perkembangan masyarakat.
d. Menganalisis hasil uji coba soal meliputi validitas item, reliabilitas, tingkat
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Tes yang digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep IPS peserta
didik menggunakan taksonomi Bloom revisi pada jenjang pengetahuan (C1) dan
pemahaman (C2).
4. Angket
Angket merupakan salah satu alat pengumpul data berupa daftar
pertanyaan secara tertulis dengan kemungkinan jawaban yang diberikan kepada
responden (Arikunto, 2005:28). Angket yang digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai implementasi
pembelajaran collaborative MURDER sebagai refleksi. Angket yang diberikan
berupa pernyataan dengan dengan alternatif jawaban sangat setuju (SS), setuju
(S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS)
5. Wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Sepihak
di sini maksudnya adalah pertanyaan hanya diajukan oleh peneliti, sedangkan
subjek penelitian tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
(Arikunto, 2005:30).
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ditujukan kepada guru mata
pelajaran dan peserta didik untuk mengetahui tanggapan guru dan peserta didik
mengenai kelebihan dan kekurangan pembelajaran Collaborative MURDER yang
telah dilakukan
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu
melalui :
Tes, dalam penyusunan tes, diawali dengan penyususan kisi-kisi yang
mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor
penilaiannya dan nomor butir soal beserta kunci jawabannya dan aturan
pemberian skor untuk masing-masing butir soal. Dalam penyusunan tes ini,
dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, analisis daya pembeda soal, dan tingkat
kesukaran soal. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta
didik terhadap konsep-konsep yang telah di pelajari dan tingkat motivasi belajar.
Angket/ kuesioner, bertujuan untuk memperoleh informasi tentang
tanggapan peserta didik mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.
Lembar observasi dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan semua
data tentang sikap peserta didik dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara
peserta didik dan guru, serta interaksi antar peserta didik dengan peserta didik
dalam pembelajaran IPS dengan penggunaan Model pembelajaran Collaborative
type MURDER dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep.
Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data,
kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan.
Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Teknik Pengumpulan Data
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, sebelum
mendapatkan
perlakuan dan setelah mendapatkan
perlakuan.
Post-test skala likert
2. Peserta didik Pemahaman konsep sebelum
mendapatkan
perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.
Pre-test dan Post-test
Butir soal pilihan ganda
3. Peserta didik dan Guru
Keterlaksanaan model pembelajaran
Collaborative type
MURDER
Wawancara dan observasi
Pedoman
wawancara dan observasi
aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran
G. Teknik Pengembangan Alat Tes Penelitian
Setelah pembelajaran, diperoleh sejumlah data penelitian berupa data hasil
pretest postest, kuesioner dan data hasil observasi. pengolahan data diawali
dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda
instrumen penelitian tes pemahaman konsep IPS.
1. Uji Instrumen Penelitian Tes Pemahaman Konsep IPS
a. Validitas Butir Soal
Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu
mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas instrumen yang
digunakan adalah uji validitas konstruk dan uji validitas isi. Uji validitas konstruk
dilakukan melalui pendapat ahli (judgement experts) atau dosen yang memiliki
keahlian di bidang materi IPS, untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
membandingkan antara isi instrument dengan rancangan materi pelajaran yang
akan diajarkan. Selanjutnya soal diujicobakan dan dianalisis dengan menggunakan
analisis item (Sugiyono, 2008:173).
Analisis item dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer
SPSS 16.0 Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy < 1,00 Sangat tinggi ( sangat baik 0,60 < rxy < 0,80 Tinggi ( baik )
0,40 < rxy < 0,60 Cukup ( sedang ) 0,20 < rxy < 0,40 Rendah ( kurang )
0,00 < rxy < 0,20 Sangat Rendah ( sangat kurang
Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t tabel.
Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < t-tabel maka H0 diterima. Sebaliknya,
jika thitung > t-tabel maka H0 ditolak.
b. Reliabilitas Tes
Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang
digunakan. Pengujian reliabilitas tes dapat dilakukan secara eksternal maupun
internal. Secara internal, reliabilitas tes diuji dengan menganalisis konsistensi
butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu setelah tes dicobakan
(Sugiyono, 2008:124).
Uji reliabilitas tes ini dihitung dengan menggunakan bantuan program
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
adalah teknik Cronbach Alpha. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah
sebagai berikut (Arikunto , 2002:72) :
Tabel 3.3
Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi ( sangat tinggi ) 0,60 < r11 < 0,80 Tingi ( baik )
0,40 < r11 < 0,60 Cukup ( sedang ) 0,20 < r11 < 0,40 Rendah ( kurang )
0,00 < r11 < 0,20 Sangat Rendah ( sangat kurang )
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau
mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu
terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu
mudah.
Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan bantuan program
SPSS 16.0 Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kriteria Indeks Kesukaran
Batasan Kategori
0,00 < p < 0,30 Soal Sukar
0,30 < p < 0,70 Soal Sedang
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, d. Analisis daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut
indeks diskriminasi (D).
Uji daya pembeda dihitung dengan bantuan program komputer SPSS 16.0
Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 < D < 0,20 Jelek ( poor )
0,20 < D < 0,40 Cukup ( statisfactory )
0,40 < D < 0,70 Baik ( good )
0,70 < D < 1,00 Baik Sekali ( excellent )
2. Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Peserta didik
Untuk mengukur peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah
pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-gain) dengan rumus Hake dalam
(Meltzer, 2002):
g = � −� �
���� −� �
Keterangan :
Spost = Skor Posttest
Spre = Skor Pretest
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan motivasi belajar dan pemahaman konsep peserta didik dengan kriteria
seperti pada Tabel 3.6
Tabel 3.6
Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 < g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
Sumber : Hake dalam Meltzer ( 2002 )
Efektivitas penggunaan model pembelajaran collaborative MURDER
dapat dilihat dari perbandingan nilai gain kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran collaborative MURDER dan kelas kontrol yang
menggunakan model konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif
jika menghasilkan gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pretest dan
posttest pemahaman konsep IPS peserta didik. Uji normalitas menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov pada program komputer Statistical Package for Sosial
Science (SPSS) for windows versi 16.0.
Hasil pengujian terhadap kedua kelompok skor digunakan untuk
mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan
normal bila nilai probabilitas (Sig. (2-tailed)) > 0,05.
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
Uji homogenitas dilakukan pada data skor pretest dan posttest pemahaman
konsep IPS peserta didik. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji
Levene dengan bantuan program komputer Statistical Package for Sosial Science
(SPSS) for windows versi 16.0.
Hasil pengujian terhadap kedua kelompok skor digunakan untuk
mengetahui homogen atau tidaknya data yang dianalisis. Data dikatakan homogen
bila nilai probabilitas (Sig.) > 0,05.
5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua
keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest peserta didik pada kelompok
eksperimen dengan peserta didik pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata
posttest peserta didik pada kelompok eksperimen dengan peserta didik pada
kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata
(uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua
sampel independen (Independent-Sample t Test).
Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu
dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan
untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data motivasi belajar dan
pemahaman konsep peserta didik kedua kelas. Dalam penelitian ini uji normalitas
data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan
dua rata-rata.
H. Skenario Pelaksanaan Penelitian
Skenario dalam penelitian ini di rancang untuk memudahkan dalam
pelaksanaan. Skenario dalam penelitian ini diantaranya adalah :
1. Melakukan studi pendahuluan dengan mengidentifikasi dan merumuskan
masalah, dan melakukan studi literatur.
2. Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajar.
3. Menguji coba instrumen dan menganalisis hasil uji coba instrumen
4. Menentukan subjek penelitian, kelompok ekseperimen dan kelompok
kontrol .
5. Melakukan komunikasi, pelatihan dengan guru pendamping mengenai
pembelajaran collaborative MURDER agar dapat dilaksanakan dengan
baik oleh guru pendamping.
6. Memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengetahui motivasi belajar dan kemampuan awal terhadap
pemahaman konsep IPS pada materi pokok perkembangan masyarakat.
7. Melaksanakan pembelajaran collaborative MURDER pada kelompok
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
8. Memberikan postest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS
pada materi pokok perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia.
9. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
10.Menyimpulkan hasil penelitian.
Untuk lebih jelasnya mengenai skenario dalam penelitian ini dapat dilihat
pada diagram sebagai berikut :
Studi Pendahuluan
Identifikasi masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian
Studi Literatur : Pembelajaran Collaborative MURDER, Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep IPS
Penyususnan Instrumen :
1. Soal Pilihan Ganda Pemahaman Konsep 2. Angket Motivasi
Belajar
3. Pedoman Observasi
Penyusunan Rencana Pembelajaran Collaborative MURDER
Validasi, Uji Coba, Revisi
Kelompok Kontrol PRETEST Kelompok Eksperimen
POSTTEST Pembelajaran
Collaborative MURDER Pembelajaran
Konvensional
Pengolahan dan Analisis Data
Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Komunikasi dan pelatihan
kepada Guru pendamping mengenai pelaksanaan
Iwan Wahyudi, 2012
[image:31.595.118.510.156.618.2]Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Gambar 3.1 Skenario Pelaksanaan Penelitian
Pembahasan
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian, analisis dan pembahasan mengenai
pengaruh Pembelajaran collaborative MURDER, motivasi dan prestasi pada mata
pelajaran IPS, di kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Kabupaten Bandung, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode collaborative MURDER
mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara signifikan
meskipun dalam kategori sedang. Artinya terdapat perbedaan yang
signifikan dalam motivasi belajar IPS antara pembelajaran yang
menggunakan Pembelajaran collaborative MURDER dengan yang
menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini diperoleh dari
indeks peningkatan motivasi yang diukur dengan tes yang dilakukan
sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas yang belajarnya
menggunakan Pembelajaran collaborative MURDER. Hasil skor rata-rata
pretes motivasi belajar kelas eksperimen, kemudian dibandingkan dengan
hasil skor postes pada kelas eksperimen, menjadi meningkat yang
signifikan. Hal ini berarti peningkatan motivasi belajar yang terjadi dengan
menerapkan pembelajaran collaborative MURDER cukup meningkat
walaupun dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi
peningkatan motivasi yang signifikan dimana perbandingan antara hasil
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
terjadi tergolong pada kategori rendah. Aktifitas yang paling menonjol
selama proses pembelajaran collaborative MURDER yaitu menggambarkan
terciptanya suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa mencari
sumber belajar melalui media massa, wawancara dan diskusi atau siswa
aktif dalam pembelajaran. Partisispasi siswa dalam belajar mencari sumber
melalui partisispasi siswa dalam pembelajaran collaborative MURDER
tergolong pada kategori tinggi.
2. Pembelajaran collaborative MURDER mampu meningkatkan pemahaman
konsep dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Pemahaman Konsep
diukur menggunakan tes objektif pada kelas eksperimen dan kontrol,
diperoleh skor rata-rata pretes pemahaman konsep IPS kelas eksperimen
sama-sama dalam kategori rendah. Kemudian pada kelas eksperimen
mendapat perlakuan (treatment) dengan menggunakan pembelajaran
collaborative MURDER, setelah dilakukan posttes skor pemahaman konsep
IPS kelas eksperimen terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti
terjadi peningkatan pemahamn konsep yang termasuk dalam kategori tinggi.
Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan pemahaman konsep
yang signifikan dimana hasil pretest dengan kategori rendah. kemudian
dilakukan postest namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan atau
termasuk pada kategori rendah. Aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode konvensional ditemukan bahwa pembelajaran
konvensional kurang memperhatikan siswa sebagai subyek dalam
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
pusat pembelajaran dengan skor nilai tertinggi dari pengamatan terletak
pada perhatian pada ceramah guru.
B. Saran
Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan bahwa motivasi belajar
siswa yang menggunakan pembelajaran collaborative MURDER lebih tinggi
dibanding dengan pembelajaran konvensional. Demikian juga halnya dalam
pemahaman konsep IPS peserta didik, dimana nilai post-tes siswa yang
menggunakan pembelajaran collaborative MURDER lebih tinggi dibandingkan
dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional. Aktivitas proses
pembelajaran dengan pembelajaran collaborative MURDER juga lebih menarik
bagi siswa, dibandingkan dengan metode konvensional, maka dengan ini peneliti
memberikan saran beberapa hal sebagai berikut:
1. Untuk guru, agar dalam pembelajaran dapat menerapkan pembelajaran
collaborative MURDER sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan
motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS peserta didik, dimana lebih
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari sumber belajar
melalui kerjasama dan peserta didik juga akan aktif dalam proses
pembelajaran yang bermanfaat. Pemberian kepercayaan kepada siswa untuk
mencari sumber-sumber belajar sebagai bentuk pembelajaran yang
berorientasi pada keterampilan proses. Sehingga pembelajaran terpusat pada
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
2. Untuk kepala sekolah, agar lebih berperan dalam mendorong guru untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif. Untuk itu,
dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran, kepala sekolah
hendaknya meningkatkan peranan dan tugasnya dalam memberi bimbingan
dan pembinaan kepada guru, khususnya dalam proses pembelajaran. Dalam
upaya meningkatkan pemahaman dan mengembangkan keterampilan guru,
khususnya yang berkaitan dengan penggunaan pembelajaran collabirative
MURDER dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah diharapkan dapat
memotivasi dan mengarahkan guru di lingkungan kerjanya untuk dapat
mengembangkan dan menggunakan pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik, mengingat pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan motivasi dan
pemahaman konsep IPS peserta didik bahkan efektif juga untuk
mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa.
3. Untuk pengawas sebagai pejabat fungsional di lingkungan Dinas Pendidikan
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membina profesionalisme
guru, hendaknya memberikan bantuan kepada guru mengenai petunjuk teknis
mengenai pembelajaran collaborative MURDER dalam kegiatan
pembelajaran. Guru hendaknya diberi kesempatan pelatihan untuk
menggunakan pembelajaran ini. Hal tersebut karena masih sedikit guru yang
menguasai metode baik teori maupun praktek.
4. Untuk peneliti lain, guna memperoleh efektivitas dan optimalisasi
penggunaan pembelajaran collaborative MURDER dalam kegiatan
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,
berminat untuk melakukan ataupun melanjutkan penelitian tentang penerapan
pembelajaran collaborative MURDER dimungkinkan terbuka lebar.
Mengingat penelitian ini masih terbatas bahkan jauh dari sempurna, baik dari
ruang lingkup yang diteliti, maupun dalam kaitannya dengan aspek lain, maka
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Arif (2005). Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber Pembelajaran
IPS di Tingkat Persekolahan.
Tersedia :http://re-searchengines.com/mangkoes6-04-2.html. (10/05/2012).
Adam. (2000). Waktu dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper. Ensiklopedi
Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk
Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewaruchi.
Arikunto, S., (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Karya.
Ballachey, (1962). Individual In Society: A Textbook of Social Psychology. New York, San Fransisco, Toronto, London: McGraw-Hill Book Company Inc.
Banks, J.A. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing,
and Decision Making. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company.
Banks. J. A (1990). Teaching Strategies for the Social Studies, Inquiry, Valuing,
and Decision-Making. New York & London: Longman
Barth, J. L. (1990). Methods of Instruction in Social Studies Education. Maryland: University Press of America.
Bloom, S. (1982). Human Characteristic and School Learning. Chicago: McGraw-Hill Book Company.
Borich, G.D (1996). Teaching Method. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Bronowski, J (1979). The Common Sense of Science. Cambridge : Harvard University Press.
Brophy, Jere (2004). Motivating Students to Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
Campbell, Tom. (1994). Tujuh Teori Sosial: Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Diterjemahkan oleh F. Budihardiman. Yogyakarta: Kanisius.
Coffey, et al, (1975). Behavior in Organization. A Multidimensional View, Second edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood Cliffs.
Cohen. (1994), "Restructuring the classroom:Conditions for productive small
groups", Review of Eduicational Research Spring 1994 vol 64 #1 pp1-35.
Cohen. (1976). Educational in Classroom and School. London: Haper And Row
Creswell, John. W (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative
Approach. California: Sage Publication.
Dahar (1996), Model-Model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro
Davies, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User
Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly
Degeng, I.Nyoman, S (1991). Kontribusi Jenis Kelamin, Gaya Kognitif, dan
Motivasi Berprestasi terhadap Cara Belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi IKIP Malang, Laporan Penelitian, Tidak dipublikasikan,
Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang.
Denon, Donald. (2000). Kolonialisme dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.
Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djamarah (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah, Bahri, S dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Dwi. J (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan
Kualitas Hasil belajar IPS Siswa Kelas V SD Ma’arif Jogosari Pandaan
Pasuruan. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
Fraenkel, Jack R (1980). Helping Student Thinking and Value Strategies for
Teaching the Social Studies. Englewood Clifft. New Jersey:
Prentice-Hall.Inc
Gagne, R.M, (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS College Publishing.
Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instructional Design. Edisi Kedua. New York: Holt Rinehart and Winston
Gillin, John Lewis dan John Philip Gillin. (1954). Cultural Sociology. Cetakan Ketiga. New York: Mc Millan Company.
Goode, Wiliam, dan Paul K. Hatt. (1952). Methods in Social Research. New York: McHill-Hill
Haditono, Siti R. (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level and
Child Rearing Practice in Four Occupational Groups, makalah.
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hamalik, Oemar (2003). Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hamalik, Oemar (2009). Dasar-Dasar pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet.3
Hasan, S. Hamid (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.
Hasan, S. Hamid (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi
Heckhausen, Hainz, (1968). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.
Herdian. (2010). Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Online tersedia: http://resibaratwaja.blogspot.com/feeds/post/default diakses 05-05-2012
Hudgin, Bryce, B. (1983). Eductional Psychologi. USA. FE Peaback Publisher.
Ibrahim dan Syaodih, N. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Izzati Nurma (2010). Meningkatkan Berfikir Matematis Pada Tingkat Koneksi
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
Collaborative MURDER, Tesis SPS UPI Pendidikan IPA, Tidak
diterbitkan.
Jacobs, et all. (1997). Cooperative Learning in the Thinking Classroom: Research
and Theoritical Perspectives. Paper presented at the International
Conference on Thinking. Singapore [online] tersedia : http://georgejacobs.net/Cooperative_Learning_in_the_Thinking_Classroo m.doc. 15/05/2012
Jamaris, Martini, (2004). Proses Pembelajaran dalam Mengembangkan
Kemampuan Aktualisasi kognitif Tingkat Tinggi. Jurnal Ilmu Pendidikan
“Parameter”, Nomor 19 Tahun XXI, Agustus 2004, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Jegede, J.O, (1994). Influence of Motivation and Gender on Secondary School
Students’, Academic Performance in Nigeria, Journal of Social
Psychology, 134 (5).
Johnson, D.W, R. Jhonson, and K. Smith. (1991). Active Learning: Coperative in
the Callage Classroom. Edina, Minn: Interaction Book Company.
Kibler, Robert J, et al, (1981). Objectives for Instruction and Evaluation, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Koentjaraningrat (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (cetakan
kesembilan belas), Jakarta: PT Gramedia Pustaka.
Kridaningtyas. N. P (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai
Metode Team Assisted Individualization (TAI) Dalam Meningkatkan Peran Serta Siswa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Diterbitkan
Maehr, Martin L, and Larry A Braskamp (1986). The Motivation Factor: A theory
of personal investment. Lexington, Massachusetts: Lexington Books.
Marx, M.H. (1976). Introduction to Psychology. New York: Mcmillan Publishing Company, Inc.
Maryani, Enok (2011), Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk
Peningkatan Keteramoilan Sosial. Bandung: Alfabeta
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
McMillan dan Schumacher (2001). Penelitian Dalam Pendidikan ( Terjemahan ), Longman New York & London.
Murray, E.J. (1964). Motivation and Emotion. Englewood Cliffs, New York: Prentice-Hall, Inc.
Mitchell. (1997). Research in Organization Behavior. Greenwich, CT: JAI Press
NCSS (1994). Carting A Course. Social Studies for 21st Century.
Panitz, Ted (1996), A Definition of Collaborative vs Cooperative Learning. tersedia:
http://londonmet.ac.uk/deliberations/collaborativelearning/panitz.html. (10-05-2012)
Panitz, Ted (1997). Collaborative Versus Cooperative learning- a Comparison of
the Two Concepts Which Will Help Us Understand the Underlying Nature of Interactive Learning.
Tersedia :
http://home.capecod.net/~tpanitz/tedsarticles/coopdefinition.htm (12-05-2012)
Permana, H (2009). Keefektifan Strategi Anotasi Melalui Media Hiperteks untuk
Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Berbasis Wacana. Tesis
Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan
Permendinas No 22 (2006). tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Popenoe, David. (1983). Sociology. Fifth Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Popham dan Baker (2008). Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta
Prayitno, Elida (1998). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta PPLPTK Depdikbud.
Reksohadiprojo dan Handoko (1996). Organisasi Perusahaan. Edisi kedua Yogyakarta: BPFE
Renchler, R (1992). Student motivation, school culture, and academic
achievement. Oregon: Eric Clearinghouse on Educational Management-
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
Robbins, Stephen P. et all. (2008). Perilaku Organisasi (organization Behavior)
Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Rosyada, D. (2007) Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model pelibatan
Masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: Kencana.
Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi) Bandung: Tarsito.
Samuelson, Paul. A dan William D Nordhaus. (1990). Ekonomi. Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka Wasana. Jakarta:Erlanga
Santrock, John W (2007). Educational Psychology, 2rd Edition McGraw-Hill Company, Inc. Edisi Terjemahan Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Sapriya at al (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Pres.
Sardiman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sardiman, (2007). Interaksi dan Motivasi Belaja Mengajar. Jakarta Raja Grafindo Persada.
Sardiman (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Schugurensky, D (1958). Continuum Library of Educational Thought Vol 16. Typeset by Newgen Imaging System Pvt Ltd, Chennai, India. Printed and bound in Great Britain
Schultz, Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company
Schwab, Joseph J (1969). Structure of Dicipline Meaning and Significance dalam G.W Ford et al. The Structure of Knowledge and The Curriculum. Rand McNally Curriculum Series
Setyosari, P. (2009). Pembelajaran Kolaborasi: Landasan untuk Mengembangkan
Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab.
Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
Siregar, E & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor, Ghalia Indonesia.
Slavin, R. E. (1991). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.
Slavin (1994). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.
Soekanto, Soerjono. (1993). Kamus Sosiologi. Edisi Baru. Jakarta: Raja Grafindo
Somantri, S. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Spitzers, R. D. (1995). Super Motivation. (A Blueprint Association) New York Organization. AMACOM. American Management Association. New York
Sudrajat, Achmad (2005). Teori-teori Motivasi. http://www.konselingcentre.co.id
Sugiyono (2007). Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta Bandung.
Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. IV
Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa
SMA dikaitkan dengan kemampuan penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi SPS UPI. Bandung: tidak
diterbitkan
Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan
Struktural. Jakarta : Bumi Aksara
Trianto (2007). Model-Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah (2006). Teori Motivasi dan pengukurannya Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, Hamzah (2010). Teori Motivasi dan pengukurannya: Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Iwan Wahyudi, 2012
Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS
Wexley, K.W dan Gray A. Yulk (1977). Organizational Behavior and Personnel
Psycholgy. Homewood Illionois: Richard D. Irwin.
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo
Wiyono, (1995). Hakekat dan Karakteristik Bidang Studi IPS. Makalah, Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti-PPPMTK, BP3SD.
Wiyono, Bambang B. (2003). Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar,
dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa. Forum Penelitian,
Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15. Nomor 1. Juni 2003.
Yana, I. B. (2007). Penerapan Pendekatan Collaborative MURDER untuk
meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Sosiologi Peserta didik Kelas XI IPS1 SMAN 2 Semarapura. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas