• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBELAJARAN COLLABORATIVE MURDER (MOOD, UNDERSTANDING, RECALL, DETECT, ELABORATE, REVIEW) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP IPS : Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBELAJARAN COLLABORATIVE MURDER (MOOD, UNDERSTANDING, RECALL, DETECT, ELABORATE, REVIEW) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP IPS : Studi Eksperimen Kuasi Dalam Pembelajaran IPS di Kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….. i

ABSTRAK ……….. ii

KATA PENGANTAR ……….... iii

DAFTAR ISI ………... v

DAFTAR TABEL ………... vii

DAFTAR GAMBAR ……….. ix

DAFTAR LAMPIRAN……….... x

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……….. 8

C. Tujuan Penelitian ………... 9

D. Manfaat Penelitian ………. 10

E. Struktur Organisasi Tesis ………... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ……… 12

A. Motivasi Belajar ………... 12

B. Pemahaman Konsep IPS ……….... 27

C. Pemahaman Konsep IPS Secara Struktural ……… 39

D. Pemahaman Konsep IPS Secara Substansial ………. 41

E. Pemahaman Konsep IPS yang Diharapkan ……… 44

F. Pembelajaran Collaborative ………... 47

G. Pembelajaran Collaborative MURDER ………. 51

H. Teori yang Relevan ………... 60

I. Penelitian Terdahulu ……….. 70

J. Kerangka Pemikiran ……….. 73

K. Hipotesis Penelitian ……… 74

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 75

A. Lokasi Penelitian ……… 75

B. Populasi dan Subjek Penelitian ……….. 75

C. Desain dan Metode Penelitian ……… 76

D. Definisi Operasional ………... 77

E. Alat Tes Penelitian ………. 79

F. Teknik Pengumpulan Data ………. 82

G. Teknik Pengembangan Alat Tes Penelitian ………... 84

H. Skenario Pelaksanaan Penelitian ……… 90

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 92

(2)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

B. Pembahasan ……… 137

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 147

A. Kesimpulan……….. 147

B. Saran ………... 149

DAFTAR PUSTAKA ……….. 152

LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….

(3)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Motivasi dalam proses belajar merupakan hal yang sangat penting.

Mitchell (1997:60-62) menyatakan bahwa “motivasi merupakan proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu dalam mencapai

tujuannya”. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins et all (2008:57-67) bahwa

tiga elemen utama dalam definisi motivasi tersebut adalah intensitas, arah, dan

ketekunan. Sementara itu Sardiman (2010: 75) menyatakan bahwa “motivasi

merupakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,

sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu”. Dalam kegiatan belajar,

motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin keberlangsungannya, dan memberikan

arah sehingga tujuan yang dikehendaki subjek belajar dapat dicapai.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.

Menurut Uno (2010: 23) dalam bukunya “Teori Motivasi dan pengukurannya”

menyatakan bahwa :

(4)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Pendapat senada dinyatakan Anderson dan Fraust (Prayitno, 1998:10)

bahwa:

motivasi belajar dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi menampakkan minat dan perhatian penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa merasa bosan. Siswa yang memiliki motivasi belajar rendah menampakkan keengganan, cepat bosan, dan berusaha menghindar dari kegiatan belajar.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan daya

dorong dan energi yang muncul dalam diri peserta didik berperan untuk

menggerakkan peserta didik untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan

sesuatu. Motivasi menjamin keberlangsungan kegiatan belajar dan memberikan

arah pembelajaran sehingga tujuan yang dikehendaki dalam belajar tercapai.

Motivasi mengubah perilaku seseorang dalam mengarahkan energinya agar

aktivitas belajar berlangsung optimal.

Hal inilah yang melatar belakangi peneliti melakukan penelitian. Peneliti

memandang terdapat indikasi bahwa peserta didik khususnya kelas VII di SMP

Negeri 1 Pangalengan memiliki motivasi belajar yang rendah dalam pembelajaran

IPS, hal ini didasarkan atas beberapa informasi awal dari guru mata pelajaran,

diantaranya yaitu masih banyak ketidak hadiran tanpa keterangan peserta didik

dalam proses pembelajaran, masih terdapat beberapa siswa yang tidak

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan berbagai alasan, masih

terdapat peserta didik yang meminta izin untuk keluar dari kelas dengan alasan ke

toilet dan lain sebagainya. Atas dasar itulah peneliti memandang adanya indikasi

(5)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

IPS sehingga untuk lebih meyakinkan maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang lebih lanjut.

Permasalahan lainnya bahwa pendidikan IPS dirancang untuk

mengembangkan kemampuan intelektual peserta didik, rasa tanggung jawab

sebagai anggota masyarakat dan bangsa, pengembangan diri peserta didik sebagai

pribadi (Hasan, 1996:107). Selanjutnya disebutkan pula bahwa mata pelajaran IPS

bertujuan mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat

dan lingkungannya. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis,

rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan

sosial. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan

berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan

global (Permendiknas No 22 tahun 2006).

Namun pada kenyataannya dilapangan khususnya di tempat peneliti

merencanakan penelitian yaitu SMP Negeri 1 Pangalengan, ternyata tujuan di atas

kurang terlaksana sesuai harapan. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran

IPS adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini dapat terlihat dari

pra penelitian yang peneliti lakukan dengan melakukan observasi dan wawancara

terhadap guru mata pelajaran bahwa hasil tes harian yang mereka lakukan ternyata

belum mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami

pelajaran, hal ini dapat terlihat dari masih banyaknya peserta didik yang

(6)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Lemahnya motivasi serta rendahnya pemahaman terhadap konsep-konsep

dalam materi pelajaran IPS salah satunya dapat terbentuk oleh proses

pembelajaran yang kurang memiliki makna dan tidak menyentuh ranah dimensi

peserta didik itu sendiri. Dalam arti yang lebih substansial, proses pembelajaran

masih terjadi dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk

mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya (Trianto, 2007:1). Atas dasar

ini, tidaklah berlebihan kiranya apabila dalam kenyataan hidup di masyarakat,

mata pelajaran IPS dalam pandangan orang tua peserta didik menempati

kedudukan "kelas dua" dibandingkan dengan posisi IPA, demikian penegasan

Sumaatmadja, (dalam Achmad, 2005).

Sementara itu, menurut Somantri (2001:54), proses pembelajaran IPS di

tingkat persekolahan masih mengandung beberapa kelemahan diantaranya :

Kurang memperhatikan perubahan-perubahan dalam tujuan, fungsi, dan peran PIPS di sekolah, Tujuan pembelajaran kurang jelas dan tidak tegas (not

purposeful). Posisi, peran, dan hubungan fungsional dengan bidang studi

lainnya terabaikan. Informasi faktual lebih bertumpu pada buku paket yang

out of date dan kurang mendaya gunakan sumber-sumber lainnya serta proses

pembelajaran masih bersifat berpusat pada guru.

Lemahnya transfer informasi konsep dalam pendidikan IPS tidak memberi

tambahan daya dan tidak pula mengandung kekuatan. Guru tidak dapat

meyakinkan peserta didik untuk belajar IPS lebih bergairah dan

bersungguh-sungguh. Peserta didik tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang

mandiri. Guru lebih mendominasi peserta didik (teacher centered). Kadar

pembelajaran yang rendah, kebutuhan belajar peserta didik tidak terlayani. Belum

(7)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

dengan melibatkan peserta didik dan seluruh komunitas sekolah dalam berbagai

aktivitas kelas dan sekolah. Dalam pertemuan kelas tidak mengagendakan setting

lokal, nasional, dan global, khususnya berkaitan dengan struktur sistem sosial dan

perilaku kemasyarakatan. Kondisi seperti ini tidak terlepas dari peran guru dalam

melaksanakan pembelajaran di kelas.

Mengajar merupakan salah satu kunci yang mempengaruhi keberhasilan

sebuah proses pembelajaran, dan mengajar seperti ini pulalah yang mendapat

kritik keras dari Paulo Freire dengan model pembelajaran pasif, yakni guru

menerangkan, murid mendengarkan, guru mendiktekan, murid mencatat, guru

bertanya, murid menjawab, dan seterusnya (Freire dalam Schugurensky, 1958:71).

Secara umum peneliti memandang proses pembelajaran yang dilakukan

ditempat peneliti melakukan penelitian secara umum masih bersifat klasikal,

proses pembelajaran masih bersifat terpusat pada guru. Banyak akibat yang

ditimbulkan dari pembelajaran yang bersifat individual dan yang hanya

berorientasi pada hasil akhir/nilai diantaranya adalah munculnya para lulusan

yang tidak siap pakai dan kurang mampu bekerjasama untuk berkarya sebagai

akibat dari kurangnya proses selama dalam pendidikan. Selanjutnya akan muncul

generasi-generasi yang tidak kreatif dan kurang tanggap membaca peluang apalagi

untuk menciptakan lapangan kerja. Hal di atas sesuai dengan yang dikemukakan

oleh Koentjaraningrat (2000:45-49), yang menjelaskan bahwa “kelemahan

mentalitas bangsa Indonesia setelah revolusi adalah sikap mental yang

merendahkan mutu dan sudah hampir hilang kebutuhan akan kualitas dari hasil

(8)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

dari pelaksanaan pendidikan yang bersifat individual serta hanya berorientasi pada

hasil tersebut adalah rendahnya minat dan motivasi peserta didik untuk melakukan

proses belajar sehingga dengan rendahnya motivasi untuk belajar mengakibatkan

peserta didik sulit sekali untuk memahami konsep-konsep IPS dalam materi

pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka perlu adanya proses

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang cukup efektif,

menyenangkan, berpusat pada peserta didik, saling menjaga solidaritas, dan

menjaga rasa tanggung jawab. Metode pembelajaran tersebut yaitu pembelajaran

collaborative.

Pembelajaran collaborative menurut Gerlach (Setyosari, 2009:7) adalah:

Collaboration is a philosophy of interaction and personal lifestyle were

individuals are responsible for their action, including learning and respect the

abilities and contributions of their peers”. Menurut pandangan ini, kolaborasi

merupakan suatu landasan interaksi dan cara hidup seseorang dimana individu

bertanggung jawab atas tindakannya, yang mencakup kemampuan belajar dan

menghargai serta memberikan dukungan terhadap kelompoknya. Melalui aktivitas

kolaboratif kita dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku kolaborasi,

menempatkan perilaku tersebut dalam urutan yang sesuai dan pebelajar

mendemonstrasikannya. Hal yang inti berkenaan dengan

keterampilan-keterampilan kolaborasi ini adalah kemampuan untuk melakukan tukar pikiran

dan perasaan antar pebelajar yang satu dengan yang lainnya pada tingkatan yang

(9)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Secara teoritis pembelajaran collaborative adalah suatu filsafat personal,

bukan sekedar teknik pembelajaran di kelas, collaborative adalah filsafat interaksi

dan gaya hidup yang menjadikan kerjasama sebagai suatu struktur interaksi yang

dirancang sedemikian rupa guna memudahkan usaha kolektif untuk mencapai

tujuan bersama (Ted Panitz, 1996). Pada segala situasi, ketika sejumlah orang

berada dalam suatu kelompok, collaborative merupakan suatu cara untuk

berhubungan dengan saling menghormati dan menghargai kemampuan dan

sumbangan setiap anggota kelompok. Didalamnya terdapat pembagian

kewenangan dan penerimaan tanggung jawab diantara para anggota kelompok

untuk melaksanakan tindakan/ tugas kelompok. Pokok pikiran yang mendasari

pembelajaran collaborative adalah konsensus yang terbina melalui kerjasama

diantara anggota kelompok sebagai kebalikan dari kompetisi yang mengutamakan

keunggulan individu.

Pembelajaran collaborative menekankan pentingnya pengembangan

belajar secara bermakna dan pemecahan masalah secara intelektual serta

pengembangan aspek sosial. Sumber belajar atau informasi tidak lagi hanya

berasal dari guru, tetapi peserta didik juga bisa menjadi sumber informasi dalam

belajar. Dengan demikian, pembelajaran collaborative dapat didefinisikan sebagai

filsafat pembelajaran yang memudahkan para peserta didik bekerja sama, saling

membina, belajar dan berubah bersama, serta maju bersama baik dengan peserta

didik lain maupun dengan gurunya. Inilah filsafat yang dibutuhkan dunia global

saat ini. Bila orang-orang yang berbeda dapat belajar untuk bekerja sama di dalam

(10)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

negara yang lebih baik bagi bangsa dan negaranya, bahkan bagi seluruh dunia.

Akan lebih mudah bagi mereka untuk berinteraksi secara positif dengan

orang-orang yang berbeda pola pikirnya, bukan hanya dalam skala lokal, melainkan juga

dalam skala nasional bahkan internasional.

Dapatlah terlihat bahwa pembelajaran collaborative mengarahkan

pembelajaran pada pembentukan individu untuk dapat bekerjasama dalam

keseluruhan pembelajaran, sehingga terhindar dari sifat kompetisi dan saling

bersaing. Pembelajaran collaborative idealnya terjadi dalam sebuah kelas yang

didalamnya ada sebuah proses pembelajaran yang menginginkan tujuan

bersama-sama tanpa adanya egositas individu dalam mencapai keberhasilan tetapi

sebaliknya tujuan kolektiflah yang menjadi hal yang utama sehingga

pembelajaran lebih bermakna dan bermanfaat bagi seluruh peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka diharapkan pembelajaran

collaborative MURDER efektif dan dapat meningkatkan motivasi belajar pada

peserta didik dan meningkatkan kemampuan dalam memahami konsep dalam

pembelajaran IPS. Pembelajaran yang efektif dapat terjadi apabila para peserta

didik secara aktif terlibat dalam tugas-tugas yang bermakna dan aktif terlibat

dalam berinteraksi dengan materi pelajaran.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang konseptual dan faktual maka dapat

dikemukakan bahwa permasalahan penelitian ini bertumpu pada pengaruh

(11)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

terhadap motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS pada peserta didik kelas

VII SMP Negeri 1 Pangalengan. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut “Apakah penggunaan pembelajaran collaborative MURDER

dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman

konsep pada peserta didik bila dibandingkan dengan peserta didik yang

mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional ?”

Berdasar pada uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti dapat

mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS antara siswa yang

belajarnya memperoleh pembelajaran collaborative MURDER dengan

siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional ?

2. Apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep IPS antara siswa yang

belajarnya memperoleh pembelajaran collaborative MURDER dengan

siswa yang belajarnya memperoleh pembelajaran konvensional ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan motivasi belajar IPS

peserta didik melalui pembelajaran collaborative MURDER dibandingkan

(12)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

2. Untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep IPS

peserta didik melalui pembelajaran collaborative MURDER dibandingkan

dengan pembelajaran konvensional ?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua

pihak yang berkepentingan dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Bagi peserta didik, diharapkan dengan model pembelajaran collaborative

MURDER ini dapat membantu dan memberikan motivasi pada dirinya

untuk belajar aktif secara mandiri sehingga pemahaman konsep yang

berkaitan dengan materi pelajaran IPS dapat meningkat.

2. Bagi guru/ pendidik, diharapkan dapat memberikan masukan bahwa

collaborative MURDER merupakan salah satu metode yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai salah

satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep

IPS pada peserta didik.

3. Bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan merupakan bahan

masukan sebagai salah satu alternatif metode dalam pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial untuk meningkatkan motivasi belajar pemahaman

(13)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, E. Struktur Organisasi Tesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Tesis

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Motivasi Belajar

B. Pemahaman Konsep IPS

C. Pemahaman Konsep IPS Secara Struktural D. Pemahaman Konsep IPS Secara Substansial E. Pembelajaran Collaborative

F. Pembelajaran Collaborative MURDER G. Teori Yang Relevan

H. Penelitian Terdahulu I. Kerangka Pemikiran J. Hipotesis Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian

B. Populasi dan Subjek Penelitian C. Desain dan Metode Penelitian D. Definisi Operasional

E. Alat Tes Penelitian

F. Teknik Pengumpulan Data

G. Teknik pengembangan Alat Tes Penelitian H. Skenario Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

(14)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Rencana penelitian akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pangalengan yang

terletak di jalan Pasirmulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung.

Pertimbangan pemilihan lokasi dan kelas untuk penelitian ini diantaranya bahwa

sekolah yang dipilih merupakan tempat penulis bekerja serta telah dilakukannya

pra penelitian yang telah disetujui oleh Kepala Sekolah SMP Negeri

1 Pangalengan, pra penelitian ini dilakukan agar peneliti mendapatkan

gambaran-gambaran secara khusus tentang permasalahan yang ada di SMP Negeri

1 Pangalengan khususnya berkaitan dengan proses pembelajaran.

B. Populasi dan Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII di SMP Negeri 1

Pangalengan yang terdiri dari sepuluh kelas yaitu kelas VII A sampai Kelas VII J.

Sedangkan subjek penelitian yang diambil terdiri dari tiga kelas, yaitu kelas VII

C, VII F dan VII D. kelas yang pertama dan kedua dijadikan sebagai kelas

eksperimen dan kelas yang ketiga dijadikan sebagai kelas kontrol. Agar dapat

menghasilkan subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik populasi, maka

penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang

ditentukan yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu

(15)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

berdasarkan pra peneltian yang peneliti lakukan bahwa : 1) Peserta didik dalam

kelas yang dijadikan subjek penelitian memiliki kemampuan akademik yang

merata. 2) Teknik yang dilakukan oleh sekolah yang menjadi tempat penelitian

mengenai penentuan kelas biasanya dilakukan dengan cara melihat nilai dan

prestasi peserta didik, artinya peserta didik yang yang berada di kelas awal

memiliki nilai yang merata.

Sehingga dapat dilihat berdasarkan hasil tes/ penilaian yang dilakukan oleh

guru mata pelajaran IPS bahwa kelas yang memiliki karakteristik yang hampir

sama dari nilai akademik yaitu kelas VII C, VII F dan VII D.

C. Desain dan Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

kuasi (quasi eksperimen) dengan menggunakan nonequivalent ( pretest and

posttest ) Control-Group Design, atau kelompok kontrol pretes-postes. Subjek

penelitian dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen diberi

perlakuan, yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Model

pembelajaran collaborative type MURDER. Sedangkan kelompok kontrol tidak

mendapatkan perlakuan, tetapi mendapatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial dengan metode klasikal. Menurut Creswell (1994:132) nonequivalent

(pretest and posttest) Control Group Design adalah ” in this design, a popular

approach to quasi eksperiments, the experimental group A and the control B are

sselected without random assignment. Both group take a pretest and posttest, and

(16)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Perlakuan yang diberikan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan

kedua tipe pembelajaran yang diterapkan terhadap motivasi belajar dan

kemampuan pemahaman konsep. Adapun desain penelitiannya adalah :

Kelompok Pretes Perlakuan Posttest

A O X O

B O O

Waktu

(McMillan & Schumacher, 2001 : 467)

Keterangan:

A = Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan

B = Kelompok kontrol

O = Pre-test/ post-test yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kontrol

X = Penerapan pembelajaran melalui Model pembelajaran Collaborative type

MURDER.

D. Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang perlu didefenisikan dengan jelas dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Pembelajaran collaborative adalah pembelajaran yang memiliki filosofi

pribadi tidak sekedar teknik di kelas tetapi dalam semua situasi peserta

(17)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

bertanggung jawab, saling membina, toleransi dan berkontribusi untuk

tujuan bersama (Panitz, Ted. 1996[online]). Pembelajaran collaborative

MURDER yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran

collaborative MURDER yang disesuaikan dengan karakteristik peserta

didik yang terdiri dari langkah-langkah berikut : a) Menyiapkan suasan

hati peserta didik agar lebih nyaman dan siap menghadapi pelajaran, b)

penyampaian materi pembelajaran dan pembagian tugas terhadap

kelompok belajar, c) Pengulangan materi yang bertujuan untuk

memperkuat pemahaman, d) Pendeteksian dan koreksi terhadap

pemahaman konsep pada peserta didik apabila ada miskonsepsi, e) Proses

elaborasi yang dilakuakan oleh kelompok belajar, dan f) menampilkan

hasil tugas yang telah selesai dikerjakan dan selanjutnya di diskusikan.

2. Motivasi belajar adalah dorongan semangat serta perubahan energy dalam

diri peserta didik dengan munculnya perasaan dengan tanggapan adanya

tujuan (McDonal dalam Hamalik, 2003:158). Dalam hal ini semangat serta

dorongan dalam belajar yang diperoleh peserta didik dalam mempelajari

mata pelajaran IPS yang berasal dari dalam dan luar diri siswa setelah

mendapatkan pembelajaran IPS dengan menggunakan pembelajaran

collaborative MURDER

3. Pemahaman konsep IPS menurut Banks (1990:23), adalah kemampuan

pemahaman kemampuan seseorang anak (peserta didik) untuk

menafsirkan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, meringkas,

(18)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

(Anderson dan Kratwohl dalam aksela 2005). Konsep-konsep yang

tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar diantaranya

adalah masyarakat, interaksi social, benua, waktu, peritiwa, kolonialisme

dan skarsitas

E. Alat Tes Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa

instrumen penelitian seperti lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran,

tes motivasi belajar, tes pemahaman konsep, wawancara guru dan angket siswa.

1. Lembar Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang

spesifik. Berkomunikasi yang tidak terbatas pada orang tetapi juga objek-objek

alam yang ada di dalamnya (Sugiono, 2008:145).

Observasi digunakan karena memiliki manfaat-manfaat sebagai berikut :

a. Peneliti akan lebih mampu memahami konteks data.

b. Peneliti akan memperoleh pengalaman langsung

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang

lain.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang tidak akan terungkap oleh

responden dalam wawancara karena bersifat sensitive.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang diluar persepsi responden,

(19)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

f. Peneliti tidak hanya mengumpulkan data untuk memperoleh kesan pribadi

dan merasakan suasana situasi yang diteliti (Sugiono, 2008:68)

Berdasarkan alasan tersebut, maka dilakukan observasi untuk memperoleh

data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran collaborative MURDER.

Data aktivitas siswa tersebut dituangkan dalam lembar obsrvasi aktivitas siswa.

2. Tes Motivasi Belajar

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk mengukur motivasi

adalah menggunakan skala likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok yang selanjutnya disebut

sebagai variabel penelitian. (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005: 118)

Secara garis besar variabel yang diukur peneliti jabarkan dalam

indikator-indikator yang terukur. Indikator yang terukur dijadikan titik tolak untuk membuat

item instrumen yang berupa pertanyaan dan pernyataan yang perlu dijawab

responden (peserta didik). Tes motivasi belajar yang diberikan peneliti kepada

siswa berupa angket motivasi dengan 5 pilihan alternatif mengenai sikap siswa

terhadap motivasi dalam belajar. Angket ini menggunakan skala likert, setiap

siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyataan dengan jawaban lima

untuk SS (sangat setuju), empat untuk S (setuju), tiga untuk N (netral), dua untuk

TS (tidak setuju), satu untuk STS (sangat tidak setuju). Sedangkan untuk

pernyataan negatif digunakan skor sebaliknya yaitu: satu untuk SS (sangat setuju),

dua untuk S (setuju), tiga untuk N (netral), empat TS (tidak setuju), lima untuk

(20)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Berikut adalah indikator-indikator pengukuran pada variabel motivasi

belajar setelah dilakukan pembelajaran collaborative MURDER diantaranya yaitu:

minat belajar, ketajaman perhatian, konsentrasi, ketekunan belajar, belajar di

rumah, mempunyai terget dalam belajar, kemandirian dalam belajar, tanggung

jawab.

3. Tes Pemahaman Konsep IPS

Tes yang digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian ini adalah tes

tertulis yang berupa butir-butir soal yang bertujuan untuk mengukur pemahaman

konsep IPS pada materi pokok perkembangan masyarakat yang dilakukan

sebelum dan sesudah pembelajaran collaborative MURDER. Terdapat 25 butir

soal berbentuk pilihan ganda dengan empat opsi pilihan jawaban untuk mengukur

pemahaman konsep IPS pada materi perkembangan masyarakat. Langkah-langkah

penyusunan tes tertulis adalah sebagai berikut :

a. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam pokok bahasan

perkembangan masyarakat.

b. Menyusun soal beserta kunci jawaban, soal dan kunci jawaban yang telah

disusun diajukan untuk memperoleh judgment dari dosen pembimbing dan

dosen ahli. Hal ini bertujuan untuk mengetahui validasi isi, kesesuaian

antara indikator dan soal, dan kesesuaian soal dengan kunci jawaban.

c. Melakukan uji coba soal yang telah memperoleh judgment kepada siswa

yang telah menerima materi perkembangan masyarakat.

d. Menganalisis hasil uji coba soal meliputi validitas item, reliabilitas, tingkat

(21)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Tes yang digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep IPS peserta

didik menggunakan taksonomi Bloom revisi pada jenjang pengetahuan (C1) dan

pemahaman (C2).

4. Angket

Angket merupakan salah satu alat pengumpul data berupa daftar

pertanyaan secara tertulis dengan kemungkinan jawaban yang diberikan kepada

responden (Arikunto, 2005:28). Angket yang digunakan dalam penelitian ini

dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai implementasi

pembelajaran collaborative MURDER sebagai refleksi. Angket yang diberikan

berupa pernyataan dengan dengan alternatif jawaban sangat setuju (SS), setuju

(S), netral (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS)

5. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Sepihak

di sini maksudnya adalah pertanyaan hanya diajukan oleh peneliti, sedangkan

subjek penelitian tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan

(Arikunto, 2005:30).

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ditujukan kepada guru mata

pelajaran dan peserta didik untuk mengetahui tanggapan guru dan peserta didik

mengenai kelebihan dan kekurangan pembelajaran Collaborative MURDER yang

telah dilakukan

(22)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu

melalui :

Tes, dalam penyusunan tes, diawali dengan penyususan kisi-kisi yang

mencakup kompetensi dasar, indikator, aspek yang diukur beserta skor

penilaiannya dan nomor butir soal beserta kunci jawabannya dan aturan

pemberian skor untuk masing-masing butir soal. Dalam penyusunan tes ini,

dilakukan uji validitas, uji reliabilitas, analisis daya pembeda soal, dan tingkat

kesukaran soal. Tes ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta

didik terhadap konsep-konsep yang telah di pelajari dan tingkat motivasi belajar.

Angket/ kuesioner, bertujuan untuk memperoleh informasi tentang

tanggapan peserta didik mengenai pembelajaran yang telah dilakukan.

Lembar observasi dan wawancara digunakan untuk mengumpulkan semua

data tentang sikap peserta didik dan guru dalam pembelajaran, interaksi antara

peserta didik dan guru, serta interaksi antar peserta didik dengan peserta didik

dalam pembelajaran IPS dengan penggunaan Model pembelajaran Collaborative

type MURDER dalam meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep.

Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data,

kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan instrumen yang digunakan.

Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

(23)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, sebelum

mendapatkan

perlakuan dan setelah mendapatkan

perlakuan.

Post-test skala likert

2. Peserta didik Pemahaman konsep sebelum

mendapatkan

perlakuan dan setelah mendapat perlakuan.

Pre-test dan Post-test

Butir soal pilihan ganda

3. Peserta didik dan Guru

Keterlaksanaan model pembelajaran

Collaborative type

MURDER

Wawancara dan observasi

Pedoman

wawancara dan observasi

aktivitas guru dan peserta didik selama pembelajaran

G. Teknik Pengembangan Alat Tes Penelitian

Setelah pembelajaran, diperoleh sejumlah data penelitian berupa data hasil

pretest postest, kuesioner dan data hasil observasi. pengolahan data diawali

dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda

instrumen penelitian tes pemahaman konsep IPS.

1. Uji Instrumen Penelitian Tes Pemahaman Konsep IPS

a. Validitas Butir Soal

Validitas merupakan ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu

mengukur apa yang harus atau hendak diukur. Uji validitas instrumen yang

digunakan adalah uji validitas konstruk dan uji validitas isi. Uji validitas konstruk

dilakukan melalui pendapat ahli (judgement experts) atau dosen yang memiliki

keahlian di bidang materi IPS, untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang

(24)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

membandingkan antara isi instrument dengan rancangan materi pelajaran yang

akan diajarkan. Selanjutnya soal diujicobakan dan dianalisis dengan menggunakan

analisis item (Sugiyono, 2008:173).

Analisis item dihitung dengan menggunakan bantuan program komputer

SPSS 16.0 Interpretasi untuk besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2

Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy < 1,00 Sangat tinggi ( sangat baik 0,60 < rxy < 0,80 Tinggi ( baik )

0,40 < rxy < 0,60 Cukup ( sedang ) 0,20 < rxy < 0,40 Rendah ( kurang )

0,00 < rxy < 0,20 Sangat Rendah ( sangat kurang

Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t tabel.

Jika pada taraf signifikan 95%, thitung < t-tabel maka H0 diterima. Sebaliknya,

jika thitung > t-tabel maka H0 ditolak.

b. Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang

digunakan. Pengujian reliabilitas tes dapat dilakukan secara eksternal maupun

internal. Secara internal, reliabilitas tes diuji dengan menganalisis konsistensi

butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu setelah tes dicobakan

(Sugiyono, 2008:124).

Uji reliabilitas tes ini dihitung dengan menggunakan bantuan program

(25)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

adalah teknik Cronbach Alpha. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah

sebagai berikut (Arikunto , 2002:72) :

Tabel 3.3

Kategori Reliabilitas Tes

Batasan Kategori

0,80 < r11 < 1,00 Sangat Tinggi ( sangat tinggi ) 0,60 < r11 < 0,80 Tingi ( baik )

0,40 < r11 < 0,60 Cukup ( sedang ) 0,20 < r11 < 0,40 Rendah ( kurang )

0,00 < r11 < 0,20 Sangat Rendah ( sangat kurang )

c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau

mudahnya suatu soal. Besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai

dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu

terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00, menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu

mudah.

Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan bantuan program

SPSS 16.0 Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < p < 0,30 Soal Sukar

0,30 < p < 0,70 Soal Sedang

(26)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, d. Analisis daya pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang

berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut

indeks diskriminasi (D).

Uji daya pembeda dihitung dengan bantuan program komputer SPSS 16.0

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < D < 0,20 Jelek ( poor )

0,20 < D < 0,40 Cukup ( statisfactory )

0,40 < D < 0,70 Baik ( good )

0,70 < D < 1,00 Baik Sekali ( excellent )

2. Peningkatan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Peserta didik

Untuk mengukur peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah

pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (N-gain) dengan rumus Hake dalam

(Meltzer, 2002):

g = � −� �

���� −� �

Keterangan :

Spost = Skor Posttest

Spre = Skor Pretest

(27)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan

peningkatan motivasi belajar dan pemahaman konsep peserta didik dengan kriteria

seperti pada Tabel 3.6

Tabel 3.6

Kategori Tingkat Gain yang Dinormalisasi

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g < 0,7 Sedang

g < 0,3 Rendah

Sumber : Hake dalam Meltzer ( 2002 )

Efektivitas penggunaan model pembelajaran collaborative MURDER

dapat dilihat dari perbandingan nilai gain kelas eksperimen yang menggunakan

model pembelajaran collaborative MURDER dan kelas kontrol yang

menggunakan model konvensional. Suatu pembelajaran dikatakan lebih efektif

jika menghasilkan gain lebih tinggi dibanding pembelajaran lainnya.

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan terhadap data pretest dan

posttest pemahaman konsep IPS peserta didik. Uji normalitas menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov pada program komputer Statistical Package for Sosial

Science (SPSS) for windows versi 16.0.

Hasil pengujian terhadap kedua kelompok skor digunakan untuk

mengetahui data yang dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data dikatakan

normal bila nilai probabilitas (Sig. (2-tailed)) > 0,05.

(28)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

Uji homogenitas dilakukan pada data skor pretest dan posttest pemahaman

konsep IPS peserta didik. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji

Levene dengan bantuan program komputer Statistical Package for Sosial Science

(SPSS) for windows versi 16.0.

Hasil pengujian terhadap kedua kelompok skor digunakan untuk

mengetahui homogen atau tidaknya data yang dianalisis. Data dikatakan homogen

bila nilai probabilitas (Sig.) > 0,05.

5. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua

keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest peserta didik pada kelompok

eksperimen dengan peserta didik pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata

posttest peserta didik pada kelompok eksperimen dengan peserta didik pada

kelompok kontrol, dan uji kesamaan rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata

(uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS for windows 16.0 yaitu uji-t dua

sampel independen (Independent-Sample t Test).

Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas data dimaksudkan

untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data motivasi belajar dan

pemahaman konsep peserta didik kedua kelas. Dalam penelitian ini uji normalitas

data menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Uji homogenitas data

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji

(29)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk membandingkan perbedaan

dua rata-rata.

H. Skenario Pelaksanaan Penelitian

Skenario dalam penelitian ini di rancang untuk memudahkan dalam

pelaksanaan. Skenario dalam penelitian ini diantaranya adalah :

1. Melakukan studi pendahuluan dengan mengidentifikasi dan merumuskan

masalah, dan melakukan studi literatur.

2. Menyusun instrumen penelitian dan bahan ajar.

3. Menguji coba instrumen dan menganalisis hasil uji coba instrumen

4. Menentukan subjek penelitian, kelompok ekseperimen dan kelompok

kontrol .

5. Melakukan komunikasi, pelatihan dengan guru pendamping mengenai

pembelajaran collaborative MURDER agar dapat dilaksanakan dengan

baik oleh guru pendamping.

6. Memberikan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

untuk mengetahui motivasi belajar dan kemampuan awal terhadap

pemahaman konsep IPS pada materi pokok perkembangan masyarakat.

7. Melaksanakan pembelajaran collaborative MURDER pada kelompok

(30)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

8. Memberikan postest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

untuk mengetahui tingkat motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS

pada materi pokok perkembangan pada masa Hindu Budha di Indonesia.

9. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.

10.Menyimpulkan hasil penelitian.

Untuk lebih jelasnya mengenai skenario dalam penelitian ini dapat dilihat

pada diagram sebagai berikut :

Studi Pendahuluan

Identifikasi masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian

Studi Literatur : Pembelajaran Collaborative MURDER, Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep IPS

Penyususnan Instrumen :

1. Soal Pilihan Ganda Pemahaman Konsep 2. Angket Motivasi

Belajar

3. Pedoman Observasi

Penyusunan Rencana Pembelajaran Collaborative MURDER

Validasi, Uji Coba, Revisi

Kelompok Kontrol PRETEST Kelompok Eksperimen

POSTTEST Pembelajaran

Collaborative MURDER Pembelajaran

Konvensional

Pengolahan dan Analisis Data

Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Komunikasi dan pelatihan

kepada Guru pendamping mengenai pelaksanaan

(31)

Iwan Wahyudi, 2012

[image:31.595.118.510.156.618.2]

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Gambar 3.1 Skenario Pelaksanaan Penelitian

Pembahasan

(32)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan penelitian, analisis dan pembahasan mengenai

pengaruh Pembelajaran collaborative MURDER, motivasi dan prestasi pada mata

pelajaran IPS, di kelas VII SMP Negeri 1 Pangalengan Kabupaten Bandung, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan metode collaborative MURDER

mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik secara signifikan

meskipun dalam kategori sedang. Artinya terdapat perbedaan yang

signifikan dalam motivasi belajar IPS antara pembelajaran yang

menggunakan Pembelajaran collaborative MURDER dengan yang

menggunakan metode pembelajaran konvensional. Hal ini diperoleh dari

indeks peningkatan motivasi yang diukur dengan tes yang dilakukan

sebelum dan sesudah pembelajaran pada kelas yang belajarnya

menggunakan Pembelajaran collaborative MURDER. Hasil skor rata-rata

pretes motivasi belajar kelas eksperimen, kemudian dibandingkan dengan

hasil skor postes pada kelas eksperimen, menjadi meningkat yang

signifikan. Hal ini berarti peningkatan motivasi belajar yang terjadi dengan

menerapkan pembelajaran collaborative MURDER cukup meningkat

walaupun dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi

peningkatan motivasi yang signifikan dimana perbandingan antara hasil

(33)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

terjadi tergolong pada kategori rendah. Aktifitas yang paling menonjol

selama proses pembelajaran collaborative MURDER yaitu menggambarkan

terciptanya suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa, siswa mencari

sumber belajar melalui media massa, wawancara dan diskusi atau siswa

aktif dalam pembelajaran. Partisispasi siswa dalam belajar mencari sumber

melalui partisispasi siswa dalam pembelajaran collaborative MURDER

tergolong pada kategori tinggi.

2. Pembelajaran collaborative MURDER mampu meningkatkan pemahaman

konsep dari kategori rendah menjadi kategori tinggi. Pemahaman Konsep

diukur menggunakan tes objektif pada kelas eksperimen dan kontrol,

diperoleh skor rata-rata pretes pemahaman konsep IPS kelas eksperimen

sama-sama dalam kategori rendah. Kemudian pada kelas eksperimen

mendapat perlakuan (treatment) dengan menggunakan pembelajaran

collaborative MURDER, setelah dilakukan posttes skor pemahaman konsep

IPS kelas eksperimen terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini berarti

terjadi peningkatan pemahamn konsep yang termasuk dalam kategori tinggi.

Sedangkan pada kelas kontrol tidak terjadi peningkatan pemahaman konsep

yang signifikan dimana hasil pretest dengan kategori rendah. kemudian

dilakukan postest namun peningkatan yang terjadi tidak signifikan atau

termasuk pada kategori rendah. Aktifitas siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan metode konvensional ditemukan bahwa pembelajaran

konvensional kurang memperhatikan siswa sebagai subyek dalam

(34)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

pusat pembelajaran dengan skor nilai tertinggi dari pengamatan terletak

pada perhatian pada ceramah guru.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan bahwa motivasi belajar

siswa yang menggunakan pembelajaran collaborative MURDER lebih tinggi

dibanding dengan pembelajaran konvensional. Demikian juga halnya dalam

pemahaman konsep IPS peserta didik, dimana nilai post-tes siswa yang

menggunakan pembelajaran collaborative MURDER lebih tinggi dibandingkan

dengan pembelajaran yang menggunakan metode konvensional. Aktivitas proses

pembelajaran dengan pembelajaran collaborative MURDER juga lebih menarik

bagi siswa, dibandingkan dengan metode konvensional, maka dengan ini peneliti

memberikan saran beberapa hal sebagai berikut:

1. Untuk guru, agar dalam pembelajaran dapat menerapkan pembelajaran

collaborative MURDER sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan

motivasi belajar dan pemahaman konsep IPS peserta didik, dimana lebih

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari sumber belajar

melalui kerjasama dan peserta didik juga akan aktif dalam proses

pembelajaran yang bermanfaat. Pemberian kepercayaan kepada siswa untuk

mencari sumber-sumber belajar sebagai bentuk pembelajaran yang

berorientasi pada keterampilan proses. Sehingga pembelajaran terpusat pada

(35)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

2. Untuk kepala sekolah, agar lebih berperan dalam mendorong guru untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat kreatif dan inovatif. Untuk itu,

dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran, kepala sekolah

hendaknya meningkatkan peranan dan tugasnya dalam memberi bimbingan

dan pembinaan kepada guru, khususnya dalam proses pembelajaran. Dalam

upaya meningkatkan pemahaman dan mengembangkan keterampilan guru,

khususnya yang berkaitan dengan penggunaan pembelajaran collabirative

MURDER dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah diharapkan dapat

memotivasi dan mengarahkan guru di lingkungan kerjanya untuk dapat

mengembangkan dan menggunakan pembelajaran yang berpusat pada peserta

didik, mengingat pembelajaran ini efektif untuk meningkatkan motivasi dan

pemahaman konsep IPS peserta didik bahkan efektif juga untuk

mengembangkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa.

3. Untuk pengawas sebagai pejabat fungsional di lingkungan Dinas Pendidikan

yang mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam membina profesionalisme

guru, hendaknya memberikan bantuan kepada guru mengenai petunjuk teknis

mengenai pembelajaran collaborative MURDER dalam kegiatan

pembelajaran. Guru hendaknya diberi kesempatan pelatihan untuk

menggunakan pembelajaran ini. Hal tersebut karena masih sedikit guru yang

menguasai metode baik teori maupun praktek.

4. Untuk peneliti lain, guna memperoleh efektivitas dan optimalisasi

penggunaan pembelajaran collaborative MURDER dalam kegiatan

(36)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect,

berminat untuk melakukan ataupun melanjutkan penelitian tentang penerapan

pembelajaran collaborative MURDER dimungkinkan terbuka lebar.

Mengingat penelitian ini masih terbatas bahkan jauh dari sempurna, baik dari

ruang lingkup yang diteliti, maupun dalam kaitannya dengan aspek lain, maka

(37)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Arif (2005). Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber Pembelajaran

IPS di Tingkat Persekolahan.

Tersedia :http://re-searchengines.com/mangkoes6-04-2.html. (10/05/2012).

Adam. (2000). Waktu dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper. Ensiklopedi

Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk

Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewaruchi.

Arikunto, S., (2002). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Karya.

Ballachey, (1962). Individual In Society: A Textbook of Social Psychology. New York, San Fransisco, Toronto, London: McGraw-Hill Book Company Inc.

Banks, J.A. (1977). Teaching Strategies for the Social Studies: Inquiry, Valuing,

and Decision Making. Philippines: Addison-Wesley Publishing Company.

Banks. J. A (1990). Teaching Strategies for the Social Studies, Inquiry, Valuing,

and Decision-Making. New York & London: Longman

Barth, J. L. (1990). Methods of Instruction in Social Studies Education. Maryland: University Press of America.

Bloom, S. (1982). Human Characteristic and School Learning. Chicago: McGraw-Hill Book Company.

Borich, G.D (1996). Teaching Method. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.

Bronowski, J (1979). The Common Sense of Science. Cambridge : Harvard University Press.

Brophy, Jere (2004). Motivating Students to Learning. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates

(38)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Campbell, Tom. (1994). Tujuh Teori Sosial: Sketsa, Penilaian, Perbandingan. Diterjemahkan oleh F. Budihardiman. Yogyakarta: Kanisius.

Coffey, et al, (1975). Behavior in Organization. A Multidimensional View, Second edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood Cliffs.

Cohen. (1994), "Restructuring the classroom:Conditions for productive small

groups", Review of Eduicational Research Spring 1994 vol 64 #1 pp1-35.

Cohen. (1976). Educational in Classroom and School. London: Haper And Row

Creswell, John. W (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative

Approach. California: Sage Publication.

Dahar (1996), Model-Model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro

Davies, F.D. (1989). Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use and User

Acceptance of Information Technology, MIS Quarterly

Degeng, I.Nyoman, S (1991). Kontribusi Jenis Kelamin, Gaya Kognitif, dan

Motivasi Berprestasi terhadap Cara Belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi IKIP Malang, Laporan Penelitian, Tidak dipublikasikan,

Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang.

Denon, Donald. (2000). Kolonialisme dalam Adam Kuper dan Jessica Kuper.

Ensiklopedia Ilmu-Ilmu Sosial. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dkk.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Djamarah (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Bahri, S dan Zain, A. (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company.

Dwi. J (2011). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Untuk Meningkatkan

Kualitas Hasil belajar IPS Siswa Kelas V SD Ma’arif Jogosari Pandaan

Pasuruan. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

(39)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Fraenkel, Jack R (1980). Helping Student Thinking and Value Strategies for

Teaching the Social Studies. Englewood Clifft. New Jersey:

Prentice-Hall.Inc

Gagne, R.M, (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS College Publishing.

Gagne dan Briggs (1979). Principles of Instructional Design. Edisi Kedua. New York: Holt Rinehart and Winston

Gillin, John Lewis dan John Philip Gillin. (1954). Cultural Sociology. Cetakan Ketiga. New York: Mc Millan Company.

Goode, Wiliam, dan Paul K. Hatt. (1952). Methods in Social Research. New York: McHill-Hill

Haditono, Siti R. (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level and

Child Rearing Practice in Four Occupational Groups, makalah.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamalik, Oemar (2003). Proses Belajar mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hamalik, Oemar (2009). Dasar-Dasar pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya. Cet.3

Hasan, S. Hamid (1995). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Proyek Pendidikan Tenaga Akademik.

Hasan, S. Hamid (1996). Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi

Heckhausen, Hainz, (1968). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.

Herdian. (2010). Model Pembelajaran Kolaboratif MURDER. Online tersedia: http://resibaratwaja.blogspot.com/feeds/post/default diakses 05-05-2012

Hudgin, Bryce, B. (1983). Eductional Psychologi. USA. FE Peaback Publisher.

Ibrahim dan Syaodih, N. (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Izzati Nurma (2010). Meningkatkan Berfikir Matematis Pada Tingkat Koneksi

(40)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Collaborative MURDER, Tesis SPS UPI Pendidikan IPA, Tidak

diterbitkan.

Jacobs, et all. (1997). Cooperative Learning in the Thinking Classroom: Research

and Theoritical Perspectives. Paper presented at the International

Conference on Thinking. Singapore [online] tersedia : http://georgejacobs.net/Cooperative_Learning_in_the_Thinking_Classroo m.doc. 15/05/2012

Jamaris, Martini, (2004). Proses Pembelajaran dalam Mengembangkan

Kemampuan Aktualisasi kognitif Tingkat Tinggi. Jurnal Ilmu Pendidikan

“Parameter”, Nomor 19 Tahun XXI, Agustus 2004, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Jegede, J.O, (1994). Influence of Motivation and Gender on Secondary School

Students’, Academic Performance in Nigeria, Journal of Social

Psychology, 134 (5).

Johnson, D.W, R. Jhonson, and K. Smith. (1991). Active Learning: Coperative in

the Callage Classroom. Edina, Minn: Interaction Book Company.

Kibler, Robert J, et al, (1981). Objectives for Instruction and Evaluation, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Koentjaraningrat (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (cetakan

kesembilan belas), Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Kridaningtyas. N. P (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Disertai

Metode Team Assisted Individualization (TAI) Dalam Meningkatkan Peran Serta Siswa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak Diterbitkan

Maehr, Martin L, and Larry A Braskamp (1986). The Motivation Factor: A theory

of personal investment. Lexington, Massachusetts: Lexington Books.

Marx, M.H. (1976). Introduction to Psychology. New York: Mcmillan Publishing Company, Inc.

Maryani, Enok (2011), Pengembangan Program Pembelajaran IPS untuk

Peningkatan Keteramoilan Sosial. Bandung: Alfabeta

(41)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

McMillan dan Schumacher (2001). Penelitian Dalam Pendidikan ( Terjemahan ), Longman New York & London.

Murray, E.J. (1964). Motivation and Emotion. Englewood Cliffs, New York: Prentice-Hall, Inc.

Mitchell. (1997). Research in Organization Behavior. Greenwich, CT: JAI Press

NCSS (1994). Carting A Course. Social Studies for 21st Century.

Panitz, Ted (1996), A Definition of Collaborative vs Cooperative Learning. tersedia:

http://londonmet.ac.uk/deliberations/collaborativelearning/panitz.html. (10-05-2012)

Panitz, Ted (1997). Collaborative Versus Cooperative learning- a Comparison of

the Two Concepts Which Will Help Us Understand the Underlying Nature of Interactive Learning.

Tersedia :

http://home.capecod.net/~tpanitz/tedsarticles/coopdefinition.htm (12-05-2012)

Permana, H (2009). Keefektifan Strategi Anotasi Melalui Media Hiperteks untuk

Meningkatkan Motivasi dan Kemampuan Menulis Berbasis Wacana. Tesis

Magister pada SPS UPI Bandung: tidak diterbitkan

Permendinas No 22 (2006). tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar

dan Menengah. Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Popenoe, David. (1983). Sociology. Fifth Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Popham dan Baker (2008). Teknik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta

Prayitno, Elida (1998). Motivasi Dalam Belajar. Jakarta PPLPTK Depdikbud.

Reksohadiprojo dan Handoko (1996). Organisasi Perusahaan. Edisi kedua Yogyakarta: BPFE

Renchler, R (1992). Student motivation, school culture, and academic

achievement. Oregon: Eric Clearinghouse on Educational Management-

(42)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Robbins, Stephen P. et all. (2008). Perilaku Organisasi (organization Behavior)

Buku 1 Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat

Rosyada, D. (2007) Paradigma Pendidikan Demokratis (Sebuah Model pelibatan

Masyarakat dalam penyelenggaraan Pendidikan). Jakarta: Kencana.

Ruseffendi, E. T. (2006). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan

Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. (Edisi Revisi) Bandung: Tarsito.

Samuelson, Paul. A dan William D Nordhaus. (1990). Ekonomi. Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka Wasana. Jakarta:Erlanga

Santrock, John W (2007). Educational Psychology, 2rd Edition McGraw-Hill Company, Inc. Edisi Terjemahan Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sapriya at al (2008). Konsep Dasar IPS. Bandung: UPI Pres.

Sardiman. (2000). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sardiman, (2007). Interaksi dan Motivasi Belaja Mengajar. Jakarta Raja Grafindo Persada.

Sardiman (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers

Schugurensky, D (1958). Continuum Library of Educational Thought Vol 16. Typeset by Newgen Imaging System Pvt Ltd, Chennai, India. Printed and bound in Great Britain

Schultz, Duane. (1981). Theories of Personality. California: Brooks/Cole Publishing Company

Schwab, Joseph J (1969). Structure of Dicipline Meaning and Significance dalam G.W Ford et al. The Structure of Knowledge and The Curriculum. Rand McNally Curriculum Series

Setyosari, P. (2009). Pembelajaran Kolaborasi: Landasan untuk Mengembangkan

Keterampilan Sosial, Rasa Saling Menghargai dan Tanggung Jawab.

Pidato Pengukuhan Guru Besar. Universitas Negeri Malang. Tidak diterbitkan.

(43)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Siregar, E & Nara H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor, Ghalia Indonesia.

Slavin, R. E. (1991). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.

Slavin (1994). Cooperative Learning: Theory, Research, and Practise. Englewood Cliffs NJ: Prentice-Hall.

Soekanto, Soerjono. (1993). Kamus Sosiologi. Edisi Baru. Jakarta: Raja Grafindo

Somantri, S. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Spitzers, R. D. (1995). Super Motivation. (A Blueprint Association) New York Organization. AMACOM. American Management Association. New York

Sudrajat, Achmad (2005). Teori-teori Motivasi. http://www.konselingcentre.co.id

Sugiyono (2007). Statistika untuk Penelitian. CV Alfabeta Bandung.

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. IV

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA dikaitkan dengan kemampuan penalaran Logik Siswa dan Beberapa Unsur Proses Belajar Mengajar. Disertasi SPS UPI. Bandung: tidak

diterbitkan

Supardan, D. (2011). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan

Struktural. Jakarta : Bumi Aksara

Trianto (2007). Model-Model Pembelajaran inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Uno, Hamzah (2006). Teori Motivasi dan pengukurannya Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah (2010). Teori Motivasi dan pengukurannya: Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

(44)

Iwan Wahyudi, 2012

Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder (Mood, Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS

Wexley, K.W dan Gray A. Yulk (1977). Organizational Behavior and Personnel

Psycholgy. Homewood Illionois: Richard D. Irwin.

Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Grasindo

Wiyono, (1995). Hakekat dan Karakteristik Bidang Studi IPS. Makalah, Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikti-PPPMTK, BP3SD.

Wiyono, Bambang B. (2003). Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar,

dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa. Forum Penelitian,

Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15. Nomor 1. Juni 2003.

Yana, I. B. (2007). Penerapan Pendekatan Collaborative MURDER untuk

meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Sosiologi Peserta didik Kelas XI IPS1 SMAN 2 Semarapura. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Dinas

Gambar

Tabel 3.1  Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
Tabel 3.3  Kategori Reliabilitas Tes
Tabel 3.5 Kategori Daya Pembeda
+3

Referensi

Dokumen terkait

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Malang: PT.. Intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam usaha penyesuaian terhadap

Pokok permasalahan penelitian ini adalah mengetahui bentuk komunikasi sosial anak jalanan terhadap lingkungan sekitarnya baik sesama anak jalanan maupun terhadap

Dari angket tanggapan mengenai perasaan siswa saat melakukan kegiatan pembelajaran berdasarkan teori kecerdasan ganda pada pokok bahasan magnet, penulis menyimpulkan bahwa

Kami mohon dengan hormat agar peserta yang sedang sakit berat/keras dan ibu-ibu hamil yang kehamilannya belum mencapai 5 (lima) bulan atau yang telah mendekati masa persalinan

Banyubiru 03 Kecamatan Banyuberu Kabupaten Semarang, (Salatiga, SATAIN Salatiga, 2011), hlm.. Dari hasil observasi secara langsung peneliti sebelum melakukan penelitian

Pada penelitian hukum normatif, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam (ilmu) penelitian digolongkan sebagai jenis data sekunder. 16 Sesuai dengan sifat

Secara singkat simpulan hasil penelitian ini yakni terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas IV pelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri yang

A., Penggunaan Filter Daya Aktif Paralel untuk Kompensasi Harmonisa Akibat Beban Non Linier Menggunakan Metode Cascaded Multilevel Inverter. Surabaya, Institut