• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PRIBADI DAN SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PRIBADI DAN SOSIAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil temuan dan hasil analisis yang diperoleh dari tahapan kegiatan studi pendahuluan, uji coba terbatas, dan uji coba lebih luas yang dilakukan di SMA Kabupaten Lombok Utara dalam upaya pengembangan model pembelajaran kontekstual yang dapat meningkatkan kompetensi pribadi dan sosial siswa melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat ditarik beberapa simpulan sebagai hasil akhir dari penelitian ini.

1. Kondisi Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMA

Dari hasil studi pendahuluan diketahui bahwa kondisi awal guru pada saat pengembangan model ini dilakukan menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yang dicirikan dengan dominannya peran guru serta mengutamakan metode ceramah dan diskusi, pembelajaran kadang akontekstual dan cenderung untuk mengejar target kurikulium. Kegiatan pembelajaran secara klasikal. Guru merasa berhasil kalau siswa dalam pembelajaran diam/sunyi. Hasil belajar siswa diukur dengan tes. Siswa dalam belajarnya hanya menerima informasi, latihan dalam bentuk tugas di rumah.

Dari sudut pandang siswa juga menunjukkan hal yang sama, berdasarkan jawaban angket siswa diketahui bahwa guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang bersifat konvensional sehingga sebagian besar siswa berpendapat bahwa gaya mengajar yang digunakan guru PAI selama ini kurang menarik dan biasa-biasa saja padahal di satu sisi mereka menganggap materi

(2)

pelajaran PAI sangat penting bagi kehidupan mereka. Pemanfaatan sarana juga belum maksimal dilakukan oleh guru sebelum penerapan model pembelajaran kontekstual. Pengembangan model pembelajaran kontekstual selama dilaksanakannya penelitian membawa perubahan positif terhadap kegiatan pembelajaran terutama dalam upaya untuk meningkatkan kompetensi pribadi dan sosial siswa.

2. Pengembangan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan

Kompetensi Pribadi dan Sosial

Model pembelajaran yang dihasilkan adalah Model Pembelajaran Kontekstual yang dapat digunakan dalam upaya meningkatkan kompetensi pribadi dan sosial siswa. Model pembelajaran kontekstual dikembangkan berdasarkan acuan komponen-komponen meliputi (1) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti, (3) melakukan proses belajar yang diatur sendiri, (4) mengadakan kolaborasi, (5) berfikir kritis dan kreatif, (6) memberikan layanan secara individual, (7) mengupayakan pencapaian standar yang tinggi, dan (8) menggunakan asesmen otentik.

(3)

menjadi indikator-indikator pencapaian proses pembelajaran; materi pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi siswa, berkaitan dengan pengetahuan awal siswa, merupakan sumber peristiwa aktual dan bersifat dinamis. Model pembelajaran dengan metode yang sesuai; media dan sumber pembelajaran berupa media internet, media cetak; asesmen otentik dalam bentuk daftar cek, kuisioner, portofolio maupun lembar observasi.

Implementasi model pembelajaran kontekstual yang dihasilkan terdiri dari tiga langkah yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan meliputi aktivitas mengucapkan salam dan membukan pelajaran dengan doa bersama, guru menjelaskan tujuan pembelajaran kemudian mengajukan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan perilaku terpuji, setelah dirasakan cukup dilanjutkan dengan mengelompokan siswa. Kegiatan inti meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Sementara pada kegiatan penutup guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan pelajaran, melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut, dan diakhiri dengan do’a bersama.

(4)

kuesioner yang berbentuk pengakuan diri yang diberikan pada akhir kegiatan pembelajaran. Untuk menilai penguasaan materi dilakukan dengan menggunakan evaluasi hasil melalui tes obyektif, uraian atau tes terhadap hasil karya siswa berupa pembuatan kesimpulan.

3. Kekuatan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kontekstual pada PAI

untuk Meningkatkan Kompetensi Pribadi dan Sosial Siswa

Kekuatan dari model pembelajaran kontekstual hasil pengembangan ini adalah terbukti efektif dapat meningkatkan kompetensi pribadi dan sosial siswa pada pembelajaran PAI. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan rata-rata nilai kompetensi pribadi dan sosial siswa dari jawaban angket antara sebelum dan sesudah model pembelajaran kontekstual dikembangkan. Peningkatan tersebut terjadi pada siswa di semua peringkat sekolah tempat dilaksanakannya penelitian.

(5)

pembelajaran kontekstual yang dikembangkan, hal ini teramati dari beberapa aspek aktivitas pembelajaran yang tidak dilaksanakan seperti mengupayakan siswa berpikir kreatif dan kritis. Hal ini menuntut guru untuk selalu kreatif dan inovatif dan terus berlatih menggunakan model pembelajaran kontekstual; 3) Kelemahan lainnya adalah ketersediaan waktu. Kegiatan pembelajaran kontekstual yang menuntut agar siswa aktif secara mandiri membutuhkan waktu belajar yang relatif lama. Seperti diketahui bahwa mata pelajaran PAI di tingkat SMA hanya memiliki waktu belajar dua jam pelajaran atau 2 x 45 menit setiap minggu untuk setiap kelas. Disinilah peran seorang guru menjadi sangat menentukan dalam mendesain alokasi waktu yang ada secara optimal, disamping itu pembelajaran melalui pembiasaan dan keteladanan guru di luar jam pelajaran menjadi satu kesatuan yang harus terintegrasi dalam pendidikan agama.

B. Rekomendasi

Berdasarkan beberapa temuan penelitian dan simpulan di atas, maka Penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran PAI di SMA. Rekomendasi ini disampaikan kepada guru, kepala sekolah, kepala Dikpora kabupaten dan peneliti berikutnya.

(6)

pemahaman dan kemampuannya dalam bidang akademis maupun profesinya dalam mengembangkan model pembelajaran kontekstual yang relevan dengan tuntutan kurikulum dengan mendiskusikan bersama teman sejawat atau ahli pendidikan. Guru juga hendaknya mengembangkan materi pembelajaran PAI sesuai dengan realita kehidupan siswa sehari-hari, agar tujuan pembelajaran PAI di SMA dapat tercapai. Untuk itu guru diharapkan berperan aktif dalam mencari sumber materi yang disesuaikan dengan kondisi sekolah, lingkungan, dan karakteristik siswa.

(7)

karena itu peran kepala sekolah dalam mencipatakan iklim sekolah yang mengarah pada pendidikan berkarakter melalui pembentukan akhlakul karimah menjadi sangat penting dan menentukan.

3. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Lombok Utara diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan belajar siswa, meningkatkan profesionalisme guru dengan memperbanyak kegiatan pelatihan dan workshop, agar guru mengenal berbagai model pembelajaran termasuk model pembelajaran kontekstual sebagai model yang direkomendasikan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Seperti diketahui, kegiatan pelatihan, sosialisasi dan sejenisnya terbukti cukup efektif dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, tidak terkecuali pada Pendidikan Agama Islam. 4. Model pembelajaran kontekstual PAI yang dikembangkan terbukti cukup

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : Departemen Agama

Abdullah, Abdurrahman Shaleh. (1994). Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Cet. II; Jakarta: PT Rineka Cipta.

Al-Nahlawi, Abdurrahman. (1992). Tabiyah Islamiyah Wa Asalibuha Fi al-Bait Wa al-Madrasah Wa al-Mujtama’, alih bahasa Shihabuddin dengan Judul; Pendidikan Islam di Rumah, di Sekolah dan di Masyarakat, Cet. II; Jakarta: Gema Insan Press.

Aminuddin, dkk. (2004). Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Bumi Aksara Aripin, M. (2000), Ilmu Pendidikan Islam, Cet. V; Jakarta: PT Bumi Aksara. Armstrong, Thomas. (2009), Multiple Intelegences in the Clasroom. Alexandria,

Virginia USA : ASCD Member Book.

Borg, W.R. and Gall, M.D. (1983). Education Research, An Introductiona. Fourth ed. New York & London : Longman

Budiarti, Atik Catur. (2009). Sosiologi Kontekstual untuk SMA & MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Campbell, Linda, et al. (2004) Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences. Jakarta : Intuisi Pers

Chabib Thoha, ( 1996) Epistimologi dalam Pendidikan Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Contugno, Albert. (2009). Group Interventions for Children with Autism Spectrum Disorders A Focus on Social Competency and Social Skills. London and Philadelphia : Jessica Kingsley Publishers.

Crawford, Michael. (2010) Contextual Teaching and Learning: Strategies for Creating Constructivist Classrooms (Conclusion). Jurnal Volume 11, Number 9. [Online]. Tersedia : http://www.cord.org/uploadedfiles /Vol11No9.pdf. [24 Nopember 2010]

Depag RI, (1991). Rencana Strategik Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, Jakarta: Ditjen Binbaga Islam.

(9)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi II; Jakarta: Depdikbud

Depdiknas. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta. Dirjen Dikdasmen.

________. (2006). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus. Dirjen Manajemen Dikdasmen Direktorat Pembinaan SMA.

________. (2006). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Cetakan Pertama. Jakarta.Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional.

________. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tendang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

________. (2008). Startegi Pembelajaran dan Pemilihannya. Dirjen Peningkatan Mutu dan Tenaga Kependidikan

Djahiri, Kosasaih. (1996). Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan Nilai dan Moral, Laboratorium Pengajaran. PMP-KN IKIP Bandung.

Gagne, R.M, (1916). The Conditions Of Learning And Theory Of Instruction. USA: Holt, Rinehart And Winston, Inc.

Gardner, H. (1995). Reflections on multiple intelligences myths and messages. Phi Delta Kappan. [Online]. Tersedia : http://www.sedl.org/cgi-bin/mysql /picbib -output.cgi?searchuniqueid=155. [27 Nopember 2010].

Goleman, Daniel. (2001). Emosional Intelligence. Kecerdasan Emosional. Mengapa EI lebih Penting daripada IQ. Cetakan Kesebelas. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Greene, John O, et al. (2003) Handbook of Communication and Social Interaction Skills. New Jersey London : Lawrence Erlbaum Associates Publishers.

Hamalik, O. (1993). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Mandar Maju.

Hanafiah, Nanang, et al. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT. Refika Aditama.

Hudson, Clemente Charles, et al . (2005). Addressing Accountability via

Contextual Teaching and Learning. [Online]. Tersedia :

(10)

Ibrahim R dan Sukmadinata. N.S (2010). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rieneka Cipta

Jasmine, Julia. (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Implementasi Multiple Intelegences. Bandung. Nuansa.

Johnson B. Elaine. (2002). Contextual Teaching and Learning: what it is and why it’s here to stay. California: Corwin Press Inc.

Joyce, Bruce dan Weil Marsha. (1992). Models of Teaching. 3rd edition New Jersey : Prentice Hall.

_____________. (2007). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Alih bahasa oleh Ibnu Setiawan. Bandung: Mizan.

Komara, Endang. (2009). Peran Pembelajaran CTL dalam Mengimplementasikan

Pembelajaran Interaktif. [Online]. Tersedia :

http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/01/peran-pembelajaran-ctl- dalam.html. [ 9 November 2010].

Laning, Vina Dwi. (2009). Sosiologi untuk Kelas X SMA & MA. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Lexy J. Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Majid, Abdul, et al (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, Cet. II; Bandung: PT Remaja Rasdakarya Offset

Mangkoesapoetra, Arief Achmad. (2005). Pengembangan Keterampilan Sosial Siswa. [Online]. Tersedia : http://www.re-searchengines.com /0805achmad. html. [9 November 2010]

Matson, Johnny L. (2009). Social Behavior and Skills in Children. London : Springer New York Dordrecht Heidelberg.

Muhaimin, et al. (2007). Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhaimin, (2009). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Rajawali Pers.

(11)

Mu'tadin, Zainun. (2002). Mengembangkan Ketrampilan Sosial pada Remaja. [Online]. Tersedia :http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp? id =388. [9 November 2010]

Nasution, N. (1982). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta : Bina Aksara.

Nasution, Solehuddin. (2010). Memahami Perkembangan Keterampilan Sosial Anak. [Online]. Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com /2010/01/29/ memahami-perkembangan-keterampilan-sosial-anak. [9 November 2010] Nata, Abuddin, (2003) Metodologi Studi Islam, Cet. VI; Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Nurdin, (2009). Implementasi Pendekatan Ctl (Contextual Teaching And Learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar. Dalam Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. IX No. 1 April 2009. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/Direktori/A%20-%20FIP/JUR.%20ADMINISTRASI %20PENDIDIKAN/197907122005011%20-%20NURDIN/KARYA%20 ILMIAH%207.pdf. [24 Nopember 2010].

Nurhadi, (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikdasmen.

Nurhadi dan Senduk, A.G. (2003). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang

Rofiq, Ahmad. (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Madrasah Aliyah. Tesis UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rochman Natawidjaja. (1981). Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. P3G. Jakarta : Depdikbud.

Rosebrook, Vicki. (2007). Intergenerational personal/social skills development

study. (ACEI Mini-Grant Project). [Online]. Tersedia :

http://find.galegroup.com /gps/retrieve.do?contentSet. [9 November 2010] Riyanto, Yatim. (2009) Paradigma Baru Pembelejaran. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group

(12)

Safaria, T. (2005). Interpersonal Intelegence. Amara Books

Sagala, Syaiful. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Saleh, Abdullah Abdurrahman (1994). Teori-teori Pendidikan Islam Berdasarkan al-Qur'an, Jakarta : Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina (2008), Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Slavin, R.E (1995), Cooperative Learning: Theory, Research and Practice, Second Edition. Massachusetts:Allyn and Bacon Publisher.

Sudjana, N. (1988). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung; Sinar Baru Algasindo.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Cet. II; Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, N.S, (2008). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya.

________ (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. ________ (2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

________ (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sumantri, M. (1988). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: P2LPTK. Depdiknas Dirjen Dikti.

Sukartini SP, (2005). Model Konseling Keterampilan Hidup Untuk Mengembangkan Karakteristik Pribadi yang Tegar. Disertasi, Bandung: FPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

(13)

Tafsir, Ahmad. (1992). Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifistik. Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher.

UPI. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmuah. Bandung

Warsito, A.Ariyadi. (2008). Pengembangan Kompetensi Pribadi Sosial Remaja di Pesantren. [Online]. Tersedia : http://www.eprints.uny.ac.id/1339/1/ ARTIKEL_PPM_2008.doc. [9 November 2010]

Yanti, Desvi. (2005). Keterampilan Sosial pada Anak Mengengah Akhir. [Online]. Tersedia : http://library.usu.ac.id/download/fk/psikologi-desvi%20yanti.pdf. [9 November 2010]

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menganalisis tentang kebijakan-kebijakan yang diambil oleh Desa Sibaganding, serta strategi dan kesiapan pemerintahan desa dan masyarakat

Ekstraksi adalah pengolahan dengan pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak campurannya dengan pembagian sebuah

Analisis aktivitas financing yang terdiri dari analisis utang dan ekuitas, analisis aktivitas investasi yang terdiri dari aset tidak lancar dan investasi, analisis aktivitas

[r]

Dari ketiga nilai indeks yang digunakan untuk menentukan asosiasi ramin dengan jenis lain terungkap bahwa sebagian besar spesies berasosiasi dengan ramin.. Nilai ketiga

Penulis mewawancarai Jamaluddin Idris wakil ketua MPU Bireuen, ia menjelaskan bahwa meskipun dalam masyarakat Bireuen secara umum melakukan pembagian harta bersama

Alat instruksional adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam. rangka mencapai

Standar operasional prosedur merupakan pedoman kegiatan yang dilakukan anak dan guru dari kegiatan pelaksanaan toilet training. prosedur yang harus dipahami anak dari